Laporan Seminar Kasus Ambarwati (g1b223049)
Laporan Seminar Kasus Ambarwati (g1b223049)
Disusun oleh :
Ambarwati (G1B223049)
Kelompok : 2
Pembimbing Akademik :
Ns. Yuliana, S.Kep.,
M.Kep
Ns. Riska Amalya Nasution, M.Kep.Sp.Kep.,J
Pembimbing Klinik :
Ns. Retty Octi Syafrini, M.Kep.Sp.Kep.,J
Ns. Dermanto, S.Kep
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami konsep serta pengaplikasian asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan harga diri rendah kronik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengkajian pada Ny. D dengan harga diri rendah
kronik.
2. Mengetahui diagnosis keperawatan pada Ny. D dengan harga diri
rendah kronik.
3. Mengetahui intervensi keperawatan pada Ny. D dengan harga
diri rendah kronik.
4. Mengetahui implementeasi keperawatan pada Ny. D dengan
harga diri rendah kronik.
5. Mengetahui evaluasi keperawatan pada Ny. D dengan harga diri
rendah kronik.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Dapat meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan diagnosa keperawatan utama
harga diri rendah kronik.
1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan
Dapat mengetahui tingkat kemampuan dan pemahaman mahasiswa
dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa serta mengevaluasi
materi yang diberikan kepada mahasiswa sesuai dengan pasien
kelolaannya.
1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat lebih mengoptimalkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa harga diri rendah kronik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian tingkat aktualisasi diri dengan
mengenalisis seberapa baik perilaku sesuai dengan ideal diri. Perasaan tidak
berharga, tidak berarti, dan harga diri yang terus-menerus disebabkan oleh
evaluasi diri dan efikasi diri yang negatif (Fajariyah, 2012).
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negatif
terhadap diri sendiri atau kemampuan pasien seperti tidak berarti, tidak
berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus
menerus. Harga diri rendah kronis merupakan proses kelanjutan dari
harga diri rendah situasional yang tidak terselesaikan, hal tersebut dapat
terjadi jika individu berusaha untuk menyelesaikan kondisi yang penuh
stressor (krisis) tetapi terjadi kegagalan serta ketidakmampuan dalam
menjalankan fungsi dan perannya yang berlangsung secara terus –menerus
(Stuart, 2016).
2.3 Penyebab
Menurut (Apriliya, dkk, 2023) faktor yang dapat mengakibatkan harga diri
rendah sebagai berikut :
a. Faktor biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma
kepala (Dermawan & Rusdi, 2013).
b. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah terpapar situasi
traumatis, penolakan orang tua maupun orang lain yang tidak realistis,
kegagalan berulang, kurang memiliki tanggung jawab personal,
ketergantungan dengan orang lain, ideal diri yang tidak realistis,
ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan, penguatan negatif
berulang, dan ketidaksesuaian budaya (Dermawan & Rusdi, 2013).
c. Faktor presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk
tubuh, menurunnya produktivitas, dan gangguan psikiatri (Dermawan &
Rusdi, 2013).
2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala mayor
Menurut (PPNI, 2017) tanda dan gejala mayor seseorang dengan harga diri
rendah kronis adalah :
1. Subjektif
a) Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)
b) Merasa malu/bersalah
c) Merasa tidak mampu melakukan apapun
d) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
e) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
f) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
g) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri.
2. Objektif
a) Enggan mencoba hal baru, berjalan menunduk, postur tubuh
menunduk.
Tanda dan gejala minor
Menurut (PPNI, 2017) tanda dan gejala minor seseorang dengan harga diri
rendah kronis adalah :
1. Subjektif
Merasa sulit berkonsentrasi, sulit tidur, mengungkapkan keputusasaan.
2. Objektif
Kontak mata kurang, lesu dan tidak bergairah, berbicara pelan dan lirih,
pasif, perilaku tidak asertif, mencari penguatan secara berlebihan,
bergantung pada pendapat orang lain, sulit membuat keputusasaan.
