Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KEBIJAKAN ANTI KORUPSI DI TINGKAT NASIONAL DAN

INTERNASIONAL

Salisatuz zuhro

Prof. Dr.Isa Anshori, Drs., M.Si

Universitas muhammadiyah sidoarjo

email: Salisazuhro123@gmail.com

Abstract

Corruption is believed to be the cause of declining government legitimacy, breakdown of


services public, even the deterioration of the quality of life of mankind. Political corruption in
an institutional perspective is the act of deviating from the duties of a formal public role to
obtain money or private wealth in a way that violates the rules of those in certain positions
that can influence. The reason voters vote for corrupt politicians is because voters often look
for which one is more profitable to meet all their needs. The implementation of elections /
elections must run as mandated in Pancasila and laws and regulations. The General Elections
Commission / Regional Election Commission as the organizer of elections must make
complete and detailed election procedures by referring to laws and regulations, It aims so that
all election contestants do not commit fraudulent acts such as corruption. Money political
crimes are regulated in Article 523 paragraphs (1) to paragraph (3) of Law No. 7 of 2017
concerning Elections, which are divided into 3 categories, namely during campaigns, quiet
periods and during voting. By using criminal law or using a criminal approach, expected
various Violations committed can be dealt with in order to ensure the process the elections
were fair.

Keywords: Corruption, Elections, Criminal Acts

Abstrak

Korupsi diyakini sebagai akar penyebab menurunnya legitimasi pemerintah dan


terganggunya layanan. Menurunnya kualitas hidup masyarakat dan bahkan masyarakat. Dari
sudut pandang institusional, korupsi politik didefinisikan sebagai penyimpangan dari tugas
formal pejabat untuk mendapatkan uang atau kekayaan pribadi dengan cara yang
bertentangan dengan aturan mereka yang berada dalam posisi berpengaruh tertentu. Alasan
pemilih memilih politisi yang korup adalah karena mereka sering fokus pada mana yang lebih
bermanfaat untuk memenuhi semua kebutuhan mereka. Pemilihan umum/pilkada harus
dilaksanakan sesuai dengan syarat dan ketentuan peraturan perundang-undangan Pancasila.
KPU/KPUD sebagai penyelenggara pemilu harus menetapkan tata cara penyelenggaraan
pemilu secara lengkap dan rinci dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan. Tidak
melakukan perbuatan curang seperti korupsiTindak pidana politik uang diatur dalam Pasal
523 ayat (1) sampai dengan ayat (3) UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, yang dibagi dalam
3 kategori yakni pada saat kampanye, masa tenang dan saat pemungutan suara. Dengan
menggunakan
hukum pidana atau menggunakan pendekatan pidana, diharapkan berbagai
pelanggaran yang dilakukan dapat ditindak dalam rangka memastikan proses
pemilu berjalan secara adil.

Kata kunci: Korupsi, Pemilu, Tindak Pidana

I. Pendahuluan

Korupsi adalah masalah serius yang menghambat pembangunan, merusak


kepercayaan masyarakat, dan merugikan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, upaya
pencegahan dan pemberantasan korupsi menjadi prioritas di banyak negara di seluruh dunia.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kebijakan anti korupsi yang efektif baik di tingkat
nasional maupun internasional

.Analisis kebijakan anti korupsi pada tingkat nasional melibatkan pengkajian dan evaluasi
terhadap berbagai kebijakan, peraturan, dan langkah-langkah yang telah diambil oleh
pemerintah dalam upaya memerangi korupsi di negara tersebut. Tujuan utama dari analisis ini
adalah untuk memahami efektivitas kebijakan yang ada, mengidentifikasi kelemahan dan
celah yang perlu diperbaiki, serta merumuskan rekomendasi kebijakan yang lebih baik. Ada
beberapa elemen penting yang perlu dianalisis dalam kebijakan anti korupsi di tingkat
nasional. Pertama, struktur hukum dan regulasi yang mendukung pemberantasan korupsi
perlu dievaluasi. Hal ini meliputi peraturan mengenai pemberantasan korupsi, perlindungan
whistleblower, pengaturan transparansi dan akuntabilitas, serta mekanisme penegakan hukum
yang efektif.

Selain itu, analisis kebijakan anti korupsi juga harus mempertimbangkan isu-isu institusional,
seperti pembentukan lembaga anti korupsi yang mandiri dan berwenang, serta koordinasi
yang baik antara berbagai lembaga terkait. Pengawasan dan pemantauan terhadap lembaga
anti korupsi juga perlu dianalisis untuk memastikan integritas dan independensinya.

Selanjutnya, dalam analisis kebijakan anti korupsi di tingkat nasional, penting untuk
mempertimbangkan aspek sosial dan budaya. Faktor-faktor seperti pendidikan, kesadaran
masyarakat, partisipasi publik, serta peran media dalam memerangi korupsi harus
diperhatikan. Pendidikan dan kampanye anti korupsi juga penting untuk membangun
kesadaran dan mengubah perilaku masyarakat terhadap korupsi.

Selain analisis kebijakan anti korupsi di tingkat nasional, juga diperlukan analisis kebijakan
di tingkat internasional. Korupsi sering kali melibatkan transaksi lintas batas dan melibatkan
pihak-pihak dari berbagai negara. Oleh karena itu, kerjasama internasional dalam
pemberantasan korupsi sangat penting.

Analisis kebijakan anti korupsi di tingkat internasional melibatkan evaluasi terhadap


kerangka hukum dan kerjasama antar negara dalam memerangi korupsi. Hal ini meliputi
adopsi dan implementasi konvensi internasional anti korupsi, pertukaran informasi, repatriasi
aset hasil korupsi, dan bantuan teknis antar negara.

II. Metode

Penelitian adalah suatu kegiatan yang berusaha mencari kebenaran secara ilmiah dari
suatu pokok bahasan dengan menggunakan metode ilmiah. Penelitian yang dilakukan
memenuhi kriteria penelitian ilmiah jika memenuhi kriteria atau didasarkan pada metodologi
tertentu sebagai bentuk persepsi pengetahuan. Penelitian juga merupakan suatu cara untuk
menemukan dan memperoleh jawaban atas pertanyaan dan masalah secara sistematis dan
ilmiah. Tujuan penelitian adalah untuk mengubah pendapat dengan kesimpulan yang diterima
secara umum dan aplikasi baru untuk pendapat tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.


Penggunaan metode penelitian kualitatif ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan
pemahaman mendalam tentang tindak pidana korupsi dan tindak pidana pemilukada yang
dilakukan di Indonesia. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis
terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya (Hoy, & Adams, 2015).
Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis, teori-teori dan/ atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam analisis kebijakan anti korupsi di
tingkat nasional dan internasional. Berikut ini adalah beberapa metode yang umum digunakan:

Analisis Kebijakan Publik: Metode ini melibatkan pengkajian terhadap kebijakan-kebijakan


yang telah diimplementasikan dan efektivitasnya dalam memerangi korupsi. Analisis
kebijakan publik mencakup identifikasi tujuan kebijakan, analisis isu-isu yang relevan,
pengumpulan dan analisis data, serta penilaian dampak kebijakan.

Evaluasi Program: Metode evaluasi program digunakan untuk mengevaluasi efektivitas


program-program anti korupsi yang telah diimplementasikan. Evaluasi ini melibatkan
pengumpulan data, analisis kinerja program, penilaian output dan outcome, serta identifikasi
perubahan yang terjadi sebagai dampak program.

Analisis Regulasi: Metode ini melibatkan analisis terhadap regulasi dan peraturan yang ada
terkait dengan pemberantasan korupsi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kelemahan
dan celah dalam regulasi yang dapat dieksploitasi untuk tindakan korupsi. Analisis ini juga
mencakup penilaian terhadap kepatuhan terhadap regulasi dan implementasinya.

Analisis Sosial: Metode ini berfokus pada aspek sosial dan budaya dalam pemberantasan
korupsi. Melalui analisis sosial, dapat diidentifikasi faktor-faktor sosial dan budaya yang
dapat mempengaruhi terjadinya korupsi, serta faktor-faktor yang dapat mendukung atau
menghambat upaya pemberantasan korupsi. Metode ini melibatkan pengumpulan data
melalui wawancara, survei, dan studi kasus.

Analisis Komparatif: Metode ini melibatkan perbandingan kebijakan dan praktik


pemberantasan korupsi di berbagai negara. Dengan membandingkan kebijakan dan praktik
yang berbeda, dapat diidentifikasi keberhasilan, kelemahan, dan pelajaran yang dapat dipetik
untuk diterapkan di negara lain. Analisis komparatif melibatkan studi literatur, analisis
perbandingan, dan penilaian terhadap konteks sosial dan politik masing-masing negara.
Studi Kasus: Metode studi kasus melibatkan analisis mendalam terhadap kasus-kasus
konkret korupsi yang terjadi di tingkat nasional atau internasional. Dalam metode ini, kasus

kasus tersebut dianalisis dari berbagai aspek, termasuk faktor penyebab, kelemahan
sistem, pelaku, dan dampaknya. Studi kasus ini dapat memberikan wawasan yang lebih detail
dan konkrit tentang tantangan dan strategi dalam pemberantasan korupsi.

Dalam melakukan analisis kebijakan anti korupsi, seringkali digunakan pendekatan yang
kombinatif dari beberapa metode di atas untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif
dan mendalam tentang masalah korupsi serta upaya penanggulangannya.

III. Hasil dan Pembahasan

Hasil pembahasan analisis kebijakan anti korupsi di tingkat nasional dan internasional
akan sangat bervariasi tergantung pada konteks dan kondisi masing-masing negara. Namun,
berikut ini adalah beberapa hasil yang umum dapat ditemukan dalam analisis tersebut:
Identifikasi kebijakan dan peraturan yang efektif: Analisis kebijakan dapat membantu
mengidentifikasi kebijakan dan peraturan yang telah terbukti efektif dalam pemberantasan
korupsi. Ini dapat meliputi pengenalan regulasi anti korupsi yang kuat, pendirian lembaga
anti korupsi yang independen dan berwenang, serta implementasi mekanisme transparansi
dan akuntabilitas yang efektif.

Penilaian terhadap efektivitas lembaga anti korupsi: Analisis kebijakan dapat


memberikan penilaian terhadap kinerja lembaga anti korupsi yang ada, seperti komisi
pemberantasan korupsi atau otoritas anti korupsi lainnya. Hal ini melibatkan evaluasi
terhadap independensi, integritas, dan kinerja lembaga tersebut dalam mengungkap dan
menindak kasus-kasus korupsi.

Pengidentifikasian celah dan kelemahan dalam sistem: Analisis kebijakan dapat


membantu mengidentifikasi celah dan kelemahan dalam sistem pemberantasan korupsi.
Misalnya, dapat diungkapkan kekurangan dalam regulasi, kelemahan dalam pengawasan dan
penegakan hukum, serta ketidakefektifan mekanisme pelaporan dan perlindungan
whistleblower. Identifikasi celah dan kelemahan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
merumuskan rekomendasi perbaikan.
Pertukaran informasi dan kerjasama internasional: Analisis kebijakan anti korupsi di
tingkat internasional dapat mengungkap tingkat kerjasama antar negara dalam memerangi
korupsi lintas batas. Ini dapat mencakup identifikasi keberhasilan kerjasama, kendala yang

dihadapi, serta pelajaran yang dapat dipetik untuk meningkatkan kerjasama di masa
mendatang.

Pengaruh faktor sosial dan budaya: Analisis kebijakan juga dapat menyoroti peran faktor
sosial dan budaya dalam pemberantasan korupsi. Misalnya, dapat diidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat toleransi terhadap korupsi dalam masyarakat, serta upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran, pendidikan, dan partisipasi publik dalam
upaya pemberantasan korupsi.

Evaluasi program dan keberhasilan implementasi: Analisis kebijakan dapat


melibatkan evaluasi terhadap program-program anti korupsi yang telah diimplementasikan.
Hal ini dapat menghasilkan penilaian tentang keberhasilan program, dampak yang telah
dicapai, serta rekomendasi untuk perbaikan lebih lanjut.

IV. Kesimpulan

Kesimpulan dari kebijakan anti korupsi di tingkat nasional dan internasional adalah
sebagai berikut: korupsi merupakan masalah serius yang merugikan pembangunan, merusak
kepercayaan masyarakat, dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, upaya
pencegahan dan pemberantasan korupsi menjadi prioritas di tingkat nasional dan
internasional.

Kebijakan anti korupsi yang efektif memerlukan adopsi dan implementasi regulasi yang kuat.
Regulasi tersebut harus mencakup aspek transparansi, akuntabilitas, serta penegakan hukum
yang efektif.

Lembaga anti korupsi yang independen, mandiri, dan berwenang sangat penting dalam upaya
pemberantasan korupsi. Lembaga-lembaga ini harus memiliki sumber daya yang memadai,
integritas yang tinggi, dan kewenangan yang cukup untuk menyelidiki, mengungkap, dan
menindak tindak korupsi.
Kolaborasi internasional menjadi kunci dalam memerangi korupsi yang melintasi batas
negara. Pertukaran informasi, repatriasi aset hasil korupsi, dan kerjasama antar negara dalam
penegakan hukum harus ditingkatkan.

Pendidikan, kesadaran, dan partisipasi publik memainkan peran penting dalam


pemberantasan korupsi. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dampak negatif
korupsi serta

melibatkan mereka dalam pengawasan dan pengambilan keputusan dapat memperkuat upaya
anti korupsi.

Evaluasi kebijakan anti korupsi secara berkelanjutan dan peningkatan yang


berkesinambungan sangat diperlukan. Hal ini memungkinkan penyesuaian kebijakan dengan
perubahan konteks sosial, ekonomi, dan politik serta perbaikan berkelanjutan dalam upaya
pemberantasan korupsi.

Sinergi dan koordinasi antara tingkat nasional dan internasional dalam upaya anti korupsi
dapat memperkuat kebijakan dan mempercepat penanggulangan korupsi secara efektif.

Kesimpulan ini menekankan pentingnya regulasi yang kuat, lembaga anti korupsi yang
independen, kolaborasi internasional, pendidikan dan partisipasi publik, evaluasi
berkelanjutan, serta sinergi antara tingkat nasional dan internasional. Dengan
mengimplementasikan langkah-langkah ini, diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang
bersih, menjaga integritas, dan memerangi korupsi dengan lebih efektif di tingkat nasional
dan internasional.

Daftar Pustaka

Buku

HADIN, A. F. (2021). Editor: Korupsi, Pemilu dan Sumber Daya Alam Problem dan
Tantangan di Indonesia.

Irawan, A., Dahlan, A., Fariz, D., & Putri, A. G. KORUPSI PEMILU.

Jurnal
Mulyono, H. A. D., & Raharja, S. (2023). Determinan Pengungkapan Kebijakan Anti Korupsi. E-Jurnal
Akuntansi, 33(2), 515 Budiman, M. (2020). MODEL PEMBERANTASAN TINDAK

PIDANA KORUPSI PADA PEMILU/PEMILUKADA. LITIGASI, 21(2), 199-219.

Darmawan, W. B., Manan, F., & Amsari, F. Malpraktik dan Korupsi Pemilu di Indonesia:
Analisis terhadap Proses Penghitungan dan Rekapitulasi pada Pemilu 2019.

Syarifuddin, S. (2022). Kebijakan Anti Korupsi Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Di Kantor


Camat Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang (No. x4k5g). Center for Open
Science.Hayati, M., & Noor, R. S. (2020). Korelasi Pilkada Langsung Dan Korupsi

Di Indonesia. Morality: Jurnal Ilmu Hukum, 6(2), 102-115.

Paskarina, C. (2018). Korupsi Politik dalam Kompetisi Elektoral. Prisma, 37(3), 37-50.

Riwanto, A. (2015). Korelasi pengaturan sistem pemilu proporsional terbuka berbasis suara
terbanyak dengan korupsi politik di Indonesia. Yustisia Jurnal Hukum, 4(1), 89-102.

Sacipto, R. (2019). Kajian Praktik Money Politics Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum
Sebagai Cikal Bakal Tindak Pidana Korupsi. ADIL Indonesia Journal, 1(2).

Satria, H. (2019). Politik Hukum Tindak Pidana Politik Uang dalam Pemilihan Umum di
Indonesia. Integritas: Jurnal Antikorupsi, 5(1), 1-14

Ghofari, G. (2016). Analisis Kebijakan Anti-Korupsi Cina Di Era XI Jinping (Doctoral dissertation,
Universitas Gadjah Mada).

Anda mungkin juga menyukai