Anda di halaman 1dari 129

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS MANAJEMEN FOKUS


“MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN OBAT”
DI RAWAT INAP RUANG ANGSOKA RSUP SANGLAH
TAHUN 2014 (Studi Kasus Prescription Error)

TESIS

IDA AJU KUSUMA WARDANI


1206192954

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS INDONESIA
JUNI 2014

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


ANALISIS MANAJEMEN FOKUS
“MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN OBAT”
DI RAWAT INAP RUANG ANGSOKA RSUP SANGLAH
TAHUN 2014 (Studi Kasus Prescription Error)

TESIS

Diajukan sebagaisalahsatusyaratuntuk memperolehgelar


Magister AdministrasiRumahSakit

IDA AJU KUSUMA WARDANI


1206192954

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS INDONESIA
JUNI 2014

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


IIALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber

baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan benar

Nama : Ida Aju Kusuma Wardani

NPM : 1206192954

TandaTangan

Tanggal
:
!s
: 19 Juni 2014

Iiniversiias Indonesia

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


ST'RAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibauah ini. saya:

Nama Ida Aju Kusuma wardani

NPM 1206192954

Mahasiswa Program Magister Falnltas Kesehatan Masyarakat


Peminatan Kajian Administrasi Rumah Sakit

Tahun Akademik 2012


Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Tesis
saya yang berjudul:

AI{ALISIS MANAJEMEN FOKUS "MANAJXMEN DAN


PENCGUNAAN OBAT" DI RAWAT INAP RUANG ANGSOKA RSUP
SANGLAH TAHUN 2014 (Studi Kasus P/esclrption Error)
Apabila suatu saat [anti terbukti melak-ukan plagiat maka saya akan menerima sanksi
yang telah ditetapkan

Demikjan surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-beoarnya

Depok, 4 Juli 2014

Ida Aju Kusuma Wardani

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


HALAMAN PENCESAIIAN
-l
esis ini diajukan oleh

Nama : Ida Aju Kusuma Wardani


NPM : 1206192954
Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit

Judul'l'esis :Analisis Manajemcn Fokus "Manajemen dan Pengglnaan


Obat" di Rawat Inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah Tahun
2014 (Studi Kasus Prescription Error)
Telah berhasil dipedahankan di hadapan Dewan Penguii da,l diterima sebagai bagian
persyaralan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister pada Pro$am Studi
Kajian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Indonesia

,r*{,
DEWAN PENGUJI

Pembimbing :Prcf. dr.Pumawan Junadi. MPH, Ph.D

Perrguji Dalam: Dr.Dra. Dumilah Ayuningtyas, N4-ARS , @?_,


Penguii Dalam: Vetty Yulianty Permanasari, S.Si, MPH

Penguji Luar : DR.dr. tsudilman Santoso, SpOG

PengujiLuar :dr.lGB Ken Wjrasandhi, MARS

Ditetapkan di Depok
'I anggal l9 .luni 2014

1 Unive.sitas lndoncs;a

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa, karena hanya berkat pertolongan dan karuniaNya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Jurusan Kajian Administrasi Rumah Sakit Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Penulisan tesis ini tidak lepas dari kesalahan atau kekurangan, baik secara
konteks maupun konten, sehingga penulis memohon maaf sebesar-besarnya dan
membuka diri untuk saran dan kritik bagi penulisan ini.

Penulisan tesis ini selesai berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Mantan Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar Bapak dr. I Wayan Sutarga,
MHM, yang telah mengijinkan penulis mengikuti pendidikan
2. Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar, Ibu dr. Anak Ayu Saraswati,
M.Kes, yang telah mengijinkan penulis mengikuti pendidikan dan penelitian
3. Mantan Kepala Bagian Psikiatri RSUP Sanglah dr. Nyoman Ratep, SpKJ (K)
yang telah mengijinkan penulis mengikuti pendidikan
4. Kepala Bagian Psikiatri RSUP Sanglah dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, SpKJ
yang telah mengijinkan penulis mengikuti pendidikan dan penelitian
5. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
6. Prof. dr Purnawan Junadi, MPH, PhD, selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan, bantuan, petunjuk, koreksi, saran,
semangat, dan tak lupa untuk mengingatkan disela kesibukan hingga
terselesaikannya penelitian ini

  iv    Universitas Indonesia 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
7. Seluruh pengajar Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit Program
Pasca Sarjana Universitas Indonesia yang telah membantu demi kelancaran
penyelesaian pendidikan
8. Bapak/ Ibu narasumber penelitian yang telah membantu memberikan
informasi dalam proses pengumpulan data penelitian ini
9. Teman-teman Staf Medis Fungsional Psikiatri RSUP Sanglah Denpasar, yang
telah memberikan dorongan dan pengertian selama mengikuti pendidikan
10. Suamiku tercinta Ir. Ida Bagus Ngurah Mantra dan ke-3 anakku tersayang Ida
Ayu Kartika Widiadnyani, Ida Bagus Barawakya, Ida Ayu Kanaka Puspita
atas segala pengetian, pengorbanan, kesabaran, dorongan, dan doa selama Ibu
menjalani pendidikan
11. Teman-teman mahasiswa KARS Bali, atas kebersamaannya selama mengikuti
pendidikan
Akhirnya semoga Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa
memberikan karunianya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis
ini

Depok, Juni 2014


Penulis

Ida Aju Kusuma Wardani

  v    Universitas Indonesia 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangal di


bawah ini:

Nama Ida Aju Kusuma Wardani

NPM t206t92954

Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit

Fakultas Kesehatan MasyaralGt

Jenis Karya Iesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas lndonesia IIak Bebas Royalti Noneksklusif (Norr-exclusive Royalty_Free
Rigrr) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS MANAJEMEN FOKUS "MANAJEMEN dan PENGGUNAAN


OBAT' DI RAWAT INAP RUANC ANGSOKA RSUP SANGLAH TAHUN
2014 tSludi Ka.u' Prpscriptioh Errorl

beserta perangkat yang ada (ika diperlukan). Dengan Ilak


Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak men) impan, tnengatih media/ iormat, mengelola
dalan bentuk pangkalan data (database). merawat dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.

Dibuatdi : Depok

Pada Tanggal : 19 luni 2014

Yang merryatakan

(lda Aiu Kusuma Wardani)

Universitas Indonesia

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


 

          ABSTRAK

Nama : Ida Aju Kusuma Wardani


Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit
Judul : Analisis Manajemen Fokus “Manajemen dan Penggunaan
Obat” Di Rawat Inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah Tahun
2014 (Studi Kasus Prescription Error)

Salah satu indikator perbaikan mutu dan keselamatan pasien yang


diprioritaskan adalah indikator mutu klinis tentang kesalahan obat dan kejadian nyaris
cedera di RSUP Sanglah sebagai standar yang berfokus pada pasien adalah
“Manajemen dan Penggunaan Obat”. Penelitian ini berfokus “Manajemen dan
Penggunaan Obat” di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah (Studi kasus
prescription eror) menggunakan pendekatan manajemen Plan, Do, Check, Act
(PDCA).
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dilakukan pada bulan Januari
2014 – Maret 2014 di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah. Dari ke-enam
parameter didapatkan kurangnya sosialisasi secara kontinu dan berkesinambungan
dari top manajer sampai lower manajer, tempat penulisan pada KIO (Kartu Instruksi
Obat) mengikuti Standar Joint Commission International Accreditation tanggal 24
April 2013.
Perlu adanya flowchart tentang prescription error agar tidak terjadi kejadian
berulang dan juga dapat memperbaiki mutu depo farmasi Ruang Angsoka

Kata kunci: prescription error, medication error, konsep manajemen PDCA

  vii    Univeristas Indonesia 


 

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


 

ABSTRACT

Name : Ida Aju Kusuma Wardani

Study Program : The Study of Hospital Administration

Title : Analysis Focus of Management “Medication Management


And Use” in Angsoka ward of Sanglah Hospital in
Denpasar, 2014 (Case Study Prescription Error)

One indicator of the quality improvement and patient safety is a priority on


clinical quality indicator of medication errors and near miss incidence in Sanglah
hospital as a standard that focuses on the patient is the “Medication Management And
Use”. How management analysis focused “Medication Management and Use” in
Angsoka ward of Sanglah Hospital in Denpasar (prescription error case study) used
PDCA approaches: Plan, Do, Check, Act.

This study was a qualitative study conducted in January 2014 – March 2014
in Angsoka ward of Sanglah hospital. Out of the six parameter, we found (1) lack
socialization continuous from top managers to lower managers, (2) insufficient
writing place in Drug Instruction Card Sanglah hospital according to the rule of the
Joint Commission International Accreditation. We suggested to build flowchart of
prescription errors in order to avoid recurrence and to improve the quality of
pharmaceutical Angsoka ward future.

Keywords: prescription error, medication error, concept management plan, do, check,
act.

  viii    Universitas Indonesia 


Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …………… vi
ABSTRAK …………………………………………………………………… vii
ABSTRACT ………………………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… …. ix
DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………….. xiii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xv
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………..... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... xvii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………… 10
1.3 Pertanyaan Peneliti ……………………………………………………. 10
1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 10
1.4.1 Tujuan Umum ………………………………………………… 10
1.4.2 Tujuan Khusus ………………………………………………… 10
1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 11
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti ……….………………………………… 11
1.5.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan …………………................ 11
1.5.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit …………………………………… 11
1.6 Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………….. 11
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Akreditasi Rumah Sakit …………………………………… 12
2.2 Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit ……………………………….. 12

                                                            ix                                                           Universitas Indonesia 

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


 

2.2.1 Kejadian Yang Tidak Diharapkan …………………………….. 13


2.2.1.1 Komunikasi ………………………………………….. 14
2.2.1.2 Sumber Daya Manusia ……………………………… 14
2.2.1.3 Transfer Pengetahuan Di Rumah Sakit ……………… 16
2.2.1.4 Masalah Teknis ……………………………………… 16
2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ………………………………………... 16
2.3.1 Tugas Pokok Dan Fungsi IFRS ……………………………….. 17
2.3.2 Pelayanan Farmasi Klinis ……………………………………… 19
2.4 Pengertian Umum Tentang Resep ……………………………………... 20
2.4.1 Tata Cara Penulisan Resep ………………………………………. 22
2.4.2 Langkah Prescription …………………………………………… 22
2.4.3 Pedoman Cara Penulisan Resep ………………………………… 27
2.4.4 Dosis Obat Dalam Prescription ………………………………… 28
2.4.5 Cara Menghitung Dosis Anak ………………………………….. 29
2.4.6 Formula Resep ………………………………………………….. 30
2.5 Medication Management and Use (MMU)/ Manajemen dan Penggunaan
Obat (MPO) sesuai Penerapan Akreditasi JCI ………………………….. 36
2.5.1 Standard Operating Procedures (SOP) Penulisan Resep
Yang Lengkap Dan Aman …………………………………….. 41
2.6 Plan, Do, Check, Act (PDCA) …………………………………………. 43
BAB 3. PROFIL RUMAH SAKIT
3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah………………… 45
3.1.1 Sejarah RSUP Sanglah ………………………………………… 45
3.1.2 Visi dan Misi RSUP Sanglah ………………………………….. 45
3.1.3 Struktur Organisasi RSUP Sanglah …………………………… 48
3.1.4 Sumber Daya Manusia RSUP Sanglah………………………… 48
3.2 Ganbaran Umum Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah .. 48
3.2.1 Sejarah Instalasi Farmasi RSUP Sanglah ……………………… 48
3.2.2 Visi dan Misi Instalasi Farmasi ………………………………… 51
3.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi …………………… 51

                                                            x                                                           Universitas Indonesia 

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


 

3.2.3.1 Tugas Pokok ……………..………………………….. 51


3.2.3.2 Fungsi ………………. ……………………………….. 52
3.2.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ………………………… 53
3.2.4 Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi……………………… 54
3.2.5 Sarana dan Prasarana Instalasi Farmasi ………………………. 55
3.2.5.1 Alat Medik di Instalasi Farmasi ……………………….. 55
3.2.5.2 Gedung Instalasi Farmasi ……………………………… 55
3.2.6 Standar Operating Prosedur Instalasi Farmasi ………………… 56
BAB 4. KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP,
DEFINISI OPERASIONAL
4.1 Kerangka Teori …………………………………………… 57
4.2 Kerangka Konsep …………………………………………. 58
4.3 Definisi Operasional…….. …………………………………… 59
4.3.1 Variabel Independen …………………………………… 59
4.3.2 Variabel Dependen ……………………………………. 61
BAB 5. METODE PENELITIAN
5.1 Desain Penelitian …………………………………………… 62
5.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………… 62
5.3 Sumber Informasi (Informan) Penelitian …………………… 62
5.4 Pengumpulan Data ………………………………………… .. 63
5.4.1 Teknik Pengumpulan Data ………………………… … 63
5.4.2 Prosedur Pengumpulan Data ……………………… … 63
5.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ………………………… 64
5.6 Validitas Data ………………………………………………… 65
BAB 6. HASIL PENELITIAN
6.1 Pelaksanaan Penelitian ………………………………………… 66
6.2 Karakteristik Informan ………………………………………… 66
6.3 Hasil Penelitian ………………………………………………… 68
6.3.1 Peranan Atasan Langsung ……………………………… 68
6.3.2 Peranan Petugas ……………………………………….. 70

                                                            xi                                                           Universitas Indonesia 

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


 

6.3.3 Peranan Sarana dan Dana ……………………………… 71


6.3.4 Peranan Kriteria Laporan ……………………………… 75
6.3.5 Peranan Umpan Balik ………………………………….. 78
6.3.6 Peranan Koordinasi …………………………………… 80
BAB 7. PEMBAHASAN
7.1 Keterbatasan Penelitian ………………………………………… 83
7.2 Pemahaman tentang pedoman implementasi standar JCI fokus
Manajemen dan Penggunaan Obat..…………………………….. 83
7.3 Jenis kesalahan dalam penulisan resep sesuai pedoman implementasi
standar JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ ………… 84
7.4 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesalahan dalam penulisan
resep sesuai standar JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’.. 84
7.4.1 Peranan Atasan Langsung …………………………… 84
7.4.2 Peranan Petugas ……………………………………… 85
7.4.3 Peranan Sarana dan Dana …………………………… 86
7.4.4 Peranan Kriteria Laporan …………………………….. 86
7.4.5 Peranan Umpan Balik …………………………………. 87
7.4.6 Peranan Koordinasi …………………………………… 87
7.5 Menyusun Alternatif Standard Operating Procedures (SOP)
dalam prescription error……………………………………… 88
BAB 8. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan …………………………………………………… 91
8.2 Saran ………………………………………………………….. 91
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 92

                                                            xii                                                           Universitas Indonesia 

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


 

DAFTAR SINGKATAN

APA : Apoteker Pengelola Apotik


Depkes : Departemen Kesehatan
Dirut : Direktur Utama
DPJP : Dokter Penanggung Jawab Pasien
IFRS : Instalasi Farmasi Rumah Sakit
IGD : Instalasi Gawat Darurat
IT : Informasi dan Teknologi
JCI : Joint Commission International
Kepmenkes : Keputusan Menteri Kesehatan
KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi
KIO : Kartu Instruksi Obat
LASA : Look Alike Sound Alike
NSIP : Nomor Surat Ijin Praktek
MMU : Medication Management and Use
MPO : Manajemen dan Penggunaan Obat
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
PPDS-1 : Program Pendidikan Dokter Spesialis-1/ Residen
PDCA : Plan, Do, Check, Act
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
SDM : Sumber Daya Manusia
SIP : Surat Ijin Praktek
SK : Surat Keputusan
SMF : Staf Medis Fungsional
SOP : Standart Operating Prosedures
TFT : Tim Farmasi dan Terapi

xiii Universitas Indonesia


 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Singkatan Bahasa Latin Yang Sering Dipakai Dalam Resep…… 31
Tabel 3.1 Data Ketenagaan Instalasi Farmasi RSUP Sanglah 2012 …………….. 54
Tabel 3.2 Data Jumlah Alat Medik Di Instalasi Farmasi 2012 ………………….. 55
Tabel 6.1 Karakteristik Informan ……………………………………………….. 63
Tabel 6.2 Data pengamatan peneliti prescription error di Rawat Inap
Ruang Angsoka ……………………………………………………….. 74

  xiv    Universitas Indonesia 


 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Contoh-Contoh Jenis Prescription Error ……………………….. 9


Gambar 2.1 Cycle PDCA …………………………………………………….. 43
Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSUP Sanglah Denpasar …………………… 48
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Sanglah Denpasar …. 53
Gambar 4.1 Kerangka Konsep ………………………………………………… 58
Gambar 7.1 Usulan Flow chart Prescription Error .............................................. 89

  xv    Universitas Indonesia 


 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Distribusi Jenis Prescription Error Di RSUP Sanglah


Denpasar, Januari-Oktober 2013 ………………………… 8
Grafik 1.2 Distribusi Kejadian Prescription Error di Instalasi Farmasi
RSUP Sanglah Denpasar, Januari-Oktober 2013 ………… 8

xvi Universitas Indonesia


 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Mendalam


Lampiran 2. Matrik Hasil Wawancara
Lampiran 3. Kartu Instruksi Obat RSUP Sanglah
Lampiran 4. Rencana Desain Kartu Instruksi Obat Baru
Lampiran 5. Penjelasan Mengenai Penelitian
Lampiran 6. Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian
Lampiran 7. Data Informan
Lampiran 8. Keterangan Kelaikan Etik
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian

xvii Universitas Indonesia 


 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan kesehatan adalah salah satu bentuk pengembangan aspek fisik
atau biologis dari manusia. Manusia mempunyai banyak kelebihan bila
dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Di samping itu manusia juga
mempunyai aspek psikologis, sosiologis, intelektual, dan moral. Aspek-aspek
inilah yang menyebabkan manusia hadir sebagai “human being”, makhluk yang
selalu berubah bukan saja karena fisiknya, melainkan aspek intelektual dan
moralnya. (Notoatmodjo S, 2010)
Rumah Sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan rawat inap dan
yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang
terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapetik dan rehabilitatif untuk orang-
orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang melahirkan. Rumah
Sakit juga merupakan sarana upaya kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.(Permenkes No.159b/ 1988)
Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan yang
beragam, berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
yang berkembang sangat pesat yang perlu diikuti oleh tenaga kesehatan dalam
rangka pemberian pelayanan yang bermutu standar, membuat semakin
kompleksnya permasalahan di rumah sakit. Pada hakikatnya rumah sakit
berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan
tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat.(Kepmenkes, 2008)
Menurut Undang Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009, yang
ditegaskannya dalam pasal 4: ”Hak atas kesehatan yang dimaksud adalah hak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya”. Dalam pasal 5
Ayat (2): ”Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu dan terjangkau”.

  1  Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.

 

Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, Rumah Sakit adalah


institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang
membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut. Pelayanan “kesehatan paripurna” adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Setiap perusahaan memiliki sistem pengendalian atau pengembangan mutu
(quality control) untuk memastikan mutu produk atau jasanya. Namun demikian,
masih dirasakan bahwa upaya tersebut belum dilaksanakan secara optimal,
dimana dari hasil pengontrolan diperoleh banyak data namun tidak dianalisis
untuk dijadikan dasar perbaikan.
Keberhasilan suatu rumah sakit sangat ditentukan atau dijamin oleh mutu
pelayanan. Melihat pada konsep quality assurance, penilaian mutu pelayanan
kesehatan terdiri dari empat komponen: 1) Aspek klinis, yaitu komponen yang
menyangkut pelayanan dokter, perawat dan terkait dengan teknis medis; 2)
Efisiensi dan efektivitas, yaitu pelayanan yang murah, tepat guna, tidak ada
diagnosa dan terapi berlebihan; 3) Keselamatan pasien, yaitu upaya perlindungan
pasien dari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan pasien seperti jatuh,
kebakaran, dll; 4) Kepuasan pasien, yaitu yang berhubungan dengan kenyamanan,
keramahan dan kecepatan pelayanan.(Jacobalis, 1990)
Pada tahun 2012 sesuai keputusan Direktur Utama RSUP Sanglah telah
dibentuk Susunan Tim Penerapan ‘Akreditasi International (Joint Commission
International Accreditation/ JCI) bahwa sejak 4 Agustus 2011 telah beraktivitas
dalam pelaksanaan penilaian kualitas pelayanan melalui kegiatan Penerapan JCI
yang diharapkan menjadi upaya pemantauan secara berkelanjutan dan indikator
dalam rangka pelayanan yang bertaraf international. Maka dibentuklah Kelompok
kerja (Pokja) Tim, antara lain:
I. Standar-standar Yang Berfokus Pasien:
1. International Patient Safety Goals (IPSG)/ Sasaran International
Keselamatan Pasien (SIKP)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.

 

2. Access To Care And Continuity Of Care (Acc)/ Akses Ke Perawatan Dan


Kesinambungan Perawatan (APKP)
3. Patient And Family Rights (PFR)/ Hak Pasien Dan Keluarga (HPK)
4. Assessment Of patients (AOP)/ Asesmen Pasien (AP)
5. Care Of Patients (COP)/ Perawatan Pasien (PP)
6. Anesthesia And Surgical Care (ASC)/ Perawatan Anestesi Dan Bedah
(PAB)
7. Medication Management And Use (MMU)/ Manajemen Dan Penggunaan
Obat-obatan (MPO)
8. Patient And Family Education (PFE)/ Penyuluhan Pasien Dan Keluarga
Pasien (PPKP)
II. Standar-standar Manajemen Organisasi Pelayanan Kesehatan
1. Quality Improvement and Patient Safety (QPS)/ Perbaikan Mutu dan
Keselamatan Pasien (PMKP)
2. Prevention and Control of Infections (PCI)/ Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI)
3. Governance, Leadership, and Direction (GLD)/ Tata Kelola,
Kepemimpinan, dan Arah (TKKA)
4. Facility Management and Safety (FMS)/ Manajemen dan Keamanan
Fasilitas (MKF)
5. Staff Qualification and Education (SQE)/ Kualifikasi dan Pendidikan Staf
(KPS)
6. Management of Communication and Information (MCI)/ Manajemen
Komunikasi dan Informasi (MKI)
Rumah Sakit merupakan subsistem dari sistem pelayanan kesehatan
dengan fungsi utama memberikan pelayanan medik, asuhan keperawatan dan
pelayanan penunjang lainnya pada pasien, salah satu pelayanan penunjang yaitu
instalasi farmasi yang ada di rumah sakit. Instalasi farmasi memiliki banyaknya
jenis obat, jumlah obat, mutu obat dan harga obat yang bervariasi akan dapat
membingungkan pihak rumah sakit dalam menentukan dan menyediakan obat di
rumah sakit. (Lukas, 2000)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.

 

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah


sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.(Depkes, 2004)
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tenaga Kefarmasian sebagai salah satu
tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai
peranan penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan, khususnya
Pelayanan Kefarmasian.(Peraturan Pemerintah RI Nomor 51, 2009)
Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada pelayanan pasien dan penyediaan
obat yang bermutu. Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek kefarmasian yang
dilakukan disuatu rumah sakit. Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu bagian/
unit/ divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan
pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
Seperti diketahui, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan atas
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.(Pedoman Implementasi Standar JCI RSUP Sanglah, 2012)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian
telah terjadi pergeseran orientasi Pelayanan Kefarmasian dari pengelolaan obat
sebagai komoditi kepada pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care)
dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang
lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.

