TESIS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS)
NPM :1406521642
Tandatangan :
7-
Tanggal : 12 Agustus 2015
NPM :1406521642
TahunAkademik :2074-2015
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Tesis
saya yang berjudul:
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat maka saya akan menerima
sanksi yang telah ditetapkan.
(Gunawan Widjaya)
NPM 1406521642
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar MagisGr Administrasi Rumah
Sakit pada program studi Kajian Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
DEWANPENGUJI
Puji syukur saya panjatkan kepada Sang Hyang Adi Buddha, Tuhan Yang
Maha Esa. Hanya karena berkat dan rahmatNya, tesis yang berjudul Analisis
Konsep Corporate Governance Dalam Undang-Undang Rumah Sakit Dan
Penerapannya Pada Rumah Sakit Di Indonesia ini dapat saya selesaikan pada
waktunya dan dapat dipertahankan di hadapan Majelis Penguji dengan baik. Tesis ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Administrasi
Rumah Sakit (MARS) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas
Indonesia, Depok.
Selain itu ucapan terima kasih juga tidak lupa saya sampaikan kepada seluruh
Staf Pengajar pada program studi KARS FKM UI yang telah berbagi ilmunya,
seluruh karyawan dan karyawati dalam lingkungan KARS FKM UI, dan rekan-rekan
se-angkatan yang sudah banyak membantu sehingga tugas akhir ini dapat
diselesaikan pada waktunya.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan dari
semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan maupun doa dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini, dan semoga makalah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Gunawan Widjaja
vi
Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama GUNAWANWIDJAYA
NPM 1406521642
Dibuat di Depok
Yang menyatakan
Y----
(Gunawan Widj aya)
Kepustakaan: 127
Kata kunci: corporate governance, korporasi, tata kelola rumah sakit, rumah sakit
viii
Bibliography: 127
ix
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... viii
ABSTRACT..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
I.1. LATAR BELAKANG............................................................... 1
I.2. PERUMUSAN MASALAH...................................................... 11
I.3. PERTANYAAN PENELITIAN............................................... 12
I.4. TUJUAN PENELITIAN........................................................... 13
I.5. MANFAAT PENELITIAN....................................................... 13
xi
V. METODE PENELITIAN..................................................................... 64
V.1. DESAIN PENELITIAN............................................................ 64
V.1.1. JENIS PENELITIAN..................................................... 64
V.1.2. RANCANGAN PENELITIAN...................................... 65
V.1.3. ALASAN PEMILIHAN DESAIN................................. 65
V.2. DATA PENELITIAN................................................................ 65
V.2.1. SUMBER DATA............................................................. 65
V.2.2. INFORMAN.................................................................... 66
V.3. TAHAPAN PENELITIAN....................................................... 68
V.4. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN................................. 69
V.5. CARA PENGUMPULAN DATA............................................ 69
V.6. ANALISIS DATA...................................................................... 69
V.7. VALIDITAS DATA................................................................. 70
V.8. ETIKA........................................................................................ 71
xii
VII. PEMBAHASAN.................................................................................... 97
VII.1. PENGATURAN DAN PELAKSANAAN CORPORATE
GOVERNANCE DI INDONESIA............................................ 97
VII.2. PENGATURAN DAN PELAKSANAAN CORPORATE
GOVERNANCE DALAM RUMAH SAKIT DI
INDONESIA DEWASA INI..................................................... 99
VII.3. PENGATURAN DAN PELAKSANAAN CORPORATE
GOVERNANCE DALAM RUMAH SAKIT DI
INDONESIA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-
UNDANG PERSEROAN TERBATAS................................... 103
VII.4. PENATALAKSANAAN PENGATURAN CORPORATE
GOVERNANCE DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI BIDANG RUMAH SAKIT........................ 111
KEPUSTAKAAN........................................................................................... 120
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
xiii
xiv
hlmn
xv
hlmn
xvi
hlmn
xvii
PENDAHULUAN
Dari sisi semantik, kata rumah sakit berasal dari Bahasa Inggris, hospital.
Kata hospital sendiri berasal kata Latin hospes, yang menunjukkan orang asing
atau orang yang tidak dikenal, sebagai tamu. Kata lainnya yang diturunkan dari
kata Latin hospes tersebut adalah hospitium yang menunjukkan keramahan
(hospitality), suatu hubungan antara tamu dan tuan rumah. Hospes menjadi akar
kata dalam bahasa Inggris host (dengan menghilangkan huruf p untuk
memudahkan pengucapan) hospitality, hospice, hostel dan hotel. Kata Latin
hospes tersebut juga dipergunakan oleh bahasa roman Perancis kuno, yaitu hostel,
dengan menambahkan huruf s, yang selanjutnya dihilangkan kembali hingga
menjadi kata htel (Harper: 2001)
Berikut di bawah ini disajikan tabel evolusi rumah sakit yang dihubungkan
dengan peran dan karakteristik rumah sakit pada tiap-tiap periode.
1
UNIVERSITAS INDONESIA
2
UNIVERSITAS INDONESIA
3
UNIVERSITAS INDONESIA
Rumah sakit di Inggris pada abad ke delapan belas adalah rumah sakit
yang didirikan dari dana-dana sumbangan (filantropis). Para penyumbang ini
memiliki kewenangan untuk merekomendasikan pasien untuk dirawat di rumah
sakit tersebut. Mereka adalah orang-orang yang pada umumnya memiliki hak
suara dalam rapat dewan gubernur rumah sakit, meskipun keputusan kritis tetap
diambil oleh dewan manajemen eksekutif. Pasien sendiri, di rumah sakit yang
pengobatannya dilakukan dan diberikan secara cuma-cuma hampir tidak memiliki
1
Semacam penyandang dana bagi rumah sakit; mereka yang memerlukan jasa rumah sakit yang
dibawa masuk mereka dicatatkan atas nama dan kepentingan dari benefactor ini.
