Analisa Profil
Analisa Profil
BAB IV
ANALISIS PROFIL
4.1. PENDAHULUAN
Analisis profil adalah salah satu cara untuk menentukan lingkungan
pengendapan dan mendapatkan gambaran paleogeografinya. Metode yang
digunakan sebenarnya adalah metode stratigrafi asli, yaitu dengan
menganalisis urut-urutan vertikal dari suatu sikuen. Analisis profil sangat
penting di dalam mempelajari lingkungan pengendapan. Suatu lingkungan
tertentu akan mempunyai mekanisme pengendapan yang tertentu pula.
Karenanya urut-urutan secara vertikal (dalam kondisi normal) akan mempunyai
karakteristik tersendiri. Dengan demikian dari suatu profil akan dapat diketahui
perkembangan pengendapan yang terjadi dan sekaligus dapat ditafsirkan
perkembangan cekungannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alir
berikut:
93
Sedimentologi Analisis Profil
94
Sedimentologi Analisis Profil
95
Sedimentologi Analisis Profil
4.3.3. Kontak
Kontak utama antara fasies meliputi :
a. Gradasi
b. Tegas
c. Erosi
Pada beberapa kontak ditunjukkan dengan jelas adanya boring, burrow,
deformasi ataupun diagenesa sedimen di bawahnya.
Kontak non erosional, menunjukkan fasies dengan segera diikuti fasies lain
sesuai waktunya.
Kontak tegas, bahkan bila erosi tidak dapat ditunjukkan, fasies telah
terbentuk dalam lingkungan pengendapan yang terpisahkan interval ruang
yang lebar
96
Sedimentologi Analisis Profil
Sikuen fasies pada batuan karbonat klastik yaitu: model dimana hubungan
butiran dengan proses-proses biologi sangat dominan. Hal ini dapat diperjelas
karena struktur sedimen maupun tekstur pada karbonat klastik sangat jelas.
Untuk batuan karbonat yang terbentuk dari proses diagenesa, maka untuk
mempelajari fasies tersebut harus melalui studi petrografi dan mikrofasies.
Hubungan fasies dengan mudah dapat diketahui dari:
4.4.1.2. Rythme
Adalah urutan alamiah dari fasies yang saling terkait yang di dalamya terlihat
perulangan secara regular.
97
Sedimentologi Analisis Profil
4.4.1.6. Megasikuen
Merupakan sikuen yang terbesar atau tertinggi tingkatannya yang dapat
terdiri dari perulangan beberapa sikuen tertentu, siklus, rythme dari bawah ke
atas, yang ditandai oleh penipisan beberapa sikuen, pemunculan atau
hilangnya secara progresif dari sebagian urutan sedimentasi (batuan).
98
Sedimentologi Analisis Profil
99
Sedimentologi Analisis Profil
b. Sikuen dekantasi:
Lingkungan lempung- Lingkungan karbonat
pasiran
sikuen delta lakustrin -
sikuen delta lagoon sikuen lagoon
100
Sedimentologi Analisis Profil
101
Sedimentologi Analisis Profil
f. Aktifitas Biologis
Sedimen organik dapat berupa pertumbuhan koral dan organisme lainnya
yang membentuk lapisan cukup tebal. Dengan adanya arus dan erosi maka
akan terendapkan organisme yang telah mati. Burrow organisme tidak hanya
merusak struktur dan homogenitas sedimen tetapi juga berlaku sebagai
sedimen dan pemilah kimiawi.
h. Vulkanisme
Aktifitas vulkanisme pengaruhnya lokal, terutama pada sedimen intra basinal.
Adanya gunungapi-gunungapi dan munculnya pulau-pulau adalah penyebab
perubahan lingkungan secara cepat, karena secara langsung berpengaruh
terhadap kedalaman air laut.
102
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 66. Destilisi fasies model dari beberapa contoh lokal yang disederhanakan.
Model ini kemudian dipakai sebagai aturan, kerangka kerja untuk observasi, predictor
dan dasar penafsiran lingkungan pengendapan.
103
Sedimentologi Analisis Profil
104
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 69. Flow Regime Sequence dari bedform (Simons et.al, 1965)
105
Sedimentologi Analisis Profil
1. Oscilation ripples
2. Ripple laminae in phase
3. Ripple drift–climbing ripple
4. Intraformational recumbent fold
5. Convolute lamination
106
Sedimentologi Analisis Profil
107
Sedimentologi Analisis Profil
Pada akhir pengendapan drift sudah tidak ada lagi, sehingga yang terbetuk
adalah pengendapan suspensi. Struktur yang terjadi yaitu laminasi sejajar
(interval d Bouma ' 62), disusul endapan pelitis (intervala e Bouma ' 62).
108
Sedimentologi Analisis Profil
Grain Flow
Terjadi interaksi antara secara langsung, karena dalam mengalir butir-butir
tersebut belum sepenuhnya terlepaskan. Dalam hal ini peran media hampir
tidak ada. Matrik berupa pasir dan mengendap sekaligus. Debris flow dan grain
flow menghasilkan fluxo turbidite.
Gambar 71. Klasifikasi proses-proses arus densitas (Middleton & Hampton, 1973).
Gambar 72. Diagram hubungan antara transport sedimen dan variasi jarak
(Kelling & Stanley, 1976)
109
Sedimentologi Analisis Profil
Turbidity Current
Butiran yang mengalir secara aktif merupakan butiran yang didukung fluida.
Sebagian butir mengalir secara turbulent, sehingga pengendapan secara
suspensi cukup berkembang, dan seluruhnya terendapkan bila energi telah
habis sehingga terjadi autosuspension yaitu keseimbangan antara turbulensi
dan suspensi (Bagnold,1974).
Dalam pengalirannya, aliran turbidit dapat berkembang menjadi tiga
bagian, yaitu:
1. Kepala (head)
Merupakan bagian yang paling tebal dengan bentuk yang khas. Sedimen
menyapu ke muka dan ke atas, kemudian jatuh lagi ke belakang. Di sini erosi
terjadi dan menghasilkan struktur scour dan tool marks.
2. Tubuh Utama (body)
Ketebalan arus bersifat seragam, dan merupakan keadaan yang
memungkinkan terjadinya autosuspensi. Interval A yang masif mungkin
disebabkan oleh pengendapan yang cepat dan menghasilkan lapisan bawah
(dasar) berubah bentuk selama tahap-tahap akhir pengendapan. Struktur
sedimen yang mungkin terbentuk adalah convolute lamination, plane lamination
dan ripple dift (Middleton, Blatt & Murray, 1980).
3. Ekor (tail)
Arus sudah menjadi encer, terbentuk lapisan arus traksi. Interval C banyak
dihasilkan. Oleh karena itu endapan yang dihaslkan dimulai dari interval C
sikuen Bouma ' 62.
110
Sedimentologi Analisis Profil
111
Sedimentologi Analisis Profil
Struktur Sedimen
Dalam suatu sistem arus pekat, struktur sedimen yang mungkin terjadi
adalah terjadi floating dimana bongkah mengambang dalam matrik., dapat
membentuk suatu lapisan bersusun atau penjajaran bongkah-bongkah dan
suatu saat bisa terjadi sistem ini cukup terairkan sehingga struktur pada sistem
arus traksi terjadi.
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi
pembentuknya. Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan
maupun setelah proses pengendapan pengendapan (Pettijohn & Potter 1964 ;
Koesoemadinata, 1981).
Struktur sedimen merupakan bagian yang penting dari batuan sedimen.
Struktur dapat terbentuk pada bagian atas dan bawah permukaan dari suatu
lapisan maupun dibagian dalam dari lapisan itu sendiri, struktur sedimen dapat
digunakan untuk memperkirakan proses-proses dan juga kondisi yang terjadi
selama proses pengendapan, arah arus yang mengendapkan sedimen, dan
kepenerusan suatu strata. Struktur sedimen sangatlah beragam dan umumnya
dapat terbentuk pada hampir beragam lithologi.
Beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk mengindentifikasi
bagian top dan bottom dari perlapisan maka dapat digunakan untuk
mendeterminasikan apakah urutan-urutan sedimentasi berada dalam keadaan
stratigrafi pengendapan atau telah terbalikkan oleh pengharuh tektonik. Struktur
sedimen secara khusus melimpah pada batuan sedimen silisiklastik, namun
juga terjadi pada batuan sedimen nonsilisiklastik seperti pada batugamping dan
evaporite (Sam Boggs, Jr.).
Struktur sedimen berkembang dengan proses-proses fisis dan kimia yang
terjadi sebelum, selama, dan setelah pengendapan, dan juga dengan proses-
proses biologis.
112
Sedimentologi Analisis Profil
Struktur Erosional
Struktur umum dari jenis ini ialah flute, groove, dan tool marks yang
terbentuk pada bagian bawah permukaan dari suatu bed dan ada umumnya
termasuk juga scour dan channel.
Flute Casts
Flute cast dapat teridentifikasi dari bentuknya. Dari view datar, pada lapisan
dibawah permukaan berbentuk elongate sampai triangular dengan ujung
membundar maupun menunjuk kearah upstream, flarenya menunjukkan arah
downstream. Pada penampang, bentukan flute casts asimetri, dengan bagian
yang lebih dalam pada akhir upstreamnya.
Flute cast dapat terbentuk dengan panjang yang bervariasi mulai dari
beberapa sentimeter saja hingga puluhan sentimeter. Flutes terbentuk oleh
erosi pada permukaan muddy sedimen oleh pusaran atau eddies dengan
adanya arus turbulent dan sisa atau jejak yang ditinggalkan oleh proses erosi
tersebut terisi oleh material sedimen seiring dengan menurunnya kecepatan
aliran.
Flute casts merupakan penciri yang khas dari sandstone turbidites, flutes
juga terjadi pada underside dari fluvial sandstones. Flute marks merupakan
indikator untuk menentukan arah arus purba (paleocurrent direction analysis),
yang mana dapat dilakukan pengukuran pada orientasinya.
Groove Casts
Groove casts berbentuk tonjolan memanjang pada lapisan dibawah
permukaan, lebarnya berkisar dari beberapa milimeter sampai beberapa puluh
sentimeter dan juga dapat melebar secara lateral.
113
Sedimentologi Analisis Profil
Groove casts pada lapisan dibawah permukaan dapat paralel satu sama lain
dan menunjukkan variasi khusus hingga beberapa puluh derajad bahkan lebih.
Groove casts terbentuk selama pengisian dari grooves itu sendiri tang terbentuk
karena penggerusan oleh objek (lumps of mud or wood,etc) yang terseret
dengan jarak tertentu oleh arus.
Channel
Channel merupakan struktur erosional skala besar, beberapa meter hingga
kilometer persegi, umumnya merupakan media transport sedimen dalam jangka
waktu yang relatif cukup panjang. Banyak channel nampak dengan bentuk
cekungan membuka keatas dilihat dari penampang mendatar dan materialnya
dapat membentuk tubuh sedimen yang memanjang. Seperti halnya scours,
channel dapat dikenali dengan hubungan penerobosan atau penggerusannya
dengan lapisan sedimen dibawahnya. Channel biasanya diisi oleh sedimen
yang berukuran lebih kasar dibawahnya, dan umumnya terdapat lapisan dari
basal konglomerat berupa endapan lag deposit.
Sedimen yang mengisi channel umumnya menunjukkan perubahan distribusi
ukuran butir secara vertikal (biasanya menghalus keatas. Channel hadir pada
sedimen dibanyak lingkungan yang berbeda-beda, termasuk di dalamnya
fluvial, deltaic, shallow subtidal-intertidal, dan wa.
114
Sedimentologi Analisis Profil
Struktur Pengendapan
115
Sedimentologi Analisis Profil
116
Sedimentologi Analisis Profil
batupasir, batugamping, dan batuan sedimen lainnya. Baik air maupun angin
dapat menggerakkan partikel sedimen untuk membentuk struktur-struktur ini.
Cross-Stratification
Cross stratifikasi merupakan struktur sedimen internal pada sebagian besar
jenis pasir. Banyak perlapisan silang siur terbentuk sebagai hasil dari
pengendapan selama proses migrasi dari ripple, dune, dan sand-wave. Dalam
kondisi lain, perlapisan silang siur pada sedimen dengan jenis pasir dapat juga
terbentuk selama pengisian erosional hollow dan scours, pertumbuhan delta
kecil (seperti pada danau atau lagoon), perkembangan dari antidune dan
hummocky, migrasi lateral dari point bars pada channel dan pengendapan pada
beach foreshore.
Cross bedding skala besar merupakan penciri khas dari aeolian sandstone.
Cross bedding juga dapat terbentuk pada konglomerat, yang berasal dari
braided stream. Cross bedding dengan skala yang sangat besar disebut
sebagai clinoforms. Observasi yang teliti layak dilakukan untuk cross stratifikasi
ini di lapangan sebagai struktur yang paling bermanfaat untuk melakukan
interpretasi sedimentologi, termasuk melakukan analisis arah arus
purba/paleocurrent.
117
Sedimentologi Analisis Profil
Massive Beds
Endapan lapisan masif yang tidak menunjukkan struktur dalam lapisan
(Pettijohn & Potter, 1964) atau ketebalan lapisan lebih dari 120 cm ( Mc. Kee &
Weir, 1953). Endapan lapisan masif pada kondisi ini kebanyakan terbentuk
selama sedimentasi yang sangat cepat (rapid sedimentation) atau biasa disebut
dengan ‘dumping’, dimana tidak terdapat waktu yang cukup bagi bedform untuk
berkembang. Massive bedding merupakan kenampakan yang hadir pada
beberapa arus turbidit, grainflow sandstone, endapan-endapan debris-flow, dan
juga terjadi pada beberapa fluvial sandstone.
118
Sedimentologi Analisis Profil
Raindrop structure
Raindrop structure adalah cekungan kecil yang terbentuk oleh butiran air
hujan pada permukaan batuan sedimen berbutir halus yang masih lunak.
Struktur ini berguna untuk menentukan lapisan atas dan lapisan bawah dari
suatu perlapisan terutama pada lapisan yang miring maupun terbalik.
119
Sedimentologi Analisis Profil
Nodule
Nodule juga disebut konkresi, biasanya terbentuk dalam sedimen setelah
pengendapan. Mineral-mineral yang sering terdapat pada nodul adalah kalsit,
dolomit, siderit, pirit, colophane dan kuarsa. Nodul kalsit, pirit dan siderit
diameternya bisa beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter, biasanya
terdapat dalam batuan lumpur. Nodul chert biasanya terdapat dalam
batugamping, nodul kalsit dan dolomit kadang-kadang terdapat dalam
batupasir. Bentuk nodule bervariasi, bisa bulat, pipih, memanjang dan bisa juga
tidak teratur.
120
Sedimentologi Analisis Profil
121
Sedimentologi Analisis Profil
Load structure
Struktur pembebanan (load structure) dibentuk melalui tenggelamnya
suatu lapisan kedalam lapisan yang lain. Tikas beban (load cast) biasanya
terdapat pada dasar batupasir yang terletak diatas batulumpur. Lumpur yang
ada dapat diinjeksikan keatas kedalam batupasir membentuk struktur flame.
Juga sebagai akibat pembebanan, biasanya pasir dapat tenggelam kedalam
lumpur membentuk struktur ball dan pillow.