 

penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk
mengetahui tujuan akhir serta kemungkinan terjadi kesalahan pengobatan
(medication error). Perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan praktik
kefarmasian dirasakan belum memadai, selama ini masih didominasi oleh
kebutuhan formal dan kepentingan Pemerintah, dan belum memberdayakan
Organisasi Profesi dan pemerintah daerah sejalan dengan era otonomi. (Peraturan
Pemerintah RI Nomor 51, 2009)
Pelaksanaan semua jenis pekerjaan sangat diatur secara terperinci. Maka
setiap langkah pelayanan dilakukan berdasarkan peraturan secara normatif atau
aturan main seperti penetapan Standard Operating Procedures (SOP). Sehingga
kegunaannya untuk mewujudkan perilaku sumber daya manusia yang terstandar
atau mengurangi keanekaragaman perilaku sumber daya manusia.(Sembiring M,
2012)
Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) secara keseluruhan,
perlu dilakukan secara terus-menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan staf.
Risiko semacam itu dapat muncul dalam klinis maupun lingkungan fisik rumah
sakit. Mutu dan keselamatan berakar pada pekerjaan sehari-hari setiap
professional perawatan kesehatan dan staf lainnya. Pada saat dokter atau perawat
melakukan asesmen tentang kebutuhan pasien dan memberikan perawatan pada
pasien. (Pedoman Implementasi Standar JCI RSUP Sanglah, 2012)
Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) menitikberatkan pada
bagaimana mengelola karyawan sebagai aset utama perusahaan karena
keberhasilan perusahaan tergantung dari kinerja afektif dari karyawan itu sendiri.
Manajemen SDM dapat disimpulkan sebagai pengelolaan organisasional yang
meliputi praktik dan kebijakan baik secara individual maupun kolektif terhadap
aset manusia sehingga memberikan kontribusi optimal dalam mencapai tujuan
organisasi.(Aminuddin W, 2012)
Pada dasarnya tugas manajer adalah menyediakan pelatihan, teknologi
yang memadai dan dukungan bagi karyawan. Pimpinan harus melihat karyawan
sebagai suatu “bundel” kesempatan yang harus dikembangkan dengan tujuan
pemberian pelayanan kepada customer. Pimpinan bertanggung jawab
menyediakan teknologi memadai dan pelatihan bagi karyawan. Di samping itu,

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.

 

pimpinan harus senantiasa memberikan dukungan selama karyawan melaksanakan


tugasnya. Jika pimpinan tidak memiliki kesediaan untuk menerima kesalahan dan
kegagalan, maka karyawan cenderung “melindungi” diri berlebihan dan takut
melakukan tindakan apapun juga. “Everyone makes mistakes. That is why pencil
ends have erasers”. Hamka pernah berkata bahwa”Berbuat kesalahan mungkin
merupakan suatu kekhilafan, tetapi menyembunyikan kesalahan adalah sesuatu
yang tidak bertanggung jawab”.(Aditama YT, 2010)
Menurut Kreitner menyatakan setidaknya ada 6 pendekatan untuk
mengatasi masalah resistensi terhadap perubahan ini (six strategies for
overcoming resistance to change) yang dapat diterapkan sesuai dengan situasi
berbeda, yakni: (1) pendekatan pendidikan dan komunikasi, (2) partisipasi dan
keterlibatan, (3) fasilitasi dan dukungan, (4) negosiasi dan kesepakatan, (5)
manipulasi dan kooptasi, dan (6) paksaan secara eksplisit dan implicit (dalam
Surachman A, 2012)
Survei yang dilakukan oleh Woods, memperlihatkan bagaimana tingginya
faktor resistensi staf atau karyawan (53%) dalam perubahan organisasi. Kreitner
(2008) dalam bukunya menyampaikan bahwa setidaknya ada 11 alasan yang
menyebabkan karyawan atau staf itu resisten terhadap perubahan yang terjadi
dalam organisasi atau perusahaan, yakni: (dalam Surachman A, 2012)
1. Predisposisi individu menuju perubahan.
2. Keterkejutan dan rasa takut yang tidak diketahui.
3. Iklim ketidakpercayaan.
4. Ketakutan akan kegagalan
5. Hilangnya status atau keamanan kerja
6. Tekanan dari teman
7. Gangguan dari tradisi budaya atau hubungan kelompok
8. Konflik Kepribadian.
9. Kurangnya kebijaksanaan atau waktu tidak tepat
10. Tidak diikuti dengan sistem penghargaan.
11. Kesuksesan masa lalu.
Pada tanggal 24 April 2013 terjadi perubahan pada RSUP Sanglah dalam
rangka peningkatan mutu, maka diperlukan suatu standar yang dapat dijadikan

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.

 

sebagai acuan bagi seluruh staf medis maupun non medis melalui proses
akreditasi. Untuk mengimplementasikan standar JCI di RSUP Sanglah Denpasar,
maka perlu dibuatkan pedoman implementasi sebagai dasar staf untuk bekerja.
Salah satu standar yang berfokus pada pasien adalah Manajemen Dan
Penggunaan Obat-obatan (MPO) yang tidak boleh salah dalam penulisan resep
(prescription error). Apabila terjadi prescription error akan menyebabkan
medication error. Prescription error harus dimonitor dan diperbaiki untuk
keselamatan pasien. Salah satu Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
yang diprioritaskan adalah indikator mutu klinis tentang kesalahan obat dan
kejadian nyaris cedera RSUP Sanglah menetapkan indikator:
Judul Kesalahan Penulisan Resep (Prescription Error)
Definisi Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter kepada
Operasional apoteker untuk menyiapkan obat dan alat kesehatan bagi pasien
dan ditulis secara lengkap dan jelas sehingga tidak
menimbulkan kesalahan interpretasi.
Kesalahan penulisan resep/ Prescription Errors adalah
kesalahan penulisan resep oleh dokter yang meliputi
ketidaklengkapan dan ketidakjelasan paraf dokter, bentuk
sediaan, dosis dan aturan pakai

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.

 

Grafik1.1 Distribusi Jenis Prescription Error Di RSUP Sanglah


Denpasar, Januari-Oktober 2013

Jenis Prescription Error

Sumber: Laporan Instalasi Farmasi RSUP Sanglah, 2013


Grafik 1.2: Distribusi Kejadian Prescription Error di Instalasi Farmasi
RSUP Sanglah Denpasar, Januari-Oktober 2013

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.

 

Berdasarkan data sekunder diatas, terjadi prescription error cukup tinggi


dan ini berhubungan dengan RSUP Sanglah yang sudah menerapkan
implementasi akreditasi JCI (24 April 2013) dan akan berpengaruh pada
peningkatan mutu instalasi farmasi. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah analisa manajemen fokus “Manajemen dan Penggunaan Obat” di rawat
inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah Denpasar (studi kasus prescription error)
Gambar 1.1: Contoh-contoh jenis prescription error

Paraf dokter Bentuk sediaan

Dosis Aturan pakai


Sumber: Resep-resep di rawat inap Ruang Angsoka, 2014
Menurut pedoman pelaksanaan standar JCI mengatakan bahwa rawat inap
Ruang Angsoka merupakan suatu tempat evaluasi indikator mutu klinis asesmen
evaluasi pasien RSUP Sanglah dimana asesmen awal adalah pemeriksaan awal
oleh DPJP mencakup evaluasi faktor fisik, psikologik, sosial, dan ekonomi
termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat. Asesmen awal dilaksanakan pada semua
pasien di rawat inap Ruang Angsoka dalam waktu selambat-lambatnya 24 jam
sejak pasien dinyatakan masuk RS yang dimaksud adalah rentang waktu sejak
dokter emergency menyatakan pasien untuk masuk RS sampai format assesmen
awal terisi dengan lengkap dan benar khusus untuk pasien di Ruang Angsoka
(Pedoman Implementasi Standar JCI RSUP Sanglah, 2012)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
10 
 

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan terlihat beberapa masalah yang terjadi di depo farmasi rawat inap
Ruang Angsoka RSUP Sanglah.
Melalui pendekatan konsep manajemen PDCA (Plan, Do, Check, Act)
diharapkan hambatan-hambatan maupun masalah-masalah yang sering terjadi
dapat dihilangkan, dengan demikian peningkatan mutu depo farmasi Ruang
Angsoka sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak RS. Untuk itu dalam
penulisan penelitian ini, masalah yang dapat dikemukakan adalah: Bagaimana
Analisis Manajemen fokus “Manajemen dan Penggunaan Obat” di rawat inap
Ruang Angsoka RSUP Sanglah (studi kasus prescription error).
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pelaksanaan manajemen fokus “Manajemen dan Penggunaan
Obat” di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah (studi kasus prescription
error)
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui terjadinya prescription error secara menyeluruh dengan analisa
manajemen fokus “Manajemen dan Penggunaan Obat” di rawat inap Ruang
Angsoka RSUP Sanglah (studi kasus prescription error) dilihat dari
pendekatan konsep manajemen PDCA.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pemahaman manajemen fokus “Manajemen dan
Penggunaan Obat”di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah.
2. Mengetahui jenis kesalahan dalam penulisan resep fokus “Manajemen
dan Penggunaan Obat” di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah.
3. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesalahan dalam
penulisan resep fokus “Manajemen dan Penggunaan Obat” di rawat
inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
11 
 

4. Menyusun alternatif pemecahan masalah dalam kesalahan penulisan


resep fokus “Manajemen dan Penggunaan Obat” di rawat inap Ruang
Angsoka RSUP Sanglah
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasi pengetahuan dan keterampilan serta menambah
pengalaman dan wawasan dalam pendekatan konsep manajemen
PDCA fokus “Manajemen dan Penggunaan Obat” di rawat inap
Ruang Angsoka RSUP Sanglah.
1.5.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memperluas wawasan pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman selama mengikuti pendidikan Program Studi Kajian
Administrasi Rumah Sakit di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
1.5.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dari hasil evaluasi dan penelitian yang telah dilakukan, berharap
berguna untuk:
a. Meningkatkan kelengkapan penulisan resep fokus “Manajemen dan
Penggunaan Obat” di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah
b. Membantu untuk mengatasi masalah yang sering terjadi dalam depo
farmasi rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah
Denpasar. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa manajemen fokus
“Manajemen dan Penggunaan Obat” di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah
menggunakan pendekatan konsep manajemen PDCA (studi kasus prescription
error). Lingkup penelitian hanya di rawat inap Ruang Angsoka saja tidak
mencakup di rawat inap yang lain maupun rawat jalan karena rawat inap Ruang
Angsoka merupakan salah satu ruangan prioritas yang harus dimonitor dan
diperbaiki penerapan standar JCI yang baru dalam mengutamakan keselamatan
pasien (pasien safety). (Pedoman Implementasi Standar JCI RSUP Sanglah, 2012)
 

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Akreditasi Rumah Sakit


Akreditasi adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada
rumah sakit karena telah memenuhi standar mutu yang ditentukan. Akreditasi
pada dasarnya adalah proses menilai rumah sakit sejauh mana telah menerapkan
standar.
Adapun prinsip-prinsip yang diterapkan mencakup merancang proses yang
efektif, penerapan dan perbaikan terhadap pemilihan, pengadaan, penyimpanan,
permintaan/ peresepan, penyalinan, distribusi, persiapan, pengeluaran, pemberian,
dokumentasi dan pemantauan terapi obat-obatan. Namun proses manajemen obat-
obatan yang diandalkan untuk keselamatan pasien bersifat universal (Pedoman
Implementasi Standar JCI RSUP Sanglah, 2012).

2.2 Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit


Suatu organisasi mencapai sukses untuk sebagian besar ditentukan leh
manajer. Apabila manajer melakukan pekerjaan dengan baik, organisasi mungkin
tercapai tujuannya. Namun apabila sebaliknya, manajer tidak mampu
melaksanakan tugasnya, organisasi akan gagal mencapai tujuan.(Wibowo, 2013)
Menurut Philip Crosby dalam konteks yang berbeda adalah:”Kepatuhan
terhadap suatu spesifikasi dan keadaan tanpa cacat (conforming to requirement
and zero defect)” dan menurut Josep Juran adalah apa yang diharapkan atau
ditentukan oleh konsumen (quality is fitness for the used defined by consumers).
Quality is doing the thing right, right away. Quality is doing thing right, the first
time and all the times. (dalam Muninjaya, 2012)
Mengembangkan mutu pelayanan rumah sakit harus mengikuti empat
kaidah jaminan mutu yang terdiri dari: (Muninjaya, 2012)
1. Pemenuhan kebutuhan dan individu atau kelompok mayarakat pengguna
jasa pelayanan rumah sakit
2. Mengikuti sistem dan proses (standar) yang dipakai dalam suatu rumah
sakit

  12  Universitas Indonesia 


Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
13 
 

3. Menggunakan data untuk menganalisa proses penyediaan dan produk


(output dan outcome) pelayanan rumah sakit
4. Mendorong berkembangnya team work yang solid untuk mengatasi
hambatan dan kendala yang muncul dalam proses pengembangan mutu
secara berkesinambungan.
Komponen utama manajemen untuk pengembangan mutu terdiri dari
komitmen staf dan pimpinannya, pendekatan ilmiah dalam menganalisa hasil dan
keterlibatan staf dalam proses pengembangan jaminan mutu yang dikenal sebagai
Management by structures (manajemen dengan pendekatan struktural) adalah
mengorganisasikan personalia dalam kedudukan, wewenang, jabatan, pangkat,
tanggung jawab, dan semua hal yang melekat sehubungan dengan keadaan
seseorang pada jabatan tertentu. Setiap manajer (top manager, middle manager,
dan lower manager) dalam pelaksanaan tugasnya, aktivitasnya, dan
kepemimpinan untuk mencapai tujuan harus melakukan “perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian” dengan baik. (Nurzaman, 2014)
Peranan koordinasi yaitu menyatukan dan menyelaraskan semua kegiatan.
Adanya koordinasi yang baik dapat menghindari kemungkinan terjadinya
persaingan yang tidak sehat dan/ atau kesimpangsiuran dalam tindakan. Dengan
adanya koordinasi yang baik, semua bagian dan personel dapat bekerja sama
nenuju satu arah tujuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan. (Nurzaman, 2014)
2.2.1 Kejadian Yang Tidak Diharapkan (KTD)
2.2.1.1 Komunikasi
Menurut Carlaw P dan Deming V.K (1999), dikatakan bahwa komunikasi
tatap muka mengandung sekitar 55% bahasa tubuh, 38% nada suara, dan 7%
penggunaan kata-kata; sedangkan komunikasi melalui telepon menggunakan 82%
nada suara serta 18%menggunakan kata-kata.(Sumijatun, 2011)
Komunikasi merupakan penyebab yang paling umum terjadi medical
errors. Menurut Onong Uchyana Effendy, ada tiga teknik komunikasi yang biasa
dilakukan, antara lain: (Wibowo, 2013)
1. Komunikasi informatif adalah proses menyampaikan pesan yang sifatnya
pemberitahuan oleh seseorang kepada orang lain. Komunikasi ini bisa

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
14 
 

dilakukan secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui memo, papan


tulis dan media massa
2. Komunikasi persuasif adalah proses penyampaian pesan dari atasan
kepada bawahan dengan cara membujuk sehingga bawahan bersedia
melakukan kegiatan tersebut
3. Komunikasi instruktif/ koersif adalah proses penyampaian pesan dari
atasan kepada bawahan dengan cara mengandung paksaan agar bawahan
sebagai penerima pesan melakukan tindakan atau kegiatan tertentu. Jadi
teknik komunikasi ini mengandung sanksi yang apabila tidak dilaksanakan
oleh bawahan, maka akan menanggung akibatnya.
2.2.1.2 Sumber Daya Manusia
Supervisi adalah proses yang memacu anggota unit bekerja untuk
berkontribusi secara positif agar tujuan organisasi tercapai. Kemampuan penyelia
(supervisor) untuk secara efektif mempekerjakan sumber daya manusia.
Asbikanasy (1991) mengemukakan bahwa penyelia eksternal akan kurang sensitif
dalam menilai kinerja dan akan mengevaluasi lebih negatif daripada penyelia
internal. (dalam Ilyas Y, 2012)
Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul apabila individu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individual dan
mencakup aspek evaluative. Respon evaluative berarti sikap yang didasari proses
evaluative dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap stimulus
dalam bentuk positif atau negatif, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka
yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar
A, 1988).
Beberapa ahli menyampaikan motivasi sebagai determinan kinerja.
Menurut Herzberq (1959) bahwa kinerja dipengaruhi oleh faktor motivator yang
dimanifestasikan pada keberhasilan, penghargaan, tanggung jawab, pekerjaan, dan
peningkatan diri. Kopelman (1986) mengatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh
motivasi dan kemampuan. (dalam Ilyas Y, 2012)
Menurut Kreitner dan Kinicki (2001) bahwa peranan umpan balik
merupakan informasi objektif tentang kinerja. Kinerja setiap orang dimonitor,
didata, dan dilaporkan, sehingga pelaksanaan kinerja individu, kelompok atau

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
15 
 

organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan terlaksana. Namun


umpan balik perlu diadministrasikan dengan baik untuk mencegah ketidakamanan
dan sikap kepasrahan pada individu.(dalam Wibowo, 2013)
Insentif menghubungkan penghargaan dan kinerja dengan memberi
imbalan kinerja tidak berdasarkan senioritas atau jam kerja. Program insentif
dirancang untuk meningkatkan motivasi kerja agar tidak terjadi kelalaian.
(Wibowo,2013)
Sumber daya manusia dalam mengerjakan suatu pekerjaan dengan dua
situasi tempat yang berbeda dan dituntut selesai dalam waktu yang sama maka
akan terjadi burnout (kelelahan kerja) sehingga terjadi konflik yang akan
berpengaruh pada pelayanan kemanusiaan (human services). (Ilyas Y, 2003)
Menurut Parasuraman, Zeithami dan Berry dalam menganalisa kualitas
jasa terhadap SDM, ada lima komponen mutu, antara lain: (dalam Muninjaya,
2012)
1. Responsiveness: harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan
cenderung meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan kemajuan
teknologi dan informasi kesehatan. Sikap para front-line staff sangat
menentukan pengguna jasa dan keluarganya baik melalui tatap muka,
komunikasi non verbal/ verbal dan telepon
2. Realibility: pelayanan kesehatan tepat waktu dan akurat sesuai yang
ditawarkan. Produknya sangat tergantung dari aktivitas SDM sehingga
akan sulit mengharapkan output yang konsisten
3. Assurance: berhubungan dengan pengetahuan, kesopanan dan sikap
petugas yang dipercaya oleh pelanggan. Investasi tidak hanya dalam
bentuk uang melainkan keteladanan manajemen puncak, perubahan sikap
dan kepribadian staf yang positif, dan perbaikan sistem remunerasinya
(pembayaran upah)
4. Empathy: peduli dan perhatian khusus terhadap pengguna jasa, memahami
dan memberikan kemudahan untuk dihubungi oleh pengguna jasa yang
ingin memperoleh bantuan
5. Tangible: menyediakan fasilitas fisik dan perlengkapan yang memadai dan
secara langsung dapat dirasakan oleh pengguna jasa pelayanan kesehatan

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
16 
 

2.2.1.3 Transfer Pengetahuan Di Rumah Sakit


Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behaviour). Sikap yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada sikap yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo S,
1993).
Pelatihan (training) sumber daya manusia perlu dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerjanya. Pelatihan ini memerlukan biaya,
tetapi biaya-biaya ini menjadi investasi jangka panjang bagi rumah sakit
bersangkutan. Pelatihan adalah proses peningkatan kemampuan teknis dan moral
kerja sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan tugas-tugasnya. (Hasibuan,
2007)
2.2.1.4 Masalah Teknis
Mempertahankan suatu visi rumah sakit untuk mampu bertahan harus
dapat meningkatkan produktivitas melalui efektivitas dan efisiensi. Salah satunya
dengan memberikan kepuasan pelanggan rumah sakit. Ada 2 macam pelanggan
rumah sakit, antara lain:
1. Pelanggan eksternal: pengguna jasa pelayanan kesehatan yaitu pasien dan
keluarganya. Maka seluruh instalasi rumah sakit harus melakukan yang
terbaik untuk memuaskan pelanggan eksternal. Pelanggan yang terpuaskan
akan menjadi pelanggan yang loyal terhadap jasa pelayanan rumah sakit.
2. Pelanggan internal: pengguna jasa pelayanan kesehatan yaitu karyawan
dan pimpinan unit kerja di rumah sakit tempat pelanggan bekerja.
Deming menekankan bahwa kepuasan pelanggan merupakan inti dalam
roda Total Quality Manajemen (TQM). Salah satu memperbaiki kualitas melalui
TQM dengan menghubungkan desain produk atau jasa dengan suatu proses untuk
menghasilkannya. Dimana desain proses yang digunakan untuk menghasilkan
barang dan jasa sangat mempengaruhi kualitasnya.(Wibowo, 20013)

2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit atau bagian dari
suatu rumah sakit yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
17 
 

orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang


berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggara
yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan paripurna,
mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan
kesehatan/ sediaan farmasi, dispending obat berdasarkan resep bagi penderita
rawat tinggal dan rawat jalan, pengendalian mutu, dan pengendalian distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, pelayanan farmasi
klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan
pelayanan klinik merupakan program rumah sakit secara keseluruhan. (Siregar,
2004)
Pelayanan farmasi rumah sakit menurut SK Menkes Nomor 1333/
Menkes/SK/XII/1999 adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan penderita,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung
jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.
Menurut Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992, pekerjaan kefarmasian
adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional.
2.3.1 Tugas Pokok Dan Fungsi IFRS
Tujuan pelayanan instalasi farmasi menurut Kepmenkes RI No. 1197
tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit adalah:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien
maupun fasilitas yang tersedia.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai obat.
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
18 
 

f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan


evaluasi pelayanan.
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode
Tugas pokok pelayanan farmasi adalah:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi(KIE)
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit
Fungsi pelayanan farmasi adalah:
A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
3. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian
7. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit.
B. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
1. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien
2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
19 
 

alat kesehatan
3. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
4. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/ keluarga
6. Memberi konseling kepada pasien/ keluarga
7. Melakukan pencampuran obat suntik
8. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
9. Melakukan penanganan obat kanker
10. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
11. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
12. Melaporkan setiap kegiatan
2.3.2 Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinis adalah praktek kefarmasian berorientasi kepada
pasien dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu
memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara
individual.(Siregar,2003)
Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntungan terapi
obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat
sehingga meningkatkan dan memastikan kerasionalan, kemanfaatan dan
keamanan terapi obat. Pelayanan farmasi klinis meliputi (Depkes, 2004):
a. Pengkajian dan pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk
peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi.
Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan
informasi mengenai seluruh obat/ sediaan farmasi lain yang pernah dan
sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara
atau data rekam medik/ pencatatan penggunaan obat pasien.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, terkini

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
20 
 

dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker,


perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar
rumah sakit.
d. Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien/
keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan
kesempatan kepada pasien/ keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan
membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran
sehingga pasien/ keluarga pasien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk
swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan
terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek samping,
meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam
menjalankan terapi.
e. Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah
terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki,
meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat
kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional
bagi pasien.

2.4 Pengertian Umum Tentang Resep


Prescription (kaidah penulisan resep) dokter sangat penting bagi seorang
dokter dalam proses peresepan obat bagi pasiennya. Dokter dalam mewujudkan
terapi yang rasional, memerlukan langkah yang sistematis dengan motto 5T
(Tepat obat, Tepat dosis, Tepat cara, dan jadwal pemberian serta tepat bentuk
sediaaan obat dan untuk penderita yang tepat). Prescription yang baik haruslah
ditulis dalam blanko resep secara lege artis.
Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi
atau dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotik (APA) untuk menyediakan

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
21 
 

dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Resep yang benar adalah ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan
memenuhi peraturan perundangan serta kaidah yang berlaku.
Unsur-unsur resep:
1. Identitas Dokter
Nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek dan rumah dokter penulis resep
serta dapat dilengkapi dengan nomor telepon dan hari serta jam praktek.
Biasanya sudah tercetak dalam blanko resep.
2. Nama kota (sudah dicetak dalam blanko resep) dan tanggal ditulis resep
3. Superscriptio
Ditulis dengan symbol R/ (recipe=harap diambil). Biasanya sudah dicetak
dalam blangko. Bila diperlukan lebih dari satu bentuk sediaan obat/ formula
resep, diperlukan penulisan R/ lagi.
4. Inscriptio
Ini merupakan bagian inti resep, berisi nama obat, kekuatan dan jumlah obat
yang diperlukan dan ditulis dengan jelas
5. Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat (BSO) dan jumlahnya. Cara
penulisan (dengan singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula
resep yang digunakan.
Contoh:
- m.f.l.a. pulv. d.t.d.no. X
- m.f.l.a. sol
- m.f.l.a. pulv. No XX da in caps
6. Signatura
Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat bagi pasien yaitu meliputi
frekuensi, jumlah obat dan saat diminum obat, dll. Contoh: s.t.d.d.tab.I.u.h.p.c
(tandailah tiga kali sehari satu tablet satu jam setelah makan)
7. Identitas pasien
Umumnya sudah tercantum dalam blanko resep (tulisan pro dan umur). Nama
pasien dicantumkan dalam pro. Sebaiknya juga mencantumkan berat badan
pasien supaya kontrol dosis oleh apotik dapat akurat.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
22 
 

2.4.1 Tata Cara Penulisan Resep


Tidak ada standar baku di dunia tentang penulisan resep. Untuk Indonesia,
resep yang lengkap menurut SK Menkes RI No. 26/2981 memuat:
1. Nama, alamat, Nomor Surat Ijin Praktek Dokter (NSIP)
2. Tanggal penulisan resep
3. Nama setiap obat/ komponen obat
4. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
5. Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep
6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat dengan jumlah
melebihi dosis maksimum
2.4.2 Langkah Prescription
1. Pemilihan obat yang tepat
Dalam melakukan prakteknya, dokter pertama kali harus melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik pada pasiennya untuk
menegakkan diagnosis. Setelah itu, dengan mempertimbangkan keadaan
(patologi penyakit, perjalanan penyakit dan manifestasinya), maka tujuan
terapi dengan obat akan ditentukan. Kemudian akan dilakukan pemilihan obat
secara tepat, agar menghasilkan terapi yang rasional.
Hal yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam memilih obat:
a. Bagaimana rasio manfaat dengan risiko obat yang dipilih
b. Bagaimana keamanan (efek samping, kontra indikasi) obat yang dipilih
c. Jenis bahan obat apa (bahan baku, formula standar, bahan generik, atau
bahan paten) yang dipilih
d. Pertimbangan biaya/ harga obat
Dengan mempertimbangkan hal di atas, diharapkan prescription obat dokter akan
tepat berdasar manfaat, keamanan, ekonomi, serta cocok bagi penderita.
Untuk mewujudkan terapi obat yang rasional dan untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna serta biaya, maka seorang dokter perlu memahami
kriteria bahan obat dalam prescription. Bahan obat di dalam resep termasuk
bagian dari unsur inscriptio dan merupakan bahan baku, obat standar (obat dalam
formula baku/resmi, sediaan generik) atau bahan jadi/ paten.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
23 
 

Nama obat dapat dipilih dengan nama generik (nama resmi dalam buku
Farmakope Indonesia) atau nama paten (nama yang diberikan pabrik). Pengguna
jenis obat paten perlu memperhatikan kekuatan bahan aktif dan atau komposisi
obat yang dikandung di dalamnya agar pemilihan obat yang rasional dapat
tercapai dan pelayanan obat di apotik tidak menjumpai adanya masalah.
Contoh: Apabila dalam terapi perlu diberikan bahan obat Paracetamol,
maka dapat dipilih bahan baku (ada di apotik), sediaan generik berlogo (bentuk
tablet atau sirup paracetamol atau sediaan paten)
Jumlah obat yang ditulis di dalam resep tergantung dari lama pemberian
dan frekuensi pemberian. Parameter yang diperlukan untuk menentukannya
adalah lama perjalanan penyakit, tujuan terapi, dan kondisi penderita. Jumlah obat
dituliskan dengan angka Romawi untuk jenis sediaan jadi/ paten. Contoh: Tab.
Sanmol 500 mg no. X atau Tab. Sanmol 500 mg da X
Bahan/sediaan obat dalam prescription berdasarkan peraturan perundangan dapat
dikategorikan:
a. Golongan obat narkotika atau O (contoh: codein, morphin,
pethidin)
b. Golongan obat Keras atau G atau K
Dibedakan menajadi 3:
 Golongan obat Keras tertentu atau Psikotropika (diazepam
dan derivatnya)
 Golongan obat Keras atau K (contoh: amoxicillin,
ibuprofen)
 Golongan Obat Wajib Apotik atau OWA (contoh:
famotidin, allopurinol, gentamycin topical)
c. Golongan obat bebas terbatas atau W (contoh: paracetamol, pirantel
palmoat)
d. Golongan obat bebas (contoh: Vitamin B1, Vitamin C)
Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika (khusus) jumlah obat tidak cukup
hanya dengan angka saja, namun disertai dengan huruf angka tersebut, misal X
(decem) dan agar sah harus dibubuhi tanda tangan dokter (bukan paraf). Hal ini
dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan obat di masyarakat.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
24 
 

2. Penetapan cara pemberian dan aturan dosis


a. Cara pemberian obat
Obat diberikan dengan berbagai macam cara (per oral, per rectal, parenteral,
topical, dll). Hal yang diperlukan dalam menentukan cara pemberian obat:
 Tujuan terapi
 Kondisi pasien
 Sifat fisika-kimia obat
 Bioaviabilitas obat
 Manfaat (untung-rugi pemberian obat)
Cara pemberian yang dipilih adalah yang memberikan manfaat klinik yang
optimal dan memberikan keamanan bagi pasien. Misalkan pemberian obat
gentamicin yang diperlukan untuk tujuan sistemik, maka sebaiknya dipilih lewat
parenteral. NSAIDs yang diberikan pada penderita gastritis sebaiknya dilakukan
pemberian per rectal.
b. Aturan dosis (dosis dan jadwal pemberian) obat
 DOSIS
Dosis yang ideal adalah dosis yang diberikan per individual. Hal ini
mengingat bahwa respon penderita terhadap obat sangat individualistis.
Penentuan dosis perlu mempertimbangkan: 1) kondisi pasien (seperti:
umur, berat badan, fisiologi dan fungsi organ tubuh) 2) kondisi penyakit
(akut, kronis, berat/ ringan) 3) Indeks terapi obat (lebar/ sempit) 4) variasi
kinetik obat 5) cara/ rumus perhitungan dosis anak (pilih yang paling teliti)
Perhitungan dosis pada anak secara ideal menggunakan dasar ukuran fisik
(berat badan atau luas permukaan tubuh). Apabila dosis anak dihitung
dengan perbandingan dengan dosisi dewasa, yaitu dengan memakai rumus
perhitungan dosis anak (antara lain Young, Clark), maka perlu
diperhatikan tentang ketelitian dari rumus yang dipakai.
 JADWAL PEMBERIAN
Jadwal pemberian ini meliputi frekuensi, satuan dosis per kali dan saat/
waktu pemberian obat. Dalam resep tertuang dalam unsur signatura.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
25 
 

 FREKUENSI
Frekuensi artinya berapa kali obat yang dimaksud diberikan kepada
pasien. Jumlah pemberian tergantung dari waktu paruh obat, BSO, dan
tujuan terapi. Obat anti asma diberikan kalau sesak (p.r.n) namun bila
untuk menjaga agar tidak terjadi serangan asma dapat diberikan secara
teratur misal 3 x sehari (t.d.d).
 SAAT/ WAKTU PEMBERIAN
Hal ini dibutuhkan bagi obat tertentu supaya dalam pemberiannya
memiliki efek optimal, aman dan mudah diikuti pasien. Misal: Obat yang
absorbsinya terganggu oleh makanan sebaiknya diberikan saat perut
kosong 1/2 – 1 jam sebelum makan (1/2 – 1 h. a.c), obat yang mengiritasi
lambung diberikan sesudah makan (p.c) dan obat untuk memepermudah
tidur diberikan sebelum tidur (h.s), dll.
 LAMA PEMBERIAN
Lama pemberian obat didasarkan perjalanan penyakit atau menggunakan
pedoman pengobatan yang sudah ditentukan dalam pustaka. Misalkan
pemberian antibiotika dalam waktu tertentu (dua hari setelah gejala hilang
untuk menghindari resistensi kuman, obat simtomatis hanya perlu
diberikan saat simtom muncul (p.r.n), dan pada penyakit kronis (misal
asma, hipertensi, DM) diperlukan pemberian obat yang terus menerus atau
sepanjang hidup (ITER!)
3. Pemilihan Bentuk Sediaan Obat (BSO) yang tepat
Pemilihan BSO dalam prescription perlu dipertimbangkan agar pemberian obat
optimal dan harga terjangkau. Faktor ketaatan penderita, faktor sifat obat,
bioaviabilitas dan faktor sosial ekonomi dapat digunakan sebagai pertimbangan
pemilihan BSO.
4. Pemilihan formula resep yang tepat
Ada 3 formula resep yang dapat digunakan untuk menyusunan prescription
dokter (formula marginalis, officialis atau spesialistis). Pemilihan formula
tersebut perlu mempertimbangkan:
 Yang dapat menjamin ketepatan dosis (dosis individual)
 Yang dapat menjaga stabilitas obat

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
26 
 

 Agar dapat menjaga kepatuhan pasien dalam meminum


obat
 Biaya/harga terjangkau
5. Penulisan prescription dalam blanko resep yang benar (lege artis)
Prescription lege artis maksudnya adalah ditulis secara jelas, lengkap (memuat
6 unsur yang harus ada di dalam resep) dan sesuai dengan aturan/pedoman
baku serta menggunakan singkatan bahasa latin baku, pada blanko standar
(ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)
6. Pemberian informasi bagi penderita yang tepat
Cara atau aturan harus tertulis lengkap dalam resep, namun dokter juga masih
harus menjelaskan kepada pasien. Demikian pula hal-hal atau peringatan yang
perlu disampaikan tentang obat dan pengobatan, misal apakah obat harus
diminum sampai habis/ tidak, efek samping, dll. Hal ini dilakukan untuk
ketaatan pasien dan mencapai rasionalitas peresepan.
2.4.3 Pedoman cara penulisan resep dokter
1. Ukuran blanko resep (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)
2. Penulisan nama obat (Bagian Inscriptio):
a. Dimulai dengan huruf besar
b. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam farmakope
Indonesia atau nomenklatur internasional) misal: ac. salic, acetosal
c. Tidak ditulis dengan nama kimia (misal: kali chloride dengan KCl) atau
singkatan lain dengan huruf capital (misal: clorpromazin dengan CPZ)
3. Penulisan jumlah obat
a. Satuan berat: mg (milligram), g/ G (gram)
b. Satuan volume: ml (mililiter), l (liter)
c. Satuan unit: IU (Internasional Unit)
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka
romawi.
Misal: - Tab Novalgin no. XII
- Stesolid 5 mg no. X (decem)
- m.fl.a.pulv. dt.d.no. X
e. Penulisan alat penakar:

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
27 
 

Dalam singkatan bahasa latin dikenal:


C. = sendok makan (volume 15 ml)
Cth. = sendok teh (volume 5 ml)
Gtt. = guttae (1 tetes = 0,05 ml)
Catatan: Hindari penggunaan sendok teh dan sendok makan
rumah tangga karena volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok
makan dan 5 ml untuk sendok teh. Gunakan sendok plastik (5 ml)
atau alat lain ( volume 5, 10, 15 ml) yang disertakan dalam sediaan
cair paten.
f. Arti persentase (%)
0,5% (b/b)  0,5 gram dalam 100 gram sediaan
0,5% (b/v)  0,5 gram dalam 100 ml sediaan
0,5% (v/v)  0,5 ml dalam 100 ml sediaan
g. Hindari penulisan dengan angka desimal (misal: 0,...; 0,0....; 0,00...)
4. a. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/ paten) yang
beredar di pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang
diminta harus ditulis.
Misalkan Tab. Primperan 5 mg atau Tab. Primperan 10 mg
b. Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari
sediaan jadi/ paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis,
Misal:
– Allerin exp. Yang volume 60 ml atau 120 ml
– Garamycin cream yang 5 mg/tube atau 15mg/tube
5. Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian subscriptio) dituliskan tidak
hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula officialis dan
spesialistis
Misal: m.f.l.a.pulv. No. X
Tab Antangin mg 250 X
Tab Novalgin mg 250 X
6. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian (bagian signatura)
a. Harus ditulis dengan benar
Misal: s.t.d.d. pulv. I.p.c atau s.p.r.n.t.d.d.tab.I

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
28 
 

b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian ”tapering up/down” gunakan


tanda s.u.c (usus cognitus = pemakaian sudah tahu). Penjelasan kepada pasien
ditulis pada kertas dengan bahasa yang dipahami.
7. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup
(untuk 1 R/) atau tanda pemisah di antara R/ (untuk > 2R/) dan paraf/ tanda
tangan pada setiap R/.
8. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan dan
tindasan.
9. Penulisan tanda Iter (Itteretur/ harap diulang) dan N.I. (Ne Iterretur/tidak boleh
diulang)
Resep yang memerlukan pengulangan dapat diberi tanda: Iter n X di sebelah
kiri atas dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak semua resep,
maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang.
Resep yang tidak boleh diulang, dapat diberi tanda: NI di sebelah kiri atas dari
resep untuk seluruh resep yang tidak boleh diulang. Bila tidak semua resep,
maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang.
10. Penulisan tanda Cito atau PIM
Apabila diperlukan agar resep segera dilayani karena obat sangat diperlukan
bagi penderita, maka resep dapat diberi tanda Cito atau PIM dan harus ditulis
di sebelah kanan atas resep.
2.4.4 Dosis obat dalam prescription
Dosis tepat sangat dibutuhkan supaya efek dari obat optimal dan resiko
efek samping sekecil mungkin. Besaran dosis terapi obat biasanya dicantumkan
dalam rentangan/ kisaran dosis, misalkan 250-500 mg. Rentangan dosis ini
menunjukkan kadar obat yang aman yang dapat diberikan dalam praktek
pengobatan. Bila dokter memberikan dosis di bawah/ di atas dosis rentangan,
maka dapat memberikan efek yang merugikan bagi pasien dan dapat
menimbulkan pertanyaan bagi apotik yang menerima resep tersebut.
Dosis obat dalam prescription adalah besarnya dosis per kali untuk pasien
dan mungkin dalam sehari dapat diberikan beberapa kali sesuai dengan frekuensi
pemberian yang tertulis di dalam resep. Penentuan dosis tersebut didapatkan dosis
terapi (dosis lazim) yang tercantum dalam literatur. Untuk dosis anak biasanya

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
29 
 

dicantumkan dengan misalnya 20-40 mg/kg BB/hari. Sehingga perlu adanya


penentuan dosis yang cermat bagi anak. Ada beberapa obat yang mencantumkan
dosis hanya untuk orang dewasa, sehingga bila obat itu akan diberikan kepada
anak maka perlu perhitungan dengan membandingkan dosis dewasa yang
menggunakan rumus (misalkan R. Clark, R. Young, dll)
2.4.5 Cara menghitung dosis anak
Ada beberapa cara dalam menghitung dosis anak. Untuk itu, dipilih yang
dapat menunjukkan pengetrapan dosis individual. Untuk obat-obat yang
mempunyai rentang terapi sempit, maka memerlukan ketelitian yang tinggi dalam
menentukan dosis untuk anak. Contoh: Hitunglah dosis Amoxycillin untuk anak
berumur 4 tahun dengan BB 17 kg
Diketahui: Dosis Amoxycillin anak di bawah BB 20 kg adalah 20-40 mg/kg BB/
hari diberikan dalam dosis terbagi tiap 6-8 jam.
Untuk dosis dewasa adalah 250-500 mg, diberikan tiap 6-8 jam.
Perhitungan:
1. Berdasarkan individual dengan ukuran fisik BB:
17 X (20-40) mg = 340- 780 mg/hari
Bila dipilih diberikan 3X sehari, maka dosis per kali pemberian = 113,33 -
226,67 mg
2. Berdasarkan dosis dewasa dengan rumus Clark
17/20 X (250-500) mg = 60,71 – 121,43 mg/kali
3. Berdasarkan dosis dewasa dengan rumus Young
4/16 x (250-500) mg = 62,5-125 mg/kali
4. Berdasarkan dosis dewasa dengan Tabel J.Hahn:
Anak 4 tahun, BB 13,0-16,3 kg = 23% dosis dewasa = 57,5-115 mg/kali
Hasil di atas menunjukkan bahwa cara perhitungan tersebut menghasilkan dosis
yang berbeda. Dengan mempertimbangkan kondisi penyakit dan kondisi
penderita, maka dokter dapat menentukan besarnya dosis per kali dan per hari
dalam resepnya. Misalkan diputuskan memberikan amoxycillin per kali 125 mg.
Bila frekuensinya 3 kali sehari, maka dosis per hari adalah 375 mg.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
30 
 

2.4.6 Formula Resep


Ada 3 formula dalam penulisan resep (magistralis, officinalis dan
spesialistis). Faktor yang diperhatikan dalam penentuan jenis formula yang akan
digunakan: 1) ketepatan dosis, 2) stabilitas obat terjamin, 3) kepatuhan pasien, 4)
kemudahan mendapatkan obat/ sediaan, 5) harga terjangkau
1. Formula Magistralis
Formula ini dikenal dengan resep racikan. Dalam hal ini, dokter selain
menuliskan bahan obat, juga bahan tambahan. Bahan tambahan yang
ditambahkan tergantung dari sediaan yang diinginkan. Oleh karena itu, penting
sekali diperhatikan sifat obat, interaksi farmasetik, macam bentuk sediaan dan
macam bahan tambahan yang dapat digunakan serta pedoman penulisan resep
magistralis.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam formula magistralis:
1. Bahan obat, sedapat mungkin menggunakan bahan baku. Penggunaan
sediaan jadi/paten (tablet, sirup, dll) sering menimbulkan masalah baik dalam
pelayanan (misalkan tidak dapat halus, tidak homogen, dan tidak stabil)
maupun kerasionalan terapi (antara lain perubahan formula sediaan, perubahan
bioaviabilitas obat, perubahan absorbsi, penurunan konsentrasi obat).
Pencampuran bahan yang lebih dari satu macam harus dipertimbangkan adanya
interaksi (farmasetik dan farmakologi) dan rasionalitas obat.
2. Bentuk sediaan yang dapat dipilih meliputi serbuk (pulveres dan pulvis
adspersorium), kapsul, larutan (solusio, infusa), suspensi, unguenta, cream dan
pasta.
3. Penentuan bahan tambahan (corrigen saporis, corrigen odoris, corrigen
coloris, dan constituent/vehiculum).
2. Formula Officinalis
Resep dengan formula ini berarti obat yang digunakan adalah obat generik dan
tersedia dalan sediaan generik (BPOM Depkes) atau sediaan standar baku
(Formularium Indonesia). Dengan menggunakan formula ini, berarti dokter
sudah tahu komposisi bahan aktif dan kegunaannya. Penulisan ini cepat dan
sederhana serta harganya lebih murah.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
31 
 

3. Formula Spesialistis
Resep yang ditulis dengan formula ini adalah obat paten dari pabrik obat.
Kadang pabrik obat membuat obat dengan berbagai sediaan, kekuatan, dan
kombinasi obat. Bila penulisan resep ini kurang jelas atau tidak lengkap dapat
mengakibatkan kesalahan dalam pelayanan di apotik.

Tabel 2.1 Singkatan Bahasa Latin Yang Sering Dipakai Dalam Resep

Singkatan Kepanjangan Arti


Aa Ana Sama banyak
a.c Anta coenam Sebelum makan
Ad Ad Sampai
Ad lib./ad libit Ad libitus Sesuka hati
Ad part.dolent Ad partes dolentes Pada bagian-bagian
yang sakit
Add Adde Tambahkan
Alt. dieb Alternis diebus Setiap dua hari
Alt. hor Alternis horis/ altera hora Setiap dua jam
a.m Ante meridiem Sebelum tengah hari
a.n Ante noctem Sebelum malam hari
Applic Applicatio Penggunaan, pemakaian
a.u.e (ad.us.ext) Ad usum externum Untuk obat luar
u.p Sum proprium Dipakai sendiri
m.i Mihi ipsi Dipakai sendiri
Aq.dest Aqua destilata Air suling
c Cum Dengan
C Cochlear, cibarium Sendok makan (15 ml)
C.th Cochlear theae Sendok teh (5 ml)
c.c Centrimetrum cubicum Senti meter kubik
caut Caute Hati-hati
comp Compositus Obat campuran

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
32 
 

conc Concentratus Konsentrasi


cr Cremor Krim
da ad lag Da ad lagenam Berikan dalam botol
da ad vitr Da ad vitrum Berikan dalam botol
da ad oll Da ad ollam Berikan dalam pot
da In oll Da in ollam Berikan dalam pot
d.c Durante coenam Sedang makan
d.c form Da cum formula Tuliskan dengan
resepnya
dur.dol Durante dolore Selagi sakit
d.d De die Sehari, setiap hari
s.d.d Smel de die Sekali sehari
b.d.d (b.i.d) Bis de/ in die Dua kali sehari
t.d.d (t.i.d) Ter de/ in die Tiga kali sehari
q.d.d (q.i.d) Quarter de/ in die Empat kali sehari
dext.et sin Dexter et sinister Kanan dan kiri
o.d./o.s Oculus dexter et oculus Mata kanan dan mata
sinister kiri
dil Dilutus Encer
d.t.d Da teles doses Berikan sebanyak dosis
tersebut
epith. Epithema Obat kompres
extend Extende Oleskan
extend.cr Extende crass Oleskan tebal-tebal (0,6
mm)
extende ter Extende termiter Oleskan tipis-tipis (0,2
mm)
ext s.alut Extende supra alutam Oleskan diatas kulit
lunak
ext s.cor Extende supra corium Oleskan diatas kulit
f Fac, fiat Buat, harap dibuat

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
33 
 

feb. dur Febri durante Sewaktu demam


fom Fomentum, fomenti Obat kompres (panas)
l.a Lege artis Cara semestinya (sesuai
aturan)
Filtr Filtra, filtretur Saring, harap disaring
g.,gm Gramma gram
gi.arab Gummi, arabicum gom arab (=acacia)
garg Gargarisma Obat kumur
gtt Guttae tetes
gtt. ad aur Guttae ad aures Obat tetes telinga
gtt. auric Guttaeauriculares Obat tetes telinga
gtt. nasal Guttae nasals Obat tetes hidung
gtt. ophth Guttae ophthalmicae Obat tetes mata
h Hora Jam
h.m Hora matutina Pagi hari
h.s Hora somni Sebelum tidur
h.v Hora vespertina Pada sore hari
haust Haustus Teguk sekaligus
i.m.m In manum medici Berikan ke tangan
dokter
i.c Inter cibos Antar dua waktu makan
Inf Infusun Air rebusan
Inj Injectio Obat suntik
Iter Iteretur Harap diulang
Iter 1x Iteretur 1x Harap diulang 1x
l.a Lege artis Cara semestinya
lc Loco pengganti
lit.or Litus oris Cairan untuk dioleskan
di mulut
loc.dol Locos dolens Tempat yang terasa
sakit

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
34 
 

lot Lotio Lotio (obat cair untuk


obat luar)
Liq. liquidus cair
m mane pagi
m.et.v Mane et vespere Pagi dan sore
merid Meridie Tengah hari
m misce, misceatur Campurlah, harap
dicampur
m.f misce fac Campir dan buatlah
m.f.l.a misce fac lege artis Campur dan buatlah
menurut cara
mg., mgm milligrama milligram
mixt mixtura campuran
m.i mihi ipsi Dipakai sendiri
muc.gi.arab mucilage gummi arabbici lender dari acacia
n. noctum malam
N.I ne iteretur Harap jangan diulang
Non. Rep non reperetir Harap jangan diulang
Non in lag. orig non in lagenam original Jangan dalam botol asli
o.h omni hora Tiap jam
o.b.h omni bihora Tiap 2 jam
o.t.h omni tri hora Tiap 3 jam
o.4h omni quarter hora Tiap 4 jam
o.m omni mane Tiap malam
o.n omni nocte
p.c post coenam Sesudah makan
PIM Periculum in mora Berbahaya jika ditunda
p.r.n Pro re nata Kalau perlu minum/
cairan yang digunakan
pot potio Untuk obat dalam
pulv pulvis Serbuk tunggal

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
35 
 

pulv pulveres Serbuk terbagi (puyer)


pulv. adsp pulvis adspersorius Tepung/ serbuk gosok
gigi
q.s quantum satis/ sulficit secukupnya
R/ recipe ambilah
rec.par recentus paratus Dibuat baru
s. signa Tandailah, tulislah
sol solutio Larutan
spir spiritus spiritus
steril sterilisatus Yang disterilkan
supp supposituria suposituria
supp.rect suppositoria rectal Suposituria rektum
syr syrup sirop
tab tabulae tablet
tct. (tinct) tinctura tinctuur
tuss tussis batuk
tuss.urg tussi urgente Jika batuknya amat
mengganggu
u.c usus cognitus Aturan pakai diketahui
u.n usus notus Aturan pakai diketahui
u.e usus externus Obat luar
u.p usum propium Dipakai sendiri
u.v Usus veterinarius Guna kedokteran hewan
ungt unguentum salep
ungt.ophth unguentum ophthalmice Salep mata
vesp vespere Senja hari
I unus satu
II duo dua
III tres tiga
IV quattour empat
V quinque lima

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
36 
 

VI sex enam
VII september tujuh
VIII october delapan
IX novem sembilan
X december sepuluh
XI uno december sebelas
XII duodecim duabelas
XX viginti duapuluh
XXX triginti tigapuluh
L quinquaginta Lima puluh
C centum seratus
D quingenti limaratus
M mille seribu

2.5 Medication Management and Use (MMU)/ Manajemen dan Penggunaan


Obat (MPO) sesuai Penerapan Akreditasi JCI
Dalam pengobatan simtomatik, preventif, kuratif dan paliatif maupun tata
kelola penyakit dan kondisinya, komponen yang penting adalah manajemen obat-
obatan. Manajemen ini meliputi sistem dan proses yang digunakan RSUP Sanglah
untuk menyediakan farmakoterapi bagi pasiennya.
Standar “Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)”, antara lain:
MPO 1 : Obat-obatan yang digunakan di dalam Rumah Sakit sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku dan diatur
untuk memenuhi kebutuhan pasien
MPO 2 : Pilihan obat-obatan yang tepat untuk peresepan atau
permintaan ada dalam persediaan atau dapat tersedia dengan
mudah
MPO 3 : Obat-obatan disimpan dengan baik dan aman
MPO 4 : Peresepan, permintaan, pemesanan dan penyalinan diatur
oleh kebijakan dan prosedur
MPO 5 : Obat-obatan disiapkan dan dibagikan dalam lingkungan yang
aman dan bersih

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
37 
 

MPO 6 : Rumah Sakit mengidentifikasi mereka yang memenuhi


kualifikasi dan diizinkan untuk memberikan obat-obatan
MPO 7 : Efek-efek obat-obatan pada pasien dipantau

Keterangan:
 MPO 1: Masalah pemilihan obat yang digunakan oleh RSUP Sanglah
dilakukan oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT). Obat-obatan telah
melewati serangkaian proses filtrasi berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan dan ditetapkan menjadi Formularium Rumah sakit dan akan
direvisi secara berkala.
 MPO 2: Masalah pengadaan obat dan alat kesehatan, dan reagensia
dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP). Pengadaan obat yang
tidak tercantum dalam formularium dapat dilakukan setelah mendapat
rekomendasi dari TFT dan disetujui oleh direksi.
 MPO 3: Masalah penyimpanan perbekalan farmasi hanya boleh diakses
oleh petugas farmasi. Perbekalan farmasi dan kondisi penyimpanannya
harus diperiksa secara berkala. Pasien tidak diperbolehkan membawa obat
dan perbekalan farmasi lainnya dari luar untuk dipergunakan selama
perawatan di RSUP Sanglah. Pada unit pelayanan yang tidak memiliki
Depo/ Satelit farmasi 24 jam, maka pelayanan farmasi dialihkan ke satelit
Depo/ Satelit farmasi 24 jam yang telah ditetapkan
 MPO 4: Masalah peresepan, antara lain:
1. Yang berhak menulis resep adalah staf medis purna waktu, dokter
tamu dan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) yang bertugas dan
mempunyai surat izin praktik di RSUP Sanglah
2. Penulisan resep harus melakukan penyelarasan obat (medication
reconciliation) sebelum menulis resep. Penyelarasan obat adalah
membandingkan antara daftar obat yang sedang digunakan pasien dan
obat yang akan diresepkan agar tidak terjadi duplikasi atau terhentinya
terapi suatu obat (omission).
3. Penulisan resep harus memperhatikan kemungkinan adanya kontra
indikasi, interaksi obat dan reaksi alergi.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
38 
 

4. Resep ditulis secara manual pada blanko lembar catatan pengobatan/


instruksi pengobatan dengan kop RSUP Sanglah yang telah dibubuhi
stempel Departemen/ Unit Pelayanan tempat pasien dirawat/ berobat,
atau secara elektronik dalam sistem informasi farmasi.
5. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan istilah dan
singkatan yang lazim atau yang sudah ditetapkan sehingga tidak
menimbulkan salah pengertian
6. Dokter harus mengenali obat-obat yang masuk dalam daftar Look Alike
Sound Alike (LASA) yang diterbitkan oleh Instalasi Farmasi, untuk
menghindari kesalahan pembacaan oleh tenaga kesehatan lain.
7. Obat yang diresepkan harus sesuai dengan Formularium RSUP
Sanglah Denpasar.
8. Jenis-jenis resep yang dapat dilayani: resep pertama pasien baru
masuk, resep regular, resep cito, resep pengganti emergensi, resep
dengan perlakuan automatic stop order.
9. Penulisan resep harus dilengkapi/ memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Nama pasien
b. Tanggal lahir atau umur pasien (jika tidak dapat mengingat tanggal
lahir)
c. Berat badan pasien (untuk pasien anak)
d. Berat badan dan tinggi badan untuk pasien yang perhitungan dosis
obatnya berdasarkan luas permukaan tubuh (Body Surface Area)
e. Nomor rekam medik
f. Nama dokter
g. Tanggal penulisan resep
h. Nama ruang pelayanan
i. Memastikan ada tidaknya riwayat alergi obat dengan mengisi
kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas lembar resep
manual atau secara elektronik dalam sistem informasi farmasi
j. Tanda R/ pada setiap sediaan
k. Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generik. Untuk obat
kombinasi ditulis sesuai nama dalam formularium, dilengkapi

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
39 
 

dengan bentuk sediaan obat (contoh: injeksi, tablet, kapsul, salep),


serta kekuatannya (contoh: 500 mg, 1 gram)
l. Jumlah sediaan
m. Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis/ bahan-bahan
obat (untuk bahan padat: mikrogram, miligram, gram) dan untuk
cairan: tetes, milliliter, liter.
n. Pencampuran beberapa obat jadi dalam satu sediaan tidak
dianjurkan, kecuali sediaan dalam bentuk campuran tersebut
telah terbukti aman dan efektif.
o. Penggunaan obat off label (penggunaan obat yang indikasinya di
luar indikasi yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI) harus berdasarkan panduan pelayanan medik yang
ditetapkan oleh Departemen/ Staf Medis Fungsional (SMF).
p. Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan pakai
jika perlu atau prn atau “pro re nata”, harus dituliskan dosis
maksimal dalam sehari dan indikasinya.
10. Perubahan terhadap resep/ instruksi pengobatan yang telah diterima
oleh apoteker/ asisten apoteker harus diganti dengan resep/ instruksi
pengobatan baru.
11. Resep/ instruksi pengobatan yang tidak memenuhi kelengkapan yang
ditetapkan, tidak akan dilayani oleh farmasi.
12. Jika resep/ instruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak jelas,
maka perawat/ Apoteker/ Asisten Apoteker yang menerima resep/
instruksi pengobatan tersebut harus menghubungi dokter penulis resep
sesuai dengan Standard Operating Procedures (SOP)
13. Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum
dalam rekam medik.
14. Kelanjutan terapi obat yang sempat dihentikan karena operasi atau
sebab lain harus dituliskan kembali dalam bentuk resep/ instruksi
pengobatan baru.
 MPO 5: Masalah penyiapan obat adalah proses mulai dari resep/ instruksi
pengobatan diterima oleh apoteker/ asisten apoteker sampai dengan obat

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
40 
 

diterima oleh perawat di ruang rawat untuk diberikan pada pasien rawat
inap, atau sampai dengan obat diterima oleh pasien/ keluarga pasien rawat
jalan dengan jaminan bahwa obat yang diberikan tepat dan bermutu baik.
Setiap obat yang disiapkan harus diberi label.
 MPO 6: Masalah pemberian obat kepada pasien adalah dokter atau
perawat yang sudah memiliki kompetensi dan mempunyai SIP. Pemberian
obat ke pasien harus diatur dalam SOP agar pemberian obat dapat
dilakukan dengan benar. Obat yang diberikan oleh residen/ PPDS-1
dibawah supervise dan tanggungjawab supervisor, kecuali obat-obat
khusus dan high alert. Obat sebelum diberikan pada pasien harus
diverifikasi oleh perawat/ dokter mengenai kesesuaian dengan resep/
instruksi pengobatan meliputi: nama obat, waktu dan frekuensi pemberian,
dosis, rute pemberian dan identitas pasien.
 MPO 7: Masalah pemantauan efek obat yang terdiri dari efek samping
obat dan kesalahan obat (medication error) harus dilakukan pada setiap
pasien. Semua petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan dan
melaporkannya ke TFT. Pelaporan dilakukan secara tertulis menggunakan
Formulir Laporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien RSUP Sanglah atau
formulir lain yang disepakati. Kesalahan obat harus dilaporkan 2x24 jam
setelah ditemukannya insiden. Pelaporan kesalahan obat dan
tindaklanjutnya diatur dalam SOP. Tipe kesalahan yang dilaporkan, antara
lain:
a. Kondisi Potensial Cedera (KPC, Reportable Circumstances)
b. Kondisi Nyaris Cedera (KNC=Near miss): terjadi insiden yang
belum terpapar ke pasien
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC= No Harm Incident): suatu kejadian
insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak menimbulkan
cedera
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD=Sentinel Event): suatu kejadian
insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien atau kriteria yang
ditetapkan oleh Tim Keselamatan Pasien RSUP Sanglah.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
41 
 

2.5.1 Standard Operating Prosedures (SOP) Penulisan Resep Yang Lengkap


Dan Aman
Prosedur
1. Dokter atau dokter gigi menuliskan resep dengan huruf yang jelas dan
lengkap dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Data yang diperlukan untuk identifikasi pasien secara akurat
b. Unsur-unsur resep
c. Nama generik atau paten yang diperlukan
d. Menyebutkan indikasi untuk resep dengan signa prn (pro re nata
atau jika perlu) dan frekuensinya
e. Memperhatikan prosedur untuk meresepkan obat dengan nama dan
rupa mirip (LASA Drug Name) atau yang memerlukan peringatan
khusus
f. Harus ada tindak lanjut jika resep obat tidak lengkap, tidak jelas
atau tidak terbaca minimal oleh dua orang yang berbeda
g. Jenis pesanan tambahan yang diijinkan, seperti pada keadaan
emergency automatic stop order dan setiap elemen yang
dipergunakan pada resep
h. Permintaan obat secara lisan atau melalui telepon dan proses untuk
melakukan verifikasi
i. Jenis resep yang mempertimbangkan berat badan seperti pada
pediatrik
2. Pastikan resep ditulis berorientasi safety dengan mengikuti kaedah-kaedah
sebagai berikut:
a. Penulisan kekuatan sediaan farmasi harus ada jarak antara angka
dan satuan. Tidak boleh ada titik dibelakang singkatan mg atau
mL.
Benar Salah
10 mg 10mg
100 mg 100mg

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
42 
 

b. Tidak boleh menulis desimal setelah angka/ bilangan bulat (2 mg


jangan ditulis 2,0 mg). Jika tanda koma tidak terbaca dapat
menimbulkan kelebihan dosis menjadi 20 mg.
c. Sebaliknya untuk bilangan kurang dari 1 (satu), harus diawali
dengan angka 0 di depan tanda koma (0,5 jangan ditulis ,5).
d. Jangan menyingkat kata unit. Tulisan U besar atau u kecil dapat
terlihat seperti angka 0 atau 4 dan dapat menyebabkan kesalahan
(overdosis).
e. IU bukan singkatan yang aman untuk International Unit, karena
tulisan IU mirip dengan IV. Sebaliknya tulis secara lengkap
menggunakan International Unit atau Unit International atau
singkatan Int.Unit atau Unit Int.
f. Penulisan nama obat jangan menggunakan nama kimia, misalnya
6-mercaptopurine atau 6-thioguanine. Dapat terjadi overdosis 6
(enam) kali jika yang dianjurkan adalah mercaptopurine atau
thioguanine saja.
g. Jangan menyingkat nama obat. Misalnya MTX, AZT, CPZ, 5-FU
dan lain sebagainya, karena hal tersebut dapat menimbulkan
kesalahan interpretasi.
h. Jangan menyingkat microgram dengan µg, sebaiknya gunakan
singkatan mcg karena memperkecil kemungkinan terjadinya
kesalahan interpretasi.
i. Untuk pasien rawat jalan, resep yang ditulis adalah resep lengkap.
Resep yang lengkap dapat menghindari dokter, apoteker dan atau
pasien membuat kesalahan sehingga tidak perlu melakukan
klarifikasi. Resep yang dapat diterima harus berisi:
1) Nama lengkap pasien
2) Umur pasien untuk pasien pediatri atau geriatrik (atau berat
badan jika dibutuhkan)
3) Nama obat, bentuk sediaan, dan kekuatan
4) Jumlah obat yang diminta
5) Instruksi lengkap untuk pasien, termasuk tujuan pengobatan

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
43 
 

2.6 Plan, Do, Check, Act (PDCA)


Menurut W. Edwards Deming, PDCA merupakan suatu konsep
manajemen untuk memperbaiki quality improvement (QI). Arti umumnya adalah
usaha yang difokuskan pada suatu kegiatan responsif terhadap kebutuhan untuk
meningkatkan mutu kesehatan. Hal ini mengacu pada upaya terus menerus dan
berkelanjutan (continuous improvement) untuk mencapai perbaikan yang terukur
dalam efisiensi, efektivitas, kinerja, akuntabilitas, hasil dan indikator lain dalam
mutu pelayanan untuk mencapai kesetaraan dan peningkatkan kesehatan.
PDCA didasarkan pada “Shewhart cycle” selama 60 tahun sudah teruji
secara relevan di dunia kesehatan untuk mencapai peningkatan mutu dalam
menyelesaikan masalah kesehatan. Sebelum memulai proses PDCA, penting
sekali untuk menyusun tim yang berpartisipasi untuk mengembangkan rencana
komunikasi tentang usaha tersebut.
Siklus PDCA umumnya digunakan untuk mengimplementasikan
perubahan-perubahan dalam memperbaiki kinerja produk, proses atau sistem.
Gambar 2.1: Cycle PDCA

4. Act  1. Plan

3. Check  2. Do 

Sumber: Borris Steven, 2012


Penjelasan tahap-tahap dalam siklus PDCA antara lain: (Borris Steven, 2012,
Muninjaya, 2012)
1. Fase Perencanaan (Plan)
Merencanakan, menetapkan spesifikasi atau standar mutu yang baik,
pengendalian mutu dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan
2. Fase Melakukan rencana (Do)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
44 
 

Mengimplementasikan rencana secara bertahap dengan cara pembagian


tugas secara merata. Selama melaksanakan rencana harus melakukan
pengendalian, yaitu berupaya renaca dilakukan sebaik-baiknya agar
sasaran dapat tercapai.
3. Fase Pengecekan (Check)
Memeriksa dan meneliti apakah pelaksanaannya berada dalam jalur yang
sesuai dengan rencana. Membandingkan mutu hasil produksi dengan
standar yang telah ditetapkan kemudian ditelaah penyebab kegagalan.
4. Fase Aksi (Act)
Penyesuaian berkaitan dengan standar baru untuk menghindari timbulnya
masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan
berikutnya
Sistem Delapan Langkah Pemecahan Masalah:
Plan :
1. Mencari masalah utama
2. Mencari penyebab-penyebab
3. Menentukan penyebab-penyebab yang sangat berpengaruh
4. Menyusun rencana penanggulangan dan menetapkan sasaran
Do :
5. Melaksanakan rencana
Check :
6. Evaluasi hasil penanggulangan
Act :
7. Membuat standar
8. Memecahkan masalah berikutnya
Pengendalian mutu harus dilakukan melalui proses yang terus menerus
dan berkesinambungan. Proses pengendalian mutu tersebut dapat dilakukan satu-
satunya dengan melalui penerapan PDCA.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

BAB 3
PROFIL RUMAH SAKIT

3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit


3.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar adalah salah satu rumah
sakit pendidikan di wilayah Indonesia Timur. Salah satu keunggulan utama rumah
sakit pendidikan adalah kemampuan menemukan nilai-nilai kedokteran berbasis
bukti (evidence based medicine) yang kemudian dipakai dalam penentuan cara
standar diagnosis dan penatalaksanaan penyakit. Tercapainya standar dalam
penanganan penyakit ini juga diperlukan dalam perkembangan mutu pelayanan
dunia kedokteran sekarang ini, untuk mampu menjamin pelayanan bermutu
kepada penderita dengan dasar ilmiah yang kuat (Aditama TY, 2010).
Akreditasi Internasional standar JCI (Joint Commission International
Accreditation) adalah suatu pengakuan kepada rumah sakit menjadi upaya
pemantauan secara berkelanjutan dan indikator dalam rangka mewujudkan
pelayanan yang bertaraf international (Keputusan Direktur Utama RSUP Sanglah,
2012). RSUP Sanglah mulai terakreditasi International sejak 24 April 2013.
Adanya mahasiswa dan residen membuat rumah sakit menjadi public good
yang berpengaruh positif karena akan terlaksananya pelayanan kesehatan yang
bermutu sesuai standar perguruan tinggi. Memang mudah saja mengatakan bahwa
rumah sakit pendidikan harus didukung (Aditama TY, 2010).
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 167 /Menkes/
Per /XII 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat,
maka RSUP Sanglah Denpasar adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan dan dipimpin
oleh seorang kepala yang disebut Direktur Utama.

3.1.2 Visi dan Misi Rumah sakit


Visi : Menjadi Rumah Sakit Indonesia kelas dunia untuk mewujudkan
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan

45 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
46 
 

Misi :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna,
bermutu dan berkeadilan untuk seluruh lapisan masyarakat
2. Menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan yang
profesional dan nasionalis.
3. Menyelenggarakan penelitian dalam bidang kesehatan

Sasaran
1. Terciptanya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan
berdaya guna Terciptanya pelayanan rumah sakit kelas dunia.
2. Terselenggaranya pendidikan dokter umum, dokter spesialis
disemua SMF/Bagian dan tenaga kesehatan lainnya.
3. Terselenggaranya penelitian kesehatan yang berkualitas,
terdokumentasi dan dipublikasikan ke seluruh dunia.

Falsafah
Menjunjung Tinggi Harkat dan Martabat Manusia Dalam Bidang
Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian.

Tujuan
Tercapainya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan
berdaya guna, dalam rangka mewujudkan pelayanan rumah sakit
yang berkelas dunia agar tercapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya

Kebijakan Mutu
Pelayanan yang holistik dan paripurna dengan mengutamakan
kepuasan pelanggan, aman dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
47 
 

Motto

Kepuasan Anda Kebahagiaan Kami

9 Keyakinan Dasar Pegawai


1. Rumah Sakit Sanglah adalah rumah kita.
2. Kepentingan pasien adalah yang utama.
3. Sinergi pelayanan, pendidikan dan penelitian.
4. Insan pembelajar.
5. Insan profesional.
6. Insan panutan.
7. Tat Twam Asi.
8. Bekerja dalam tim.
9. Mempersembahkan kinerja terbaik.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
48 
 

3.1.3 Struktur Organisasi RSUP Sanglah Denpasar


Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSUP Sanglah Denpasar

Sumber: Bagian SDM RSUP Sanglah, 2013

3.1.4 Sumber Daya Manusia RSUP Sanglah


Pegawai yang bertugas di RSUP Sanglah, selain merupakan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) Kementerian Kesehatan juga terdapat PNS dari Kementerian
Pendidikan Nasional mengingat RSUP Sanglah merupakan rumah sakit
pendidikan. Selain itu terdapat non PNS baik honor maupun kontrak juga yang
berstatus Pegawai Tidak Tetap (PTT) yaitu dokter umum yang bertugas sebagai
dokter Brigade Siaga Bencana (BSB).

3.2. Gambaran Umum Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
(IFRS)
3.2.1 Sejarah Instalasi Farmasi RSUP Sanglah
Instalasi Farmasi RSUP Sanglah telah ada sejak berdirinya RSUP Sanglah
yang diresmikan pada tanggal 30 Desember 1959. Kegiatan yang berkembang
pada saat itu adalah kegiatan memproduksi sendiri beberapa sediaan farmasi

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


49 
 

disamping melayani resep obat pasien rawat inap dan rawat jalan. Adapun
beberapa jenis sediaan farmasi yang diproduksi pada saat itu meliputi 2-4 Zalf ,
Solutio Lugoli, Instrumen Floistop, Obat Batuk Hitam dan beberapa jenis obat
lainnya.
Pada tahun 1959 Bagian Farmasi bernama Pengawas Obat-obatan Seluruh
Wilayah Nusa Tenggara. Kemudian pada tahun 1961 baru berubah menjadi
Instalasi Farmasi sampai saat ini. Pada tahun 1980 CSSD menjadi bagian dari
Instalasi Farmasi yang sebelumnya menjadi bagian dari kamar operasi. Tetapi
pada tahun 1995 CSSD berdiri sendiri terpisah dengan Instalasi Farmasi dengan
nama Instalasi Sterilisasi Sentral (SK Men Kes RI No.1133 tahun 1993 tentang
RS Swadana).
Sejak tahun 2002 dengan Surat Keputusan Direksi RSUP Sanglah No.
HK.00.06.A2.1760 tertanggal 26 Pebruari 2002, Instalasi Farmasi untuk pertama
kalinya dipercaya untuk mengelola perbekalan farmasi yang digunakan oleh
pasien di kamar operasi, disamping kegiatan pengelolaan barang medis
(perbekalan farmasi) habis pakai. Pada tanggal 1 Januari 2003 Instalasi Farmasi
mulai melayani kebutuhan atau resep obat untuk peserta Askes Rawat Inap.
Setahun kemudian tepatnya pada tahun 2004 mulai dilaksanakan pilot projek One
Unit Dose Dispensing (OUDD) atau One Daily Dose Dispensing ( ODDD ) di
Ruangan Sanjiwani, Mahotama , Wijaya Kusuma dan Flamboyan. .
Pada tanggal 1 Januari 2005 pemerintah menetapkan pemberlakuan
program asuransi kesehatan untuk pasien miskin (Askeskin). Instalasi Farmasi
ditunjuk sebagai pengelola pelayanan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan
oleh pasien dengan status cara bayar Askeskin yang ada di RSUP Sanglah.
Program ini kemudian berubah nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas).
Pada tahun 2007 mulai ada Apoteker yang bertugas di ruangan Gandasturi
sebagai langkah lanjutan dari implementasi pelayanan farmasi klinik setelah
sebelumnya ada keterlibatan Apoteker di Pelayanan Rumatan Methadon dan
klinik VCT (Voluntary Counseling Test).
Untuk tahun 2010 telah dilakukan perbanyakan titik layanan Instalasi
Farmasi dengan jalan membuka Depo Farmasi Jamkesmas di IGD (Instalasi

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
50 
 

Gawat Darurat). Disusul pada tahun 2008 telah dibuka Depo Farmasi yang
melayani Pasien Jamkesmas Rawat Jalan, yang berlokasi menempel dengan
Apotek KPN Kamadhuk. Pada bulan Februari 2010 dibuka Depo Farmasi
Angsoka yang khusus melayani pasien rawat inap ruang Angsoka. Sejak bulan
Juni 2010 Instalasi Farmasi juga mengelola perbekalan farmasi untuk pasien
Askes Rawat jalan yang dilayani di IGD.
Sejak awal tahun 2011 mulai dioperasikan alat Automatic Tablet
Dispensing and Packaging System (ATDPS). Alat ini sangat membantu
medicationsafety pada dispensing satge dan mendukung kegiatan Unit Dose
Dispensing (OUDD). Pada tahap awal pemanfaatan alat ini diperuntukkan kepada
pasien yang dirawat di Ruang Angsoka I, II dan III. Tetapi pada tahun 2012,
cakupan pemanfaatan alat ini diperluas dengan digunakannya pula untuk pasien
Askes.
Dispensing sediaan farmasi khusus mulai dilaksanakan pada tahun 2012,
seiring dengan ketentuan yang ditetapkan oleh JCI, dimana pengenceran elektrolit
pekat harus dilakukan di Instalasi Farmasi, kecuali untuk pasien yang dirawat di
IGD dan Ruang Intensif. Pengenceran elektrolit pekat dilakukan di Instalasi
Farmasi sejak awal tahun 2012 dan Penanganan obat kanker dilakukan di Instalasi
Farmasi sejak bulan Oktober 2012.
Formularium Obat Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah merupakan daftar
obat baku yang dipakai oleh rumah sakit yang dipilih secara rasional dan
dilengkapi penjelasan, sehingga merupakan informasi obat yang lengkap untuk
pelayanan medik rumah sakit dan masing-masing ruangan serta SMF telah
mendapatkannya.
Instalasi Farmasi rumah sakit adalah suatu bagian dari rumah sakit di
bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas
seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian (Siregar, 2004).

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
51 
 

3.2.2 Visi dan Misi Instalasi Farmasi


3.2.2.1 Visi :
Menjadi Instalasi Farmasi kelas dunia untuk mewujudkan masyarakat sehat
yang mandiri dan berkeadilan
3.2.2.2 Misi :
1. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang paripurna, bermutu dan
berkeadilan untuk seluruh lapisan masyarakat
2. Menyelenggarakan pendidikan tenaga kefarmasian yang profesional dan
nasionalis
3. Menyelenggarakan penelitian dalam bidang kesehatan khususnya dalam
bidang kefarmasian
3.2.2.3. Falsafah
Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia melalui pelayanan,
pendidikan dan penelitian kefarmasian
3.2.2.4. Tujuan
Terciptanya tata kelola Instalasi Farmasi yang berhasil guna dan berdaya guna,
dalam rangka mewujudkan pelayanan kefarmasian berkelas dunia agar tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
3.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi
3.2.3.1 Tugas Pokok
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
3. Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
52 
 

3.2.3.2 Fungsi
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi.
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah
sakit
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
rumah sakit.
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan.
a. Mengkaji Intruksi pengobatan/ resep pasien
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan.
d. Memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga
g. Melakukan pencampuran obat suntik
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
i. Melakukan penanganan obat kanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
l. Melaporkan setiap kegiatan.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
53 
 

3.2.4 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi


Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Sanglah

DIREKTUR MEDIK &


KEPERAWATAN

KEPALA
INSTALASI FARMASI

PELAYANAN
PENGELOLAAN MANAJEMEN ADMINISTRASI
PENGELOLAAN FARMASI
MUTU INSTALASI
PERBEKALAN KLINIK FARMASI
DEPO FARMASI

PERENCANAA KONSULTAN MONITORING TU / SDM


PERENCANAA N& OBAT
N& PENYIMPANA & EVALUASI
PENYIMPANAN N
SATELIT
FARMASI

(KIMIA FARMA)

DISTRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN KEUANGAN

PELAYANAN
SATELIT PASIEN
FARMASI
MONITORING
EFEK
SAMPING
PELAPORAN
OBAT

Sumber: Instalasi Farmasi RSUP Sanglah, 2013

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
54 
 

3.2.5 Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi


Tabel 3.1 Data Ketenagaan Instalasi Farmasi Tahun 2012
No Uraian Tahun 2012 Keterangan
1 MENURUT GOLONGAN
GOLONGAN IV 5
GOLONGAN III 31
GOLONGAN II 6
GOLONGAN I 0
JUMLAH 42
2 MENURUT PENDIDIKAN
S3 0
S2 2
S1 17
SARJANA MUDA/D3 4
SLTA 68
SLTP 0
SD 0
JUMLAH 91
MENURUT JENIS
3
TENAGA
A.Tenaga Honor
Paramedis
0
Keperawatan
Paramedis Non
5
Keperawatan
Apoteker 2
Non Medis 3
Satpam 0
B. Tenaga Kontrak
Paramedis
0
Keperawatan

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
55 
 

Paramedis Non
26
Keperawatan
Apoteker 4
Non Medis 8
Satpam 0

3.2.5 Sarana dan Prasarana Instalasi Farmasi


3.2.5.1 Alat Medik di Instalasi Farmasi
Tabel 3.2 Data jumlah alat medis di instalasi farmasi 2012
No Nama/Jenis J Umur Ka Kondisi Ijin Sertifikat
Peralatan u pa Operasio Kalibrasi
Medik m sit nal
la 0≤5 5≤10 ≥10 as Baik Rusak Ada Ti Ada Ti
h th th th Ra Rin Ber da da
ta gan at k k

1 Timbangan 3 V V V V
mg
2 Timbangan 1 V V V V
gram
3 Mortir 3 V V V V
4. Medicine 3 V V V V
Refrigator
5 Blender 1 V V V V
6 ATDPS 1 V V V V
7 Cytogard 1 V V V V

3.2.5.2 Gedung Instalasi Farmasi


Gedung Instalasi Farmasi yang ada saat ini terdiri dari :
 Gedung Induk Instalasi Farmasi
 Gudang Medis
 Pelayanan Farmasi Kamar Operasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD),
Wing International dan Instalasi Bedah Sentral

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
56 
 

 Pelayanan Farmasi IGD


 Pelayanan Farmasi rawat Inap Angsoka
 Pelayanan Farmasi Rawat Jalan
 Ruang Produksi dan Gudang Askes, Jamkesmas dan Farmasi B

3.2.6 Standard Operating Procedures (SOP) Instalasi Farmasi


1. Identifikasi kebutuhan dan masalah yang berhubungan dengan obat
pasien yaitu menilai kelengkapan administratif dan melakukan
penilaian kebutuhan pasien yang berhubungan dengan obat.
2. Memastikan kelengkapan resep dokter meliputi identitas pasien
(nama, umur), nama obat, kekuatan dosis, cara penggunaan, tanda
tangan atau paraf dokter, tanggal penulisan resep
3. Menghitung kesesuaian dosis antara pasien dan diagnosa penyakit
pasien.
4. Menilai kemungkinan adanya interaksi antar obat, obat dengan
makanan, obat dengan penyakit, penyalahgunaan obat, pasien
alergi dan efek samping yang potensial
5. Berkomunikasi secara profesional dengan penulis resep dan pasien
jika terjadi penyimpangan untuk dicari kesepakatan demi
kepentingan pengobatan pasien.
6. Melakukan dokumentasi semua tindakan profesi yang telah
dilakukan.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
BAB 4
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP,
DEFINISI OPERASIONAL

4.1 Kerangka Teori


Manajemen dan organisasi yang baik akan mempunyai tujuan optimal dan
dapat diwujudkan, pemborosan terhindari, dan semua potensi yang dimiliki akan
lebih bermanfaat. Seperti yang dikatakan oleh G.R.Terry
Management is a distinct process consisting of planning, organizing,
actuating, and controlling performed to determine and accomplish stated
objectives by the use of human being and other resources.
Artinya: Manajemen adalah suatu proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. (Hasibuan, 2007)
Kegiatan pelaksanaan program menjaga mutu terdiri atas menetapkan
masalah mutu pelayanan yang diselenggarakan, menetapkan penyebab masalah
mutu pelayanan kesehatan, melaksanakan cara penyelesaian masalah mutu
pelayanan dan menilai hasil yang dicapai serta menyusun saran-saran untuk tindak
lanjut. Kegiatan-kegiatan tersebut saling berhubungan dan identik dengan siklus
pemecahan masalah. Memecahkan masalah adalah melakukan perubahan dengan
tujuan asuhan dan layanan kesehatan di rumah sakit menjadi sempurna.
Dalam melaksanakan kegiatan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
harus secara sistematis menggunakan prinsip kerja sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah
2. Menetapkan penyebab masalah
3. Merencanakan dan menyiapkan cara atau program untuk intervensi
masalah (PLAN)
4. Melakukan intervensi (DO)
5. Evaluasi (CHECK)
6. Menyempurnakan hasil intervensi (ACTION)

  57 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
58 
 

PDCA sangatlah cocok digunakan untuk masalah kecil dalam kegiatan


continues improvement untuk memperpendek siklus kerja, menghapuskan
pemborosan di tempat kerja dan produktivitas
Kegiatan pengendalian mutu atau peningkatan mutu pada dasarnya
menerapkan prinsip PDCA (Deming’s Cycle). Sistem ini sering dikenal dengan
nama “Delapan Langkah Pemecahan Masalah”
Proses PDCA pada manajemen dibuat dan dilaksanakan untuk:
 Sebagai Model Improvement Berkelanjutan (Continuous Improvement)
 Awal sebuah proyek perbaikan (Improvement Project) agar dapat
mempercepat respon internal dan eksternal
 Pengembangan Proses, Produk, Jasa Pelayanan yang Baru
 Pendefinisian Proses Kerja yang berulang
 Implementasi sebuah perubahan
 Pengumpulan data analisis untuk verifikasi dan penentuan prioritas akar
masalah agar dapat terlaksananya tertib administrasi dan tertib
terdokumentasi.
4.2 KERANGKA KONSEP
Atas dasar kerangka teori, maka tersusun kerangka konsep sebagai berikut:
Gambar 4.1 Kerangka konsep (Boris Steven, 2012) Telah Diolah Kembali

Peranan Atasan Langsung

Peranan Petugas

Peranan Sarana dan Dana


Act Plan

Prescription
Peranan Kriteria Laporan Error
Check Do

Peranan Umpan Balik

Peranan Koordinasi

    Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
59 
 

Agar prescription error menurun maka dilakukan suatu sistem


manajemen dengan menggunakan model Plan-Do-Check-Act. Tujuannya adalah
untuk menghasilkan satu bentuk pencatatan dan pelaporan yang baik dan bernilai
dalam meningkatkan mutu rumah sakit. Prescription error merupakan suatu data
yang masih “mentah” menjadi suatu bentuk informasi tertulis yang berupa
pencatatan dan pelaporan berpengaruh terhadap manajemen. Pada akhirnya
berdampak pada mutu manajemen.
4.3 Definisi Operasional
4.3.1 Variabel Independen
1. Peranan Atasan Langsung yaitu merencanakan, mengorganisir dan
memikirkan keputusan, kebijakan apa yang ditempuh untuk mencapai
tujuan. Yang bertindak adalah Direktur Medik & Keperawatan, Kepala
Bidang Pelayanan Penunjang, Komite Medik dan Komite Farmasi dan
Terapi/ Instalasi Farmasi. Variabel atasan langsung terdiri dari sub
variabel pemberi petunjuk, pemberi sanksi/ teguran, pemberi penghargaan,
mengikut sertakan didalam rapat, memeriksa ulang hasil laporan. Dinilai
baik apabila atasan langsung memberikan petunjuk cara pengisian
kelengkapan resep sesuai pedoman implementasi standar JCI fokus
“MPO”. Dinilai baik apabila atasan langsung pernah memberikan teguran
dalam bentuk lisan/ peringatan, sanksi tertulis, pengurangan insentif dan
lain-lain. Mengikut sertakan dalam rapat artinya rapat khusus yang
berhubungan langsung dengan tugas pencatatan pelaporan rumah sakit.
Dinilai baik apabila didalam rapat tersebut petugas diberi kesempatan
berpartisipasi aktif.
Cara ukur: Pedoman wawancara, telaah dokumen
2. Peranan Petugas adalah petugas pencatatan pelaporan kelengkapan resep
di rawat inap ruang Angsoka yang berada disetiap unit kerja didalam
lingkungan RSUP Sanglah. Yang bertindak adalah Kepala Rawat Inap dan
Apoteker/ Asisten Apoteker. Pendidikan formal termasuk kriteria baik
apabila mempunyai pendidikan setingkat SMK khusus farmasi atau lebih.

    Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
60 
 

Dinilai baik apabila tidak mempunyai tugas rangkap bekerja di depo


farmasi R.Angsoka didalam menjalankan tugas sehari-hari.
Cara ukur: pedoman wawancara, telaah dokumen
3. Peranan sarana dan dana merupakan peranan yang terlibat secara langsung
(direct) dengan prescription error yang bertindak DPJP dan PPDS-1.
Terdiri dari variabel peranan sarana dari kelengkapan Kartu Instruksi Obat
(KIO), tempat penyimpanan. Variabel peranan dana terdiri dari insentif.
Kelengkapan KIO dinilai baik apabila tersedia kecukupan tempat dalam
menulis kelengkapan resep pada KIO sesuai implementasi standar JCI
fokus “MPO”. Tempat penyimpanan dinilai baik apabila mempunyai
tempat penyimpanan tersendiri berupa lemari atau rak. Insentif dinilai baik
apabila petugas mendapat insentif diluar gaji pokok dan berhubungan
dengan tugasnya dalam pencatatan berupa kelengkapan penulisan resep.
Cara ukur: pedoman wawancara, telaah dokumen peresepan, observasi
4. Peranan Kriteria Laporan adalah tentang pemahaman dan pelaksanaan JCI
fokus ‘MPO’ di rawat inap R.Angsoka. Jumlah kelengkapan penulisan
resep dinilai baik apabila dapat menyebutkan tidak pernah diingatkan oleh
perawat, diberi catatan kecil atau ditelpun bagian depo farmasi ruang
Angsoka. Jadwal pengiriman resep ke depo farmasi dinilai baik apabila
dapat menyebutkan dengan tepat kapan jam pengiriman resep ke depo
farmasi ruang Angsoka. Yang bertindak adalah Apoteker/ Asisten
Apoteker
Cara ukur: pedoman wawancara, telaah dokumen
5. Peranan Umpan Balik merupakan salah satu alat evaluasi dan dapat
berupa, kunjungan supervisi, surat atau pemanggilan SDM yang
berhubungan ketidaklengkapan peresepan. Yang bertindak adalah Direktur
Medik & Keperawatan, Kepala Bidang Pelayanan Penunjang, Komite
Medik. Ada tidaknya umpan balik dinilai baik apabila ada umpan balik
dari ketidaklengkapan peresepan. Supervisi dinilai baik apabila dilakukan
sebulan sekali mengsosialisasikan kelengkapan peresepan. Pemberian
catatan kecil atau menelpon SDM dinilai baik apabila ada bentuk catatan

    Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
61 
 

kecil atau pernah ditelpon depo farmasi ruang Angsoka ke SDM bila ada
kekurang lengkapan penulisan resep.
Cara ukur: pedoman wawancara, telaah dokumen
6. Peranan Koordinasi bertujuan untuk membina hubungan kerja dan
keserasian aktifitas diantara unit-unit kerja yang ada, sehingga keseluruhan
aktifitas dalam organisasi benar-benar terarah dan terintegrasi kepada
tujuan organisasi. Yang bertindak adalah Kepala rawat inap R.Angsoka,
Apoteker/ Asisten apoteker. Peranan koordinasi dalam penelitian ini
adalah rapat-rapat secara berkala, briefing, rapat kerja dan sejenisnya yang
diselenggarakan oleh pihak rumah sakit atau unit-unit kerja.
Cara ukur: pedoman wawancara, telaah dokumen, notulen rapat
4.3.2 Variabel Dependen
Prescription error sebagai variabel dependen berupa data “mentah”
dari depo farmasi rawat inap ruang Angsoka setiap bulan, sehingga berdasarkan
informasi tersebut dapat diambil tindakan selanjutnya oleh pihak manajemen.
Definisi operasional dari prescription error adalah kelengkapan
penulisan resep yang sesuai dengan pedoman implementasi standar JCI fokus
“MPO” di rawat inap ruang Angsoka RSUP Sanglah. Terdiri dari: paraf dokter,
bentuk sediaan, dosis, aturan pakai.

    Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

BAB 5
METODOLOGI PENELITIAN

5.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
PDCA melalui studi kasus prescription error, yaitu melakukan pembahasan atau
permasalahan yang dihadapi depo farmasi Ruang Angsoka pada pendekatan
berbasis proses dengan sistem PDCA. Alasan menggunakan pendekatan ini adalah
permasalahan yang diteliti adalah kondisi pada depo farmasi Ruang Angsoka,
yang khusus menangani pelayanan farmasi di rawat inap Ruang Angsoka masih
didapatkan prescription error yang cukup tinggi. Maka penulis menggunakan
sistem PDCA untuk melihat secara langsung bagaimana penerapan teori-teori
yang ada di dalam kondisi nyata. Data kualitatif berupa data primer yang
diperoleh dari hasil wawancara mendalam (indepth interview) kepada sumber
informan atau informan yang berwenang dan kompeten dalam memberikan
informasi terkait. Data sekunder diperoleh dengan telaah kelengkapan penulisan
resep setiap bulan dari depo farmasi Ruang Angsoka, dokumen standard JCI,
notulen rapat, SOP.

5.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah,
Denpasar. Adapun kegiatan penelitian dilaksanakan Januari 2014 – Maret 2014.

5.3 Sumber Informasi (Informan) Penelitian


Sebagai sumber informasi atau informan dalam penelitian ini adalah sesuai
dengan data yang dibutuhkan untuk menganalisis manajemen fokus “Manajemen
dan Penggunaan Obat” di rawat inap Ruang Angsoka. Informan penelitian
diyakini terkait langsung maupun tidak langsung, termasuk :
1. Direktur Medik dan Keperawatan
2. Kepala Bidang Pelayanan Penunjang
3. Komite Medik
4. Komite Farmasi dan Terapi/ Instalasi Farmasi

62 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
63 
 

5. Kepala bidang perawatan rawat inap Ruang Angsoka terdiri dari 2 informan
a) Kabag rawat inap Ruang Angsoka 1
b) Kabag rawat inap Ruang Angsoka 2
6. DPJP rawat inap Ruang Angsoka terdiri dari 2 informan
a) DPJP SMF Kardiologi
b) DPJP SMF Interna
7. PPDS-1 yang bekerja di rawat inap Ruang Angsoka terdiri dari 4 informan
a) PPDS-1 Interna 2 informan
b) PPDS-1 Bedah 2 informan
8. Apoteker/ asisten apoteker yang bekerja di rawat inap Ruang Angsoka terdiri
dari 3 informan
a) Apoteker 1 informan
b) Asisten apoteker 2 informan

5.4 Pengumpulan Data


5.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber
data primer dan teknik pengumpulan data dengan metode:
1. Wawancara atau interview yaitu berupa wawancara mendalam terstruktur
dengan memakai pedoman wawancara. Peneliti telah menyiapkan daftar
pertanyaan sebagai panduan wawancara agar tidak menyimpang.
2. Dokumentasi yaitu berupa telaah dokumen penulisan resep yang terkait
dengan data yang ingin dicari yang berhubungan dengan masalah
penelitian sesuai standar JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’.
Dokumen yang akan dilihat adalah standar JCI fokus ‘Manajemen dan
Penggunan Obat’, SOP, laporan kegiatan, notulen rapat.
3. Observasi dilakukan dengan melihat dan mengumpulkan resep/ hari
selama 6 hari kerja di tempat bekerja responden. Kegiatan ini untuk
melengkapi data-data yang telah didapat.
5.4.2 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan seijin dari Ketua Litbang dan
Direktur SDM RSUP Sanglah Denpasar. Data sekunder berupa telaah dokumen

    Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
64 
 

penulisan resep sesuai standard JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’
yang dikumpulkan dari bagian farmasi, SOP, notulen rapat yang didapat dari unit/
bagian terkait. Data primer berupa hasil wawancara mendalam kepada sumber
data atau informan yang terkait. Pengumpulan data ini dapat berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan jalannya proses penelitian.
Sumber data dipilih menurut prinsip:
1. Kesesuaian (appropriate): mengerti dan memahami teknik penulisan resep
sesuai pedoman implementasi standard JCI fokus “Manajemen dan
Penggunaan Obat”
2. Kecukupan (adequacy): bila informasi tentang pedoman implementasi
standard JCI fokus “Manajemen dan Penggunaan Obat” mencukupi akan
berhenti

5.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Data primer maupun data sekunder yang telah terkumpul dilakukan
reduksi data, dilanjutkan dengan menampilkan data/ display data, kemudian
selanjutnya dilakukan analisis untuk memperoleh kesimpulan (Mukthar, 2013).
Prosedur yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2012):
1. Membuat matriks sesuai dengan kerangka konsep
2. Membuat rangkuman dari hasil wawancara, pengisian instrumen penulisan
resep sesuai standard JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ dan
pengamatan langsung hasil telaah dokumen sesuai dengan kerangka
konsep
3. Mengkategorisasikan dan menyajikan data sesuai dengan kerangka konsep
4. Melakukan content analysis atau analisa isi
5. Mengambil kesimpulan dari hasil penelitian
6. Melakukan validasi dengan triangulasi data
Dengan menggunakan matriks data dikelompokkan untuk kelompok yang
sama. Kemudian data dievaluasi untuk melihat kesesuaian antara kerangka teori
yang telah dibuat dengan kondisi yang ditemukan di lapangan.

    Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
65 
 

5.6 Validitas Data


Dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),
transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability
(obyektivitas) (Sugiyono, 2012)
1. Data dari informan dicatat langsung oleh peneliti dan perekam
2. Wawancara dengan Direktur Medik dan Keperawatan, Kepala Bidang
Pelayanan Penunjang, Komite Medik, Kepala Instalasi Farmasi, Kepala
rawat inap Ruang Angsoka, Apoteker/ Asisten Apoteker yang bekerja di
rawat inap Ruang Angsoka, DPJP yang bekerja di rawat inap Ruang
Angsoka, PPDS-1 yang bekerja di rawat inap Ruang Angsoka.
3. Menulis hasil penelitian secara keseluruhan (raw data) dalam bentuk
transkrip yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam.
4. Meringkas dalam bentuk matriks dan disusun dalam bentuk bahasa yang
lebih baku berdasarkan pada pernyataan informan.
5. Ringkasan diuraikan dalam bentuk narasi.
Analisis dari kepatuhan sumber daya manusia dalam penulisan resep yang
akan dievaluasi untuk melihat adanya kesesuaian dengan kerangka konsep yang
telah dibuat sesuai dengan kondisi ditemukan.

    Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

BAB 6
HASIL PENELITIAN

6.1 Pelaksanaan Penelitian


Penelitian dilaksanakan di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah
Denpasar pada bulan Januari 2014-Maret 2014. Dilakukan pendalaman konsep
manajemen PDCA dalam fokus “Manajemen dan Penggunaan Obat” di rawat inap
Ruang Angsoka. Data kualitatif berupa data primer yang diperoleh dari
wawancara mendalam kepada sumber informan terkait. Data sekunder diperoleh
telaah dokumen penulisan resep dari instalasi farmasi, pedoman implementasi JCI,
laporan, notulen rapat, SOP dan observasi.
Data yang terkumpul akan diolah, dibuat matriknya, diberi kode kemudian
di kategorikan. Setelah itu data akan disandingkan untuk dilakukan triangulasi
antara sumber data dengan data lainnya untuk diambil menjadi kesimpulan akhir.

6.2 Karakteristik Informan


Informan dalam penelitian ini terdiri dari 15 orang dengan jenis kelamin
informan 7 orang perempuan dan 8 orang laki-laki. Umur informan bervariasi
antara 26 sampai 53 tahun. Pendidikan terakhir informan 2 orang tamat SMK
(Sekolah Menengah Khusus Farmasi) dan 13 orang tamat Sarjana. Masa kerja
informan antara 1 sampai 72 bulan.

