TESIS
TESIS
NPM : 1206192954
TandaTangan
Tanggal
:
!s
: 19 Juni 2014
Iiniversiias Indonesia
NPM 1206192954
,r*{,
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di Depok
'I anggal l9 .luni 2014
1 Unive.sitas lndoncs;a
Puji syukur penulis ucapkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa, karena hanya berkat pertolongan dan karuniaNya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Jurusan Kajian Administrasi Rumah Sakit Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Penulisan tesis ini tidak lepas dari kesalahan atau kekurangan, baik secara
konteks maupun konten, sehingga penulis memohon maaf sebesar-besarnya dan
membuka diri untuk saran dan kritik bagi penulisan ini.
Penulisan tesis ini selesai berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Mantan Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar Bapak dr. I Wayan Sutarga,
MHM, yang telah mengijinkan penulis mengikuti pendidikan
2. Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar, Ibu dr. Anak Ayu Saraswati,
M.Kes, yang telah mengijinkan penulis mengikuti pendidikan dan penelitian
3. Mantan Kepala Bagian Psikiatri RSUP Sanglah dr. Nyoman Ratep, SpKJ (K)
yang telah mengijinkan penulis mengikuti pendidikan
4. Kepala Bagian Psikiatri RSUP Sanglah dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, SpKJ
yang telah mengijinkan penulis mengikuti pendidikan dan penelitian
5. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
6. Prof. dr Purnawan Junadi, MPH, PhD, selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan, bantuan, petunjuk, koreksi, saran,
semangat, dan tak lupa untuk mengingatkan disela kesibukan hingga
terselesaikannya penelitian ini
iv Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
7. Seluruh pengajar Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit Program
Pasca Sarjana Universitas Indonesia yang telah membantu demi kelancaran
penyelesaian pendidikan
8. Bapak/ Ibu narasumber penelitian yang telah membantu memberikan
informasi dalam proses pengumpulan data penelitian ini
9. Teman-teman Staf Medis Fungsional Psikiatri RSUP Sanglah Denpasar, yang
telah memberikan dorongan dan pengertian selama mengikuti pendidikan
10. Suamiku tercinta Ir. Ida Bagus Ngurah Mantra dan ke-3 anakku tersayang Ida
Ayu Kartika Widiadnyani, Ida Bagus Barawakya, Ida Ayu Kanaka Puspita
atas segala pengetian, pengorbanan, kesabaran, dorongan, dan doa selama Ibu
menjalani pendidikan
11. Teman-teman mahasiswa KARS Bali, atas kebersamaannya selama mengikuti
pendidikan
Akhirnya semoga Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa
memberikan karunianya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis
ini
v Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
NPM t206t92954
Dibuatdi : Depok
Yang merryatakan
Universitas Indonesia
ABSTRAK
ABSTRACT
This study was a qualitative study conducted in January 2014 – March 2014
in Angsoka ward of Sanglah hospital. Out of the six parameter, we found (1) lack
socialization continuous from top managers to lower managers, (2) insufficient
writing place in Drug Instruction Card Sanglah hospital according to the rule of the
Joint Commission International Accreditation. We suggested to build flowchart of
prescription errors in order to avoid recurrence and to improve the quality of
pharmaceutical Angsoka ward future.
Keywords: prescription error, medication error, concept management plan, do, check,
act.
DAFTAR ISI
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
xii Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Singkatan Bahasa Latin Yang Sering Dipakai Dalam Resep…… 31
Tabel 3.1 Data Ketenagaan Instalasi Farmasi RSUP Sanglah 2012 …………….. 54
Tabel 3.2 Data Jumlah Alat Medik Di Instalasi Farmasi 2012 ………………….. 55
Tabel 6.1 Karakteristik Informan ……………………………………………….. 63
Tabel 6.2 Data pengamatan peneliti prescription error di Rawat Inap
Ruang Angsoka ……………………………………………………….. 74
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
2
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
3
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
4
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
5
penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk
mengetahui tujuan akhir serta kemungkinan terjadi kesalahan pengobatan
(medication error). Perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan praktik
kefarmasian dirasakan belum memadai, selama ini masih didominasi oleh
kebutuhan formal dan kepentingan Pemerintah, dan belum memberdayakan
Organisasi Profesi dan pemerintah daerah sejalan dengan era otonomi. (Peraturan
Pemerintah RI Nomor 51, 2009)
Pelaksanaan semua jenis pekerjaan sangat diatur secara terperinci. Maka
setiap langkah pelayanan dilakukan berdasarkan peraturan secara normatif atau
aturan main seperti penetapan Standard Operating Procedures (SOP). Sehingga
kegunaannya untuk mewujudkan perilaku sumber daya manusia yang terstandar
atau mengurangi keanekaragaman perilaku sumber daya manusia.(Sembiring M,
2012)
Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) secara keseluruhan,
perlu dilakukan secara terus-menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan staf.
Risiko semacam itu dapat muncul dalam klinis maupun lingkungan fisik rumah
sakit. Mutu dan keselamatan berakar pada pekerjaan sehari-hari setiap
professional perawatan kesehatan dan staf lainnya. Pada saat dokter atau perawat
melakukan asesmen tentang kebutuhan pasien dan memberikan perawatan pada
pasien. (Pedoman Implementasi Standar JCI RSUP Sanglah, 2012)
Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) menitikberatkan pada
bagaimana mengelola karyawan sebagai aset utama perusahaan karena
keberhasilan perusahaan tergantung dari kinerja afektif dari karyawan itu sendiri.
Manajemen SDM dapat disimpulkan sebagai pengelolaan organisasional yang
meliputi praktik dan kebijakan baik secara individual maupun kolektif terhadap
aset manusia sehingga memberikan kontribusi optimal dalam mencapai tujuan
organisasi.(Aminuddin W, 2012)
Pada dasarnya tugas manajer adalah menyediakan pelatihan, teknologi
yang memadai dan dukungan bagi karyawan. Pimpinan harus melihat karyawan
sebagai suatu “bundel” kesempatan yang harus dikembangkan dengan tujuan
pemberian pelayanan kepada customer. Pimpinan bertanggung jawab
menyediakan teknologi memadai dan pelatihan bagi karyawan. Di samping itu,
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
6
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
7
sebagai acuan bagi seluruh staf medis maupun non medis melalui proses
akreditasi. Untuk mengimplementasikan standar JCI di RSUP Sanglah Denpasar,
maka perlu dibuatkan pedoman implementasi sebagai dasar staf untuk bekerja.
Salah satu standar yang berfokus pada pasien adalah Manajemen Dan
Penggunaan Obat-obatan (MPO) yang tidak boleh salah dalam penulisan resep
(prescription error). Apabila terjadi prescription error akan menyebabkan
medication error. Prescription error harus dimonitor dan diperbaiki untuk
keselamatan pasien. Salah satu Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
yang diprioritaskan adalah indikator mutu klinis tentang kesalahan obat dan
kejadian nyaris cedera RSUP Sanglah menetapkan indikator:
Judul Kesalahan Penulisan Resep (Prescription Error)
Definisi Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter kepada
Operasional apoteker untuk menyiapkan obat dan alat kesehatan bagi pasien
dan ditulis secara lengkap dan jelas sehingga tidak
menimbulkan kesalahan interpretasi.
Kesalahan penulisan resep/ Prescription Errors adalah
kesalahan penulisan resep oleh dokter yang meliputi
ketidaklengkapan dan ketidakjelasan paraf dokter, bentuk
sediaan, dosis dan aturan pakai
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
8
Jenis Prescription Error
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
9
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
10
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
11
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
14
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
15
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
16
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
17
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
18
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
19
alat kesehatan
3. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
4. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/ keluarga
6. Memberi konseling kepada pasien/ keluarga
7. Melakukan pencampuran obat suntik
8. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
9. Melakukan penanganan obat kanker
10. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
11. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
12. Melaporkan setiap kegiatan
2.3.2 Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinis adalah praktek kefarmasian berorientasi kepada
pasien dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu
memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara
individual.(Siregar,2003)
Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntungan terapi
obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat
sehingga meningkatkan dan memastikan kerasionalan, kemanfaatan dan
keamanan terapi obat. Pelayanan farmasi klinis meliputi (Depkes, 2004):
a. Pengkajian dan pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk
peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi.
Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan
informasi mengenai seluruh obat/ sediaan farmasi lain yang pernah dan
sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara
atau data rekam medik/ pencatatan penggunaan obat pasien.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, terkini
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
20
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
21
dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Resep yang benar adalah ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan
memenuhi peraturan perundangan serta kaidah yang berlaku.
Unsur-unsur resep:
1. Identitas Dokter
Nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek dan rumah dokter penulis resep
serta dapat dilengkapi dengan nomor telepon dan hari serta jam praktek.
Biasanya sudah tercetak dalam blanko resep.
2. Nama kota (sudah dicetak dalam blanko resep) dan tanggal ditulis resep
3. Superscriptio
Ditulis dengan symbol R/ (recipe=harap diambil). Biasanya sudah dicetak
dalam blangko. Bila diperlukan lebih dari satu bentuk sediaan obat/ formula
resep, diperlukan penulisan R/ lagi.
4. Inscriptio
Ini merupakan bagian inti resep, berisi nama obat, kekuatan dan jumlah obat
yang diperlukan dan ditulis dengan jelas
5. Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat (BSO) dan jumlahnya. Cara
penulisan (dengan singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula
resep yang digunakan.
Contoh:
- m.f.l.a. pulv. d.t.d.no. X
- m.f.l.a. sol
- m.f.l.a. pulv. No XX da in caps
6. Signatura
Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat bagi pasien yaitu meliputi
frekuensi, jumlah obat dan saat diminum obat, dll. Contoh: s.t.d.d.tab.I.u.h.p.c
(tandailah tiga kali sehari satu tablet satu jam setelah makan)
7. Identitas pasien
Umumnya sudah tercantum dalam blanko resep (tulisan pro dan umur). Nama
pasien dicantumkan dalam pro. Sebaiknya juga mencantumkan berat badan
pasien supaya kontrol dosis oleh apotik dapat akurat.
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
22
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
23
Nama obat dapat dipilih dengan nama generik (nama resmi dalam buku
Farmakope Indonesia) atau nama paten (nama yang diberikan pabrik). Pengguna
jenis obat paten perlu memperhatikan kekuatan bahan aktif dan atau komposisi
obat yang dikandung di dalamnya agar pemilihan obat yang rasional dapat
tercapai dan pelayanan obat di apotik tidak menjumpai adanya masalah.
Contoh: Apabila dalam terapi perlu diberikan bahan obat Paracetamol,
maka dapat dipilih bahan baku (ada di apotik), sediaan generik berlogo (bentuk
tablet atau sirup paracetamol atau sediaan paten)
Jumlah obat yang ditulis di dalam resep tergantung dari lama pemberian
dan frekuensi pemberian. Parameter yang diperlukan untuk menentukannya
adalah lama perjalanan penyakit, tujuan terapi, dan kondisi penderita. Jumlah obat
dituliskan dengan angka Romawi untuk jenis sediaan jadi/ paten. Contoh: Tab.
Sanmol 500 mg no. X atau Tab. Sanmol 500 mg da X
Bahan/sediaan obat dalam prescription berdasarkan peraturan perundangan dapat
dikategorikan:
a. Golongan obat narkotika atau O (contoh: codein, morphin,
pethidin)
b. Golongan obat Keras atau G atau K
Dibedakan menajadi 3:
Golongan obat Keras tertentu atau Psikotropika (diazepam
dan derivatnya)
Golongan obat Keras atau K (contoh: amoxicillin,
ibuprofen)
Golongan Obat Wajib Apotik atau OWA (contoh:
famotidin, allopurinol, gentamycin topical)
c. Golongan obat bebas terbatas atau W (contoh: paracetamol, pirantel
palmoat)
d. Golongan obat bebas (contoh: Vitamin B1, Vitamin C)
Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika (khusus) jumlah obat tidak cukup
hanya dengan angka saja, namun disertai dengan huruf angka tersebut, misal X
(decem) dan agar sah harus dibubuhi tanda tangan dokter (bukan paraf). Hal ini
dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan obat di masyarakat.
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
24
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
25
FREKUENSI
Frekuensi artinya berapa kali obat yang dimaksud diberikan kepada
pasien. Jumlah pemberian tergantung dari waktu paruh obat, BSO, dan
tujuan terapi. Obat anti asma diberikan kalau sesak (p.r.n) namun bila
untuk menjaga agar tidak terjadi serangan asma dapat diberikan secara
teratur misal 3 x sehari (t.d.d).
SAAT/ WAKTU PEMBERIAN
Hal ini dibutuhkan bagi obat tertentu supaya dalam pemberiannya
memiliki efek optimal, aman dan mudah diikuti pasien. Misal: Obat yang
absorbsinya terganggu oleh makanan sebaiknya diberikan saat perut
kosong 1/2 – 1 jam sebelum makan (1/2 – 1 h. a.c), obat yang mengiritasi
lambung diberikan sesudah makan (p.c) dan obat untuk memepermudah
tidur diberikan sebelum tidur (h.s), dll.
LAMA PEMBERIAN
Lama pemberian obat didasarkan perjalanan penyakit atau menggunakan
pedoman pengobatan yang sudah ditentukan dalam pustaka. Misalkan
pemberian antibiotika dalam waktu tertentu (dua hari setelah gejala hilang
untuk menghindari resistensi kuman, obat simtomatis hanya perlu
diberikan saat simtom muncul (p.r.n), dan pada penyakit kronis (misal
asma, hipertensi, DM) diperlukan pemberian obat yang terus menerus atau
sepanjang hidup (ITER!)
3. Pemilihan Bentuk Sediaan Obat (BSO) yang tepat
Pemilihan BSO dalam prescription perlu dipertimbangkan agar pemberian obat
optimal dan harga terjangkau. Faktor ketaatan penderita, faktor sifat obat,
bioaviabilitas dan faktor sosial ekonomi dapat digunakan sebagai pertimbangan
pemilihan BSO.
4. Pemilihan formula resep yang tepat
Ada 3 formula resep yang dapat digunakan untuk menyusunan prescription
dokter (formula marginalis, officialis atau spesialistis). Pemilihan formula
tersebut perlu mempertimbangkan:
Yang dapat menjamin ketepatan dosis (dosis individual)
Yang dapat menjaga stabilitas obat
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
26
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
27
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
28
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
29
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
30
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
31
3. Formula Spesialistis
Resep yang ditulis dengan formula ini adalah obat paten dari pabrik obat.
Kadang pabrik obat membuat obat dengan berbagai sediaan, kekuatan, dan
kombinasi obat. Bila penulisan resep ini kurang jelas atau tidak lengkap dapat
mengakibatkan kesalahan dalam pelayanan di apotik.
Tabel 2.1 Singkatan Bahasa Latin Yang Sering Dipakai Dalam Resep
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
32
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
33
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
34
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
35
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
36
VI sex enam
VII september tujuh
VIII october delapan
IX novem sembilan
X december sepuluh
XI uno december sebelas
XII duodecim duabelas
XX viginti duapuluh
XXX triginti tigapuluh
L quinquaginta Lima puluh
C centum seratus
D quingenti limaratus
M mille seribu
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
37
Keterangan:
MPO 1: Masalah pemilihan obat yang digunakan oleh RSUP Sanglah
dilakukan oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT). Obat-obatan telah
melewati serangkaian proses filtrasi berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan dan ditetapkan menjadi Formularium Rumah sakit dan akan
direvisi secara berkala.
MPO 2: Masalah pengadaan obat dan alat kesehatan, dan reagensia
dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP). Pengadaan obat yang
tidak tercantum dalam formularium dapat dilakukan setelah mendapat
rekomendasi dari TFT dan disetujui oleh direksi.
MPO 3: Masalah penyimpanan perbekalan farmasi hanya boleh diakses
oleh petugas farmasi. Perbekalan farmasi dan kondisi penyimpanannya
harus diperiksa secara berkala. Pasien tidak diperbolehkan membawa obat
dan perbekalan farmasi lainnya dari luar untuk dipergunakan selama
perawatan di RSUP Sanglah. Pada unit pelayanan yang tidak memiliki
Depo/ Satelit farmasi 24 jam, maka pelayanan farmasi dialihkan ke satelit
Depo/ Satelit farmasi 24 jam yang telah ditetapkan
MPO 4: Masalah peresepan, antara lain:
1. Yang berhak menulis resep adalah staf medis purna waktu, dokter
tamu dan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) yang bertugas dan
mempunyai surat izin praktik di RSUP Sanglah
2. Penulisan resep harus melakukan penyelarasan obat (medication
reconciliation) sebelum menulis resep. Penyelarasan obat adalah
membandingkan antara daftar obat yang sedang digunakan pasien dan
obat yang akan diresepkan agar tidak terjadi duplikasi atau terhentinya
terapi suatu obat (omission).
