Anda di halaman 1dari 38

Orientasi Penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang


Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2025-2045
Mohammad Roudo, S.T., MPP., Ph.D.
Direktur Regional II
Kementerian PPN/Bappenas

Makassar, 25 September 2023


ISU DAN POTENSI WILAYAH SULAWESI SELATAN

2
Ketimpangan PDRB Per Kapita Antar-Provinsi Perlu Menjadi Perhatian…..
PDRB Per Kapita 2022 (USD per Kapita)*
DKI JAKARTA 20103
KALIMANTAN TIMUR 16083
Selain Jakarta, KALIMANTAN UTARA
RIAU 10101
12843
High Income
resource-based KEP. RIAU 9546
SULAWESI TENGAH 7112 Upper-Middle Income
provinces (Batu Bara PAPUA BARAT 5198
5127
dan CPO) cenderung
JAMBI
KALIMANTAN TENGAH 4915 Lower -Middle Income
4786
memiliki PDRB per
INDONESIA
SUMATERA SELATAN 4605
4472
kapita tinggi
JAWA TIMUR
SULAWESI SELATAN 4420
KEP. BANGKA BELITUNG 4296
4258
20 Provinsi berada dalam
SUMATERA UTARA
BANTEN 4109
4048
kategori Lower-Middle Income
KALIMANTAN SELATAN
PAPUA 4003
SULAWESI UTARA 3978
Sulawesi Selatan SULAWESI TENGGARA 3959
3743
masuk dalam
BALI
3621
Pertumbuhan ekonomi
MALUKU UTARA
3409
kategori Upper-
SUMATERA BARAT
JAWA BARAT 3304

Middle Income
KALIMANTAN BARAT
LAMPUNG
3110
3041 yang Lebih tinggi perlu
diprioritaskan di wilayah
DI YOGYAKARTA 2968
BENGKULU 2947
JAWA TENGAH
GORONTALO
2840
2688 yang berstatus
Lower-Middle Income
ACEH 2638
SULAWESI BARAT 2498
NUSA TENGGARA BARAT 1932
MALUKU 1923
*PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku NUSA TENGGARA TIMUR 1463
Sumber: BPS (diolah)
- 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 3
3
Potret Pembangunan Wilayah Sulawesi
Potret Indikator Makro Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia Tahun 2022
Nasional
Rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Per-Pulau Rata–rata LPE
20,00 2018 - 2022
Tahun 2018 - 2022 7,78% Tingkat
Tingkat Gini Rasio Kota
15,00 Rata–rata LPE
Rata–rata LPE
Rata–rata LPE
Pengangguran
Terbuka
IPM
Kemiskinan dan Desa
2018 - 2022
2018 - 2022 2018 - 2022
10,00 3,46% 5,33% 5,86% 72,91 9,57% 0,381
2,78%
5,00
Kepulauan Maluku
0,00 Pulau Kalimantan Tingkat
Tingkat Gini Rasio Kota
(5,00) Tingkat Gini Rasio
Pengangguran
Terbuka
IPM
Kemiskinan dan Desa
Tingkat
Pengangguran IPM Kota dan
(10,00) Terbuka
Kemiskinan
Desa 5,43% 69,85 11,30% 0,308
4,78% 72,27 5,99% 0,303

2018 2019 2020 2021 2022


Pulau Sulawesi
• Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan
Tingkat Gini Rasio
Maluku mengalami peningkatan pada tahun 2022. Sementara LPE di Wilayah Pengangguran IPM
Tingkat
Kota dan
Kemiskinan Pulau Papua
Papua cenderung menurun. Pada tahun 2020, LPE di setiap wilayah Terbuka Desa

mengalami kontraksi akibat pandemi COVID-19. 3,73% 70.98 11,17% 0,365 Tingkat
Pengangguran IPM
Tingkat Gini Rasio Kota
Kemiskinan dan Desa
Terbuka
• Wilayah Maluku memiliki nilai LPE yang paling baik pada tahun 2022 4,10% 63,64 24,12% 0,389
dibandingkan Wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Hal ini disebabkan
adanya pengaruh signifikan keberadaan Kawasan Industri (KI) Teluk Weda dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Kemiskinan
Obi di Provinsi Maluku Utara yang membantu meningkatkan kinerja • Wilayah Maluku dan Papua memiliki tingkat kemiskinan • Wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
perekonomian provinsi. yang berada di atas nasional. dan Papua memiliki TPT yang lebih rendah
Laju Pertumbuhan Ekonomi Per-Pulau Tahun 2022 14,03 • Tingginya angka kemiskinan dipengaruhi oleh dibandingkan nasional.
15,00 • Kemiskinan tinggi tidak selaras dengan
rendahnya kapasitas SDM yang berdaya saing, belum
optimalnya pengembangan komoditas unggulan, serta TPT yang rendah disebabkan mayoritas
10,00 5,31 belum optimalnya pemanfaatan Kawasan-Kawasan masyarakat bekerja di sektor informal
6,26
4,63 5,20 5,00 5,29 5,49 strategis dengan upah yang rendah
5,00
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
0,00 • Wilayah Maluku dan Papua memiliki nilai IPM yang cukup rendah dibandingkan IPM nasional.
Pulau Pulau Jawa- Pulau Nusa Pulau Pulau Kepulauan Pulau Papua • IPM yang rendah menunjukkan bahwa peningkatan LPE belum berdampak signifikan terhadap peningkatan
Sumatera Bali Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku IPM.
• Masih rendahnya aksesibilitas dan konektivitas di Wilayah Maluku dan Papua serta infrastruktur kesehatan
LPE Per-Pulau Tahun 2022 LPE Nasional dan Pendidikan yang belum merata di Wilayah Papua menyebabkan rendahnya kualitas SDM.
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 4
4
Potret Pembangunan Wilayah Sulawesi
Sektor Kunci Wilayah Sulawesi
Pertanian, Kehutanan, dan
Di Wilayah Sulawesi sektor-sektor kuncinya Perikanan

adalah: 1.) Sektor Industri pengolahan dan 2.) Pertambangan


dan Penggalian
Sektor transportasi dan pergudangan.
Jasa Kesehatan dan Industri Pengolahan
Kegiatan Sosial
Sektor-sektor tersebut berpotensi
membangkitkan ekonomi wilayah secara 1.00
Pengadaan Listrik dan Gas
keseluruhan jika mendapat stimulus, dan juga
berpotensi tumbuh cepat merespon perbaikan
Administrasi Pemerintahan,
ekonomi secara keseluruhan. Pertahanan, dan Jaminan Sosial
Wajib

Sektor-sektor dengan IDK lebih dari 1 seperti:


pertanian, pertambangan, perdagangan, Konstruksi
infokom, dan jasa keuangan memiliki kepekaan
tinggi untuk tumbuh pesat merespon Perdagangan Besar dan
perbaikan ekonomi tetapi potensi dampak Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
penggandanya ke perekonomian wilayah relatif Jasa Keuangan dan Transportasi dan
rendah. Asuransi Pergudangan

Informasi dan Komunikasi Penyediaan Akomodasi dan IDP


Sebaliknya sektor dengan IDP lebih dari 1: Makan Minum
IDK
konstruksi, pengadaan listrik dan gas, Pemetaan IDP dan IDK Wilayah Sulawesi
Batas garis
nilai 1.00
akomodasi, administrasi pemerintahan, dan jasa Sumber: Kedeputian Regional, Kementerian PPN/Bappenas 2021
kesehatan memiliki potensi membangkitkan
perekonomian wilayah secara keseluruhan Indeks Derajat Penyebaran (IDP) menjelaskan tentang keterkaitan ke belakang suatu sektor dengan sektor yg ada di industri hulunya
tetapi kepekaannya relatif rendah dalam Sektor dengan IDP > 1 memiliki potensi backward linkage yang baik untuk daerah atau berpotensi untuk membangkitkan
perekonomian
merespon perbaikan ekonomi secara Indeks Derajat Kepekaan (IDK) menjelaskan tentang keterkaitan ke depan suatu sektor dengan sektor yg ada di industri hilirnya
keseluruhan. Sektor dengan IDK > 1 memiliki potensi forward linkage yang baik untuk daerah atau lebih peka untuk merespon pertumbuhan
ekonomi
Sektor Kunci atau sector basis dilihat dari Sektor yang memiliki IDP dan IDK lebih dari 1.
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 5
Potret Pembangunan Wilayah Sulawesi
Potensi Sumber Daya Alam (SDA) di Wilayah Sulawesi