  66 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
67
 

Tabel 6.1 Karakteristik Informan


No Informan Jenis Usia Pendidikan Masa Kerja
Kelamin Terakhir di Ruang
Angsoka
(bulan)
1 Direktur Medik & Laki-laki 53 S2 -
Keperawatan
2 Kepala Bidang Laki-laki 50 S1 -
Pelayanan
Penunjang
3 Komite Medik Laki-laki 45 S1 -
4 KFT/ Perempuan 38 S1 -
Inst.Farmasi
5 Kepala rawat inap Perempuan 46 S1 72
Ruang Angsoka
6 Kepala rawat inap Laki-laki 48 S1 13
Ruang Angsoka
7 Apoteker rawat Perempuan 32 S1 4
inap Ruang
Angsoka
8 Asisten Apoteker Perempuan 28 SMK 3
rawat inap Ruang
Angsoka
9 Asisten Apoteker Perempuan 26 SMK 3
rawat inap Ruang
Angsoka
10 DPJP Laki-laki 36 S2 15
11 DPJP Laki-laki 42 S2 36
12 Residen/ PPDS-1 Laki-laki 30 S1 13
13 Residen/ PPDS-1 Laki-laki 31 S1 13
14 Residen/ PPDS-1 Perempuan 28 S1 1
15 Residen/ PPDS-1 Perempuan 27 S1 1

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
68
 

6.3 Hasil Penelitian


Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan informan tentang konsep
manajemen fokus “Manajemen dan Penggunaan Obat” didapatkan:
6.3.1 Peranan Atasan Langsung:
1. Dari pertanyaan (Plan) yang diucapkan oleh informan tentang peranan atasan
langsung memberi petunjuk penulisan resep yang benar? Ada 4 informan yang
terlibat langsung dalam hal memberi petunjuk tentang penulisan resep. Ketiga
informan mengatakan memberikan petunjuk saat diawal penerimaan PPDS
baru, namun tidak mengetahui saat mempraktekkan menuliskan resep sudah
benar atau belum, dan satu informan yang mengatakan tidak pernah terlibat
langsung dalam memberi petunjuk tentang penulisan resep yang benar, seperti
cuplikan wawancara berikut ini:
“Pernah, saat penerimaan Residen baru menerangkan tentang RSUP
Sanglah sudah JCI, namun kurang spesifik ke penulisan resep yang
benar. Hanya saya berikan untuk lebih detail membaca buku JCI atau
bertanya pada seniornya” (informan 1)
“Dalam penulisan resep ada SOP kemudian secara implisit sudah
sosialisasi. Penulisan resep ditulis di KIO kmd kita evaluasi. Ada
komponen2 yang harus dievaluasi. Bila dulu diikuti hampir 100%
terjadi. Tidak pernah secara langsung, namun saat penerimaan Residen
baru, rapat komite medik saya ikut mendengarkan” (informan 2)
“Pernah, saat rapat komite medik terhadap seluruh staf rumah sakit”
(informan 3)
“Petunjuk penulisan resep kita lakukan disaat pradik untuk residen baru.
Sudah kita jelaskan tentang cara pengisian KIO/ resep” (informan 4)
2. Dari pertanyaan (Do) yang diungkapkan oleh informan tentang pernakah
mengerjakan penulisan resep sesuai JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan
Obat’ pada KIO? Ada tiga informan yang berperan sebagai peranan atasan
langsung. Semua informan menyatakan tidak pernah mengerjakan penulisan
resep sesuai standar JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’, seperti
cuplikan wawancara berikut ini:

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
69
 

“Tidak pernah, kalo pasien wing internasional pernah tapi tidak pakai
KIO seperti di Angsoka” (informan 1)
“Tidak pernah, dulu pernah saat sebelum JCI” (informan 2)
“Tidak pernah, saya tidak merawat ruang Angsoka” (informan 3)
3. Dari pertanyaan (Check) yang diungkapkan oleh informan tentang pernah
mengevaluasi rapat saat membahas prescription error. Ada empat informan
yang terlibat langsung dalam hal evaluasi penulisan resep dalam rapat
membahas prescription error. Seperti cuplikan wawancara berikut ini:
“masalah prescription error tidak setiap bulan dibahas,masih banyak
masalah yang namun sepertinya belum pernah di follow-up ulang
masalah yang timbul pada prescription error bulan yang sebelumnya,
hanya bersifat pelaporan saja” (informan 1)
“Setiap tanggal 17 selalu rapat setelah upacara, namun awalnya Komite
Medik secara internal rapat dahulu kemudian sekitar 30 menit rapat
dilanjutkan dengan manajemen. Pada saat itu manajemen menyampaikan
tetapi tidak setiap bulan masalah prescription error disampaikan.
Menyampaikan setelah melakukan tracer lapangan, bahwa mutu farmasi
perlu dievaluasi. Yang kita sampaiakan bahwa ada kekeliruan atau
kesalahan dalam penulisan resep. Kita berharap dari komite medik
meneruskan ke SMF kemudian dari SMF ke residen atau spesialis/ DPJP
disamping kepala instalasi perawat mengingatkan penulisan resep. Untuk
bulan berikutnya saya tidak tahu apakah ada reevalusi lagi sebaiknya
tanyakan langsung pada komite medik.”(informan 2)
“pernah, saat rapat komite medik dengan manajemen berupa pelaporan
dari instalasi farmasi bahwa prescription error yang terjadi paling banyak
SMF Interna, Bedah, Anak dan Obsgyn”. (informan 3)
“Tidak setiap bulan, tetapi disaat setelah dilakukan tracer lapangan dan
ditemukan prescription error pada saat rapat komite medik dengan
manajemen” (informan 4)
4. Dari pertanyaan (Act) yang diungkapkan tentang sanksi atasan langsung bila
ada yang melakukan kesalahan penulisan resep? Ada tiga informan yang

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
70
 

terlibat langsung mengatakan tidak ada sanksi apabila ada yang melakukan
kesalahan dalam penulisan resep lagi, seperti cuplikan wawancara berikut ini:
“tidak ada, saya rasa tidak perlu sanksi dulu. Merubah perilaku
seseorang harus sabar sama seperti merubah budaya kerja” (informan 1)
“dalam konsep kita tidak ada menyalahkan tapi pembinaan dan
mengingatkan. Masalah sentinelpun tidak ada seperti itu. Bila terus-
menerus terjadi DPJP-nya dicabut tapi sampai saat ini belum terjadi
sentinel.” (informan 2)
“tidak perlu sanksi, mereka kan teman sejawat kita. Lebih difokuskan ke
sosialisasi SMF saja secara kontinu” (informan 3)
“Bukan wewenang kami untuk memberikan sanksi…” (informan 4)
6.3.2 Peranan Petugas
1. Dari pertanyaan (Plan) tentang yang dilakukan oleh informan bila mendapatkan
prescription error. Ada lima informan yang mengatakan bahwa fungsi peranan
petugas baik dalam hal mengingatkan sumber daya yang berhadapan langsung
oleh petugas saat penulisan resep. Cara peranan petugas yaitu memberikan
komunikasi verbal maupun non verbal pada sumber daya, seperti pada cuplikan
wawancara berikut ini:
“memberitahu dokter sebelum KIO dikirim ke depo farmasi”(informan 5)
“ menegur dokter untuk melengkapi KIO melalui perawat yang merawat
pasien sesuai dengan resep” (informan 6)
“menilpun yang menulis resep atau memberi catatan kecil pada KIO.”
(informan 7)
“memberi catatan kecil pada KIO dan memberitahu perawat untuk cek
resep sebelum diantar ke farmasi” (informan 8)
“memberi catatan kecil pada KIO” (informan 9)
2. Dari pertanyaan (Do) yang diungkapkan oleh informan tentang tugas tambahan
pencatatan prescription error selain di rawat inap R.Angsoka? Dari ke-tiga
informan mengatakan bahwa satu informan peranan petugas di rawat inap R.
Angsoka tidak ada yang mempunyai tugas tambahan prescription error tetapi
ada dua informan peranan petugas mempunyai tugas tambahan prescription
error di rawat inap ruang yang lain, seperti cuplikan wawancara berikut ini:

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
71
 

“tidak, Cuma Angsoka” (informan 7)


“ada dok, bila hari libur saya jaga sebulan sekali di farmasi pusat”
(informan 8)
“ada, saat libur, sebulan sekali jaga farmasi pusat (informan 9)
3. Dari pertanyaan (Check) yang diungkapkan oleh informan tentang evaluasi
prescription error setiap bulan di rawat inap Ruang Angsoka. Ada tiga
informan yang memberikan informasi, dan semua informan mengatakan bahwa
peranan petugas dalam evaluasi prescription error setiap bulan di rawat inap
Ruang Angsoka belum optimal, seperti pada cuplikan wawancara sebagai
berikut:
“tidak tahu tapi saya yang merekap resep Angsoka untuk diserahkan ke
instalasi pusat” (informan 7)
“tidak tahu, saya hanya membantu tugas apoteker ” (informan 8)
“tidak tahu” (informan 9)
4. Dari pertanyaan (Act) tentang peranan petugas menerangkan kelengkapan
penulisan resep. Ada lima informan yang memberikan informasi. Ada empat
informan yang mengatakan pernah menerangkan kelengkapan penulisan resep
dan ada satu informan yang tidak pernah menerangkan kelengkapan penulisan
resep, seperti cuplikan wawancara berikut ini:
“pernah, saat saya bertugas mengetahui ada dokter sedang menulis resep
yang tidak lengkap” (informan 5)
“tidak” (informan 6)
“pernah saat saya mendapatkan resep tidak lengkap” (informan 7)
“sering sekali, bila melihat KIO tidak lengkap dan KIO saat itu dibawa
sendiri oleh dokternya……” (informan 8)
“ pernah” (informan 9)
6.3.3 Peranan Sarana dan Dana
1. Dari pertanyaan (Plan) yang diungkapkan oleh informan tentang melengkapi
KIO dengan mudah. Ada tujuh informan yang memberi informasi peranan
sarana dan dana sangat penting karena berpengaruh pada kelengkapan
penulisan resep sesuai standar JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’.
Ada enam informan yang mengatakan bahwa design KIO dilakukan perubahan

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
72
 

agar mempermudah sumber daya menulis. Satu informan mengatakan adanya


perubahan pada teknologi di RSUP Sanglah yang menambah beban kerja
sumber daya dalam melengkapi KIO yaitu berupa labeling yang tidak tercetak
lagi pada semua pasien rawat inap, seperti cuplikan wawancara berikut ini:
“Seiring dengan peralihan IT ke PT Parico, labeling yang diberikan ke
RM pasien untuk ditempel pada KIO tidak ada (dulu ada nama obat,
jumlah obat, aturan pakai sehingga memudahkan teman-teman bekerja).
Dan akan memakan waktu untuk dilakukan secara manual” (informan 4)
“Saya rasa sudah lumayan baik, tetapi kolom-kolom nama
obat/dosis/aturan pakai terlalu kecil.” (informan 10)
“Kolom tempat penulisan nama obat/dosis/aturan pakai kecil. Bila
disesuaikan dengan kolom kawatir tulisan terlalu kecil dan tidak bisa
dibaca”.(informan 11)
“Kadang-kadang tempat untuk menuliskan nama obat/dosis/aturan pakai
tidak cukup oleh karena nama obat yang panjang. Tanggal mulai dan
stop mungkin perlu dihilangkan sehingga nama obat/dosis/aturan pakai
kolomnya jadi lebih besar. Perlu efisiensi karena sudah lengkap pada
kolom tanggal permintaan selama sebulan. Saat menulis jumlah obat
perlu diseragamkan mau pakai romawi atau abjad” (informan 12)
“KIO ini lebih harus dipisahkan mana obat dan mana alat, pada KIO ini
tempat alat jumlah kolon terlalu sedikit sehingga dalam hal penulisan
permintaan infus diletakkan pada nama obat. Satu lagi belum ada
keseragaman dalam penulisan jumlah permintaan obat mau huruf romawi
atau abjad” (informan 13)
“Mulai sama stopnya tidak perlu ada pada sisi kiri karena pada sisi kanan
sudah cukup lengkap, kurang efisien. Tentang diagnosa awal dan
diagnosa akhir apakah penting banget untuk dicantumkan pada KIO
sebab diagnosa interna kan panjang-panjang dan bisa berubah setiap
saat. Ini kan tidak dipakai dalam satu hari tapi satu bulan. Bila diagnosa
berubah apa kita coret-coret lagi kan tidak bisa. Saya kurang tahu apa
yang wajib ada di KIO, kalau sesuai dengan resep pada umumnya sudah
ada di KIO sedangkan yang lainnya kan tambahan saja. Alergi menurut

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
73
 

saya ukuran lebih dibesarkan dengan yang lainnya oleh karena sangat
penting. Penempatan kolom alergi kurang strategis sering tertutup dengan
label pasien.”(informan 14)
“Dengan KIO ini kurang efisien sebab saat menuliskan obat awalnya
dosis kecil kemudian pada hari berikutnya perlu peningkatan dosis maka
harus kita tulis stop dan mulai ditulis pada bawahnya lagi dengan tulisan
captopril lagi. Terus satu lagi sedian captopril kan banyak ada 12,5mg, 25
mg, 50mg misalnya saya tulis captopril 2x25mg tetapi yang ada captopril
12,5 mg sehingga saya tidak tahu yang seharusnya captopril 12,5 mg tab,
2x2 tab. Untung-untung dibaca ama apotekernya, karena sediaan yang
ada di apotik tidak tahu.” (informan 15)
2. Dari pertanyaan (Do) yang diungkapkan oleh informan tentang teknik
mengerjakan penulisan resep pada KIO sesuai JCI fokus ‘Manajemen dan
Penggunaan Obat’ di rawat inap Ruang Angsoka. Ada tujuh informan yang
memberikan informasi tentang teknik peranan sarana dan dana sesuai JCI fokus
‘Manajemen dan Penggunaan Obat’. Dari ke-enam informan mengatakan
peranan sarana dan dana penting sekali karena berpengaruh pada penulisan
resep secara konsisten dan berkesinambungan dan diperlukan perbaikan waktu.
Ada satu informan yang tidak mengetahui selama ini yang dikerjakan sesuai
dengan JCI atau tidak, seperti pada cuplikan wawancara berikut ini:
‘Waktu Pradik perlu ditambah dalam menjelaskan hal penulisan di
KIO”(informan 4)
“ perlu diingatkan kembali secara kontinu” (informan 10)
“Sosialisasi lagi” (informan 11)
“diberitahu secara konsisten dan penyerahan KIO ke farmasi dimundurin
agar dapat teliti menulis” (informan 12)
“ingatkan terus-menerus dan pengambilan KIO disesuaikan dengan
kedatangan DPJP setelah visite” (informan 13)
“melatih secara rutin dan pengambilan KIO jangan terlalu pagi”
(informan 14)
“kalau saya sendiri tidak tahu apa saya menulis resep sudah sesuai
JCI….” (informan 15)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
74
 

3. Dari observasi peneliti (Check) tentang bagaimana mengevaluasi kelengkapan


KIO? KIO diletakkan pada lemari khusus yang tidak bisa sembarangan orang
mengambil kecuali petugas medis yang bertugas saat itu. Observasi dilakukan
selama 6 hari kerja di rawat inap Ruang Angsoka dengan 129 tempat tidur.
Dilakukan evaluasi resep dengan cara di foto kemudian dibuat lembar
pengamatan. Hal ini dapat terlihat dari rata – rata jumlah resep per hari 70-80
resep/ hari. Prescription error tampak pada tabel dibawah:
Tabel 6.2 Data pengamatan peneliti prescription error selama 6 hari kerja di rawat
inap Ruang Angsoka

KIO diambil dari


almari khusus

Jumlah Prescription Error


No Tanggal Paraf dokter Bentuk Dosis Aturan
Sediaan pakai
1 11 April 2 0 3 5
2014
2 12 April 1 1 2 4
2014
3 14 April 4 2 3 6
2014
4 15 April 3 1 3 5
2014
5 16 April 4 0 2 4
2014
6 17 April 2 1 2 3
2014
Sumber: wawancara dan telaah dokumen di rawat inap RuangAngsoka, 2014

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
75
 

4. Dari pertanyaan (Act) yang diungkapkan oleh informan tentang sanksi apabila
tidak melengkapi KIO. Dari delapan informan yang memberi informasi tentang
peranan sarana dan dana bila tidak dilengkapi oleh sumber daya, dan ke-
delapan informan mengatakan tidak ada sanksi apabila KIO tidak lengkap,
diharapkan adanya kelonggaran waktu saat KIO diserahkan ke depo farmasi,
seperti cuplikan berikut ini:
“belum ada sanksi dari atasan langsung” (informan 4)
“Tidak ada tapi tidak semua SMF melakukan prescription error. Perlu
ditelusuri lebih dalam terutama SMF yang pasiennya banyak” (informan
10)
“Tidak, kalo ada koreksi diri dulu. Saya rasa KIO jangan cepat-cepat
diserahkan ke apotik, diberi kelonggaran waktu agar PPDS lebih
meneliti ulang pada KIO” (informan 11)
“belum ada, memang sanksinya apa dok?” (informan 12)
“tidak perlu sanksi, sering dilatih terus-menerus kan jadi terbiasa. Waktu
penyerahan KIO perlu dipertimbangkan kembali ” (informan 13)
“belum ada, kalo ada sanksi pasti ada reward dok” (informan 14)
“jangan dok, dilatih terus-menerus secara konsisten…”.(informan 15)
6.3.4 Peranan Kriteria Laporan
1. Dari pertanyaan (Plan) yang diungkapkan oleh informan tentang pemahaman
JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat. Semua informan memberikan
informasi tentang pemahaman JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’.
Dan semua informan mengatakan dengan benar tentang pemahaman
‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ secara teori. Maka sosialisasi yang
dilakukan oleh direktur pelayanan dan medis sampai dengan sumber daya yang
terlibat langsung berhadapan dengan pasien cukup bagus. Maka Peranan
Kriteria Laporan cukup bagus dan perlu dipertahankan, seperti cuplikan
wawancara berikut ini:
“‘MPO’ adalah salah satu indikator mutu yang kita pantau setiap bulan.
Dari hasil yang didapat (5T; tepat obat, tepat dosis, tepat cara, tepat
jadwal pemberian, tepat pasien) dan edukasi kepada PPDS, Dokter
spesialis karena penulisan resep sudah baik kecuali PPDS yang baru

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
76
 

masuk hanya diberikan saat Pradik saja dan selanjutnya membaca sendiri
pada buku standar JCI yang ada pada masing-masing SMF”. (informan1)
“Selama proses berjalan pemahaman sudah baik.” (informan 2)
“Pemahaman peresepan seharusnya sudah mengerti: 5T tepat obat, tepat
dosis, tepat cara, tepat jadwal pemberian, tepat pasien” (informan 3)
“Untuk PPDS, dokter spesialis pemahaman sudah cukup, kecuali untuk
PPDS yang baru karena saat Pradik waktu terbatas. Lima T; tepat obat,
tepat dosis, tepat cara, tepat jadwal pemberian, tepat pasien” (informan
4)
“Pemahaman sudah, tepat obat, dosis, jadwal, paraf dokter” (informan 5)
“Pemahaman baik, kecuali PPDS yang baru. Tepat obat, tepat dosis,
tepat jadwal, tepat pasien, tanda tangan dokter” (informan 6)
“Sudah baik pemahaman tentang peresepan (5T: tepat obat, tepat dosis,
tepat cara, tepat jadwal pemberian, tepat pasien” (informan 7)
“Lumayan pemahamannya. Lima T: tepat obat, tepat dosis, tepat cara,
tepat jadwal pemberian, tepat pasien” (informan 8)
“Masih banyak yang salah, berarti pemahaman kurang. Resep yang
benar:5T: tepat obat, tepat dosis, tepat cara, tepat jadwal pemberian,
tepat pasien ” (informan 9)
“5 T, tapi tidak hafal. Dosis harus tepat, waktu pemberian harus tepat,
obat harus tepat. Lainnya tidak tahu” (informan 10)
“Maaf, saya lupa.” (informan 11)
“Indikasi obat harus tepat sesuai penyakit pasien dan “tepat obat,
kandungan obat bukan merek obat, dosis dan berapa kali pemakaian
obat.” (informan 12)
“ Penulisan dengan huruf yang bisa dibaca oleh 2 orang, menulis dengan
berapa milligram, bentuk sediaan injeksi, per oral, pemberian obat ditulis
untuk berapa @ jam/ hari, obat sesuai penyakit pasien.” (informan 13)
“Pemahaman MPO saat Pradik PPDS sudah dijelaskan tentang
peresepan sesuai dengan JCI. Seingat saya mulai pengaturan obat,
bagaimana peresepan dan siapa saja yang sesuai mendapatkan obat
tersebut, cara pemberian” (informan 14)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
77
 

Materi itu hanya mendapatkan saat pradik saja. Antara tata laksana,
penyiapan, pemberian obat sesuai dengan indikasi, dosis, farmakokinetik,
farmakodinamik. Kontrol obat termasuk persiapan pengadaan obat.”
(informan 15)
2. Dari pertanyaan (Do) yang diungkapkan oleh informan tentang pelaksanaan JCI
fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ di rawat inap Ruang Angsoka. Ada
tiga informan yang memberikan informasi tentang peranan kriteria laporan
berdasarkan pelaksanan JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ di rawat
inap Ruang Angsoka. Semua informan mengatakan kurang sosialisasi yang
spesifik tentang prescription error yaitu paraf dokter, bentuk sediaan, dosis,
aturan pakai dalam hal pelaksaanaan standar JCI fokus ‘Manajemen dan
Penggunaan Obat’ sesuai dengan KIO di rawat inap Ruang Angsoka, seperti
pada cuplikan berikut ini:
“Kalau dilihat tentang penulisan resep yang tidak lengkap seperti
instruksi pada KIO berarti dokter kurang mengerti tentang pentingnya
paraf dokter, bentuk sediaan, dosis, aturan pakai yang dinilai oleh JCI”
(informan 7)
“kalau masih ada resep yang salah…berarti perlu dibenahi, dokter-dokter
kurang teliti tentang pentingnya 5T pada KIO” (informan 8)
“Tidak pernah sosialisasi penilaian paraf dokter, bentuk sediaan, dosis,
aturan pakai pada dokter-dokter di Angsoka ” (informan 9)
3. Dari pertanyaan (Check) yang diungkapkan oleh informan tentang
pengkoreksian penulisan resep selama ini di rawat inap Ruang Angsoka. Ada
tiga informan yang memberikan informasi tentang peranan kriteria laporan.
Dalam hal ini semua informan mengatakan pernah melakukan pengkoreksian
peresepan di rawat inap Ruang Angsoka, seperti pada cuplikan dibawah ini:
“pernah, saya menilpun perawat ruangan dimana pasien dirawat
kemudian meminta mencari dokter yang merawat pasien tersebut”
(informan 7)
“pernah, memberi catatan kecil pada KIO untuk melengkapi resep”
(informan 8)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
78
 

“pernah, kadang-kadang tilpun atau kadang-kadang memberi note pada


KIO” (informan 9)
4. Dari pertanyaan (Act) yang diungkapkan oleh informan tindakan yang dapat
mengurangi prescription error di rawat inap Ruang Angsoka. Dari tiga
informan memberikan informasi baik secara verbal dan nonverbal perlunya
pelatihan dan contoh penulisan pada KIO, seperti pada cuplikan wawancara
dibawah ini:
“memberikan contoh penulisan resep yang benar pada setiap meja
dimana dokter-dokter menulis KIO” (informan 7)
“mengingatkan dokter saat menulis KIO, terutama dokter-dokter yang
baru bekerja di Angsoka” (informan 8)
“perlu latihan menulis resep yang benar terutama pada dokter yang
baru.” (informan 9)
6.3.5 Peranan Umpan Balik
1. Dari pertanyaan (Plan) yang diungkapkan oleh informan tentang peranan
umpan balik bial prescription error masih terjadi. Dari empat informan yang
memberikan informasi tentang peranan umpan balik belum berjalan dengan
baik. Semua informan mempunyai bahwa ikut dilibatkan secara intens dan
berkesinambungan masing- masing SMF yang dapat mengurangi prescription
error (sosialisasi pada masing-masing SMF), seperti pada cuplikan wawancara
berikut ini:
“Karena orang-orang kita kan selalu berganti, masuk di Angsoka ada
yang 2-3 minggu, ada yang 3 bulan sesuai dengan aturan SMF masing-
masing….. Kita harapkan lebih fokus ke SMF yang sering melakukan…..”
(informan 1)
“Sebenarnya tanggung jawab kita reedukasi terhadap isi KIO, komponen-
komponen apa saja yang harus dilengkapi.Kan sudah ada SOP nya dalam
cara pengisian KIO.” (nforman 2)
“Ya, masih berhubungan tanggung jawab dokter yang bertugas harus
sesuai dengan SOP dan harus ada tandatangan DPJP saat itu..”
(informan 3)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
79
 

