Orang India DI Perkebunan Tembakau Deli
Orang India DI Perkebunan Tembakau Deli
2, 2019
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jasmerah page 63-73
Apriani Harahap
Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Medan, Indonesia
Email: aprianaiharahap@unimed.ac.id
Abstract
This article aims to look at the realities of Indian life in Deli tobacco plantations throughout 1872-1900.
By using a research method that combines the historical study of East Sumatra plantation communities
with the study of Indian coolies photos in the area taken from the Digital Collections Leiden University
Libraries website, the reality of Indian coolies' life has never been written by Indonesian historians. The
daily reality of Indians captured in photographs is the everyday side of working in Deli tobacco
plantations. Differentiation of work, appearance, and settlement based on race is a picture of their lives
while living on plantations. While working on plantations, Indian coolies earned an inadequate wage and
had to bear the tremendous burden of life. Through photo narration, it can be understood how the reality
of daily life of Indians in East Sumatra, which is currently a marginalized group in Indonesian history
textbooks.
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk melihat realitas kehidupan orang India di perkebunan tembakau Deli sepanjang
tahun 1872-1900. Dengan menggunakan metode penelitian yang menggabungkan kajian sejarah
masyarakat perkebunan Sumatera Timur dengan kajian foto-foto kuli India di daerah tersebut yang
diambil dari website Digital Collections Leiden University Libraries akan terungkap realitas kehidupan
kuli India yang sampai saat ini belum pernah ditulis oleh para sejarawan Indonesia. Realitas keseharian
orang India yang terekam dalam foto merupakan sisi keseharian selama bekerja di perkebunan tembakau
Deli. Diferensiasi pekerjaan, penampilan dan pemukiman berdasarkan ras merupakan gambaran
kehidupan mereka saat hidup di perkebunan. Selama bekerja di perkebunan, kuli-kuli India memperoleh
upah yang tidak layak dan harus menanggung beban hidup yang sangat luar biasa. Melalui narasi foto
dapat dipahami bagaimana realitas kehidupan sehari-hari orang India di Sumatera Timur yang saat ini
merupakan kelompok yang terpinggirkan dalam buku teks sejarah Indonesia.
63
Apriani Harahap – Orang India di Perkebunan Tembakau Deli
64
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019
perkebunan, meskipun beberapa orang India da- foto-foto kaum terjajah yang diambil oleh pen-
tang ke perkebunan secara bebas atau tanpa jajah (Taylor, 2008: 316-317). Melalui narasi
menjadi kuli, seperti orang Sikh dan orang foto ini akan dijelaskan dan ditafsirkan seperti
Bombay (Harahap, 2014: 26). apakah orang India yang menjadi masyarakat
Di lingkungan perkebunan tembakau Deli, perkebunan di Ssumatera Timur.
orang India hidup sebagai kuli yang dikontrol Metode artikel ini sama dengan metode
oleh pihak perkebunan. Berbagai kisah kehi- yang digunakan dalam kajian Taylor (2008: 313-
dupan, pekerjaan dan penampilan kuli India di 372), yakni menggabungkan kajian sejarah mas-
perkebunan tembakau Deli sepanjang tahun yarakat perkebunan Sumatera Timur dengan
1872-1900 akan diungkap melalui narasi foto kajian foto-foto kuli India di daerah tersebut
yang didapat dari website Digital Collections yang diambil di website Digital Collections
Leiden University Libraries. Taylor (2008: 315) Leiden University Libraries. Foto-foto yang
mengemukakan foto dapat membantu mema- diunduh diperiksa dengan teliti, diuraikan secara
hami masa lalu, ide realitas dan ide kebenaran ringkas dengan prinsip kronologis dan kau-
dalam peristiwa sejarah, meskipun terkandung salitas. Dengan metode ini diharapkan akan
motif tertentu pada saat proses pengambilannya. memberikan pemahaman terhadap realitas masa
Demikian pula dengan foto-foto kuli India yang lalu kehidupan orang India di perkebunan
dikoleksi Digital Collections Leiden University tembakau Deli tahun 1872-1900.