3. Penulisan resep harus memperhatikan kemungkinan adanya kontra
indikasi, interaksi obat dan reaksi alergi.
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
38
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
39
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
40
diterima oleh perawat di ruang rawat untuk diberikan pada pasien rawat
inap, atau sampai dengan obat diterima oleh pasien/ keluarga pasien rawat
jalan dengan jaminan bahwa obat yang diberikan tepat dan bermutu baik.
Setiap obat yang disiapkan harus diberi label.
MPO 6: Masalah pemberian obat kepada pasien adalah dokter atau
perawat yang sudah memiliki kompetensi dan mempunyai SIP. Pemberian
obat ke pasien harus diatur dalam SOP agar pemberian obat dapat
dilakukan dengan benar. Obat yang diberikan oleh residen/ PPDS-1
dibawah supervise dan tanggungjawab supervisor, kecuali obat-obat
khusus dan high alert. Obat sebelum diberikan pada pasien harus
diverifikasi oleh perawat/ dokter mengenai kesesuaian dengan resep/
instruksi pengobatan meliputi: nama obat, waktu dan frekuensi pemberian,
dosis, rute pemberian dan identitas pasien.
MPO 7: Masalah pemantauan efek obat yang terdiri dari efek samping
obat dan kesalahan obat (medication error) harus dilakukan pada setiap
pasien. Semua petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan dan
melaporkannya ke TFT. Pelaporan dilakukan secara tertulis menggunakan
Formulir Laporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien RSUP Sanglah atau
formulir lain yang disepakati. Kesalahan obat harus dilaporkan 2x24 jam
setelah ditemukannya insiden. Pelaporan kesalahan obat dan
tindaklanjutnya diatur dalam SOP. Tipe kesalahan yang dilaporkan, antara
lain:
a. Kondisi Potensial Cedera (KPC, Reportable Circumstances)
b. Kondisi Nyaris Cedera (KNC=Near miss): terjadi insiden yang
belum terpapar ke pasien
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC= No Harm Incident): suatu kejadian
insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak menimbulkan
cedera
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD=Sentinel Event): suatu kejadian
insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien atau kriteria yang
ditetapkan oleh Tim Keselamatan Pasien RSUP Sanglah.
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
41
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
42
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
43
4. Act 1. Plan
3. Check 2. Do
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
44
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
BAB 3
PROFIL RUMAH SAKIT
45 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
46
Misi :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna,
bermutu dan berkeadilan untuk seluruh lapisan masyarakat
2. Menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan yang
profesional dan nasionalis.
3. Menyelenggarakan penelitian dalam bidang kesehatan
Sasaran
1. Terciptanya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan
berdaya guna Terciptanya pelayanan rumah sakit kelas dunia.
2. Terselenggaranya pendidikan dokter umum, dokter spesialis
disemua SMF/Bagian dan tenaga kesehatan lainnya.
3. Terselenggaranya penelitian kesehatan yang berkualitas,
terdokumentasi dan dipublikasikan ke seluruh dunia.
Falsafah
Menjunjung Tinggi Harkat dan Martabat Manusia Dalam Bidang
Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian.
Tujuan
Tercapainya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan
berdaya guna, dalam rangka mewujudkan pelayanan rumah sakit
yang berkelas dunia agar tercapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya
Kebijakan Mutu
Pelayanan yang holistik dan paripurna dengan mengutamakan
kepuasan pelanggan, aman dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
47
Motto
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
48
3.2. Gambaran Umum Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
(IFRS)
3.2.1 Sejarah Instalasi Farmasi RSUP Sanglah
Instalasi Farmasi RSUP Sanglah telah ada sejak berdirinya RSUP Sanglah
yang diresmikan pada tanggal 30 Desember 1959. Kegiatan yang berkembang
pada saat itu adalah kegiatan memproduksi sendiri beberapa sediaan farmasi
disamping melayani resep obat pasien rawat inap dan rawat jalan. Adapun
beberapa jenis sediaan farmasi yang diproduksi pada saat itu meliputi 2-4 Zalf ,
Solutio Lugoli, Instrumen Floistop, Obat Batuk Hitam dan beberapa jenis obat
lainnya.
Pada tahun 1959 Bagian Farmasi bernama Pengawas Obat-obatan Seluruh
Wilayah Nusa Tenggara. Kemudian pada tahun 1961 baru berubah menjadi
Instalasi Farmasi sampai saat ini. Pada tahun 1980 CSSD menjadi bagian dari
Instalasi Farmasi yang sebelumnya menjadi bagian dari kamar operasi. Tetapi
pada tahun 1995 CSSD berdiri sendiri terpisah dengan Instalasi Farmasi dengan
nama Instalasi Sterilisasi Sentral (SK Men Kes RI No.1133 tahun 1993 tentang
RS Swadana).
Sejak tahun 2002 dengan Surat Keputusan Direksi RSUP Sanglah No.
HK.00.06.A2.1760 tertanggal 26 Pebruari 2002, Instalasi Farmasi untuk pertama
kalinya dipercaya untuk mengelola perbekalan farmasi yang digunakan oleh
pasien di kamar operasi, disamping kegiatan pengelolaan barang medis
(perbekalan farmasi) habis pakai. Pada tanggal 1 Januari 2003 Instalasi Farmasi
mulai melayani kebutuhan atau resep obat untuk peserta Askes Rawat Inap.
Setahun kemudian tepatnya pada tahun 2004 mulai dilaksanakan pilot projek One
Unit Dose Dispensing (OUDD) atau One Daily Dose Dispensing ( ODDD ) di
Ruangan Sanjiwani, Mahotama , Wijaya Kusuma dan Flamboyan. .
Pada tanggal 1 Januari 2005 pemerintah menetapkan pemberlakuan
program asuransi kesehatan untuk pasien miskin (Askeskin). Instalasi Farmasi
ditunjuk sebagai pengelola pelayanan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan
oleh pasien dengan status cara bayar Askeskin yang ada di RSUP Sanglah.
Program ini kemudian berubah nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas).
Pada tahun 2007 mulai ada Apoteker yang bertugas di ruangan Gandasturi
sebagai langkah lanjutan dari implementasi pelayanan farmasi klinik setelah
sebelumnya ada keterlibatan Apoteker di Pelayanan Rumatan Methadon dan
klinik VCT (Voluntary Counseling Test).
Untuk tahun 2010 telah dilakukan perbanyakan titik layanan Instalasi
Farmasi dengan jalan membuka Depo Farmasi Jamkesmas di IGD (Instalasi
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
50
Gawat Darurat). Disusul pada tahun 2008 telah dibuka Depo Farmasi yang
melayani Pasien Jamkesmas Rawat Jalan, yang berlokasi menempel dengan
Apotek KPN Kamadhuk. Pada bulan Februari 2010 dibuka Depo Farmasi
Angsoka yang khusus melayani pasien rawat inap ruang Angsoka. Sejak bulan
Juni 2010 Instalasi Farmasi juga mengelola perbekalan farmasi untuk pasien
Askes Rawat jalan yang dilayani di IGD.
Sejak awal tahun 2011 mulai dioperasikan alat Automatic Tablet
Dispensing and Packaging System (ATDPS). Alat ini sangat membantu
medicationsafety pada dispensing satge dan mendukung kegiatan Unit Dose
Dispensing (OUDD). Pada tahap awal pemanfaatan alat ini diperuntukkan kepada
pasien yang dirawat di Ruang Angsoka I, II dan III. Tetapi pada tahun 2012,
cakupan pemanfaatan alat ini diperluas dengan digunakannya pula untuk pasien
Askes.
Dispensing sediaan farmasi khusus mulai dilaksanakan pada tahun 2012,
seiring dengan ketentuan yang ditetapkan oleh JCI, dimana pengenceran elektrolit
pekat harus dilakukan di Instalasi Farmasi, kecuali untuk pasien yang dirawat di
IGD dan Ruang Intensif. Pengenceran elektrolit pekat dilakukan di Instalasi
Farmasi sejak awal tahun 2012 dan Penanganan obat kanker dilakukan di Instalasi
Farmasi sejak bulan Oktober 2012.
Formularium Obat Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah merupakan daftar
obat baku yang dipakai oleh rumah sakit yang dipilih secara rasional dan
dilengkapi penjelasan, sehingga merupakan informasi obat yang lengkap untuk
pelayanan medik rumah sakit dan masing-masing ruangan serta SMF telah
mendapatkannya.
Instalasi Farmasi rumah sakit adalah suatu bagian dari rumah sakit di
bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas
seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian (Siregar, 2004).
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
51
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
52
3.2.3.2 Fungsi
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi.
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah
sakit
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
rumah sakit.
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan.
a. Mengkaji Intruksi pengobatan/ resep pasien
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan.
d. Memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga
g. Melakukan pencampuran obat suntik
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
i. Melakukan penanganan obat kanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
l. Melaporkan setiap kegiatan.
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
53
KEPALA
INSTALASI FARMASI
PELAYANAN
PENGELOLAAN MANAJEMEN ADMINISTRASI
PENGELOLAAN FARMASI
MUTU INSTALASI
PERBEKALAN KLINIK FARMASI
DEPO FARMASI
(KIMIA FARMA)
PELAYANAN
SATELIT PASIEN
FARMASI
MONITORING
EFEK
SAMPING
PELAPORAN
OBAT
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
54
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
55
Paramedis Non
26
Keperawatan
Apoteker 4
Non Medis 8
Satpam 0
1 Timbangan 3 V V V V
mg
2 Timbangan 1 V V V V
gram
3 Mortir 3 V V V V
4. Medicine 3 V V V V
Refrigator
5 Blender 1 V V V V
6 ATDPS 1 V V V V
7 Cytogard 1 V V V V
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
56
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
BAB 4
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP,
DEFINISI OPERASIONAL
57 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
58
Peranan Petugas
Prescription
Peranan Kriteria Laporan Error
Check Do
Peranan Koordinasi
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
59
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
60
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
61
kecil atau pernah ditelpon depo farmasi ruang Angsoka ke SDM bila ada
kekurang lengkapan penulisan resep.
Cara ukur: pedoman wawancara, telaah dokumen
6. Peranan Koordinasi bertujuan untuk membina hubungan kerja dan
keserasian aktifitas diantara unit-unit kerja yang ada, sehingga keseluruhan
aktifitas dalam organisasi benar-benar terarah dan terintegrasi kepada
tujuan organisasi. Yang bertindak adalah Kepala rawat inap R.Angsoka,
Apoteker/ Asisten apoteker. Peranan koordinasi dalam penelitian ini
adalah rapat-rapat secara berkala, briefing, rapat kerja dan sejenisnya yang
diselenggarakan oleh pihak rumah sakit atau unit-unit kerja.
Cara ukur: pedoman wawancara, telaah dokumen, notulen rapat
4.3.2 Variabel Dependen
Prescription error sebagai variabel dependen berupa data “mentah”
dari depo farmasi rawat inap ruang Angsoka setiap bulan, sehingga berdasarkan
informasi tersebut dapat diambil tindakan selanjutnya oleh pihak manajemen.
Definisi operasional dari prescription error adalah kelengkapan
penulisan resep yang sesuai dengan pedoman implementasi standar JCI fokus
“MPO” di rawat inap ruang Angsoka RSUP Sanglah. Terdiri dari: paraf dokter,
bentuk sediaan, dosis, aturan pakai.
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
BAB 5
METODOLOGI PENELITIAN
62 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
63
5. Kepala bidang perawatan rawat inap Ruang Angsoka terdiri dari 2 informan
a) Kabag rawat inap Ruang Angsoka 1
b) Kabag rawat inap Ruang Angsoka 2
6. DPJP rawat inap Ruang Angsoka terdiri dari 2 informan
a) DPJP SMF Kardiologi
b) DPJP SMF Interna
7. PPDS-1 yang bekerja di rawat inap Ruang Angsoka terdiri dari 4 informan
a) PPDS-1 Interna 2 informan
b) PPDS-1 Bedah 2 informan
8. Apoteker/ asisten apoteker yang bekerja di rawat inap Ruang Angsoka terdiri
dari 3 informan
a) Apoteker 1 informan
b) Asisten apoteker 2 informan
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
64
penulisan resep sesuai standard JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’
yang dikumpulkan dari bagian farmasi, SOP, notulen rapat yang didapat dari unit/
bagian terkait. Data primer berupa hasil wawancara mendalam kepada sumber
data atau informan yang terkait. Pengumpulan data ini dapat berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan jalannya proses penelitian.
Sumber data dipilih menurut prinsip:
1. Kesesuaian (appropriate): mengerti dan memahami teknik penulisan resep
sesuai pedoman implementasi standard JCI fokus “Manajemen dan
Penggunaan Obat”
2. Kecukupan (adequacy): bila informasi tentang pedoman implementasi
standard JCI fokus “Manajemen dan Penggunaan Obat” mencukupi akan
berhenti
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
65
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
BAB 6
HASIL PENELITIAN
66 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
67
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
68
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
69
“Tidak pernah, kalo pasien wing internasional pernah tapi tidak pakai
KIO seperti di Angsoka” (informan 1)
“Tidak pernah, dulu pernah saat sebelum JCI” (informan 2)
“Tidak pernah, saya tidak merawat ruang Angsoka” (informan 3)
3. Dari pertanyaan (Check) yang diungkapkan oleh informan tentang pernah
mengevaluasi rapat saat membahas prescription error. Ada empat informan
yang terlibat langsung dalam hal evaluasi penulisan resep dalam rapat
membahas prescription error. Seperti cuplikan wawancara berikut ini:
“masalah prescription error tidak setiap bulan dibahas,masih banyak
masalah yang namun sepertinya belum pernah di follow-up ulang
masalah yang timbul pada prescription error bulan yang sebelumnya,
hanya bersifat pelaporan saja” (informan 1)
“Setiap tanggal 17 selalu rapat setelah upacara, namun awalnya Komite
Medik secara internal rapat dahulu kemudian sekitar 30 menit rapat
dilanjutkan dengan manajemen. Pada saat itu manajemen menyampaikan
tetapi tidak setiap bulan masalah prescription error disampaikan.
Menyampaikan setelah melakukan tracer lapangan, bahwa mutu farmasi
perlu dievaluasi. Yang kita sampaiakan bahwa ada kekeliruan atau
kesalahan dalam penulisan resep. Kita berharap dari komite medik
meneruskan ke SMF kemudian dari SMF ke residen atau spesialis/ DPJP
disamping kepala instalasi perawat mengingatkan penulisan resep. Untuk
bulan berikutnya saya tidak tahu apakah ada reevalusi lagi sebaiknya
tanyakan langsung pada komite medik.”(informan 2)
“pernah, saat rapat komite medik dengan manajemen berupa pelaporan
dari instalasi farmasi bahwa prescription error yang terjadi paling banyak
SMF Interna, Bedah, Anak dan Obsgyn”. (informan 3)
“Tidak setiap bulan, tetapi disaat setelah dilakukan tracer lapangan dan
ditemukan prescription error pada saat rapat komite medik dengan
manajemen” (informan 4)
4. Dari pertanyaan (Act) yang diungkapkan tentang sanksi atasan langsung bila
ada yang melakukan kesalahan penulisan resep? Ada tiga informan yang
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
70
terlibat langsung mengatakan tidak ada sanksi apabila ada yang melakukan
kesalahan dalam penulisan resep lagi, seperti cuplikan wawancara berikut ini:
“tidak ada, saya rasa tidak perlu sanksi dulu. Merubah perilaku
seseorang harus sabar sama seperti merubah budaya kerja” (informan 1)
“dalam konsep kita tidak ada menyalahkan tapi pembinaan dan
mengingatkan. Masalah sentinelpun tidak ada seperti itu. Bila terus-
menerus terjadi DPJP-nya dicabut tapi sampai saat ini belum terjadi
sentinel.” (informan 2)
“tidak perlu sanksi, mereka kan teman sejawat kita. Lebih difokuskan ke
sosialisasi SMF saja secara kontinu” (informan 3)
“Bukan wewenang kami untuk memberikan sanksi…” (informan 4)
6.3.2 Peranan Petugas
1. Dari pertanyaan (Plan) tentang yang dilakukan oleh informan bila mendapatkan
prescription error. Ada lima informan yang mengatakan bahwa fungsi peranan
petugas baik dalam hal mengingatkan sumber daya yang berhadapan langsung
oleh petugas saat penulisan resep. Cara peranan petugas yaitu memberikan
komunikasi verbal maupun non verbal pada sumber daya, seperti pada cuplikan
wawancara berikut ini:
“memberitahu dokter sebelum KIO dikirim ke depo farmasi”(informan 5)
“ menegur dokter untuk melengkapi KIO melalui perawat yang merawat
pasien sesuai dengan resep” (informan 6)
“menilpun yang menulis resep atau memberi catatan kecil pada KIO.”
(informan 7)
“memberi catatan kecil pada KIO dan memberitahu perawat untuk cek
resep sebelum diantar ke farmasi” (informan 8)
“memberi catatan kecil pada KIO” (informan 9)
2. Dari pertanyaan (Do) yang diungkapkan oleh informan tentang tugas tambahan
pencatatan prescription error selain di rawat inap R.Angsoka? Dari ke-tiga
informan mengatakan bahwa satu informan peranan petugas di rawat inap R.
Angsoka tidak ada yang mempunyai tugas tambahan prescription error tetapi
ada dua informan peranan petugas mempunyai tugas tambahan prescription
error di rawat inap ruang yang lain, seperti cuplikan wawancara berikut ini:
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
71
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
72
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
73
saya ukuran lebih dibesarkan dengan yang lainnya oleh karena sangat
penting. Penempatan kolom alergi kurang strategis sering tertutup dengan
label pasien.”(informan 14)
“Dengan KIO ini kurang efisien sebab saat menuliskan obat awalnya
dosis kecil kemudian pada hari berikutnya perlu peningkatan dosis maka
harus kita tulis stop dan mulai ditulis pada bawahnya lagi dengan tulisan
captopril lagi. Terus satu lagi sedian captopril kan banyak ada 12,5mg, 25
mg, 50mg misalnya saya tulis captopril 2x25mg tetapi yang ada captopril
12,5 mg sehingga saya tidak tahu yang seharusnya captopril 12,5 mg tab,
2x2 tab. Untung-untung dibaca ama apotekernya, karena sediaan yang
ada di apotik tidak tahu.” (informan 15)
2. Dari pertanyaan (Do) yang diungkapkan oleh informan tentang teknik
mengerjakan penulisan resep pada KIO sesuai JCI fokus ‘Manajemen dan
Penggunaan Obat’ di rawat inap Ruang Angsoka. Ada tujuh informan yang
memberikan informasi tentang teknik peranan sarana dan dana sesuai JCI fokus
‘Manajemen dan Penggunaan Obat’. Dari ke-enam informan mengatakan
peranan sarana dan dana penting sekali karena berpengaruh pada penulisan
resep secara konsisten dan berkesinambungan dan diperlukan perbaikan waktu.
Ada satu informan yang tidak mengetahui selama ini yang dikerjakan sesuai
dengan JCI atau tidak, seperti pada cuplikan wawancara berikut ini:
‘Waktu Pradik perlu ditambah dalam menjelaskan hal penulisan di
KIO”(informan 4)
“ perlu diingatkan kembali secara kontinu” (informan 10)
“Sosialisasi lagi” (informan 11)
“diberitahu secara konsisten dan penyerahan KIO ke farmasi dimundurin
agar dapat teliti menulis” (informan 12)
“ingatkan terus-menerus dan pengambilan KIO disesuaikan dengan
kedatangan DPJP setelah visite” (informan 13)
“melatih secara rutin dan pengambilan KIO jangan terlalu pagi”
(informan 14)
“kalau saya sendiri tidak tahu apa saya menulis resep sudah sesuai
JCI….” (informan 15)
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
74
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
75
4. Dari pertanyaan (Act) yang diungkapkan oleh informan tentang sanksi apabila
tidak melengkapi KIO. Dari delapan informan yang memberi informasi tentang
peranan sarana dan dana bila tidak dilengkapi oleh sumber daya, dan ke-
delapan informan mengatakan tidak ada sanksi apabila KIO tidak lengkap,
diharapkan adanya kelonggaran waktu saat KIO diserahkan ke depo farmasi,
seperti cuplikan berikut ini:
“belum ada sanksi dari atasan langsung” (informan 4)
“Tidak ada tapi tidak semua SMF melakukan prescription error. Perlu
ditelusuri lebih dalam terutama SMF yang pasiennya banyak” (informan
10)
“Tidak, kalo ada koreksi diri dulu. Saya rasa KIO jangan cepat-cepat
diserahkan ke apotik, diberi kelonggaran waktu agar PPDS lebih
meneliti ulang pada KIO” (informan 11)
“belum ada, memang sanksinya apa dok?” (informan 12)
“tidak perlu sanksi, sering dilatih terus-menerus kan jadi terbiasa. Waktu
penyerahan KIO perlu dipertimbangkan kembali ” (informan 13)
“belum ada, kalo ada sanksi pasti ada reward dok” (informan 14)
“jangan dok, dilatih terus-menerus secara konsisten…”.(informan 15)
6.3.4 Peranan Kriteria Laporan
1. Dari pertanyaan (Plan) yang diungkapkan oleh informan tentang pemahaman
JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat. Semua informan memberikan
informasi tentang pemahaman JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’.
Dan semua informan mengatakan dengan benar tentang pemahaman
‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ secara teori. Maka sosialisasi yang
dilakukan oleh direktur pelayanan dan medis sampai dengan sumber daya yang
terlibat langsung berhadapan dengan pasien cukup bagus. Maka Peranan
Kriteria Laporan cukup bagus dan perlu dipertahankan, seperti cuplikan
wawancara berikut ini:
“‘MPO’ adalah salah satu indikator mutu yang kita pantau setiap bulan.
Dari hasil yang didapat (5T; tepat obat, tepat dosis, tepat cara, tepat
jadwal pemberian, tepat pasien) dan edukasi kepada PPDS, Dokter
spesialis karena penulisan resep sudah baik kecuali PPDS yang baru
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
76
masuk hanya diberikan saat Pradik saja dan selanjutnya membaca sendiri
pada buku standar JCI yang ada pada masing-masing SMF”. (informan1)
“Selama proses berjalan pemahaman sudah baik.” (informan 2)
“Pemahaman peresepan seharusnya sudah mengerti: 5T tepat obat, tepat
dosis, tepat cara, tepat jadwal pemberian, tepat pasien” (informan 3)
“Untuk PPDS, dokter spesialis pemahaman sudah cukup, kecuali untuk
PPDS yang baru karena saat Pradik waktu terbatas. Lima T; tepat obat,
tepat dosis, tepat cara, tepat jadwal pemberian, tepat pasien” (informan
4)
“Pemahaman sudah, tepat obat, dosis, jadwal, paraf dokter” (informan 5)
“Pemahaman baik, kecuali PPDS yang baru. Tepat obat, tepat dosis,
tepat jadwal, tepat pasien, tanda tangan dokter” (informan 6)
“Sudah baik pemahaman tentang peresepan (5T: tepat obat, tepat dosis,
tepat cara, tepat jadwal pemberian, tepat pasien” (informan 7)
“Lumayan pemahamannya. Lima T: tepat obat, tepat dosis, tepat cara,
tepat jadwal pemberian, tepat pasien” (informan 8)
“Masih banyak yang salah, berarti pemahaman kurang. Resep yang
benar:5T: tepat obat, tepat dosis, tepat cara, tepat jadwal pemberian,
tepat pasien ” (informan 9)
“5 T, tapi tidak hafal. Dosis harus tepat, waktu pemberian harus tepat,
obat harus tepat. Lainnya tidak tahu” (informan 10)
“Maaf, saya lupa.” (informan 11)
“Indikasi obat harus tepat sesuai penyakit pasien dan “tepat obat,
kandungan obat bukan merek obat, dosis dan berapa kali pemakaian
obat.” (informan 12)
“ Penulisan dengan huruf yang bisa dibaca oleh 2 orang, menulis dengan
berapa milligram, bentuk sediaan injeksi, per oral, pemberian obat ditulis
untuk berapa @ jam/ hari, obat sesuai penyakit pasien.” (informan 13)
“Pemahaman MPO saat Pradik PPDS sudah dijelaskan tentang
peresepan sesuai dengan JCI. Seingat saya mulai pengaturan obat,
bagaimana peresepan dan siapa saja yang sesuai mendapatkan obat
tersebut, cara pemberian” (informan 14)
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
77
Materi itu hanya mendapatkan saat pradik saja. Antara tata laksana,
penyiapan, pemberian obat sesuai dengan indikasi, dosis, farmakokinetik,
farmakodinamik. Kontrol obat termasuk persiapan pengadaan obat.”