4
UNIVERSITAS INDONESIA
5
UNIVERSITAS INDONESIA
6
UNIVERSITAS INDONESIA
2
Rumah Sakit tersebut dinamakan CBZ (Central Burgerlijke Zeikenhuis) yang sekarang dikenal
dengan nama RSCM.
7
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 1.2 di bawah ini memperlihatkan bahwa selama kurun waktu 2011-
2013 telah terjadi pertumbuhan yang besar pada rumah sakit swasta di Indonesia
dewasa ini. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara 2009 No.153, Tambahan
Lembaran Negara No.5072) (UURS), rumah sakit swasta ini, tidak memiliki
pilihan lain selain membentuk wadah rumah sakitnya dalam bentuk perseroan
terbatas4. Terkait dengan hal tersebut maka pelaksanaan good corporate
governance di rumah sakit swasta menjadi penting di Indonesia.
3
Ketentuan ini diatur baik dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2818), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2943) (selanjutnya disebut dengan UUPMA); maupun Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724) (selanjutnya disebut dengan
UUPM) yang menggantikan UUPMA tersebut.
4
Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 21 UURS yang menyatakan dengan tegas bahwa Rumah
Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas
atau Persero.
8
UNIVERSITAS INDONESIA
TABEL 1.2
JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2011-2013
9
UNIVERSITAS INDONESIA
Sedangkan rumusan Pasal 29 ayat (1) butir r UURS sendiri tidak mengatur
tentang corporate governance. Rumusan Pasal 29 ayat (1) butir r UURS justru
mengatakan bahwa setiap rumah sakit mempunyai kewajiban untuk menyusun
dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws). Peraturan
internal rumah sakit itu disusun dalam rangka penyelenggaraan tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance) dan tata kelola klinis yang
baik (good clinical governance).
Jika ketentuan tersebut dikilas balik, akan tampak bahwa rumusan Pasal 29
ayat (1) butir r UURS tersebut merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan R.I
nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit
(hospital by laws) (KMK772)5 yang menyatakan bahwa hospital by laws terdiri
dari corporate by laws dan medical staff by laws. Ketentuan tersebut yang
dikaitkan dengan Penjelasan Pasal 29 ayat (1) butir r UURS jelas
mengindikasikan bahwa good corporate governance berpadanan dengan
corporate by laws. Dengan membuat corporate by laws maka akan tercapailah
good corporate governance. Lebih jauh lagi ketentuan tersebut mengimplikasikan
bahwa corporate governance adalah bagian dari hospital governance. Hal tersebut
perlu mendapat perhatian mengingat bahwa selain rumah sakit swasta yang
didirikan oleh badan hukum suatu perseroan terbatas, juga dikenal rumah yang
didirikan oleh perkumpulan atau yayasan. Di samping itu masih ada lagi rumah
sakit yang didirikan oleh Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah dalam bentuk BLU/ BLUD, yang mengambil bentuk hukum yang sangat
jauh berbeda dengan perseroan terbatas. Bahkan justru rumah sakit yang didirikan
oleh bukan perseroan terbatas jumlahnya jauh lebih banyak dari rumah sakit yang
didirikan oleh perseroan terbatas.
5
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 631/Menkes/Sk/IV/2005
Tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di Rumah Sakit, ketentuan
Medical Staff Bylaws yang diatur dalam KMK772 ini sudah dinyatakan tidak berlaku lagi.
10
UNIVERSITAS INDONESIA
11
UNIVERSITAS INDONESIA
Dari latar belakang dan rumusan masalah yang sudah disampaikan di atas,
dapat dikemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan dan pelaksanaan corporate governance di Indonesia?
12
UNIVERSITAS INDONESIA
Adapun secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu
bagaimana seharusnya pengaturan dan pelaksanaan corporate governance dalam
rumah sakit di Indonesia, sehingga di harapkan rumah sakit-rumah sakit yang ada
di Indonesia dapat dikelola secara profesional dengan memperhatikan kepentingan
dari semua pihak yang terkait dan terlibat di dalamnya.
1. Secara akademis atau teoritis, untuk dimuat pada jurnal ilmiah, dan dijadikan
rujukan untuk melakukan seminar, simposium atau temu ilmiah, yang
dijadikan rujukan bagi dan dikembangkan dalam penelitian-penelitian
13
UNIVERSITAS INDONESIA
14
UNIVERSITAS INDONESIA
TINJAUAN PUSTAKA
Bangkrutnya Barings Bank di tahun 1995 yang merupakan salah satu bank
tertua di Inggris merupakan salah satu contoh buruknya tata kelola perusahaan
yang tidak dilakukan dengan baik. Kejadian tersebut bukanlah yang pertama dan
bukan juga yang terakhir. Setelah kejadian Barings Bank, tuntutan hukum yang
dialami oleh Enron, sebagai salah satu perusahaan yang sempat masuk ke dalam
sepuluh besar perusahaan menurut US Fortune juga merupakan contoh utama
kegagalan perseroan terbatas tanpa tata kelola yang baik. Kegagalan pembayaran
utang oleh Parmalat, salah satu perusahaan susu, dengan kisah sukses yang luar
biasa di Italia, sebagai akibat penyalahgunaan dana adalah contoh berikutnya.
Skandal yang melanda Royal Bank of Scotland dan beberapa bank besar di Inggris
pada tahun 2008, manipulasi yang dilakukan oleh manajemen China Forestry di
tahun 2008 dan 2009 turut menambah panjang cerita kelamnya sejarah
penyalahgunaan perseroan terbatas oleh orang-orang yang berkepentingan dan
memiliki akses dan kontrol terhadap perseroan terbatas (Mallin: 2013).