Potensi Sumber Daya Alam (SDA)


Kelapa Sawit Industri Makanan

Potensi Industri Hilir: Potensi Industri Hilir:


Crude Palm Oil (CPO), Makanan tradisional, olahan
Palm Kernell Oil (PKO), komoditas pertanian/perikanan
Oleochemical

Komoditas Pertanian, Perkebunan, Nikel, Tembaga, Emas-Perak, Mineral Aspal


dan Perikanan
Potensi Industri Hilir:
Kakao, cengkeh, pala, Stainless steel, baterai,
rempah, tuna, cakalang, katalis, magnet, produk
kerapu, selar, teri paduan logam

Kinerja pembangunan wilayah Pulau Sulawesi masih tidak dapat dipisahkan dari sumber daya alam sebagai
potensi utama yang dimiliki. Pada tahun 2022, Provinsi Sulawesi Selatan mendominasi perekonomian
Wilayah Sulawesi dengan peran sekitar 45,3 persen, sedangkan peran terkecil dikontribusikan oleh
Provinsi Gorontalo sebesar 3,8 persen. Pengembangan Kawasan Industri yang tersebar di hampir seluruh
provinsi di Pulau Sulawesi menjadi potensi untuk mendukung proses hilirisasi industri dan daya saing
wilayah.

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 6


Potret Pembangunan Wilayah Sulawesi
Growth Diagnostics Hambatan Utama Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sulawesi

Sumber: Ranhir RPJPN 2025-2045, Bappenas


Catatan:
Analisis growth diagnostics menguatkan adanya kendala penghambat pertumbuhan
ekonomi di Sulawesi Selatan terutama pada aspek ketenagakerjaan dan daya saing
Bukan faktor Faktor
penghambat penghambat

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 7


7
Potret Pembangunan Wilayah Sulawesi
Bidang Sarana Prasarana Pulau Sulawesi Tahun 2022

INDIKATOR NASIONAL SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR


Bidang Sarana Prasarana
1 Air Minum Jaringan Perpipaan (%) 19,47 18,30 17,85 25,15 21,92 25,15 13,64
2 Sanitasi Aman (%) 10,16 6,33 6.87 12,92 2,03 2,94 1.,19
3 Penanganan Sampah*** 33,27 42,44 15,42 30,85 26,22 16,65 14,63
4 Rumah Layak Huni 60,66 69,57 58,61 69,90 72,80 69,48 55,37
5 Permintaan listrik perkapita (kWh) 1122 740.01 213,92 727,15 438,05 1.155,47 309,66
Porsi kapasitas pembangkit listrik terbarukan
6 15,47 26,22 29,57 33,78 1,16 7,26 11,49
(%)
Jangkauan 4G di kawasan pemukiman (
7 88,25 90.44 70,68 92,56 84,04 84,11 72,97
persen)
Kemantapan Jalan*
Nasional (%) 91,81 93,65 98,39 95,02 88,63 94,94 90,12
8 Provinsi (%) 74,12 83,56 61,75 66,12 78,48 54,38 38,42
Kabupaten (%) 60 63,94 55,01 64,6 62,8 46,99 55,85
Kota (%) 81,2 87,99 63,69 61,8 72,92 28,86 N/A
Keterangan:
font merah: kinerja lebih buruk dibandingkan capaian nasional *data tahun 2021
font biru: kinerja lebih baik dibandingkan capaian nasional **data tahun 2020
Sumber: BPS 2022 (berdasarkan semester 1 setiap tahunnya), SSGI 2021, KemenPANRB (diolah),
Komisi Informasi Pusat RI, SPI, jaga.id, BNPB-IRBI 2021, Kementan 2021 ***data tahun 2019

• Kinerja pembangunan yang lebih buruk dibandingkan capaian nasional di sebagian besar provinsi di Sulawesi
ditunjukkan oleh berbagai indikator pembangunan di bidang sarana prasarana, seperti penanganan sampah, permintaan
listrik perkapita, jangkauan 4G di kawasan permukiman dan kemantapan jalan nasional.
• Secara umum, data menunjukkan bahwa pembangunan belum dirasakan secara merata di Wilayah Sulawesi.

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 8


8
Potret Pembangunan Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2021/2022

SULAWESI SULAWESI
INDIKATOR NASIONAL INDIKATOR NASIONAL
SELATAN SELATAN
Bidang Ekonomi Bidang Sarana Prasarana
1 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,34 5,09 16 Tampungan per Kapita 57,53 70,62
2 Persentase Penduduk Miskin (%) 9,57 8,66 17 Air Minum Jaringan Perpipaan (%) 19,47 25,15
3 Rasio Gini 0,381 0,365 18 Sanitasi Aman (%) 10,16 12,92
4 Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif (IPEI) 6 6,11 19 Penanganan Sampah*** 33,27 30,85
Bidang Sosial 20 Rumah Layak Huni 60,66 69,90
5 Indeks Pembangunan Manusia 72,91 72,82 21 Pemenuhan kebutuhan listrik perkapita (kWh) 1122 727,15
6 Tingkat Pengangguran Terbuka 5,86 4,51 22 Porsi kapasitas pembangkit listrik terbarukan (%) 15,47 33,78
Kondisi Kesehatan 23 Jangkauan 4G di Kawasan pemukiman (%) 96,97 98,07
7 Umur Harapan Hidup (UHH) (Tahun) 71,85 70,97 Kemantapan Jalan*
8 Prevalensi Stunting (%) 21,6 27,2 Nasional (%) 91,81 95,02
9 Jumlah Kab/Kota Belum Tereliminasi Malaria (Kab/Kota) 196 3 24 Provinsi (%) 74,12 66,12
Kondisi Pendidikan Kabupaten (%) 60 64,86
10 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (Tahun) 8,69 8,63 Kota (%) 81,2
11 Harapan Lama Sekolah (HLS) (Tahun) 13,1 13,53 Bidang Tata Kelola
Angka Partisipasi Murni (APM) 25 Indeks Pelayanan Publik Sangat Baik
- SD/sederajat (%) 97,88 98,41 74,43 (data
12 26 Indeks Keterbukaan Informasi Publik
- SMP/sederajat (%) 80,89 77,42 komisi info) 70,58
- SMA/sederajat (%) 61,97 60,44 27 Indeks Integritas 72,43 70,61
Jaminan Sosial Bidang Lingkungan Hidup dan Kebencanaan
13 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (%) 86,9 96 28 Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 135,56 150,07
Kepesertaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsos
29 Indeks Ketahanan Pangan 60,2 81,38
Naker)
14 30 Prevalensi Ketidakcukupan Pangan (%) 10,21 10,79
- Pekerja Formal (%)* 56,19 11,26
Keterangan:
- Pekerja Informal (%)* 13,06 47,47 font merah: kinerja lebih buruk dibandingkan capaian nasional
*data tahun 2021
**data tahun 2020
font biru: kinerja lebih baik dibandingkan capaian nasional ***data tahun 2019
Sumber: BPS 2022 (berdasarkan semester 1 setiap tahunnya), SSGI 2021, KemenPANRB (diolah),
Komisi Informasi Pusat RI, SPI, jaga.id, BNPB-IRBI 2021, Kementan 2021

