Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FILOLOGI ISLAM

“Sejarah dan Perkembangan Filologi”

Dosen Pembimbing:

Dr. Ahmad Rivauzi, S.PdI., MA

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Widya Yolanda (18329144)


Ferzania (18329173)
Yatri Marnelli (18329034)

PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Bismillaahhirrahmaanirrahiim,

Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah pada Mata Kuliah
Filologi Islam. Salawat dan salam tidak lupa kami kirimkan kepada baginda Rasulullah Nabi
Muhammad Shallallahu’alaihi wa salam yang telah membawa kita dari alam kebodohan
menuju zaman yang serba modern ini dengan perkembangan ilmu pengetahuan seperti saat
sekarang ini.

Adapun makalah kami tentang “Sejarah dan Perkembangan Filologi” ini ditulis untuk
memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah Filologi Islam dengan dosen pengampu Dr.
Ahmad Rivauzi, S.PdI., MA. Semoga selain memenuhi tugas tersebut makalah ini dapat
bermanfaat umummya bagi khalayak pembaca dan khususnya untuk kami selaku penulis..

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna, kami mohon
kepada seluruh pembaca untuk memaklumi karena keterbatasan ilmu yang kami miliki.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan
pembuatan makalah ini. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Padang, Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………........4
C. Tujuan Penulis…………………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah perkembangan filologi………………………………………………..5
1. Sejarah dan perkembangan filologi periode yunani kuno………………………6
2. Sejarah dan perkembangan filologi periode romawi barat dan timur…………7
3. Sejarah dan perkembangan filologi periode arab(islam)…………………………8
4. Sejarah dan perkembangan periode nusantara……………………………………9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Naskah atau manuskrip merupakan salah satu sumber primer yang otentik
yang dapat mendekatkan jarak antara masa lalu dan mas kini. Naskah bisa disebut
juga sebuah jalan pintas istimewa untuk mengetahui khazanah intelektual dan sejarah
sosial, kehidupan masyarakat di masa lalu.1
Naskah kuno pun banyak merekam informasi dan pengetahuan masayarakat
lampau yang diturunkan secara turun-temurun dari dulu hingga sekarang. Warisan
budaya tersebut bermacam-macam bentuknya dan tersebar di seluruh Indonesia,
ditulis dengan berbagai bahasa dan aksara. Bahsa yang digunakan terkadang identik
dengan tempat naskah ditulis, seperti bahasa Sunda di wilayah Jaw Barat, bahasa
Melayu di sekitar wilayah Sumatera Utara dan Kalimantan Utara, dan bahasa lainnya
yang disesuaikan dengan bahasa di wilayah masyarakatnya.
Adapun dalam bahasa latin naskah disebut codex, dalam bahasa Inggris
disebut manuscript. Perlu diketahui bahwa pengertian bahaan tulisan bukan semua
benda yang dapat menerima teks, tetapi mempunyai mkana benda-benda tertentu,
artinya tidak tidak semua benda kuno yang terdapat tulisan dapat dikatakan naskah.
Hal demikian terjadi karena par ahli memisahkan benda-benda tertentu dariketegori
naskah seperti batu.2
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan filologi pada periode Yunani Kuno?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan filologi pada periode Romawi Barat dan
Timur?
3. Bagaimana sejarah dan perkembangan filologi pada periode Arab (Islam)?
4. Bagaimana sejarah dan perkembangan filologi pada periode Nusantara?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan filologi pada periode Yunani Kuno
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan filologi pada periode Romawi
3. Mengetahui sejarah dan perkembangan filologi pada periode Arab (Islam)
4. Mengetahui sejarah dan perkembangan filologi pada periode Nusantara

1 Oman Faturahman, dkk. Filologi dan Islam Indonesia, (Jakarta: Badan Litbang, 2010), hlm 3-4
2 Supriadi, Aplikasi Metode Penelitian Filologi, (Bandung: Pustaka Rahmat, 2011), hlm.4.
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Sejarah Perkembangan Filologi