15
UNIVERSITAS INDONESIA
Dengan demikian jelaslah jika corporate adalah suatu istilah yang merujuk
pada sifat badan hukum dari suatu perseroan terbatas. Di Indonesia, istilah
corporation atau korporasi dirujuk dan diterjemahkan ke dalam pengertian
perseroan terbatas. Dalam konsep corporation, sebagai suatu badan hukum terjadi
pemisahan antara fungsi pemilik modal atau pemilik (saham) dengan pengurusan
atau pengelolaan terhadap corporation atau korporasi atau perseroan terbatas itu
sendiri. Pemisahan fungsi pemilikan modal atau saham ini dengan fungsi
pengurusan atau pengelolaan dalam suatu perseroan terbatas disebut dengan nama
corporate veil atau tabir perseroan. Setiap bentuk pelanggaran yang
mengakibatkan bersatunya fungsi pemilik modal atau saham dengan pengurusan
atau pengelolaan perseroan terbatas menerbitkan akibat yang dinamakan piercing
the corporate veil atau proses menembus tabir perseroan. Hal ini membawa
konsekwensi hukum bahwa pemilik modal adalah juga pengurus yang tidak
terpisahkan sebagai satu kesatuan. Hal ini merujuk pada berlakunya konsep firma
dalam suatu persekutuan6. Rusaknya tabir perseroan karena adanya tembusan
tersebut mengakibatkan pemilik modal ikut bertanggung jawab atas kerugian
perusahaan. Dalam konteks yang demikian maka pertanggungjawaban yang tidak
lagi terbatas (sebagaimana konsep perseroan terbatas itu sendiri) bagi para pemilik
modal sebagai pemegang saham dalam perseroan. Dalam kata lain pemberian
6
Pasal 18 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, secara tegas menyatakan bahwa para sekutu
dalam persekutuan firma bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian firma.
16
UNIVERSITAS INDONESIA
17
UNIVERSITAS INDONESIA
Setelah itu masih banyak lagi komite yang dibentuk dan laporan yang
disajikan, antara lain Myners tahun 2001 dan 2008, Higgs tahun 2003, Smith
tahun 2003, dan Walker tahun 2009. Selain itu terhadap laporan yang ada,
termasuk Combined Code juga dilakukan perubahan, revisi dan perbaikan. Secara
berturut-turut Combined Code sudah diubah mulai tahun 2003, 2006, 2008,
hingga pada akhirnya dikeluarkanlah UK Corporate Governance Code di tahun
2010 dan Guidance on the Implementation of the UK Corporate Governance
Code pada tahun yang sama.
18
UNIVERSITAS INDONESIA
19
UNIVERSITAS INDONESIA
20
UNIVERSITAS INDONESIA
7
Pernyataan tersebut pertama kali dikemukakan dalam UK Report of the Commitee on the
Financial Aspects of Corporate Governance di tahun 1992.
21
UNIVERSITAS INDONESIA
22
UNIVERSITAS INDONESIA
Salah satu kunci utama dalam Cadbury Report yang juga telah disinggung
di atas adalah pemisahan antara kepemilikan saham dengan pengurusan. Dalam
konteks ini, korporasi dibedakan dari jenis perusahaan lain seperti suatu
persekutuan perdata, firma atau persekutuan komanditer. Dalam ketiga jenis
persekutuan tersebut sama sekali tidak ada pemisahan antara kepemilikan modal
dan pengurusan. Semua pemilik modal terlibat secara langsung dalam proses
pengurusan dalam suatu persekutuan perdata8, firma9 atau persekutuan
komanditer 10 (Widjaja: 2004).
8
Pasal 1639 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
9
Pasal 18 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
10
Pasal 19 jo. Pasal 18 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
23
UNIVERSITAS INDONESIA
24
UNIVERSITAS INDONESIA
25
UNIVERSITAS INDONESIA
26
UNIVERSITAS INDONESIA
27
UNIVERSITAS INDONESIA
Dengan demikian pada dasarnya tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance adalah suatu sistem yang dibentuk dengan aturan-aturan
yang menjamin bahwa perusahaan akan dijalankan dan dilaksanakan dengan
TARIF, yaitu:
1. Transparan,
2. Akuntabel,
3. Responsibel,
4. Independen, dan
5. Adil (Fairness).
Dengan melaksanakan ke lima hal tersebut di atas, maka perusahaan akan dapat
menjadi suatu entitas yang going concern yang akan selalu sustain dan tidak
akan pernah bubar. Untuk itulah maka dimungkinkan bagi suatu perusahaan untuk
didirikan tanpa jangka waktu yang ditentukan lamanya.
28
UNIVERSITAS INDONESIA
29
UNIVERSITAS INDONESIA
Pengertian Corporate Governance yang ada pada versi pertama dari The
UK Corporate Governance Code ini, yang dibuat tahun 1992 oleh Cadbury masih
tetap dipertahankan sampai saat ini pada Code terakhir ini. Menurut Code terakhir
ini, tujuan dari corporate governance adalah untuk to facilitate effective,
entrepreneurial and prudent management that can deliver the long-term success
of the company. Dengan menggunakan rumusan klasik corporate governance
tahun 1992 oleh Cadbury Committee, yang menyatakan bahwa (FRC: 2014):
30
UNIVERSITAS INDONESIA
31
UNIVERSITAS INDONESIA
12
Tersedia dan dapat diunduh dari http://www.nyse.com.
13
Sebagai catatan perlu diketahui bahwa aturan pasar modal di Amerika Serikat di atur pada
tingkat Federal, sedangkan aturan mengenai korporasi di atur secara independen dan terpisah oleh
masing-masing negara bagian (State).
32
UNIVERSITAS INDONESIA
33
UNIVERSITAS INDONESIA
34
UNIVERSITAS INDONESIA
35
UNIVERSITAS INDONESIA
Di samping Jerman, Belanda adalah salah satu negara di dunia ini yang
juga menggunakan sistem dua lapis (two-tiers). Namun bedanya, jika di Jerman
sistem tersebut adalah suatu kewajiban, maka di Belanda, sistem tersebut adalah
suatu pilihan. Perusahaan berbentuk perseroan terbatas di Belanda dapat memilih
untuk menggunakan sistem satu lapis (one-tier) tanpa Dewan Pengawas (Dewan
Komisaris); atau sistem dua lapis dengan Dewan Pengawas (Dewan Komisaris)
(van Bekkum, Hijink, Schouten dan Winter: 2010).
36
UNIVERSITAS INDONESIA
Prinsip dalam tata kelola perusahaan yang baik yang berlaku di Belanda
saat ini menyatakan bahwa (CG Comm.: 2003):
1. Akuntabilitas;
2. Transparansi;
3. Responsibilitas;
4. Fair;
5. Independen;
yang diberlakukan bagi direksi maupun dewan pengawas.
Adapun isi dari Dutch Corporate Governance Code tersebut yang terdiri
dari 5 bagian pokok, adalah sebagai berikut:
1. compliance with and enforcement of the Code;
2. the management board;
3. the supervisory board;
4. the shareholders and the general meeting of shareholders;
5. the audit of the financial reporting and the position of the internal audit
function and the external auditor.
37
UNIVERSITAS INDONESIA
38
UNIVERSITAS INDONESIA
39
UNIVERSITAS INDONESIA
40
UNIVERSITAS INDONESIA
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa Pedoman GCG tahun 2006 ini dikeluarkan
bagi dan untuk dipedomani oleh seluruh perusahaan di Indonesia, tidak hanya
diberlakukan untuk perusahaan publik (perseroan terbatas terbuka), meskipun
pada awalnya yang membidani Code tahun 2001 tersebut adalah pelaku pasar
modal. Dalam Pedoman GCG tahun 2006 ini dikemukakan dengan tegas 5 asas
Good Corporate Governance, yaitu:
1. Transparansi (Transparency);
2. Akuntabilitas (Accountability);
3. Responsibilitas (Responsibility);
4. Independensi (Independency);
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness).
41
UNIVERSITAS INDONESIA
Perlu untuk diperhatikan bahwa road map tata kelola perusahaan yang baik yang
dikeluarkan tahun 2014, adalah road map yang berlaku hanya untuk kepentingan
perusahaan publik atau perseroan terbatas terbuka.
42
UNIVERSITAS INDONESIA
UURS yang berlaku saat ini secara tegas menyatakan bahwa rumah sakit
dapat dibedakan ke dalam rumah sakit privat yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero14, dan rumah
sakit publik15 yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan
hukum yang bersifat nirlaba. Yang dimaksud dengan badan hukum nirlaba adalah
badan hukum yang sisa hasil usahanya tidak dibagikan kepada pemilik, melainkan
digunakan untuk peningkatan pelayanan, yaitu antara lain Yayasan, Perkumpulan
dan Perusahaan Umum. Dengan demikian berarti untuk dapat mengelola rumah
sakit yang didirikan oleh badan hukum perseroan terbatas atau yang menjadi
bagian unit usaha dari perseroan terbatas berbadan hukum perlu pemahaman yang
benar tentang perseroan terbatas, khususnya yang berkaitan dengan tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance).
14
Pasal 21 UURS
15
Pasal 20 ayat (2) UURS
43
UNIVERSITAS INDONESIA
Pada tahun 1985 sebagai tindak lanjut dari keberadaan poliklinik tersebut,
dibentuklah perseraoan terbatas oleh para dokter spesialis dalam YBU melalui PT
BKM yang bekerja sama dengan PT Multi Pratama Inti Development (PT MPID).
Adapun komposisi saham keduanya adalah sama besar. Perseroan terbatas ini
diberi nama PT Kosala Agung Metropolitan (PT KAM). Pada tahun 1991-1994
komposisi pemegang saham PT KAM berubah menjadi PT BKM dan PT Summa
Internasional (PT SI), dengan komposisi kepemilikan saham 28% dan 72%.
Perubahan struktur kepemilikan saham PT KAM ini tidak mengubah pengelolaan
RS MMC yang masih sepenuhnya berada di bawah para dokter pendiri. Likuidasi
Bank Summa mengakibatkan perubahan kepemilikan saham dengan dijualnya
bagian kepemilikan PT SI dalam PT KAM. Melalui proses Leverage Buy Out
seluruh saham PT SI diambil oper oleh PT BKM. Dengan demikian terhitung
sejak pengalihan tersebut seluruh saham PT SI tersebut pada tanggal 26 Agustus
44
UNIVERSITAS INDONESIA
VISI
MISI
MOTO KERJA
45
UNIVERSITAS INDONESIA
46
UNIVERSITAS INDONESIA
Rumah Sakit Royal Taruma adalah nama kegiatan usaha dari PT Taruma
Bhakti Medika yang dioperasikan mulai tanggal 29 Maret 2007. Rumah Sakit ini
beralamat di Jalan Daan Mogot No.34, Jakarta Barat 11470. Lokasi rumah sakit
ini tidak jauh kampus Universitas Trisaksi dan Universitas Tarumanagara dan
pusat perbelanjaan Citraland.
VISI
Menjadi Rumah Sakit yang terkemuka dan terpandang secara nasional dan
internasional pada semua aspek pelayanan kesehatan dan aspek pendidikan
tenaga profesional.
MISI
47
UNIVERSITAS INDONESIA
VALUES:
1. Ramah
2. Obyektif
3. Yakin
4. Antisipatif
5. Lugas
6. Tuntas
7. Akurat
8. Rapi
9. Unggul
10. Mutu Pelayanan
11. Andal.
48
UNIVERSITAS INDONESIA
Rumah Sakit Gading Pluit adalah unit usaha PT Gading Pluit Jasa Medika
yang peresmian operasionalnya dilakukan pada tanggal 7 Juni 2005. Rumah sakit
ini terletak di wilayah kelapa gading jakarta utara. Dibangun di atas tanah seluas
lebih kurang 1,3 hektar dengan 8 lantai. RS ini dilengkapi dengan instalasi
peralatan medis modern dan fasilitas perawatan terbaik.
VISI
MISI
49
UNIVERSITAS INDONESIA
50
UNIVERSITAS INDONESIA
VISI
Menjadi tempat tujuan pelayanan kesehatan yang inovatif dan menyeluruh.
MISI
MOTTO
51
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBAR 3.1
STRUKTUR ORGANISASI PT SEJAHTERARAYA ANUGRAHJAYA, TBK
52
UNIVERSITAS INDONESIA
53
UNIVERSITAS INDONESIA
54
UNIVERSITAS INDONESIA
Selain dari jumlah rumah sakit, Siloam Hospitals juga menjadi rumah sakit
pertama di Indonesia yang mendapat akreditasi international dari lembaga
akreditasi Joint Commission International Accreditation (akreditasi telah
dilakukan pada tahun 2007, 2010 dan 2013). Akreditasi menguatkan posisi Siloam
Hospitals sebagai rumah sakit dengan layanan berstandar internasional. Pada
akhir tahun 2013, Siloam Hospitals mengoperasikan 16 rumah sakit, dalam tahap
membangun 21 rumah sakit (4-5 siap beroperasi di tahun 2014) dan
merencanakan membangun 19-20 rumah sakit selama tahun 2015-2017.
VISI
Berkualitas Internasional.
Mudah Dijangkau
Skala Biaya Ekonomis.
Berbelas Kasih Ilahi
MISI
NILAI PERUSAHAAN
Kasih
Profesionalisme
Peduli
Belas kasih
55
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBAR 3.2.
STRUKTUR ORGANISASI PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS, TBK
PENGHARGAAN
56
UNIVERSITAS INDONESIA
57
UNIVERSITAS INDONESIA
58
UNIVERSITAS INDONESIA
59
UNIVERSITAS INDONESIA
60
UNIVERSITAS INDONESIA
DIAGRAM 4.1.
KERANGKA KONSEPTUAL
PT UUPT
CORPORATE PERPRES,
GOVERNANCE KMK
Corporate By
Laws
Penj. Pasal
RS 29(1).r UURS
Hospital By Laws
Medical Staff
By Laws
61
UNIVERSITAS INDONESIA
62
UNIVERSITAS INDONESIA
63
UNIVERSITAS INDONESIA
METODE PENELITIAN
64
UNIVERSITAS INDONESIA
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, oleh karena penelitian ini dibuat
dengan tujuan untuk mencari tahu bagaimana konsep pengaturan dan pelaksanaan
tata kelola perusahaan (corporate governance) pada rumah sakit di Indonesia.
Oleh karena itu maka penelitian ini akan mencari tahu konsep, pengertian,
batasan, makna, dan pelaksanaan corporate governance secara umum dan di
rumah sakit pada khususnya. Proses penelitian dilakukan dengan melakukan
pengumpulan data sekunder yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder maupun tersier dan diikuti dengan wawancara secara mendalam dengan
Direksi atau pengurus atau manajemen rumah sakit. Hasil studi literatur dan hasil
wawancara yang mendalam tersebut selanjutnya akan dianalisis dengan
menggunakan content analysis.
Data penelitian diambil dari data sekunder. Data sekunder yang diambil ini
merupakan data yang sudah tersedia untuk umum. Salah satu sumber data
sekunder yang dipergunakan adalah sumber hukum primer, sumber hukum
sekunder dan sumber hukum tersier. Sumber hukum primer adalah peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan atau putusan pengadilan yang sudah
65
UNIVERSITAS INDONESIA
V.2.2. INFORMAN
Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan pada status atau jabatan
informan tersebut di perseroan terbatas yang memiliki unit usaha rumah sakit,
termasuk mereka yang secara khusus ditugaskan untuk menjalankan kegiatan
perumahsakitan. Hal ini peneliti lakukan adalah dalam rangka mencari tahu
sampai seberapa jauh pemahaman tentang corporate governance oleh para
pelaksana. Terhadap pemahaman corporate governance oleh para penyusun
aturan dan kebijakan dapat dilihat dari produk hukum yang dihasilkan yang
terbuka untuk umum. Semua ini selanjutnya akan dijadikan masukan untuk
melakukan validasi terhadap data yang sudah peneliti dapatkan melalui proses
penelusuran literatur.
66
UNIVERSITAS INDONESIA
67
UNIVERSITAS INDONESIA
TABEL 4.1
DAFTAR INFORMAN
No Sebutan Keterangan
68
UNIVERSITAS INDONESIA
69
UNIVERSITAS INDONESIA
70
UNIVERSITAS INDONESIA
Penelitian ini adalah murni hasil pemikiran peneliti sendiri. Semua kutipan
dalam tulisan ini sudah dilakukan sesuai dengan etika yang berlaku dalam suatu
penelitian, khususnya yang berhubungan dengan consent dan confidentiality
(Brikci dan Green: 2007) dari informan dan pihak-pihak dari siapa peneliti
memperoleh data tersebut.
71
UNIVERSITAS INDONESIA
HASIL PENELITIAN
72
UNIVERSITAS INDONESIA
All parties are involved in the direction and control of the company: The
GMS, representing shareholders, takes fundamental decisions, for
example the distribution of profits. The Board of Commissioner is
generally responsible for guidance and oversight, accepting company
73
UNIVERSITAS INDONESIA
All this is done to properly distribute rights and responsibilities and thus
increase long-term shareholder value: For example, how outside,
minority shareholders can prevent a controlling shareholder from gaining
benefits through related party transactions, tunneling or similar means.
74
UNIVERSITAS INDONESIA
75
UNIVERSITAS INDONESIA
Terkait dengan Direksi, tugas Direksi dan/ atau setiap anggota Direksi
menurut UUPT adalah:
a. Anggota Direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang
dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya dalam
Perseroan dan Perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus
(Pasal 101 ayat (1) UUPT); dengan sanksi bahwa Anggota Direksi yang tidak
melaksanakan kewajiban tersebut dan menimbulkan kerugian bagi Perseroan,
bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan tersebut (Pasal 101
ayat (2) UUPT);
b. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari
pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus
dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri
untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak (Pasal 56 ayat (3) UUPT).
Dalam hal pemberitahuan tersebut belum dilakukan, Menteri menolak
permohonan persetujuan atau pemberitahuan yang dilaksanakan berdasarkan
76
UNIVERSITAS INDONESIA
77
UNIVERSITAS INDONESIA
78
UNIVERSITAS INDONESIA
79
UNIVERSITAS INDONESIA
80
UNIVERSITAS INDONESIA
81
UNIVERSITAS INDONESIA
Bagi Dewan Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu
tertentu melakukan tindakan pengurusan maka terhadapnya berlaku semua
ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap Perseroan
dan pihak ketiga (Pasal 118 ayat (2) UUPT).
82
UNIVERSITAS INDONESIA
83
UNIVERSITAS INDONESIA
84
UNIVERSITAS INDONESIA
85
UNIVERSITAS INDONESIA
86
UNIVERSITAS INDONESIA
Selain itu perlu untuk dipahami secara umum, rumah sakit di seluruh dunia
dari sisi pemilikan atau pengelolaan setidaknya selalu dapat dibagi ke dalam dua
jenis. Pertama adalah rumah sakit yang berada di bawah naungan insitusi yang
didirikan dan/ atau dikelola dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Kedua
adalah rumah sakit yang dibentuk dan/ atau dikelola oleh organisasi sosial dan
keagamaan untuk kepentingan sosial.
16
Lihat ketentuan Pasal 36 UURS yang menyatakan bahwa setiap Rumah Sakit harus
menyelenggarakan tata kelola Rumah Sakit dan tata kelola klinis yang baik.
87
UNIVERSITAS INDONESIA
Dalam konteks tersebut di atas, rumah sakit privat menurut UURS adalah
Investor-owned or corporate hospital chains, yaitu rumah sakit yang menjadi
kegiatan usaha dari suatu korporasi atau perseroan terbatas, yang khusus didirikan
untuk mencari keuntungan.
Selanjutnya sebagai jaminan bahwa bahwa Trust Board NHS pada rumah
sakit melakukan fungsinya dengan melakukan pengelolaan risiko secara benar dan
efektif diperkenalkanlah control assurance. Control assurance menurut Emslie
88
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBAR 6.1
HEALTHCARE GOVERNANCE
89
UNIVERSITAS INDONESIA
17
The NHS Constitution tanggal 26 Maret 2013.
90
UNIVERSITAS INDONESIA
91
UNIVERSITAS INDONESIA
92
UNIVERSITAS INDONESIA
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Jha dan Epstein (2010)
diketahui bahwa salah satu faktor pembeda antara rumah sakit yang tidak mencari
keuntungan dengan rumah sakit yang mencari keuntungan dalam hal governance
rumah sakit adalah bahwa rumah sakit yang tidak mencari keuntungan tidak
terlalu memberikan perhatian kepada kualitas asuhan. Dalam salah satu penerbitan
tentang the Governance of New Jersey Hospital dikatakan bahwa komposisi dari
93
UNIVERSITAS INDONESIA
Sebagai catatan perlu diketahui bahwa banyak tulisan yang dibuat dalam
kerangka pembahasan pelaksaan corporate governance di rumah sakit di Amerika
Serikat tidak lagi mencantumkan kata corporate governance melainkan hanya
dengan rumusan kata-kata governance saja. Penyebutan hospital governance
merujuk pada pelaksanaan tata kelola dalam rumah sakit yang pada umumnya
berujung pada tata kelola klinis. Organisasi yang mewadahi keberadaan rumah
sakit, khususnya korporasi dianggap selalu melaksanakan corporate governance
sebagai suatu hal yang sudah menjadi keharusan. Sedangkan bagi organisasi yang
bukan korporasi, misalnya kelembagaan trust sebagai pihak yang menjadi
pemilik aset rumah sakit dengan trust board dan rumah sakit yang tidak
mencari keuntungan maka terhadap organisasi tersebut konsep dan prinsip
corporate governance yang diberlakukan bagi korporasi diharapkan juga
diberlakukan bagi organisasi yang mewadahi rumah sakit tersebut (meskipun jelas
bukan suatu korporasi) dengan berbagai penyesuaian. Hal ini patut dimengerti
mengingat bahwa konsep, prinsip dan pilar dalam corporate governance pada
organisasi korporasi yang mencari keuntungan sampai saat ini dianggap sebagai
konsep, prinsip dan pilar terbaik dalam melakukan pengelolaan organisasi, apapun
juga kegiatan usahanya, termasuk rumah sakit. Sehingga kemudian muncul pula
istilah governance for public hospital untuk sekedar membedakannya dari
corporate governance yang diatur dalam Sarbanes-Oxley. Jadi dalam hal
94
UNIVERSITAS INDONESIA
95
UNIVERSITAS INDONESIA
96
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBAHASAN
18
Pasal 1 butir 1 UUPT
19
Pasal 15 ayat (1) UUPT
97
UNIVERSITAS INDONESIA
98
UNIVERSITAS INDONESIA
99
UNIVERSITAS INDONESIA
20
Governing body of institution, organization or territory means that body which has ultimate
power to determine its policies and control its activities.
100
UNIVERSITAS INDONESIA
telah menempatkan seolah-olah rumah sakit adalah organisasi besar, dan bahwa
wadah di mana rumah sakit itu ada atau bernaung, seperti perseroan terbatas,
yayasan, perkumpulan adalah organisasi kecilnya. Ini adalah kesalahan yang fatal.
Justru yang harus dilihat sebagai organisasi besarnya adalah wadah yang
mempunyai maksud dan tujuan untuk menjalankan usaha rumah sakit. Tanpa
adanya perseroan terbatas, yayasan, perkumpulan, dan pemerintah pusat atau
daerah (dalam PT Persero), maka rumah sakit tidak pernah ada. Organisasi
kecilnya adalah rumah sakit itu sendiri. Perlu dicamkan sekali lagi bahwa
perseroan terbatas tidak memerlukan aturan internal, yang dinamakan corporate
by laws agar dapat melaksanakan corporate governance. Bagi perseroan terbatas,
corporate by laws itu adalah UUPT dan Anggaran Dasar perseroan terbatas, yang
merupakan dokumen yang terbuka untuk umum, yang keberadaan dan
pelaksanaannya tidak digantungkan pada ada tidaknya organisasi rumah sakit.
Justru organisasi rumah sakit yang dibentuk karena adanya maksud dan tujuan
perseroan terbatas itu harus tunduk pada aturan main perseroan terbatas itu
sendiri. Bukan sebaliknya.
Hal ini berbeda dengan konsep rumah sakit publik di Inggris yang berada
di bawah naungan NHS sebagai trustee. Dalam konsep trusts, sama sekali tidak
ada organisasi seperti halnya perseroan terbatas yang berbadan hukum. Jadi rumah
sakit publik yang berada di bawah NHS adalah satu-satunya organisasi yang ada,
baik secara faktual ataupun di hadapan hukum. Konsepsi yang demikian
sebenarnya cocok dengan skema BLU atau BLUD, yang pola bentuk
101
UNIVERSITAS INDONESIA
Selanjutnya bagi perseroan terbatas yang hanya memiliki satu rumah sakit
yang didirikan khusus sebagai kegiatan usaha perseroan terbatas tersebut,
keberadaan fungsi non medis pada dua level organisasi (jika memang ada dua
level), yaitu pada level korporasi yaitu perseroan terbatas itu sendiri dan dalam
(organisasi) rumah sakit itu sendiri jelas adalah suatu hal yang mubazir dan secara
ekonomis tidak efisien. Selain itu dengan tidak adanya pengurus atau yang disebut
direktur (organisasi) rumah sakit yang mengambil keputusan untuk dan atas nama
rumah sakit, pada level Direksi perseroan terbatas, baik direktur medis maupun
direktur non-medis, secara hukum akan menciderai makna corporate governance
dalam pelaksanaan UUPT. Keberadaan Direksi yang namanya tidak diumumkan
dalam Daftar Perseroan dan/ atau Berita Negara yang memutus ke luar dan tidak
dapat dipertanggungjawabkan di hadapan hukum jelas mengacaukan pilar
102
UNIVERSITAS INDONESIA
Pasal 63
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62
dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap
pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi
berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana
denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi
dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
103
UNIVERSITAS INDONESIA
104
UNIVERSITAS INDONESIA
Rumusan bahwa agar Visi dan Misi rumah sakit dapat dilaksanakan
dengan menjalankan good corporate governance adalah kesalahan yang
terstruktur. Seperti telah dijelaskan di muka apapun Visi dan Misi suatu perseroan
terbatas (termasuk rumah sakit yang dijalankan sebagai bagian dan kegiatan usaha
korporasi) corporate governance wajib dilaksanakan. Jadi tidak ada hubungan
antara tercapainya Visi dan Misi dengan pelaksanaan corporate governance.
105
UNIVERSITAS INDONESIA
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa salah satu hal pokok yang perlu
diperhatikan terkait pelaksanaan corporate governance adalah hal pengurusan
suatu perseroan terbatas yang dilakukan oleh Direksi (di bawah pengawasan
Dewan Komisaris). Direksi menurut Pasal 1 butir 5 UUPT adalah organ Perseroan
yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan
untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan
serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi adalah organ yang mengurus dan
mewakili perseroan; sedangkan orang yang menjabat sebagai anggota Direksi
adalah Direktur. Dengan demikian jika dikatakan bahwa Direksi perseroan
terbatas yang mewakili pemilik rumah sakit menentukan kebijakan dan jalannya
rumah sakit, maka itu adalah pernyataan yang salah. Direksi perseroan terbatas
menjalankan pengelolaan rumah sakit sebagai pemegang amanat dari PT melalui
RUPS. RUPSlah yang memberikan arahan dan kebijakan tentang jalannya usaha
Perseroan, termasuk yang bergerak dalam kegiatan usaha perumahsakitan. RUPS
yang berhak mengubah maksud dan tujuan PT, bukan Direksi. Justru Direksilah
yang harus melakukan pengurusan mengenai kegiatan usaha perseroan terbatas,
termasuk kegiatan usaha dalam bidang rumah sakit. Dalam konteks bahwa
perseroan terbatas yang memiliki bidang usaha rumah sakit tidak diperbolehkan
untuk memiliki bidang usaha lain dan satu-satunya usaha yang ada hanyalah satu
rumah sakit, maka adalah sangat tidak relevan jika direktur perseroan terbatas
tidak boleh menjadi direktur yang mengepalai rumah sakit dan menangani dan
bertanggung jawab terhadap masalah medis di rumah sakit tersebut.
Ini berarti pemahaman bahwa direktur (rumah sakit) berbeda dari direktur
perseroan terbatas adalah konsep yang salah. Dikatakan bahwa direktur perseroan
tidak boleh menjabat sebagai direktur (rumah sakit) adalah sama sekali. Pada
dasarnya direktur (rumah sakit) sebaiknya juga merupakan direktur perseroan
terbatas, dengan pembagian tugas dan wewenang yang jelas dan tegas. Pasal 92
106
UNIVERSITAS INDONESIA
(5) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih,
pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi
ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.\
(6) Dalam hal RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak
menetapkan, pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi
ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi.
107
UNIVERSITAS INDONESIA
Ketentuan Pasal 45 ayat (1) UURS yang menyatakan bahwa Rumah Sakit
tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien
setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif, secara keperdataan tidak
akan memberikan akibat apapun juga; oleh karena secara hukum rumah sakit tidak
memiliki harta kekayaan. Seperti telah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya,
yang disebut harta kekayaan rumah sakit secara keperdataan adalah milik
perseroan terbatas yang bidang usahanya adalah rumah sakit. Lantas darimana
rumah sakit dapat bertanggung jawab.
Selain itu perlu untuk diperhatikan bahwa rumah sakit, sesuai dengan
aturan yang berlaku, termasuk UURS sendiri, adalah kegiatan usaha. Hal ini dapat
ditemukan dan dibaca aturannya dalam ketentuan Pasal 7 ayat (2), ayat (3) dan
ayat (4) UURS, yang menyatakan:
(3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk Unit Pelaksana
Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi
108
UNIVERSITAS INDONESIA
(4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (2) harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya
hanya bergerak di bidang perumahsakitan.