Libraries dapat membantu kita memahami masa
lalu mereka selama hidup di lingkungan per- HASIL DAN PEMBAHASAN
kebunan tembakau Deli. Meskipun foto-foto Perkembangan Perkebunan Tembakau Deli
yang terdapat dalam website Digital Collections Tahun 1863, seorang pemodal swasta Barat ber-
Leiden University Libraries menampilkan sudut nama Jacobus Neinhus datang ke Deli dan
pandang kolonial, tetapi narasi yang dibangun memulai usaha perkebunan tembakau. Dalam
dari foto-foto itu bisa memberikan alternatif baru beberapa kali uji coba, penanaman tersebut
bagi penulisan sejarah orang India yang masih belum menuai hasil yang memuaskan, meskipun
langka dalam historiografi Indonesia. panen pertamanya menghasilkan daun yang
berkualitas tinggi. Delapan tahun kemudian,
METODE PENELITIAN akhirnya Neinhuys menuai hasil panen daun
Upaya untuk menarasikan orang India di per- tembakau yang berkualitas tinggi dengan harga
kebunan tembakau Deli dari tahun 1872 sampai jual yang menguntungkan berkat bantuan modal
1900 didahului dengan heuristik. Sumber sejarah dari Amsterdam yang didapatkannya untuk me-
yang digunakan adalah foto yang diambil dari nanam tembakau Deli (Blink, 1918: 94).
website Digital Collections Leiden University Prospek perkebunan tembakau Deli yang
Libraries. Selama dalam pencarian di website dikembangkan oleh Nienhuys berkembang pesat
tersebut ditemukan 54 foto tentang orang India dan membuat perusahaan Belanda, yakni Neder-
di perkebunan Deli yang dimulai pada tahun landsche Handel Maatschappij (NHM) yang
1872 sampai 1925. Namun foto yang diambil diwakili oleh Cremer, ikut andil dalam mendi-
hanya pada akhir abad ke-19, tepatnya pada rikan perusahaan Deli Maatschappij pada akhir
tahun 1872-1900. Pada saat mengunduh, foto- tahun 1869 dengan investasi modal yang besar.
foto diberi judul, kode dan tahun. Foto di- Terbukti dengan modal yang besar itu Deli
kelompokkan berdasarkan tema yang menarik, Maatschappij mampu memiliki konsensus tanah
yakni kehidupan sehari-hari kuli India di saat seluas 10.000 bouw untuk menanam tembakau
bekerja di perkebunan, profil atau gaya penam- Deli (Lekkerkerker, 1916: 251). Perkembangan
pilan mereka yang pada dasarnya merupakan Deli Maatschappij dan mudahnya memperoleh
65
Apriani Harahap – Orang India di Perkebunan Tembakau Deli
hak konsesi dengan harga sewa yang rendah Pada tahun 1883, jumlah kuli kontrak dari
telah mendorong para pengusaha swasta Barat India di perkebunan tembakau Deli mencapai
terus memperluas lahan perkebunan tembakau di 1.528 orang. Jumlah itu meningkat menjadi
Deli. Jumlah perkebunan tembakau mencapai 3.360 orang di tahun 1898 (Harahap, 2014: 2).
153 perkebunan, jauh meningkat dibandingkan Menurut laporan J.T. Cremer, kepala administra-
dengan jumlah perkebunan pada tahun 1874. tur Deli Maatschappij, kuli India yang bekerja di
Pesatnya peningkatan jumlah perkebunan perkebunan adalah orang Tamil yang berasal
tembakau di akhir abad ke-19 telah mendorong dari pantai Koromandel di India Selatan. Mereka
peningkatan jumlah produksi tembakau Deli. diidentifikasikan dengan sebutan Klings atau
Pada periode 1872-1891, jumlah produksi Klingalezeen (orang Keling) (Cremer, 1885:
tembakau meningkat tiga puluh lima kali lipat, 301-311). Kuli-kuli Tamil direkrut dari Straits
dari 6.409 pak menjadi 225.629 pak (Harahap, Settelements. Mereka didatangkan melalui ka-
2014: 35). Jumlah produksi tembakau yang me- ngany (broker kuli) dan perantara agen tenaga
ningkat tajam pada akhir abad ke-19 memberi- kerja. Sesampainya di Sumatera Timur, kuli In-
kan keuntungan luar biasa bagi tuan kebun. dia diwajibkan menandatangani kontrak kerja
Namun, peningkatan produksi juga berimbas tanpa mengetahui isinya (Harahap, 2014: 40-41).
terhadap bertambahnya jumlah tenaga kerja Berbagai permasalahan yang terjadi di
untuk memproduksi tembakau. Awalnya para India Selatan seperti kepadatan penduduk, ke-
tuan kebun mencari tenaga kerja dari penduduk miskinan dan krisis pangan menjadi faktor
lokal, namun kenyataannya penduduk lokal ti- penyebab orang Tamil memutuskan untuk ber-
dak mau bekerja dengan pengusaha perkebunan migrasi. Pada tahun 1871, pemerintah British-
Eropa dikarenakan mereka sudah memiliki lahan India mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi
atau mata pencaharian tersendiri, yakni ber- permasalahan kepadatan penduduk, kemiskinan
ladang dan bertani. Alhasil, kelangkaan tenaga dan krisis pangan yang menimpa India Selatan.
kerja mendorong pengusaha perkebunan men- Kebijakan ini dikemas dalam bentuk Undang-
cari tenaga kerja dari luar daerah. Tenaga kerja Undang Emigrasi yang mengatur pengerahan
yang pertama kali di rekrut tuan-tuan kebun tenaga kerja dari India. Selain itu, emigrasi
Eropa adalah tenaga kerja dari Cina, baru me- orang India juga didorong oleh kebutuhan per-
nyusul tenaga kerja dari India dan Jawa (Breman, kebunan di wilayah koloni Inggris lainnya akan
1997: 23-68). tenaga kerja. Ceylon dan Straits Settlement me-
rupakan tempat penduduk India Selatan dikerah-
Rekrutmen Kuli India kan menjadi buruh perkebunan. Dari Straits
Masalah terberat pengusaha Barat dalam Settlements inilah orang-orang Tamil dikerahkan
memproduksi tembakau Deli adalah langkahnya ke Sumatera Timur. Pengerahan orang Tamil ke
tenaga kerja. Masalah ini sudah dialami Nien- Sumatera Timur untuk dipekerjakan sebagai kuli
huys sejak memulai usaha di Deli. Ketidak- perkebunan sebenarnya dilarang pemerintah
mauan penduduk lokal – orang Melayu dan British-India, tetapi dikarenakan larangan emi-
Karo – direkrut menjadi buruh perkebunan grasi di Straits Settlements longgar, pengusaha
menyebabkan Nienhuys mengerahkan 120 orang perkebunan Sumatera Timur akhirnya dapat me-
Cina dari Penang (Broersma, 1919: 33). Penge- rekrut orang-orang Tamil dalam jumlah besar
rahan jumlah kuli Cina terus berlanjut secara (Mani, 1993: 267).
besar-besaran sampai akhir abad ke-19. Namun, Orang Tamil bermigrasi ke Sumatera
saat biaya transportasi untuk merekrut kuli Cina Timur dengan harapan dapat memperbaiki kon-
menjadi mahal, tuan kebun beralih mencari tena- disi sosial-ekonomi mereka, karena daerah asal
ga kerja dari India dan Jawa. mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan
66
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019
hidup warganya. Di Sumatera Timur, mereka Sementara itu, kuli Tamil khusus dipeker-
hidup di lingkungan perkebunan tembakau yang jakan untuk membangun jalan, menggali kanal
dikontrol oleh tuan-tuan kebun Eropa. Berikut dan kusir gerobak sapi (pedati). Foto 1 dengan
akan dijelaskan kehidupan yang dialami orang- jelas memperlihatkan kuli-kuli Tamil sedang
orang Tamil selama bekerja di perkebunan Deli membangun jalan dan jembatan pada tahun
dalam bentuk narasi foto. 1890.
Mengenai pekerjaan membangun jalan
Kuli India dalam Narasi Foto dan kanal, kuli Tamil membangun infrastruktur-
Perkebunan tembakau Deli pada akhir abad ke- infrastruktur tersebut di tengah timbunan akar,
19 telah menciptakan komunitas perkebunan dahan dan pohon-pohon mati yang sudah di-
yang hetorogen dengan menunjukkan adanya tebas. Sepanjang hari tubuh mereka basah kuyup
pemisahan berdasarkan ras dan status sosial. atau setengah basah, dikerubuti oleh pacet dan
Dalam hierarki kerja misalnya, staf-staf Eropa nyamuk (Cate, 1905). Dengan kondisi kerja se-
menempati lapisan teratas, kemudian orang Indis perti itu tentunya nyamuk malaria setiap saat
dan Asia terpelajar sebagai pegawai non-staf, mengancam jiwa kuli-kuli Tamil. Kondisi kerja
selanjutnya pengawas-pengawas kuli (tandil dan yang berat dan tidak sehat yang harus dialami
mandor), dan terakhir kuli-kuli kontrak yang kuli-kuli Tamil terekam dalam foto 2 dan 3.
menjadi lapisan terbawah (Harahap, 2014: 49).
Orang Eropa menduduki pekerjaan sebagai
kepala administratur, administratur dan asisten
(Stoler, 2005: 46). Kuli Cina kebanyakan dipe-
kerjakan sebagai kuli ladang, mulai dari me-
nyiapkan lahan, menanam dan merawat pohon
tembakau sampai memanen daun tembakau.
Kuli Jawa ditempakan dalam posisi menyiapkan
lahan dan penanaman tembakau.
67
Apriani Harahap – Orang India di Perkebunan Tembakau Deli
68
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019
bulan. Menurut sumber lain, kuli Tamil yang banyak daripada bulan-bulan sebelumnya, dan
bekerja membangun jalan dan menggali kanal sebagai perangkap agar kuli terlilit utang se-
menerima 20 sen per hari (Broersma, 1919: hingga terpaksa menandatangani kontrak baru.
281). Jika pekerjaan harian yang telah dipe- Dengan begitu, biaya perekrutan jauh lebih
rintahkan tidak dilaksanakan dengan sebaik- murah dibandingkan dengan biaya merekrut kuli
baiknya, maka upah harian kuli dapat dipotong dari daerah asalnya (Breman, 1997: 133).
separuh oleh tuan kebun. Sebagai perbandingan, Kemungkinan beberapa kuli Tamil juga terlibat
besarnya upah yang diterima kuli Tamil dalam dalam perjudian, meskipun menurut Cremer
sebulan tidak jauh berbeda dengan upah kuli (1881: 41) kuli Tamil sangat irit, tidak berjudi
laki-laki Jawa yang menerima 6 dolar per bulan. dan tidak menghisap candu, hanya di kalangan
Pembayaran upah dilakukan setiap awal bulan kaum Paria dari waktu ke waktu mabuk.
dan pertengahan bulan. Kebiasaan mabuk di kalangan kuli Tamil
Tidak hanya menerima gaji yang sangat kerap kali terjadi seperti pada tahun 1899, se-
minim, tuan kebun juga kerap memotong seba- orang kuli Tamil telah meninggal karena terlalu
gian dari upah kuli Tamil untuk melunasi uang banyak minum arak dan mayatnya ditemukan di
panjar yang pernah mereka terima sewaktu di- bawah kereta lembu miliknya (De Sumatra
kontrak. Selain pungutan uang panjar, tuan Post, 20 Juni 1889). Akibat sering mabuk-
kebun juga menyita sebagian dari upah kuli mabukan, kuli Tamil sering dijatuhkan hukuman
Tamil untuk membayar harga tikar, bantal, denda denda maksimal ƒ 25 atau kerja paksa
tempat tidur dan peralatan kerja yang mereka untuk pekerjaan umum (krakal) tanpa upah mak-
terima saat baru tiba di perkebunan. Bahkan simal 12 hari sesuai dengan peraturan koeli or-
biaya obat-obatan dan tempat tinggal juga donantie (Staatsblad, 1880/9). Pada bulan Mei
dipungut dari upah kuli. Berbagai pemotongan 1891 sebagai contoh, pengadilan telah menjatuh-
itu semakin mengurangi upah kuli Tamil, kan hukuman 12 hari krakal terhadap empat kuli
sehingga untuk membiayai kebutuhan makan Tamil karena mabuk (Deli Courant, 1 Agustus
sehari-hari saja tidak mencukupi, apalagi untuk 1891).
keperluan lain. Azwar (2004; 118-119) menge- Selain orang Tamil, para pengusaha per-
mukakan bahwa untuk dapat membiayai ke- kebunan juga mempekerjakan orang Sikh yang
butuhan makan di Deli pada tahun 1887, setiap berasal dari Punjab, India Utara. Para tuan kebun
orang harus memperoleh ƒ 16 per bulan. Biaya menyebut orang Sikh dengan sebutan Benga-
kebutuhan makan itu tentu saja jauh lebih besar leezen atau orang Benggali. Tuan kebun mem-
daripada upah yang diterima kuli-kuli Tamil. perkerjakan orang Sikh sebagai opas perkebu-
Agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari- nan, karena kebanyakan dari mereka adalah
hari, mereka terpaksa berhutang di kedai-kedai mantan serdadu militer dan polisi di Straits
perkebunan. Pada hari gajian, pemilik kedai Settlements sehingga layak dijadikan sebagai
langsung menagih hutang kepada kuli. Sampai penjaga keamanan. Menurut Mani (1993: 85),
kuli mengakhiri masa kontraknya, kredit “tak orang Sikh bermigrasi ke Sumatera Timur atas
terbatas” yang diberikan pemilik kedai tidak kemauan sendiri untuk bekerja sebagai opas per-
dapat dilunasi oleh kuli (Harahap, 2014: 58). kebunan. Ketika jumlah migran Sikh di Straits
Perjudian merupakan gaya hidup yang terus meningkat sejak pertengahan abad ke-19,
sengaja dibuat oleh tuan kebun untuk ma- banyak di antara mereka yang bekerja sebagai
syarakat perkebunan di Sumatera Timur. Perju- peternak sapi, penjual susu, kusir pedati dan
dian yang digelar ketika hari gajian besar (akhir penjaga keamanan (Mani, 2011: 17-42). Selain
masa lumbung) merupakan cara tuan kebun menduduki pekerjaan tersebut, orang Sikh me-
untuk mendorong kuli menggunakan uang lebih miliki sumber penghasilan lain, yaitu sebagai
69
Apriani Harahap – Orang India di Perkebunan Tembakau Deli
pemberi pinjaman uang kepada kuli dengan berbagai berita di surat kabar terungkap bahwa
imbalan bunga. di perkebunan tembakau Deli terjadi banyak ka-
Kedudukan ekonomi orang Sikh lebih be- sus pemberontakan dan serangan terhadap tuan
runtung dibandingkan dengan kuli Tamil apabila kebun akibat dari penerapan koeli ordonantie
dilihat dari jumlah penghasilan yang mereka da- dan poenale sanctie yang menyengsarakan para
patkan. Sebagai opas perkebunan, orang Sikh kuli.
menerima upah 115 dolar per tahun, jauh lebih Dari foto 5 terlihat juga penampilan fisik
besar dari upah para kuli Tamil. laki-laki Sikh yang sedang menggunakan pa-
kaian putih dan celana panjang putih, lengkap
dengan turban (ikat kepala) dan memelihara
jenggot. Biasanya lelaki India mengenakan dhoti
dengan kaos putih, dan ada pula yang memakai
sarung dan menutupi badannya dengan selem-
pang kain. Penampilan laki-laki India yang me-
ngenakan pakaian dhoti dalam kehidupan sehari-
hari dapat dilihat pada foto 6 di bawah ini.
70
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019
dan agung. Selendang panjang melilit leher me- lapangan. Bangsal-bangsal itu berlantaikan ta-
lalui depan dada, dililitkan atau diikat di ping- nah, berdinding papan dan beratap daun nipah,
gang supaya selendang tidak terlepas. Badannya dengan sedikit jendela. Di dalam bangsal hanya
yang agung dan tatapan yang tajam mencer- ada tempat tidur yang juga digunakan sebagai
mikan model foto masa lalu. Di hidungnya meja makan. Ruangan bangsal yang pengap,
tampak berkilat kancing emas. Singkatnya, pe- ditambah dengan sisa sampah dan air yang
nampilannya mencerminkan gaya hidup India tergenang menambah bau dan kotornya pemuki-
dengan dilengkapi asesoris perhiasan kalung dan man para kuli yang menjadi sumber penyakit
gelang yang besar serta di kakinya terdapat juga bagi penghuninya (Breman, 1997: 121). Di
gelang kaki emas. Dari gambar tersebut menun- sekitar bangsal terdapat kandang sapi, gudang
jukkan bahwa perempuan Tamil dalam kehidu- peralatan, dan candi untuk kuli Tamil beribadah
pan sehari-hari masih mempertahankan identitas (Cate, 1905). Foto 8 memperlihatkan kuli-kuli
budayanya. Tamil sedang berdiri di belakang bangsal
mereka. Foto ini diambil pada tahun 1898-1905.
71
Apriani Harahap – Orang India di Perkebunan Tembakau Deli
banyak kuli-kuli Tamil yang sudah habis masa kontrol perusahaan perkebunan tembakau di
kontraknya dan tidak terlilit utang pada tuan Sumatera Timur.
kebun maupun tandil sedapat mungkin mencari Foto-foto yang ditersimpan dalam website
kehidupan baru di tempat lain. Salah satu tujuan Digital Collections Leiden University Libraries
mereka di penghujung akhir abad ke-19 adalah menggambarkan bahwa orang India sudah
kota Medan yang merupakan pusat aktivitas menjadi masyarakat perkebunan tembakau Deli
perdagangan dan administrasi di Sumatera pada akhir abad ke-19. Realitas sekarang orang
Timur. India berada di Sumatera Utara dan menjalani
beragam aktivitas ekonomi. Melalui narasi foto
SIMPULAN kita dapat memahami bagaimana realitas masa
Foto-foto koleksi Digital Collections Leiden lalu orang-orang India yang merupakan orang
University Libraries menunjukkan berbagai rea- yang terpinggirkan dalam sejarah Indonesia.
litas kehidupan orang India di perkebunan
tembakau Deli dari tahun 1872 sampai 1900. REFERENSI
Foto-foto itu menggambarkan hal-hal yang me- Azwar, K. D. (2004). Poenale Sanctie: Studi
narik tentang sejarah sosial orang India, terutama Tentang Globalisasi Ekonomi dan
ketika melakukan kegiatan sehari-hari seperti Perubahan Hukum di Sumatera Timur
bekerja. Dalam melakoni sebuah pekerjaan 1870-1950. Universitas Sumatera Utara.
tentunya mereka mendapatkan upah, meskipun Blink, H. (1918). Sumatra’s Oostkust in hare
tidak sebanding dengan biaya hidupnya. opkomst en ontwikkeling als economisch
Diferensiasi pekerjaan dan pemukiman ber- gewest: Eene economisch-geographische
daskan ras menjadi bagian kehidupan sehari-hari en –historische studies. Tijdschrift voor
yang dialami orang India di perkebunan tem- Economische Geografie.
bakau Deli. Seperti kuli Tamil bekerja pada Breman, J. (1997). Menjinakkan Sang Kuli;
sektor pembangunan jalan, penggalian kanal dan Politik Kolonial, Tuan Kebun dan Kuli di
kusir gerobak sapi (pedati). Berbeda dengan Sumatra Timur pada Awal Abad ke-20.
orang Tamil, orang Sikh yang diidentifikasi Jakarta: PT. Pusataka Utama Grafis.
sebagai “orang Benggali” bekerja sebagai opsir Broersma, R. (1919). Ooskust van Sumatra
atau penjaga keamanan di lingkungan perkebu- (Eerste). Batavia: Javasche Boekhandel &
nan dan kantor-kantor perusahaan perkebunan. Drukkerij.
Selama bekerja sehari-hari di perkebunan Cate, A. W. N. Ten. (1905). Deli in Woord en
tembakau Deli, orang India mengenakan gaya Beeld. Amsterdam: De Bussy.
pakaian asli dari India. Hal yang sama terjadi Coedes, G. (2010). Asia Tenggara Masa Hindu-
pada kuli Jawa dan Cina. Melalui pakaian inilah Budha. Jakarta: Kepustakaan Populer
mereka secara sengaja dibedakan berdasar suku Gramedia.
bangsa. Tidak hanya itu, pembedaan juga di- Cremer, J. T. (1881). De toekomst van Deli.
terima orang India dalam hal tempat pemu- Leiden : Gualth Kolff.
kiman. Pemukiman kuli India terpisah dengan Cremer, J. T. (1885). Emigratie van Hindu’s
dengan bangsal kuli Cina dan kuli Jawa. naar Sumatra. Tijdschrift voor
Periode 1872-1900 merupakan masa Nederlandsch-Indië. I.
orang India menjadi masyarakat perkebunan De Sumatra Post, 20 Juni 1889.
tembakau Deli. Meskipun penderitaan dan ke- Deli Courant, 1 Augustus 1891.
sengsaraan yang mereka terima, namun ada sisi Digital Collections Leiden University Libraries.
keberuntungan dan peluang ekonomi yang men- Retrieved 11th April 2019 from https:
janjikan ketika mereka menjadi kuli dalam //digitalcollections.universiteitleiden.nl.
72
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019
73