“lebih intens ke SMF yang sering melakukan……karena tidak semua SMF


melakukan……..” (informan 4)
2. Dari pertanyaan (Do) yang diungkapkan oleh informan tentang peranan umpan
balik dalam merencanakan pelaksanaan JCI fokus ‘Manajemen dan
Penggunaan Obat’. Ada empat informan dalam memberikan informasi tentang
ernan umpan balik yaitu perlunya peranan supervisor untuk langsung
memantau ke rawat inap Ruang Angsoka. Dan semua informan mengatakan
hal yang sama, seperti pada cuplikan berikut ini:
“….dipikirkan untuk meninjau sesekali dalam sebulan agar PPDS
antisipasi terhadap kelengkapan KIO..” (informan 1)
“….mengambil salah satu DPJP di Angsoka untuk membantu mengecek
kelengkapan KIO..” (informan 2)
“….mengingatkan kepala bagian SMF untuk terus mengingatkan DPJP
Angsoka tentang kelengkapan KIO..” (informan 3)
“….dilatih beberapa DPJP Angsoka untuk membantu melihat kelengkapan
KIO..” (informan 4)
3. Dari pertanyaan (Check) yang diungkapkan oleh informan tentang
mengevaluasi agar tidak terjadi prescription error. Dari empat informan
memberikan informasi tentang peranan umpan balik cukup penting. Dan semua
informan mengatakan tidak setiap bulan rapat tersebut membahas terjadinya
prescription error, seperti pada cuplikan wawancara berikut ini:
“..dari pertemuan rapat setiap bulan belum tentu membahas prescription
error, tergantung tracer yang menemukan masalah di lapangan yang
mana perlu dibahas, bisa masalah keuangan…” (informan 1)
“Tergantung tracer di lapangan masalah apa yang akan dibahas dalam
rapat, tidak selalu prescription error…..” (informan 2)
“ …..rapat setiap bulan setelah apel 17, namun pembicaraan prescription
error seingat saya di tahun 2014 belum pernah dibahas….” (informan 3)
“ bila saya mendapat undangan untuk mengikuti rapat pada tanggal 17,
berarti membahas masalah yang berhubungan dengan farmasi. Tetapi
sebelumnya selalu ada tracer dulu yang turun ke lapangan.” (informan 4)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
80
 

4. Dari pertanyaan (Act) yang diungkapkan oleh informan tentang pemberian


reward bila prescription error tidak ada. Dari empat informan yang
memberikan informasi tentang peranan umpan balik terhadap reward yang
diberikan. Ada satu informan yang setuju pemberian reward pada sumber daya
agar termotivasi penulisan resep yang benar. Ada tiga informan tidak setuju
oleh karena bila ada reward nanti ada sanksi. Perubahan perilaku dalam hal
penulisan resep merupakan perubahan budaya dalam diri sumber daya sendiri,
sehingga perlu proses kesabaran, seperti pada cuplikan wawancara dibawah ini:
“ Tidak perlu reward secara khusus karena perlu kesabaran untuk
merubah budaya penulisan resep. Selalu untuk diingatkan, kita harus
sabar…” (informan 1)
“Sampai saat ini bentuk reward kita adalah global berupa dokter teladan
secara umum tapi khusus prescription error tidak ada.” (informan 2)
“tidak setuju, masih teman sejawat biarpun mereka PPDS baru, perlu
diingatkan pada SMF yang sering terjadi prescription error” (informan 3)
“bukan wewenang kami…..” (informan 4)
6.3.6 Peranan Koordinasi
1. Dari pertanyaan (Plan) yang diungkapkan oleh informasi tentang peranan
koordinasi dalam melakukan koreksi prescription error. Ada lima informan
yang memberikan informasi pentingnya peranan koordinasi. Ke-lima informan
mengatakan pentingnya koordinasi bersama-sama dalam satu team yaitu
sumber daya yang terlibat langsung dengan penulisan resep, perawat sebagai
mengecek kelengkapan resep sebelum diberikan ke depo farmasi dan apoteker
mengingatkan kembali bila resep tidak lengkap, seperti pada cuplikan berikut
ini:
“ komunikasi antara dokter, perawat dan apoteker…” (informan 5)
“…dokter yang baru setelah melengkapi KIO menanyakan pada perawat
tentang kebenaran KIO….” (informan 6)
“….diberi catatan kecil pada KIO yang error..” (informan 7)
“memberi catatan kecil pada KIO dan bila obat itu jenis kemoterapi saya
langsung telpon dokternya” (informan 8)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
81
 

“kadang memanggil dokter terutama dokter yang baru dan sering salah”
(informan 9)
2. Dari pertanyaan (Do) yang diungkapan oleh informan tentang teknik
mengerjakan koresi secara continue. Ada lima informan yang memberikan
informasi tentang peranan koordinasi yang belum dilakukan dalam hal rapat
internal di rawat inap Ruang Angsoka, seperti pada cuplikan dberikut ini:
mengatakan bahwa pentingya peranan koordinasi dalam hal rapat internal
secara periodik di rawat inap Ruang Angsoka untuk mengetahui wawancara
dengan informan tentang bagaimana mengerjakan koreksi prescription error
berkesinambungan?
“…..sesekali ada rapat internal di Angsoka yang membahas prescription
error dan diikut sertakan DPJP..” (informan 5)
“..saat dokter baru perlu dikumpulkan dan diterangkan tentang mengisi
kelengkapan KIO..” (informan 6)
“ …..tegur langsung tapi bila pasiennya banyak hal itu dapat terjadi
lagi….” (informan 7)
“…..dokter baru dikumpulkan dan diberi pelatihan tehnik cara mengisi
KIO kemudian tegur langsung bila melakukan kesalahan..” (informan 8)
“…..beri catatan kecil dan tegur langsung dokternya namun masih juga
ada prescription error apa karena pasiennya banyak terutama penyakit
dalam…” (informan 9)
3. Dari pertanyaan (Check) yang diungkapan oleh informan tentang manfaat
evaluasi prescription error secara continue. Ada lima informan memberikan
informasi tentang peranan koordinasi. Kelima informan tersebut mengatakan
bahwa pentingya peranan koordinasi dalam hal sosialisasi internal secara
periodik di rawat inap Ruang Angsoka. Memberikan pelatihan pada sumber
daya yang terlibat langsung dalam penulisan resep, seperti pada cuplikan
wawancara berikut ini:
“ …setiap perawat yang melihat dokter menulis KIO mengingatkan
“dokter ingat kelengkapan KIO”…” (informan 5)
“……mungkin perlu di meja yang biasa dokter menulis kita laminating
kata-kata “ingat kelengkapan KIO….” (informan 6)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
82
 

“……kita maunya tidak memberikan obat, namun kalo obat cito kan tidak
bisa, kadang-kadang dokter mengatakan maaf terburu-buru, lalu
dilengkapi…” (informan 7)
“…mungkin perlu ditempel di kaca ruangan depo ‘perhatikan
kelengkapan KIO’…(informan 8)
“…sosialisasi terus menerus dengan dokter yang merawat….” (informan
9)
4. Dari pertanyaan (Act) yang diungkapkan oleh informan tentang tindak lanjut
dalam hal koordinasi berkesinambungan. Ada lima informan yang
mengungkapkan pentingnya peranan koordinasi, Ke-lima informan tersebut
mengatakan pentingnya meningkatkan mutu rumah sakit dan pasien safety,
seperti pada cuplikan wawancara berikut ini:
“..ada laporan tertulis bila ditemukan prescription error kemudian kita
serahkan ke tim pasien safety untuk ditindak lanjuti …”(informan 5)
“….bila menemukan prescription error kita membuat laporan untuk
diteruskan ke tim pasien safety. Nanti dari mereka yang akan mencari
akar permasalahan….” (informan 6)
“bila menemukan prescription error maka kita hubungi DPJP atau
perawat serta kita cocokan dengan program permintaan setelah itu bagian
tim pasien safety. Dari pasien safety akan mengumpulkan insiden secara
bulanan lalu diteruskan ke Unit Pengendalian Mutu.” (informan 7)
“Yang boleh menulis resep selain spesialis juga residen. Dan residen
berganti terus sehingga sebelumnya sudah membaik lalu terjadi
prescription error lagi karena berubahnya residen. Bila berjalan baik
maka mutu farmasi juga baik.” (informan 8)
“….harusnya kan lengkap penulisan resep, tapi ya masih terjadi
prescription error. Bila prescription error baik maka mutu farmasi baik
juga..” (informan 9)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

BAB 7
PEMBAHASAN

7.1 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dari penelitian ini adalah adanya sumber daya yang terlibat
langsung dalam penulisan resep yang sering berganti-ganti atau bertugas di rawat
inap Ruang Angsoka tergantung aturan dari SMF masing-masing. Rawat inap
Ruang Angsoka merupakan salah satu ruang kelas tiga yang merupakan evaluasi
indikator mutu klinis. RSUP Sanglah yang merupakan salah satu rumah sakit
pendidikan dan rawat inap Ruang Angsoka adalah salah satu tempat bekerja yang
pertama bagi sumber daya pada beberapa SMF saja. Disamping itu terbatasnya
kelengkapan administratif pada depo farmasi rawat inap Ruang Angsoka yang
merupakan salah satu cabang dari instalasi farmasi RSUP Sanglah.

7.2 Pemahamam tentang pedoman implementasi standar JCI fokus


‘Manajemen dan Penggunaan Obat’
Sumber daya manusia di rumah sakit yang terdiri dari perawat, dokter dan
tenaga administrasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Mereka pun
sangatlah menentukan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit dan menentukan
juga kompetensi dan kesiagapannya sehingga sosialisasi standar akreditasi JCI
yang baru diraih oleh RSUP Sanglah harus mengerti dan memahami dengan jelas
dan benar.
Studi ini menunjukkan bahwa pemahaman standar akreditasi JCI fokus
‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ yang sudah mulai disosialisasikan secara
menyeluruh dengan baik oleh top manager sampai dengan lower manager dan
staf yang terkait hingga diperolehnya akreditasi JCI pada April 2013 di RSUP
Sanglah belum merata. Namun dari pengertian semua informan yang didapat
tentang pemahaman standar akreditasi JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan
Obat’ belum sama satu dengan yang lainnya hanya terbatas mengetahui saja tapi
kurang mendetail tentang ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’. Dokter
Penanggung Jawab Pasien, residen dan perawat yang terlibat langsung dalam
peresepan untuk pasien rawat inap juga belum paham sepenuhnya tentang

  83 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
84 
 

‘Manajemen dan Penggunaan Obat’. Menunjukkan bahwa kurangnya sosialisasi


secara konsisten dan berkesinambungan (continues improvement). Sosialisasi ini
bertujuan agar tidak tejadi medication error yang akan berdampak tercapainya
patient safety. Dengan demikian masih diperlukan sosialisasi secara intens.

7.3 Jenis kesalahan dalam penulisan resep sesuai pedoman implementasi


standar JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’
Jenis prescription error yang dievalusi sesuai standar akreditasi JCI terdiri
dari: paraf dokter, bentuk sediaan, dosis dan aturan pakai belum dimengerti oleh
DPJP dan residen yang secara langsung menulis resep ke pasien rawat inap.
Pemahaman dan mengerti prescription error bagi DPJP dan residen berhubungan
langsung dengan kelengkapan penulisan KIO. Namun apoteker dan asisten
apoteker yang bertugas sebagai pencatatan dan pelaporan prescription error
mengetahui dan memahami jenis kesalahan prescription error.
Studi ini menunjukkan bahwa terjadinya prescription error antara petugas
pencatatan dan pelaporan (apoteker dan asisten apoteker) dengan DPJP, residen
dan perawat yang langsung menulis dan melihat kelengkapan KIO tampak adanya
miskomunikasi. Dalam hal ini kurang komunikasi baik secara verbal maupun non
verbal tentang penulisan resep yang benar sesuai standar akreditasi JCI seperti
yang dikatakan oleh Onong Uchyana Effendy dalam Wibowo (2013).
Komunikasi tepat waktu mulai dilakukan saat penerimaan residen baru
disertai pelatihan penulisan pada KIO dilakukan secara konsisten dan
berkesinambungan. Residen merupakan salah satu ujung tombak penulisan resep
pada KIO di rawat inap klas tiga dengan dimonitor oleh DPJP.

7.4 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesalahan dalam penulisan


resep sesuai standar JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’
7.4.1 Peranan Atasan Langsung
Dalam studi ini melihat penerapan sistem PDCA pada peranan atasan
langsung mulai memberi petunjuk, mengerjakan, mengikut sertakan dalam rapat
dan memberi sanksi tentang kelengkapan penulisan resep memahami betul tentang
peranannya. Peranan atasan langsung di RSUP Sanglah dalam hal prescription

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
85 
 

error belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan belum pernah terlibat langsung
penulisan resep di KIO sesuai standar akreditasi JCI fokus ‘MPO’. Peranan atasan
langsung dalam mengevaluasi prescription error tidak membahas dan tidak
menindak lanjuti ulang pada rapat rutin bulanan. Prescription error
ditindaklanjuti sendiri dalam rapat komite medik pada bulan berikutnya. Namun
pada observasi notulen rapat komite medik masalah tindak lanjut prescription
error tidak didapatkan. Peranan atasan langsung dalam membahas rapat bulanan
tergantung pada tracer lapangan apa yang ditemukan dan bermasalah saat itu yang
berhubungan dengan standar akreditasi JCI yang lainnya.
Dalam hal mengurangi terjadinya prescription error perlu diberikan
penghargaan untuk meningkatkan motivasi kerja sesuai Wibowo (2013). Namun
RSUP Sanglah belum ada sanksi secara spesifik tentang prescription error.
Peranan atasan langsung lebih cenderung memberikan pengarahan, pembinaan
terhadap SDM.
7.4.2 Peranan Petugas
Dalam studi melihat penerapan sistem PDCA pada peranan petugas mulai
dari menerima resep sampai dengan akan diserahkannya obat sesuai resep ke
pasien. Perawat saat menerima resep dari DPJP atau residen yang kurang lengkap
belum melakukan komunikasi verbal dan non verbal secara optimal. Pentingnya
komunikasi seperti dalam penelitian Carlaw P dan Deming V.K (1999) dalam
Sumijatun (2011).
Perawat langsung memberikan resep kurang lengkap pada apoteker/
asisten apoteker. Maka apoteker/ asisten apoteker yang akan mengevaluasi
prescreption error dan hal ini berhubungan dengan respon time penyerahan obat
ke pasien yang lama. Hal ini ditunjukkan peranan petugas dalam prescription error
kurang optimal yang tidak sesuai dengan analisa kualitas kerja oleh Parasuraman,
Zeithaml dan Berry dalam Muninjaya (2012)
Peranan petugas yaitu asisten apoteker mempunyai tugas tambahan dalam
pencatatan prescription error di luar rawat inap R.Angsoka membuat asisten
apoteker tidak fokus dalam tugasnya di r. Angsoka. Hal ini menunjukkan
terjadinya burn out seperti yang dikatakan oleh Ilyas (2003).

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
86 
 

7.4.3 Peranan Sarana dan Dana


Studi melihat penerapan sistem PDCA pada peranan sarana dan dana
dalam mulai menulis KIO, meletakkan KIO dan observasi banyak kelemahan
yang ditemukan. Antara lain dalam desain KIO: kolom penulisan terlalu kecil,
penulisan start/ stop obat kurang efisien, keseragaman permintaan jumlah obat
dalam huruf romawi/ abjad, penulisan kata “alergi’ terlalu kecil sehingga kurang
mendapat perhatian. Padahal alergi cukup berperan dalam efek samping obat
terhadap pasien. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya desain KIO sebagai alat
untuk mengevaluasi prescription error yang dibutuhkan oleh DPJP dan residen
serta berhubungan dengan kualitas manajemen dalam mempertahankan mutu
pelayan. Seperti yang ditekankan oleh Deming dalam Wibowo (2013).
Pada SMF tertentu saja yang sering terjadi prescription error di rawat inap
R.Angsoka. Banyaknya pasien yang dirawat dengan waktu penulisan resep di KIO
mempengaruhi tingginya prescription error. SMF penyakit dalam dan SMF bedah
cukup tinggi angka kejadian prescription error di rawat inap R.Angsoka. DPJP
dan residen terutama penyakit dalam dan bedah memerlukan pelatihan penulisan
di KIO agar lebih trampil dan juga lebih efektif dan efisien dalam mengatur waktu
yang disesuaikan juga dengan jumlah pasien yang dirawat perhari di rawat inap R.
Angsoka. Perlunya pelatihan yang berkesinambungan sesuai dengan Hasibuan
(2007).
Studi ini juga melakukan observasi prescription error selama 6 hari kerja
di rawat inap R.Angsoka. Menunjukkan prescription error 10 % dari keseluruhan
resep perhari yang terjadi di rawat inap R.Angsoka. Sikap DPJP dan residen
dalam hal pengisian dan meletakkan KIO belum optimal pada tempatnya tidak
seperti teori oleh Azwar A (1998). KIO sudah mempunyai almari khusus dan
diletakkan pada tempat khusu hanya boleh diambil oleh petugas saja.
7.4.4 Peranan Kriteria Laporan
Melihat studi penerapan sistem PDCA pada peranan kriteria laporan dalam
hal pemahaman, pelaksanaan, koreksi, serta tindakan yang akan diambil
terjadinya prescription error oleh apoteker dan asisten apoteker. Prescription
error di rawat inap R.Angsoka cukup tinggi karena berkurangnya sosialisasi bila
dibandingkan saat akan akreditasi JCI. Apoteker dan asisten apoteker sudah

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
87 
 

melakukan koreksi KIO yang tidak lengkap dengan memberikan komunikasi


verbal yaitu menelpon langsung DPJP/ residen yang menulis KIO dan komunikasi
non verbal dengan memberikan catatan kecil pada KIO yang diletakkan di kanan
atas. Namun prescription error masih terjadi dikarenakan belum ada team work
dalam menangani prescription error di rawat inap R.Angsoka. Pentingnya team
work merupakan salah satu pengembangan pelayanan mutu rumah sakit menurut
Muninjaya (2012).
Salah satu tindak lanjut untuk mengurangi prescription error yaitu
membuat contoh KIO yang benar dan diletakkan pada meja dimana DPJP/ residen
sering menulis dengan tujuan untuk mengingatkan penulisan resep sesuai KIO.
Hal ini dapat merubah tindakan DPJP/ residen sesuai dengan Notoatmodjo S,
(1993).
7.4.5 Peranan Umpan Balik
Melihat studi penerapan sistem PDCA pada peranan umpan balik oleh
manajemen RSUP Sanglah di rawat inap R.Angsoka bahwa residen yang
berhubungan langsung dengan penulisan KIO sering berganti-ganti sesuai tugas
masing-masing SMF. Maka belum dilakukan sosialisasi lebih fokus ke SMF
karena tidak semua SMF terjadi prescription error dan hal ini juga akan
mempermudah pembinaan pada DPJP/ residen yang sering melakukan
prescription error.
Hal ini pihak manajemen belum terpikirkan bahwa perlunya supervisor
internal yang terlibat langsung di rawat inap R.Angsoka yang berkontribusi
langsung pada kinerja residen yang menulis KIO seperti yang diungkapkan
Asbikanasy (1991) dalam Ilyas Y (2012).
Dalam tindak lanjut pihak manajemen tidak setuju dalam memberikan
reward khusus penulisan resep yang benar. Namun reward di RSUP Sanglah
sudah diberikan dalam bentuk ‘Dokter Teladan’ yang dilihat secara global sesuai
Parasuraman, Zeithami dan Berry dalam Muninjaya (2012)
7.4.6 Peranan Koordinasi
Melihat studi penerapan sistem PDCA pada peranan koordinasi dalam hal
mengkoreksi terjadinya prescription error di rawat inap r.Angsoka, yaitu perawat,
apoteker dan asisten apoteker belum bekerja sama dan belum optimal komunikasi

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
88 
 

yang dilakukan terhadap DPJP/ residen. Perlunya rapat internal dengan SDM
yang terlibat langsung prescription error di rawat inap R.Angsoka.
Dalam hal ini peranan koordinasi belum optimal sehingga kerjasama
antara DPJP/ residen dengan perawat, apoteker dan asisten apoteker perlu
ditingkatkan agar menuju satu arah tujuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan
sesuai yang diungkapkan Nurzaman, 2014 dan dapat terwujudnya patient safety.

7.5. Menyusun Alternatif Standard Operating Prosedures (SOP) dalam


prescription error
Standard Operating Procedures (SOP) berfungsi membentuk sistem kerja
dan aliran kerja yang teratur, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan,
menggambarkan tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan pedoman standar
dan peraturan yang berlaku, menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan
dan pengadministrasian pekerjaan sebagaimana metode yang ditetapkan,
menjamin konsistensi dan proses kerja sitematik, dan menetapkan hubungan
timbal balik (Tambunan, 2013)
Sedangkan tujuan SOP yaitu:
a. Agar mengetahui dengan jelas peranan dan fungsi tiap-tiap posisi
dalam organisasi
b. Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lainnya
c. Untuk menghindari kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi
d. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari staf
atau operator terkait.
Melihat dari SOP dihubungkan dengan enam peranan dalam pendekatan
PDCA selama ini belum ada dan tugas kerja masing-masing peranan, tidak
mengetahui teknik menyelesaikan masalah bila terjadi prescription error. Maka
dibuatlah usulan flow chart dengan tujuan menurunkan kasus prescription error di
rawat inap Ruang Angsoka.

