Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH


KRONIK DI RUANG ARIMBI
“STASE KEPERAWATAN JIWA”
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI
JAMBI

Disusun oleh :
Ambarwati (G1B223049)
Kelompok : 2

Pembimbing Akademik :
Ns. Yuliana, S.Kep.,
M.Kep
Ns. Riska Amalya Nasution, M.Kep.Sp.Kep.,J

Pembimbing Klinik :
Ns. Retty Octi Syafrini, M.Kep.Sp.Kep.,J
Ns. Dermanto, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim, Alhamdulillahi Rabbil‟alamiin, puji syukur kita


panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan seminar kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny. D dengan harga diri rendah kronik”.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan
berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ns. Yuliana S.Kep, M.Kep dan Ibu Ns. Riska Amalya Nasution, Sp. Kep.J
sebagai pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, arahan dan dorongan serta semangat untuk dapat
menyelesaikan laporan seminar kasus ini hingga selesai.
2. Ibu Ns. Retty Octi Syafrini, M.Kep, Sp. Kep.J, dan bapak Dermanto Saurtua,
S.Kep selaku CI lapangan yang telah meluangkan waktunya untuk memberi
bimbingan, arahan dan dorongan serta semangat untuk dapat menyelesaikan
laporan kasus ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukkan yang membangun dari
semua pihak demi perbaikan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat
diterima dan bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, Desember 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu


mampu berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kotribusi untuk
komunitasnya (Kemenkes RI, 2018). Gangguan jiwa merupakan manifestasi
dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga
ditemukan ketidakwajaran dan bertingkah laku. Hal ini terjadi karena
menurunnya semua fungsi kejiwaan (Muhith, 2015).
Penelitian World Health Organization (WHO, 2014) menunjukkan
tidak kurang dari 450 juta penderita mengalami gangguan mental, sekitar
10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini, 25% diperkirakan
akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu. Gangguan jiwa yang
mencapai 13%, kemungkinan akan berkembang 25% pada tahun 2030.
Menurut WHO gangguan jiwa ditemukan sebanyak 450 juta orang di dunia
terdiri dari 150 juta depresi, 90 juta gangguan penggunaan zat dan alkohol
38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia, serta hampir 1 juta melakukan bunuh
diri di setiap tahun, dan hampir ¾ beban global penyakit neuropsikiatrik
didapati berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Sementara data
(Riskesdas, 2018) menunjukkan prevalensi skizofrenia atau psikosis di
Indonesia sebanyak 1,8 per 1000 penduduk dengan prevalensi nasional
gangguan jiwa berat adalah 1.7% dan prevalensi harga diri rendah di
Indonesia sebanyak 6,7%.
Gangguan jiwa yang menjadi masalah utama di negara-negara
berkembang adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang
mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi,
gerakan dan prilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia terbentuk secara
bertahap dan klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam
otaknya dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan-lahan ini
yang akhinya menjadi skizofrenia akut. Periode skizofrenia akut adalah
gangguan yang singkat dan kuat, yang meliputi penyesatan pikiran (delusi),
dan kegagalan berpikir, dan harga diri rendah (Yosep, 2011).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri, sering juga disertai dengan kurangnya perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani bertatap muka
dengan lawan bicara, lebih banyak menundukkan kepala, berbicara lambat
dan nada suara lemah (Samosir, 2022). Seseorang yang mengalami harga
diri rendah akan mempengaruhi semua aspek dari kehidupannya yang
ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan terjadi kemunduran
fungsi social (Atmojo & Purbaningrum, 2021).
Pasien dengan harga diri rendah beresiko muncul masalah
gangguan jiwa lain apabila tidak segera diberikan terapi dengan benar,
karena pasien dengan harga diri rendah cenderung mengurung diri dan
menyendiri, kebiasaan itulah yang memicu munculnya masalah isolasi
sosial. Isolasi sosial menyebabkan pasien tidak dapat memusatkan perhatian
yang menyebabkan suara atau bisikan muncul sehingga menimbulkan
masalah halusinasi, masalah lain yang kemudian terjadi adalah resiko
perilaku kekerasan, rasa tidak terima tentang suatu hal karena merasa
direndahkan seseorang maupun suara bisikan yang menghasut untuk
melakukan tindakan merusak lingkungan dan menciderai orang lain (Direja,
2011).
Peran perawat untuk mengatasi masalah klien dengan harga diri
rendah adalah mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu klien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang
akan dilatih dan melatih kemampuan yang dipilih klien serta membantu
pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih (Prabowo,
2014) .
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada pasien
inisial Ny. D dengan diagnosa medis skizofrenia di ruangan Arimbi RSJD
Provinsi Jambi, saat dilakukan pengkajian Ny. D kurang kooperatif untuk
diajak berkomunikasi dan pada saat diajak untuk bercerita lebih mendalam
mengenai hal yang berkaitan dengan apa yang ia alami dan rasakan sehingga
ia dirawat di ruangan Arimbi RSJD Provinsi Jambi masih cukup sulit untuk
digali dan pasien selalu menghindar serta menarik diri. Maka dari itu penulis
tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien Ny. D
dengan masalah harga diri rendah kronik di ruangan Arimbi RSJD Provinsi
Jambi. Tujuan dari dilakukannya asuhan keperawatan jiwa pada Ny. D yaitu
untuk menerapkan serta mengajarkan strategi pelaksanaan harga diri rendah
kronik pada Ny. D sehingga diharapkan pasien mampu untuk meningkatkan
aspek positif yang ada pada dirinya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka rumusan
masalah dalam laporan ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa
harga diri rendah kronik pada Ny. D di ruangan Arimbi Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jambi?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami konsep serta pengaplikasian asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan harga diri rendah kronik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengkajian pada Ny. D dengan harga diri rendah
kronik.
2. Mengetahui diagnosis keperawatan pada Ny. D dengan harga diri
rendah kronik.
3. Mengetahui intervensi keperawatan pada Ny. D dengan harga
diri rendah kronik.
4. Mengetahui implementeasi keperawatan pada Ny. D dengan
harga diri rendah kronik.
5. Mengetahui evaluasi keperawatan pada Ny. D dengan harga diri
rendah kronik.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Dapat meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan diagnosa keperawatan utama
harga diri rendah kronik.
1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan
Dapat mengetahui tingkat kemampuan dan pemahaman mahasiswa
dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa serta mengevaluasi
materi yang diberikan kepada mahasiswa sesuai dengan pasien
kelolaannya.
1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat lebih mengoptimalkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa harga diri rendah kronik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian tingkat aktualisasi diri dengan
mengenalisis seberapa baik perilaku sesuai dengan ideal diri. Perasaan tidak
berharga, tidak berarti, dan harga diri yang terus-menerus disebabkan oleh
evaluasi diri dan efikasi diri yang negatif (Fajariyah, 2012).
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negatif
terhadap diri sendiri atau kemampuan pasien seperti tidak berarti, tidak
berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus
menerus. Harga diri rendah kronis merupakan proses kelanjutan dari
harga diri rendah situasional yang tidak terselesaikan, hal tersebut dapat
terjadi jika individu berusaha untuk menyelesaikan kondisi yang penuh
stressor (krisis) tetapi terjadi kegagalan serta ketidakmampuan dalam
menjalankan fungsi dan perannya yang berlangsung secara terus –menerus
(Stuart, 2016).

2.2 Rentang Respon

(Sumber : Stuart, 2016)


Keterangan :
a. Aktualisasi diri merupakan pertanyaan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman yang nyata, sukses, dan
diterima.
b. Konsep diri positif merupakan kondisi individu yang memiliki
pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah merupakan transisi atau peralihan respon konsep diri
adaptif dengan konsep maladaptif.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu dalam mengintegrasikan
aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek
psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi merupakan perasaan yang tidak realistis dan asing
terhadap diri sendiri yang memiliki kaitan dengan ansietas, kepanikam,
serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

2.3 Penyebab
Menurut (Apriliya, dkk, 2023) faktor yang dapat mengakibatkan harga diri
rendah sebagai berikut :
a. Faktor biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma
kepala (Dermawan & Rusdi, 2013).
b. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah terpapar situasi
traumatis, penolakan orang tua maupun orang lain yang tidak realistis,
kegagalan berulang, kurang memiliki tanggung jawab personal,
ketergantungan dengan orang lain, ideal diri yang tidak realistis,
ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan, penguatan negatif
berulang, dan ketidaksesuaian budaya (Dermawan & Rusdi, 2013).
c. Faktor presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk
tubuh, menurunnya produktivitas, dan gangguan psikiatri (Dermawan &
Rusdi, 2013).
2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala mayor
Menurut (PPNI, 2017) tanda dan gejala mayor seseorang dengan harga diri
rendah kronis adalah :
1. Subjektif
a) Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)
b) Merasa malu/bersalah
c) Merasa tidak mampu melakukan apapun
d) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
e) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
f) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
g) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri.
2. Objektif
a) Enggan mencoba hal baru, berjalan menunduk, postur tubuh
menunduk.
Tanda dan gejala minor
Menurut (PPNI, 2017) tanda dan gejala minor seseorang dengan harga diri
rendah kronis adalah :
1. Subjektif
Merasa sulit berkonsentrasi, sulit tidur, mengungkapkan keputusasaan.
2. Objektif
Kontak mata kurang, lesu dan tidak bergairah, berbicara pelan dan lirih,
pasif, perilaku tidak asertif, mencari penguatan secara berlebihan,
bergantung pada pendapat orang lain, sulit membuat keputusasaan.
2.5 Pohon Masalah

(Sumber : Damayanti & Iskandar, 2014)

2.6 Mekanisme Koping


Mekanisme koping pasien harga diri rendah kronis menurut (Afnuhazi &
Ridhyalla, 2015) adalah :
a. Jangka pendek
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis identitas
diri (pemakaian obat-obatan, kerja keras, menonton tv terus
menerus).
2) Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik).
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga,
kontes popularitas).
4) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara
(penyalahgunaan obat).
b. Jangka panjang
1) Menutup identitas
2) Identitas negatif : asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat.
2.7 Sumber Koping
Semua orang, tanpa memperhatikan gangguan prilakunya mempunyai
beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi :
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas diluar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekspresif
d. Kesehatan dan perawatan diri
e. Pendidikan atau pelatihan
f. Pekerjaan, vokasi atau posisi
g. Bakat tertentu
h. Kecerdasan
i. Imajinasi dan kreatifitas
j. Hubungan interpersonal (Satrio, dkk, 2015).

2.8 Penatalaksanaan
Menurut (Afnuhazi & Ridhyalla, 2015) penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada pasien dengan harga diri rendah kronis antara lain:
a. Psikofarmaka
Dalam penanganan pasien dengan gangguan kesehatan jiwa, pengobatan
farmakologi, termasuk salah satu cara yang efektif, dimana jenis
pengobatan psikofarmaka adalah penanganan yang memberikan
beberapa jenis obat-obatan sesuai dengan gejala yang dialami oleh
pasien :
1) Obat antidepresan, digunakan untuk mengobati depresi ringan
hingga berat, kegelisahan, dan kondisi lainnya. Contoh: citalopram,
fluoxetine, dan antidepresan trisiklik.
2) Obat antipsikotik, digunakan untuk mengobati pasien dengan
gangguan psikotik yaitu skizofrenia. Contoh: clozapine, risperidone,
dan sebagainya.
3) Obat penstabil mood, digunakan untuk mengobati gangguan bipolar
yang ditandai dengan pergantian fase menarik (bahagia yang
berlebihan) dan depresif (putus asa). Contoh: carbamazepine,
lithium, olanzapine, ziprasidone, dan valpromaide.
4) Obat anti kecemasan, untuk mengatasi berbagai jenis kecemasan dan
gangguan panik. Obat ini juga dapat berfungsi mengendalikan
insomnia dan agitasi yang menjadi gejala gangguan. Contoh:
benzodiazepine, alpazolam, diazepam, clonazepam, dan lorazepam.
b. Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi yang berfungsi untuk mendorong pasien agar
berinteraksi dengan orang lain, perawat, maupun dokter. Psikoterapi
memiliki tujuan supaya pasien tidak menarik diri atau mengasingkan diri
lagi karena hal itu dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dalam
hal ini dapat diupayakan pasien mengikuti permainan, aktivitas
kelompok, maupun latihan bersama.
c. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Terapi kejang listrik (ECT) adalah suatu metode terapi menggunakan
listrik untuk mengatasi beberapa kondisi gangguan jiwa. Terapi ini
biasanya diberikan kepada pasien dengan masalah skizofrenia yang
sudah tidak bisa diobati dengan terapi neutropleptika oral atau injeksi
(Prabowo, 2014).
d. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya memfasilitasi terapi
terhadap sejumlah pasien dengan gangguan jiwa pada waktu yang sama.
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan individu dengan
orang lain dalam kelompok. TAK biasanya diterapkan pada pasien
dengan masalah keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok
dibagi menjadi 4, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (Prabowo, 2014).
e. Terapi Kognitif
Terapi kognitif merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang melatih
pasien untuk mengubah pikiran otomatis negatif dan cara pandang
seseorang terhadap sesuatu sehingga menimbulkan perasaan lebih baik
dan bertindak produktif (Varcarolis, 2010).

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Hal yang perlu dikaji menurut (Keliat, dkk, 2019) :
a. Identitas diri
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu pengkajian mengenai faktor pencetus yang
membuat pasien mengalami harga diri rendah. Alasan masuk pasien
dapat ditanyakan kepada penanggungjawab pasien.
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung pasien mengalami
harga diri rendah, meliputi : riwayat utama, riwayat keluarga yang
pernah mengalami gangguan jiwa, dan adanya pengalaman masa lalu
yang tidak menyenangkan.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pengukuran tanda-tanda vital, berat
badam, tinggi badan, suhu, tekanan darah, serta pemeriksaan fisik
yang berhubungan dengan keluhan yang dialami oleh pasien
termasuk sistem maupun fungsi organ tubuh pasien. Setelah didapat
data dari pemeriksaan fisik pasien, masalah keperawatan dapat
ditulis sesuai dengan data yang ada.
e. Psikososial
1) Genogram (minimal 3 generasi)
2) Konsep diri
a) Gambaran diri merupakan persepsi pasien terhadap dirinya
sendiri seperti persepsi tentang anggota tubuh yang
disukainya atau tidak disukai.
b) Identitas diri merupakan status pasien sebelum dirawat di
rumah sakit, kepuasan pasien terhadap statusnya, serta
kepuasan pasien terhadap kegiatan yang disukainya.
c) Peran merupakan peran pasien didalam keluarga dan
masyarakat, ketidakmampuan pasien dalam menjalankan
perannya, serta adanya kegagalan dalam menjalankan peran
baru.
d) Ideal diri merupakan harapan pasien terhadap posisi, status,
tubuh, maupun harapan terhadap lingkungan dan penyakit
yang dialaminya.
e) Harga diri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang
ingin dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
memenuhi ideal diri.
f. Hubungan sosial
Yang perlu dikaji meliputi orang yang berarti di dalam hidupnya,
kelompok yang diikuti di masyarakat, serta keterlibatannya di dalam
kelompok yang ada di masyarakat.
g. Spiritual
Yang perlu dikaji meliputi nilai dan keyakinan yang dianut oleh
pasien, cara pandang pasien terhadap masalah yang dimilikinya,
kegiatan agama atau ibadah pasien dan keluarga, maupun keyakinan
pasien terhadap kegiatan ibadah yang berhubungan dengan kondisi
yang dialami oleh pasien.
h. Status mental
1) Penampilan
Yang perlu dikaji dalam aspek penampilan meliputi
berpenampilan tidak rapi, cara berpakaian yang tidak seperti
biasanya, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
2) Pembicaraan
Pembicaraan merupakan cara bicara pasien dalam berkomunikasi
dengan orang lain, terdiri dari : inkoherensi, cepat atau lambat,
apatis, keras, gagap, membisu, atau tidak mampu untuk
memenuhi pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Aktivitas motorik adalah hal yang sedang dirasakan pasien. Data
yang didapatkan perawat atau keluarga pasien dari hasil
observasi, antara lain : tegang, agitasi, lesu, tik, gelisah,
kompulsif, tremor, dan grimasen.
4) Afek dan emosi
Afek merupakan perasaan dan emosi yang menekankan tingkat
kesenangan atau kesedihan yang mewarnai perasaan seseorang
seperti datar (tidak ada perubahan roman wajah), tumpul
(bereaksi jika ada stimulus yang kuat), dan labil (keadaan emosi
yang berubah-ubah dengan cepat).
5) Alam perasaan
Alam perasaan merupakan perasaan pasien seperti cemas,
gelisah, senang atau sedih, khawatir, putus asa, dan ketakutan.
6) Interaksi selama wawancara
Dalam hal ini, perawat perlu mengkaji mengenai interaksi yang
timbul dari pasien saat melakukan wawancara, antara lain :
kontak mata kurang, bermusuhan, perasaan curiga, tidak
kooperatif, dan mudah tersinggung saat wawancara.
7) Persepsi sensori
Perawat perlu mengkkaji ada atau tidaknya riwayat gangguan
persepsi sensori seperti halusnasi, delusi dan ilusi yang ada pada
diri pasien.
8) Proses pikir
Proses pikir merupakan arus atau bentuk pikir dari seseorang,
antara lain : tangensia;, sirkumstansial, flight of ideas, kehilangan
asosiasi, blocking, dan perseverasi.
9) Isi pikir
Isi pikir merupakan pengkajian tentang riwayat pasien pernah
atau tidaknya mengalami depersonalisasi, obsesi, pikiran magis,
dan lain-lain.
10) Tingkat kesadaran
Pengkajian tentang kesadaran pasien, antara lain : sedasi,
konfusi, disorientasi (orang, tempat, maupun waktu), dan stupor.
11) Memori
Perawat perlu mengkaji ada atau tidaknya gangguan daya ingat
jangka pendek, jangka panjang, dan sekarang.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Perawat dapat mengkaji ada atau tidaknya gangguan dalam
pasien berkonsentrasi dan berhitung secara sederhana. Amati
apakah pasien mudah dialihkan, tidak mampu berkonsentrasi,
dan tidak mampu berhitung.
13) Kemampuan evaluasi
Penilaian individu mengenai gangguan ringa, sedang, berat, dan
gangguan bermakna atau tidak.
14) Daya tilik diri
Daya tilik diri merupakan kemampuan individu didalam menilai
dirinya, mengevaluasi interpersonal, mengukur kelebihan dalam
diri, misalnya ada atau tidaknya perasaan.
i. Mekanisme Koping
Koping merupakan bentuk pertahanan individu dalam menghadapi
masalah yang datang atau sedang dialami oleh individu. Mekanisme
koping dapat dibagi menjadi dua, yaitu mekanisme koping adaptif
dan maladaptif.
j. Pengetahuan
Dalam mengkaji aspek pengetahuan meliputi kurangnya
pengetahuan pasien terhadap penyakit jiwa yang sedang dideritanya,
mekanisme koping dalam menghadapi masalah, dan lain-lain.
k. Aspek medis
Data yang diperlukan dalam aspek medis meliputi diagnosa medis,
program terapi pasien, dan obat-obatan pasien saat ini baik obat fisik,
psikofarmaka, maupun terapi lainnya.
l. Kebutuhan persiapan pulang
Mengevaluasi kembali bagaimana pasien dalam mengenali gejala
penyakitnya dan seberapa jauh pasien dapat mengenali penyakit
yang dideritanya.

2. Pohon Masalah

Isolasi Sosial Effect

Harga Diri Rendah Kronik Care Problem

Causa

Koping Individu Tidak Efektif


3. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Damayanti & Iskandar, 2014), masalah konsep diri berkaitan
dengan perasaan ansietas, bermusuhan dan rasa bersalah. Masalah ini
sering menimbulkan proses penyebaran diri dan sirkulasi bagi individu
yang menyebabkan respon koping maladaptif. Respon ini dapat terlihat
pada berbagai individu yang mengalami ancaman integritas fisik atau
sistem diri. Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat berdasarkan
pohon masalah adalah harga diri rendah kronik.
4. Intervensi Keperawatan
1) Tindakan pada klien
Tindakan keperawatan ners
a. Pengkajian : Kaji tanda dan gejala serta penyebab harga diri
rendah kronik, kemampuan mengatasinya, dan akibatnya.
b. Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya harga diri rendah kronik.
c. Tindakan keperawatan
1. Diskusikan aspek positif dan kemampuan yang pernah dan
masih dimiliki klien.
2. Bantu klien menilai aspek positif dan kemampuan yang
masih dimiliki dan dapat digunakan/dilakukan.
3. Bantu klien memilih aspek positif atau kemampuan yang
akan dilatih.
4. Latih aspek positif atau kemampuan yang dipilih dengan
motivasi yang positif.
5. Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang dilakukan dengan
baik.
6. Fasilitasi klien bercerita tentang keberhasilannya.
7. Bantu klien membuat jadwal latihan untuk membudayakan.
8. Bantu klien menilai manfaat latihan yang dilakukan.
2) Tindakan pada keluarga
Tindakan keperawatan ners
a. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
b. Menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah yang dialami
klien.
c. Mendiskusikan cara merawat harga diri rendah dan memutuskan
cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien.
d. Melatih keluarga merawat harga diri rendah klien
• Mendiskusikan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
klien.
• Membimbing klien melakukan aspek positif dan kemampuan
yang dimiliki klien: memilin, melatih, memberi motivasi.
• Memberi pujian atas keberhasilan klien.
e. Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana
lingkungan yang nyaman: mengurangi kritik, memfasilitasi
keberhasilan, dan mem-beri pujian.
f. Menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah kronik yang
memerlukan rujukan, serta melakukan follow up ke pelayanan
kesehatan secara teratur.
3) Tindakan pada kelompok klien
• Tindakan keperawatan ners
Tindakan keperawatan ners: TAK stimulasi persepsi untuk harga
diri rendah
a) Sesi 1 : Identifikasi kemampuan dan aspek positif pada diri
b) Sesi 2 : Menilai kemampuan dan aspek positif pada diri klien
yang dapat a. dilakukan
c) Sesi 3 : Memilih aspek positif atau kemampuan yang akan
dilatih
d) Sesi 4 : Melatih kemampuan atau aspek positif pada diri
e) Sesi 5 : Menilai manfaat latihan terhadap harga diri.
• Tindakan Kolaborasi
a) Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan
pendekatan ISBAR dan TBaK.
b) Memberikan program terapi dokter (obat): Edukasi 8 benar
sesuai konsep safety pemberian obat.
c) Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.
• Discharge Planning
a) Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk
memandirikan klien.
b) Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan
pengobatan.
c) Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kurniawati Lufita, 2023)


Berdasarkan implementasi komunikasi terapeutik yang telah dilakukan
didapatkan hasil bahwa pasien dapat menjawab pertanyaan dari perawat
yaitu dengan menyebutkan nama lengkap, nama panggilan yang disukai
dan pasien terlihat kooperatif, sehingga dapat di simpulkan komunikasi
terapeutik berpengaruh tuntuk membina hubungan saling percaya antara
pasien dengan perawat, memberi kegiatan sesuai dengan kemampuan
pasien, meningkatkan kontak dengan orang lain, mendorong pasien
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaa pasien harga diri rendah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Tuasikal, Siauta and
Embuai, 2019) hasil evaluasi terapi aktivitas kelompok yang didapat
dalam upaya membantu peningkatan harga diri pada klien dengan harga
diri rendah, klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat, klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang masih dimilikinya, klien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan, klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan, klien
dapat memilih/ menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan, klien
dapat melakukan kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuannya dan
klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya.

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan rencana keperawatan
yang sudah di susun dalam tahap perencanaan. untuk kesuksesan
implementasi keperawatan supaya sesuai dengan rencana keperawatan,
perawat harus mempunyai keahlian kognitif, hubungan interpersonal,
dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Implementasi atau
pelaksanaan keperawatan adalah realisasi tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Yosep,
2011).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi mengacu kepada
penilaian, tahapan dan perbaikan. Dalam evaluasi, perawat menilai
reaksi klien terhadap intervensi yang telah diberikan dan menetapkan
apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.
Perawat menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada
klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan
atau intervensi keperawatan (Yosep, 2011).

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi tanda dan
gejala sert penyebab harga diri rendah kronik.
1. Orientasi
1.1 Salam
"Selamat pagi, saya Ambar, mahasiswa perawat dari Universitas Jambi”
“Siapa namanya? Senang dipanggil apa? dipanggil dewi ya?” “saya
boleh tahu tanggal lahirnya?”
1.2 Evaluasi
"Apa yang Rara rasakan? Jadi Dewi malu keluar rumah. Sudah berapa
lama?"
1.3 Validasi
"Apa upaya yang sudah dilakukan? Apakah berhasil?"
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan tujuan
"Bagaimana kalau saya periksa agar kita belajar cara menga-
tasinya?”
1.4.2 Waktu
“waktu 30 menit, apakah Dewi setuju?.”
1.4.3 Tempat
“kita lakukan disini saja ya?”
2. Kerja
2.1 Pengkajian
2.1.1 Penyebab
"Apa peristiwa yang terjadi sampai Dewi malu keluar rumah?”
2.1.2 Tanda dan Gejala
"Apa yang Dewi rasakan akibat peristiwa itu (Sebutkan peristiwa
penyebab)? Apakah kehidupan Dewi yang dapat dibanggakan?
Apakah kelebihan yang Rara rasakan?"
2.1.3 Akibat
"Apakah akibat dari Dewi tidak keluar rumah? Apakah kehidupan
Dewi semakin baik atau sebaliknya?"
2.2 Diagnosis
"Dewi merasa malu, tidak berarti dan merasa tidak bisa apa-apa.
Kondisi ini membuat Dewi tidak ingin keluar rumah. Apakah
Dewi ingin belajar untuk semangat dan bangkit kembali?”
2.3 Tindakan
"Baiklah, saya akan bantu Rara untuk mengatasi rasa malu dan
tidak berarti dengan beberapa langkah-langkah."
2.3.1 Membuat daftar aspek positif atau kemampuan yang dimiliki
"Dewi, mari kita tulis semua aspek positif dan kemampuan
yang Dewi miliki dari dulu sampai saat ini.”
2.3.2 Menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dapat
dilakukan
"Dewi dari daftar aspek positif dan kemampuan ini mari
kita tandai yang masih dapat dilakukan."
2.3.3 Memilih yang akan dilatih
"Dewi dari daftar aspek positif dan kemampuan ini, yang
mana yang akan dilatih, silakan pilih?"
2.3.4 Melatih aspek positif dan kemampuan yang dipilih secara
bertahap sampai semua aspek positif dan kemampuan
dilatih dan dibiasakan di lakukan
• Beri contoh melakukannya
• Dampingi klien melakukannya
• Beri kesempatan mandiri melakukannya
• Beri pujian atas keberhasilan
2.3.5 Menyusun jadwal melakukan aspek positif dan kemampuan
yang sudah dilatih.
3. Terminasi
3.1 Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Dewi setelah dilatih?”
3.2 Evaluasi objektif
“Apa yang telah dilatih? Bagaimana langkah-langkahnya?
Bagus sekali.”
3.3 Rencana tindak lanjut klien
"Selanjutnya mari kita buat jadwal latihannya, berapa kali
sehari, jam berapa? Jangan lupa di ceklis kalau sudah dilakukan
dan rasakan manfaatnya."
3.4 Rencana Tindak Lanjut Perawat
"Baiklah hari kamis pagi datang ya ke pukesmas bersama Dewi,
kita akan periksa kembali kondisi dan latihannya serta
diperiksa dokter. Jika dapat obat, nanti akan dijelaskan cara
minum obat yang benar"
3.5 Salam
“Semoga cepat sembuh ya."
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian

Ny. D (P) usia 43 tahun dengan status perkawinan sudah kawin


tetapi pisah dengan suaminya, pendidikan terakhir Ny.D adalah SD. Ny. D
masuk rumah sakit pada tanggal 16 Oktober 2023 dengan diagnosa medis
skizofrenia. Ny. D masuk ke IGD diantar oleh keluarganya dengan keluhan
pasien mengamuk, kesulitan tidur, mengoceh-ngoceh, tertawa sendiri,
menangis sendiri, pasien masuk ke rumah warga dan sering mengganggu
daerah lingkungan perumahannya. Berdasarkan informasi dari keluarganya
mengatkakan bahwa Ny. D sudah memiliki riwayat masuk rumah sakit jiwa
sebanyak kurang lebih 3 kali. Ny. D sudah memiliki riwayat gangguan jiwa
sejak beberapa tahun lalu dimana pengobatan yang dijalankan selama sakit
kurang berhasil hingga saat ini.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 07 Desember 2023, pada saat
pengkajian beserta observasi secara mendalam didapatkan bahwa Ny.D
mengatakan bahwa ia pernah mengalami pengalaman masa lalu yang kurang
menyenangkan yaitu diceraikan oleh suaminya serta ia pernah dipukul oleh
keluarganya. Semenjak masa itu Ny. D terkadang suka menangis tiba-tiba
dan banyak berdiam diri. Ny. D merasa ia tidak pernah dianggap baik oleh
keluarganya, ia merasa tidak berharga dan selalu diabaikan oleh keluarganya
sendiri. Ia merasa tidak punya siapa-siapa lagi untuk menjadi tempat
mengadu, ia lebih suka memendamnya sendiri.
Hasil pemeriksaan fisik diperoleh TD : 107/71 mmhg, HR : 82x/i,
S : 36,5 C, RR : 20x/i. Pada saat dilakukan pemeriksaan, Ny. D tampak
kooperatif dan tidak ada menolak ketika di periksa tanda-tanda vitalnya.
Ketika ditanya terkait keluhan lain yang dirasakan, Ny. D mengatakan ia
tidak mengalami keluhan apapun, dan ia mengatakan bahwa ia sehat.
Ny. D mengatakan ia sangat bersyukur dan sangat menyukai
seluruh anggota tubuhnya tanpa terkecuali. Ny. D tidak memiliki anak dan
kini Ny. D merupakan seorang janda yang sudah diceraikan suaminya sejak
beberapa tahun yang lalu. Ny. D mengatakan terkadang ia merasa bahwa ia
ingin sekali pulang dan bertemu dengan keluarganya meskipun dia tidak
pernah dianggap ada oleh mereka. Terkait hubungan sosial di masyarakat
Ny.D tidak ada hambatan untuk berhubungan dengan orang lain, hanya saja
Ny. D jarang ikut serta dalam kegiatan yang berkaitan dengan masyarakat
dan juga kurang bersosialiasi dengan sesama tetangga yang ada disekitar
rumahnya. Ny. D mengatakan ia jarang melakukan ibadah 5 waktu dan
mengaji, tetapi ia sangat suka bersholawat dan membaca surah pendek.
Dalam hal penampilan, Ny. D sudah sangat rapi dengan
mengenakan baju dan celana yang sesuai, mandi 2x/hari menggunakan
sabun dan shampo, mengetahui cara toileting yang benar, rajin menyikat
gigi, serta Ny. D tidak pernah lupa untuk selalu berhias setiap setelah mandi
seperti berbedak dan menggunakan lipstik. Selama melakukan interaksi
terkadang Ny. D suka tiba-tiba meninggalkan forum namun Ny. D cukup
kooperatif dan berbicara serta mampu merespon dengan baik. Ny. D
terkadang sering mengatakan bahwa ia sedang mengandung anak dan selalu
meminta untuk diberikan susu, Ny. D juga tampak selalu memegang dan
mengelus perutnya.
Ny. D mampu dalam memenuhi kebutuhan dan kegiatan secara
mandiri seperti perawatan diri (Mandi, Kebersihan, BAB/BAK, Ganti
pakaian dan makan). Pasien merasa puas dengan pola makannya yaitu
makan 3 kali sehari dan kudapan 2 kali sehari. Untuk pola tidur pasien tidak
memiliki masalah tidur, Ny. D mengatakan dirinya merasa segar setiap
bangun tidur di pagi hari. Untuk penggunaan obat, Ny. D sudah mengerti
dan memahami bahwa ia harus minum obat sebanyak 2 kali/hari yaitu pagi
dan malam hari. Pasien juga selalu partisipatif apabila akan dilakukan
pemeriksaan kesehatan seperti pemeriksaan tanda-tanda vital dan
pemeriksaan lainnya.
Sistem pendukung yang dimiliki Ny. D saati ni hanyalah para
tenaga kesehatan serta teman-teman lainnya yang ada di ruang rawat inap
arimbi. Ny. D tetap memerlukan perawatan lanjutan dan fasilitas pelayanan
di rumah sakit untuk menunjang kesehatannya.
Ny. D memiliki masalah mekanisme koping maladaptif dimana
berdasarkan pengkajian yang dilakukan diperoleh ketika pasien diajak untuk
berkomunikasi terkadang pasien suka menghindar tiba-tiba, pasien sulit
untuk terbuka, kontak mata kurang, suka memalingkan wajah, sering
menunduk, bicara singkat. Ny. D juga memiliki masalah psikososial terkait
dukungan dari keluarganya, dimana ia sering merasa diabaikan oleh
keluarganya, tidak dianggap dan tidak berharga, serta keluarganya sangat
tidak perduli dengan kondisinya saat ini. Namun untuk hal yang
berhubungan dengan lingkungan, pendidikan, pekerjaan, ekonomi serta
kebutuhan pelayanan kesehatan tidak ada masalah pada Ny. D

3.2 Analisa Data


Dari hasil pengkajian yang sudah didapatkan diatas, maka analisa data yang
ada adalah sebagai berikut :
No Data Masalah
1. DS : Harga diri
1. Pasien mengatakan ia malu dengan rendah kronik
keadaannya saat ini dan tidak percaya diri
2. Pasien mengatakan bahwa ia merasa tidak
berharga
3. Pasien mengatakan bahwa ia sering diabaikan
oleh keluarganya
4. Pasien mengatakan bahwa ia merasa tidak
dianggap dan tidak diperdulikan oleh
keluarganya
DO :
1. Kontak mata kurang
2. Pasien suka menunduk
3. Berbicara pelan dan tampak lesu
4. Ekspresi muka datar
2. DS : Ketidakefektifan
1. Pasien mengatakan tidak ada hal yang ingin koping individu
dia ceritakan
2. Pasien selalu mengatakan “tidak ada apa-apa”
DO :
1. Pasien suka menghindar
2. Pasien sulit untuk terbuka
3. Pasien suka memalingkan wajah
4. Bicara singkat
3. DS : Waham
1. Pasien mengatakan bahwa ia sedang
mengandung anak selama 2 minggu
2. Pasien mengatakan mau susu
prenagen DO :
1. Pasien selalu mengulang pembicaraan
2. Pasien tampak memegang perutnya
3. Pasien tampak mengelus perutnya

3.3 Diagnosa
Berdasarkan analisa data yang sudah dijelaskan diatas, maka
diagnosa utama dari hasil pengkajian yang telah dilakukan adalah : Harga
diri rendah kronik dimana data subjektif Ny. D mengatakan ia malu dengan
keadaannya saat ini dan tidak percaya diri, ia merasa tidak berharga, ia
sering diabaikan oleh keluarganya dan Ny. D mengatakan bahwa ia merasa
tidak dianggap dan tidak diperdulikan oleh keluarganya. Sementara data
objektif yang ditemukan dari Ny. D yaitu kontak mata kurang, pasien suka
menunduk, berbicara pelan dan tampak lesu, serta ekspresi muka datar.
Selanjutnya diperoleh diagnosa kedua yaitu : Ketidakefektifan
koping individu dengan data subjektif pasien mengatakan tidak ada hal yang
ingin dia ceritakan dan pasien selalu mengatakan “tidak ada apa-apa”.
Sementara data objektif diperoleh pasien suka menghindar, pasien sulit
untuk terbuka, pasien suka memalingkan wajah dan bicara singkat.
Kemudian diagnosa ketiga dari: Waham dengan data subjektif
pasien mengatakan bahwa ia sedang mengandung anak selama 2 minggu,
pasien mengatakan mau susu prenagen. Sementara data objektif yang
didapatkan yaitu pasien selalu mengulang pembicaraan, pasien tampak
memegang perutnya, pasien tampak mengelus perutnya.

Pohon masalah berdasarkan diagnosa keperawatan Ny. D

dampak WAHAM

Masalah
utama
HARGA DIRI RENDAH KRONIK

penyebab KETIDAKEFEKTIFAN
KOPING INDIVIDU
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian

Harga diri rendah kronis merupakan evaluasi atau perasaan negatif


terhadap diri sendiri atau kemampuan pasien seperti tidak berarti, tidak
berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus
menerus (Stuart, 2016). Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan
harga diri rendah kronik meliputi data subjektif yaitu menilai diri negatif
(tidak berguna), merasa tidak berharga, merasa malu/bersalah, merasa tidak
mampu melakukan apapun, merasa tidak memiliki kelebihan atau
kemampuan positif, melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri,
menolak penilaian positif tentang diri sendiri, merasa sulit berkonsentrasi,
sulit tidur. Sementara data objektif yaitu enggan mencoba hal baru, berjalan
menunduk, postur tubuh menunduk, kontak mata kurang, lesu dan tidak
bergairah, berbicara pelan dan lirih, pasif, perilaku tidak asertif, mencari
penguatan secara berlebihan, bergantung pada pendapat orang lain, sulit
membuat keputusan (PPNI, 2017).
Berdasarkan data yang diperoleh penulis antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena didapatkan data
berdasarkan pengkajian penulis, pasien dengan harga diri rendah kronik
dengan tanda dan gejala yang memenuhi kriteria dengan apa yang dijelaskan
dalam tinjauan teori. Dalam tinjauan teori menyatakan bahwa data subjektif
harga diri rendah kronik yaitu menilai diri negatif (merasa tidak berguna),
merasa tidak berharga serta dengan data objektif berupa kontak mata kurang,
lesu dan tidak bergairah, berbicara pelan dan lirih, pasif. Hal tersebut sesuai
dengan apa yang sudah diperoleh dalam tinjauan kasus dimana pasien
dengan harga diri rendah kronik akan mengalami perasaan tidak berharga
atas dirinya. Hal ini diperkuat juga dengan pernyataan Ny. D yang
mengatakan bahwa ia malu dengan keadaaanya saat ini dan sudah tidak
percaya diri. Ketika diajak berkomunikasi kontak mata kurang, Ny. D
tampak lesu, banyak menunduk dan ekspresi wajah yang datar.
Menurut (Dermawan & Rusdi, 2013) yang menjadi faktor
penyebab dari terjadinya harga diri rendah adalah terpapar situasi traumatis,
penolakan orang tua maupun orang lain yang tidak realistis, kegagalan
berulang, kurang memiliki tanggung jawab personal, ketergantungan dengan
orang lain, ideal diri yang tidak realistis, ketidakefektifan mengatasi masalah
kehilangan, penguatan negatif berulang, dan ketidaksesuaian budaya. Hal ini
sejalan dengan tinjauan kasus yang diperoleh dari pengkajian bagian faktor
predisposisi pada Ny. D, dimana Ny. D pernah memiliki pengalaman yang
tidak menyenangkan dimasa lalu yaitu ia pernah dipukul oleh keluarganya,
kemudian ia juga diceraikan oleh suaminya, dan keluarganya tidak pernah
menganggap Ny. D sebagaai bagian dari anggota keluarganya.

4.2 Diagnosa
Berdasarkan analisa data yang sudah didapatkan, maka penulis
menetapkan 3 diagnosa keperawatan didukung dengan data subjektif dan
objektif yang ada, yaitu :
1. Harga diri rendah kronik
2. Ketidakefektifan koping individu
3. Waham
Dari ketiga diagnosa keperawatan yang didapatkan, maka penulis
menegakkan diangosa utama pada Ny. D yaitu harga diri rendah kronik.
Menurut (Damayanti & Iskandar, 2014) menyatakan bahwa berdasarkan
pohon masalah harga diri rendah kronik, harga diri rendah kronik ditetapkan
sebagai care problem, karena masalah konsep diri berkaitan dengan
perasaan ansietas, bermusuhan dan rasa bersalah. Masalah ini sering
menimbulkan proses penyebaran diri dan sirkulasi bagi individu yang
menyebabkan respon koping maladaptif. Sehingga efek jangka panjang yang
didapatkan apabila tidak segera diatasi ialah individu akan mengalami
isolasi sosial.
Namun apabila ditinjau dari segi pohon masalah untuk harga diri
rendah kronik terdapat kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus yang
penulis dapatkan yaitu apabila menurut teori pohon masalahnya adalah :

(Darmayanti & & Iskandar, 2014)


Sementara 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. D dalam tinjauan
kasus tidak sesuai dengan pohon masalah yang ada pada tinjauan teori.
Dalam kasus ini penyebab dari masalah utama terjadinya harga diri rendah
kronik yang dialami adalah karena adanya ketidakefektifan koping individu
sehingga dampak yang terjadi adalah waham.
Berikut penjabaran pohon masalah berdasarkan diagnosa keperawatan
tinjauan kasus Ny. D :
4.3 Intervensi
Menurut Keliat (2019) Perencanaan dalam proses keperawatan
lebih dikenal dengan rencana asuhan keperawatan yang merupakan tahap
selanjutnya setelah pengkajian dan penentuan diagnosa keperawatan. Pada
tahap perencanaan keperawatan, penulis menyusun rencana tindakan
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan. Perencanaan
keperawatan yang disusun mengacu pada tinjauan teori dan disesuaikan
dengan kondisi pasien. Dalam hal ini penulis telah menyusun rencana
keperawatan dalam bentuk strategi pelaksanaan (SP).
Diagnosa 1 : Harga diri rendah kronik
Pengkajian : Kaji tanda dan gejala serta penyebab harga diri rendah kronik.
Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya harga diri rendah kronik.
Tindakan keperawatan :
1. Diskusikan aspek positif dan kemampuan yang pernah dan masih
dimiliki klien.
2. Bantu klien menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dimiliki
dan dapat digunakan/dilakukan.
3. Bantu klien memilih aspek positif atau kemampuan yang akan dilatih.
4. Latih aspek positif atau kemampuan yang dipilih dengan motivasi yang
positif.
5. Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang dilakukan dengan baik.
6. Fasilitasi klien bercerita tentang keberhasilannya.
7. Bantu klien membuat jadwal latihan untuk membudayakan.
8. Bantu klien menilai manfaat latihan yang dilakukan.

Diagnosa 2 : Ketidakefektifan koping individu


Tindakan keperawatan :
1. Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan koping.
2. Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan koping.
3. Diskusikan koping (upaya/cara) mengatasi masalah pada masa lalu
a. Koping (upaya) yang berhasil dan tidak berhasil. Berikan pujian.
b. Pemanfaatan sumber daya/system pendukung dalam mengatasi
masalah.
4. Latihan menggunakan upaya menyelesaikan masalah saat ini dengan
menggunakan cara lama yang berhasil dan/atau cara baru.
a. Buat daftar masalah yang dihadapi
b. Buat daftar cara (lama dan baru) yang akan digunakan
c. Pilih, latih, dan jadwalkan cara yang akan digunakan untuk masalah
yang dihadapi.
d. Evaluasi hasil jika berhasil budayakan, jika kurang berhasil dipilih
cara lain pada daftar cara (no.2)
e. Lakukan 3 dan 4 pada semua masalah secara bertahap.
5. Latih menggunakan system pendukung yang teratur :
a. Buat daftar system pendukung yang tersedia
b. Pilih, latih, dan jadwalkan system pendukung yang akan membantu
penyelesaian masalah.
c. Evaluasi hasil jika berhasil dibudayakan, jika tidak berhasil, pilih
system pendukung lain (no.1).
6. Beri motivasi dan pujian atas keberhasilan klien mengatasi masalah.

Diagnosa 3 : Waham
Pengkajian : Kaji tanda dan gejala, penyebab waham dan kemampuan pasien
mengatasinya.
Jika ada waham katakan : anda percaya, tetapi anda tidak mengetahuinya.
Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya waham.
Tindakan Keperawatan :
1. Sikap perawat : kalem, lembut netral, jujur, hindari pertentagan, bicara
jelas, dan simple
2. Tidak mendukung dan tidak membantah waham Pasien
3. Yakinkan Pasien berada pada lingkugan yang aman
4. Bantu Pasien untuk orientasi realitas (orang, tempat, dan waktu)
5. Diskusikan kebutuhan Pasien yang tidak terpenuhi
6. Bantu Pasien dalam memenuhi kebutuhan yang realistis
7. Diskusikan kemampuan/aspek positif yang dimiliki Pasien
8. Latih Pasien dalam melakukan kemampuan / aspek positif yang dimiliki.

4.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah suatu tindakan yang telah direncanakan dan
telah tersusun secara sistematis. Pelaksanaan renana keperawatan dilakukan
secara terkoordinasi dan terintegrasi karena disesuaikan dengan keadaan
pasien yang sebenarnya (Keliat, 2019). Pada tahap implementasi tidak
terdapat kesenjangan antara tindakan yang penulis lakukan dengan tinjauan
teori ataupun penelitian oleh peneliti sebelumnya, maka dari itu berikut
dijabarkan hasil implementasi yang telah penulis laksanakan sesuai dengan
SP yang telah direncanakan.
Diagnosa 1 : Harga diri rendah kronik
Implementasi SP 1 dilakukan pada 11 Desember 2023 dimana
penulis menghampiri pasien kemudian melakukan interaksi kepada pasien.
Penulis menyapa pasien dan menjelaskan maksud dan tujuan. Kemudian di
hari pertama melakukan kegiatan berupa mengkaji tanda dan gejala harga
diri rendah kronik, kemudian diskusi aspek positif dan kemampuan yang
dapat dilakukan dan dilanjutkan dengan menyusun kegiatan latihan
terjadwal. Pasien mampu mengenali tanda dan gejala harga diri rendah
kronik, mampu menyusun kegiatan terjadwal untuk dilatih dan dilakukan di
pertemuan selanjutnya.
Implementasi SP 2 dilakukan pada 12 Desember 2023 dimana
kegiatan yang dilakukan bersama pasien adalah melatih aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki, yaitu kegiatan pertama menyapu di jam 09.00
pagi. Pasien mampu melakukan kegiatan terjadwal pertama yaitu menyapu
dengan baik.
Implementasi SP 3 dilakukan pada 13 Desember 2023, sebelumnya
pasien di evaluasi kembali untuk kegiatan pertama yang telah dilakukannya
yaitu kegiatan menyapu. Pasien menerapkan kegiatan tersebut di jam 09.00
pagi. Kemudian latihan kegiatan kedua dilanjutkan dengan kegiatan melipat
pakaian. Pasien mampu melipat pakaian dan menatanya dengan rapi.
Implementasi SP 4 dilakukan pada 14 Desember 2023, sebelumnya
pasien dievaluasi lagi untuk kegiatan pertama menyapu dan kegiatan kedua
melipat pakaian. Pasien menerapkan kegiatan menyapu di jam 09.00 pagi
dan kegiatan melipat pakaian di jam 12.00. Setelah itu dilanjutkan dengan
latihan ketiga yaitu merapikan tempat tidur. Pasien mampu memasang sprei
dan sarung bantal dengan benar dan rapi.

Diagnosa 2 : Ketidakefektifan koping individu


Implementasi untuk diagnosa ke-2 hanya dilakukan pada 15 Desember 2023
dimana pada pertemuan tersebut kegiatan yang dilakukan yaitu mengkaji
tanda dan gejala ketidakefektifan koping yang dialami oleh pasien serta
berdiskusi bersama pasien mengenai cara untuk mengatasi masalah di masa
lalu. Intervensi untuk diagnosa ke-2 ini dihentikan dikarenakan
keterbatasannya waktu sehingga tindakan dilanjutkan oleh kakak penangung
jawab ruangan arimbi agar SP tetap berjalan hingga selesai dan maksimal.

Diagnosa 3 : Waham
Implementasi untuk diagnosa ke-3 juga hanya dilakukan pada 15 Desember
2023 dimana pada pertemuan tersebut kegiatan yang dilakukan yaitu
mengkaji tanda dan gejala, penyebab waham dan cara mengatasinya, serta
membantu pasien untuk orientasi realitas (orang, tempat, waktu). Intervensi
untuk diagnosa ke-3 ini dihentikan dikarenakan keterbatasannya waktu
sehingga tindakan dilanjutkan oleh kakak penangung jawab ruangan arimbi
agar SP tetap berjalan hingga selesai dan maksimal.
4.5 Evaluasi
Setelah dilakukannya implementasi keperawatan selama 4 hari,
maka dilakukan evaluasi pasien berdasarkan data objektif dan subjektif yang
pasien tunjukkan setelah diberikan tindakan keperawatan pada masalah
harga diri rendah kronik yang menjadi penegakan diagnosa utama dalam
tinjauan kasus ini. Hasil evaluasi selama 4 hari tindakan keperawatan dalam
bentuk strategi pelaksanaan (SP) dimana didapatkan bahwa kondisi pasien
menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik. Hal ini dibuktikan
dengan data yang didapatkan bahwa pasien mengatakan bahwa ia mulai
sedikit percaya diri, pasien mengatakan bahwa ia mulai menyadari dan
meyakini dirinya bahwa ia berharga, serta pasien juga mengatakan bahwa ia
menyadari ternyata orang disekitarnya perduli. Pasien juga merasa senang
karena sudah didampingi oleh perawat selama melakukan beberapa kegiatan
terjadwal setiap harinya. Pasien sudah mampu melakukan setiap kegiatan
terjadwal secara mandiri. Sementara berdasarkan observasi yang dilakukan
pasien sudah mau melakukan kontak mata dengan baik dan sesekali
tersenyum serta tertawa sepuasnya ketika mengobrol dan diajak bercanda
dengan sesama temannya.
Menurut (Keliat, 2019) evaluasi tindakan keperawatan dikatakan
berhasil jika pasien menunjukkan keadaan dimana pasien mampu mengenali
tanda dan gejala serta penyebab ia mengalami harga diri rendah kronik,
pasien mampu menilai aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya, lalu
pasien mampu memilih serta membuat beberapa kegiatan latihan terjadwal
yang bisa dilakukannya, serta pasien dapat merasakan manfaat dari apa yang
sudah terapkan olehnya. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan dimana memberikan kesimpulan dari keseluruhan proses
keperawatan yang telah dilakukan dan menunjukkan tujuan yang
menghasilkan hal yang positif (Tucker, 2008).
Penulis berasumsi bahwa keberhasilan dalam evaluasi tindakan
keperawatan yang telah diberikan ini dikarenakan adanya keinginan dan
kemampuan pasien untuk mencoba mengaplikasikan apa yang sudah ia
jadwalkan sehingga hasil yang diharapkan membuat pasien mampu
meningkatkan aspek positif yang ada dalam dirinya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada


Ny. D pada tanggal 07 Desember 2023 – 15 Desember 2023, maka dapat
ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Pengkajian
Setelah penulis melakukan pengkajian secara mendalam pada Ny. D,
maka berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus yang penulis kelola
dibuktikan dengan adanya data subjektif dan objektif yang memperkuat
ketika dilakukan wawancara secara langsung kepada pasien, maka dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami harga diri rendah kronik.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data yang sudah dijelaskan diatas, maka diagnosa
utama yang ditegakkan dalam asuhan keperawatan ini adalah harga diri
rendah kronik. Adapun masalah keperawatan lain yang ada yaitu
ketidakefektifan koping individu dan waham.
3. Intervensi Keperawatan
Setelah menetapkan diagnosa utama, kemudian penulis menyusun
rencana tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dalam bentuk
strategi pelaksanaan (SP).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan harga
diri rendah kronik dilakukan sesuai dengan perencanaan keperawatan
yang telah penulis susun sebelumnya dan semua tindakan terlaksana
sampai selesai.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari diagnosa utama harga diri rendah kronik teratasi. Namun
diagnosa lain yaitu ketidakefektifan koping individu dan waham belum
teratasi sehingga intervensi dihentikan dan dilanjutkan oleh kakak
perawat penanggung jawab ruangan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Rumah Sakit
Penulis berharap kepada pihak RSJ agar dapat lebih meningkatkan
mutu pelayanan seperti memfasilitasi sarana dan prasarana bagi
perawat dan juga tenaga kesehatan lain untuk melakukan home visit.
Selain itu diharapkan untuk pelaksanaan SP dilanjutkan oleh perawat
ruangan agar terus berkesinambungan sampai pasien pulang.
5.2.2 Bagi Instansi Pendidikan
Penulis berharap agar instansi pendidikan dapat mengevaluasi
kembali materi pembelajaran yang telah diberikan dengan situasi di
lapangan yang ditemukan mahasiswa ketika praktik keperawatan
jiwa.
5.2.3 Bagi Mahasiswa
Penulis berharap mahasiswa dapat menambah pengetahuan atau
pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan khususnya pada
pasien dengan harga diri rendah kronik serta membandingkan konsep
secara teori dengan keadaan yang ditemukan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Aprilliya, E., Erawati, E., Suyanta, S., & Suharsono, S. (2023). PENERAPAN
STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA
DENGAN PROMOSI HARGA DIRI PADA PASIEN
SKIZOFRENIA DI RSJ Prof. Dr. SOEROJO
MAGELANG. NURSING UPDATE: Jurnal Ilmiah Ilmu
Keperawatan P-ISSN: 2085-5931 e-ISSN: 2623-2871, 14(2), 305-
312.
Atmojo, B. S. R., & Purbaningrum, M. A. (2021). Literature Review: Penerapan
Latihan Kemampuan Positif Terhadap Peningkatan Harga Diri
Rendah Pada Klien Yang Mengalami Skizofrenia Dengan
Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah. Nursing Science
Journal (NSJ), 2(1), 55-62.
Damayanti dan Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Direja, Ade Herman Surya. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Fajariyah N. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah.
Jakarta: Trans Info Media.
Keliat B, dkk. (2019). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018].
Kurniawati Lufita, A. I. (2023) „Implementasi Komunikasi Terapeutik Perawat
Kepada Pasien Dengan Harga Diri Rendah Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kemangkon Di Desa Pegandekan Kecamatan
Kemangkon Kabupaten Purbalingga‟, Kournal Inovasi Penelitian,
4(2722–9467), pp. 151–154.
Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Jakarta :
Nuha Medika.
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Mentri Kesehatan RI.
Samosir, M. L. (2022). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan
Harga Diri Rendah Kronis: Studi Kasus.
Satrio, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Lampung: LP2M.
Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Buku 1 & 2. 1st Indonesia edition, by Keliat & Pasaribu. Elsevier
Singapore Pte Ltd.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tuasikal, H., Siauta, M. and Embuai, S. (2019) „Upaya Peningkatan Harga Diri
Rendah Dengan Terapi Aktivitas Kelompok ( Stimulasi Persepsi )
di Ruang Sub Akut Laki RSKD Provinsi Maluku‟, 2(4), pp. 345–
351.
Tucker, S. M. (2008). Standar Perawatan Pasien (Proses Diagnosis dan Evaluasi)
Edisi 5 Volume 4. Jakarta: EGC.
Varcarolis, E. M,. Dan Halter, M.J., (2010). Foundations Of Psychiatric Mental
Health Nursing Clinical Approach. Sixth Edition. St Louse. New
York.
WHO. (2014). Health For the Worlds Adolescents a Second Chance In The
Second Decade. Geneva: Switerland.
Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. D (P)
Umur : 43 Tahun
No. CM 00060581
Tanggal MRS : 16 Oktober
2023 Tanggal Masuk
Ruang I : IGD
Ruang II : Alfa
Ruang III : Arimbi
Tanggal pengkajian : 07 Desember 2023
Alamat : Air Hangat Rt.04,
Kerinci

B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI


Pasien datang ke rumah sakit jiwa diantar oleh saudara kandungnya dengan
keluhan pasien mengamuk, kesulitan tidur, mengoceh-ngoceh, tertawa sendiri,
menangis sendiri, pasien sudah memiliki riwayat masuk rumah sakit jiwa
kurang lebih 3 kali, pasien masuk ke rumah warga dan sering mengganggu
daerah lingkungan perumahannya.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
YA
TIDA
K
1. Pengobatan sebelumnya?
Berhasil Tidak berhasil
Kurang berhasil
2. Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik ........... ........... ........... ...........
Aniaya seksual ........... ........... ........... ...........
Penolakan ........... ........... ........... ..........
Kekerasan dalam Tidak ingat Keluarga Ny. D Tidak
keluarga ada
Tindakan criminal ........... ........... ........... ...........
Jelaskan:
Ny.D mengatakan dirinya pernah dipukul oleh keluarganya. Selama memperoleh
perlakuan yang tidak menyenangkan dan setiap kali Ny.D mengingat hal
tersebut, ia lebih banyak diam dan kadang menangis. Ny. D juga
melampiaskannya dengan merokok supaya pikirannya lebih tenang.

Masalah Keperawatan: Respons Pascatrauma

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa


YA
TIDA
K
Jika ada
Hubungan keluarga : Tidak ada
Gejala : Tidak ada
Riwayat pengobatan : Tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Pasien mengatakan masa lalu yang tidak menyenangkan adalah ia pernah
diceraikan oleh suaminya dan pernah mendapatkan perlakuan tidak baik oleh
keluarganya bahkan keluarganya tidak pernah menganggap Ny.D sebagai
bagian dari anggota keluarganya.
Masalah Keperawatan: Respons pascatrauma

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
TD : 107/71 mmHg
HR : 82 x/i
S : 36,5 oC
RR : 20 x/i
2. Ukur
BB : 47 Kg
TB : 159 cm
3. Keluhan fisik
Tidak ada masalah fisik yang didapatkan dari pasien Ny. D
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :
: Ayah
: Ibu
: Saudara perempuan
: Ny.D (pasien)
: Saudara laki-
laki Jelaskan :
Ny. D merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara, Ny. D sudah pernah menikah
dan bercerai dengan suaminya. Orang tua dari Ny. D sudah meninggal dunia.
Ny.D belum memiliki anak sebelum diceraikan oleh suaminya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

2. Konsep Diri:
a. Citra Tubuh :
Pasien mengatakan bahwa ia sangat menyukai seluruh anggota tubuhnya
tanpa terkecuali, ia sangat bersyukur atas apa yang dimilikinya saat ini.
b. Identitas :
Pasien mengetahui identitas dirinya sebagai perempuan dan pasien
mengetahui siapa namanya.
c. Peran :
Pasien mengatakan perannya di rumah sebagai anak, saudara kandung dan
pernah menjadi sebagai seorang istri sebelum diceraikan oleh suaminya.
Ideal Diri :
Pasien mengatakan ia berharap agar dapat segera pulang kerumah supaya
dapat berkumpul kembali bersama keluarganya yang jauh disana.
d. Harga Diri :
Pasien mengatakan malu dengan keadaannya saat ini dan tidak percaya diri
setelah ditinggal suaminya, ia merasa tidak dianggap dan kurang berharga
karena sering diabaikan oleh keluarganya.
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah kronik

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti bagi dirinya adalah orang tuanya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Pasien mengatakan jarang ikut kegiatan kelompok / masyarakat di daerah
lingkungan tempat ia tinggal. Pasien juga jarang bersosialisasi dengan
warga sekitar tempat ia tinggal.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan malu untuk bertemu tetangga disekitar rumahnya
sehingga memilih untuk dirumah saja.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan agamanya islam
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan jarang melaksanakan ibadah shalat 5 waktu dan mengaji
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, toileting, dan
pemakaian sarana / prasarana atau instrumentasi dalam mendukung penampilan,
apakah klien:
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Cara berpakaian Ny.D sesuai yaitu mengenakan baju dan celana, Ny.D mandi
2x/hari, Ny. D mengetahui cara BAB dan BAK yang benar,rajin menyikat gigi.
Ny.D setiap setelah mandi selalu menggunakan bedak diwajahnya tujuannya
supaya ia terlihat lebih cantik. Sarana dan prasarana yang digunakan untuk
memfasilisasi mandi digunakan secara bersama-sama seperti sabun dan shampo.

2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan :
Pasien dapat berbicara dengan jelas
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

3. Aktivitas motorik
Lesu Tik
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Jelaskan :
Pasien berbicara dengan nada yang sangat pelan, pasien juga tampak
lesu, gelisah dan tidak bersemangat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

4. Alam perasaan
Sedih Khawatir
Ketakutan Gembira berlebihan
Putus asa

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah

5. Afek
Datar Labil
Tumpul Tidak sesuai
Masalah Keperawatan: Tidak ada

6. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Kontak mata kurang
Tidak kooperatif Curiga
Mudah
tersinggung Jelaskan:
Saat diajak untuk komunikasi, pasien terkadang lebih banyak menunduk,
kontak mata kurang, memalingkan wajahnya ke arah lain, sering menghindar
dan suka meninggalkan forum ketika sedang tengah mengobrol.
Masalah Keperawatan: Kerusakan interaksi sosial

7. Persepsi - Sensorik
Halusinasi / Ilusi ?
Ada / Tidak ?
Pendengaran Pengecapan
Penglihatan Penghidu
Perabaan
Jelaskan :
Pasien tidak ada masalah yang berhubungan dengan halusinasi.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

8. Isi pikir
Obesi Depersonalisasi
Phobia Ide yang terkait
Hipokondria Pikiran magis
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar pikir
Curiga Kontrol pikir
Jelaskan :
Pasien terkadang mengatakan bahwa ia sedang mengandung anak
selama 2 minggu dan pasien meminta untuk diberikan susu
prenagen, pasien juga tampak mengelus perutnya.
Masalah Keperawatan : Perubahan isi pikir

9. Proses pikir
Circumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi Pengulangan
pembicaraan/
persever a s i
r a si
Jelaskan :
Pasien selalu mengulang kalimat “bu, saya lagi hamil 2 minggu, saya mau
minum susu prenagen”.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir

10. Tingkat Kesadaran


Bingung Disorientasi waktu
Sedasi Disorientasi orang
Stupor Disorientasi tempat

Jelaskan:
Pasien dapat mengorientasikan orang ditandai dengan mengetahui saat ini sedang
berbincang dengan perawat, mengetahui saat ini sedang berada di RSJ, dan
mengetahui saat ini sedang berbincang di waktu pagi hari.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek

Jelaskan :
Saat diminta untuk menceritakan bagaimana pasien bisa masuk RS, pasien dapat
menceritakannya dengan baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Pasien dapat berhitung sederhana. Saat diberikan pertanyaan 2+2 pasien
bisa menjawab hasilnya 4.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

13. Kemampuan penilaian


Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan :
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

14. Daya Tilik Diri


Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan :
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah

G. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

Makanan Transportasi
Keamanan Tempat tinggal
Perawatan Kesehatan Uang
Pakaian
Jelaskan :
Pasien mampu melakukan atau memenuhi kebutuhannya secara mandiri, seperti
makan dan minum, mengenakan pakaian.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Mandi BAK / BAB
Kebersihan Ganti pakaian
Makan
Jelaskan :
Pasien dapat melakukan kegiatan sehari-harinya secara mandiri
seperti makan dan minum serta eliminasi.
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah

a. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda?
Ya
Tidak
Frekuensi makan sehari : 3 kali
Frekuensi kedapan sehari : 2 kali
Nafsu makan :
Meningkat Berlebihan
Menurun Sedikit – sedikit
Berat badan :
Meningkat
Menurun
BB terendah : - Kg BB tertinggi : -
Kg Jelaskan : Tidak terkaji
Pasien mengatakan tidak ingat berat badan terendah dan tertinggi.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

b. Tidur
Apakah ada masalah tidur ? YA / TIDAK
Apakah merasa segar setelah bangun tidur ? YA / TIDAK
Apakah ada kebiasaan tidur siang? YA / TIDAK
Lama tidur siang : Tidak menentu
Apa yang menolong tidur ?
Tidak ada
Tidur malam jam : 20.00 WIB , berapa jam : 7 jam
Apakah ada gangguan tidur ?
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
Somnambulisme Berbicara saat tidur
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur, tidak ada gangguan saat
tidur, tidurnya nyenyak-nyenyak saja.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
c. Penggunaan Obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
Pasien dapat minum obat secara mandiri dan teratur.

d. Kemampuan pasien dalam: Ya Tidak


Mengantisipasi kebutuhan sendiri
Membuat keputusan berdasarkan
keinginan sendiri Mengatur penggunaan
obat
Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up)
Jelaskan :
Pasien mampu dalam memenuhi kebutuhan pribadinya serta mengantisipasi
hal yang berhubungan dengan kebutuhan yang diperlukannya. Pasien juga
mengerti dan paham minum obat yang diberikan oleh perawat setiap pagi
dan malam hari. Pasien juga setiap hari dilakukan pemeriksaan TTV.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

c. Pasien memiliki sistem pendukung: Ya Tidak


Keluarga
Profesional/terapi
s Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan:
Saat ini pasien hanya memiliki sistem pendukung yaitu tenaga kesehatan
professional / terapis dan teman teman di ruang rawat inap Arimbi.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
d. Apakah pasien menikmati saat bekerja, kegiatan
yang menghasilkan atau hobi
Ya Tidak
Jelaskan:
Pasien mengatakan i a h o b i b e r n y a n y i d a n m e n d e n g a r k a n m u s
ik.
3. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan
Sistem pendukung
Jelaskan:
Saat ini pasien masih memerlukan perawatan lanjutan di RSJ dan saat ini
memiliki sitem pendukung yaitu tenaga kesehatan professional atau terapis
yang ada di RSJ.
H. MEKANISME KOPING
Adaptif: Maladaptif:
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi Berkerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Menciderai diri
Lainnya: ............................ Lainnya: pasien sulit
untuk terbuka, kontak
mata kurang, suka
memalingkan wajah,
sering menunduk,
bicara singkat.

I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok/keluarga, uraikan
Pasien mengatakan keluarganya sering mengabaikannya
Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan lingkungannya, namun
pasien kurang suka berbaur dengan warga dilngkungan sekitar rumahnya.
Masalah berhubungan dengan pendidikan, uraikan
Pasien mengatakan pendidikan terakhirnya adalah SD, dan pasien
mengatakan tidak ada masalah dengan pendidikannya.
Masalah berhubungan dengan pekerjaan, uraikan
Pasien mengatkan tidak bekerja
Masalah berhubungan dengan perumahan, uraikan
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan rumahnya, pasien
mengatakan bahwa dirinya tinggal bersama keluarganya.
Masalah berhubungan dengan ekonomi, uraikan
Pasien mengatakan tidak ada masalah
perekonomian.

Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan, uraikan


Pasien mengatakan tidak pernah ada masalah dengan pelayanan kesehatan
Masalah berhubungan dengan lainnya,
uraikan tidak ada masalah

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah


J. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penyakit jiwa
Sistem pendukung
Faktor presipitasi
Penyakit fisik
Koping
Obat-
obatan
Lainnya: .................................................................................
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan

K. ASPEK MEDIS
Diagnosis medis : Skizofrenia
Terapi medis : Olanzapin 2x1, Clozapin 2x1,

L. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Harga Diri Rendah Kronik
2. Ketidakefektifan koping individu
3. Waham
Analisa Data
No Data Problem
1. DS : Harga Diri Rendah
1. Pasien mengatakan ia malu dengan Kronik

keadaannya saat ini dan tidak percaya


diri
2. Pasien mengatakan bahwa ia merasa
tidak berharga
3. Pasien mengatakan bahwa ia sering
diabaikan oleh keluarganya
4. Pasien mengatakan bahwa ia merasa
tidak dianggap dan tidak diperdulikan
oleh keluarganya
DO :
1. Kontak mata kurang
2. Pasien suka menunduk
3. Berbicara pelan dan tampak lesu
4. Ekspresi muka datar

2. DS : Ketidakefektifan
1. Pasien mengatakan tidak ada hal yang koping individu
ingin dia ceritakan
2. Pasien selalu mengatakan “tidak ada
apa-apa”
DO :
1. Pasien suka menghindar
2. Pasien sulit untuk terbuka
3. Pasien suka memalingkan wajah
4. Bicara singkat
3. DS : Waham
1. Pasien mengatakan bahwa ia sedang
mengandung anak selama 2 minggu
2. Pasien mengatakan mau susu
prenagen DO :
1. Pasien selalu mengulang pembicaraan
2. Pasien tampak memegang perutnya
3. Pasien tampak mengelus perutnya
FORMAT
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien: Ny. D Nama Mahasiswa : Ambarwati
Ruang : Arimbi NPM : G1B223049
No. M.R. :
00060581

Diagnosa Intervensi
Tujuan
Keperawatan
Harga Diri Setelah dilakukan Pengkajian : Kaji tanda dan gejala serta
Rendah tindakan keperawatan penyebab harga diri rendah kronik.
Kronik diharapkakn pasien
Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya
mampu
1. Kognitif harga diri rendah kronik
a. Mengenal aspek 1. Diskusikan aspek positif dan
positif dan
kemampuan yang pernah dan
kemampuan yang
dimiliki. masih dimiliki klien
b. Menilai aspek 2. Bantu klien memilih aspek
positif dan
positif dan kemampuan yang
kemampuan yang
dapat dilakukan masih dimiliki dan
c. Memilih aspek dapat digunakan/dilakukan
positif dan 3. Bantu klien memilih aspek
kemampuan yang
ingin dilakukan. positif atau kemampuan yang
2. Psikomotor akan dilatih
a. Melakukan aspek 4. Latih aspek positif atau
positif dan
kemampuan yang dipilih
kemampuan yang
dipilih. dengan motivasi yang positif
b. Berperilaku aktif. 5. Berikan pujian untuk setiap
c. Menceritakan
kegiatan yang dilakukan
keberhasilan pada
orang lain. dengan baik
3. Afektif 6. Fasilitasi klien bercerita
a. Merasakan
tentang keberhasilannya
manfaat latihan
yang dilakukan. 7. Bantu klien membuat
b. Menghargai jadwal latihan untuk
kemampuan diri membudayakan
(bangga).
c. Meningkatkan 8. Bantu klien menilai manfaat
harga diri.
latihan yang dilakukan

Ketidakefektif Setelah dilakukan 1. Kaji tanda dan gejala


an koping tindakan keperawatan ketidakefektifan koping.
individu diharapkakn pasien
2. Jelaskan proses terjadinya
mampu
1. Kognitif ketidakefektifan koping.
a. Mengetahui 3. Diskusikan koping
perubahan
(upaya/cara) mengatasi
kondisi kesehatan
dan masalah pada masa lalu
kemampuannya a. Koping (upaya) yang
mengatasi
berhasil dan tidak berhasil.
perubahan
b. Mengetahui Berikan pujian.
pengertian, tanda b. Pemanfaatan sumber
dan gejala, daya/system pendukung
penyebab serta
akibat dari dalam mengatasi masalah.
ketidakefektifan 4. Latihan menggunakan upaya
koping menyelesaikan masalah saat ini
c. Mengetahui cara
dengan menggunakan cara
mengatasi
ketidakefektifan lama yang berhasil dan/atau
koping cara baru.
2. Psikomotor :
a. Buat daftar masalah yang
a. Mengatasi
masalah secara dihadapi
bertahap b. Buat daftar cara (lama dan
b. Menggunakan
baru) yang akan digunakan
sumber
daya/sistem c. Pilih, latih, dan jadwalkan
pendukung dalam cara yang akan digunakan
mengatasi untuk masalah yang
masalah
3. Afektif dihadapi.
a. Merasakan d. Evaluasi hasil jika berhasil
manfaat latihan budayakan, jika kurang
yang dilakukan
berhasil dipilih cara lain
b. Mengembangkan
koping yang pada daftar cara (no.2)
efektif e. Lakukan 3 dan 4 pada
c. Merasakan semua masalah secara
manfaat sistem bertahap.
pendukung
5. Latih menggunakan system
pendukung yang teratur :
a. Buat daftar system
pendukung yang tersedia
b. Pilih, latih, dan jadwalkan
system pendukung yang
akan membantu
penyelesaian masalah.
c. Evaluasi hasil jika berhasil
dibudayakan, jika tidak
berhasil, pilih system
pendukung lain (no.1).
6. Beri motivasi dan pujian atas
keberhasilan klien mengatasi
masalah.
Waham Setelah dilakukan Pengkajian : Kaji tanda dan gejala,
tindakan keperawatan penyebab waham dan kemampuan
diharapkan pasien mampu pasien mengatasinya.
: Jika ada waham katakan : anda
1. Kognitif percaya, tetapi anda tidak
a. Menyebutkan mengetahuinya.
orientasi terhadap Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya
realitas (orang, waham.
tempat dan waktu) 1. Sikap perawat : kalem, lembut
b. Menyebutkan netral, jujur, hindari
kebutuhan yang pertentagan, bicara jelas, dan
belum terpenuhi simple
c. Menyebutkan 2. Tidak mendukung dan tidak
aspek-aspek positif membantah waham Pasien
yang dimiliki 3. Yakinkan Pasien berada pada
2. Psikomotor lingkugan yang aman
a. Berorientasi 4. Bantu Pasien untuk orientasi
terhadap realitas realitas (orang, tempat, dan
(orang, tempat dan waktu)
waktu) 5. Diskusikan kebutuhan Pasien
b. Melatih aspek yang tidak terpenuhi
positif yang 6. Bantu Pasien dalam memenuhi
dimiliki kebutuhan yang realistis
c. Minum obat 7. Diskusikan kemampuan/aspek
dengan prinsip 8 positif yang dimiliki Pasien
benar 8. Latih Pasien dalam melakukan
3. Afektif kemampuan / aspek positif
a. Merasa manfaat yang dimiliki.
dari latihan yang
dilakukan
b. Merasa nyaman
dan tenang
Lampiran 3
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Ny. D Hari/Tanggal : Senin, 11/12/23


Umur : 43 tahun Ruangan : Arimbi
No.RM : 00060581
DATA
Ds: S:
1. Pasien mengatakan ia malu dengan 1. Pasien masih mengatakan tidak
keadaannya saat ini dan tidak percaya percaya diri dan malu dengan
diri keadaannya sekarang
2. Pasien mengatakan bahwa ia merasa 2. Pasien masih mengatakan bahwa
tidak berharga ia tidak berharga saat ini
3. Pasien mengatakan bahwa ia merasa 3. Pasien masih mengatakan bahwa
tidak diperdulikan oleh keluarganya ia tidak diperdulikan keluarga
Do: O:
1. Pasien berbicara dengan pelan 1. Pasien tampak berbicara dengan
2. Kontak mata kurang nada yang pelan
3. Pasien tampak lesu 2. Tampak kontak mata kurang
KEMAMPUAN : 3. Pasien tampak lesu
Pasien mampu mengenali tanda dan gejala
harga diri rendah kronik dan mampu A : Harga diri rendah Kronik
menyusun kegiatan terjadwal untuk 1. Mengkaji tanda dan gejala
dilakukan DIAGNOSA : Harga diri rendah harga diri rendah kronik
kronik TINDAKAN: 2. Diskusi aspek positif dan
1. Mengkaji tanda dan gejala harga kemampuan yang dapat dilakukan
diri rendah kronik. 3. Menyusun kegiatan latihan
2. Mendiskusikan aspek positif dan terjadwal
kemampuan yang pernah dan masih
dimiliki pasien P:
3. Menyusun kegiatan latihan terjadwal Melatih aspek positif dan kemampuan
RENCANA TINDAK LANJUT : yang dimiliki, yaitu kegiatan pertama
Pasien berlatih untuk kegiatan menyapu 1 menyapu
hari sekali setiap pagi jam 09.00
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Ny. D Hari/Tanggal : Selasa, 12/12/23


Umur : 43 tahun Ruangan : Arimbi
No.RM : 00060581
DATA
Ds: S:
1. Pasien mengatakan ia tidak percaya diri 1. Pasien mengatakan masih merasa
2. Pasien mengatakan bahwa ia merasa tidak percaya diri
tidak berharga 2. Pasien mengatakan masih merasa
3. Pasien mengatakan bahwa ia merasa tidak berharga
tidak dianggap 3. Pasien mengatakan masih merasa
Do: tidak dianggap
1. Pasien berbicara dengan pelan O:
2. Kontak mata kurang 1. Pasien berbicara dengan pelan
3. Ekspresi muka 2. Kontak mata kurang
datar KEMAMPUAN: 3. Ekspresi muka datar
Pasien mampu mencoba melakukan latihan
aspek positif yang telah disusun dan A : Harga diri rendah kronik
dijadwalkannya dengan baik (menyapu) Melatih aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki, yaitu
DIAGNOSA: Harga diri rendah kegiatan pertama menyapu

kronik TINDAKAN:
P:
Melatih pasien untuk melakukan kegiatan
Evaluasi latihan aspek positif dan
aspek positif dan kemampuan yang dimiliki,
kemampuan yang dimiliki, yaitu
yaitu kegiatan pertama menyapu
kegiatan pertama menyapu.
Melatih aspek positif dan kemampuan
RENCANA TINDAK LANJUT:
yang dimiliki, yaitu kegiatan kedua
Pasien berlatih untuk kegiatan melipat
melipat pakaian.
pakian 1 kali dalam hari pada jam 12.00
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Ny. D Hari/Tanggal : Rabu, 13/12/23


Umur : 43 tahun Ruangan : Arimbi
No.RM : 00060581
DATA
Ds: S:
1. Pasien mengatakan malu 1. Pasien masih malu dengan
dengan keadaannya keadaannya
2. Pasien mengatakan tidak percaya diri 2. Pasien masih tidak percaya diri
3. Pasien mengatakan tidak 3. Pasien merasa ia tidak berharga
berharga Do:
1. Ekspresi wajah datar O:
2. Kontak mata kurang 1. Ekpresi tampak datar
2. Kontak mata masih kurang
KEMAMPUAN:
Pasien mampu mencoba melakukan latihan A : Harga diri rendah kronik
aspek positif yang telah disusun danEvaluasi latihan aspek positif dan
dijadwalkannya dengan baik (melipatkemampuan yang dimiliki, yaitu
pakaian) kegiatan pertama menyapu.
Melatih aspek positif dan kemampuan
DIAGNOSA: Harga diri rendah kronik yang dimiliki, yaitu kegiatan kedua
melipat pakaian.
TINDAKAN:
1. Mengevaluasi latihan aspek positif dan P :
kemampuan yang dimiliki, yaitu Evaluasi latihan aspek positif dan
kegiatan pertama menyapu. kemampuan yang dimiliki, yaitu
2. Melatih aspek positif dan kemampuan kegiatan pertama menyapu dan
yang dimiliki, yaitu kegiatan kedua kegiatan kedua melipat pakaian.
melipat pakaian. Melatih aspek positif dan kemampuan
yang dimiliki, yaitu kegiatan ketiga
RENCANA TINDAK LANJUT: merapikan tempat tidur.
Pasien berlatih untuk kegiatan
merapikan tempat tidur setiap pagi pada
jam 08.00
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Ny. D Hari/Tanggal : Kamis, 14/12/23


Umur : 43 tahun Ruangan : Arimbi
No.RM : 00060581

DATA
Ds: S:
1. Pasien mengatakan tidak percaya diri 1. Pasien mengatakan sudah
2. Pasien mengatakan bahwa ia merasa mulai sedikit percaya diri
tidak berharga 2. Pasien mengatakan bahwa ia
3. Pasien mengatakan bahwa ia mulai menyadari dan
tidak diperdulikan meyakini dirinya bahwa ia
Do: berharga
1. Kontak mata kurang 3. Pasien mengatakan bahwa ia
2. Ekspresi wajah menyadari ternyata orang
datar KEMAMPUAN: disekitarnya perduli
Pasien mampu mencoba melakukan latihan O:
aspek positif yang telah disusun dan 1. Pasien sudah mau melakukan
dijadwalkannya dengan baik (merapikan kontak mata
tempat tidur) 2. Pasien sesekali tersenyum dan
DIAGNOSA: Harga diri rendah tertawa dengan sepuasnya
kronik TINDAKAN:
1. Mengevaluasi latihan aspek positif dan A: Harga diri rendah kronik
kemampuan yang dimiliki, yaitu Evaluasi latihan aspek positif dan
kegiatan pertama menyapu dan kedua kemampuan yang dimiliki, yaitu
melipat pakaian kegiatan pertama menyapu, kedua
3. Melatih aspek positif dan kemampuan melipat pakaian
yang dimiliki, yaitu kegiatan ketiga Melatih aspek positif dan kemampuan
merapikan tempat tidur yang dimiliki, yaitu kegiatan ketiga
RENCANA TINDAK LANJUT: merapikan tempat tidur
Pasien berlatih untuk kegiatan
merapikan tempat tidur setiap pagi pada P:
jam 08.00 Intervensi dihentikan
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Ny. D Hari/Tanggal : Jumat, 15/12/23


Umur : 43 tahun Ruangan : Arimbi
No.RM : 00060581

DATA
Ds: S:
1. Pasien mengatakan tidak ada hal yang 1. Ketika diajak mengobrol lebih
ingin dia ceritakan mendalam, pasien selalu
2. Pasien selalu mengatakan “tidak ada mengatakan tidak ada hal yang
apa-apa” ingin ia ceritakan
2. Pasien selalu mengatakan “tidak
Do:
ada apa-apa”
1. Pasien suka menghindar
2. Pasien sulit untuk terbuka
O:
3. Pasien suka memalingkan wajah
1. Pasien suka tiba-tiba menghindar
2. Pasien sulit untuk terbuka
KEMAMPUAN:
3. Pasien suka memalingkan
Pasien mampu mengenali atanda dan gejala
wajahnya
ketidakefektifan kopingnya

DIAGNOSA: Ketidakefektifan A: Ketidakefektifan koping


koping individu individu
3. Mengkaji tanda dan gejala
TINDAKAN: ketidakefektifan koping individu
1. Mengkaji tanda dan gejala 4. Diskusi cara mengatasi masalah
ketidakefektifan koping individu di masa lalu
2. Mendiskusikan cara mengatasi P:
masalah di masa lalu Intervensi dihentikan
(Tindakan dilanjutkan oleh kakak
penanggung jawab ruangan arimbi)
RENCANA TINDAK LANJUT:

Pasien membuat daftar dan cara terjadwal


yang digunakan untuk mengatasi masalah
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Ny. D Hari/Tanggal : Jumat, 15/12/2023


Umur : 43 tahun Ruangan : Arimbi
No.RM : 00060581

DATA
Ds: S:
1. Pasien mengatakan bahwa ia sedang 1. Pasien masih mengatakan bahwa
mengandung anak selama 2 minggu ia sedang mengandung anak
2. Pasien mengatakan mau susu selama 2 minggu
prenagen Do: 2. Pasien masih mengatakan mau
3. Pasien tampak memegang perutnya susu prenagen
4. Pasien tampak mengelus perutnya
O:
1. Pasien tampak memegang
KEMAMPUAN:
perutnya
Pasien mampu mengetahui tanda dan gejala,
2. Pasien tampak mengelus
penyebab waham dan cara mengatasinya
perutnya

DIAGNOSA: Waham
A: Waham
1. Mengkaji tanda dan gejala,
TINDAKAN:
penyebab waham dan cara
5. Mengkaji tanda dan gejala, penyebab
mengatasinya
waham dan cara mengatasinya
2. Membantu pasien untuk
6. Membantu pasien untuk orientasi
orientasi realitas (orang, tempat,
realitas (orang, tempat, waktu)
waktu)
P:
RENCANA TINDAK LANJUT:
Intervensi dihentikan
Pasien membuat kemampuan/aspek
(Tindakan dilanjutkan oleh kakak
positif yang dimilikinya
penanggung jawab ruangan arimbi)

Anda mungkin juga menyukai