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 9


9
Potret Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
IKFD Kab/Kota di Sulawesi Selatan (2020-20223) Pendapatan dan Belanja (2022) Perlu Menjadi Perhatian
Jumlah Kab/Kota Dalam Miliar Rupiah
12 11 11
Komponen Pemerintah Pemerintah Proporsi Proporsi ❑ Indeks Kapasitas Fiskal Daerah (IKFD)
10 9 9 Pendapatan Kab/Kota Provinsi Kab/Kota Provinsi
8
Pajak Daerah 7196,43 4241,92 17% 46%
Pemerintah Sulawesi Selatan berada
8 7
Retribusi Daerah 732,07 53,03 2% 1%
dalam kategori “Rendah” (2020 –
6
4 Hasil Pengelolaan 2023). Mayoritas Kabupaten/Kota
Kekayaan Daerah
4
2 2
3
2 yang Dipisahkan 499,78 137,99 1% 1%
memiliki IKFD dengan kategori
2 1 1 1 1 Lain-Lain PAD yang “Rendah” sepanjang 2020-2023, dan
Sah 2454,65 570,53 6% 6%
0
Pendapatan Transfer
“Rendah” pada tahun 2023.
Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Pemerintah Pusat 29225,14 4095,27 68% 44% ❑ Pendapatan Pemerintah dan
Pendapatan Transfer
Antar Daerah 1957,08 124,39 5% 1%
Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan
2021 2022 2023
Pendapatan Hibah 339,52 0 1% 0%
didominasi oleh dana Transfer ke
Lain-lain Pendapatan Daerah (TKD) yang mencapai di atas
Alokasi TKD (Anggaran 2023) Sesuai dengan
74% dari total pendapatan daerah.
Ketentuan Peraturan
70%
Perundang- ❑ Secara Agregat dana TKD terbesar
Undangan 451,58 0 1% 0%
60% Total Pendapatan berasal dari komponen Dana Alokasi
50% Daerah 42856,25 9223,13 100% 100% Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
40%
(DAK), dan Dana Desa.
30%
20% ❑ Belanja Pemerintah dan Kab/Kota
Pemerintah Pemerintah Proporsi Proporsi
10% Komponen Belanja masih didominasi oleh Belanja Pegawai
Kab/Kota Provinsi Kab/Kota Provinsi
0%
Belanja Pegawai 16893,35 3095,61 38% 34% (34% – 38%). Proporsi belanja modal
Dana Bagi Dana Dana Dana Dana Transfer Dana
Hasil Alokasi Alokasi Insentif Alokasi Hibah Desa Belanja Barang Jasa 11583,59 2110,43 26% 23% masih jauh lebih kecil (18% – 20%).
Umum Khusus Daerah Khusus Belanja Modal 9006,44 1673,4 20% 18%
Fisik Nonfisik
Belanja Lainnya 7437,53 2229,84 17% 24%
Pemerintah Kab/Kota Pemerintah Provinsi Total Belanja 44920,92 9109,28 100% 100%

Sumber: Kementerian Keuangan, diolah (2023)


© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 10
10
Highlight Pencapaian Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan
Mendorong Penciptaan Sumber Ekonomi Baru
Struktur PDRB Provinsi Sulawesi Selatan
Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan Data Tahun 2010 (%)
Data Tahun 2011-2022 (%)

10
8,87
8,13
7,62 7,54 7,42
8 7,19 7,21 7,04 6,91

6 5,09
4,64

0 -0,71
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Struktur PDRB Provinsi Sulawesi Selatan
-2 Data Tahun 2022 (%)

• Dalam kurun waktu 11 tahun (Tahun 2011-2022), Sektor pertanian,


Kehutanan dan Perikanan masih mendominasi. Industri pengolahan tidak
berkembang signifikan, bahkan mengalami penurunan dari yang semula
8,13% pada tahun 2010 menjadi 5,09% di tahun 2022.
• Pada periode 2016 – 2019 rerata laju pertumbuhan ekonomi bernilai diatas
7%. Pada tahun 2020 nilai pertumbuhan bernilai negatif sebagai dampak
pandemi Covid-19 dengan nilai 0,71%.
• Peningkatan pemanfaatan teknologi dan industrialisasi agar terciptanya
diversifikasi produk dan nilai tambah komoditas unggulan daerah, serta
meningkatkan hilirisasi.
Highlight Pencapaian Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan
Menciptakan Kesempatan Kerja yang Mampu Mendorong Kesejahteraan

Tingkat Kemiskinan Nasional dan Provinsi Sulawesi Selatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Nasional dan Provinsi
Data Tahun 2017-2022 (%) - Maret Sulawesi Selatan Data Tahun 2017-2022 (%)
25 8
7,07
10,64 5,61 5,34
7 6,49
9,82 9,78 10,14
20 9,41 9,54 5,86
6 5,23 6,31
15 5 5,72

4 5,5 4,62 4,51


10 5,3
3
9,38 9,06 8,69 8,72 8,78 8,63
2
5
1
0 0
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Sulawesi Selatan Nasional Sulawesi Selatan Nasional

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumber : Badan Pusat Statistik

• Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Selatan lebih rendah dibandingkan angka


• Tingkat pengangguran Provinsi Sulawesi Selatan lebih tinggi dibandingkan
nasional pada tahun 2017-2018. Namun, sejak tahun 2019 hingga 2022 nilai TPT
Nasional, dan di tahun 2022 tingkat kemiskinan Sulawesi Selatan berada
konsisten dibawah rerata nasional dengan kecenderungan menurun.
pada angka 8,63%. Sempat terjadi kenaikan pada tahun 2020 dan 2021 akibat
Covid-19. • Penurunan TPT Sulawesi Selatan selama kurun waktu 5 tahun mencapai 1,1%
dengan kecenderungan menurun. Hanya saja terjadi kenaikan signifikan pada
• Perlunya perhatian terhadap daerah kemiskinan yang cukup besar dan
tahun 2020 (mencapai 6,31%). Hal tersebut juga didorong oleh adanya pandemi
yang dulunya masuk kedalam daerah tertinggal seperti Kabupaten
Covid-19 yang menyebabkan penurunan lapangan kerja.
Jeneponto, Pangkajene dan Kepulauan, Luwu Utara, Luwu, Enrekang,
Kepulauan Selayar, Tana Toraja, Toraja Utara dan Bone. Kabupaten Jeneponto • Perlu adanya perluasan kesempatan kerja diiringi peningkatan kualitas serta
yang menjadi kabupaten dengan tingkat kemiskinan tertinggi dan kuantitas Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan kebutuhan/bidang lapangan
memerlukan perhatian khusus. kerja yang ada, sehingga tidak terjadi mismatch.
Highlight Pencapaian Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan
Memperkecil Kesenjangan Kualitas SDM Melalui Peningkatan Pelayanan Dasar
Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya Kab/Kota di Sulawesi Selatan Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya Per Provinsi
- Data Tahun 2022 (Indeks) - Data Tahun 2022 (Indeks)

Kabupaten/Kota Peringkat IPM PP UHH RLS HLS Provinsi Peringkat IPM PP UHH RLS HLS
Kota Makasar 11 83,12 17406 72,4 11,55 15,59 DKI Jakarta 1 81.11 18,520.0 73.01 11.17 13.07
Kota Palopo 56 78,91 13404 71,18 11,09 15,1 DI Yogyakarta 2 80.22 14,111.0 75.04 9.64 15.64
Kota Parepare 60 78,54 14027 71,57 10,66 14,52 Kalimantan Timur 3 76.88 12,116.0 74.61 9.84 13.81
Luwu Timur 126 73,92 13058 70,94 8,92 13 …...... … … … … …
Enrekang 139 73,39 11183 71,17 8,93 13,86 Sulawesi Utara 6 73,81 11179 72,08 9,68 12,95
Sidenreng Rappang 181 72,06 12379 70,41 8,04 13,01 Sulawesi Selatan 11 72,82 11,430 70,97 8,63 13,53
Pinrang 184 71,97 12102 70,15 8,04 13,25
Sulawesi Tenggara 17 72,23 9708 71,37 9,25 13,69
Barru 200 71,53 11275 69,35 8,25 13,61
Sulawesi Tengah 25 70,28 9696 68,93 8,89 13,32
Luwu 208 71,36 10308 70,75 8,48 13,4
Gorontalo 27 69,81 10687 68,51 8,02 13,12
Maros 224 71 11403 69,28 8,02 13,3
…...... … … … … …
Gowa 226 70,99 9812 70,7 8,4 13,66
Luwu Utara 245 70,51 12105 69,03 7,87 12,58 Sulawesi Barat 31 66,92 9358 65,63 8,08 12,87
Toraja Utara 251 70,36 8494 73,65 8,26 13,41 • Capaian Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sulawesi Selatan (peringkat
Bulukumba 253 70,34 10941 68,51 8,01 13,42 11) termasuk dalam kategori IPM tinggi. Jika dibandingkan dengan lingkup
Wajo 260 70,26 12729 67,82 7,16 13,3 Pulau Pulau Sulawesi peringkat tersebut terbaik kedua, menyusul Provinsi
Tana Toraja 278 69,88 7584 73,72 8,52 13,87 Sulawesi Utara (peringkat 6). Kinerja capaian indikator Rata-Rata Lama
Pangkajene dan Sekolah perlu menjadi perhatian karena nilai tersebut merupakan terendah ketiga
69,79 11817 67,12 8,05 12,78
Kepulauan 281 se-Sulawesi.
Soppeng 290 69,7 9756 70,2 7,96 13,2
• Pada konteks intrawilayah, terdapat kesenjangan IPM, terutama di wilayah kota
Bantaeng 291 69,69 12133 70,88 6,81 12,3
dan kabupaten. Kota Makassar, Kota Palopo, Kota Pare-Pare dan Kabupaten
Kepulauan Selayar 348 68,35 9446 68,81 8,09 12,67 Luwu Timur masuk ke dalam kelompok 25 persen teratas, sementara Kabupaten
Sinjai 350 68,33 9726 67,68 7,79 13,25 Bone dan Kabupaten Jeneponto masuk ke dalam kelompok 25 persen terbawah.
Takalar 351 68,31 10746 67,64 7,64 12,48
• Ke depan, percepatan kualitas pendidikan dan kesehatan diharapkan dapat
Bone 401 67,01 9277 67,57 7,36 12,99
mendorong kenaikan nilai IPM lebih cepat dan mengurangi selisih (gap) antar
Jeneponto 454 65,13 9425 66,81 6,75 12,11
daerah. Salah satu aspek penting dalam konteks pengembangan sumber daya
Sumber : Badan Pusat Statistik manusia adalah menyangkut pemerataan pelayanan dasar.
Isu dan Potensi Wilayah Sulawesi Selatan

Potensi Wilayah Isu Wilayah

• Posisi geografis Wilayah Sulawesi yang Ekonomi Sosial


terletak di antara ALKI II dan III berpotensi • Kesenjangan ekonomi antara wilayah, terutama • Tingkat kesehatan masyarakat masih di bawah rata-
untuk mendukung peran Wilayah Sulawesi wilayah kepulauan dengan daratan rata nasional
sebagai hub dan pintu gerbang internasional • Pusat-pusat pertumbuhan, seperti WM, KI, dan • angka prevalensi stunting lebih tinggi dari angka
DPP, masih belum memberikan dampak secara rata-rata nasional
KTI.
optimal • Kualitas SDM yang relatif belum optimal (IPM lebih
• Adanya pembangunan IKN di Wilayah • Kawasan pedesaan belum optimal rendah dibanding rerata nasional
Kalimantan menjadi peluang untuk dikembangkan menjadi daerah penyangga
peningkatan aktivitas ekonomi di Wilayah
Desentralisasi dan Otonomi Daerah Sarana Prasarana
Sulawesi sebagai daerah penyangga. • Pelabuhan yang menjadi simpul utama belum
• Belum optimalnya regulasi dan peran institusi berperan optimal sebagai hub transhipment KTI
• Komoditas dan sektor potensial bernilai
• Maladministrasi terkait pelayanan public • Belum optimalnya pengembangan kawasan
tambah untuk mendukung arah
• Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi hinterland dan konektivitas feeder
pengembangan Wilayah Sulawesi di masa (TIK) belum optimal • Belum tuntasnya Trans Sulawesi dan kualitas jalan
mendatang adalah komoditas pertanian, • Risiko korupsi daerah yang masih rendah
perkebunan (kakao, kelapa sawit, cengkeh, • Keterbatasan kemandirian fiskal • Transportasi perkotaan belum optimal
pala, rempah), perikanan tangkap (tuna, • Rendahnya kualitas belanja daerah • Ketersediaan dan reliabilitas listrik masih kurang
cakalang, kerapu, selar, teri), industri logam • infrastruktur permukiman, khususnya air bersih dan
dasar (nikel, tembaga, dan emas-perak), Ketahanan Sosial, Budaya dan Ekologi sanitasi belum terpenuhi secara optimal
mineral aspal, serta pariwisata. • Ketimpangan gender, perkawinan anak, dan • Risiko bencana yang cukup tinggi,
pembangunan kebudayaan
• Potensi nikel dan tembaga di Wilayah Stabilitas Pertahanan dan Keamanan
• Deforestasi, ketersediaan air, kerentanan pesisir, dan
Sulawesi dapat mendukung pengembangan
bencana • Kegiatan-kegiatan illegal akibat kurangnya
dan implementasi EBT, serta potensi ekspor • Ancaman bencana hidrometeorologi dan geologi infrastruktur pertahanan dan keamanan
yang menjanjikan. (gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, • Luasnya wilayah perairan dan lokasi pulau-
kekeringan, banjir, longsor, dan likuifaksi pulau kecil yang cukup berjauhan
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 14
Analisis Input-Output Provinsi Sulawesi Selatan

IO/IRIO 52 lapus Growth Diagnostics


Provinsi
5 proporsi terbesar 5 sektor kunci 3 growth tertinggi Penghambat Utama
Sulawesi Selatan • Konstruksi • Industri kayu, bambu, rotan; • Pengolahan tembakau • SDM ketenagakerjaan;
• Perdagangan besar dan • Industri kertas, percetakan, dan • Industri tekstil dan pakaian • SDM kesehatan;
eceran media rekaman; jadi • Infrastruktur;
• Perikanan • Industri barang galian bukan • Industri kulit dan alas kaki • Regulasi & institusi;
• Industri makanan dan logam; • Industri kayu, bambu, rotan • Daya saing
minuman • Ketenagalistrikan; • Industri logam dasar
• Tanaman pangan • Angkutan laut;
• Angkutan sungai &
penyeberangan;
• Pergudangan, kurir

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 15


ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH SULAWESI
2025-2045

16
Setting the Context:
RPJPN sebagai Strategic Direction dalam Pembangunan Nasional

1 • RPJPN 2025–2045 memberikan arah pembangunan


besar (dan luas) yang akan dicapai 20 tahun ke depan
bagi seluruh elemen masyarakat.
✓ Ditujukan untuk menyelesaikan isu besar dengan
langkah strategis dan transformatif (merupakan
game changer dan tidak business as usual)
✓ Memperhatikan tantangan global, nasional dan
lokal serta optimalisasi seluruh potensi yang dimiliki

2 • RPJPN 2025–2045 mengedepankan semangat


“transformasi” (tidak cukup hanya reformasi) yang
bersifat kolaboratif lintas bidang, sehingga
pembangunan tidak cenderung silo dan mendorong
Sesuai UU 25 Tahun 2004 kebijakan publik untuk menjadi lebih baik, memiliki
tentang Sistem Perencanaan terobosan/inovasi baru, serta memberikan dampak
Pembangunan Nasional,
Kementerian PPN/Bappenas positif yang lebih besar dan luas.
menyusun RPJPN yang terdiri
dari Visi, Misi, dan Arah 3 • RPJPN 2025–2045 bersifat imperatif sehingga wajib
Pembangunan. menjadi acuan dan pedoman bagi berbagai
perencanaan jangka menengah-panjang.
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 17
17
Arah Transformasi Ekonomi Menuju Indonesia 2045

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 18


18
Isu Kesenjangan Antarwilayah (Rancangan Akhir RPJPN 2025-2045)
[Disclaimer bukan untuk dikutip]

• Perlu kontribusi
Kawasan Timur
Indonesia (KTI) lebih
besar ke depan
• Transformasi
pembangunan
perdesaan dan
perkotaan
• Transmigrasi
model baru yang
inovatif
• Pengembangan
perkotaan yg
berkelanjutan
Pembangunan Perdesaan,
termasuk kawasan • Tanpa peningkatan
transmigrasi, dan daerah jumlah penduduk secara
afirmasi belum optimal
signifikan share
pertumbuhan tinggi di
KTI sulit diharapkan

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 19


19
Latar Belakang Perencanaan Wilayah Sulawesi Berbasis Indonesia 2045

Arah Kebijakan Pembangunan Wilayah Sulawesi 2045

< Pengembangan wilayah Sulawesi diarahkan


sebagai basis industri pangan dan gerbang KTI>

• Pulau Sulawesi berpotensi besar, baik sebagai penggerak ekonomi maupun sumber keanekaragaman
hayati Indonesia.
• Pengembangan sektor pertanian diarahkan untuk mewujudkan lumbung pangan padi nasional di
bagian selatan Pulau Sulawesi dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi
serta pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah Pulau Sulawesi.
• Peningkatan peran di sektor jasa didorong dengan pengembangan kawasan metropolitan di Kota
Makassar dan Kendari serta pengembangan akses dan infrastruktur perdagangan dari Manado-Bitung
dengan luar Indonesia.
Pengembangan Kawasan Pariwisata Bunaken dan Wakatobi serta Tana Toraja diharapkan dapat
mendorong peningkatan sektor jasa.
Peningkatan sektor industri pengolahan dengan industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan
kakao dan pengembangan industri barang rotan serta pembangunan industry pengolahan logam dasar
dan non logam dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Beberapa kawasan strategis industri pengolahan antara lain Kawasan Industri Bantaeng dan Morowali
Sumber : Background Studi Visi Indonesia 2045, Bappenas (2019) serta Kawasan Ekonomi Khusus Bitung dan Palu.

