Anda di halaman 1dari 4

Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum untuk

memperlebar jalan lahir menurut alur waktu tertentu, insisi dilakukan

pada saat kontraksi, ketika jaringan sedang merentang, agar mudah

terlihat dearahnya,

Episiotomi adalah suatu tindakan insisi bedah yang dilakukan pada

perineum untuk memudahkan kelahiran pada bagian presentase janin ,

praktik ini harus dibatasi sesuai kebutuhan klinis

Ruptur perineum adalah robekan pada jalan lahir secara spontan, ruptur perineum juga merupakan
urutan kedua terjadinya AKI di Indonesia. Ruptur perineum adalah terjadinya perlukaan (robek) pada
otot perineum selama proses persalinan kala II dan dapat berulang pada persalinan
berikutnya.Perlukaan pada perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa meluas bila
persalinan teralu cepat dan ukuran bayi yang semakin besar

Penyebab utama terjadinya ruptur perineum adalah terjadinya peregangan atau tekanan yang kuat
pada bagian vagina atau jalan lahir ketika ibu mengejan pada proses persalinan. Biasanya ruptur
perineum terjadi pada ibu yang melahirkan secara normal dengan resiko persalinan pertama kali,
melahirkan janin dengan ukuran yang besar,

Lochea rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua,
verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mikonium, sisa darah.
2) Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah
kecoklatan.
3) Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
4) Lochea Alba : setelah hari ke-14 berwarna putih.

Iden istilah
1. Episotomi
2. Ruptur perineum
3. Lokhia
4. Kuretase postpartum
5. Uterotonika
1. **Episiotomi**: Sayatan yang dilakukan pada jaringan di antara vagina dan anus (perineum) untuk
memperbesar jalan lahir saat persalinan.
2. **Ruptur Perineum**: Robeknya jaringan di antara vagina dan anus (perineum) selama persalinan.
3. **Lokhia**: Pengeluaran darah, lendir, dan jaringan dari rahim setelah melahirkan.
Lokhia adalah keluarnya darah dan sisa-sisa jaringan dari dalam rahim yang muncul setelah
melahirkan[1]. Ada beberapa jenis lokhia, yaitu:

1. Lokhia Rubra: Jenis lokhia yang muncul pada hari pertama hingga ketiga setelah melahirkan.
Warna dari lokhia ini biasanya berwarna merah gelap hingga merah kehitaman[3].
2. Lokhia Sanguinolenta: Jenis lokhia yang berwarna merah kuning dan berisi darah dan lendir.
Lokhia ini muncul pada hari ke-3 hingga ke-7 setelah melahirkan[4][5].
3. Lokhia Serosa: Jenis lokhia yang berwarna kuning dan cairan tidak berdarah lagi. Lokhia ini
muncul pada hari ke-7 hingga ke-14 setelah melahirkan[4][5].
4. Lokhia Alba: Jenis lokhia yang berwarna putih dan muncul pada 2 minggu setelah melahirkan[4].
.
4. **Kuretase Postpartum**: Tindakan pembersihan rahim setelah persalinan untuk mengangkat sisa-
sisa plasenta atau jaringan yang mungkin tertinggal.
Kuretase post partum adalah prosedur medis untuk membersihkan isi rahim dari sisa-sisa plasenta
atau jaringan yang mungkin tertinggal setelah persalinan. Kuretase biasanya dilakukan setelah
persalinan untuk mencegah terjadinya infeksi atau perdarahan berlebih. Prosedur ini melibatkan
penggunaan alat kuret untuk mengikis atau mengambil sisa-sisa jaringan dari dinding rahim. Kuretase
post partum umumnya dilakukan jika terdapat indikasi sisa plasenta setelah persalinan. Gejala normal
pasca kuretase dapat bervariasi dan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter untuk pemantauan yang
tepat[1][2][4].

5. **Uterotonika**: Obat-obatan yang digunakan untuk merangsang kontraksi rahim setelah


persalinan guna mencegah atau mengurangi perdarahan.
Uterotonika adalah obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan kontraksi rahim. Mereka
memiliki beberapa indikasi, termasuk untuk merangsang kontraksi rahim (oksitosik), induksi
persalinan jika serviks sudah matang, dan mengontrol perdarahan setelah persalinan[1][2]. Beberapa
contoh uterotonika meliputi oksitosin, ergometrin, dan prostaglandin[3].
Uterotonika digunakan untuk mencegah atau mengurangi perdarahan setelah persalinan dengan
merangsang kontraksi rahim sehingga membantu rahim untuk menutup pembuluh darah yang terbuka
setelah plasenta lepas. Penggunaan uterotonika ini penting untuk mencegah terjadinya perdarahan
berlebihan setelah persalinan, yang dapat menjadi kondisi medis darurat.

