Penelitian Nilai Tukar 1
Penelitian Nilai Tukar 1
LEMBAR PENGESAHAN
Tim Dosen Peneliti : Siti Suarsih; Wahdi Suardi; Endang Tasli Susandi
Tembusan:
Rektor Universitas Islam Nusantara
Arsip
Abstrak
Penelitian ini hanya melihat faktor eksternal yang memengaruhi harga domestik dan
hanya melihat dampak langsung dari perubahan nilai tukar terhadap harga domestik
melalui harga barang impor. Untuk mengukur dampaknya tersebut penelitian ini
menggunakan indikator derajat passthrough yang diperoleh dari nilai Impulse Response
Function (IRF). Sedangkan kontribusi nilai tukar terhadap harga domestik dilihat dari
Decomposition of Forecasting Error Variance (DFEV), dan Cholesky Decomposition
digunakan untuk mengidentifikasi guncangan model VAR yang dikombinasikan dengan
VECM. Data sekunder yang digunakan adalah data bulanan time series pada periode
Januari 1998 – Desember 2013. Hasil empiris menunjukkan bahwa selama periode
penelitian terjadi incomplete pass-through pada ke-sebelas kelompok IHK bahan
makanan. Derajat pass-through terbesar terjadi pada kelompok IHK Susu, telor dan
hasilnya sebesar 0.24. Implikasinya perubahan kenaikan 1 persen dalam nilai tukar
rupiah terhadap dolar (depresiasi) menyebabkan perubahan kenaikan harga-harga
konsumen kelompok susu, telor dan hasilnya sebesar 0.24 persen.
Kata kunci: exchange rate pass-through, Indeks Harga Konsumen, bahan makanan.
KATA PENGANTAR
Siti Suarsih
Wahdi Suardi
Endang Tasli Susandi
DAFTAR PUSTAKA 47
LAMPIRAN 49
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nilai tukar memainkan peran penting dalam perekonomian semua negara
termasuk Indonesia, karena dampaknya yang luas terhadap kondisi makroekonomi
agregat, seperti pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi. Pengalaman menunjukkan
ketika pada tahun 1998 nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga mencapai Rp 14.900/$,
berdampak pada tingginya inflasi nasional yang diukur dengan indeks harga konsumen
(IHK) mencapai 77,63%. Begitu juga pada tahun 2008, nilai tukar rupiah terdepresiasi
hingga mencapai Rp.12151/$, laju inflasi nasional mencapai 11.06% meningkat dari
tahun sebelumnya yang hanya mencapai 6.59%. Kemudian pada tahun 2013, dimana
nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga mencapai Rp.12189/$, laju inflasi nasional
mencapai 8.38% meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 4.30%.
Mengenai dampak perubahan nilai tukar teradap tingkat infilasi telah banyak
diteliti, diantaranya seperti yang dilaporkan oleh Windarti (2004), menyimpulkan bahwa
depresiasi Rupiah akan telah menyebabkan kenaikan harga domestik IHK sebesar 25%.
Achsani dan Nababan (2008), meneliti dampak nilai tukar (ERPT) terhadap tujuh
kelompok IHK di Indonesia, menemukan bahwa depresiasi rupiah akan menyebabkan
kenaikan harga domestik IHK secara umum sebesar 14%. Selanjutnya Sato et.al (2005)
meneliti pengaruh nilai tukar (ERPT) terhadap IHK di sembilan negara Asia termasuk
Indonesia, menemukan bahwa pengaruh nilai tukar rupiah terhadap harga domestik
sangat besar di Indonesia dibandingkan 8 negara asia lainnya, baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
Nilai tukar yang fluktuatif (terapresiasi atau terdepresiasi) dapat berdampak pada
harga barang-barang yang diimpor baik barang konsumsi (barang jadi) maupun bahan
baku, sehingga menyebabkan perubahan pada harga impor dan pada gilirannya
berpengaruh terhadap harga barang dan jasa domestik yang dikonsumsi masyarakat.
Perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi dapat dicermati dalam indeks harga
konsumen (IHK) yang umum digunakan untuk mengukur tingkat harga domestic dan
inflasi (Achsani dan Nababan, 2008). IHK merupakan indek yang menghitung rata-rata
BAB II
KERANGKA TEORITIS & HIPOTESIS
Konsep exchange rate pass-through & Teori Purchasing Power Parity (PPP)
Exchange rate pass-through (ERPT) merupakan indicator yang menunjukkan
perubahan harga domestik sebagai akibat perubahan satu persen dalam kurs/nilai tukar
domestik terhadap kurs/nilai tukar asing. Pendekatan konsep ERPT diturunkan dari
formula purchasing power parity (PPP):
P+ q^ =e^ + ^
^ P¿ (1)
(^
P = perubahan harga domestik, q^ = perubahan nilai tukar riil, e^ = perubahan nilai
tukar nominal dan ^
P¿ =¿ perubahan harga luar negeri). Formula tersebut menjelaskan
jika terjadi perubahan nilai tukar nominal maka akan berpengaruh terhadap harga
domestic. Fenomena ERPT ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Achsani dan
Nababan, 2008). Pertama, Complete pass-through, yaitu jika perubahan nilai tukar
nominal sebanding dengan perubahan harga domestic maka fenomena ini dinamakan full
atau complete pass-through. Kedua, Incomplete pass-through yaitu jika perubahan nilai
tukar nominal tidak sebanding dengan perubahan harga domestik maka fenomena ini
dinamakan partial atau incomplete pass-through. Ketiga, Zero pass-through yaitu jika
perubahan nilai tukar nominal tidak memengaruhi perubahan harga domestik maka
fenomena ini dinamakan zero pass-through, artinya berapa pun perubahan nilai tukar
yang terjadi maka tidak berpengaruh pada tingkat harga.
Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan penggunaan ERPT diantaranya
yang dilakukan oleh Carthy (2007), menemukan bahwa dampak nilai tukar terhadap
harga terjadi incomplete pass-through dan fluktuasi nilai tukar memiliki efek besar
terhadap harga impor dibandingkan terhadap harga domestik. Begitu juga dengan
Tandrayen-Ragoobur dan Chicooree (2013), penelitiannya mengenai ERPT terhadap
harga domestik di Maritius, menemukan bahwa dampak nilai tukar terhadap harga
konsumen berdampak besar diikuti oleh harga produsen, sedangkan ERPT terhadap
harga impor adalah rendah. Selanjutnya penelitiannya Hyder dan Syah (2004) mengenai
e
S t +T −S t e e
¿
e
¿
( Set +T = expected exchange rate, St = nilai tukar pada periode dasar, π et = inflasi dalam
¿
e
negeri, π t = inflasi luar negeri). Model persamaan ini mengimplikasikan bahwa
perubahan dalam ekspektasi nilai tukar (expected exchange rate) akan berhubungan
dengan perubahan dalam ekspektasi inflasi (expected inflation).
Pd
e= (4)
Pf
k Pni
∑ P(n−1)i
P( n−1)i Q oi
i =1
I n= k
×100
∑ P oi Q oi
i=1
(5)
Dimana :
In = Indeks periode ke-n
Pni = Harga jenis barang i, periode ke-n
Penelitian ini menggunakan adjustmen IHK tahun dasar 2007=100. Pada tahun 2007
BPS telah melaksanakan SBH 2007 di 66 kota, yang terdiri dari 33 ibukota propinsi dan
33 kabupaten/kota yang perekonomiannya relatif tinggi. Paket komoditas yang diperoleh
antara 284 - 441 jenis barang/jasa dengan tahun dasar penghitungan IHK 2007 = 100,
serta IHK disajikan dalam 7 kelompok dan 35 sub kelompok pengeluaran.
Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga secara umum dan berlanjut atas
barang dan jasa karena adanya ketidakseimbangan di dalam perekonomian. Bank
Indonesia mendefinisikan inflasi sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk
meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja
tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan
kenaikan) kepada kenaikan pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Inflasi merupakan indikator perkembangan harga barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat. Inflasi dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK)
dengan menggunakan rumus Laspeyres yang dimodifikasi (Modified Laspeyres). Rumus
tersebut mengacu pada manual Organisasi Buruh Dunia (International Labour
Organisation/ILO). Pengelompokan IHK didasarkan pada klasifikasi internasional baku
yang tertuang dalam Classification of Individual Consumption According to Purpose
(COICOP) yang diadaptasi untuk kasus Indonesia menjadi Klasifikasi Baku Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga (BPS).
Inflasi IHK atau inflasi umum (headline inflation) adalah inflasi seluruh
barang/jasa yang dimonitor harganya secara periodik. Inflasi umum adalah komposit dari
inflasi inti, inflasi administered prices, dan inflasi volatile goods. Secara umum
penghitungan inflasi dari IHK mengikuti rumus berikut ini.
BAB III
METODE PENELITIAN
Data penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri atas: harga impor diukur
dengan indeks harga perdagangan besar impor (IHPB impor), harga domestik bahan
makanan diukur dengan indeks harga konsumen (IHK) berdasarkan data BPS.
Sedangkan nilai tukar rupiah/kurs terhadap US Dollar, suku bunga (%) dan jumlah uang
beredar (Rupiah) diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) Bank
Indonesia, dan harga minyak dunia (US dolar per barrel) diperoleh dari website
indexmundi. Data yang digunakan adalah data statistik bulanan kurun waktu jan-1998
sampai des-2013.
Tabel 2
Variabel Data dan sumber data
Variabel Data Sumber Data
Indeks Harga Konsumen (IHK) secara Umum, BPS
Kelompok IHK Umum, Kelompok IHK Bahan
Makanan.
Nilai Tukar Rupiah (Rupiah/US Dolar) SEKI BI
Harga Minyak Dunia ( US Dollar Per Barrel) Indexmundi
Suku Bunga SBI (Persen) SEKI BI
Jumlah Uang Beredar M2 (Rupiah) SEKI BI
IHPB Impor BPS
k −1
∆ Y t=∑ Γ i Δ Y t−i−γβ Y t−1 +ε t (8)
i=1
m
∆ Y t=β 1 + β 2 t +δ Y t −1+ α i ∑ ∆ Y t −1+ μ t (10)
t=1
(µt = white noise error term dan ∆ Y t−1=( Y t −1−Y t −2 ) , ∆ Y t−2=¿, dst). Kasus persamaan
seperti ini pengujian hipotesis yang dilakukan masih sama dengan sebelumnya yaitu H 0 =
δ = 0 (tidak stasioner) dengan hipotesis alternatinya adalah H1 = δ < 0 (stasioner).
Artinya jika H0 ditolak maka data kita stasioner dan begitu juga sebaliknya. Uji yang
digunakan untuk mengetahui apakah sebuah data time series bersifat stasioner adalah
dengan melakukan uji ordinary least squares (OLS) dan melihat nilai t statistik dari
δ
estimasi yang dapat dihitung dengan formula: t hit = (δ = Koefisien estimasi; Sδ =
Sδ
Standard error koefisien estimasi). Jika nilai t statistik ADF < t statistik kritis maka
keputusannya adalah menolak H0 atau dengan kata lain data bersifat stasioner dan begitu
juga sebaliknya.
Metode yang digunakan untuk menguji keberadaan stasioneritas yaitu dengan
indikator Augmented Dickey-Fuller (ADF). Dengan menggunakan software Eviews,
kriteria uji dalam ADF yaitu: (1) dengan membandingkan antara nilai statistik ADF
dengan nilai kritis McKinnon. Kemungkinannya adalah apabila nilai statistik ADF <
McKinnon Critical Value maka data bersifat stasioner, dan sebaliknya. (2) dengan
membandingkan nilai probability (Mackinnon one side p-values) pada ADF test dengan
taraf kesalahan (1%, 5%, atau 10%). Jika p-value < taraf kesalahan yang digunakan
maka tolak H0 atau berarti data bersifat stasioner dan begitu juga sebaliknya.
p
∆ y t =β 0 + ∏ y t−1 + ∑ Γ i ∆ y t −1+ ε t . (11)
i=1
Jika t-trace statistics > t-mac-kinnon maka persamaan tersebut terkointegrasi (Johansen,
1995). Dengan menggunakan software Eviews, pengujian kointegrasi pada penelitian ini
kriterianya didasarkan pada trace statistics, yaitu apabila nilai trace statistics > nilai
kritis 5% maka kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan jumlah rank
kointegrasi.
∑ ψ cpibm
ik
i=1
Derajat Pass-Through = n (12)
∑ψ e
i
i=1
n
(∑ ψ ik
cpibm
= kumulatif respon harga terhadap guncangan nilai tukar masing-masing
i=1
n
sebelas kelompok bahan makanan (k) dari horizon pertama sampai ke-n, ∑ ψ ie =
i=1
kumulatif respon nilai tukar terhadap guncangan nilai tukar itu sendiri untuk masing-
masing sebelas kelompok bahan makanan (k) berdasarkan persamaan guncangan
struktural masing-masing sebelas kelompok IHK bahan makanan).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3
Derajat pass-through masing-masing kelompok IHK
Kelompok IHK
Derajat Pass-Through
IHKumum
Umum 0.10
IHKumum (Tujuh Kelompok) Derajat Pass-Through
Bahan Makanan 0.11
IHK Bahan Makanan Derajat Pass-Through
Susu, telor dan hasil-hasilnya 0.24
Daging dan hasil-hasilnya 0.18
Lemak dan minyak 0.12
Kelompok bahan makanan secara umum memiliki derajat pass-through sebesar 0.11,
menginformasikan bahwa setiap rupiah terdepresiasi sebesar 1 persen akan menyebabkan
0.35
0.3
0.25
0.2
Persen
0.15
0.1
0.05
0
1
7
1
-0.05
Periode
Dampak perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar pada kelompok susu, telor
dan hasilnya yang tercermin dalam derajat pass-through paling besar diantara kelompok
lainnya, hal ini diindikasikan karena masih tingginya impor pada kelompok tersebut.
100.0
90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
08
Ja 8
09
Ja 9
10
Ja 0
11
Ja 1
12
Ja 2
13
3
Ap 8
Ap 9
Ap 0
Ap 1
Ap 2
Ap 3
O 8
O 9
O 0
O 1
O 2
O 3
-0
-0
-1
-1
-1
-1
0
1
l- 0
l- 0
l- 1
l- 1
l- 1
l- 1
r-
r-
r-
r-
r-
r-
n-
n-
n-
n-
n-
n-
ct
ct
ct
ct
ct
ct
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ja
0.35
0.3
0.25
0.2
Persen
0.15
0.1
0.05
0
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
39
41
43
45
47
1
Periode
Dampak perubahan nilai tukar terhadap IHK Kelompok daging dan hasilnya
cukup besar, hal ini diindikasikan karena masih besarnya impor kelompok daging dan
hasilnya. Kelompok daging dan hasilnya (daging sejenis lembu, daging domba, daging
babi dan lainnya), berdasarkan data statistik ekspor impor Badan Pusat Statistik (BPS)
memiliki rata–rata nilai impor periode januari 2009 hingga desember 2013 sebesar 22.5
juta US dolar per bulan dengan rata–rata volume impor sebesar 7.6 ribu ton per bulan
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
8
Ja 8
Ja 9
Ja 0
Ja 1
Ja 2
3
08
09
10
11
12
13
08
09
10
11
12
13
-0
-0
-0
-0
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
n-
n-
n-
n-
n-
n-
l-
l-
l-
l-
l-
l-
pr
pr
pr
pr
pr
pr
ct
ct
ct
ct
ct
ct
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ja
O
A
A
Nilai impor (000000 USD) volume impor(000 ton)
Kelompok daging yang memiliki impor tertinggi yaitu komoditi daging jenis
lembu kode HS 020230, rata–rata nilai impor periode januari 2009 hingga desember
2013 mencapai 14.9 juta US dolar per bulan dengan rata–rata volume impor sebesar 4.4
ribu ton per bulan. Selanjutnya produksi daging dalam negeri sebesar 456.2 ribu ton per
tahun periode 2008 sampai 2013 (BPS), sedangkan konsumsi daging dalam negeri
sebesar 333.1 ribu ton pertahun periode 2008 hingga 2013 (Pusdatin Kementerian
Pertanian), jumlah tersebut hanya untuk daging sapi, belum termasuk daging kambing.
daging domba, daging babi, daging ayam dan lainnya. Produksi daging sapi melebihi
konsumsinya jika dilihat dari data, tapi Indonesia masih impor sekitar 55.4 ribu ton
pertahun periode 2008 hingga 2013 (pusdatin kementrian pertanian), dan dampaknya
besar pada harga domestik daging dimana harga daging domestik yang cenderung
merangkak naik dari tahun ke tahun.
0.4
0.3
%
0.2
0.1
0 1
7
1
4
-0.1
Periode
45.0
40.0
35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
Ju 8
Ju 9
Ju 0
Ju 1
Ju 2
Ju 3
Ja 8
Ja 9
Ja 0
Ja 1
Ja 2
3
A 08
A 09
A 10
A 11
A 12
A 13
O 8
O 9
O 0
O 1
O 2
O 3
-0
-0
-1
-1
-1
-1
-0
-0
-1
-1
-1
-1
0
1
n-
n-
n-
n-
n-
n-
l-
l-
l-
l-
l-
l-
pr
pr
pr
pr
pr
pr
ct
ct
ct
ct
ct
ct
Ja
0.25
0.2
Persen
0.15
0.1
0.05
0
1
7
1
9
1
4
Periode
Dampak perubahan nilai tukar terhadap kelompok IHK ikan awet cukup besar,
hal ini diindikasikan karena memiliki komoditi yang masih impor yaitu ikan diawetkan
dalam kemasan (ikan sarden, ikan mackerel, udang, kepiting, ikan tuna, ikan salmon,
ikan cakalang atau tongkol dan lainnya) dan ikan kering, digarami, diasapi (ikan teri,
ikan salem, ikan belahan, ikan cod dan lainnya). Berdasarkan data statistik impor
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), periode 2007 hingga 2011, kelompok ikan
diawetkan dalam kemasan memiliki rata-rata nilai impor sebesar 10.4 juta US dolar per
tahun dengan rata-rata volume impor sebesar 4.9 ribu ton per tahun.
16
14
12
10
0
2007 2008 2009 2010 2011
periode
Gambar 8. Nilai dan volume impor kelompok ikan diawetkan dalam kemasan
Selanjutnya kelompok ikan kering, diagram diasapi (ikan teri, ikan salem, ikan belahan,
ikan cod dan lainnya) memiliki rata-rata nilai impor sebesar 16.4 juta US dolar per tahun
dengan rata-rata volume impor sebesar 19.8 ribu ton per tahun, sehingga besarnya impor
tersebut berdampak pada harga domestik kelompok ikan diawetkan.
0.2
0.15
0.1
Persen
0.05
7
1
9
1
4
-0.05
-0.1
Periode
120
nilai impor (000000
USD)
100 volume impor (000
ton)
80
60
40
20
0
8
3
8
3
8
3
0
-0
-0
-1
-1
-1
-1
-0
-0
-1
-1
-1
-1
0
1
r-
r-
r-
r-
r-
r-
l-
l-
l-
l-
l-
l-
ct
ct
ct
ct
ct
ct
n
n
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
p
p
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
O
O
A
A
periode
0.25
0.2
0.15
persen
0.1
0.05
0
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
39
41
43
45
47
1
periode
35
volume impor (000
30 ton)
20
15
10
0
2007 2008 2009 2010 2011
periode
0.12
0.1
0.08
persen
0.06
0.04
0.02
0
1
7
1
4
-0.02
periode
300
Nilai impor (000000 USD)
200
150
100
50
0
8
3
8
3
8
3
0
-0
-0
-1
-1
-1
-1
-0
-0
-1
-1
-1
-1
0
1
r-
r-
r-
r-
r-
r-
l-
l-
l-
l-
l-
l-
ct
ct
ct
ct
ct
ct
n
n
p
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
O
O
A
A
periode
0.1
0.08
0.06
0.04
persen
0.02
0
1
7
1
9
1
-0.02
-0.04
-0.06
-0.08
periode
impor beras
700
600
Nilai impor (000000 USD)
500
volume impor(000 ton)
400
300
200
100
0
8
3
8
3
8
3
0
-0
-0
-1
-1
-1
-1
-0
-0
-1
-1
-1
-1
0
1
r-
r-
r-
r-
r-
r-
l-
l-
l-
l-
l-
l-
ct
ct
ct
ct
ct
ct
n
n
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
p
p
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
O
O
A
periode
100
90
Nilai impor (000000 USD)
80
70 volume impor(000 ton)
60
50
40
30
20
10
0
8
3
8
3
8
3
0
1
-0
-0
-1
-1
-1
-1
0
1
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
l-
l-
l-
l-
l-
l-
n
n
p
p
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
c
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
O
O
A
periode
Gambar 21. nilai dan volume impor beras dan tepung terigu.
0.14
0.12
0.1
persen
0.08
0.06
0.04
0.02
0
1
7
1
9
1
4
periode
7000
6000
Nilai impor (000 USD)
5000
volume impor(ton)
4000
3000
2000
1000
0
8
3
8
3
8
3
0
1
-0
-0
-1
-1
-1
-1
0
1
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
l-
l-
l-
l-
l-
l-
n
n
p
p
c
c
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
O
O
A
A
periode
impor agar-agar
1000
900 Nilai impor (00 0 USD)
800
700 volume impor(ton)
600
500
400
300
200
100
0
8
3
8
3
8
3
0
1
-0
-0
-1
-1
-1
-1
0
1
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
l-
l-
l-
l-
l-
l-
n
n
p
p
c
c
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
O
O
A
A
periode
Gambar 23. Nilai dan volume impor agar-agar dan bahan agar-agar.
Berdasarkan data statistik ekspor impor Badan Pusat Statistik, selama periode
januari 2008 sampai desember 2013, komoditas agar-agar, memiliki rata – rata nilai
impor sebesar 154 ribu US dolar dengan rata-rata volume impor sebesar 53.0 ton per
bulan dan komoditi bahan agar-agar (keragenan, lendir dan pengental dari kacang dan
sayuran), memiliki rata – rata nilai impor sebesar 2322 ribu US dolar atau 2.3 juta US
dolar dengan rata-rata volume impor sebesar 385.9 ton per bulan.
0.25
0.2
0.15
0.1
persen
0.05
0
1
7
1
-0.05
-0.1
-0.15
-0.2
periode
120
Nilai impor (000000 USD)
100 volume impor(000 ton)
80
60
40
20
0
8
3
8
3
8
3
0
-0
-0
-1
-1
-1
-1
-0
-0
-1
-1
-1
-1
0
1
r-
r-
r-
r-
r-
r-
l-
l-
l-
l-
l-
l-
ct
ct
ct
ct
ct
ct
n
n
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
p
p
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
O
O
A
periode
impor cabai
0
Ju 9
Ju 0
Ju 1
Ju 2
Ju 3
M 09
M 10
M 11
M 12
M 13
3
9
3
9
3
Se 9
Se 0
Se 1
Se 2
Se 3
-0
-1
-1
-1
-1
-0
-1
-1
-1
-1
-0
-1
-1
-1
-1
-0
-1
-1
-1
-1
0
1
r-
r-
r-
r-
r-
l-
l-
l-
l-
l-
y
y
v
v
p
p
n
n
a
a
a
a
o
o
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
M
M
N
N
periode
Gambar 25. Nilai dan volume impor bawang putih dan cabai
Selanjutnya komoditi cabai periode januari 2008 sampai desember 2013, rata–
rata nilai impor komoditi bawang putih sebesar 1.36 juta US dolar dengan rata-rata
volume impor sebesar 1.41 ribu ton per bulan.
0.08
0.06
0.04
0.02
persen
0
1
7
1
9
1
4
-0.02
-0.04
-0.06
-0.08
-0.1
-0.12
periode
30
25
Nilai impor (000000 USD)
20
volume impor(000 ton)
15
10
0
8
3
8
3
8
3
0
1
-0
-0
-1
-1
-1
-1
0
1
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
l-
l-
l-
l-
l-
l-
n
n
p
p
c
c
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
O
O
A
A
periode
impor wortel
10
9
8 Nilai impor (000000
7 USD)
6
volume impor(000 ton)
5
4
3
2
1
0
8
3
8
3
8
3
0
1
-0
-0
-1
-1
-1
-1
0
1
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
r-
t-
l-
l-
l-
l-
l-
l-
n
n
p
p
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
c
c
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
O
O
A
periode
Gambar 27. Nilai dan volume impor kelompok sayur-sayuran segar dan wortel.
4
persen
0
1
7
1
9
1
4
periode
Gambar 7. Kontribusi nilai tukar terhadap IHK kelompok susu, telor dan hasilnya.
14
12
10
8
persen
0
1
7
1
9
1
periode
Gambar 8. Kontribusi nilai tukar terhadap IHK kelompok daging dan hasilnya.
Selanjutnya enam bulan pertama kontribusi nilai tukar dalam memengaruhi fluktuasi
IHK kelompok susu, telor dan hasilnya sebesar 4.16 persen, satu tahun pertama
kontribusi nilai tukar memengaruhi fluktuasi IHK kelompok susu, telor dan hasilnya
sebesar 5.28 persen, dua tahun pertama kontribusi nilai tukar memengaruhi fluktuasi
5
persen
0
1
7
1
9
1
periode
Gambar 9. Kontribusi nilai tukar terhadap IHK kelompok minyak dan lemak.
10
8
persen
0
1
7
1
4
periode
Gambar 10. Kontribusi nilai tukar terhadap IHK kelompok ikan diawetkan.
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1
7
1
9
1
4
periode
16
14
12
10
persen
0
1
7
1
periode
Gambar 12. Kontribusi nilai tukar terhadap IHK kelompok ikan segar.
1.4
1.2
1
persen
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1
7
1
4
periode
1.4
1.2
1
persen
0.8
0.6
0.4
0.2
0 1
7
1
4
periode
Gambar 14. Kontribusi nilai tukar terhadap IHK kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya.
3.5
2.5
persen
1.5
0.5
0
1
7
1
9
1
periode
Gambar 15. Kontribusi nilai tukar terhadap IHK kelompok bahan makanan lainnya.
0.35
0.3
0.25
persen
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1
7
1
4
periode
0.7
0.6
0.5
persen
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1
7
1
periode
Tabel 4.
Ringkasan hasil analisis fore-casting Error Variance Decompositio (FEVD)
Kontribusi Kontribusi
Kontribusi Kontribusi jumlah Kontribusi
Horizon/ Kurs/Nilai IHK terhadap
Kelompok IHK suku bunga uang beredar Harga Impor
periode Tukar terhadap IHK
terhadap IHK terhadap IHK terhadap IHK
IHK itu sendiri
1 3.63 3.32 0.14 1.34 91.5
3 4.65 4.41 4.06 3.86 82.9
Telor, susu dan
10 35.9 10.7 5.51 7.02 40.7
hasil-hasilnya
12 44.3 12.4 5.28 6.30 31.6
48 68.5 17.3 4.37 4.44 5.2
1 3.83 0.01 2.16 1.62 92.3
3 7.76 0.34 7.81 1.36 82.7
Daging dan
5 13.2 0.60 12.1 2.75 71.2
hasilnya
12 38.4 1.04 9.72 2.42 48.3
48 59.9 1.17 8.29 0.84 29.7
1 3.09 0.32 0.21 12.3 84.1
4 1.43 2.50 6.34 9.10 80.6
Minyak
6 1.16 2.20 4.57 9.37 82.7
Dan Lemak
12 0.54 1.16 2.64 11.5 84.1
48 0.19 0.33 0.94 15.5 82.9
1 2.08 0.30 4.72 2.41 90.5
3 21.3 0.31 8.11 2.09 68.1
Ikan Diawetkan 5 39.8 0.37 10.4 4.48 44.8
12 65.2 0.77 4.56 5.38 24.0
48 76.8 1.42 1.87 4.82 14.9
1 3.20 1.94 3.00 0.23 91.6
2 8.29 1.23 4.38 0.93 85.1
Buah
6 30.1 9.57 2.02 0.59 57.7
Buahan
12 36.6 13.8 1.67 0.31 47.5
48 37.7 13.5 1.32 0.07 47.4
1 4.90 0.74 1.94 1.74 90.6
3 16.6 0.45 11.0 1.12 70.8
Ikan segar 5 23.6 0.67 14.9 1.74 59.0
12 50.2 0.90 8.63 10.8 29.4
48 83.0 0.44 3.20 7.25 6.06
1 2.16 5.50 1.17 4.28 86.8
3 15.3 6.08 0.33 3.81 74.4
Kacang-kacangan 6 32.6 4.67 0.12 4.98 57.6
12 50.1 2.90 0.16 4.37 42.3
48 64.1 1.47 0.35 3.18 30.8
1 0.16 0.59 1.43 1.76 96.0
Padi-padian, 3 18.9 1.84 0.64 1.25 77.3
umbi-umbian dan 6 39.3 8.57 0.26 0.73 51.0
hasilnya 12 49.5 11.8 0.15 0.27 38.2
48 47.2 17.7 0.34 0.08 34.6
Bahan Makanan 1 3.00 0.08 1.60 2.09 93.2
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Fluktuasi harga domestik tidak terlepas dari pengaruh fluktuasi nilai tukar
terhadap dolar, seharusnya Pemerintah dapat menerapkan kebijakan yang dapat meredam
depresiasi nilai tukar, dalam menimimalisir kenaikan harga domestik yang memiliki
kandungan impor tinggi. Selanjutnya harga domestik atau harga konsumen bahan
makanan yang sangat fluktuatif dengan memiliki beberapa komoditi impor besar,
DAFTAR PUSTAKA
Achsani, N., & H.F. Nababan, H. (2008). Dampak Perubahan Kurs (Pass-Through
Effect) Terhadap Tujuh Kelompok Indeks Harga Konsumen di Indonesia. Jurnal
Ekonomi & Pembangunan Indonesia, 9(1), 1-16.
LAMPIRAN
Lanjutan
IHK Minyak dan Lemak
Lags interval: 1 to 3
Trace 3 4 2 2 2
Max-Eig 3 3 2 2 2
Lanjutan
IHK Daging dan Hasilnya
Lags interval: 1 to 5
Trace 3 3 2 2 1
Max-Eig 2 2 1 1 1
Lanjutan
IHK Minyak dan Lemak
Lags interval: 1 to 5
Trace 3 3 2 2 2
Max-Eig 2 2 2 2 2
Lanjutan
IHK Buah-buahan
Lanjutan
IHK Kacang-kacangan
Lanjutan
Lags interval: 1 to 4
Trace 4 3 2 2 2
Max-Eig 3 3 2 1 1
Lanjutan
Lags interval: 1 to 5
Trace 3 3 2 2 2
Max-Eig 3 3 2 2 2
Lanjutan
IHK Bumbu-bumbuan
Trace 4 4 3 2 3
Max-Eig 4 4 3 1 1
Lanjutan
IHK Sayur-sayuran
Lags interval: 1 to 5
Trace 2 2 2 1 1
Max-Eig 2 2 1 1 1
12 4.52 0.28
48 4.43 0.42
1 4.00 0.21
3 2.72 -0.17
Padi-padian, umbi-umbian dan
6 2.70 -0.03
hasilnya
12 2.71 0.11
48 2.64 0.17
1 3.77 0.14
3 2.88 0.19
Bahan Makanan lainnya 6 1.80 0.23
12 2.40 0.12
48 2.48 0.11
1 4.20 0.21
3 2.34 0.50
Bumbu-Bumbuan 6 2.13 -0.07
12 2.36 -0.09
48 2.35 0.21
1 3.82 -0.009
3 2.97 0.16
Sayur-sayuran 6 2.38 -0.24
12 3.00 -0.17
48 3.11 -0.16
Plot Impulse Response Function kurs terhadap kurs dan Impulse Response Function
masing masing IHK terhadap kurs
Response to Cholesky One S.D. Innovations Response to Cholesky One S.D. Innovations Response to Cholesky One S.D. Innovations
Response of KURS to KURS Response of KURS to KURS Response of KURS to KURS
.040 .040
.04
.036 .035
.028 .025
.02
.024 .020
.005
.008 .008
.004
.003
.006 .004
.002
.001
.004 .000
.000
Response to Cholesky One S.D. Innovations Response to Cholesky One S.D. Innovations
.035 .025
.030
.030
.025 .020
.025
.020 .015
.020 5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
.015
Response of IHKBUAHAN1_SA to KURS Response of IHKIKANSEGAR1_SA to KURS
5 10 15 20 25 30 35 40 45
.004 .006
Response of IHKIKANAWET_SA to KURS
.006
.005
.002
.005
.004
.000 .003
.004
.002
.003
-.002
.001
.002
-.004 .000
.001
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Response to Cholesky One S.D. Innovations Siti Suarsih-Wahdi Suardi-Endang Tasli Susandi| 63
Response of KURS to KURS
Response to Cholesky One S.D. Innovations
.052
Response of KURS to KURS
.044
.050
.040
.048
.036
.028
.044
5 10 15 20 25 30 35 40 45
.024
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Response of IHKKACANGANS_SA to KURS
.005 Response of IHKPADIAN_SA to KURS
.001
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Nusantara
.002
.001 .000
.000 -.001
-.001 -.002
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
50
40 KURS
30
20
IHPB
10
0
IHKTELORSUSU_SA
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
periode
100
90 SBI
80
70 JUB
60
persen
50
KURS
40
30
20 IHPB
10
0 IHKDAGING_SA
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
periode
90
80 SBI
70
60
JUB
persen
50
40
30 KURS
20
10
IHPB
0
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
4
7
IHKMINYAKLEMAK1_SA
periode
100
90 SBI
80
70 JUB
60
persen
50 KURS
40
IHPB
30
20 IHKIKANAWET_SA
10
0
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
periode
100
90 SBI
80
70 JUB
60
persen
50 KURS
40
30 IHPB
20
10 IHKBUAHAN1_SA
0
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
periode
100 SBI
90
80
JUB
70
60
persen
50
KURS
40
30
20 IHPB
10
0
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
4
7
IHKIKANSEGAR1_SA
periode
100
90 SBI
80
70
JUB
60
persen
50
40 KURS
30
20 IHPB
10
0
IHKKACANGANS_SA
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
periode
120
100
SBI
80
JUB
persen
60 KURS
IHPB
40 IHKPADIAN_SA
20
0
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
periode
100
90 SBI
80
70 JUB
60
persen
50
40 KURS
30
20 IHPB
10
0
IHKBMAKLAINNYA1_SA
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
4
7
periode
120
100
SBI
80
JUB
KURS
persen
60
IHPB
IHKB_SA
40
20
0
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
periode
120
SBI
100
JUB
80
KURS
persen
60
IHPB
40
IHKSAYURAN1_SA
20
0
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
periode