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 20


20
Pembangunan Sulawesi Tahun 2025-2045
Perkiraan Pertumbuhan dan Kontribusi Ekonomi Kawasan dan
Wilayah 2025 – 2045
KAWASAN TIMUR INDONESIA
KAWASAN BARAT INDONESIA
2022 2025-2029 2030- 2035- 2040-
2022 2025-2029 2030- 2035- 2040- 2034 2039 2045
2034 2039 2045
Pertumbuhan 6,1 6,8-7,4 8,7-9,9 8,0-9,5 6,2-7,7
Pertumbuhan 5,1 5,4-5,8 6,8-7,5 6,1-7,0 5,1-6,0

Kontribusi 78,5 76,7 74,7 72,9 71,5 KALIMANTAN Kontribusi* 21,5 23,3 25,3 27,1 28,5

2022 2025- 2030- 2035- 2040-


2029 2034 2039 2045
MALUKU
Pertumbuhan 4,9 5,6- 8,5-9,9 7,3-8,9 5,7-
6,3 7,3 2022 2025- 2030- 2035- 2040-
2029 2034 2039 2045
Kontribusi* 9,2 9,6 10,5 11,1 11,3
SUMATERA Pertumbuhan 14,2 11,6- 12,5- 10,8- 7,3-9,3
12,4 13,9 12,7
2022 2025- 2030- 2035- 2040-
2029 2034 2039 2045 SULAWESI Kontribusi* 0,7 1,0 1,4 1,8 2,0

Pertumbuhan 4,7 5,0- 6,7-7,7 6,0-7,1 5,2- 2022 2025- 2030- 2035- 2040-
5,4 6,4 2029 2034 2039 2045

Kontribusi* 22,0 22,2 22,9 23,0 23,2 Pertumbuhan 7,1 7,6-8,4 9,0-10,5 8,6- 6,4-8,1
10,3 PAPUA
Kontribusi* 7,0 7,6 7,8 8,1 8,1
2022 2025- 2030- 2035- 2040-
2029 2034 2039 2045

JAWA Pertumbuhan 7,0 6,8-7,2 7,8-8,4 7,4-8,2 6,0-6,9

2022 2025- 2030- 2035- 2040-


2029 2034 2039 2045 Kontribusi* 1,8 2,1 2,4 2,7 3,0

Pertumbuhan 5,3 5,6-5,9 6,8-7,5 6,2-7,0 5,0-5,9


BALI-NUSA TENGGARA
Kontribusi* 56,5 54,5 51,8 49,9 48,3 2022 2025- 2030- 2035- 2040-
2029 2034 2039 2045

Pertumbuhan 5,1 6,8-7,0 8,0-8,3 7,4-8,0 6,6-7,3

Kontribusi* 2,7 3,0 3,2 3,4 4,1

Sumber : Rancangan Akhir Dokumen RPJPN 2025-2045, Bappenas (2023)

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 21


Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah dalam Ranhir RPJPN
Tahun 2025-2045

Sulawesi: "Penunjang Ekonomi


IKN dan Industri Berbasis SDA“
wilayah penyangga Ibu Kota
Nusantara (IKN) dan pintu
gerbang internasional Kawasan
Timur Indonesia (KTI), melalui
pengembangan industri hilirisasi
mineral dan lumbung pangan
nasional.

Sumber: Rancangan Akhir RPJPN 2025-2045

Prioritas Pembangunan Sulawesi :


https://indonesia2045.go.id/

1. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), terutama untuk 3. PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA KONEKTIVITAS untuk mendukung fungsi
mendukung peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan hub dan pintu gerbang internasional KTI dengan memanfaatkan ALKI II dan III serta
serta mendorong pembangunan ekosistem riset dan inovasi. peningkatan infrastruktur ketenagalistrikan dan digital.

2. PEMBANGUNAN EKONOMI yang diarahkan untuk penguatan rantai produksi 4. PERBAIKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN termasuk penataan keuangan daerah untuk
dan rantai nilai, serta peningkatan produktivitas dan daya saing perekonomian mewujudkan good governance dan kemandirian fiskal, serta penguatan stabilitas pertahanan
wilayah secara berkelanjutan yang difokuskan pada kawasan industri dan keamanan di wilayah Sulawesi khususnya kawasan perbatasan
pertambangan, kawasan industri galangan kapal, kawasan ekowisata,
kawasan perikanan tangkap dan budidaya serta industri pengolahannya, 5. PENINGKATAN KETAHANAN SOSIAL, BUDAYA DAN, EKOLOGI , termasuk penguatan
kawasan pertanian tanaman pangan, serta kawasan perkebunan kakao, pengendalian rencana ruang wilayah dengan mempertimbangkan risiko bencana serta
kelapa dan kopi. penuntasan RDTR kab/kota untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berbudaya.

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 22


Indikasi Kawasan dan Sarana Prasarana Prioritas Dalam
Pembangunan Wilayah Sulawesi Tahun 2025–2045
❑ Strategi Pengembangan Kawasan 3. Ketenagalistrikan skala kecil
1. Kawasan Industri Pertambangan 4. Jaringan listrik cerdas (smart grid)
2. Kawasan Industri Perkapalan 5. Mengembangkan sistem interkoneksi
3. Kawasan Industri Perikanan
▪ Teknologi Informasi dan Komunikasi
4. Kawasan Ekowisata
1. Infrastruktur TIK
5. Kawasan Perikanan Tangkap
2. Peningkatan utilitas dan pemanfaatan
6. Kawasan Perikanan Budidaya
TIK di berbagai sektor
7. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan
3. Peningkatan fasilitas pendukung
8. Kawasan Perkebunan Kakao
transformasi digital melalui
9. Kawasan Perkebunan Kopi
peningkatan litrasi digital, keamanan
10. Kawasan Perkebunan Kelapa
informasi dan siber, serta kemampuan
❑ Kebutuhan Infrastruktur SDM digital/digital skill

▪ Konektivitas ▪ Sarana dan Prasarana Dasar


1. Pelabuhan simpul utama di Sulawesi 1. Rumah layak huni
2. Feeder angkutan laut 2. Hunian vertikal
3. Bandara yang terintegrasi 3. Pemerataan sarana pendidikan dan
4. Jalan tol (termasuk trans Sulawesi) Kesehatan
5. Kereta api antarkota 4. Jaringan perpipaan
6. Angkutan umum massal perkotaan 5. Layanan sanitasi dan persampahan

▪ Ketenagalistrikan
1. Pasokan listrik terintegrasi
2. Energi baru dan terbarukan

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 23


Lokasi Prioritas Pembangunan Wilayah Sulawesi
Dalam Rancangan Akhir RPJPN 2025-2045