2.5 Pohon Masalah
2.8 Penatalaksanaan
Menurut (Afnuhazi & Ridhyalla, 2015) penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada pasien dengan harga diri rendah kronis antara lain:
a. Psikofarmaka
Dalam penanganan pasien dengan gangguan kesehatan jiwa, pengobatan
farmakologi, termasuk salah satu cara yang efektif, dimana jenis
pengobatan psikofarmaka adalah penanganan yang memberikan
beberapa jenis obat-obatan sesuai dengan gejala yang dialami oleh
pasien :
1) Obat antidepresan, digunakan untuk mengobati depresi ringan
hingga berat, kegelisahan, dan kondisi lainnya. Contoh: citalopram,
fluoxetine, dan antidepresan trisiklik.
2) Obat antipsikotik, digunakan untuk mengobati pasien dengan
gangguan psikotik yaitu skizofrenia. Contoh: clozapine, risperidone,
dan sebagainya.
3) Obat penstabil mood, digunakan untuk mengobati gangguan bipolar
yang ditandai dengan pergantian fase menarik (bahagia yang
berlebihan) dan depresif (putus asa). Contoh: carbamazepine,
lithium, olanzapine, ziprasidone, dan valpromaide.
4) Obat anti kecemasan, untuk mengatasi berbagai jenis kecemasan dan
gangguan panik. Obat ini juga dapat berfungsi mengendalikan
insomnia dan agitasi yang menjadi gejala gangguan. Contoh:
benzodiazepine, alpazolam, diazepam, clonazepam, dan lorazepam.
b. Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi yang berfungsi untuk mendorong pasien agar
berinteraksi dengan orang lain, perawat, maupun dokter. Psikoterapi
memiliki tujuan supaya pasien tidak menarik diri atau mengasingkan diri
lagi karena hal itu dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dalam
hal ini dapat diupayakan pasien mengikuti permainan, aktivitas
kelompok, maupun latihan bersama.
c. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Terapi kejang listrik (ECT) adalah suatu metode terapi menggunakan
listrik untuk mengatasi beberapa kondisi gangguan jiwa. Terapi ini
biasanya diberikan kepada pasien dengan masalah skizofrenia yang
sudah tidak bisa diobati dengan terapi neutropleptika oral atau injeksi
(Prabowo, 2014).
d. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya memfasilitasi terapi
terhadap sejumlah pasien dengan gangguan jiwa pada waktu yang sama.
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan individu dengan
orang lain dalam kelompok. TAK biasanya diterapkan pada pasien
dengan masalah keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok
dibagi menjadi 4, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (Prabowo, 2014).
e. Terapi Kognitif
Terapi kognitif merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang melatih
pasien untuk mengubah pikiran otomatis negatif dan cara pandang
seseorang terhadap sesuatu sehingga menimbulkan perasaan lebih baik
dan bertindak produktif (Varcarolis, 2010).
2. Pohon Masalah
Causa
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan rencana keperawatan
yang sudah di susun dalam tahap perencanaan. untuk kesuksesan
implementasi keperawatan supaya sesuai dengan rencana keperawatan,
perawat harus mempunyai keahlian kognitif, hubungan interpersonal,
dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Implementasi atau
pelaksanaan keperawatan adalah realisasi tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Yosep,
2011).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi mengacu kepada
penilaian, tahapan dan perbaikan. Dalam evaluasi, perawat menilai
reaksi klien terhadap intervensi yang telah diberikan dan menetapkan
apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.
Perawat menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada
klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan
atau intervensi keperawatan (Yosep, 2011).
3.3 Diagnosa
Berdasarkan analisa data yang sudah dijelaskan diatas, maka
diagnosa utama dari hasil pengkajian yang telah dilakukan adalah : Harga
diri rendah kronik dimana data subjektif Ny. D mengatakan ia malu dengan
keadaannya saat ini dan tidak percaya diri, ia merasa tidak berharga, ia
sering diabaikan oleh keluarganya dan Ny. D mengatakan bahwa ia merasa
tidak dianggap dan tidak diperdulikan oleh keluarganya. Sementara data
objektif yang ditemukan dari Ny. D yaitu kontak mata kurang, pasien suka
menunduk, berbicara pelan dan tampak lesu, serta ekspresi muka datar.
Selanjutnya diperoleh diagnosa kedua yaitu : Ketidakefektifan
koping individu dengan data subjektif pasien mengatakan tidak ada hal yang
ingin dia ceritakan dan pasien selalu mengatakan “tidak ada apa-apa”.
Sementara data objektif diperoleh pasien suka menghindar, pasien sulit
untuk terbuka, pasien suka memalingkan wajah dan bicara singkat.
Kemudian diagnosa ketiga dari: Waham dengan data subjektif
pasien mengatakan bahwa ia sedang mengandung anak selama 2 minggu,
pasien mengatakan mau susu prenagen. Sementara data objektif yang
didapatkan yaitu pasien selalu mengulang pembicaraan, pasien tampak
memegang perutnya, pasien tampak mengelus perutnya.
dampak WAHAM
Masalah
utama
HARGA DIRI RENDAH KRONIK
penyebab KETIDAKEFEKTIFAN
KOPING INDIVIDU
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
4.2 Diagnosa
Berdasarkan analisa data yang sudah didapatkan, maka penulis
menetapkan 3 diagnosa keperawatan didukung dengan data subjektif dan
objektif yang ada, yaitu :
1. Harga diri rendah kronik
2. Ketidakefektifan koping individu
3. Waham
Dari ketiga diagnosa keperawatan yang didapatkan, maka penulis
menegakkan diangosa utama pada Ny. D yaitu harga diri rendah kronik.
Menurut (Damayanti & Iskandar, 2014) menyatakan bahwa berdasarkan
pohon masalah harga diri rendah kronik, harga diri rendah kronik ditetapkan
sebagai care problem, karena masalah konsep diri berkaitan dengan
perasaan ansietas, bermusuhan dan rasa bersalah. Masalah ini sering
menimbulkan proses penyebaran diri dan sirkulasi bagi individu yang
menyebabkan respon koping maladaptif. Sehingga efek jangka panjang yang
didapatkan apabila tidak segera diatasi ialah individu akan mengalami
isolasi sosial.
Namun apabila ditinjau dari segi pohon masalah untuk harga diri
rendah kronik terdapat kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus yang
penulis dapatkan yaitu apabila menurut teori pohon masalahnya adalah :
Diagnosa 3 : Waham
Pengkajian : Kaji tanda dan gejala, penyebab waham dan kemampuan pasien
mengatasinya.
Jika ada waham katakan : anda percaya, tetapi anda tidak mengetahuinya.
Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya waham.
Tindakan Keperawatan :
1. Sikap perawat : kalem, lembut netral, jujur, hindari pertentagan, bicara
jelas, dan simple
2. Tidak mendukung dan tidak membantah waham Pasien
3. Yakinkan Pasien berada pada lingkugan yang aman
4. Bantu Pasien untuk orientasi realitas (orang, tempat, dan waktu)
5. Diskusikan kebutuhan Pasien yang tidak terpenuhi
6. Bantu Pasien dalam memenuhi kebutuhan yang realistis
7. Diskusikan kemampuan/aspek positif yang dimiliki Pasien
8. Latih Pasien dalam melakukan kemampuan / aspek positif yang dimiliki.
4.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah suatu tindakan yang telah direncanakan dan
telah tersusun secara sistematis. Pelaksanaan renana keperawatan dilakukan
secara terkoordinasi dan terintegrasi karena disesuaikan dengan keadaan
pasien yang sebenarnya (Keliat, 2019). Pada tahap implementasi tidak
terdapat kesenjangan antara tindakan yang penulis lakukan dengan tinjauan
teori ataupun penelitian oleh peneliti sebelumnya, maka dari itu berikut
dijabarkan hasil implementasi yang telah penulis laksanakan sesuai dengan
SP yang telah direncanakan.
Diagnosa 1 : Harga diri rendah kronik
Implementasi SP 1 dilakukan pada 11 Desember 2023 dimana
penulis menghampiri pasien kemudian melakukan interaksi kepada pasien.
Penulis menyapa pasien dan menjelaskan maksud dan tujuan. Kemudian di
hari pertama melakukan kegiatan berupa mengkaji tanda dan gejala harga
diri rendah kronik, kemudian diskusi aspek positif dan kemampuan yang
dapat dilakukan dan dilanjutkan dengan menyusun kegiatan latihan
terjadwal. Pasien mampu mengenali tanda dan gejala harga diri rendah
kronik, mampu menyusun kegiatan terjadwal untuk dilatih dan dilakukan di
pertemuan selanjutnya.
Implementasi SP 2 dilakukan pada 12 Desember 2023 dimana
kegiatan yang dilakukan bersama pasien adalah melatih aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki, yaitu kegiatan pertama menyapu di jam 09.00
pagi. Pasien mampu melakukan kegiatan terjadwal pertama yaitu menyapu
dengan baik.
Implementasi SP 3 dilakukan pada 13 Desember 2023, sebelumnya
pasien di evaluasi kembali untuk kegiatan pertama yang telah dilakukannya
yaitu kegiatan menyapu. Pasien menerapkan kegiatan tersebut di jam 09.00
pagi. Kemudian latihan kegiatan kedua dilanjutkan dengan kegiatan melipat
pakaian. Pasien mampu melipat pakaian dan menatanya dengan rapi.
Implementasi SP 4 dilakukan pada 14 Desember 2023, sebelumnya
pasien dievaluasi lagi untuk kegiatan pertama menyapu dan kegiatan kedua
melipat pakaian. Pasien menerapkan kegiatan menyapu di jam 09.00 pagi
dan kegiatan melipat pakaian di jam 12.00. Setelah itu dilanjutkan dengan
latihan ketiga yaitu merapikan tempat tidur. Pasien mampu memasang sprei
dan sarung bantal dengan benar dan rapi.
Diagnosa 3 : Waham
Implementasi untuk diagnosa ke-3 juga hanya dilakukan pada 15 Desember
2023 dimana pada pertemuan tersebut kegiatan yang dilakukan yaitu
mengkaji tanda dan gejala, penyebab waham dan cara mengatasinya, serta
membantu pasien untuk orientasi realitas (orang, tempat, waktu). Intervensi
untuk diagnosa ke-3 ini dihentikan dikarenakan keterbatasannya waktu
sehingga tindakan dilanjutkan oleh kakak penangung jawab ruangan arimbi
agar SP tetap berjalan hingga selesai dan maksimal.
4.5 Evaluasi
Setelah dilakukannya implementasi keperawatan selama 4 hari,
maka dilakukan evaluasi pasien berdasarkan data objektif dan subjektif yang
pasien tunjukkan setelah diberikan tindakan keperawatan pada masalah
harga diri rendah kronik yang menjadi penegakan diagnosa utama dalam
tinjauan kasus ini. Hasil evaluasi selama 4 hari tindakan keperawatan dalam
bentuk strategi pelaksanaan (SP) dimana didapatkan bahwa kondisi pasien
menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik. Hal ini dibuktikan
dengan data yang didapatkan bahwa pasien mengatakan bahwa ia mulai
sedikit percaya diri, pasien mengatakan bahwa ia mulai menyadari dan
meyakini dirinya bahwa ia berharga, serta pasien juga mengatakan bahwa ia
menyadari ternyata orang disekitarnya perduli. Pasien juga merasa senang
karena sudah didampingi oleh perawat selama melakukan beberapa kegiatan
terjadwal setiap harinya. Pasien sudah mampu melakukan setiap kegiatan
terjadwal secara mandiri. Sementara berdasarkan observasi yang dilakukan
pasien sudah mau melakukan kontak mata dengan baik dan sesekali
tersenyum serta tertawa sepuasnya ketika mengobrol dan diajak bercanda
dengan sesama temannya.
Menurut (Keliat, 2019) evaluasi tindakan keperawatan dikatakan
berhasil jika pasien menunjukkan keadaan dimana pasien mampu mengenali
tanda dan gejala serta penyebab ia mengalami harga diri rendah kronik,
pasien mampu menilai aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya, lalu
pasien mampu memilih serta membuat beberapa kegiatan latihan terjadwal
yang bisa dilakukannya, serta pasien dapat merasakan manfaat dari apa yang
sudah terapkan olehnya. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan dimana memberikan kesimpulan dari keseluruhan proses
keperawatan yang telah dilakukan dan menunjukkan tujuan yang
menghasilkan hal yang positif (Tucker, 2008).
Penulis berasumsi bahwa keberhasilan dalam evaluasi tindakan
keperawatan yang telah diberikan ini dikarenakan adanya keinginan dan
kemampuan pasien untuk mencoba mengaplikasikan apa yang sudah ia
jadwalkan sehingga hasil yang diharapkan membuat pasien mampu
meningkatkan aspek positif yang ada dalam dirinya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. D (P)
Umur : 43 Tahun
No. CM 00060581
Tanggal MRS : 16 Oktober
2023 Tanggal Masuk
Ruang I : IGD
Ruang II : Alfa
Ruang III : Arimbi
Tanggal pengkajian : 07 Desember 2023
Alamat : Air Hangat Rt.04,
Kerinci
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
YA
TIDA
K
1. Pengobatan sebelumnya?
Berhasil Tidak berhasil
Kurang berhasil
2. Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik ........... ........... ........... ...........
Aniaya seksual ........... ........... ........... ...........
Penolakan ........... ........... ........... ..........
Kekerasan dalam Tidak ingat Keluarga Ny. D Tidak
keluarga ada
Tindakan criminal ........... ........... ........... ...........
Jelaskan:
Ny.D mengatakan dirinya pernah dipukul oleh keluarganya. Selama memperoleh
perlakuan yang tidak menyenangkan dan setiap kali Ny.D mengingat hal
tersebut, ia lebih banyak diam dan kadang menangis. Ny. D juga
melampiaskannya dengan merokok supaya pikirannya lebih tenang.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
TD : 107/71 mmHg
HR : 82 x/i
S : 36,5 oC
RR : 20 x/i
2. Ukur
BB : 47 Kg
TB : 159 cm
3. Keluhan fisik
Tidak ada masalah fisik yang didapatkan dari pasien Ny. D
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Ayah
: Ibu
: Saudara perempuan
: Ny.D (pasien)
: Saudara laki-
laki Jelaskan :
Ny. D merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara, Ny. D sudah pernah menikah
dan bercerai dengan suaminya. Orang tua dari Ny. D sudah meninggal dunia.
Ny.D belum memiliki anak sebelum diceraikan oleh suaminya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
2. Konsep Diri:
a. Citra Tubuh :
Pasien mengatakan bahwa ia sangat menyukai seluruh anggota tubuhnya
tanpa terkecuali, ia sangat bersyukur atas apa yang dimilikinya saat ini.
b. Identitas :
Pasien mengetahui identitas dirinya sebagai perempuan dan pasien
mengetahui siapa namanya.
c. Peran :
Pasien mengatakan perannya di rumah sebagai anak, saudara kandung dan
pernah menjadi sebagai seorang istri sebelum diceraikan oleh suaminya.
Ideal Diri :
Pasien mengatakan ia berharap agar dapat segera pulang kerumah supaya
dapat berkumpul kembali bersama keluarganya yang jauh disana.
d. Harga Diri :
Pasien mengatakan malu dengan keadaannya saat ini dan tidak percaya diri
setelah ditinggal suaminya, ia merasa tidak dianggap dan kurang berharga
karena sering diabaikan oleh keluarganya.
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah kronik
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti bagi dirinya adalah orang tuanya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Pasien mengatakan jarang ikut kegiatan kelompok / masyarakat di daerah
lingkungan tempat ia tinggal. Pasien juga jarang bersosialisasi dengan
warga sekitar tempat ia tinggal.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan malu untuk bertemu tetangga disekitar rumahnya
sehingga memilih untuk dirumah saja.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan agamanya islam
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan jarang melaksanakan ibadah shalat 5 waktu dan mengaji
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, toileting, dan
pemakaian sarana / prasarana atau instrumentasi dalam mendukung penampilan,
apakah klien:
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Cara berpakaian Ny.D sesuai yaitu mengenakan baju dan celana, Ny.D mandi
2x/hari, Ny. D mengetahui cara BAB dan BAK yang benar,rajin menyikat gigi.
Ny.D setiap setelah mandi selalu menggunakan bedak diwajahnya tujuannya
supaya ia terlihat lebih cantik. Sarana dan prasarana yang digunakan untuk
memfasilisasi mandi digunakan secara bersama-sama seperti sabun dan shampo.
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan :
Pasien dapat berbicara dengan jelas
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3. Aktivitas motorik
Lesu Tik
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Jelaskan :
Pasien berbicara dengan nada yang sangat pelan, pasien juga tampak
lesu, gelisah dan tidak bersemangat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4. Alam perasaan
Sedih Khawatir
Ketakutan Gembira berlebihan
Putus asa
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
5. Afek
Datar Labil
Tumpul Tidak sesuai
Masalah Keperawatan: Tidak ada
7. Persepsi - Sensorik
Halusinasi / Ilusi ?
Ada / Tidak ?
Pendengaran Pengecapan
Penglihatan Penghidu
Perabaan
Jelaskan :
Pasien tidak ada masalah yang berhubungan dengan halusinasi.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
8. Isi pikir
Obesi Depersonalisasi
Phobia Ide yang terkait
Hipokondria Pikiran magis
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar pikir
Curiga Kontrol pikir
Jelaskan :
Pasien terkadang mengatakan bahwa ia sedang mengandung anak
selama 2 minggu dan pasien meminta untuk diberikan susu
prenagen, pasien juga tampak mengelus perutnya.
Masalah Keperawatan : Perubahan isi pikir
9. Proses pikir
Circumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi Pengulangan
pembicaraan/
persever a s i
r a si
Jelaskan :
Pasien selalu mengulang kalimat “bu, saya lagi hamil 2 minggu, saya mau
minum susu prenagen”.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir
Jelaskan:
Pasien dapat mengorientasikan orang ditandai dengan mengetahui saat ini sedang
berbincang dengan perawat, mengetahui saat ini sedang berada di RSJ, dan
mengetahui saat ini sedang berbincang di waktu pagi hari.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Jelaskan :
Saat diminta untuk menceritakan bagaimana pasien bisa masuk RS, pasien dapat
menceritakannya dengan baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
Makanan Transportasi
Keamanan Tempat tinggal
Perawatan Kesehatan Uang
Pakaian
Jelaskan :
Pasien mampu melakukan atau memenuhi kebutuhannya secara mandiri, seperti
makan dan minum, mengenakan pakaian.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Mandi BAK / BAB
Kebersihan Ganti pakaian
Makan
Jelaskan :
Pasien dapat melakukan kegiatan sehari-harinya secara mandiri
seperti makan dan minum serta eliminasi.
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah
a. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda?
Ya
Tidak
Frekuensi makan sehari : 3 kali
Frekuensi kedapan sehari : 2 kali
Nafsu makan :
Meningkat Berlebihan
Menurun Sedikit – sedikit
Berat badan :
Meningkat
Menurun
BB terendah : - Kg BB tertinggi : -
Kg Jelaskan : Tidak terkaji
Pasien mengatakan tidak ingat berat badan terendah dan tertinggi.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
b. Tidur
Apakah ada masalah tidur ? YA / TIDAK
Apakah merasa segar setelah bangun tidur ? YA / TIDAK
Apakah ada kebiasaan tidur siang? YA / TIDAK
Lama tidur siang : Tidak menentu
Apa yang menolong tidur ?
Tidak ada
Tidur malam jam : 20.00 WIB , berapa jam : 7 jam
Apakah ada gangguan tidur ?
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
Somnambulisme Berbicara saat tidur
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur, tidak ada gangguan saat
tidur, tidurnya nyenyak-nyenyak saja.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
c. Penggunaan Obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
Pasien dapat minum obat secara mandiri dan teratur.
K. ASPEK MEDIS
Diagnosis medis : Skizofrenia
Terapi medis : Olanzapin 2x1, Clozapin 2x1,
L. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Harga Diri Rendah Kronik
2. Ketidakefektifan koping individu
3. Waham
Analisa Data
No Data Problem
1. DS : Harga Diri Rendah
1. Pasien mengatakan ia malu dengan Kronik
2. DS : Ketidakefektifan
1. Pasien mengatakan tidak ada hal yang koping individu
ingin dia ceritakan
2. Pasien selalu mengatakan “tidak ada
apa-apa”
DO :
1. Pasien suka menghindar
2. Pasien sulit untuk terbuka
3. Pasien suka memalingkan wajah
4. Bicara singkat
3. DS : Waham
1. Pasien mengatakan bahwa ia sedang
mengandung anak selama 2 minggu
2. Pasien mengatakan mau susu
prenagen DO :
1. Pasien selalu mengulang pembicaraan
2. Pasien tampak memegang perutnya
3. Pasien tampak mengelus perutnya
FORMAT
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien: Ny. D Nama Mahasiswa : Ambarwati
Ruang : Arimbi NPM : G1B223049
No. M.R. :
00060581
Diagnosa Intervensi
Tujuan
Keperawatan
Harga Diri Setelah dilakukan Pengkajian : Kaji tanda dan gejala serta
Rendah tindakan keperawatan penyebab harga diri rendah kronik.
Kronik diharapkakn pasien
Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya
mampu
1. Kognitif harga diri rendah kronik
a. Mengenal aspek 1. Diskusikan aspek positif dan
positif dan
kemampuan yang pernah dan
kemampuan yang
dimiliki. masih dimiliki klien
b. Menilai aspek 2. Bantu klien memilih aspek
positif dan
positif dan kemampuan yang
kemampuan yang
dapat dilakukan masih dimiliki dan
c. Memilih aspek dapat digunakan/dilakukan
positif dan 3. Bantu klien memilih aspek
kemampuan yang
ingin dilakukan. positif atau kemampuan yang
2. Psikomotor akan dilatih
a. Melakukan aspek 4. Latih aspek positif atau
positif dan
kemampuan yang dipilih
kemampuan yang
dipilih. dengan motivasi yang positif
b. Berperilaku aktif. 5. Berikan pujian untuk setiap
c. Menceritakan
kegiatan yang dilakukan
keberhasilan pada
orang lain. dengan baik
3. Afektif 6. Fasilitasi klien bercerita
a. Merasakan
tentang keberhasilannya
manfaat latihan
yang dilakukan. 7. Bantu klien membuat
b. Menghargai jadwal latihan untuk
kemampuan diri membudayakan
(bangga).
c. Meningkatkan 8. Bantu klien menilai manfaat
harga diri.
latihan yang dilakukan
kronik TINDAKAN:
P:
Melatih pasien untuk melakukan kegiatan
Evaluasi latihan aspek positif dan
aspek positif dan kemampuan yang dimiliki,
kemampuan yang dimiliki, yaitu
yaitu kegiatan pertama menyapu
kegiatan pertama menyapu.
Melatih aspek positif dan kemampuan
RENCANA TINDAK LANJUT:
yang dimiliki, yaitu kegiatan kedua
Pasien berlatih untuk kegiatan melipat
melipat pakaian.
pakian 1 kali dalam hari pada jam 12.00
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN
DATA
Ds: S:
1. Pasien mengatakan tidak percaya diri 1. Pasien mengatakan sudah
2. Pasien mengatakan bahwa ia merasa mulai sedikit percaya diri
tidak berharga 2. Pasien mengatakan bahwa ia
3. Pasien mengatakan bahwa ia mulai menyadari dan
tidak diperdulikan meyakini dirinya bahwa ia
Do: berharga
1. Kontak mata kurang 3. Pasien mengatakan bahwa ia
2. Ekspresi wajah menyadari ternyata orang
datar KEMAMPUAN: disekitarnya perduli
Pasien mampu mencoba melakukan latihan O:
aspek positif yang telah disusun dan 1. Pasien sudah mau melakukan
dijadwalkannya dengan baik (merapikan kontak mata
tempat tidur) 2. Pasien sesekali tersenyum dan
DIAGNOSA: Harga diri rendah tertawa dengan sepuasnya
kronik TINDAKAN:
1. Mengevaluasi latihan aspek positif dan A: Harga diri rendah kronik
kemampuan yang dimiliki, yaitu Evaluasi latihan aspek positif dan
kegiatan pertama menyapu dan kedua kemampuan yang dimiliki, yaitu
melipat pakaian kegiatan pertama menyapu, kedua
3. Melatih aspek positif dan kemampuan melipat pakaian
yang dimiliki, yaitu kegiatan ketiga Melatih aspek positif dan kemampuan
merapikan tempat tidur yang dimiliki, yaitu kegiatan ketiga
RENCANA TINDAK LANJUT: merapikan tempat tidur
Pasien berlatih untuk kegiatan
merapikan tempat tidur setiap pagi pada P:
jam 08.00 Intervensi dihentikan
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN
DATA
Ds: S:
1. Pasien mengatakan tidak ada hal yang 1. Ketika diajak mengobrol lebih
ingin dia ceritakan mendalam, pasien selalu
2. Pasien selalu mengatakan “tidak ada mengatakan tidak ada hal yang
apa-apa” ingin ia ceritakan
2. Pasien selalu mengatakan “tidak
Do:
ada apa-apa”
1. Pasien suka menghindar
2. Pasien sulit untuk terbuka
O:
3. Pasien suka memalingkan wajah
1. Pasien suka tiba-tiba menghindar
2. Pasien sulit untuk terbuka
KEMAMPUAN:
3. Pasien suka memalingkan
Pasien mampu mengenali atanda dan gejala
wajahnya
ketidakefektifan kopingnya
DATA
Ds: S:
1. Pasien mengatakan bahwa ia sedang 1. Pasien masih mengatakan bahwa
mengandung anak selama 2 minggu ia sedang mengandung anak
2. Pasien mengatakan mau susu selama 2 minggu
prenagen Do: 2. Pasien masih mengatakan mau
3. Pasien tampak memegang perutnya susu prenagen
4. Pasien tampak mengelus perutnya
O:
1. Pasien tampak memegang
KEMAMPUAN:
perutnya
Pasien mampu mengetahui tanda dan gejala,
2. Pasien tampak mengelus
penyebab waham dan cara mengatasinya
perutnya
DIAGNOSA: Waham
A: Waham
1. Mengkaji tanda dan gejala,
TINDAKAN:
penyebab waham dan cara
5. Mengkaji tanda dan gejala, penyebab
mengatasinya
waham dan cara mengatasinya
2. Membantu pasien untuk
6. Membantu pasien untuk orientasi
orientasi realitas (orang, tempat,
realitas (orang, tempat, waktu)
waktu)
P:
RENCANA TINDAK LANJUT:
Intervensi dihentikan
Pasien membuat kemampuan/aspek
(Tindakan dilanjutkan oleh kakak
positif yang dimilikinya
penanggung jawab ruangan arimbi)