**Iden Masalah**
1. Apakah penyebab perdarahan pervaginam setelah melahirkan pada wanita tsb?
2. Mengapa bisa terjadi keluhan lemah letih, asi kurang lancar, dan sering merasa stress?
3. Mengapa Persalinan pada wanita tersebut berlangsung dengan episiotomi?
4. Apakah ada kaitan ditemukannya sisa plasenta pada pemeriksaan USG dg perdarahan yg dialami
wanita tesrsbeut
5. mengapa terjadinya kenaikan nilai leukosit pada wanita tersebut

1. **Penyebab Perdarahan Pervaginam Setelah Melahirkan**: Perdarahan setelah melahirkan


bisa disebabkan oleh kontraksi rahim yang lemah, sisa plasenta, atau robekan jaringan.

2. **Keluhan Lemah, ASI Kurang Lancar, dan Stres**: Hal ini bisa disebabkan oleh perubahan
hormonal, kelelahan fisik, stres emosional, atau masalah kesehatan lainnya.

Stres pada ibu setelah melahirkan dapat menghambat produksi ASI dan menyebabkan
terhambatnya proses keluarnya ASI. Namun, stres tidak secara langsung mengurangi produksi
ASI. Ibu disarankan untuk mengelola stres dengan baik, seperti dengan meminta bantuan
suami, keluarga, atau orang terdekat, serta mencoba untuk meminta bantuan pasangan dalam
mengerjakan tugas rumah tangga dan menjaga bayi pada malam hari. Selain itu, cukup
istirahat juga bisa membantu kelancaran produksi ASI Jika ibu mengalami keluhan lemah,
ASI kurang lancar, dan stres setelah melahirkan, maka ibu perlu memperhatikan kondisi
tubuh dan gaya hidup yang dijalani. Ibu juga perlu memastikan bayi mendapatkan ASI
eksklusif agar tumbuh kembang bayi normal serta mengurangi risiko obesitas dan baik untuk
perkembangan otak dan IQ Si Kecil.

3. **Episiotomi saat Persalinan**: Episiotomi dilakukan untuk memperbesar jalan lahir dan
mencegah robekan yang tidak terkendali.
4. **Kaitan Sisa Plasenta dengan Perdarahan**: Ditemukannya sisa plasenta pada pemeriksaan USG
dapat menjadi penyebab perdarahan setelah persalinan.
Plasenta yang tidak keluar sepenuhnya setelah bayi lahir atau sisa plasenta dapat menyebabkan
perdarahan postpartum[2][5]. Sisa plasenta dapat menyebabkan kontraksi uterus yang tidak efektif
dan menghambat pengeluaran darah dari rahim[2]. Plasenta previa, yaitu kondisi ketika plasenta
menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir, juga dapat menyebabkan perdarahan antepartum dan
postpartum.
5. **Kenaikan Nilai Leukosit**: Kenaikan nilai leukosit bisa terjadi sebagai respons tubuh terhadap
proses peradangan akibat persalinan atau infeksi.
Setelah melahirkan, jumlah sel darah putih yang meningkat disebabkan oleh leukositosis, yang adalah
situasi saat seseorang memproduksi sel darah putih lebih banyak[1]. Berikut adalah beberapa jenis sel
darah putih yang meningkat setelah melahirkan:
1. **Leukosit**: Sel darah putih yang disebabkan oleh leukositosis[1].
2. **Linfosit**: Sel darah putih yang membantu dalam penghancuran bakteri dan virus
3. **Monosit**: Sel darah putih yang memiliki bentuk sferoid dan berfungsi sebagai sistem imun
yang pertama yang menghancurkan bakteri dan virus
4. **Eosinofil**: Sel darah putih yang memiliki bentuk granular dan berfungsi sebagai sistem imun
yang menghancurkan bakteri dan virus
5. **Basofil**: Sel darah putih yang memiliki bentuk granular dan berfungsi sebagai sistem imun
yang menghancurkan bakteri dan virus[

Peningkatan jumlah sel darah putih setelah melahirkan bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
infeksi, stres fisik atau emosional, luka bakar, atau gangguan sistem kekebalan tubuh.

Anda mungkin juga menyukai