Kebudayaan Yunani Lama merupakan salah satu dasar yang sangat besar
pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Barat pada umumnya. Dalam segala bidang
kehidupan, dapat dirasakan unsur-unsur yang berakar pada kebudayaan Yunani Lama yang
aspek-aspeknya tersimpan dalam naskah-naskah lama milik bangsa itu. Di antara cabang ilmu
yang mampu membuka aspek-aspek tersebut adalah ilmu filologi. Oleh karena itu, ilmu
filologi Yunani Lama merupakan ilmu yang penting untuk menyajikan kebudayaan Yunani
Lama yang hingga abad ini tetap berperan dalam memperluas dan memperdalam
pengetahuan mengenai sumber dari segala ilmu pengetahuan. Kebudayaan Yunani Lama
tidak hanya berpengaruh di dunia Barat, tetapi berpengaruh juga di bagian dunia yang lain,
seperti kawasan Timur Tengah, Asia dan Asia Tenggara, serta kawasan Nusantara.
Sejak kecil, masyarakat Barat dibiasakan dengan nama-nama seperti Apollo, Pallas
Athena, Zeus, Hera, dan lain-lain. Memang para dewa dan pahlawan dalam legenda Yunani
Kuno itu merupakan sumber kehidupan bagi pikiran dan imajinasi orang Barat, seperti di
Indonesia cerita wayang bagi masyarakat bertradisi Jawa. Para penulis Barat sering kali
mengutip mitologi Yunani Kuna apabila mereka memerlukan perumpamaan yang dapat ·
lebih menjelaskan jalan pikiran mereka. Para sarjana dan ilmuwan menggunakan peristilahan
yang didasarkan pada legenda Yunani Kuna, seperti "Oedipus-complex". Dalam dunia ilmu
pengetahuan, seperti ilmu filsafat, matematika, fisika, banyak dinukil pendapat para ilmuwan
Yunani Kuna untuk lebih rnenjelaskan pikiran mereka. Oleh karena itu, jelas sekali bahwa
mereka yang ingin mengetahui secara lebih mendalam aspek-aspek tertentu dari masyarakat
Barat akan mendapat manfaat apabila mengetahui dasar-dasar kebudayaan Yunani Kuna.
Ilmu filologi pun berakar pada kebudayaan Yunani Kuno.

1. Periode Yunani Kuno


Awal kegiatan filologi di kota Iskandaria oleh bangsa Yunani pada abad-3 SM,
dengan membaca naskah Yunani lama yang mulai ditulis pada abad ke-8 SM, dalam huruf
Yunani kuno (huruf bangsa Funisia). Naskah itu berkali-kali disalin sehingga mengalami
perubahan dari bentuk aslinya. Para penggarap naskah-naskah itu dikenal dengan ahli
filologi, dicetus oleh Eratosthenes. Para ahli filologi memiliki ilmu yang luas karena dalam
memahami isi naskah perlu mengetahui huruf, bahasa, dan ilmu yang dikandungnya. Dan
kemudian menuliskannya kembali sehingga dapat diketahui oleh masyarakat pada waktu itu.
Metode yang digunakan untuk menealaah naskah dikenal dengan ilmu filologi. Metode taraf
awal berkembang dari abad ke abad hingga kini. Para ahli menguasai ilmu dan kebudayaan
Yunani lama yang dikenal dengan aliran Iskandariyah. Naskah yang ditulis oleh para budak
belian yang diperdagangkan di sekitar laut tengah ini bertujuan untuk kegiatan perdagangan.
Namun sering terjadi penyimpangan karena tidak memiliki kesadaran terhadap naskah lama.
Oleh karena itu perlu adanya perbaikan yang mesti dilakukan oleh ahli filologi. Kerusakan
atau kekorupan bahasa terjadi karena kediksengajaan, bukan ahli dalam ilmu yang ditulis,
atau karena keteledoran penyalin.
Sesudah Iskandariyah jatuh ke dalam kekuasaan Romawi, kegiatan filologi berpindah
ke Eropa Selatan yang berpusat di kota Roma. Perkembnagan ini berkelanjutan hingga
pecahnya kerajaan Romawi pada abad ke 4 menjadi kerajaan Romawi Barat dan Romawi
Timur.3