(informan 15)
2. Dari pertanyaan (Do) yang diungkapkan oleh informan tentang pelaksanaan JCI
fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ di rawat inap Ruang Angsoka. Ada
tiga informan yang memberikan informasi tentang peranan kriteria laporan
berdasarkan pelaksanan JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ di rawat
inap Ruang Angsoka. Semua informan mengatakan kurang sosialisasi yang
spesifik tentang prescription error yaitu paraf dokter, bentuk sediaan, dosis,
aturan pakai dalam hal pelaksaanaan standar JCI fokus ‘Manajemen dan
Penggunaan Obat’ sesuai dengan KIO di rawat inap Ruang Angsoka, seperti
pada cuplikan berikut ini:
“Kalau dilihat tentang penulisan resep yang tidak lengkap seperti
instruksi pada KIO berarti dokter kurang mengerti tentang pentingnya
paraf dokter, bentuk sediaan, dosis, aturan pakai yang dinilai oleh JCI”
(informan 7)
“kalau masih ada resep yang salah…berarti perlu dibenahi, dokter-dokter
kurang teliti tentang pentingnya 5T pada KIO” (informan 8)
“Tidak pernah sosialisasi penilaian paraf dokter, bentuk sediaan, dosis,
aturan pakai pada dokter-dokter di Angsoka ” (informan 9)
3. Dari pertanyaan (Check) yang diungkapkan oleh informan tentang
pengkoreksian penulisan resep selama ini di rawat inap Ruang Angsoka. Ada
tiga informan yang memberikan informasi tentang peranan kriteria laporan.
Dalam hal ini semua informan mengatakan pernah melakukan pengkoreksian
peresepan di rawat inap Ruang Angsoka, seperti pada cuplikan dibawah ini:
“pernah, saya menilpun perawat ruangan dimana pasien dirawat
kemudian meminta mencari dokter yang merawat pasien tersebut”
(informan 7)
“pernah, memberi catatan kecil pada KIO untuk melengkapi resep”
(informan 8)
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
78
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
79
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
80
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
81
“kadang memanggil dokter terutama dokter yang baru dan sering salah”
(informan 9)
2. Dari pertanyaan (Do) yang diungkapan oleh informan tentang teknik
mengerjakan koresi secara continue. Ada lima informan yang memberikan
informasi tentang peranan koordinasi yang belum dilakukan dalam hal rapat
internal di rawat inap Ruang Angsoka, seperti pada cuplikan dberikut ini:
mengatakan bahwa pentingya peranan koordinasi dalam hal rapat internal
secara periodik di rawat inap Ruang Angsoka untuk mengetahui wawancara
dengan informan tentang bagaimana mengerjakan koreksi prescription error
berkesinambungan?
“…..sesekali ada rapat internal di Angsoka yang membahas prescription
error dan diikut sertakan DPJP..” (informan 5)
“..saat dokter baru perlu dikumpulkan dan diterangkan tentang mengisi
kelengkapan KIO..” (informan 6)
“ …..tegur langsung tapi bila pasiennya banyak hal itu dapat terjadi
lagi….” (informan 7)
“…..dokter baru dikumpulkan dan diberi pelatihan tehnik cara mengisi
KIO kemudian tegur langsung bila melakukan kesalahan..” (informan 8)
“…..beri catatan kecil dan tegur langsung dokternya namun masih juga
ada prescription error apa karena pasiennya banyak terutama penyakit
dalam…” (informan 9)
3. Dari pertanyaan (Check) yang diungkapan oleh informan tentang manfaat
evaluasi prescription error secara continue. Ada lima informan memberikan
informasi tentang peranan koordinasi. Kelima informan tersebut mengatakan
bahwa pentingya peranan koordinasi dalam hal sosialisasi internal secara
periodik di rawat inap Ruang Angsoka. Memberikan pelatihan pada sumber
daya yang terlibat langsung dalam penulisan resep, seperti pada cuplikan
wawancara berikut ini:
“ …setiap perawat yang melihat dokter menulis KIO mengingatkan
“dokter ingat kelengkapan KIO”…” (informan 5)
“……mungkin perlu di meja yang biasa dokter menulis kita laminating
kata-kata “ingat kelengkapan KIO….” (informan 6)
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
82
“……kita maunya tidak memberikan obat, namun kalo obat cito kan tidak
bisa, kadang-kadang dokter mengatakan maaf terburu-buru, lalu
dilengkapi…” (informan 7)
“…mungkin perlu ditempel di kaca ruangan depo ‘perhatikan
kelengkapan KIO’…(informan 8)
“…sosialisasi terus menerus dengan dokter yang merawat….” (informan
9)
4. Dari pertanyaan (Act) yang diungkapkan oleh informan tentang tindak lanjut
dalam hal koordinasi berkesinambungan. Ada lima informan yang
mengungkapkan pentingnya peranan koordinasi, Ke-lima informan tersebut
mengatakan pentingnya meningkatkan mutu rumah sakit dan pasien safety,
seperti pada cuplikan wawancara berikut ini:
“..ada laporan tertulis bila ditemukan prescription error kemudian kita
serahkan ke tim pasien safety untuk ditindak lanjuti …”(informan 5)
“….bila menemukan prescription error kita membuat laporan untuk
diteruskan ke tim pasien safety. Nanti dari mereka yang akan mencari
akar permasalahan….” (informan 6)
“bila menemukan prescription error maka kita hubungi DPJP atau
perawat serta kita cocokan dengan program permintaan setelah itu bagian
tim pasien safety. Dari pasien safety akan mengumpulkan insiden secara
bulanan lalu diteruskan ke Unit Pengendalian Mutu.” (informan 7)
“Yang boleh menulis resep selain spesialis juga residen. Dan residen
berganti terus sehingga sebelumnya sudah membaik lalu terjadi
prescription error lagi karena berubahnya residen. Bila berjalan baik
maka mutu farmasi juga baik.” (informan 8)
“….harusnya kan lengkap penulisan resep, tapi ya masih terjadi
prescription error. Bila prescription error baik maka mutu farmasi baik
juga..” (informan 9)
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
BAB 7
PEMBAHASAN
83 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
84
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
85
error belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan belum pernah terlibat langsung
penulisan resep di KIO sesuai standar akreditasi JCI fokus ‘MPO’. Peranan atasan
langsung dalam mengevaluasi prescription error tidak membahas dan tidak
menindak lanjuti ulang pada rapat rutin bulanan. Prescription error
ditindaklanjuti sendiri dalam rapat komite medik pada bulan berikutnya. Namun
pada observasi notulen rapat komite medik masalah tindak lanjut prescription
error tidak didapatkan. Peranan atasan langsung dalam membahas rapat bulanan
tergantung pada tracer lapangan apa yang ditemukan dan bermasalah saat itu yang
berhubungan dengan standar akreditasi JCI yang lainnya.
Dalam hal mengurangi terjadinya prescription error perlu diberikan
penghargaan untuk meningkatkan motivasi kerja sesuai Wibowo (2013). Namun
RSUP Sanglah belum ada sanksi secara spesifik tentang prescription error.
Peranan atasan langsung lebih cenderung memberikan pengarahan, pembinaan
terhadap SDM.
7.4.2 Peranan Petugas
Dalam studi melihat penerapan sistem PDCA pada peranan petugas mulai
dari menerima resep sampai dengan akan diserahkannya obat sesuai resep ke
pasien. Perawat saat menerima resep dari DPJP atau residen yang kurang lengkap
belum melakukan komunikasi verbal dan non verbal secara optimal. Pentingnya
komunikasi seperti dalam penelitian Carlaw P dan Deming V.K (1999) dalam
Sumijatun (2011).