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
89 
 

Untuk mengurangi terjadinya prescription error maka dibuatlah flowchart


Gambar 7.1 Usulan flow chart prescription error

DPJP/ PPDS‐1   Tim Patient  Unit Pengendalian 


Dirut 
safety  Mutu 

Prescripti
on error 

Mengu Analisa/
mpulkan  Laporan
Laporan 

Form 
insiden/ 
resiko 2x24 
jam  

Tangani 
Pembelaja
ran 

Keputusan / 
RCA kebijakan 

FEEDBACK 

Sebelum menerapkan alur tersebut dilakukan uji coba dahulu untuk melihat
apakah sesuai dengan proses kondisi lingkungan di tempat kerja tersebut. Setelah
itu membuat uraian tugas pada masing-masing peranan disesuaikan dengan
budaya di tempat tersebut.
Melihat alur kerja pada gambar 7.1 maka menurut Indra Johannes struktur
kerja berdasarkan jenis contolled decentralized, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
(dalam Nurzaman, 2014)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
90 
 

1. Memiliki satu pemimpin utama yang menangani dan mengkoordinasikan


tugas-tugas utama
2. Terdapat pemimpin sekunder yang dipilih pemimpin utama untuk
mengkoordinasikandan menangani sub-sub tugas yang dibagi berdasarkan
kebijakan pemimpin utama
3. Pemimpin sekunder menjadi koordinator dalam tim yang dibentuk
berdasarkan pembagian tugas
4. Pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama antar anggota
dalam masing-masing tim
5. Pengambilan keputusan antar grup diputuskan oleh pimpinan utama
6. Komunikasi diperlukan dalam satu tim
7. Komunikasi dilakukan secara horizontal antar anggota dalam satu tim
8. Terdapat komunikasi vertikal antar tim dengan pemimpin utama tim

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan
Pemahaman tentang pedoman implementasi standar akreditasi JCI fokus
“Manajemen dan Penggunaan Obat” sudah dilakukan sosialisasi tetapi belum
disosialisasikam optimal secara konsisten dan berkesinambungan ke seluruh
anggota staf medis, residen dan instalasi farmasi di rawat inap Ruang Angsoka
RSUP Sanglah
Jenis-jenis kesalahan dalam penulisan prescription error sesuai dengan
standar akreditasi JCI fokus ‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ serta yang tertera
dalam Kartu Instruksi Obat menunjukkan bahwa paraf dokter, bentuk sediaan,
dosis, aturan pakai mempengaruhi ketidaklengkapan dalam penulisan resep. Dan
hal ini perlu adanya team work penanganan prescription error yang konsisten dan
terlibat langsung di rawat inap Ruang Angsoka.
Berdasarkan ke-enam peranan cukup penting untuk re-edukasi, pembinaan
dan mengingatkan kelengkapan resep bagi sumber daya manusia agar tidak terjadi
prescription error. Pada ke-enam peranan itu saling berhubungan erat dan sangat
mempengaruhi satu sama lainnya. Peranan Sarana dan Dana lebih penting untuk
melakukan efisiensi secara dini agar DPJP/ residen menulis resep di Kartu
Instruksi Obat dengan mudah dan lancar sesuai akreditasi JCI fokus ‘Manajemen
dan Penggunaan Obat’ dengan merubah desainnya.
Alternatif yang dilakukan dengan merevisi desain KIO yang akan
ditetapkan pada anggaran tahun depan agar terjadi penurunan prescription error
(gambar revisi KIO terlampir)

8.2 Saran
1. Pimpinan tertinggi dalam hal ini Direktur Pelayanan Medis dan
keperawatan perlu mensosialisasikan secara kontinu dan
berkesinambungan standar akreditasi JCI fokus ‘Manajemen dan
Penggunaan Obat’ pada pada masing-masing SMF terutama SMF yang
paling sering melakukan prescription error

91 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
92 
 

2. Perlunya koordinasi berupa supervisor yang bekerja di rawat inap Ruang


Angsoka agar lebih konsisten dalam menangani prescription error dan
membentuk team work untuk membantu melaksanakan tugas.
3. Perlu dilakukan uji coba flow chart agar dapat mengetahui fungsi kerja
masing-masing peranan

    Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

DAFTAR PUSTAKA

Aditama TY, 2010, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia,


Edisi kedua, hal, 215

Alimuddin W, 2012, Skripsi: Pengaruh Kompensasi Terhadap Produktivitas


Karyawan Pada PT, Bakrie Telecom Area, Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanudin Makasar

Azwar Asrul, 1988, Sikap manusia teori dan pengukurannya, Yogyakarta:


Penerbit Liberty, hal,1-21

Borris Steven, 2012, Strategic Lean Mapping ‘Blending Improvement Processes


for the Perfect Solution’, Chicago, New York, p,35-47

Departemen Kesehatan R,I, Keputusan Menteri Kesehatan R,I, No,


1197/MENKES/SK/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit,2004,

Ghodse H, Khan I, 1988, Psychoactive drugs: Improving prescribing practices,


Geneva: World Health Organization, p 1-6

Hasibuan, 2007, Manajemen Dasar, Pengertian, Dan Masalah, Penerbit Bumi


Aksara, Jakarta

Ilyas, Yaslis, 2003, Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja, Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

Ilyas Yaslis, 2012, Kinerja Teori, Penilaian & Penelitian, Cetakan ke Empat,
Edisi Revisi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok

Jacobalis, S, 1990, Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Suatu Pengantar, Citra


Windu Satria, Jakarta

Keputusan Direktur Utama (Nomor HK,03,05/SK,IV,D23/2012) tentang Susunan


Tim Penerapan Akreditasi International (Joint Commission International
Accreditation) RSUP Sanglah

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


772/MENKES/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit
(Hospital By Laws)

92 Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
93 
 

Lukas, Stefanus, 2000, Analisis Penulisan resep di Luar Formularium Rumah


Sakit PGI Cikini Tahun 2000, Tesis FKM UI, Depok

Mukhtar, 2013, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Cetakan Pertama,


Referensi, Jakarta

Muninjaya, 2012, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta

Notoatmodjo S, 1993, Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku


kesehatan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta

Notoatmojo S, 2010, Etika & Hukum Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Nurzaman K, 2014, Manajemen Perusahaan, Penerbit Pustaka Setia, Bandung

Pedoman Implementasi Standar Joint Commission International RSUP Sanglah


Denpasar 2012, Tentang Quality Improvement and Patient Safety (QPS), jilid
II, hal 2-31

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang


Pekerjaan Kefarmasian

Quick JD et all, 1997, Managing drug supply, 2nd ed, revised and expanded, West
Hartfold: Kumarin Press, p 422-428

Sembiring Masana, 2012, Budaya dan Kinerja Organisasi (Perspektif Organisasi


Pemerintah), Bandung, Penerbit: Fokusmedia

Siregar CJP,, 2004, Farmasi Klinik Tori dan Penerapan, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Hal 90-91

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Penerbit


Alfabeta, Bandung

Sumijatun, 2011, Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan, Penerbit


Salemba Medika

Tambunan, RM, 2013, Pedoman Penyusunan Standard Operating Procedures


(SOP), Edisi kedua Cetakan Pertama, Maiestas Publishing, Jakarta

Tunggal AW, 1998, Manajemen Mutu Terpadu Suatu Pengantar, Penerbit, PT


Rineka Cipta, Jakarta

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek


Kedokteran

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
94 
 

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Wibowo, 2013, Manajemen Kinerja, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

World Health Organization, 1997, The role of the pharmacist in the Health Care
System, World Health Organization Consultative, Vancouver, Canada

Zaman Nanizar dan Joenoes, 1995, ARS Prescribendi Resep yang rasional,
Surabaya: Penerbit Airlangga University Press, Hal 9-19

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

Lampiran 1
Pedoman Wawancara Mendalam
Keterangan: + : diberikan pertanyaan pada informan
- : tidak diberikan pertanyaan pada informan
No INFORMAN
VARIABEL MODEL PERTANYAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Peranan Atasan Plan Apakah anda pernah memberi petunjuk + + + + - - - - - - - - - - -
Langsung penulisan resepyang benar?
Do Apakah anda pernah mengerjakan penulisan + + + - - - - - - - - - - - -
resep sesuai JCI fokus ‘MPO’ pada KIO?
Check Apakah anda pernah mengevaluasi rapat + + + + - - - - - - - - - - -
membahas prescription error?
Act Adakah sanksi bila ada yang melakukan + + + + - - - - - - - - - - -
kesalahan penulisan resep lagi?
2 Peranan Petugas Plan Apa yang harus dilakukan bila mendapatkan - - - - + + + + + - - - - - -
prescription error?
Do Apakah ada tugas tambahan pencatatan - - - - - - + + + - - - - - -
prescription error selain di ranap R.Angsoka?
Check Apakah prescription error setiap bulan di - - - - - - + + + - - - - - -
ranap r. Angsokadilakukan evaluasi ulang?
Act Pernahkah menerangkan tentang kelengkapan - - - - + + + + + - - - - - -
penulisan resep?
3 Peranan Sarana Plan Bagaimana melengkapi KIO dengan mudah? - - - + - - - - - + + + + + +
dan Dana
Do Bagaimana mengerjakan KIO sesuai JCI - - - + - - - - - + + + + + +
fokus ‘MPO’?
Check Bagaimana mengevaluasi kelengkapan KIO Observasi KIO (almari)
Act Apakah ada sanksi bila tidak melengkapi - - - + - - - - - + + + + + +
KIO ?

 
Universitas Indonesia
 

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


 

4 Peranan Kriteria Plan Bagaimana pemahaman JCI fokus ‘MPO’? + + + + + + + + + + + + + + +


Laporan
Do Bagaimana pelaksanaan JCI fokus ‘MPO’di - - - - - - + + + - - - - - -
ranap R. Angsoka?
Check Pernakah anda mengkoreksi berhubungan - - - - - - + + + - - - - - -
dengan penulisan resep di ranap R.Angsoka?
Act Apa tindakan yang akan diambil untuk - - - - - - + + + - - - - - -
mengurangi terjadinya prescription error?
5 Peranan Umpan Plan Apa yang harus dilakukan bila masih terjadi + + + + - - - - - - - - - - -
Balik prescription error?
Do Apa yang akan direncanakan untuk + + + + - - - - - - - - - - -
melaksanakan JCI fokus ‘MPO’?
Check Bagaimana cara mengevaluasi agar tidak + + + + - - - - - - - - - - -
terjadi prescription error?
Act Setujukah diberikan reward bila prescription + + + + - - - - - - - - - - -
error tidak ada?
6 Peranan Plan Apa yang harus dilakukan untuk mengkoreksi - - - - + + + + + - - - - - -
Koordinasi prescription error?
Do Bagaimana mengerjakan koreksi prescription - - - - + + + + + - - - - - -
error berkesinambungan?
Check Bagaimana evaluasi prescription error secara - - - - + + + + + - - - - - -
continue?
Act Tindak lanjut apa yang akan diperoleh dari - - - - + + + + + - - - - - -
koordinasi berkesinambungan?

 
Universitas Indonesia
 

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


Lampiran 2
Matrik Hasil Wawancara
Analisis Manajemen Fokus “Manajemen dan Penggunaan Obat” Di Rawat Inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah Tahun 2014
(Studi Kasus Prescription Error)
No Variabel Model Pertanyaan Pernyataan
1 Peranan Atasan Langsung P Apakah anda pernah memberi Secara langsung pihak manajemen tidak memberi
petunjuk penulisan resep yang petunujuk namun ada bagian khusus yaitu instalasi
benar? farmasi yang memberikan petunjuk penulisan resep
yang benar disaat penerimaan residen baru (saat pra
pendidikan/ pradik). Pihak manajemen yang
bertanggung jawab langsung terjadinya prescription
error menunjukkan kurangnya sosialisasi secara
konsisten dan berkesinambungan untuk suatu
perbaikan mutu pelayanan rumah sakit sesuai standar
akreditasi JCI
D Apakah anda pernah Pihak manajemen tidak pernah menulis resep di Kartu
mengerjakan penulisan resep Instruksi Obat oleh karena kartu tersebut
sesuai JCI fokus ‘MPO’ pada diperuntukkan pasien rawat inap kelas tiga. Beberapa
KIO? pihak manajemen masih ada yang merawat pasien
tetapi dikelas VIP RSUP Sanglah atas permintaan
pasien dan penulisan resep pada Kartu Instruksi Obat
berbeda
C Apakah anda pernah Pihak manajemen pernah membahas prescription
mengevaluasi rapat membahas error dalam rapat bulanan dengan komite medik.
prescription error? Teknik rapat bulanan yaitu pertama kali rapat komite
medik yang dipimpin oleh ketua komite medik beserta
kepala bagian atau yang mewakili berjumlah 24 Staf
Medis Fungsional dan berlangsung sekitar 30 menit.
Setelah itu rapat disambung pihak manajemen dengan
anggota komite medik. Dalam rapat tersebut pihak
manajemen akan menyampaikan masalah yang

Universitas Indonesia 
 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
diketemukan setelah melakukan tracer lapangan.
Permasalahan prescription error tidak dibahas setiap
bulan karena masih banyak lagi masalah yang cukup
penting dibahas
A Adakah sanksi bila ada yang Sampai saat ini tidak ada sanksi. Harapan manajemen
melakukan kesalahan penulisan bahwa dengan pembinaan dan re-edukasi maka dapat
resep lagi? merubah budaya kerja sumber daya manusia dalam
hal penulisan resep yang benar. Pihak manajemen
berharap agar masalah yang dibahas saat komite
medik berhubungan dengan pelayanan seyogyanya
disampaikan ke DPJP, residen dan staf yang lain.
Menunjukkan komunikasi belum optimal pada
beberapa SMF
2 Peranan Petugas P Apa yang harus dilakukan bila Pihak peranan petugas dalam hal ini perawat rawat
mendapatkan prescription inap ruang Angsoka memberitahu DPJP dan residen
error? atas kurang lengkapnya pengisian Kartu Instruksi
Obat sebelum diberikan ke instalasi farmasi. Namun
komunikasi ini belum optimal dijalankan. Pihak lain
sebagai peranan petugas dalam hal ini apoteker dan
asisten apoteker sudah menjalankan tugasnya dengan
baik melalui komunikasi verbal yaitu DPJP dan
residen ditegur langsung dan komunikasi non verbal
yaitu memberikan catatan kecil pada ujung kanan
Kartu Instruksi Obat namun kenyataannya
prescription error masih terjadi. Hal ini menunjukkan
tugas peranan petugas belum satu tujuan dalam
mengurangi prescription error.
D Apakah ada tugas tambahan Petugas asisten apoteker mendapatkan tugas
pencatatan prescription error tambahan di instalasi farmasi yang lain saat hari
selain di rawat inap R.Angsoka? libur. Dan asisten apoteker melakukan tugas koreksi
prescription error. Hal ini menunjukkan komunikasi
verbal maupun non verbal yang dilakukan pada dua
tempat yang berbeda dapat mengurangi konsistensi

Universitas Indonesia 
 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
tugasnya karena kelelahan kerja (burnout)
C Apakah prescription error Dalam hal ini pernah dilakukan namun yang mewakili
setiap bulan di rawat inap r. dalam rapat adalah kepala bidang keperawatan
Angsoka dilakukan evaluasi kemudian dilakukan rapat internal keperawatan. Dari
ulang? rapat tersebut kepela perawat rawat inap ruang
Angsoka mengetahui prescription error masih terjadi
A Pernahkah menerangkan tentang Kelengkapan pengisian Kartu Instruksi Obat
kelengkapan penulisan resep? dilakukan saat kepala perawat rawat inap ruang
Angsoka berada di lapangan (ruang Angsoka). Dan
kepala ruangan mengatakan sudah mengingatkan
anggotanya untuk mengkoreksi kelengkapan Kartu
Instruksi Obat. Namun hal tersebut masih terjadi.
Beberapa anggota masih rutin melakukan tugas
mengkoreksi kelengkapan Kartu Instruksi Obat
3 Peranan Sarana dan Dana P Bagaimana melengkapi KIO Peralihan IT ke PT Parico pada bulan juli 2013
dengan mudah? membuat dampak yang cukup besar instalasi farmasi
.Labeling yang diberikan ke Rekam Medis pasien
untuk ditempel pada KIO tidak ada (dulu ada nama
obat, jumlah obat, aturan pakai sehingga
memudahkan farmasi bekerja). Dalam hal ini terlihat
bahwa mutu pelayanan instalasi farmasi turun dan
tidak sesuai dengan standar akreditasi JCI fokus
‘Manajemen dan Penggunaan Obat’.
DPJP dan residen yang terlibat langsung pada
penulisan resep di Kartu Instruksi Obat yang
menginginkan terjadinya perubahan desain Kartu
Instruksi Obat karena standar akreditasi JCI fokus
‘Manajemen dan Penggunaan Obat’ kurang sesuai
dengan alat yang ada yaitu Kartu Instruksi Obat.
dalam hal ini terlalu kecil kolom-kolom yang
dievaluasi sesuai standar akreditasi JCI sehingga
membuat DPJP dan residen kurang teliti dalam
kelengkapan resep

Universitas Indonesia 
 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
D Bagaimana mengerjakan KIO Saat penerimaan residen baru (prapendidikan/ pradik)
sesuai JCI fokus ‘MPO’? sudah dijelaskan tentang penulisan resep pada Kartu
Instruksi Obat. namun waktu yang diberikan instalasi
farmasi cukup sedikit sehingga kurang fokus dan
mendalam penjelasan penulisan Kartu Instruksi Obat.
Diperdalam juga sosialisasi saat di ruangan dan di
SMF tentang kelengkapan penulisan resep
C Bagaimana mengevaluasi Observasi yang dilakukan selama 6 hari di rawat inap
kelengkapan KIO ruang Angsoka masih cukup banyak ditemukan
prescription error sehingga perlu dibuat team work
agar membantu mengingatkan DPJP atau residen saat
kelengkapan penulisan resep
A Apakah ada sanksi bila tidak Belum diperlukan sanksi untuk DPJP atau residen
melengkapi KIO ? karena rawat inap ruang Angsoka merupakan salah
satu tempat pertama kali merawat residen baru dan
harus sesuai standar akreditasi JCI pada beberapa
SMF, merubah perilaku kerja DPJP atau residen
diperlukan sosialisasi konsisten dan
berkesinambungan
4 Peranan Laporan Kriteria P Bagaimana pemahaman JCI ‘Manajemen da Penggunaan Obat’ adalah salah satu
fokus ‘MPO’? indikator mutu sesuai astandar akreditasi JCI yang
berfokus pada patient safety. Dalam hal ini
pemahaman ‘MPO’ baik pihak manajemen, dokter,
residen dan staf yang lain mengerti tetapi belum satu
visi.
D Bagaimana pelaksanaan JCI Ketelitian dalam penulisan resep sangat diperlukan
fokus ‘MPO’di rawat inap R. sehingga komunikasi verbal/ nonverbal, sosialisasi
Angsoka? internal SMF perlu digalakkan untuk mengurani
prescription error
C Pernakah anda mengkoreksi Apoteker dan asisten apoteker berperan penting dalam
berhubungan dengan penulisan pengkoreksian resep. Hal ini sudah dilakukan namun
resep di rawat inap R.Angsoka? kurang konsisten sehingga masih didapatkan
prescription error

Universitas Indonesia 
 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
A Apa tindakan yang akan diambil Perlunya dilakukan pelatihan dalam pengisian resep
untuk mengurangi terjadinya di Kartu Instruksi Obat Mengingat residen yang
prescription error? menulis adalah baru bertugas pertama kali dan belum
mengetahui secara detail penulisan resep sesuai
standar JCI yang berlaku di RSUP Sanglah
5 Peranan Umpan Balik P Apa yang harus dilakukan bila RSUP Sanglah merupakan salah satu rumah sakit
masih terjadi prescription error? pendidikan dan rawat inap ruang Angsoka juga
merupakan tempat pertama kali residen baru bertugas
selama 2-3 bulan tergantung aturan SMF sehingga
pentingnya sosialisasi pada SMF terutama yang
sering prescription error yaitu SMF Penyakit Dalam
dan SMF Bedah. Perlunya kerjasama dalam
menyelesaikan masalah pelayanan antara pihak
manajemen struktural dan pihak fungsional
D Apa yang akan direncanakan Dalam hal ini pihak manajemen akan meninjau
untuk melaksanakan JCI fokus kembali sosialisai internal pada masing-masing SMF.
‘MPO’? Bila prescription error masih tinggi maka SMF mana
yang tinggi akan diajak diskusi untuk membantu
menyelesaiakan masalah yang cukup penting di RSUP
Sanglah, kalau perlu DPJP dan residen yang sering
melakukan prescription error dipanggil untuk
dilakukan pembinaan
C Bagaimana cara mengevaluasi Perlunya follow-up rapat komite medik tentang
agar tidak terjadi prescription prescription error dilakukan secara kontinu pada
error? masing-masing SMF setiap bulannya. Melakukan
pembinaan dan re-edukasi masing-masing SMF
terhadap DPJP dan residen
A Setujukah diberikan reward bila Belum ada reward khusus untuk mengurangi
prescription error tidak ada? prescription error. Selama ini dilakukan reward
secara global yaitu ‘Dokter Teladan’. Merubah
budaya kerja perlu kesabaran dan proses waktu
6 Peranan Koordinasi P Apa yang harus dilakukan untuk Komunikasi antara dokter, perawat dan apoteker
mengkoreksi prescription error? terutama residen yang baru sebagai ujung tombak

Universitas Indonesia 
 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
penulisan resep rawat inap ruang Angsoka perlu
ditingkatkan. Apoter dan asisten apoteker sudah cukup
optimal namun ketelitian membaca catatan kecil yang
diberikan oleh farmasi pada Kartu Instruksi obat yang
belum lengkap belum ada.
D Bagaimana mengerjakan koreksi Belum ada rapat interna di rawat inap ruang Angsoka
prescription error yang membahas prescription error dan diikut sertakan
berkesinambungan? DPJPdan residen yang bertugas di ruangan tersebut
C Bagaimana evaluasi Perlunya diberikan contoh pengisian resep yang benar
prescription error secara di Kartu Instruksi Obat kemudian di laminating lalu di
continue? letakkan pada meja yang sering digunakan residen
menulis resep
Adanya supervisor yang memang bekerja di rawat
inap ruang Angsoka agar ikut membantu koordinasi
prescription error
A Tindak lanjut apa yang akan Laporan tertulis pada formulir khusus bila
diperoleh dari koordinasi menemukan prescription error kemudian diserahkan
berkesinambungan? ke tim pasien safet. Kemudian tim pasien safety
mencari akar permasalahan agar dapat menemukan
solusi untuk kepentingan mutu pelayanan RSUP
Sanglah

Universitas Indonesia 
 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
USULAN KIO BARU
ALERGI:

Nama : Diagnosa awal : NO.


KARTU INSTRUKSI OBAT

IRNA LANTAI BANGSAL Umur/Sex : Diagnosa akhir : No.KTP ASKES

TB/BB : Dokter yang merawat :

No. RM :

Tgl. Masuk :

TT TANGGAL PERMINTAAN / PENERIMAAN / PERACIKAN ( Bulan:…………………….. )


NAMA OBAT / DOSIS / ATURAN PAKAI DOKTER 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

R/

R/

R/

R/

R/

R/

R/

R/

R/

R/

R/

TANDA TANGAN / PARAF PENERIMA

Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.


Lampiran 5
PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN

Bapak/ Ibu/ Saudara akan saya ikutkan dalam penelitian mengenai


“ANALISIS MANAJEMEN FOKUS “MANAJEMEN dan PENGGUNAAN
OBAT” DI RAWAT INAP RUANG ANGSOKA RSUP SANGLAH TAHUN
2014 (Studi Kasus Prescription Error)”. Tempat pelaksanaan penelitian ini
dilakukan di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah, jl.Diponegoro, Denpasar
Prosedur pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:
♦ Saya akan mewawancarai bapak/ibu/saudara mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan prescription error di rawat inap Ruang Angsoka
♦ Dalam mengikuti penelitian ini, saya akan menyita waktu bapak/ibu/saudara
untuk wawancara mendalam
♦ Tidak ada jawaban yang salah atau benar/ baik atau buruk karena masing-
masing induvidu berbeda dalam menjawab
♦ Semua dokumen yang menyangkut diri bapak/ibu/saudara terjamin
kerahasiaannya
♦ Bila bapak/ibu/saudara bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, mohon
menandatangani lembar persetujuan terlampir
♦ Bila ada hal-hal yang kurang jelas dapat menghubungi Ida Aju Kusuma
Wardani, pada nomor telepon: 08123813831
♦ Penelitian tersebut untuk menyelesaikan tugas akhir peneliti pada program
studi Kajian Administrasi Rumah Sakit Universitas Indonesia
Terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya

Denpasar,....................2014
Yang memberi penjelasan,

Ida Aju Kusuma Wardani


NPM 1206192954

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ............................................................................
Usia : ............................................................................
Jenis Kelamin : ...........................................................................

Sesudah mendengarkan penjelasan yang diberikan, dengan ini memberikan:

PERSETUJUAN

Mengikuti penelitian tentang ANALISIS MANAJEMEN FOKUS


”MANAJEMEN dan PENGGUNAAN OBAT” DI RAWAT INAP
RUANG ANGSOKA RSUP SANGLAH TAHUN 2014 (Studi Kasus
Prescription Error) sebagai subyek penelitian dan sewaktu-waktu saya
berhak mengundurkan diri.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan.

Denpasar, ...............................2014
Yang Membuat Pernyataan

(.........................................)

Universitas Indonesia
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
 

Lampiran 7

DATA INFORMAN

Identitas Informan

a. Nama :…………………………………………

b. Jenis Kel;amin : ………………………………………..

c. Usia : …………………………………………

d. Pendidikan Terakhir : ………………………………………… :

e. Masa Kerja di rawat inap Ruang Angsoka : ……………………………

Universitas Indonesia
 
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.
Analisis manajemen..., Ida Aju Kusuma Wardani, FKM UI, 2014.

Anda mungkin juga menyukai