Pasal 20
109
UNIVERSITAS INDONESIA
Dari ketentuan Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 21 UURS dapat diketahui bahwa yang
dinamakan dengan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola dengan
tujuan untuk mencari keuntungan (for-profit). Rumah sakit yang demikian hanya
dapat didirikan oleh perseroan terbatas yang merupakan modal swasta, baik
swasta nasional maupun swasta asing; dan modal pemerintah pusat atau daerah
dalam bentuk PT Persero; atau gabungan dari keduanya. Dimungkinkannya modal
swasta asing untuk berusaha dalam lapangan usaha rumah sakit dapat dilihat dari
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar
Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan
Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal (PP39). Dalam Lampiran II PP39
tersebut dapat diketahui bahwa rumah sakit sebagai bidang usaha dinyatakan
terbuka dengan persyaratan21. Berikut di bawah ini ditampilkan bidang usaha
perumahsakitan, lengkap dengan KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia).
21
Pasal 2 ayat (2) PP39
110
UNIVERSITAS INDONESIA
111
UNIVERSITAS INDONESIA
112
UNIVERSITAS INDONESIA
22
Pasal 3 ayat (1) UUY
23
Pasal 1 butir 1 UUY
24
Lihat juga Putusan Mahkamah Konstitusi No.38/PUU-XI/2013
113
UNIVERSITAS INDONESIA
25
OECD pada tahun 2005 telah mengeluarkan Guidelines on Corporate Governance of State-
owned Enterprises
114
UNIVERSITAS INDONESIA
Dengan demikian, terkait Penjelasan Pasal 29 ayat (1) gutir r UURS dan
KMK772, kalaupun akan dibuat aturan internal rumah sakit, maka yang dibuat
adalah aturan yang berkaitan dengan masalah dan kebijkan yang terkait dengan
pemberian layanan kesehatan oleh rumah sakit yang disebut medical staff by laws.
Penelitian di atas juga menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan by laws adalah
yang berkaitan dengan pelayanan medis. Pedoman yang disebut governance
26
Untuk jelasnya mengenai konsep trust di Anglo saxon dan Eropa Kontinental dapat dibaca
Gunawan Widjaja (2008). Seri Aspek Hukum dalam Pasar Modal Transplantasi Trusts ke dalam
KUH Perdata, KUH Dagang dan UndangUndang Pasar Modal. Jakarta: Rajawali Pers
27
SPV ini adalah suatu badan hukum (di Indonesia dalam bentuk perseroan terbatas) yang sering
dipakai sebagai jembatan untuk melengkapi suatu transaksi bisnis di negara Eropa Kontinental
sebagai pengganti kelembagaan Trusts.
115
UNIVERSITAS INDONESIA
116
UNIVERSITAS INDONESIA
VIII.1. KESIMPULAN
117
UNIVERSITAS INDONESIA
VIII.2. SARAN
118
UNIVERSITAS INDONESIA
119
UNIVERSITAS INDONESIA
BUKU
120
UNIVERSITAS INDONESIA
121
UNIVERSITAS INDONESIA
122
UNIVERSITAS INDONESIA
123
UNIVERSITAS INDONESIA
124
UNIVERSITAS INDONESIA
76. Armstrong, Anona; Jia Xinting dan Vicky Totikidis. (n.d.) Parallels in
Private and Public Sector Governance.
77. Baums, Theodor. (n.d.) Corporate Governance in Germany: System and
Current Development.
78. Becht, Marco; Patrick Bolton dan Alisa Roell (2002) Corporate
Governance and Control. NBER Working Paper No.9371
79. Bouchez, Louis. (2007) Principles of Corporate Governance: the OECD
Perspective. European Company Law. June, Vol.4, Issue 3
80. Chambers, Naomi dan Chris Cornforth. (2010) The Role of Corporate
Governance and Boards in Organizational Performance. dalam Walsh,
Kieran; Harvey, Gill dan Jas, Pauline ed. Connecting Knowledge and
Performance in Public Services: From Knowing to Doing. Cambridge:
Cambridge University Press
81. Daley, Claire, James Gubb, Emily Clarke dan Elliot Bidgood. Healthcare
Systems: The Netherlands. Civitas
82. Dewey, John (1926) The Historic Background of Corporate Legal
Personality. Yale Law Journal, Vol35, No.6
83. Eldenburg, Leslie, Benjamin E Hermalin, Michael S Weisbach dan Marta
Wosinka (2001) Hospital Governance, Performance Objectives and
Organizational Form. NBER Working Paper Series No.8201
84. Eldenburg, Leslie, Benjamin E Hermalin, Michael S Weisbach dan Marta
Wosinka (2004) Hospital Governance, Performance Objectives and
Organizational Form: evidence grom hospital. Journal of Corporate
Finance 10: 527-548
125
UNIVERSITAS INDONESIA
126
UNIVERSITAS INDONESIA
DISERTASI
127
UNIVERSITAS INDONESIA
WEB
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
128
UNIVERSITAS INDONESIA
129
UNIVERSITAS INDONESIA
E-mail : widjaja_gunawan@yahoo.com
widjajagun@gmail.com
HP : +62816-1935748; +62811-9691989
Hukum Kefarmasian
Pengantar Farmakoekonomi
TIRTAMAS GROUP;
1. Apa yang Bapak/ Ibu pahami tentang governance dan corporate governance?
2. Bagaimana pandangan Bapak/ Ibu mengenai pelaksanaan governance dan
corporate governance di rumah sakit Bapak/ Ibu?
3. Apa yang Bapak/ Ibu pahami terkait dengan hospital by law?
4. Sejauh mana yang Bapak/ Ibu pahami mengenai governance, corporate
governance dan hospital by law?
5. Bagaimana pemahaman Bapak/ Ibu tentang Keputusan Menteri Kesehatan R.I
nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah
Sakit (Hospital By law)?