Perawat langsung memberikan resep kurang lengkap pada apoteker/
asisten apoteker. Maka apoteker/ asisten apoteker yang akan mengevaluasi
prescreption error dan hal ini berhubungan dengan respon time penyerahan obat
ke pasien yang lama. Hal ini ditunjukkan peranan petugas dalam prescription error
kurang optimal yang tidak sesuai dengan analisa kualitas kerja oleh Parasuraman,
Zeithaml dan Berry dalam Muninjaya (2012)
Peranan petugas yaitu asisten apoteker mempunyai tugas tambahan dalam
pencatatan prescription error di luar rawat inap R.Angsoka membuat asisten
apoteker tidak fokus dalam tugasnya di r. Angsoka. Hal ini menunjukkan
terjadinya burn out seperti yang dikatakan oleh Ilyas (2003).
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
86
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
87
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
88
yang dilakukan terhadap DPJP/ residen. Perlunya rapat internal dengan SDM
yang terlibat langsung prescription error di rawat inap R.Angsoka.
Dalam hal ini peranan koordinasi belum optimal sehingga kerjasama
antara DPJP/ residen dengan perawat, apoteker dan asisten apoteker perlu
ditingkatkan agar menuju satu arah tujuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan
sesuai yang diungkapkan Nurzaman, 2014 dan dapat terwujudnya patient safety.
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
89
Prescripti
on error
Mengu Analisa/
mpulkan Laporan
Laporan
Form
insiden/
resiko 2x24
jam
Tangani
Pembelaja
ran
Keputusan /
RCA kebijakan
FEEDBACK
Sebelum menerapkan alur tersebut dilakukan uji coba dahulu untuk melihat
apakah sesuai dengan proses kondisi lingkungan di tempat kerja tersebut. Setelah
itu membuat uraian tugas pada masing-masing peranan disesuaikan dengan
budaya di tempat tersebut.
Melihat alur kerja pada gambar 7.1 maka menurut Indra Johannes struktur
kerja berdasarkan jenis contolled decentralized, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
(dalam Nurzaman, 2014)
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
90
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Pemahaman tentang pedoman implementasi standar akreditasi JCI fokus
“Manajemen dan Penggunaan Obat” sudah dilakukan sosialisasi tetapi belum
disosialisasikam optimal secara konsisten dan berkesinambungan ke seluruh
anggota staf medis, residen dan instalasi farmasi di rawat inap Ruang Angsoka
RSUP Sanglah
Jenis-jenis kesalahan dalam penulisan prescription error sesuai dengan
standar akreditasi JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ serta yang tertera
dalam Kartu Instruksi Obat menunjukkan bahwa paraf dokter, bentuk sediaan,
dosis, aturan pakai mempengaruhi ketidaklengkapan dalam penulisan resep. Dan
hal ini perlu adanya team work penanganan prescription error yang konsisten dan
terlibat langsung di rawat inap Ruang Angsoka.
Berdasarkan ke-enam peranan cukup penting untuk re-edukasi, pembinaan
dan mengingatkan kelengkapan resep bagi sumber daya manusia agar tidak terjadi
prescription error. Pada ke-enam peranan itu saling berhubungan erat dan sangat
mempengaruhi satu sama lainnya. Peranan Sarana dan Dana lebih penting untuk
melakukan efisiensi secara dini agar DPJP/ residen menulis resep di Kartu
Instruksi Obat dengan mudah dan lancar sesuai akreditasi JCI fokus ‘Manajemen
dan Penggunaan Obat’ dengan merubah desainnya.
Alternatif yang dilakukan dengan merevisi desain KIO yang akan
ditetapkan pada anggaran tahun depan agar terjadi penurunan prescription error
(gambar revisi KIO terlampir)
8.2 Saran
1. Pimpinan tertinggi dalam hal ini Direktur Pelayanan Medis dan
keperawatan perlu mensosialisasikan secara kontinu dan
berkesinambungan standar akreditasi JCI fokus ‘Manajemen dan
Penggunaan Obat’ pada pada masing-masing SMF terutama SMF yang
paling sering melakukan prescription error
91 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
92
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Yaslis, 2003, Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja, Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Ilyas Yaslis, 2012, Kinerja Teori, Penilaian & Penelitian, Cetakan ke Empat,
Edisi Revisi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok
92 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
93
Notoatmojo S, 2010, Etika & Hukum Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Quick JD et all, 1997, Managing drug supply, 2nd ed, revised and expanded, West
Hartfold: Kumarin Press, p 422-428
Siregar CJP,, 2004, Farmasi Klinik Tori dan Penerapan, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Hal 90-91
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
94
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
World Health Organization, 1997, The role of the pharmacist in the Health Care
System, World Health Organization Consultative, Vancouver, Canada
Zaman Nanizar dan Joenoes, 1995, ARS Prescribendi Resep yang rasional,
Surabaya: Penerbit Airlangga University Press, Hal 9-19
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
Lampiran 1
Pedoman Wawancara Mendalam
Keterangan: + : diberikan pertanyaan pada informan
- : tidak diberikan pertanyaan pada informan
No INFORMAN
VARIABEL MODEL PERTANYAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Peranan Atasan Plan Apakah anda pernah memberi petunjuk + + + + - - - - - - - - - - -
Langsung penulisan resepyang benar?
Do Apakah anda pernah mengerjakan penulisan + + + - - - - - - - - - - - -
resep sesuai JCI fokus ‘MPO’ pada KIO?
Check Apakah anda pernah mengevaluasi rapat + + + + - - - - - - - - - - -
membahas prescription error?
Act Adakah sanksi bila ada yang melakukan + + + + - - - - - - - - - - -
kesalahan penulisan resep lagi?
2 Peranan Petugas Plan Apa yang harus dilakukan bila mendapatkan - - - - + + + + + - - - - - -
prescription error?
Do Apakah ada tugas tambahan pencatatan - - - - - - + + + - - - - - -
prescription error selain di ranap R.Angsoka?
Check Apakah prescription error setiap bulan di - - - - - - + + + - - - - - -
ranap r. Angsokadilakukan evaluasi ulang?
Act Pernahkah menerangkan tentang kelengkapan - - - - + + + + + - - - - - -
penulisan resep?
3 Peranan Sarana Plan Bagaimana melengkapi KIO dengan mudah? - - - + - - - - - + + + + + +
dan Dana
Do Bagaimana mengerjakan KIO sesuai JCI - - - + - - - - - + + + + + +
fokus ‘MPO’?
Check Bagaimana mengevaluasi kelengkapan KIO Observasi KIO (almari)
Act Apakah ada sanksi bila tidak melengkapi - - - + - - - - - + + + + + +
KIO ?
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
diketemukan setelah melakukan tracer lapangan.
Permasalahan prescription error tidak dibahas setiap
bulan karena masih banyak lagi masalah yang cukup
penting dibahas
A Adakah sanksi bila ada yang Sampai saat ini tidak ada sanksi. Harapan manajemen
melakukan kesalahan penulisan bahwa dengan pembinaan dan re-edukasi maka dapat
resep lagi? merubah budaya kerja sumber daya manusia dalam
hal penulisan resep yang benar. Pihak manajemen
berharap agar masalah yang dibahas saat komite
medik berhubungan dengan pelayanan seyogyanya
disampaikan ke DPJP, residen dan staf yang lain.
Menunjukkan komunikasi belum optimal pada
beberapa SMF
2 Peranan Petugas P Apa yang harus dilakukan bila Pihak peranan petugas dalam hal ini perawat rawat
mendapatkan prescription inap ruang Angsoka memberitahu DPJP dan residen
error? atas kurang lengkapnya pengisian Kartu Instruksi
Obat sebelum diberikan ke instalasi farmasi. Namun
komunikasi ini belum optimal dijalankan. Pihak lain
sebagai peranan petugas dalam hal ini apoteker dan
asisten apoteker sudah menjalankan tugasnya dengan
baik melalui komunikasi verbal yaitu DPJP dan
residen ditegur langsung dan komunikasi non verbal
yaitu memberikan catatan kecil pada ujung kanan
Kartu Instruksi Obat namun kenyataannya
prescription error masih terjadi. Hal ini menunjukkan
tugas peranan petugas belum satu tujuan dalam
mengurangi prescription error.
D Apakah ada tugas tambahan Petugas asisten apoteker mendapatkan tugas
pencatatan prescription error tambahan di instalasi farmasi yang lain saat hari
selain di rawat inap R.Angsoka? libur. Dan asisten apoteker melakukan tugas koreksi
prescription error. Hal ini menunjukkan komunikasi
verbal maupun non verbal yang dilakukan pada dua
tempat yang berbeda dapat mengurangi konsistensi
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
tugasnya karena kelelahan kerja (burnout)
C Apakah prescription error Dalam hal ini pernah dilakukan namun yang mewakili
setiap bulan di rawat inap r. dalam rapat adalah kepala bidang keperawatan
Angsoka dilakukan evaluasi kemudian dilakukan rapat internal keperawatan. Dari
ulang? rapat tersebut kepela perawat rawat inap ruang
Angsoka mengetahui prescription error masih terjadi
A Pernahkah menerangkan tentang Kelengkapan pengisian Kartu Instruksi Obat
kelengkapan penulisan resep? dilakukan saat kepala perawat rawat inap ruang
Angsoka berada di lapangan (ruang Angsoka). Dan
kepala ruangan mengatakan sudah mengingatkan
anggotanya untuk mengkoreksi kelengkapan Kartu
Instruksi Obat. Namun hal tersebut masih terjadi.
Beberapa anggota masih rutin melakukan tugas
mengkoreksi kelengkapan Kartu Instruksi Obat
3 Peranan Sarana dan Dana P Bagaimana melengkapi KIO Peralihan IT ke PT Parico pada bulan juli 2013
dengan mudah? membuat dampak yang cukup besar instalasi farmasi
.Labeling yang diberikan ke Rekam Medis pasien
untuk ditempel pada KIO tidak ada (dulu ada nama
obat, jumlah obat, aturan pakai sehingga
memudahkan farmasi bekerja). Dalam hal ini terlihat
bahwa mutu pelayanan instalasi farmasi turun dan
tidak sesuai dengan standar akreditasi JCI fokus
‘Manajemen dan Penggunaan Obat’.
DPJP dan residen yang terlibat langsung pada
penulisan resep di Kartu Instruksi Obat yang
menginginkan terjadinya perubahan desain Kartu
Instruksi Obat karena standar akreditasi JCI fokus
‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ kurang sesuai
dengan alat yang ada yaitu Kartu Instruksi Obat.
dalam hal ini terlalu kecil kolom-kolom yang
dievaluasi sesuai standar akreditasi JCI sehingga
membuat DPJP dan residen kurang teliti dalam
kelengkapan resep
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
D Bagaimana mengerjakan KIO Saat penerimaan residen baru (prapendidikan/ pradik)
sesuai JCI fokus ‘MPO’? sudah dijelaskan tentang penulisan resep pada Kartu
Instruksi Obat. namun waktu yang diberikan instalasi
farmasi cukup sedikit sehingga kurang fokus dan
mendalam penjelasan penulisan Kartu Instruksi Obat.
Diperdalam juga sosialisasi saat di ruangan dan di
SMF tentang kelengkapan penulisan resep
C Bagaimana mengevaluasi Observasi yang dilakukan selama 6 hari di rawat inap
kelengkapan KIO ruang Angsoka masih cukup banyak ditemukan
prescription error sehingga perlu dibuat team work
agar membantu mengingatkan DPJP atau residen saat
kelengkapan penulisan resep
A Apakah ada sanksi bila tidak Belum diperlukan sanksi untuk DPJP atau residen
melengkapi KIO ? karena rawat inap ruang Angsoka merupakan salah
satu tempat pertama kali merawat residen baru dan
harus sesuai standar akreditasi JCI pada beberapa
SMF, merubah perilaku kerja DPJP atau residen
diperlukan sosialisasi konsisten dan
berkesinambungan
4 Peranan Laporan Kriteria P Bagaimana pemahaman JCI ‘Manajemen da Penggunaan Obat’ adalah salah satu
fokus ‘MPO’? indikator mutu sesuai astandar akreditasi JCI yang
berfokus pada patient safety. Dalam hal ini
pemahaman ‘MPO’ baik pihak manajemen, dokter,
residen dan staf yang lain mengerti tetapi belum satu
visi.
D Bagaimana pelaksanaan JCI Ketelitian dalam penulisan resep sangat diperlukan
fokus ‘MPO’di rawat inap R. sehingga komunikasi verbal/ nonverbal, sosialisasi
Angsoka? internal SMF perlu digalakkan untuk mengurani
prescription error
C Pernakah anda mengkoreksi Apoteker dan asisten apoteker berperan penting dalam
berhubungan dengan penulisan pengkoreksian resep. Hal ini sudah dilakukan namun
resep di rawat inap R.Angsoka? kurang konsisten sehingga masih didapatkan
prescription error
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
A Apa tindakan yang akan diambil Perlunya dilakukan pelatihan dalam pengisian resep
untuk mengurangi terjadinya di Kartu Instruksi Obat Mengingat residen yang
prescription error? menulis adalah baru bertugas pertama kali dan belum
mengetahui secara detail penulisan resep sesuai
standar JCI yang berlaku di RSUP Sanglah
5 Peranan Umpan Balik P Apa yang harus dilakukan bila RSUP Sanglah merupakan salah satu rumah sakit
masih terjadi prescription error? pendidikan dan rawat inap ruang Angsoka juga
merupakan tempat pertama kali residen baru bertugas
selama 2-3 bulan tergantung aturan SMF sehingga
pentingnya sosialisasi pada SMF terutama yang
sering prescription error yaitu SMF Penyakit Dalam
dan SMF Bedah. Perlunya kerjasama dalam
menyelesaikan masalah pelayanan antara pihak
manajemen struktural dan pihak fungsional
D Apa yang akan direncanakan Dalam hal ini pihak manajemen akan meninjau
untuk melaksanakan JCI fokus kembali sosialisai internal pada masing-masing SMF.
‘MPO’? Bila prescription error masih tinggi maka SMF mana
yang tinggi akan diajak diskusi untuk membantu
menyelesaiakan masalah yang cukup penting di RSUP
Sanglah, kalau perlu DPJP dan residen yang sering
melakukan prescription error dipanggil untuk
dilakukan pembinaan
C Bagaimana cara mengevaluasi Perlunya follow-up rapat komite medik tentang
agar tidak terjadi prescription prescription error dilakukan secara kontinu pada
error? masing-masing SMF setiap bulannya. Melakukan
pembinaan dan re-edukasi masing-masing SMF
terhadap DPJP dan residen
A Setujukah diberikan reward bila Belum ada reward khusus untuk mengurangi
prescription error tidak ada? prescription error. Selama ini dilakukan reward
secara global yaitu ‘Dokter Teladan’. Merubah
budaya kerja perlu kesabaran dan proses waktu
6 Peranan Koordinasi P Apa yang harus dilakukan untuk Komunikasi antara dokter, perawat dan apoteker
mengkoreksi prescription error? terutama residen yang baru sebagai ujung tombak
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
penulisan resep rawat inap ruang Angsoka perlu
ditingkatkan. Apoter dan asisten apoteker sudah cukup
optimal namun ketelitian membaca catatan kecil yang
diberikan oleh farmasi pada Kartu Instruksi obat yang
belum lengkap belum ada.
D Bagaimana mengerjakan koreksi Belum ada rapat interna di rawat inap ruang Angsoka
prescription error yang membahas prescription error dan diikut sertakan
berkesinambungan? DPJPdan residen yang bertugas di ruangan tersebut
C Bagaimana evaluasi Perlunya diberikan contoh pengisian resep yang benar
prescription error secara di Kartu Instruksi Obat kemudian di laminating lalu di
continue? letakkan pada meja yang sering digunakan residen
menulis resep
Adanya supervisor yang memang bekerja di rawat
inap ruang Angsoka agar ikut membantu koordinasi
prescription error
A Tindak lanjut apa yang akan Laporan tertulis pada formulir khusus bila
diperoleh dari koordinasi menemukan prescription error kemudian diserahkan
berkesinambungan? ke tim pasien safet. Kemudian tim pasien safety
mencari akar permasalahan agar dapat menemukan
solusi untuk kepentingan mutu pelayanan RSUP
Sanglah
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
USULAN KIO BARU
ALERGI:
No. RM :
Tgl. Masuk :
R/
R/
R/
R/
R/
R/
R/
R/
R/
R/
R/
TANDA TANGAN / PARAF PENERIMA
Denpasar,....................2014
Yang memberi penjelasan,
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
Nama : ............................................................................
Usia : ............................................................................
Jenis Kelamin : ...........................................................................
PERSETUJUAN
Denpasar, ...............................2014
Yang Membuat Pernyataan
(.........................................)
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
Lampiran 7
DATA INFORMAN
Identitas Informan
a. Nama :…………………………………………
c. Usia : …………………………………………
Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.