Pengembangan Kawasan
• Kawasan Industri • Kawasan Pertanian Tanaman
Pertambangan* Pangan*
• Kawasan Industri Perkapalan* • Kawasan Perkebunan Kakao*
• Kawasan Industri Perikanan • Kawasan Perkebunan Kopi
• Kawasan Ekowisata* • Kawasan Perkebunan Kelapa
• Kawasan Perikanan Tangkap*
• Kawasan Perikanan Budidaya
Pengembangan Perkotaan
• Wilayah Metropolitan Makassar* • Kota Palu
• Wilayah Metropolitan Manado
• Kota Besar Kendari
• Kota Besar Gorontalo
Pengembangan Simpul • Angkutan umum massal
Transportasi perkotaan wilayah Metropolitan
• Bandara Sam Ratulangi Makassar, Manado, Kendari,
• Bandara Sultan Hasanuddin* Gorontalo*
• Pengembangan jalan tol dan • Pelabuhan Makassar*
penyelesaian Trans Sulawesi* • Pelabuhan Bitung
• Kereta antarkota Makassar- • Pelabuhan Gorontalo/Anggrek
Parepare • Pelabuhan Pantoloan
• Pelabuhan Kendari
*) merupakan Lokasi Prioritas di Wilayah Sulawesi Selatan

• Pengembangan kawasan pada RPJPN 2025-2045 perlu didetilkan di dalam


RPJMN 2025-2029 yang saat ini masih dalam proses pendetailan lebih lanjut
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 24
Upaya Transformasi Wilayah Sulawesi

TRANSFORMASI SOSIAL
1. Perluasan upaya promotif-preventif dan 6. Wajib PAUD 1 tahun dan sekolah 12 tahun untuk 12.Pembangunan ekosistem riset dan inovasi, serta
pembudayaan perilaku hidup sehat; meningkatkan rata rata lama sekolah dan kualitasnya ekosistem pariwisata yang berbasis digital untuk
2. Percepatan penanganan stunting, khususnya di 7. Pemerataan kualitas antarsatuan Pendidikan dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja; Pengentasan
Provinsi Sulawesi Barat serta percepatan antardaerah untuk memastikan lulusan dengan kemiskinan terutama pada perdesaan dan daerah
eliminasi penyakit menular di daerah endemis, kualitas yang setara dan tingkat kebekerjaan tinggi; afirmasi 3T melalui perlindungan sosial adaptif;
seperti malaria, sistosomiasis di Provinsi 8. Percepatan peningkatan partisipasi Pendidikan tinggi, serta
Sulawesi Tengah melalui pendekatan integrasi serta pengadaan prodi Perguruan Tinggi (STEAM) 13.Perlindungan sosial yang adaptif bagi seluruh
multisektor dan rekayasa lingkungan habitat yang sesuai dengan komoditas unggulan wilayah masyarakat terutama kelompok marginal melalui
vektor; seperti pertambangan, industri pengolahan hasil antara lain penyediaan insentif jaminan
3. Penyediaan pelayanan kesehatan bergerak pertambangan, perikanan, dan pariwisata; ketenagakerjaan bagi usia pekerja, perlindungan
(mobile health services), khususnya untuk 9. Perkuatan pengelolaan tenaga pendidik dengan dan keamanan ekonomi untuk penduduk lansia,
daerah kepulauan dengan moda yang sesuai meningkatkan kualitas dan kompetensi pendidik yang serta bantuan sosial terhadap penyandang
dengan karakteristik alam; modern dan adaptif, serta peningkatan proporsi dosen disabilitas.
4. Perkuatan pemenuhan tenaga medis dan kualifikasi Strata-3;
kesehatan yang didukung dengan pemberian 10.Peningkatan akses dan kualitas Pendidikan vokasi
bantuan/insentif dan afirmasi pendayagunaan sesuai dengan potensi ekonomi seperti
tenaga medis dan kesehatan dari masyarakat pertambangan, industri pengolahan hasil
lokal terutama di daerah sulit akses dan daerah pertambangan, dan perikanan serta keterkaitan
afirmasi 3TP; dengan DUDI;
5. Pengembangan sistem telemedicine yang 11.Penyediaan afirmasi akses pendidikan, terutama untuk
didukung oleh peningkatan cakupan jaminan daerah yang masih belum terjangkau termasuk
sosial masyarakat (kesehatan dan pengembangan sistem pembelajaran jarak jauh
ketenagakerjaan); melalui pemanfaatan TIK yang menjangkau daerah
terpencil, penyediaan asrama siswa dan guru, dan
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 penguatan sekolah terbuka; 25
Upaya Transformasi Wilayah Sulawesi

TRANSFORMASI EKONOMI
1. Peningkatan nilai tambah dan kompleksitas 7. Optimalisasi peran perdesaan dalam upaya peningkatan 14. Pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan skala
industri, termasuk hilirisasi industri berbasis diversifikasi ekonomi yang inklusif; kecil (isolated mini-grid) guna memperluas
sumber daya alam mineral seperti nikel dan 8. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) penyediaan layanan yang lebih berkualitas;
aspal, serta peningkatan daya saing sektor dan inovasi untuk pengembangan komoditas unggulan; 15. Pengembangan jaringan listrik cerdas (smart grid)
pertanian dan perikanan berikut pengembangan 9. Pengembangan ekonomi biru berbasis keunggulan dalam mendukung peningkatan keandalan dan upaya
teknologi dan efisiensi rantai distribusinya; wilayah; dekarbonisasi pasokan tenaga listrik; serta
2. Peningkatan daya saing sektor tradisional untuk 10. Penguatan kemandirian pangan dan ketahanan air, 16. Mengembangkan sistem interkoneksi dalam
pertumbuhan berkelanjutan (sektor perikanan antara lain melalui pertanian regeneratif; meningkatkan kestabilan dan keandalan pasokan
budidaya, perikanan tangkap, wisata bahari, dan 11. Peningkatan rantai nilai global melalui skema-skema listrik
industri galangan kapal); kerja sama regional dengan Asia Timur, Pasifik dan Digital
3. Penumbuhan dan peningkatan kapasitas Australia; 14. Penuntasan dan penguatan infrastruktur teknologi
emerging sectors (bioekonomi dan bioteknologi, 12. Peningkatan up-skilling dan re-skilling SDM utamanya informasi dan komunikasi (TIK) melalui upaya
pendidikan dan riset, serta manajemen sumber terkait pariwisata, pertanian, pertambangan dan industri; memperluas jaringan broadband hingga menjangkau
daya); serta ke seluruh pelosok;
4. Optimalisasi peran pusat-pusat pertumbuhan 13. Pengembangan kawasan perkotaan, termasuk Wilayah 15. Peningkatan utilisasi dan pemanfaatan TIK di
baru untuk pengembangan produk unggulan Metropolitan, yang terintegrasi dan berkelanjutan berbagai sektor prioritas melalui upaya meningkatkan
dalam mendukung pengembangan wilayah; berbasis karakter wilayah dengan memperhatikan daya digitalisasi di sektor strategis;
5. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah, serta dukung dan daya tampung. 16. Peningkatan fasilitas pendukung transformasi digital
efisiensi rantai distribusi komoditas pertanian, Ketenagalistrikan melalui upaya meningkatkan literasi digital bagi
perkebunan, dan perikanan; 14. Pengembangan pasokan listrik terintegrasi dengan masyarakat, menciptakan keamanan informasi dan
6. Peningkatan nilai tambah dan penerapan industri melalui pemanfaatan sumber energi tersedia; siber serta kemampuan SDM digital atau digital skill
pariwisata berkelanjutan termasuk 15. Mendorong pemanfaatan energi baru dan energi (antara lain melalui pelatihan talenta digital dasar,
pengembangan wilayah konservasi alam sebagai terbarukan untuk memperbaiki bauran pembangkit menengah, dan tinggi, serta kepemimpinan digital);
sumber pertumbuhan ekonomi (eco-tourism); listrik; 17. Peningkatan anggaran IPTEKIN nasional menuju
komersialisasi oleh industry; serta
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 18. Pembangunan Ibukota Nusantara (IKN). 26
Upaya Transformasi Wilayah Sulawesi