2. Periode Romawi (Barat dan Timur)


a. Filologi di Romawi Barat
Kegiatan filologi di Romawi Barat diarahkan kepada penggarapan naskah-naskah
dalam bahasa Latin yang sejak abad ke-3 SM. telah digarap secara filologis. Naskah-naskah
Latin itu berupa puisi dan prosa, antara lain tulisan Cicero can Varro. Kegiatan ini mungkin
mengikuti kegiatan ftlologi Yunani pada abad ke-3 SM. di Iskandariyah. Isi naskah-naskah
itu banyak mewamai dunia pendidikan di Eropa pada abad-abad selanjutnya.
Tradisi Latin inilah yang dikembangkan di Kerajaan Romawi Barat dan bahasa Latin
menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Sejak terjadinya Kristenisasi di Benua Eropa, kegiatan
filologi di Romawi Barat dilakukan juga untuk menelaah naskah-naskah keagamaan yang
dilakukan oleh para pendeta. Sebagai akibatnya maka naskah-naskah Yunani ditinggalkan,
bahkan kadang-kadang dipandang sebagai tulisan yang berisi paham jahiliah dan berisi ilmu
yang berkaitan dengan paham itu. Oleh karena itu, telaah teks Yunani menjadi mundur dan
kandungan isinya menjadi tidak banyak dikenal lagi.
Sejak abad ke4, teks mulai ditulis dalam bentuk buku yang disebut codex dan
menggunakan bahan kulit binatang, terutama kulit domba, dikenal dengan nama perkamen
(Belanda perkamen dan Inggris perchmen}. Dalam bentuk codex, naskah dapat memakai

3Sanrawijaya. 2013. Sejarah Perkembangan Filologi. Sanrawijaya.wordpress.com. Diakses pada 1


Februari 2020.
halaman sehingga menjadi lebih mudah dibaca dan bahan perkamen lebih tahan lama dari
pada bahan papirus.

b. Filologi di Romawi Timur


Filologi di Romawi Timur Pada waktu telaah teks Yunani nampak mundur di Romawi
Barat maka di Romawi Timur mulai muncul pusat-pusat studi teks Yunani, misalnya di
Antioch, Athena, Iskandariyah, Beirut, Konstantinopel dan Gaza yang masing-masing
merupakan pusat studi dalam bidang tertentu. Iskandariyah menjadi pusat studi bidang
filsafat Aristoteles, Beirut pada bidang hukum. Pusat-pusat studi ini selanjutnya .berkembang
menjadi perguruan tinggi, yaitu lembaga yang menghasilkan tenaga ahli dalam bidang
pemerintahan, pendidikan, dan administrasi.
Dalam periode ini, mulai muncul kebiasaan menulis tafsir terhadap isi naskah pada
tepi halaman. Catatan demikian itu disebut scholia. Procopius dari Gaza telah membiasakan
menulis naskah langsung diiringi scholia dengan bahan yang diambil dari tulisan lain yang
membicarakan masalah yang sama. Oleh karena tulisan Procopius pada umumnya megenai
ajaran Beibel maka cara penulisan demikian itu dikenal penulisan baru dalam kajian Beibel.
Pada waktu telaah teks Yunani berkembang di Romawi Timur, dirasakan kurangnya
ahli yang melakukan kegiatan itu. Untuk mendapatkan tenaga-tenaga filologi, naskah yang
dipandang penting diajarkan di perguruan tinggi sehingga muncullah mimbar-minibar kuliah
filologi di berbagai perguruan tinggi.

3. Periode Renaisans
Istilah renaisans mulai dipakai dengan pengertian perubahan di lapangan sejarah
kebudayaan mengenai tanggapan hidup serta peralihan dari Zaman Pertengahan ke Zaman
Baru Menyebarnya era Renaisans di Eropa pada abad ke 13 hingga ke 16 menyebabkan
munculnya kecenderungan pada aliran humanisme.4
Kata humanisme berasal dari kata humaniora (kata Yunani) atau umanista (kata Latin)
yang semula berarti guru yang mengelola tata bahasa, retorika, puisi, dan filsafat. Berhubung
bahan-bahan yang diperlukan itu 34 berasal dari teks-teks klasik maka hwnanisme berarti
aliran yang mempelajari sastra klasik untuk menggali kandungan isinya yang meliputi
keagamaan, filsafat, ilmu hukum, sejarah, ilmu bahasa, kesastraan, dan kesenian.