122
Sedimentologi Analisis Profil
Trace Fossil
Istilah trace fossil/fosil jejak merupakan istilah yang paling tepat digunakan
jika melihat dari cara pembentukannya : kelompok-kelompok yang penting dari
fosil jejak ini adalah (1) locomotion (crawling,walking,running,etc) tracks and
trails; (2) grazing trails dan (3) resting traces, terjadi diatas dan dibawah
permukaan lapisan; (4) feeding burrows dan (5) dwelling burrows, umumnya
terjadi didalam lapisan.
Keseluruhan struktur-struktur ini dibuat oleh hewan pada sedimen yang
belum terkonsolidasi, sedimen klastis, ataupun karbonat. Tipe-tipe lanjut dari
fosil jejak adalah (6) boring, dibuat oleh organisme di hard substrate-cemented
sedimen, pebbles atau fosil.
123
Sedimentologi Analisis Profil
124
Sedimentologi Analisis Profil
2. Erosional Structure
3. Deformationl Structure
4. Biogenic Structure
Tabel 4.3. Klasifikasi Struktur Sedimen Berdasarkan Morfologi dan Genesa (Sam Boggs, 2009)
125
Sedimentologi Analisis Profil
126
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 90. Gambar yang menampakan keterkaitan hubungan antar lingkungan pengendapan
(Shanmugam, G. 2006)
127
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 91. The four basic fluvial channel styles. (Miall, l977)
128
Sedimentologi Analisis Profil
129
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 92. Gambar delapan elemen arsitektur dasar dari pengendapan fluvial (Miall, 1985)
Tabel 4.1. Asosiasi arsitektur fasies pada pengendapan fluvial (Miall, 1985)
130
Sedimentologi Analisis Profil
131
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 94. Menunjukkan chute cut off dan neck cut off. Channel yang baru ditunjukkan
oleh garis putus–putus, terdiri dari sikuen aktif (ACT), abandoned (AB), dan akresi
vertikal (VA) dari sungai bermeander.
132
Sedimentologi Analisis Profil
133
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 96. Model untuk endapan–endapan akresi lateral dan vertikal yang
disederhanakan dari Devonian Old Red Sandstone of Britanian dan Catskill Rock of the
Eastern USA. Tebal rata–rata endapan akresi lateral adalah 2,89 m, dan endapan akresi
vertikal 3,86 m (Walker, 1984).
Tabel 4.2. Fasies–fasies sungai teranyam dan karakteristiknya (Sumber: Mial, 1977 ).
134
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 97. Sikuen fluviatil dari Devonian Battery Point Sandstone. SS = Scoured surface,
A = Poorly defied trough cross bedding, B = Well defined trough cross
bedding, C = Large plannar–tabular cross beds, D = small plannar–Tabular cross beds, D =
isolated scourfills, F = Ripple cross laminated silts and muds dan G = Low angle inclined
stratification. (Walker, 1984).
135
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 98. Sikuen ideal penghalusan ke atas (fining upward) endapan point bar (Reineck
& Singh, 1980).
136
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 100. Skema diagram dari proses yang umum terjadi pada kipas aluuvial, yaitu
debris flows (a) atau sheetfloods (b). The catchment feeder channel (FC), fan apex (A),
incised channel (IC), dan intersection point (IP) (Blair dan McPherson, 2009)
137
Sedimentologi Analisis Profil
138
Sedimentologi Analisis Profil
139
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 102. Struktur dalam dari gumuk pasir tranverse, barchanoid, and dome. (modified
after McKee, 1966; McKee, 1973)
140
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 103. Pola umum cross bedding pola migrasi dari, a). Gumuk pasir (trough cross
bedding) dan b). sand wafes (tabular cross bedding). (Harm et al, 1975)
141
Sedimentologi Analisis Profil
142
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 105. Delta triangle of Galloway (1975) as extended by Dalrymple et al. (1992) to reflect
changes in sediment supply (from Reading and Collinson, 1996)
143
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 106. Model Stratigrafi dari delta (Bhattacharya and Walker, 1991)
144
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 107. Distribusi dari A) Tipe Energi, B) Komponen Morfologi pada plan view dan C) Fasies
Sedimentari pada bagian Longitudinal terhadap wave-dominated estuarin ideal. MSL = mean sea level
(from Dalrymple et al., 1992).
Note that for simplicity the complete transgressive succession that would be formed by landward migration
of the estuary is not shown.
145
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 108. Rekonstruksi Paleogeografi Estuarium selama pengendapan Fall River: a).
Suatu aliran yang memotong coastal marsh, b).Tempat yang menghasilkan tidal scour, c).
Akumulasi sedimen. (Campbell and Oakes. 1973).
146
Sedimentologi Analisis Profil
147
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 111. Core dari Galveston Island (Texas), memperlihatkan struktur khas dan
representatip lingkungan pengendapan (Davis er al,1971)
148
Sedimentologi Analisis Profil
Dalam hal ini lebih ditekankan pada lingkungan pantai non deltaic, yaitu
hingga kedalaman 200 m. Berdasarkan kisaran pasang surut (tidal range)
pantai terdiri dari 3 macam:
149
Sedimentologi Analisis Profil
d. Shore face
Merupakan bagian permukaan pantai yangh lebih dalam lagi, yaitu dari
permukaan rata-rata air surut sampai dengan dasar gelombang kondisi
tenang, jadi merupakan subtidal. Selanjutnya semakin jauh lagi merupakan
off shore.
Gambar 112. Zona–zona fasies untuk permukaan pantai kouchibougac Bay, (Reading, 1978).
150
Sedimentologi Analisis Profil
151
Sedimentologi Analisis Profil
152
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 113. Model–model profil untuk endapan barrier, yang memperlihatkan sikuen
regresi, transgresi dan barrier inlet (Walker, 1984).
153
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 114. Diagram blok yang memperlihatkan bagian–bagian dari sistem kipas bawah
laut. (Walker, 1984).
154
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 115. Model pengendapan kipas bawah laut, memperlihatkan sikuen perlapisan
pada masing–masing elemen (Walker, 1976)
155
Sedimentologi Analisis Profil
156
Sedimentologi Analisis Profil
157
Sedimentologi Analisis Profil
c. Distal turbidite
Dicirikan oleh:
Kehadiran interval Bouma yang lebih lengkap
Seringkali membentuk Flysch
Pemilahan lebih baikdan butiran yang kasar berada dibawah
158
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 117. Sikuen progradasi kipas bawah laut. CT = Classical turbidite, MS = Pebble
sandstone, CGL = Conglomerates, DF = Debris flow, SL = Slump (Walker, 1984).
159
Sedimentologi Analisis Profil
Endapan pada Fasies Turbidit ini terdiri dari beragam jenis tipe sedimen,
mulai dari mud supported sampai clast-supported conglomerates. Facies dasar
dari Very Coarse Grained Facies adalah F1, F2 dan F3.
160
Sedimentologi Analisis Profil
161
Sedimentologi Analisis Profil
• Seluruh ketebalan dari lapisan dasar pada umumnya dibatasi oleh batas
yang tajam dan terbentuk struktur rippled diatas permukaan lapisan.
162
Sedimentologi Analisis Profil
163
Sedimentologi Analisis Profil
• Fasies 9a, yang sangat berkaitan dengan classical turbidite pada sikuen
Bouma.
• Fasies 9b, walaupun memiliki karakteristik yang hampir sama dengan fasies
9a namun pada dasarnya memiliki tingkat perbandingan “sand-shale ratio”
yang lebih besar, memiliki ukuran butir yang lebih kasar dibandingkan
dengan butiran pada fasies 9a, memiliki tingkat keseragaman butir yang
lebih buruk
164
Sedimentologi Analisis Profil
4.8.4.5. Contourite
Istilah Contourite diusulkan oleh Hollister dan Heezen (1972) untuk
endapan pada dasar samudra yang diendapkan oleh sistem arus traksi ysng
mengikuti garis kedalaman atau garis kontur. Arus ini merupakan arus traksi
yang disebabkan oleh perbedaan berat jenis air karena perbedaan salinitas dan
temperatur yang bersirkulasi secara global. Arus kontur ini lebih bersifat
mendristribusikan kembali sedimen yang terdapat pada dasar samudra dan
terjadi pemilahan yang baik. Sedimen yang terjadi berupa lempung dan lanau
yang berlapis sangat tipis (4–5 cm), menutupi dataran abisal ratusan hingga
jutaan kilometer kubik dan memiliki batas antar lapisan sangat tajam. Struktur
sedimen yang mungkin berkembang adalah current ripple lamination atau
kadang- kadang silang siur.
Arus kontur sangat berarti dalam lingkungan laut dalam dan oleh karena
itu Contourite diperkirakan tidak terakumulasi di daerah paparan. Berbeda
165
Sedimentologi Analisis Profil
166
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 121. a. Revised contourite facies model with five divisions proposed by Stow and
Faugères. b. Original contourite facies model by Faugères et al (Dalam Shanmugam, 2017)
167
Sedimentologi Analisis Profil
168
Sedimentologi Analisis Profil
169
Sedimentologi Analisis Profil
Jika jarak terukur adalah tegak lurus jurus, ketebalan langsung didapat dengan
perhitungan:
T = d . Sin
Dan apabila jarak terukur adalah tidak tegak lurus, maka perhitungan
adalah:
T = d . Cos . Sin
4.9.3.2. Pengukuran pada daerah tidak datar (lereng tidak sama dengan
0 o)
Posisi lapisan terhadap lereng banyak terdapat kemungkinannya.
170
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 123. Metode pengukuran pada daerah tidak datar. Dengan syarat: Dip searah
dengan slope dan dip < slope.
T = d Cos Sin ( – )
Gambar 124. Metode pengukuran pada daerah tidak datar. Dengan syarat: Dip searah
dengan slope dan dip > slope.
T = d Cos Sin ( – )
171
Sedimentologi Analisis Profil
Gambar 125. Metode pengukuran pada daerah tidak datar. Dengan syarat: Dip
berlawanan dengan slope.
T = d Cos Sin ( – )
172
Sedimentologi Analisis Profil
4.9.5.1. Pemerian
a. Menyiapkan alat–alat yang diperlukan antara lain:
- Palu geologi
- Kompas
- Tali ukur (diberi tanda tiap 1 m)
- Pita meteran
173
Sedimentologi Analisis Profil
174
Sedimentologi Analisis Profil
175
Sedimentologi Analisis Profil
176
Sedimentologi Analisis Profil
DAFTAR PUSTAKA
Anderton, R., 1985, Clastik facies models and facies analysis, dalam,
Brenchley, P.J. and Willams, B.P.J. (editor), Sedimentologi
RecentDevelopments and Applied Aspects, Facies Model and Modem
sedimentary Environment, Sedimentologi spec. publ., p.31 – 47,
Blackwell Scientific Publications Oxford London, Edinburg, Boston, Palo,
Alto, Melbourne.
Boggs, Sam . 2009. Petrology of Sedimentary Rocks (2nd Edition). New Yor:
Cambridge University Press.
Collinson, J.D., Thompson, D.B., 1982, Sedimentary Structures, George Allen
and Unwin, London.
Koesoemadinata, R.P., 1985, Prinsip – Prinsip Sedimentasi, Departemen
Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.
Nichols, Gary. 1999. Sedimentology and Stratigraphy. John Willey & Sons, Ltd.
Reading, H.G., 1978, Sedimentary Environment and Facies, Blackwell Scientific
Publications, Oxford.
Tucker, Maurice E., 1982, The Field discripsion of Sedimentary Rock, The Open
University Press., England
Walker, R.G., 1979, Facies Models, Geological Association of Canada, Toronto.
177