SUPREMASI HUKUM, STABILITAS, KETAHANAN SOSIAL BUDAYA DAN


TRANSFORMASI TATA KELOLA
DAN KEPEMIMPINAN INDONESIA EKOLOGI
1. Optimasi dan harmonisasi regulasi, termasuk 1. Penguatan kerja sama antarnegara dengan Malaysia dan 1. Penguatan pendidikan yang berbasis kerukunan antar
proses pra-regulasi yang memadai di daerah; Filipina dalam pencegahan dan penanggulangan etnis dan agama;
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat sipil yang ancaman terorisme; 2. Penguatan modal sosial untuk pemberdayaan
bermakna termasuk pelibatan masyarakat; 2. Peningkatan keamanan dan ketertiban untuk masyarakat, preservasi budaya dan penguatan
3. Peningkatan respons terhadap laporan pelayanan mengurangi tingkat kriminalitas lokal, khususnya di kearifan lokal, dan pengembangan pendidikan
publik masyarakat; Kawasan Industri baru; karakter sejak dini untuk mengurangi masalah sosial
4. Pengembangan smart government serta 3. Pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan pengawasan seperti perkawinan anak;
penguatan kapasitas aparatur daerah dan keamanan di wilayah perbatasan laut; 3. Diversifikasi pangan termasuk untuk meningkatkan
lembaga dalam hal manajemen data dan 4. Peningkatan kapasitas fiskal daerah melalui Intensifikasi derajat kesehatan;
keamanan informasi, kapasitas digital SDM ASN, pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD), 4. Perencanaan tata ruang dengan mempertimbangkan
dan pengelolaan aset daerah; pemanfaatan pembiayaan alternatif antara lain KPBU, daya dukung, daya tampung lingkungan hidup, luasan
5. Percepatan digitalisasi layanan publik dan CSR, dana jasa ekosistem dan pasar karbon, hutan, wilayah jelajah satwa spesies dilindungi, serta
pelaksanaan audit SPBE untuk penguatan aspek peningkatan kualitas belanja daerah untuk mendukung risiko bencana;
pemerintahan digital; potensi komoditas unggulan, optimalisasi pemanfaatan 5. Penguatan efektivitas Kesatuan Pengelolaan Hutan
6. Peningkatan pencegahan dan pemberantasan Transfer ke Daerah (TKD), sinergi perencanaan dan (KPH);
korupsi melalui pendidikan anti korupsi; penganggaran prioritas daerah dengan prioritas 6. Penguatan manajemen bencana, mencakup mitigasi
transparansi proses perencanaan, nasional; struktural dan nonstruktural, kesiapsiagaan, tanggap
penganggaran, dan pengadaan jasa-jasa; serta 5. Penguatan pengendalian inflasi daerah; darurat, dan adaptasi pemulihan terhadap bencana;
transparansi layanan perizinan berbasis digital; 6. Transformasi sistem penuntutan menuju single 7. Rehabilitasi dan pemanfaatan lahan pasca tambang;
7. Pengawasan proses pengembangan karier, prosection system dan transformasi lembaga kejaksaan 8. Pembangunan infrastruktur tanggap bencana
promosi mutasi ASN dan manajemen kinerja sebagai advocaat general; serta berbasis lingkungan;
dengan pemanfaatan teknologi informasi; serta 7. Reformasi subsidi terutama energi terbarukan dan 9. Pemanfaatan dan penguatan teknologi berbasis
8. Penguatan integrasi partai politik. pupuk tepat sasaran. tanggap bencana;
10. Peningkatan ketahanan keluarga dan lingkungan
pendukung berbasis kearifan lokal;
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 27
Upaya Transformasi Wilayah Sulawesi

KETAHANAN SOSIAL BUDAYA DAN EKOLOGI IMPLEMENTASI TRANSFORMASI


11. Pemenuhan hak dan perlindungan anak, 15. Perlindungan pulau-pulau kecil dari risiko abrasi; 1. Penguatan kerja sama antardaerah dalam
perempuan, pemuda, penyandang disabilitas, 16.Perlindungan Makassar dan Manado dari banjir kala pengelolaan wilayah berbasis kesatuan
dan lansia melalui pengasuhan dan perawatan, ulang 100 tahun; ekologi/ekosistem di Wilayah Sulawesi;
pembentukan resiliensi, dan perlindungan dari 17. Penguatan upaya pengelolaan dan mempertahankan Penuntasan RDTR kab/kota serta kewenangan
kekerasan, termasuk perkawinan anak dan ekosistem alami berupa kawasan konservasi untuk tata ruang laut;
perdagangan orang; menjaga keberadaan hutan alam dan bakau serta 2. Peningkatan pelaksanaan reforma agraria;
12. Pemberdayaan perempuan, pemuda, menjaga luasan hutan sebagai tempat wilayah jelajah 3. Pengembangan pelabuhan-pelabuhan simpul
penyandang disabilitas, dan lansia melalui satwa (home range) dan konektivitas spesies yang utama di Sulawesi untuk mendukung
penguatan kapasitas, kemandirian, kemampuan dilindungi di antaranya anoa dan babi rusa; pengembangan kawasan ekonomi di antaranya
dalam pengambilan keputusan, serta 18. Peningkatan kapasitas SDM petani dalam menerapkan pengembangan Pelabuhan Makassar (Sulawesi
peningkatan partisipasi di berbagai bidang pertanian cerdas iklim; Selatan) dan pelabuhan Bitung (Sulawesi Utara)
pembangunan; serta 19. Penerapan teknologi climate smart agriculture melalui serta Pelabuhan lainnya seperti Pelabuhan
13. Penguatan pengarusutamaan gender dan inklusi penyediaan bibit berkualitas; Gorontalo/Anggrek (Gorontalo), Pelabuhan
sosial dalam pembangunan Wilayah Sulawesi. 20. Penguatan upaya pencegahan dan pengendalian Pantoloan (Sulawesi Tengah), Pelabuhan Kendari
Sumber Daya Air Terpadu penyakit yang dipengaruhi oleh iklim; (Sulawesi Tenggara) sehingga dapat berperan
11. Pembangunan tampungan air serba guna yang 21. Perwujudan pencegahan, penurunan, dan pengendalian sebagai hub komoditas untuk Kawasan Timur
memberikan manfaat secara cepat bagi penyakit serta masalah kesehatan akibat perubahan Indonesia;
kebutuhan air sehari-hari masyarakat; iklim; 4. Pemanfaatan ALKI II di sisi wilayah Sulawesi
12. Pengembangan dan pengelolaan irigasi untuk 22. Ketahanan energi dengan pendekatan terpadu FEW bagian barat dan ALKI III di sisi wilayah Sulawesi
menunjang sawah beririgasi produktif eksisting; Nexus; serta bagian timur secara optimal untuk
13. Pengembangan natural based solution untuk 23. Reformasi pengelolaan sampah terintegrasi dari hulu ke menghubungkan rantai pasok/nilai domestik dan
pengendalian banjir seperti perkuatan tanggul hilir. global;
alami di sungai;
14. Pengembangan Flood Forecasting Warning
System;
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 28
Upaya Transformasi Wilayah Sulawesi