4Sanrawijaya. 2013. Sejarah Perkembangan Filologi. Sanrawijaya.wordpress.com. Diakses pada 1


Februari 2020.
Pada zaman Renaisans, kegiatan telaah teks lama timbul kembali setelah berabad-
abad diabaikan. Metode kajiannya tetap berpijak kepada kritik teks serta sejarahnya, seperti
karya Lavato Lovati (1241-1309), Lorensi Vallo (1407-1457), dan Angelo Poliziano (1454-
1494), ketiganya dari Italia.
Jatuhnya Kerajaan Romawi Timur atau Bizanzium ke tangan bangsa Turki pada abad
ke-15 mendorong banyak ahli filologi dari Romawi Timur berpindah ke Eropa Selatan,
terutama ke kota Roma. Di tempat-tempat baru ini, mereka mendapat kedudukan sebagai
pengajar atau penyalin naskah atau penerjemah teks Yunani ke dalam bahasa Latin.
Penemuan mesin cetak oleh Gutenberg pada abad ke 15 juga mempengaruhi
perkembanga filologi yang mana kemudahan menyalin naskah semakin meningkat. Hasilnya
pengertian filologi filologi menjadi kabur dengan ilmu bahasa . Mulai abad ke 19 ilmu bahasa
itu berdiri sendiri, menjadi linguistik, dan filologi mendaat engertian aslinya kembali.5
Terbitan teks dengan mesin cetak menjadi lebih banyak dan penyebarannya pun
bertambah luas. Sejak itu · kekeliruan yang banyak terjadi pada penyalinan teks menjadi
lebih kecil, tidak seperti sewaktu teks disalin dengan tangan. Terjadilah pertemuan antara
zaman sebelumnya ditemukannya mesin cetak dan zaman pra-Gutenberg. Tumbuhnya
banyak perguruan tinggi pada Zaman Pertengahan mempengaruhi perkembangan filologi
yang perlu dicatat. Kegiatan filologi bertambah ramai karena lembaga-lembaga itu
memerlukan suntingan teks lama untuk bahan pelajaran. Di samping itu, kedudukan bahasa
Yunani, Romawi,dan Latin menjadi penting khusus untuk kajian Beibel diperlukan bahasa
lbrani dan Arab.
Dalam perkembangan selanjutnya, di Eropa, ilmu filologi diterapkan juga untuk
menelaah naskah lama non klasik, seperti naskah Germania,dan Romania. Ahli filologi perlu
mempelajari bahasa-bahasa tersebut sehingga sejak itu pengertian filologi menjadi kabur
dengan ihnu bahasa yang menelaah teks untuk mempelajari bahasanya. Mulai abad ke-19,
ilmu bahasa atau linguistik berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri, terpisah dari ilmu
filologi. Pada abad ke-20, pengertian filologi di Eropa daratan tetap seperti semula ialah
telaah teks klasik, sedangkan di kawasan Anglo-Sakson berubah menjadi linguistik.

5Sanrawijaya. 2013. Sejarah Perkembangan Filologi. Sanrawijaya.wordpress.com. Diakses pada 1


Februari 2020.
4.Periode Arab(islam)
Sejak abad ke-4 kota ditimur tengah memiliki pusat studi berbagai ilmu pengetahuan yang
berasal dari yunani,seperti Gaza,Beirut,Edessa, dan Antioch. Abad ke -5 dilanda perpecahan
gereja maka para ahli filologi berpindah ke kawasan Persia. Dalam lembaga ini naskah
yunani diterjemahkan kedalam bahasa siria dan bahasa arab.kota Harra di Mesopotomia
pernah menjadi pusat studi naskah yunani, penduduknya yaitu sabean,suku yang tergolong
kuno dan mahir dalam bahasa arab.
Sebelum kedatangan agama islam Persia dan arab memiliki karya yang terbilang
mengagumkan misalnya Mu’allaqat dan qasidah. Kegiatan meluas kekawasan luar Negara
arab setelah islam berkembang serta mistik islam berkembang dengan maju dipersia, abad ke-
10 hingga abad ke-11. Meluasnya kekuasaan dinasti umayyah ke spanyol dan Andalusia
pada abad ke -8 hingga abad ke -15 menyebabkan ilmu pengetahuan yunani yang telah
diserap oleh bangsa arab kembali masuk ke eropa dengan baju islam. Abad ke -17 telaah teks
klasik arab dan Persia di eropa telah dipandang mantap, di Cambridge dan oxford. Dan abad
ke -18 didirikan pusat studi kebudayaan ketimuran oleh sivester de sacy dengan nama Ecole
desLangues Orientales Vivantes. Sehingga lahirlah orientalis eropa,yaitu Etienne Qutremere,
De Slane, De Sacy(bapak para orientalis di eropa).

5. Periode Nusantara
Nusantara adalah kawasan yang termasuk Asia Tenggara. Kawasan ini, sebagai
kawasan Asia pada umumnya, sejak kurun waktu yang lama memiliki peradaban tinggi
dan mewariskan kebudayaan kepada anak keturunannya melalui berbagai media, antara
lain, media tulisan yang berupa naskah-naskah. Kawasan Nusantara terbagi dalam
banyak kelompok etnis yang masing-masing memiliki bentuk kebudayaan yang khas,
tanpa meninggalkan sifat kekhasan kebudayaan Nusantara. Kekayaan Nusantara 43 akan
naskah-naskah lama dibuktikan dengan jumlah koleksinya yang dewasa in1 terdapat di
berbagai pusat studi kebudayaan.
 Naskah Nusantara dan Para Pedagang Barat
Hasrat mengkaji naskah-naskah Nusantara mulai timbul dengan kehadiran bangsa Barat
di kawasan ini pada abad ke-16 . Pertama-tama yang mengetahui mengenai adanya
naskah-naskah lama itu adalah para pedagang. Mereka menilai naskah-naskah itu
sebagai barang dagangan yang mendatangkan untung besar, seperti yang mereka kenal
di benua Eropa dan di sekitar Laut Tengah, serta daerah-daerah lain yang pemah
ramai dengan perdagangan naskah kuna atau naskah lama. Para pedagang itu
mengumpulkan naskah-naskah itu dari perorangan atau dari tempat-tempat yang memiliki
koleksi, seperti pesantren atau kuil-kuil, kemudian nrembawanya ke Eropa, menjualnya
kepada perorangan atau kepada lembaga-lembaga yang telah memiliki koleksi naskah-
naskah lama.
Pada zaman VOC, usaha mempelajari bahasa-bahasa Nusantara hampir pada bahasa
Melayu karena dengan bahasa Melayu mereka sudah dapat berhubungan dengan bangsa
pribumi dan bangsa asing yang mengunjungi kawasan ini, seperti bangsa India, Cina,
Arab, dan bangsa Eropa lainnya. Umumnya para filolog yang menerbitkan teks Indonesia
tradisional tidak begitu sadar akan teori filologi, yang diterapkan biasanya metode para
ilmiah dengan intuisi dan pengetahuan bahasa yangs ebaik mungkin.6
 Telaah Naskah Nusantara oleh Para Penginjil
Pada tahun 1629, tiga puluh tiga tahun setelah tibanya kapal Belanda pertama di
kepulauan Nusantara, terbitlah terjemahan Alkitab yang pertama dalam bahasa Melayu.
Ruyl seorang pedagang yang pada tahun 1600 bersamasama Jacob van Neck datang di
Nusantara dan sebelumnya ia telahmenerbitkan Spiegel van de Maleise Tale dengan
mengambil bahan dari karangan Frederik de Houtman serta beberapa terjemahan ajaran
gerejani. Seorang penginjil terkenal yang menaruh minat kepada naskah-naskah Melayu
adalah Dr. Melchior Leijdecker (1645-1701). Terjemahan Beibel dari Leijdecker baru
terbit setelah dia meninggal karena diperlukan penyempurnaan dan revisi yang cukup.
Penginjil lain yang dikenal akrab dengan bahasa dan kesastraan Melayu adalah G .H.
Werndly . Dalam karangannya yang berjudul Maleische Spraakkunst, terbit pada tahun
1736 , dalam lampirannya yang diberi nama "Maleische Boekzaal" dia menyusun daftar
naskah-naskah Melayu yang dikenalnya sebanyak 69 naskah. Bahwa dia mempelajari
dan mengerti isi kandungannya terbukti dengan adanya ringkasan isi dan deskripsi
setiap naskah itu meskipun sangat pendek. Sementara itu, kedudukan voe menjadi lemah
dan sebagai akibatnya, dorongan untuk memp~lajari bahasa dan naskah-naskah
Nusantara pun menjadi berkurang.
Terjemahan Alkitab Bruckner terbit pada tahun 1831 dalanm huruf Jawa. Di
samping itu, dia menulis buku tata bahasa Jawa yang dicetak pada tahun 1830, di
dalamnya terdapat teks dan terjemahan cerita Jawa dan beberapa surat dalam, bahasa
Jawa; maksudnya untuk bahan bacaan. Pada tahun 1842, terbitlah kamus Burckner
yang berjudul Ean klein woordenboek der Hollandsche, Engelsche en Javaansche Ta/en.

6 Afiliasi. 201., Sejarah Perkembangan Filologi. Diakses pada 1 Februari 2020


46 Nederlandsche Bijbelgenootschap (seterusnya disingkat NBG) memiliki kegiatan
penting dipandang dari sudut ilmu bahasa, Lembaga ini menyanggupkan diri untuk
menerbitkan tulisan Bruckner dan berpendapat bahwa untuk menerjemahkan Alkitab
dalam bahasa-bahasa Indonesia seseorang harus memiliki bekal ilmiah yang cukup
dalam bidang ilmu bahasa. Ketetapan NBG ini mengharuskan para penyiar penerjemah
Alkitab yang akan dikirim ke Indonesia memiliki pendidikan
akademik. Dampak ketetapan ini adalah munculnya karangan-karangan ilmiah dl;lri para
penginjil mengenai bahasa, sastra, dan kebudayaan Nusantara pada umumnya. Pemerintah
jajahan Belanda mendapat dampak positif juga dari ketetapan NBG itu karena para
penginjil juga dapat membantu pemerintah dalam memberi pelajaran bahasa secara
ilmiah kepada para pegawai sipil Belanda yang memerlukan keahlian itu, Seorang yang
memenuhi persyaratan itu dan dikirim NBG adalah
J.V.C. Gericke, yang datang di Indonesia pada tahun 1824 dan ditugaskan dalam
bidang bahasa Jawa.7
Sesuai dengan teori filologi bahwa sastra lisan termasuk kajian filologi maka di antara
penginjil itu ada yang 47 mengkaji sastra lisan daerah yang didatanginya karena
kelompok etnis daerah itu belum mengenal huruf hingga budayanya masih tersimpan
dalam bentuk lisan, seperti daerah Toraja oleh N. Adriani dan Kruijt.
 Kegiatan Filologi terhadap Naskah Nusantara
Kehadiran tenaga penginjil yang dikirim oleh NBG ke Indonesia dengan bekal ilmu
pengetahuan linguistik telah mendorong tumbuhnya kegiatan untuk meneliti naskah-
naskah dari berbagai daerah Nusantara. Kalau pada mulanya mereka mempelajari naskah
itu untuk tujuan mengenal bahasanya, guna kepentingan penyiaran dan penerjemahan
Alkitab, maka selanjutnya mereka ada yang berminat mengkaji naskah untuk memahami
kandungan isinya dan seterusnya berminat menyuntingiiya agar isi naskah dapat
diketahuiJ oleh golongan yang lebih luas. Suntingan-s ntingan naskah penting dapat
membuka beberapa hal yang element mengenai kandungannya. Minat terhadap naskah
Nusantara juga timbul pada para tenaga Belanda yang memberi pelajaran bahasa-bahasa
Nusantara kepada calon pegawai sipil sebelum mereka dikirim ke Indonesia
Perkembangan selanjutnya, naskah itu disunting dalam bentuk transliterasi dalam huruf
Latin, misalnya Wrettasantjaja (1849), Ardjoena Wiwaha (1850) dan Bomakawya (1850);

7 Afiliasi. 201., Sejarah Perkembangan Filologi. Diakses pada 1 Februari 2020


ketiga-tiganya naskah Jawa Kuna oleh R.Th.A. Friederich, dan&rata Joeda (l 850)oleh
Cohen Stuart. H.H. Juynboil.
Naskah-naskah sejarah yang telah banyak disunting dapat dimanfaatkan oleh
ahli sejarah. Di antara suntingan itu dikerjakan oleh Teuku lskandar berjudul De
Hikajat Atjeh (1959) berdasarkan naskah Hikayat Aceh; oleh Hoesein Djajadiningrat
dengan judul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten (1913) berdasarkan
naskah Babad Banten; oleh J.J. Ras berjudul Hikajat Bandjar (1968) berdasarkan naskah
sejarah dari suatu kerajaan di Kalimantan; oleh P.J. Worsley berjudul Babad Buleleng
(1972) berdasarkan naskah sejarah dari Bali. Semua suntingan ini menggunakan
pendekatan kritik teks Kegiatan filologi terhadap naskah-naskah Nusantara, yang
sebagian diutarakan di depan, telah mendorong berbagai kegiatan ilmiah yang hasilnya
telah dimanfaatkan oleh berbagai disiplin, terutama disiplin humaniora dan disiplin ilmu-
ilmu sosial. Semua kegiatan itu telah memenuhitujuan ilmu filologi, yaitu melalui
telaah naskah-naskah dapat membuka kebudayaan bangsa dan telah mengangkat nilai-
nilai luhur yang disimpan di dalamnya.8

8 Afiliasi. 201., Sejarah Perkembangan Filologi. Diakses pada 1 Februari 2020


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Sejarah dan perkembangan filologi periode yunani kuno, awalnya tumbuh dan
berkembang di kawasan kerajaan yunani, yaitu dikota iskandariah. Di iskandariah
studi filologi awalnya dilakukan oleh bangsa yunani sekitar abad ke-3 SM. Bangsa
yunani mampu membaca teks yang dimuat dalam naskah yunani kuno yang ditulis
kira-kira apada abad ke-8 SM dalam huruf bangsa funisia.
2. Periode romawi (barat dan timur), pada romawi barat penggarapan diarahkan
kepada naska-naskah dalam bahasa latinyang berupa puisi dan prosa, anatar lain
karya Cicero dan varro. Sedangkan romawi timur mulailah muncul tafsir pada
tepi halaman naskah, yang disebut dengan scholia.
3. Periode renaisans, zaman renaisans yang menimbulkan faham humanis membawa
angin baru bagi penelitian filologi dan ilmu bahasa. Renaissance lahir pada abad
ke-13 di italia, namun baru mencapai puncaknya padaabad ke-16 dengan
munculnya paham “Humanisme”. Renaissance ingin kembali mempelahjari
zaman kuno dan mengetahui perkembangan yang terjadi pada zaman klasik.
Dalam zaman humanis, pengetahuan bahasa klasik, terutama bahasa yunani hidup
kembali, sebaliknya bahasa latin mulai mundur.
4. Periode arab (perkembangan islam) abad ke -5 dilanda perpecahan gereja maka
para ahli filologi berpindah kekawasan Persia. Dalam lembaga ini naskah yunani
diterjemahkan kedalam bahasa siria dan bahasa arab. Kota harra di
mesopotamiayunani, penduduknya yaitu sabean, suku yang tergolong kuno dan
mahir dalam bahasa arab
5. Periode nusantara, kegiatan filologi terhadap naskah nusantara, mendorong
berbagai kegiatan ilmiah, terutama dimanfaatkan oleh disiplin humaniora dan
disiplin ilmu-ilmu sosial. Semua kegiatan itu telah memenuhi tujuan filologi,
ialah melalui telaah naska-naskah dapat membuka kebudayaan bangsa dan telah
mengangkat nilai-nilai luhur yang tersimpan didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Afiliasi. 2014. Sejarah Perkembangan Filologi. Diakses pada 1 Februari 2020.


Baried, Siti Baroroh. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sanrawijaya. 2013. Sejarah Pekembangan Filologi. Sanrawijaya.worpress.com.
Diakses pada 1 Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai