TEORI DASAR
Lingkungan Pengendapan adalah bagian dari muka bumi yang secara fisik,
kimia, biologi berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Secara garis besar dapat
Secara fisik akan ditnjukkan dengan parameter statik dan dinamik. Parameter
pengendapan, kolam air, dan suhu. Sedangkan secara dinamik dapat ditunjukkan
dengan adanya aspek energi, arah pergerakan dari angin, air, gelombang. Secara
kadar CO2, O2, dan H2 serta faktor pengontrolnya seperti pelarutan dan penyerapan.
Secara biologi akan terlihat dengan jelas dengan adanya aktivitas makhluk hidup
maupun sisa dari kehidupannya, aspek ini meliputi bekas tumbuhan, burrowing,
Fasies secara umum diartikan oleh para ahli sedimentologi sebagai suatu
struktur fisik, dan biologinya menjadikan batuan tersebut berbeda dengan batuan
23
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Menurut Selley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat
dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan lain atas dasar geometri litologi,
struktur sedimen, fosil dan pola arus purbanya. Fasies sedimen merupakan prodik
lingkungan pengendapannya.
pengendapan dengan fasies seperti halnya proses dan hasil yang terjadi.
identifikasi aspek fisika, kimia dan biologi yang mempunyai kaitan yang erat.
Kriteria penentuan fasies tidak bisa diperoleh dengan hanya menggunakan satu aspek
tunggal saja tetapi perlu integrasi dari semua data yang mengandung beberapa
Model fasies adalah pencocokan parameter fasies purba yang belum diketahui
dengan parameter fasies modern yang sudah diketahui sehingga akan diketahui juga
dikemukakan oleh Allen, 1990 (dalam Wallker, 1992) bahwa model fasies adalah
lingkungan purba kedalam satu sintesa. Secara garis besar hampir sama dengan yang
diusulkan oleh R.G. Wallker (1992) bahwa model fasies adalah perbandingan antara
24
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
lingkungan pengendapan modern dan lingkungan pengendapan purba serta usaha
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa model fasies adalah studi
sehingga jelas bahwa lingkungan yang terbentuk saat ini terjadi pula pada keadaan
masa lalu, atau merupakan prinsip dari uniformitarisme yang menyatakan bahwa
Model fasies harus dapat diterapkan pada beberapa tempat oleh karena itu
harus mempunyai fungsi serta kriteria yang jelas mengenai model fasies itu sendiri.
Walker (1992) mengusulkan kegunaan dari model fasies menjadi 4 kegunaan yang
utama, yaitu :
Model fasies harus bersifat “Norm”, hal ini berguna sebagai perbandingan .
geologi tertentu
Model fasies harus bersifat norm, sebagai pembanding karena tanpa adanya
karakter normal akan sulit untuk menentukan apakah lingkungan pengendapan sama
atau berbeda dengan model fasies yang sudah ada. Jika ditemukan banyak kesamaan
maka dapat disimpulkan bahwa fasies ini tidak jauh beda, tetapi jika ternyata
25
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
sudah ada maka akan terjadi interpretasi terhadap lingkungan ini, dan mungkin akan
Model harus bisa sebagai framework dan bisa digunakan sebagai penunjuk
pada penyelidikan lebih lanjut. Suatu model yang sudah ada merupakan acuan dasar
terhadap pengenalan awal sebuah karakteristik fasies. Para geologi akan dengan
sedikit mudah menentukan model yang sesuai jika terdapat contoh yang sama atau
hampir sama.
keseluruhan. Misalkan telah ditemukan fasies dengan model tertentu maka akan
hingga ke arah lingkungan pengendapan secara detail dan menyeluruh. Tanpa adanya
model itu maka prediksi akan terlalu jauh sehingga kurang memenuhi aspek
kebenaran.
Model fasies juga harus berupa integrasi dari berbagai macam data dan
interpretasi pendukung yang kuat. Pengaruh dukungan data yang banyak serta
Delta merupakan suatu endapan progradasi yang tidak teratur yang terbentuk
pada lingkungan subaerial yang secara langsung dikontorol oleh sungai (Gambar
3.1). Morfologi delta dan bentuk penyebaran sedimen pada delta dikontrol oleh tiga
26
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Menurut Serra (1990) secara umum lingkungan pengendapan delta dapat
1. Delta Plain
Merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel aktif
dan channel yang ditinggalkan (abandoned channel). Delta plain cenderung tertutup
oleh vegetasi yang rapat. Sub lingkungan delta plain dibagi menjadi :
Merupakan bagian dari delta yang terletak diatas area tidal atau laut.
adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menunjukkan
bagian ini berupa pasir halus dan rombakkan material organik serta
banjir.
27
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Lucutrine delta fill dan endapan interdistributary flood plain.
Merupakan bagian dari delta yang terletak pada daerah sedimen terjadi
interaksi antara sungai dan laut yaitu low tide mark sampai batas pengaruh
Merupakan sub lingkungan delta yang berada pada kedalaman air 10-300 m
di bawah permukaan laut. Lingkungan ini dapat dibedakan menjadi beberapa bagian:
a. Delta front
yang tinggi, dimana sedimen secara langsung dipengarugi oleh arus pasang
surut, arus laut sepanjang pantai, dan aksi gelombang (kedalaman 10 meter
28
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
atau kurang). Endapan dari delta front meliputi : delta front sheet sand,
distributary mouth bar, river mouth tidal range, stream mouth bar, tidal flat
serta endapan dekat pantai sepanjang pantai. Endapan delta front yang relatif
besar yang menunjukan perubahan fasies secara vertikal keatas. Sikuen ini
hasil dari progradasi delta front yang mungkin diselingi oleh sikuen
distributary channel dari sungai atau tidal pada saat progradasi sungai
Distal bar
jarang di jumpai.
29
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Channel
Subaquaeous levees
masa lampau
b. Prodelta
normal marine shelf yang berada dibawah kedalaman efektif erosi gelombang
yang terletak diluar delta front. Sedimen yang ditemukan pada lingkungan ini
30
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
z
berdasarkan aspek sedimentologinya dapat dibagi menjadi dua faktor, yakni faktor
darat (fluvial discharge) dan faktor laut. Hubungan timbal balik dari kedua
pembagian delta.
lemah, dan aliran sungai membawa material sedimen dalam volume yang
tinggi, maka akan terjadi progradasi yang cepat kearah laut dan
didominasi oleh sungai. Pada tipe delta ini, terjadi erosi laut dan
31
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
pengendapannya akan tergantung pada kecepatan penurunan akibat
Pada garis – garis pantai akan terjadi erosi pada endapan sedimen
shoreline oleh gelombang laut dan diendapkan lagi dalam bentuk fasies-
fasies lokal yang khas. Pada delta ini channel mouth bars akan tererosi
secara intensif dan tertransport jauh dari mulut sungai yang kemudian
dengan pantai.
Apabila kisaran pasang surut tinggi, maka akan terjadi aliran balik pada
yang sejajar dengan arah pasang surut dan dipisahkan antara satu dengan
Log adalah suatu kegiatan perekaman data-data sifat fisik batuan di dalam
lubang bor pada kedalaman tertentu. Adapun sifat-sifat fisik yang diukur adalah
kelistrikan, radioaktivitas, kecepatan suara pada batuan (Asquith & Gibsen, 1982).
32
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Gambar 3.2 Klasifikasi delta (Galloway, 1975 dalam Walker, 1992)
Log merupakan suatu grafik kedalaman (atau waktu), dari suatu set kurva
sumur (Harsono, 1994). Data sumur atau data log merupakan data yang diambil dari
akurasi secara vertikal yang tinggi dan digunakan sebagai acuan dalam korelasi
Log yang paling baik untuk penentuan lapisan hidrokarbon adalah log
mekanik. Prinsip dasar log mekanik adalah mengukur parameter fisika batuan pada
setiap kedalaman secara tepat dan kontinu dari formasi yang telah ditembus
33
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
mekanik dibagi menjadi tiga log utama yang umum digunakan dalam analisis baik
b. Log Radioaktif, terdiri dari Log Gamma Ray, Densitas, dan Neutron
c. Log Akustik/Sonik
Log GR termasuk log radioaktif, yaitu log yang mencatat radioaktivitas alami
yang dipancarkan oleh peluruhan unsur Uranium (U), Thorium (Th), dan Potassium
(K) dalam formasi batuan. Log GR diukur dalam API Unit (APIU) dan setiap nilai
setiap APIU adalah 1/200 kali respon yang dihasilkan standar kalibrasi American
Petroleum Institute (API). Log GR sangat efektif dalam mengenali zona permeabel,
terkonsentrasi pada shale impermeabel dan sedikit pada batuan karbonat dan
batupasir. Kurva tertinggi GR diperoleh dari shale, yaitu rata-rata 100 APIU tetapi
juga dapat bervariasi antara 75-150 APIU. Sedangkan batupasir dan dolomit
memiliki harga GR relatif rendah antara 20-30 APIU. Nilai terendah didapat dari
batugamping dan batubara sekitar 15-20 APIU. Penggunaan log GR antara lain:
34
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Gambar 3.3 Respon Log Gamma Ray terhadap beberapa litologi (Rider, 2002)
dalam lubang bor dengan arus listrik stabil yang diukur di permukaan (Doll, 1948
dalam Asquith, 1982). Faktor perbedaan komposisi kimia antara mud filtrate dan
resistvitas air formasi akan mempengaruhi kenampakan kurva log SP. Karena dalam
pengambilan data log SP dalam lubang bor diperlukan media konduktif, agar kontak
35
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
antara fluida formasi dan lumpur pemboran terjadi beda potensial, terutama pada
zona permeabel.
Log resistivity dan log induksi merupakan log elektrik yang digunakan unruk
informasi mengenai aspek - aspek litologi, tekstur, dan fasies. Sifat log resistivitas
tersebut hanya dapat berfungsi pada lubang bor dengan lumpur konduktif. Log
36
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
induksi memiliki sifat sebaliknya, sangat efektif melakukan perekaman pada lubang
resistivitas dan konduktivitas fluida pengisi ruang pori batuan. Hasil yang diharapkan
dari penggunaan log ini adalah menentukan nilai Resistivitas Formasi (Rt) yang
digunakan untuk menentukan nilai saturasi hidrokarbon. Dalam kurva log, nilai dari
rendah sampai sedang pada kurva resistivitas di zona terusir (Invaded Zone), hal ini
dapat terjadi karena efek salinitas filtrat lumpur, sedangkan nilai resistivitas di zona
tidak terusir (Uninvaded Zone) akan tinggi karena dipengaruhi nilai saturasi
hidrokarbon sehingga menunjukkan separasi nilai yang tinggi diantara kedua zona
tersebut.
Density) suatu lapisan batuan yang ditembus mata bor. Log ini dipakai untuk
densitas makin kecil sedangkan nilai log neutron mempunyai porositas cenderung
37
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Gambar 3.5 Respon Log Resistivitas terhadap beberapa litologi (Rider, 2002)
batulempung, kedua jenis kurva akan mempunyai gejala yang berlawanan.
Satuan kurva densitas adalah gr/cc (besaran densitas batuan)
Menentukan Porositas
Mengukur porositas total suatu formasi, baik porositas primer dan sekunder.
Identifikasi Litologi
Batuan yang sangat keras dan kompak (tight) akan menyebabkan densitas
menjadi lebih besar dibandingkan dengan batuan yang tidak kompak dan
38
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Identifikasi kehadiran hidrokarbon
Adanya gas dapat dideteksi dengan melihat gabungan antara log densitas dan log
neutron. Adanya separasi positif (porositas densitas > porositas neutron) yang
lebar antara kedua log menunjukkan kehadiran gas, sedangkan separasi yang
Gambar 3.6 Respon Log Densitas terhadap beberapa litologi (Rider, 2002)
39
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
3.2.5 Log Neutron
Log neutron dikenal juga dengan Compensated Neutron Log (CNL) yang
berfungsi untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen dalam formasi. Energi yang
hilang saat benturan dengan atom dalam formasi batuan merupakan porositas formasi
(ϕN). Apabila formasi terisi oleh gas, maka nilai neutron kecil karena konsentrasi
atom hidrogen pada gas lebih kecil daripada minyak dan air. Prinsipnya adalah
dengan materi yang terdapat dalam formasi. Tumbukan ini akan mengurangi energi
atom, banyaknya energi yang hilang saat bertumbukan bergantung pada inti yang
banyaknya unsur hidrogen yang ditumbuk. Jadi defleksi kurva neutron yang kecil
menunjukkan energi yang hilang besar. Satuan log neutron ditunjukkan dalam
persen.
Identifikasi litologi dengan kombinasi antara log densitas, neutron, dan sonik
Analisa log menjadi lebih akurat dan sederhana setelah interpretasi log
neutron dan densitas dikombinasikan, karena porositas dapat ditentukan tanpa harus
mengetahui litologi. Ketidakpastian nilai porositas akan muncul jika log neutron atau
densitas diproses terpisah. Dengan kombinasi log ini maka ketidakpastian litologi
dapat diperkecil.
40
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Gambar 3.7 Respon Log Neutron terhadap beberapa litologi (Rider, 2002)
Data log sumur dapat pula digunakan dalam analisis fasies bawah permukaan.
Log Gamma Ray adalah jenis wireline logs yang sering dipakai karena mempunyai
karakteristik bentuk dan pola yang khas untuk lingkungan pengendapan tertentu.
dengan kenampakan sampel batu inti (Core), banyak terjadi interpretasi bentuk kurva
log GR serta karakter fasies pengendapannya, secara garis besar karakter dan pola
41
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
log GR dan asosiasi dari lingkungan pengendapannya menurut Kendall, (2003)
(Gambar 3.8) Hubungan pola kurva log gamma ray dengan lingkungan pengendapan
Pada batuan sedimen klastik (Kendall, 2003)
1. Cylindrical
relatif stabil dimana kurva log menunjukkan nilai gamma ray yang rendah.
yang homogen dengan sifat yang ideal. Pola ini dapat diasosiasikan dengan
dune.
42
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
2. Funnel (Funnel shapped)
nilai gamma ray secara gradual, hal ini menunjukkan perubahan litologi
secara perlahan dari shale menjadi sand atau Coarsening upward. Pola ini
lobe. Pada lingkungan laut dalam pola ini akan menunjukkan kenaikan
kadar batupasir pada fase turbidit. Selain itu, pola ini juga menunjukkan
Bentuk log dengan pola Bell ini menunjukkan perubahan nilai gamma
ray yang turun secara gradual, hal ini menunjukkan perubahan litologi
secara perlahan dari sand menjadi shale atau fining upward. Perubahan ini
4. Symmetrical
nilai gamma ray yang turun dan naik kembali dengan cepat, hal ini
43
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
secara cepat. Perubahan ini dapat disebabkan adanya progradasi dan
5. Serrated
Bentuk log dengan pola Serrated atau Irregular ini menunjukkan kurva
gamma ray yang relatif tinggi, hal ini mengindikasikan adanya agradasi dari
shale dan lanau. Pola log ini merepresentasikan sifat batuan yang heterogen
dan sulit untuk menentukan sifat dari keseluruhan pola tersebut. Pola ini
alluvial plain, carbonate slope, tidal sand, storm-dominated shelf, dan deep-
marine slope.
petrofisik sangat penting untuk mencapai salah satu tujuan utama penelitian ini yaitu
pada daerah penelitian. Tiga properti petrofisik yang menjadi tujuan utama pada
analisis petrofisik ini adalah volume of shale (Vsh), porositas, dan saturasi air (Sw).
Volume of shale merupakan volume dari shale dalam suatu volume batuan
tertentu yang ditunjukan dalam bentuk fraksi desimal atau presentase. Salah satu
perhitungan Vsh adalah dengan memanfaatkan data gamma ray yaitu dengan
menggunakan rumus:
44
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
( ) ( )
Volume of shale (%) = ( ) ( )
Dengan:
Nilai porositas pada analisis petrofisik dapat didapat dari tiga properti
petrofisik, yaitu densitas, neutron, dan sonic. Berdasarkan ketersediaan data yang
telah tertera pada tabel ketersediaan data log tali kawat seluruh sumur pada daerah
penelitian tidak memiliki data neutron dan ada beberapa sumur yang tidak memiliki
data sonic. Data porosity test yang seharusnya menjadi data koreksi pada perhitungan
porositas pun tidak ada, sehingga perhitungan porositas hanya dapat dilakukan
dengan menggunakan nilai log densitas. Log densitas merupakan log yang mengukur
densitas dari satu batuan dengan cara mengukur densitas elektron formasi tersebut.
Log ini akan memancarkan gamma ray dan akan berinteraksi dengan elektron pada
formasi. Nilai yang diukur adalah nilai gamma ray setelah kolisi dengan elektron
dengan anggapan bahwa nilai tersebut merupakan nilai densitas bulk (bulk density).
menghasilkan dua jenis perhitungan porositas yaitu adalah porositas total dan
porositas efektif. Porositas total merupakan rasio antara volume total pori-pori
45
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
dengan volume batuan, sedangkan porositas efektif merupakan porositas total
dikurangi oleh clay bound water (CBW). Perhitungan porositas total menggunakan
( )
(crain, 1976)
Dengan;
berikut:
(Crain, 1976)
Dengan;
46
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Penentuan nilai porositas total shale (PHIT_SH) didapat dengan
(Crain, 1976)
Dengan:
Penentuan resistivitas air (Rw) sangat penting untuk nantinya menjadi salah
satu input perhitungan saturasi air (Sw). Terdapat macam-macam metode untuk
penentuan nilai Rw diantaranya adalah metode rasio, metode Rwa, metode self
potential (SP), metode pickett plot, dan metode formation water test. Metode pickett
plot merupakan metode yang didasari bahwa true resistivity (Rt) merupakan fungsi
47
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
dengan cara membuat crossplot antara nilai deep resistivity (DRES) dan nilai
porositas efektif (PHIE). Dari metode Pickett plot ini nantinya akan didapatkan nilai
kondisi geologi bawah permukaan, dan menjadi dasar dalam suatu kegiatan
dan Bischke, 1991). Peta bawah permukaan memiliki sifat kualitatif dan dinamis.
Sifat kualitatif pada peta bawah permukaan berarti peta menggambarkan suatu garis
yang menghubungkan titik-titik yang nilainya sama, baik berupa ketebalan ke dalam
maupun persentase ketebalan. Sedangkan sifat dinamis berarti kebenaran peta tidak
dapat dinilai atas kebenaran metode, tetapi berdasarkan data yang ada dan sewaktu-
waktu dapat berubah seiring dengan diperolehnya data baru. Hal itu karena peta
kemampuan visual tiga dimensi, dan pengalaman. Data yang biasa dipakai antara lain
pengendapan, arah suplai sedimen, arah laut terbuka, serta mengetahui daerah
48
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Dalam aplikasinya, peta bawah permukaan dibagi menjadi dua macam yaitu
lapisan batuan yang sama (Tearpock dan Bischke, 1991). Peta tersebut
menggambarkan posisi dan konfigurasi struktur puncak (Top) dan dasar (Base) dari
zona batuan baik dalam satuan waktu atau kedalaman. Peta tersebut dibuat
berdasarkan korelasi data-data Log GR yang diletakkan pada datum tertentu dan
demikian peta ini akan memperlihatkan penyebaran lapisan atau fasies batuan secara
lateral dan/atau vertikal yang dikontrol oleh struktur sesar atau lipatan.
perubahannya secara lateral dan dinyatakan dalam nilai tertentu, misalnya ketebalan,
kedalaman, atau perbandingan dari lapisan batuan. Peta stratigrafi dibagi menjadi
jumlah ketebalan net sand dan jumlah ketebalan shale pada satu sikuen.
49
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
3.6 Metode Geostatistik
spatial (ruang) dari suatu variabel. Yang terpenting dalam statistik adalah bagaimana
melakukan pemahaman data yang dihubungkan dengan karakter geologi dari suatu
statistik tersebut dan sampai sejauh mana hasil yang akan diperoleh. Sistem dalam
distribusi input data atau didifinisikan oleh input distribusi. Ini artinya bahwa output
akan memiliki distribusi yang identik dengan input data atau distribusi. Hal ini dapat
50
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
3.6.2 Statistik Pada Distribusi Bivariat
dalam statistik yang dapat dinyatakan dengan korelasi, covariance dan variogram.
Hubungan tersebut bisa positif atau negatif yang dinyatakan dengan koefisien
korelasi -1 dan +1. Harga +1 menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi positif
secara sempurna yang artinya apabila variabel x bertambah maka variabel y akan
berkurang dan sebaliknya untuk harga koefisien korelasi -1. Koefisien korelasi dapat
1 n
xi x yi y
n i 1
x y
dari properti reservoir. Prinsip dasar yang digunakan bahwa sampel-sampel dengan
jarak yang relatif dekat akan memiliki korelasi yang lebih besar dari yang berjarak
semakin jauh dan pada jarak tertentu akan mencapai harga korelasi minimum
sehingga diluar jarak tersebut variabel-variabel tidak lagi memiliki korelasi. Korelasi
variogram dengan arah yang berbeda untuk menggambarkan variasi properti. Pada
analisa variogram memerlukan data dalam stationary yaitu local mean adalah sama
dengan global mean sehingga semua trend akan dihilangkan dari data sebelum
51
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Variogram adalah plot variabilitas dalam bentuk semi-variance terhadap jarak
yang dibangun dari kelompok data pada jarak yang relatif sama yang selanjutnya
setengah variance dari perbedaan dua sampel data yang dipisahkan oleh suatu jarak
1
h 2 x u x u h
2
Sample variogram : variogram yang dihitung dari sampel data set dengan
Range: menggambar bagaimana variogram model akan mencapai garis lurus atau
jarak dimana tidak ada lagi perubahan derajat korelasi antar data.
Sill : harga semi-varian dimana pada harga separation distance yang lebih besar dari
Nugget : harga semi-variance dimana jarak yang memisahkan adalah nol yang
diperkirakan dari vertikal data dimana terdapat cukup sampel data pada arah vertikal.
52
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Gambar 3.9 Tipikal variogram
3.6.3 Lag
pasangan data tersebut dapat berbentuk continous variable seperti data porositas atau
berbentuk discrete variables seperti fasies geologi yang dapat dihitung dengan
variogram pada segala arah yaitu horisontal dan vertikal. Konsep yang
dengan lag. Perhitungan harga setiap sampel data misalnya porositas, permeabilitas,
dll yang berpasangan dikurangi satu sama lainnya dan hasilnya dikuadratkan
sehingga menghasilkan nilai yang positif. Apabila hasil perhitungan mendekati nol
dilakukan penentuan jarak lag. Penentuan jarak lag pada grid data yang teratur tapi
akan menjadi lebih kompleks pada grid data yang tidak teratur atau acak. Jarak lag
53
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
diukur pada arah vertikal dan horisontal. Perbedaan jarak data yang signifikan antara
terpisah walaupun akhirnya akan dimodelkan secara bersamaan. Oleh karena itu
penentuan parameter toleransi untuk arah vertikal dan horisontal yang tepat penting
dilakukan sehingga akan memberikan detil resolusi jarak dan arah anisotropi yang
maksimal.
Gambar 3.5 memperlihatkan parameter toleransi untuk vertical lag yang terdiri
dari jarak (h), toleransi jarak (htol), toleransi sudut (atol) dan bandwith. Beberapa
Separasi jarak lag h biasanya dipilih sesuai dengan jarak data. Misalnya
harga porositas log berjarak setiap 0.5 ft maka unit lag distance yang
Toleransi jarak (htol) seringkali dipilih setengah dari unit lag distance (h).
Nilai toleransi jarak dapat juga dikurangi misalnya ¼ dari unit lag distance
jika jumlah data banyak dan berdekatan. Dan juga dapat dinaikkan misalnya
¾ dari unit lag distance apabila jumlah data sedikit. Menaikkan nilai
toleransi jarak lebih dari setengah unit lag distance biasanya akan
toleransi jarak kurang dari setengah dari unit lag distance (h).
toleransi sudut yang biasanya digunakan adalah 10º s/d 20º. Sedangkan pada
54
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Parameter bandwith, digunakan untuk membatasi deviasi maksimum dari
terdiri dari jarak (h), toleransi jarak (htol), toleransi sudut horisontal (ahtol) dan
horizontal bandwith, toleransi sudut vertikal (avtol) dan vertical bandwith. Beberapa
Apabila tidak ada anisotropi data horisontal maka parameter toleransi sudut
horisontal bisa di set pada 90º atau lebih yang dapat mengakomodasi semua
arah horisontal.
horisontal harus dibatasi. Apabila ahtol terlalu kecil maka hanya akan ada
sedikit pasangan data yang dapat dikalkulasi dan apabila terlalu besar akan
55
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Paramater horizotal bandwith, digunakan untuk membatasi deviasi
bandwith yang juga kecil dapat secara efektif membatasi kalkulasi data
yang terlalu kecil menghasilkan variogram dengan interval yang kecil tapi tidak
1
(h h) (Vi V j ) 2
2 N (h h) (i , j )| hij h
56
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
menjadi tidak jelas dan terjadinya overlap data. Persamaan variogram yang
reservoir properti.
memungkinkan kita untuk menggunakan lebih dari satu set data yang meliputi data
primer dan data sekunder. Co-Krigging bertujuan untuk memperbaiki estimasi dan
yang ada dari variabel lain. Sebagai contoh adalah estimasi permeabilitas dengan
menggunakan data porositas dari sumur sebagai data sekunder dan estimasi porositas
mendapatkan model dan perhitungan yang jauh lebih sederhana. Pada Colcok, nilai
dari data sekunder yang dipakai hanya titik Co-Krigging yang akan diestimasikan.
Dengan kata lain, jumlah data sekunder (n2) dibuat sama dengan 1 pada satu titik
estimasi. Cross variogram antara data primer dan sekunder digantikan dengan
57
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar
Conditinal Simulation (CS) digunakan untuk menyempurnakan kekurangan
suatu prosedur yang digunakan untuk membuat model stokastik. Istilah kondisional
menggunakan nilai mean dan variance dari Krigging untuk mendapatkan distribusi
interpolasi yang didasarkan pada Kriging, dimana mempertahankan input data, input
distribusi, variogram dan trend. Selama simulasi, harga yang rendah dan tinggi
simulation memerlukan input data yang memiliki mean 0 dan standar diviasi 1.
data dalam bentuk distribusi yang tidak normal akan memberikan hasil yang tidak
sesuai dengan input data. Transformasi digunakan untuk memetakan distribusi awal
pola data. Setelah pemodelan selesai, pemetaan atau transformasi akan dikembalikan
untuk memastikan bahwa hasil akan memiliki distribusi yang sama dengan input.
yang biasanya digunakan untuk membuat distribusi facies. Nilai properti yang
dihasilkan adalah diskrit dan setiap nilai diasosiasikan dengan suatu kategori facies.
Asumsi yang mendasar adalah bahwa setiap facies bersifat esklusif. Hanya ada satu
58
Pemodelan Fasies dan Properti Reservoir dengan Metode Geostatistik pada Lapisan Batupasir 'B' dan 'E'
pada Lapangan 'RMT' Blok 'X' Cekungan Sumatera Tengah
Ramot Pernandes Siregar