IMPLEMENTASI TRANSFORMASI
5. Pengembangan konektivitas feeder angkutan laut 6. Pengembangan transportasi perkotaan 12. Eliminasi praktik BABS di seluruh rumah tangga
termasuk melalui pembangunan infrastruktur dan sarana termasuk sistem angkutan umum massal melalui pemicuan perubahan perilaku masyarakat
kapal RoRo (Roll-On/Roll-Off) angkutan barang sebagai perkotaan di Wilayah Metropolitan Makassar serta penyediaan sarana dan prasarana rantai layanan
bagian transportasi multimoda untuk menjangkau dan Manado serta kota-kota besar dan sedang sanitasi yang aman; serta
seluruh Wilayah Sulawesi; lain seperti Kendari dan Gorontalo yang andal 13. Penyediaan pengelolaan persampahan yang terpadu
6. Pengembangan bandara utama (Sultan Hasanuddin di serta modern dalam melayani mobilitas dari hulu hingga ke hilir dengan target pemilahan
Sulawesi Selatan dan Sam Ratulangi di Sulawesi Utara) penumpang. sampah sejak dari rumah tangga dengan target 100
serta bandara lainnya dan integrasi dengan 7. Pemenuhan rumah layak huni yang disesuaikan persen sampah terangkut dan tertangani di TPST
pengembangan wilayah termasuk aerocity serta dengan karakteristik budaya dan adat, risiko dengan berorientasi pada prinsip ekonomi sirkuler.
pengembangan bandara perairan dan seaplane bencana, dan kondisi geografis wilayah pesisir Sinkronisasi substansi dan periodisasi dokumen
termasuk untuk mendukung pariwisata dan aksesibilitas; dan kepulauan; perencanaan pusat dan daerah;
7. Pembangunan jalan tol dan penyelesaian Trans 8. Pengembangan hunian vertikal, terutama di 14. Sinkronisasi periodisasi RPJPD dan RTRW Provinsi;
Sulawesi serta pembangunan dan peningkatan wilayah perkotaan dan sekitar pusat 15. Peningkatan akuntabilitas kinerja pemda berdasarkan
kapasitas jalan daerah pada koridor utama untuk pertumbuhan; sasaran prioritas nasional;
mendukung integrasi rantai pasok domestik 9. Penataan kawasan permukiman, terutama di 16. Perkuatan pengendalian pembangunan, melalui
(menghubungkan kawasan ekonomi dan wilayah perkotaan dan sekitar pusat penerapan manajemen risiko;
pelabuhan/bandara); pertumbuhan; 17. Peningkatan sistem elektronik terpadu dan tata kelola
8. Penyelesaian kereta antarkota Makassar – Parepare, 10. Pemenuhan akses air minum aman serta data pembangunan; serta
serta pengembangan kereta angkutan barang terpadu sanitasi aman, berkelanjutan, dan inklusif sesuai 18. Pengembangan pembiayaan inovatif, termasuk KPBU
dengan pengembangan kawasan, simpul transportasi karakteristik daerah; dan blended finance.
utama (pelabuhan), dan fasilitas antarmoda; serta 11. Optimalisasi sumber daya air dan
pengembangan teknologi yang efektif dan
efisien dalam pemenuhan akses air minum
aman terutama untuk daerah kepulauan dan
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 rawan air; 29
Sinkronisasi RPJPN dan RPJPD Provinsi Sulawesi
Selatan

30
Kaidah Pelaksanaan Untuk Menjaga Konsistensi Pembangunan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)


RPJPN 2025-2045: 20 tahun
Nasional memiliki posisi tertinggi dalam perencanaan
RPJM 2025-2029: 5 tahun pembangunan nasional sehingga menjadi pedoman
RKP: 1 tahun bagi dokumen perencanaan turunannya.

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 31


Amanat RUU RPJPN 2025-2045: Penyusunan RPJPD Wajib Selaras dan Berpedoman
pada RPJPN 2025 – 2045 (Pasal 10 ayat 2)

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 32


32
Penyelarasan Bab V Kewilayahan RPJPN 2025-2045

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 33


33
Koridor Penyelarasan: Penyelarasan Indikator Utama Pembangunan

INDIKATOR DAERAH
Transformasi Indonesia
Untuk Menjaga Substansi Transformasi,
maka perlu penyelarasan indikator-indikator
1. Transformasi Sosial (10 Indikator)
utama pembangunan di level nasional yang
2. Transformasi Ekonomi (13 Indikator) dapat diturunkan ke daerah.
3. Transformasi Tata Kelola (4 Indikator)
Koridor Penajaman Indikator

1 Ketersediaan data dan kecocokan dengan


karakteristik daerah
Landasan Transformasi
2 Identifikasi proksi lain yang dapat mendukung
4. Supremasi Hukum, Stabilitas, dan pencapaian visi dan arah pembangunan
Kepemimpinan Indonesia (9 Indikator) 3
Catatan penjelasan untuk indikator yang tidak
5. Ketahanan Sosial Budaya dan Ekologi bisa diterjemahkan di tingkat daerah
(9 Indikator)
4 Exercise baseline dan target indikator yang
telah teridentifikasi

© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 34


34
KESIMPULAN

35
Penutup
• Perlu dilakukan penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi dengan RPJP Nasional Tahun 2025-2045.
Penyelarasan RPJP Daerah Provinsi dengan RPJP Nasional Tahun 2025-2045 bertujuan untuk:
1. Mencapai tujuan pembangunan daerah yang selaras dengan tujuan pembangunan nasional.
2. Menciptakan integrasi, keselarasan, konsistensi, dan sinergi antar dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang di
tingkat pusat dan daerah provinsi.
3. Mewujudkan RPJP Daerah Provinsi yang harmonis dan selaras dengan RPJP Nasional Tahun 2025-2045, baik dari segi
periodisasi maupun substansi pengaturan.
4. Menjamin sinkronisasi kebijakan-kebijakan di dalam RPJP Daerah Provinsi dengan RPJP Nasional Tahun 2025-2045.
5. Menjamin terciptanya dukungan perencanaan daerah terhadap pencapaian visi, sasaran visi, misi, arah pembangunan dan
indikator utama pembangunan nasional.
6. Memastikan ruang yang memadai bagi pemerintah provinsi untuk merencanakan dan menjalankan pembangunan sesuai
prioritas pembangunan dan hak keotonomian daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

• Penyelarasan RPJP Daerah Provinsi dengan Rancangan Akhir RPJP Nasional Tahun 2025-2045 sesuai dengan karakteristik, inovasi,
dan pengembangan daerah, dengan wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengikuti periode Rancangan Akhir RPJP Nasional Tahun 2025-2045;
2. Berpedoman pada Rancangan Akhir RPJP Nasional Tahun 2025-2045; dan
3. Memastikan keselarasan muatan RPJP Daerah Provinsi dengan:
• Visi, 5 (lima) sasaran visi, 8 (delapan) misi pembangunan, dan 17 (tujuh belas) arah pembangunan;
• Arah kebijakan kewilayahan dan sarana prasarana; dan
• 45 (empat puluh lima) indikator utama pembangunan,
sebagaimana termuat dalam Rancangan Akhir RPJP Nasional Tahun 2025-2045,
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 36
Penutup
• Dengan perannya yang besar bagi Pulau Sulawesi, maka perencanaan perlu diarahkan sebagai dasar dari upaya transformasi
perekonomian wilayah menjadi basis hilirisasi komoditas unggulan wilayah serta memantapkan peran Sulawesi sebagai hub
dan pintu gerbang perdagangan internasional dan kawasan timur indonesia. Oleh karena itu, dalam jangka panjang diperlukan
penguatan sektor pertanian dan perikanan serta pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan memanfaatkan
kawasan industri yg telah dikembangkan.
• Beberapa Pembangunan Infrastruktur di Provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi kebijakan dalam RPJPN 2025-2045 antara lain
• Pengembangan Pelabuhan Makassar sehingga dapat berperan sebagai hub komoditas untuk Kawasan Timur Indonesia
• Pengembangan Bandara Utama Sultan Hasanuddin di Sulawesi Selatan yang terintegrasi dengan pengembangan wilayah
termasuk aerocity serta pengembangan bandara perairan dan seaplane termasuk untuk mendukung pariwisata dan
aksesibilitas
• Pembangunan jalan tol dan penyelesaiannya Trans Sulawesi serta pembangunan dan peningkatan kapasitas jalan daerah
pada koridor utama untuk mendukung integrasi rantai pasok domestik (menghubungkan kawasan ekonomi dan
pelabuhan/bandara)
• Penyelesaian kereta antar kota Makassar - Parepare, serta pengembangan kereta angkutan barang terpadu dengan
pengembangan kawasan, simpul transportasi utama (pelabuhan), dan fasilitas antarmoda
• Dalam perannya sebagai “Penunjang Ekonomi IKN dan Industri Berbasis SDA” maka diperlukan penguatan sektor pertanian,
peningkatan produktivitas sektor perkebunan, serta pengembangan industri pengolahan sebagai penunjang ekonomi
pembangunan IKN
• Untuk mendukung pengembangan wilayah diperlukan peningkatan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru di
Sulawesi Selatan, antara lain PKN (Mamminasata) dan PKW (Palopo, Watampone, Parepare, Barru, Pangkajene, Jeneponto dan
Bulukumba)
• Dalam menghubungkan rantai pasok/nilai domestik dan global, diperlukan optimalisasi pemanfaatan ALKI II disisi wilayah
Sulawesi bagian barat
© Kementerian PPN/Bappenas | 2023 37
TERIMA KASIH
DIREKTORAT REGIONAL II
Kementerian PPN/Bappenas
Menara Bappenas Lantai 9, Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. B-2
Kuningan, Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai