Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MATA KULIAH HISTORIOGRAFI

“HISTORIOGRAFI ASIA TENGGARA”

Dosen Pengampu

Dr. Nurul Hak, S.Ag., M.Hum.

Disusun Oleh :

Syihabuddin Al Bahri (20101020032)

Laila Rahmawati (22101020043)

Badrul Huda (22101020058)

PRODI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................... 1

ABSTRAK............................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 3

A. Latar Belakang.................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 4
C. Tujuan............................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 5

A. Sejarah Perkembangan Historiografi Asia Tenggara....................................... 5


B. Ciri-Ciri HistoriografiAsia Tenggara............................................................... 6
C. Karya Historiografi di Asia Tenggara.............................................................. 8

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 10

A. Kesimpulan....................................................................................................... 10

DAFTER PUSTAKA........................................................................................................... 12

1
ABSTRAK

Historiografi di Asia Tenggara mulai berkembang ketika para pedagang dari Gujarat,
India datang ke Asia Tenggara dan memperkenalkan budaya tulis yang umum digunakan di
India sebagai sarana keagamaan dalam agama Hindu-Budha. Masyarakat setempat meniru
budaya tulis tersebut sehingga Asia Tenggara memasuki masa penulisan historiografi
tradisional. Dalam menulis penduduk Asia Tenggara menggunakan media potongan daun
lontar, bilah bamboo panjang, kayu yang ditipiskan dan kulit hewan dengan pena berupa besi
yang diruncingkan atau jarum besi yang dipanaskan. Historiografi Asia Tenggara memasuki
masa modern dengan dimulainya era kolonialisasi oleh bangsa Eropa di mana mereka
memonopoli penulisan historiografi di daerah koloninyadan memperkenalkan metode
penulisan historiografi modern.

Kata kunci: Historiografi, Asia Tenggara, Tradisional, Modern

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara etimologis istilah historiografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu historia yang
berarti penyelidikan tetang gejala alam fisik dan grafein yang berarti gambaran, tulisan,
atau uraian. Penggunaan istilah historiografi berawal dari kata historia yang sejak ± 500
S.M. ketika Hecataeus menggunakan kata tersebut untuk menyebut hasil penelitiannya
tentang gejala alam di pemukiman Yunani. Kemudian digunakan juga oleh Herodotus
untuk menggambarkan latar belakang geografis dalam karyanya mengenai peperangan di
Persia. Dalam perkembangan berikutnya, istilah historia cenderung digunakan untuk
pengkajian kronologis tentang tindakan manusia pada masa lampau. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah historiograpy yakni sebagai pengkajian tentang penulisan sejarah.1
Tradisi menulis di kawasan Asia Tenggara mulai berkembang ketika pengaruh India
mulai masuk ke kawasan ini. Kebudayaan tulis India pada umumnya bertujuan untuk
digunakan sebagai sarana keagaman dalam agama Hindu-Budha. Kebudayaan tulis ini
sampai ke Asia Tenggara melalui para pedagang India, umumnya berasal dari Gujarat.
Berawal dari para pedagang Gujarat inilah penduduk Asia Tenggara mulai mengenal,
meniru dan mempraktekkan budaya tulis. Hal ini mendorong lahirnya historiografi Asia
Tenggara pada masa-masa setelahnya yang dimulai dari Masa Tradisional. Pada masa ini
masyarakat Asia Tenggara mengadopsi aksara Brahmi dari India dan melakukan
modifikasi dalam praktek penggunaannya. Mereka menggunakan media tulis berupa
potongan daun lontar dan bilah bambu panjang dengan pena berupa besi yang
diruncingkan atau jarum besi yang dipanaskan. Dalam perkembangan selanjutnya
masyarakat taradisional Asia Tenggara turut menggunakan kayu yang ditipiskan atau kulit
hewan sebagai media tulis.
Hal ini terus berlanjut beberapa abad kemudian sampai gerakan kolonialisme muncul
di Eropa dan menyebar ke berbagai belahan dunia. Orang-orang Eropa banyak melakukan
penelitian dan pencatatan terhadap daerah koloninya. Hal ini mendorong bergesernya
praktek penulisan historiografi Asia Tenggara dari cara tradisional ke metode modern.
Pergeseran metode penulisan ini diperkuat dengan terbitnya karya D. G. E. Hall yang
berjudul A History of South-East Asia pada tahun 1955 dan menjadi karya historiografi
1
Nina Herlina, Historiografi Indonesia dan Permasalahannya (Bandung: Satya Historika, 2009), 9-10.

3
Asia Tenggara paling populer. Lebih lanjut, historiografi di Asia Tenggara akan
dijabarkan lebih gamblang pada penjelasan selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah historiografi Asia Tenggara?
2. Apa ciri-ciri historiografi Asia Tenggara masa tradisional dan masa modern?
3. Apa saja contoh karya historiografi di Asia Tenggara masa tradisional dan masa
modern?
C. Tujuan
Menurut susunan rumusan masalah di atas, maka dapat diuraikan tujuan dari
pembahasan sebagai berikut.
1. Menjelaskan tentang sejarah historiografi Asia Tenggara
2. Mengidentifikasikan ciri-ciri historiografi Asia Tenggara masa tradisional dan masa
modern.
3. Menginterpretasikan contoh karya historiografi Asia Tenggara masa tradisional dan
masa modern.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Historiografi Asia Tenggara


1. Masa Tradisional
Sejarah historiografi Asia Tengara tidak dapat dilepaskan dari peran
peradaban Asia Selatan, khususnya wilayah India. Tulisan yang dihasilkan oleh
peradaban India berupa tarikh yang ditulis dengan tujuan sebagai sarana keagamaan
dalam agama Hindu-Budha. Kebudayaan menulis tarikh itulah yang kemudian
menyebar ke wilayah-wilayah Asia Tenggara melalui para gujarat yang melakukan
kerja sama perdagangan ke beberapa wilayah pesisir pantai Asia Tenggara. Aktivitas
menulis yang diperkenalkan oleh para gujarat India kemudian diadopsi oleh
penduduk Asia Tenggara untuk mencatat persoalan rumah tangga, utang-piutang,
dan beberapa persoalan komersial lainnya, sehingga tradisi menulis pertama kali di
wilayah Asia Tenggara lebih digandrungi oleh pihak wanita.2
Tradisi menulis masyarakat India yang mulanya menggunakan aksara Brahmi
kemudian dimodifikasi oleh sebagian besar negara-negara Asia Tenggara menjadi
empat belas huruf untuk suku kata konsonan dan beberapa petunjuk huruf hidup.
Media tulis yang digunakan masyarakat Asia Tenggara dalam tradisi menulis masa
tradisional masih berupa potongan-potongan daun lontar dan bilah-bilah bambu
yang panjang. Pena yang digunakan pun juga masih berupa ujung besi yang
diruncingkan serta jarum besi yang dipanaskan. Sehingga untuk menghasilkan
sebuah tulisan, ujung besi atau jarum besi tersebut harus diguratkan secara perlahan
pada media tulisan hingga membentuk sebuah huruf yang diinginkan.3
Tradisi menulis masyarakat Asia Tenggara masa tradisional kemudian
semakin berkembang. Mereka mulai menyatukan tumpukan daun lontar dengan
menggunakan benang dan mengapit tumpukan daun lontar tersebut menggunakan
sepotong kayu yang ditipiskan, sehingga bentuknya menyerupai sebuah buku. Ada
juga yang kemudian menggunakan kulit hewan yang dibentuk menyerupai lembaran
kertas dalam media penulisan.4
2
Anthony Reid, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jilid I Tanah di Bawah Angin, Terj.
Mochtar Pabotinggi (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), Hlm. 260.
3
Ibid., Hlm. 265.
4
Ibid., Hlm 265-266.

5
2. Masa Modern
Tumbuh dan berkembangnya historiografi Asia Tenggara beriringan dengan
kegiatan kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan Eropa ke wilayah Asia.
Penjajahan yang dilakukan Eropa memiliki dampak besar terhadap kehidupan
masyarakat tanah jajahannya. Kolonialisme yang dilakukan Eropa menunjukkan
bahwa mereka memiliki hak eksklusif untuk mengatur masyarakat tanah jajahan dan
menempatkan orang-orang Eropa menjadi superioritas dalam posisi penting negara
maupun akademis. Hal tersebut yang mengakibatkan para kaum sejarawan Eropa
memiliki legitimasi kuat di wilayah tanah jajahan untuk meneliti dan mencatat hal-
hal penting dalam sejarah kehidupan masyarakat pribumi. Sehingga penulisan
sejarah modern awal, dipelopori oleh para intelektual Eropa dan akademisi Eropa
sejak awal era kolonialisme.5
Karya D. G. E. Hall yang terbit pada tahun 1955 menjadi karya historiografi
utama dalam sejarah historiografi modern di Asai Tenggara. Sebab karya Hall
mempengaruhi munculnya disiplin ilmu-ilmu sosial untuk memvalidasi kajian
sejarah agar lebih objektif. Karya Hall juga mempengaruhi munculnya kelompok
pemikir sejarah mazhab Annales. Mazhab Annales merupakan sekelompok
sejarawan yang mengkaji gaya penulisan sejarah yang menekankan pada persoalan
sejarah sosial. Dalam penulisan historiografi Asia Tenggara masa modern, mazhab
Annales menjembatani terbukanya ruang penggunaan pendekatan (neo)-Marxis yang
berfokus pada sains sosial dan menentang hermeneutis tradisional yang berfokus
pada narasi linier.6

B. Ciri-Ciri Historiografi Asia Tenggara Masa Tradisional dan Masa Modern


1. Masa Tradisional
Sejarah di Asia Tenggara sering dikatakan tidak memiliki keutuhan tema
hingga masuknya peradaban industri modern, yakni selama seratus tahun terakhir.
Ada tradisi yang memiliki asal-usul yang sama, namun berkembang menjadi tradisi
yang khas di masing-masing wilayah sesuai dengan kebudayaan masing-masing
wilayah. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat ciri-ciri asli yang khusus dari masing-

5
Mehmet Ozay, “An Attempt Understand the Driving Forces of Historiography in the Eurocentric
Perspective in Southeast Asia,” Journal Insan & Toplum 3(6). Hlm. 273.
6
Sugeng Prakososia, Tenggara, “Perubahan Tema Dan Perspektif Dalam Historiografi Asia Tenggara,
1955-2010,”Jurnal Pendidikan Sejarah 7, No. 2, (2018): 42-43.

6
masing bangsa. Ciri- ciri yang dimiliki kesamaan antara negara di Asia Tenggara
antara lain:
a. Karya-karya yang dihasilkan baik di bagian geneologi namun terdapat
kelemahan dalam hal kronologi dan detail-detail biografis.
b. Tulisan pada masa ini lebih ditekankan pada gaya bercerita, bahan-bahan
anekdot,dan pengguanaan agama sebagai alat pengajaran sejarah.
c. Bila karya-karya tersebut bersifat sekuler maka nampak adanya persamaan
dalam hal perhatian terhadap Khingship (konsep mengenai Raja), serta tekanan
diletakkan pada kontinuitas dan loyalitas yang ortodoks.
d. Pertimbangan-pertimbangan astrologis dan kosmologis cenderung untuk
menyampaikan menegenai sebab-akibat dan ide kemajuan.
Meskipun letaknya disatu kawasan yang sama, namun terdapat perbedaan-
perbedaan dalam historiografi di Asia tenggara. Jika berbeda itu antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Persaingan nasional mempengaruhi karya mengenai bangsa-bangsa yang
bertetangga, misalnya karya-karya orang Burma dan Muangthai.
b. Perbedaanaan bahasa di Asia Tenggara sebelum terbentuknya bahasa Pali
banyak karya-karya yang tidak dapat dibaca oleh orang-orang dari luar bangsa
tersebut.
c. Kebijakan-kebijakan Raja mengenai penulisan sejarah yang beragam. Misalnya,
karya-karya Islam dan Melayu diedarkan dikalangan umum, sedangkan karya-
karya yang dihasilkan orang-orang Muangthai dan Burma serta Vietnam hanya
digunakan untuk kepentingan pihak resmi.
d. Agama telah memisahkan agama para sejarawan Indo-islam dari konteks sosio-
ekonomi agama Hindu. Agama juga memisahkan orang-orang Muangthai dari
Historiografi Asia Timur di Vietnam. Agama juga memisahkan antara Melayu-
Jawa dari orang-orang Muangthai, Burma disatu pihak dan orang Fillipina di
pihak lain.
2. Masa Modern
Di kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia, Burma, Malaysia dan
Filipina, historiografi modern sedang dikonfrontasikan dengan nasionalisme. Seperti
terlihat dalam bentuk penulisan sejarah pasca proklamasi, kebanyakkan tulisan
dibuat guna membangkitkan semangat nasional untuk melawan penjajahan Belanda.
Untuk menunjukkan bahwa bangsa Belanda itu sebagai bangsa yang jahat dan selalu

7
merugikan bangsa Indonesia. Sehingga penulisan sejarah pada masa ini banyak
terdapat mengenai tokoh-tokoh besar, seperti Pangeran Diponegoro. Pada sejarah
modern di Asia Tenggara masih mengutamakan sejarah nasional dibandingkan
dengan sejarah ilmiah. Namun dalam perkembangannya, para sejarawan sudah
mulai banyak menggunakan metode-metode dalam penulisan sejarah.

C. Karya-Karya Historiografi Asia Tenggara Masa Tradisional dan Masa Modern


1. Masa Tradisional
- Yazawin merupakan karya historiografi yang muncul di negara Myanmar pada
abad ke-13 M dan ditulis oleh orang-orang brahmana terpelajar dari Burma.
Yazawin berisikan tentang konsep raja yang masih mengandung animisme
lokal. Penulisan Yazawin menjadi sebuah karya historiografi tradisional
disusun dengan menggabungkan data-data mengenai dinasti, anekdot raja-raja,
serta mitos dan legenda yang mewarnai sebuah pemerintahan.
- Negarakartagama merupakan karya Empu Prapanca yang di tulis pada abad
ke-14 M. Kitab ini berisikan kumpulan cerita sejarah kerajaan Majapahit di
bawah kekuasaan Prabu Hayam Wuruk. Kitab Negarakartagama berisikan 98
pupuh (puisi atau syair) yang membahas persoalan-persoalan kondisi sosial,
politik, keagamaan, budaya, jalannya pemerintahan, hubungan raja serta para
pembesar kerajaan di Majapahit.
2. Masa Modern
- A History of South-East Asia
Karya historiografi di Asia Tenggara yang paling populer muncul pada
tahun 1955 dengan judul A History of South-East Asia. Karya tersebut ditulis
oleh D.G.E. Hall (1891-1979). Ia merupakan profesor pertama dalam bidang
kajian sejarah Asia Tenggara yang mengajar di SOAS (School of Oriental and
African Studies).7 Karya tersebut menyajikan pembahasan tentang negara-
negara di Semenanjung Indo-Cina dan Kepulauan Indonesia. Isi karya yang
dikemukakan Hall merupakan hasil penelitian atau observasi yang membahas
tentang kebudayaan masyarakat Asia Tenggara yang selayaknya tidak lagi
dianggap sebagai bayang-bayang dibalik peradaban Barat, Cina, dan India.

7
Sugeng Prakososia, Tenggara, “Perubahan Tema Dan Perspektif Dalam Historiografi Asia Tenggara,
1955-2010,” Jurnal Pendidikan Sejarah 7, no. 2 (2018): 32.

8
- Southeast Asia in the Age of Commerce (1998) merupakan karya Authony
Reid, sejarawan asal Selandia Baru. Karya Authony Reid menjelaskan tentang
alasan wilayah Asia Tenggara menjadi simpul pelayaran dan perdagangan para
pedagang wilayah barat. Ia juga menjelaskan tentang manusia kawasan Asia
Tenggara memiliki praktik kebudayaan kuno yang realtif serupa sehingga
disebut sebagai rumpun kesatuan wilayah.

9
BAB III

PENUTUP

Sejarah historiografi Asia Tenggara mencerminkan perjalanan yang kaya dan


beragam, mulai dari masa tradisional hingga modern. Pada masa tradisional, pengaruh
peradaban India, khususnya dalam hal kebudayaan menulis, menjadi landasan awal bagi
perkembangan historiografi negara-negara kawasan Asia Tenggara. Tradisi menulis yang
diadopsi dari India membuka jalan bagi masyarakat Asia Tenggara untuk mencatat berbagai
aspek kehidupan, meskipun dalam bentuk yang sederhana seperti menggunakan daun lontar
dan bambu. Pada masa modern, kolonialisme Eropa memainkan peran besar dalam
pembentukan historiografi Asia Tenggara, dengan penulisan sejarah dipelopori oleh para
intelektual Eropa yang kemudian mempengaruhi munculnya disiplin ilmu sosial dan
kelompok pemikir sejarah seperti mazhab Annales. Karya-karya seperti yang ditulis oleh D.
G. E. Hall memberikan landasan penting bagi pengembangan historiografi modern di wilayah
ini, yang mencakup pendekatan yang lebih objektif dan beragam dalam memahami dan
menafsirkan sejarah sosial. Dengan demikian, perkembangan historiografi Asia Tenggara
mencerminkan dinamika yang kompleks antara tradisi lokal dan pengaruh global.

Ciri-ciri historiografi Asia Tenggara pada masa tradisional dan modern menunjukkan
kompleksitas dan keunikan dalam pendekatan serta fokusnya. Pada masa tradisional, karya-
karya historiografi cenderung menekankan pada aspek genealogi, bercerita, dan penggunaan
agama sebagai alat pengajaran sejarah. Meskipun terdapat persamaan dalam hal perhatian
terhadap konsep Khingship dan pertimbangan astrologis, namun perbedaan dalam hal
persaingan nasional, bahasa, dan kebijakan raja juga memberikan warna yang beragam dalam
historiografi di wilayah ini. Sementara pada masa modern, historiografi Asia Tenggara
dihadapkan pada tantangan nasionalisme yang mempengaruhi penulisan sejarah pasca
proklamasi. Meskipun demikian, terjadi pergeseran menuju penggunaan metode-metode
dalam penulisan sejarah, meskipun sejarah nasional masih mendominasi. Dengan demikian,
perkembangan historiografi di Asia Tenggara mencerminkan adaptasi terhadap perubahan
zaman dan konteks sosial-politik yang beragam.

Karya-karya historiografi Asia Tenggara, baik pada masa tradisional maupun modern,
memberikan pemahaman yang mendalam tentang sejarah dan budaya. Pada masa tradisional,
karya seperti Yazawin dan Negarakartagama mencerminkan kekayaan cerita sejarah dan

10
mitologi yang menjadi bagian integral dari pemerintahan dan budaya masyarakat pada masa
tersebut. Sementara itu, pada masa modern, karya-karya seperti "A History of South-East
Asia" karya D.G.E. Hall dan "Southeast Asia in the Age of Commerce" karya Anthony Reid,
menunjukkan upaya untuk mengungkapkan kompleksitas sejarah dan peran Asia Tenggara
dalam konteks global. Karya-karya tersebut tidak hanya menggali aspek politik dan ekonomi,
tetapi juga memperkenalkan pembaca pada kekayaan budaya dan kearifan lokal yang melekat
dalam sejarah wilayah ini. Dengan demikian, karya-karya historiografi Asia Tenggara
memberikan kontribusi penting dalam memahami warisan sejarah dan identitas budaya yang
kaya dan beragam.

11
DAFRAT PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan Abdurrahman Sujonihardjo. (1985). Ilmu Sejarah dan


Historiografi: Arah dan Perspektif. Jakarta: PT Gramedia.
Ozay, Mehmet. “An Attempt Understand the Driving Forces of Historiography in the
Eurocentric Perspective in Southeast Asia.” Journal Insan & Toplum 3(6).
Prakososia, Sugeng. 2018. “Perubahan Tema Dan Perspektif Dalam Historiografi Asia
Tenggara, 1955-2010.” Jurnal Pendidikan Sejarah 7(2).
Reid, Anthony. 2011. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jilid I Tanah di
Bawah Angin, Terj. Mochtar Pabotinggi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai