Anda di halaman 1dari 11

JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies Vol. 1, No.

2, 2019
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jasmerah page 63-73

ORANG INDIA DI PERKEBUNAN TEMBAKAU DELI:


NARASI FOTO, 1872-1900

Apriani Harahap
Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Medan, Indonesia
Email: aprianaiharahap@unimed.ac.id

Abstract
This article aims to look at the realities of Indian life in Deli tobacco plantations throughout 1872-1900.
By using a research method that combines the historical study of East Sumatra plantation communities
with the study of Indian coolies photos in the area taken from the Digital Collections Leiden University
Libraries website, the reality of Indian coolies' life has never been written by Indonesian historians. The
daily reality of Indians captured in photographs is the everyday side of working in Deli tobacco
plantations. Differentiation of work, appearance, and settlement based on race is a picture of their lives
while living on plantations. While working on plantations, Indian coolies earned an inadequate wage and
had to bear the tremendous burden of life. Through photo narration, it can be understood how the reality
of daily life of Indians in East Sumatra, which is currently a marginalized group in Indonesian history
textbooks.

Keywords: Deli, Indian, Photo Narration, Tobacco Plantation

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk melihat realitas kehidupan orang India di perkebunan tembakau Deli sepanjang
tahun 1872-1900. Dengan menggunakan metode penelitian yang menggabungkan kajian sejarah
masyarakat perkebunan Sumatera Timur dengan kajian foto-foto kuli India di daerah tersebut yang
diambil dari website Digital Collections Leiden University Libraries akan terungkap realitas kehidupan
kuli India yang sampai saat ini belum pernah ditulis oleh para sejarawan Indonesia. Realitas keseharian
orang India yang terekam dalam foto merupakan sisi keseharian selama bekerja di perkebunan tembakau
Deli. Diferensiasi pekerjaan, penampilan dan pemukiman berdasarkan ras merupakan gambaran
kehidupan mereka saat hidup di perkebunan. Selama bekerja di perkebunan, kuli-kuli India memperoleh
upah yang tidak layak dan harus menanggung beban hidup yang sangat luar biasa. Melalui narasi foto
dapat dipahami bagaimana realitas kehidupan sehari-hari orang India di Sumatera Timur yang saat ini
merupakan kelompok yang terpinggirkan dalam buku teks sejarah Indonesia.

Kata Kunci: Deli, Orang India, Narasi Foto, Perkebunan Tembakau

63
Apriani Harahap – Orang India di Perkebunan Tembakau Deli

PENDAHULUAN ketika terjadi rute maritim melalui Selat Malaka


Kajian sejarah tentang orang India di Indonesia dengan proses adanya perdagangan rempah-
belum begitu diminati kalangan akademik diban- rempah (Indradjaja, 2014: 180). Selain itu, ke-
dingkan dengan kajian sejarah orang China. datangan orang India ke kepulauan Indonesia
Gambaran kehidupan orang India di Indonesia sangat mungkin dalam upaya mencari emas
justru lebih mudah ditemukan dalam kajian (Coedes, 2010: 19). Seperti pada abad ke-7,
ilmiah yang dilakukan oleh sosiolog, antropolog pedagang India Tamil sudah melakukan per-
dan arkeolog. Kajian sosiologi mengenai ke- dagangan di wilayah Sumatera, tepatnya mela-
hidupan orang India terdapat pada artikel yang kukan perniagaan dengan Kerajaan Sriwijaya
ditulis A. Mani, seorang sosiolog dari Institute of yang menguasai bandar perniagaan di Selat
Southeast Asian Studies Singapura, dengan judul Melaka. Jual-beli atau tukar menukar barang
Indians in North Sumatra (Mani, 1993: 46-97). dagangan di Kerajaan Sriwijaya merupakan ak-
Artikel yang ditulis oleh antropolog Zulkifli B. tivitas perniagaan orang India pada saat itu.
Lubis dengan judul Kajian Awal Tentang Komu- Kerajaan Sriwijaya juga mengenakan bea cukai
nitas Tamil dan Punjabi di Medan: Adaptasi dan yang cukup tinggi terhadap pedagang-pedagang
Jaringan Sosial (Lubis, 2005: 136-146) dan India. Menurut Utomo (2016: 53-54), karena cu-
Bambang Budi Utomo dari Balai Arkeologi kai yang dikutip kerajaan Śrīwijaya terlampau
Nasional yang mengkaji tentang pengaruh ke- tinggi mengakibatkan Kerajaan Cōla dari India
budayaan India dalam bentuk arca di Sumatera mengambil tindakan dengan menyerang Sri-
(Utomo, 2016: 35-60). wijaya untuk melindungi para saudagar India.
Kajian sejarah yang membahas tentang Setelah serangan Kerajaan Cōla tahun 1025,
sejarah orang India adalah buku Tengku Luck- Kerajaan Śrīwijaya tidak lagi menguasai Selat
man Sinar yang berjudul Orang India di Suma- Melaka seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
tera Utara (Sinar, 2008). Buku ini merupakan Pada abad ke-11 sampai 14 Masehi, para
kajian pertama yang membahas sejarah orang pedagang India Selatan yang tergabung dalam
India, meskipun lebih mirip kronik yang men- serikat dagang Ayyavole Ainnurruvar atau Mani-
jelaskan urutan-urutan setiap peristiwa yang kiram telah melakukan aktivitas di Situs Kota
dialami orang India mulai sejak awal abad ke-3 Cina, sebuah wilayah yang terletak di Keca-
sampai abad ke-20. Namun kajian ini memberi matan Medan Marelan, kota Medan. Hal ini
tambahan informasi mengenai hubungan masya- dibuktikan dengan ditemukannya arca khas India
rakat India dengan masyarakat di pantai barat Selatan yang membuktikan bahwa orang India
dan pantai timur Sumatera pada abad ke-3 telah tinggal secara permanen di Situs Kota Cina
Masehi, upacara perkawinan dan ritual keaga- sepuluh abad yang lalu (McKinnon, 1984).
maan yang dilakukan orang Tamil dan Sikh di Bahkan dalam Hikayat Deli dikemukakan bah-
Sumatera Utara. wa pendiri Kesultanan Deli, Gocah Pahlawan,
Dari kajian-kajian di atas dapat dikatakan adalah keturunan seorang raja India (Sinar,
bahwa studi ilmiah mengenai sejarah orang India 2006: 49). Namun berdasarkan sebuah laporan,
di perkebunan tembakau Deli masih sangat keberadaan orang India sebagai ordinary people
langka. Oleh karenanya, artikel ini mencoba yang menetap di Deli dalam jumlah besar baru
menghadirkan realitas masa lalu dari kehidupan dimulai sejak empat dekade terakhir abad ke-19,
sehari-hari orang India di Perkebunan Deli me- ketika para pemodal swasta Barat meng-
lalui narasi foto. eksploitasi hutan-hutan tropis Deli menjadi
Berbicara mengenai kedatangan orang perkebunan-perkebunan tembakau. Seperti hal-
India di Indonesia sebagai pedagang tercatat nya orang Cina dan Jawa, orang India dikerah-
pertama kali di awal milenium pertama, yakni kan ke Deli untuk dipekerjakan sebagai kuli

64
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019

perkebunan, meskipun beberapa orang India da- foto-foto kaum terjajah yang diambil oleh pen-
tang ke perkebunan secara bebas atau tanpa jajah (Taylor, 2008: 316-317). Melalui narasi
menjadi kuli, seperti orang Sikh dan orang foto ini akan dijelaskan dan ditafsirkan seperti
Bombay (Harahap, 2014: 26). apakah orang India yang menjadi masyarakat
Di lingkungan perkebunan tembakau Deli, perkebunan di Ssumatera Timur.
orang India hidup sebagai kuli yang dikontrol Metode artikel ini sama dengan metode
oleh pihak perkebunan. Berbagai kisah kehi- yang digunakan dalam kajian Taylor (2008: 313-
dupan, pekerjaan dan penampilan kuli India di 372), yakni menggabungkan kajian sejarah mas-
perkebunan tembakau Deli sepanjang tahun yarakat perkebunan Sumatera Timur dengan
1872-1900 akan diungkap melalui narasi foto kajian foto-foto kuli India di daerah tersebut
yang didapat dari website Digital Collections yang diambil di website Digital Collections
Leiden University Libraries. Taylor (2008: 315) Leiden University Libraries. Foto-foto yang
mengemukakan foto dapat membantu mema- diunduh diperiksa dengan teliti, diuraikan secara
hami masa lalu, ide realitas dan ide kebenaran ringkas dengan prinsip kronologis dan kau-
dalam peristiwa sejarah, meskipun terkandung salitas. Dengan metode ini diharapkan akan
motif tertentu pada saat proses pengambilannya. memberikan pemahaman terhadap realitas masa
Demikian pula dengan foto-foto kuli India yang lalu kehidupan orang India di perkebunan
dikoleksi Digital Collections Leiden University tembakau Deli tahun 1872-1900.
Libraries dapat membantu kita memahami masa
lalu mereka selama hidup di lingkungan per- HASIL DAN PEMBAHASAN
kebunan tembakau Deli. Meskipun foto-foto Perkembangan Perkebunan Tembakau Deli
yang terdapat dalam website Digital Collections Tahun 1863, seorang pemodal swasta Barat ber-
Leiden University Libraries menampilkan sudut nama Jacobus Neinhus datang ke Deli dan
pandang kolonial, tetapi narasi yang dibangun memulai usaha perkebunan tembakau. Dalam
dari foto-foto itu bisa memberikan alternatif baru beberapa kali uji coba, penanaman tersebut
bagi penulisan sejarah orang India yang masih belum menuai hasil yang memuaskan, meskipun
langka dalam historiografi Indonesia. panen pertamanya menghasilkan daun yang
berkualitas tinggi. Delapan tahun kemudian,
METODE PENELITIAN akhirnya Neinhuys menuai hasil panen daun
Upaya untuk menarasikan orang India di per- tembakau yang berkualitas tinggi dengan harga
kebunan tembakau Deli dari tahun 1872 sampai jual yang menguntungkan berkat bantuan modal
1900 didahului dengan heuristik. Sumber sejarah dari Amsterdam yang didapatkannya untuk me-
yang digunakan adalah foto yang diambil dari nanam tembakau Deli (Blink, 1918: 94).
website Digital Collections Leiden University Prospek perkebunan tembakau Deli yang
Libraries. Selama dalam pencarian di website dikembangkan oleh Nienhuys berkembang pesat
tersebut ditemukan 54 foto tentang orang India dan membuat perusahaan Belanda, yakni Neder-
di perkebunan Deli yang dimulai pada tahun landsche Handel Maatschappij (NHM) yang
1872 sampai 1925. Namun foto yang diambil diwakili oleh Cremer, ikut andil dalam mendi-
hanya pada akhir abad ke-19, tepatnya pada rikan perusahaan Deli Maatschappij pada akhir
tahun 1872-1900. Pada saat mengunduh, foto- tahun 1869 dengan investasi modal yang besar.
foto diberi judul, kode dan tahun. Foto di- Terbukti dengan modal yang besar itu Deli
kelompokkan berdasarkan tema yang menarik, Maatschappij mampu memiliki konsensus tanah
yakni kehidupan sehari-hari kuli India di saat seluas 10.000 bouw untuk menanam tembakau
bekerja di perkebunan, profil atau gaya penam- Deli (Lekkerkerker, 1916: 251). Perkembangan
pilan mereka yang pada dasarnya merupakan Deli Maatschappij dan mudahnya memperoleh

65
Apriani Harahap – Orang India di Perkebunan Tembakau Deli

hak konsesi dengan harga sewa yang rendah Pada tahun 1883, jumlah kuli kontrak dari
telah mendorong para pengusaha swasta Barat India di perkebunan tembakau Deli mencapai
terus memperluas lahan perkebunan tembakau di 1.528 orang. Jumlah itu meningkat menjadi
Deli. Jumlah perkebunan tembakau mencapai 3.360 orang di tahun 1898 (Harahap, 2014: 2).
153 perkebunan, jauh meningkat dibandingkan Menurut laporan J.T. Cremer, kepala administra-
dengan jumlah perkebunan pada tahun 1874. tur Deli Maatschappij, kuli India yang bekerja di
Pesatnya peningkatan jumlah perkebunan perkebunan adalah orang Tamil yang berasal
tembakau di akhir abad ke-19 telah mendorong dari pantai Koromandel di India Selatan. Mereka
peningkatan jumlah produksi tembakau Deli. diidentifikasikan dengan sebutan Klings atau
Pada periode 1872-1891, jumlah produksi Klingalezeen (orang Keling) (Cremer, 1885:
tembakau meningkat tiga puluh lima kali lipat, 301-311). Kuli-kuli Tamil direkrut dari Straits
dari 6.409 pak menjadi 225.629 pak (Harahap, Settelements. Mereka didatangkan melalui ka-
2014: 35). Jumlah produksi tembakau yang me- ngany (broker kuli) dan perantara agen tenaga
ningkat tajam pada akhir abad ke-19 memberi- kerja. Sesampainya di Sumatera Timur, kuli In-
kan keuntungan luar biasa bagi tuan kebun. dia diwajibkan menandatangani kontrak kerja
Namun, peningkatan produksi juga berimbas tanpa mengetahui isinya (Harahap, 2014: 40-41).
terhadap bertambahnya jumlah tenaga kerja Berbagai permasalahan yang terjadi di
untuk memproduksi tembakau. Awalnya para India Selatan seperti kepadatan penduduk, ke-
tuan kebun mencari tenaga kerja dari penduduk miskinan dan krisis pangan menjadi faktor
lokal, namun kenyataannya penduduk lokal ti- penyebab orang Tamil memutuskan untuk ber-
dak mau bekerja dengan pengusaha perkebunan migrasi. Pada tahun 1871, pemerintah British-
Eropa dikarenakan mereka sudah memiliki lahan India mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi
atau mata pencaharian tersendiri, yakni ber- permasalahan kepadatan penduduk, kemiskinan
ladang dan bertani. Alhasil, kelangkaan tenaga dan krisis pangan yang menimpa India Selatan.
kerja mendorong pengusaha perkebunan men- Kebijakan ini dikemas dalam bentuk Undang-
cari tenaga kerja dari luar daerah. Tenaga kerja Undang Emigrasi yang mengatur pengerahan
yang pertama kali di rekrut tuan-tuan kebun tenaga kerja dari India. Selain itu, emigrasi
Eropa adalah tenaga kerja dari Cina, baru me- orang India juga didorong oleh kebutuhan per-
nyusul tenaga kerja dari India dan Jawa (Breman, kebunan di wilayah koloni Inggris lainnya akan
1997: 23-68). tenaga kerja. Ceylon dan Straits Settlement me-
rupakan tempat penduduk India Selatan dikerah-
Rekrutmen Kuli India kan menjadi buruh perkebunan. Dari Straits
Masalah terberat pengusaha Barat dalam Settlements inilah orang-orang Tamil dikerahkan
memproduksi tembakau Deli adalah langkahnya ke Sumatera Timur. Pengerahan orang Tamil ke
tenaga kerja. Masalah ini sudah dialami Nien- Sumatera Timur untuk dipekerjakan sebagai kuli
huys sejak memulai usaha di Deli. Ketidak- perkebunan sebenarnya dilarang pemerintah
mauan penduduk lokal – orang Melayu dan British-India, tetapi dikarenakan larangan emi-
Karo – direkrut menjadi buruh perkebunan grasi di Straits Settlements longgar, pengusaha
menyebabkan Nienhuys mengerahkan 120 orang perkebunan Sumatera Timur akhirnya dapat me-
Cina dari Penang (Broersma, 1919: 33). Penge- rekrut orang-orang Tamil dalam jumlah besar
rahan jumlah kuli Cina terus berlanjut secara (Mani, 1993: 267).
besar-besaran sampai akhir abad ke-19. Namun, Orang Tamil bermigrasi ke Sumatera
saat biaya transportasi untuk merekrut kuli Cina Timur dengan harapan dapat memperbaiki kon-
menjadi mahal, tuan kebun beralih mencari tena- disi sosial-ekonomi mereka, karena daerah asal
ga kerja dari India dan Jawa. mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan

66
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019

hidup warganya. Di Sumatera Timur, mereka Sementara itu, kuli Tamil khusus dipeker-
hidup di lingkungan perkebunan tembakau yang jakan untuk membangun jalan, menggali kanal
dikontrol oleh tuan-tuan kebun Eropa. Berikut dan kusir gerobak sapi (pedati). Foto 1 dengan
akan dijelaskan kehidupan yang dialami orang- jelas memperlihatkan kuli-kuli Tamil sedang
orang Tamil selama bekerja di perkebunan Deli membangun jalan dan jembatan pada tahun
dalam bentuk narasi foto. 1890.
Mengenai pekerjaan membangun jalan
Kuli India dalam Narasi Foto dan kanal, kuli Tamil membangun infrastruktur-
Perkebunan tembakau Deli pada akhir abad ke- infrastruktur tersebut di tengah timbunan akar,
19 telah menciptakan komunitas perkebunan dahan dan pohon-pohon mati yang sudah di-
yang hetorogen dengan menunjukkan adanya tebas. Sepanjang hari tubuh mereka basah kuyup
pemisahan berdasarkan ras dan status sosial. atau setengah basah, dikerubuti oleh pacet dan
Dalam hierarki kerja misalnya, staf-staf Eropa nyamuk (Cate, 1905). Dengan kondisi kerja se-
menempati lapisan teratas, kemudian orang Indis perti itu tentunya nyamuk malaria setiap saat
dan Asia terpelajar sebagai pegawai non-staf, mengancam jiwa kuli-kuli Tamil. Kondisi kerja
selanjutnya pengawas-pengawas kuli (tandil dan yang berat dan tidak sehat yang harus dialami
mandor), dan terakhir kuli-kuli kontrak yang kuli-kuli Tamil terekam dalam foto 2 dan 3.
menjadi lapisan terbawah (Harahap, 2014: 49).
Orang Eropa menduduki pekerjaan sebagai
kepala administratur, administratur dan asisten
(Stoler, 2005: 46). Kuli Cina kebanyakan dipe-
kerjakan sebagai kuli ladang, mulai dari me-
nyiapkan lahan, menanam dan merawat pohon
tembakau sampai memanen daun tembakau.
Kuli Jawa ditempakan dalam posisi menyiapkan
lahan dan penanaman tembakau.

Foto 2. Penebangan hutan untuk membuka


perkebunan tembakau di Sumatera Timur tahun
1880-an. Sumber: Digital Collections Leiden
University Libraries. Nomor Inv. 80232.

Foto 3 memperlihatkan kuli-kuli India se-


dang mencangkul tanah untuk membangun
kanal. Ukuran kanal yang lebar dan tinggi me-
lebihi ukuran badan merupakan pekerjaan yang
sangat membutuhkan tenaga yang besar. Penya-
kit borok kaki tentu saja menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan kuli Tamil
Foto 1. Kuli Tamil sedang membangun jalan dan karena kaki mereka selalu terendam dalam air
jembatan di salah satu perkebunan tembakau dan lumpur pada saat bekerja. Bagi tuan kebun,
Sumatera Timur pada tahun 1890. Sumber: Digital
Collections Leiden University Libraries. Nomor Inv.
penyakit seperti itu bukan menjadi alasan untuk
89988. kuli tidak bekerja. Luka-luka ringan yang di-

67
Apriani Harahap – Orang India di Perkebunan Tembakau Deli

dapat sewaktu bekerja harus diobati sendiri oleh


para kuli (Harahap, 2014: 53).

Foto 4. Paket pengiriman tembakau tahun 1879.


Sumber: Digital Collections Leiden University
Libraries. Nomor Inv. 1402028.
Foto 3. Proses menggali kanal di perkebunan Paja-
Bakong, Sumatera Timur tahun 1898. Sumber: Sungai pada saat itu merupakan jalur
Digital Collections Leiden University Libraries. utama untuk membawa hasil-hasil panen ke pe-
Nomor Inv. 80229. labuhan untuk diekspor (Pelzer, 1985: 87). Baru
pada tahun 1883, Deli Spoorweg Maatschappij
Pada konteks yang lain, foto 3 di atas (DSM) mulai membangun jalur kereta api untuk
menampilkan sosok seorang staf Eropa yang mengangkut hasil panen ke pelabuhan. Sampai
mengenakan seragam putih dan bertopi putih, akhir dekade pertama abad ke-20, panjang jalur
sedang berdiri di atas kanal dengan tangan di kereta api yang selesai dibangun mencapai
pinggang sambil mengamati pekerjaan para kuli. kurang lebih 263 kilometer yang menghubung-
Sosok staf Eropa yang ditampilkan foto di atas kan pelabuhan Belawan dengan wilayah per-
memberi gambaran tentang sikap pengawasan kebunan di Deli, Langkat, Serdang, Padang dan
kerja di perkebunan. Ketika kuli-kuli Tamil Bedagai. Setelah dibukanya jalur kereta api,
sedang bekerja, mereka terus-menerus diawasi kuli-kuli Tamil mengangkut bal-bal tembakau
oleh asisten Eropa dan tandil (pengawas kuli). dari lumbung ke stasiun-stasiun terdekat, ke-
Pengawasan itu dilakukan untuk memastikan mudian diangkut menggunakan kereta api ke
kuli Tamil bekerja dan menyelesaikan pekerjaan Belawan untuk diekspor (Harahap, 2014: 56).
harian sesuai dengan yang telah ditetapkan. Kooeli ordonantie yang dikeluarkan pe-
Kekerasan fisik terhadap kuli Tamil merupakan merintah Hindia Belanda tahun 1880 mene-
tindakan yang kerap dilakukan tandil dan asisten tapkan sepuluh jam kerja sehari (Staatsblad,
untuk mendisiplinkan kuli yang tidak mematuhi 1880/2). Namun kenyataannya, kuli Tamil justru
perintah. bekerja melebihi waktu yang telah ditetapkan
Pada masa lumbung sekitar bulan Oktober koeli ordonantie. Menurut Breman, (1997: 103),
sampai Januari, kuli Tamil yang bekerja sebagai kerja lembur dilakukan pada saat istirahat siang,
kusir pedati, hilir mudik di jalan-jalan perke- dari pukul sebelas sampai pukul satu siang. Jika
bunan mengangkut hasil panen yang akan di- sampai pukul enam sore pekerjaan harian yang
ekspor. Pada tahun-tahun awal pembukaan, kuli- telah ditetapkan belum selesai dikerjakan, maka
kuli Tamil mengangkut bal-bal tembakau dari kuli tidak diperbolehkan kembali ke bangsal
lumbung ke sungai yang dapat dicapai oleh sebelum pekerjaan selesai. Meskipun bekerja
sampan-sampan kecil, seperti terekam dalam lembur, lebih dari sepuluh jam sehari, setiap kuli
foto 4 yang diambil tahun 1879. Tamil hanya menerima 6 sampai 7 dolar per

68
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019

bulan. Menurut sumber lain, kuli Tamil yang banyak daripada bulan-bulan sebelumnya, dan
bekerja membangun jalan dan menggali kanal sebagai perangkap agar kuli terlilit utang se-
menerima 20 sen per hari (Broersma, 1919: hingga terpaksa menandatangani kontrak baru.
281). Jika pekerjaan harian yang telah dipe- Dengan begitu, biaya perekrutan jauh lebih
rintahkan tidak dilaksanakan dengan sebaik- murah dibandingkan dengan biaya merekrut kuli
baiknya, maka upah harian kuli dapat dipotong dari daerah asalnya (Breman, 1997: 133).
separuh oleh tuan kebun. Sebagai perbandingan, Kemungkinan beberapa kuli Tamil juga terlibat
besarnya upah yang diterima kuli Tamil dalam dalam perjudian, meskipun menurut Cremer
sebulan tidak jauh berbeda dengan upah kuli (1881: 41) kuli Tamil sangat irit, tidak berjudi
laki-laki Jawa yang menerima 6 dolar per bulan. dan tidak menghisap candu, hanya di kalangan
Pembayaran upah dilakukan setiap awal bulan kaum Paria dari waktu ke waktu mabuk.
dan pertengahan bulan. Kebiasaan mabuk di kalangan kuli Tamil
Tidak hanya menerima gaji yang sangat kerap kali terjadi seperti pada tahun 1899, se-
minim, tuan kebun juga kerap memotong seba- orang kuli Tamil telah meninggal karena terlalu
gian dari upah kuli Tamil untuk melunasi uang banyak minum arak dan mayatnya ditemukan di
panjar yang pernah mereka terima sewaktu di- bawah kereta lembu miliknya (De Sumatra
kontrak. Selain pungutan uang panjar, tuan Post, 20 Juni 1889). Akibat sering mabuk-
kebun juga menyita sebagian dari upah kuli mabukan, kuli Tamil sering dijatuhkan hukuman
Tamil untuk membayar harga tikar, bantal, denda denda maksimal ƒ 25 atau kerja paksa
tempat tidur dan peralatan kerja yang mereka untuk pekerjaan umum (krakal) tanpa upah mak-
terima saat baru tiba di perkebunan. Bahkan simal 12 hari sesuai dengan peraturan koeli or-
biaya obat-obatan dan tempat tinggal juga donantie (Staatsblad, 1880/9). Pada bulan Mei
dipungut dari upah kuli. Berbagai pemotongan 1891 sebagai contoh, pengadilan telah menjatuh-
itu semakin mengurangi upah kuli Tamil, kan hukuman 12 hari krakal terhadap empat kuli
sehingga untuk membiayai kebutuhan makan Tamil karena mabuk (Deli Courant, 1 Agustus
sehari-hari saja tidak mencukupi, apalagi untuk 1891).
keperluan lain. Azwar (2004; 118-119) menge- Selain orang Tamil, para pengusaha per-
mukakan bahwa untuk dapat membiayai ke- kebunan juga mempekerjakan orang Sikh yang
butuhan makan di Deli pada tahun 1887, setiap berasal dari Punjab, India Utara. Para tuan kebun
orang harus memperoleh ƒ 16 per bulan. Biaya menyebut orang Sikh dengan sebutan Benga-
kebutuhan makan itu tentu saja jauh lebih besar leezen atau orang Benggali. Tuan kebun mem-
daripada upah yang diterima kuli-kuli Tamil. perkerjakan orang Sikh sebagai opas perkebu-
Agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari- nan, karena kebanyakan dari mereka adalah
hari, mereka terpaksa berhutang di kedai-kedai mantan serdadu militer dan polisi di Straits
perkebunan. Pada hari gajian, pemilik kedai Settlements sehingga layak dijadikan sebagai
langsung menagih hutang kepada kuli. Sampai penjaga keamanan. Menurut Mani (1993: 85),
kuli mengakhiri masa kontraknya, kredit “tak orang Sikh bermigrasi ke Sumatera Timur atas
terbatas” yang diberikan pemilik kedai tidak kemauan sendiri untuk bekerja sebagai opas per-
dapat dilunasi oleh kuli (Harahap, 2014: 58). kebunan. Ketika jumlah migran Sikh di Straits
Perjudian merupakan gaya hidup yang terus meningkat sejak pertengahan abad ke-19,
sengaja dibuat oleh tuan kebun untuk ma- banyak di antara mereka yang bekerja sebagai
syarakat perkebunan di Sumatera Timur. Perju- peternak sapi, penjual susu, kusir pedati dan
dian yang digelar ketika hari gajian besar (akhir penjaga keamanan (Mani, 2011: 17-42). Selain
masa lumbung) merupakan cara tuan kebun menduduki pekerjaan tersebut, orang Sikh me-
untuk mendorong kuli menggunakan uang lebih miliki sumber penghasilan lain, yaitu sebagai

69
Apriani Harahap – Orang India di Perkebunan Tembakau Deli

pemberi pinjaman uang kepada kuli dengan berbagai berita di surat kabar terungkap bahwa
imbalan bunga. di perkebunan tembakau Deli terjadi banyak ka-
Kedudukan ekonomi orang Sikh lebih be- sus pemberontakan dan serangan terhadap tuan
runtung dibandingkan dengan kuli Tamil apabila kebun akibat dari penerapan koeli ordonantie
dilihat dari jumlah penghasilan yang mereka da- dan poenale sanctie yang menyengsarakan para
patkan. Sebagai opas perkebunan, orang Sikh kuli.
menerima upah 115 dolar per tahun, jauh lebih Dari foto 5 terlihat juga penampilan fisik
besar dari upah para kuli Tamil. laki-laki Sikh yang sedang menggunakan pa-
kaian putih dan celana panjang putih, lengkap
dengan turban (ikat kepala) dan memelihara
jenggot. Biasanya lelaki India mengenakan dhoti
dengan kaos putih, dan ada pula yang memakai
sarung dan menutupi badannya dengan selem-
pang kain. Penampilan laki-laki India yang me-
ngenakan pakaian dhoti dalam kehidupan sehari-
hari dapat dilihat pada foto 6 di bawah ini.

Foto 5. Orang Benggali sebagai opas perkebunan di


Sumatera Timur tahun 1879. Sumber: Digital
Collections Leiden University Libraries. Nomor Inv.
80263. Foto 6. Kuli India di perkebunan tembakau Tandjong
Kasan Estate Asahan tahun 1894. Sumber: Digital
Foto 5 di atas secara jelas menggambarkan Collections Leiden University Libraries. Nomor Inv.
penampilan orang Sikh yang bekerja sebagai 90634.
penjaga di salah satu perkebunanan tembakau
pada akhir abad ke-19. Orang Sikh lebih disukai Foto 6 di atas menunjukan dua perempuan
oleh tuan kebun untuk menjaga keamanan Tamil, yang satu perempuan dewasa sedang
perkebunan karena mereka pernah belajar menggendong anak kecil dan satu lagi anak
menembak saat menjadi serdadu militer dan perempuan yang masih remaja. Terlihat salah
polisi di Straits Settlements, dan kemampuan itu satu di antara perempuan India menggunaka
bermanfaat pada saat terjadi kerusuhan di per- pakaian saree dengan memakai aksesor gelang
kebunan. Terlihat dari foto di atas orang Sikh kaki.
sedang memegang sebuah tombak yang terbuat Penampilan wanita Tamil secara jelas
dari besi untuk melakukan proses pengamanan ditampilkan dalam foto 7. Wanita Tamil dalam
ketika terjadi kerusuan di perkebunan. Dari foto tersebut terlihat anggun, badannya tinggi

70
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019

dan agung. Selendang panjang melilit leher me- lapangan. Bangsal-bangsal itu berlantaikan ta-
lalui depan dada, dililitkan atau diikat di ping- nah, berdinding papan dan beratap daun nipah,
gang supaya selendang tidak terlepas. Badannya dengan sedikit jendela. Di dalam bangsal hanya
yang agung dan tatapan yang tajam mencer- ada tempat tidur yang juga digunakan sebagai
mikan model foto masa lalu. Di hidungnya meja makan. Ruangan bangsal yang pengap,
tampak berkilat kancing emas. Singkatnya, pe- ditambah dengan sisa sampah dan air yang
nampilannya mencerminkan gaya hidup India tergenang menambah bau dan kotornya pemuki-
dengan dilengkapi asesoris perhiasan kalung dan man para kuli yang menjadi sumber penyakit
gelang yang besar serta di kakinya terdapat juga bagi penghuninya (Breman, 1997: 121). Di
gelang kaki emas. Dari gambar tersebut menun- sekitar bangsal terdapat kandang sapi, gudang
jukkan bahwa perempuan Tamil dalam kehidu- peralatan, dan candi untuk kuli Tamil beribadah
pan sehari-hari masih mempertahankan identitas (Cate, 1905). Foto 8 memperlihatkan kuli-kuli
budayanya. Tamil sedang berdiri di belakang bangsal
mereka. Foto ini diambil pada tahun 1898-1905.

Gambar 8. Kuli-kuli Tamil dengan gerobak-gerobak


sapi di salah satu perkebunan tembakau Sumatera
Timur tahun 1898. Sumber: Digital Collections
Leiden University Libraries. Nomor Inv. 35767.

Foto 8 di atas memperlihatkan bahwa


bangsal kuli Tamil dilengkapi dengan tempat
penyimpanan gerobak sapi pengangkut tem-
Gambar 7. Perempuan Tamil di Medan tahun 1900. bakau. Foto tersebut juga memperlihatkan bebe-
Sumber: Digital Collections Leiden University rapa perempuan dewasa dan anak-anak. Hal ini
Libraries. Nomor Inv. 2613. membuktikan bahwa sebagian kuli Tamil yang
dipekerjakan di perkebunan tembakau Deli me-
Dalam kehidupan masyarakat perkebunan miliki keluarga. Menurut Mani (1993: 57), kuli
di Sumatera Timur, pemisahan berdasarkan suku laki-laki Tamil yang masih bujangan dapat
bangsa tidak hanya tampak dari pembagian memperoleh seorang istri dari tenaga kerja baru
kerja, melainkan juga melalui pemukiman yang dibawa kangany ke perkebunan, itupun jika
(Harahap, 2014: 61). Kuli-kuli India mereka membayar sejumlah uang kepada ka-
ditempatkan dalam satu kompleks pemukiman ngany.
terpisah dengan bangsal kuli Cina dan kuli Jawa. Akibat dari eksploitasi kerja, kemiskinan,
Bangsal-bangsal kuli dibangun berderet di sisi diskriminasi dan penderitaan yang terus-menerus
jalan atau berupa bujur sangkar mengelilingi dialami para pekerja kontrak di perkebunan,

71
Apriani Harahap – Orang India di Perkebunan Tembakau Deli

banyak kuli-kuli Tamil yang sudah habis masa kontrol perusahaan perkebunan tembakau di
kontraknya dan tidak terlilit utang pada tuan Sumatera Timur.
kebun maupun tandil sedapat mungkin mencari Foto-foto yang ditersimpan dalam website
kehidupan baru di tempat lain. Salah satu tujuan Digital Collections Leiden University Libraries
mereka di penghujung akhir abad ke-19 adalah menggambarkan bahwa orang India sudah
kota Medan yang merupakan pusat aktivitas menjadi masyarakat perkebunan tembakau Deli
perdagangan dan administrasi di Sumatera pada akhir abad ke-19. Realitas sekarang orang
Timur. India berada di Sumatera Utara dan menjalani
beragam aktivitas ekonomi. Melalui narasi foto
SIMPULAN kita dapat memahami bagaimana realitas masa
Foto-foto koleksi Digital Collections Leiden lalu orang-orang India yang merupakan orang
University Libraries menunjukkan berbagai rea- yang terpinggirkan dalam sejarah Indonesia.
litas kehidupan orang India di perkebunan
tembakau Deli dari tahun 1872 sampai 1900. REFERENSI
Foto-foto itu menggambarkan hal-hal yang me- Azwar, K. D. (2004). Poenale Sanctie: Studi
narik tentang sejarah sosial orang India, terutama Tentang Globalisasi Ekonomi dan
ketika melakukan kegiatan sehari-hari seperti Perubahan Hukum di Sumatera Timur
bekerja. Dalam melakoni sebuah pekerjaan 1870-1950. Universitas Sumatera Utara.
tentunya mereka mendapatkan upah, meskipun Blink, H. (1918). Sumatra’s Oostkust in hare
tidak sebanding dengan biaya hidupnya. opkomst en ontwikkeling als economisch
Diferensiasi pekerjaan dan pemukiman ber- gewest: Eene economisch-geographische
daskan ras menjadi bagian kehidupan sehari-hari en –historische studies. Tijdschrift voor
yang dialami orang India di perkebunan tem- Economische Geografie.
bakau Deli. Seperti kuli Tamil bekerja pada Breman, J. (1997). Menjinakkan Sang Kuli;
sektor pembangunan jalan, penggalian kanal dan Politik Kolonial, Tuan Kebun dan Kuli di
kusir gerobak sapi (pedati). Berbeda dengan Sumatra Timur pada Awal Abad ke-20.
orang Tamil, orang Sikh yang diidentifikasi Jakarta: PT. Pusataka Utama Grafis.
sebagai “orang Benggali” bekerja sebagai opsir Broersma, R. (1919). Ooskust van Sumatra
atau penjaga keamanan di lingkungan perkebu- (Eerste). Batavia: Javasche Boekhandel &
nan dan kantor-kantor perusahaan perkebunan. Drukkerij.
Selama bekerja sehari-hari di perkebunan Cate, A. W. N. Ten. (1905). Deli in Woord en
tembakau Deli, orang India mengenakan gaya Beeld. Amsterdam: De Bussy.
pakaian asli dari India. Hal yang sama terjadi Coedes, G. (2010). Asia Tenggara Masa Hindu-
pada kuli Jawa dan Cina. Melalui pakaian inilah Budha. Jakarta: Kepustakaan Populer
mereka secara sengaja dibedakan berdasar suku Gramedia.
bangsa. Tidak hanya itu, pembedaan juga di- Cremer, J. T. (1881). De toekomst van Deli.
terima orang India dalam hal tempat pemu- Leiden : Gualth Kolff.
kiman. Pemukiman kuli India terpisah dengan Cremer, J. T. (1885). Emigratie van Hindu’s
dengan bangsal kuli Cina dan kuli Jawa. naar Sumatra. Tijdschrift voor
Periode 1872-1900 merupakan masa Nederlandsch-Indië. I.
orang India menjadi masyarakat perkebunan De Sumatra Post, 20 Juni 1889.
tembakau Deli. Meskipun penderitaan dan ke- Deli Courant, 1 Augustus 1891.
sengsaraan yang mereka terima, namun ada sisi Digital Collections Leiden University Libraries.
keberuntungan dan peluang ekonomi yang men- Retrieved 11th April 2019 from https:
janjikan ketika mereka menjadi kuli dalam //digitalcollections.universiteitleiden.nl.

72
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019

Harahap, A. (2014). Voor indiërs: Sejarah Stoler, A. L. (2005). Kapitalisme dan


Kehidupan Sehari-hari Orang India di Konfrontasi di Sabuk Perkebunan
Kota Medan Abad ke-20. Universitas Sumatra, 1870-1979. Yogyakarta: Karsa.
Gadjah Mada. Taylor, J. G. (2008). Aceh: Narasi Foto, 1873-
Indradjaja, A. (2014). Awal Pengaruh Hindu 1930. In H. S. Nordholt, et.al. (Ed.),
Buddha Di Nusantara. Kalpataru: Perspektif Baru Penulisan Sejarah
Majalah Arkeologi, 3(1), 17–34. Indonesia (pp. 313–372). Jakarta: Yayasan
https://doi.org/10.24832/kpt.v23i1.48 Obor Indonesia.
Lekkerkerker, C. (1916). Land en volk van Utomo, B. B. (2016). Orang Tamil di Tanah
Sumatra. Leiden: N.V. Boekhandel en Andalas di Masa Lampau. In I. Azhari
Drukkerij Voorheen E.J. Brill. (Ed.), 80 Tahun Arkeolog Dr. Edmund
Lubis, Z. B. (2005). Kajian Awal Tentang Edwards McKinnon: Perintis Riset Kota
Komunitas Tamil dan Punjabi di Medan: China sebagai Situs Internasional di
Adaptasi dan Jaringan Sosial. ETNOVISI: Medan (pp. 35–60). Medan: Unimed
Jurnal Antropologi Sosial Budaya, 1(3), Press.
136–146.
Mani, A. (1993). Indian in North Sumatra. In K.
S. Sandhu & A. Mani (Ed.), Indian
Communities in Southeast Asia (pp. 46–
97). Singapore: ISEAS.
Mani, A. (2011). Sikh in Multi-ethnic Indonesia.
In Samsul A. B. & Arunajeet Kaur (Ed.),
Sikh in Southeast Asia: Negotiating an
Identity (pp. 17–42). Singapore: ISEAS.
McKinnon, E. E. (1984). Kota Cina; Its Context
and Meaning in the Trade of Southeast
Asia in the Twelfth to Fourteenth
Centuries. Cornell University.
Pelzer, K. J. (1985). Toean Keboen dan Petani:
Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria
di Sumatra Timur 1863-1947. Jakarta:
Sinar Harapan.
Sinar, T. L. (2006). Bangun Runtuhnya
Kerajaan Sumatera Timur. Medan:
Yayasan Kesultanan Serdang.
Sinar, T. L. (2008). Orang India di Sumatera
Utara. Medan: Forkala Sumut.
Staatsblad van Nederlandsch-Indië, No. 133
(1880).

73

Anda mungkin juga menyukai