Anda di halaman 1dari 26

BAB III

TEORI DASAR

3.1 Sekuen Stratigrafi

Sekuen stratigrafi adalah sebuah satuan stratigrafi yang terdiri atas urutan

yang relatif selaras dari lapisan batuan yang secara genetik berhubungan dan

dibatasi dibagian atas dan bawahnya oleh bidang ketidakselarasan atau korelatif

bidang selarasnya (Mitchum,1997). Sebuah sekuen pengendapan mempunyai arti

kronostratigrafi yang penting karena diendapkan selama interval waktu geologi

tertentu yang dibatasi oleh umur dari batas sekuen tersebut.

Bidang ketidakselarasan yang membatasi bagian atas dan bawah dari suatu

sekuen itu sendiri disebut batas sekuen atau sequence boundary. Ketidakselarasan

sebagai batas sekuen bisa mencerminkan bidang erosi atau masa tanpa

pengendapan/hiatus, yaitu total interval waktu geologi dimana tidak ada

representasi lapisan geologinya, bisa akibat erosi atau masa tanpa pengendapan.

Hiatus yang besar umumnya berhubungan dengan erosi.

Terdapat beberapa definisi mengenai sekuen stratigrafi yang telah

dikemukakan oleh beberapa ahli, berikut adalah beberapa pengertian yang

menjelaskan definisi dari sekuen stratigrafi:

 Menurut Posamentier et al., (1998) dan Van Wagoner, (1995),

sekuen stratigrafi mempelajari hubungan batuan dalam perulangan

kerangka waktu stratigrafi, yang secara pembentukannya

23

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
berhubungan dangan batas strata berupa permukaan dari erosi atau

nondeposisi, atau correlative conformities.

 Menurut Galloway, (1989), sekuen stratigrafi adalah analisis dari

perulangan yang secara pembentukannya berhubungan dengan unit

pengendapan yang sebagian dibatasi oleh permukaan nondeposisi

atau erosi.

 Menurut Posamentier dan Allen, (1999), sekuen stratigrafi adalah

analisis dari pola siklus sedimentasi yang terdapat dalam rangkaian

atau urutan dari stratigrafi , sebagai perkembangan yang merupakan

hasil dari variasi suplai sedimen dan ketersediaan tempat untuk

sedimen berakumulasi.

 Menurut Embry, (2001), sekuen stratigrafi adalah identifikasi atau

pengenalan dan korelasi dari permukaan stratigrafi yang

menggambarkan perubahan dari kecenderungan pengendapan

dalam batuan sedimen. Perubahan tersebut dihasilkan oleh

keterkaitan sedimentasi, erosi, dan base level yang berubah-ubah

dan ditentukan sebagai analisis sedimentology dan hubungan

geometri

 Menurut Catuneanu, (2006),mengartikan sekuen stratigrafi

berhubungan dengan respon sedimen terhadap perubahan base-level

yang dapat dianalisis dari skala sistem deposisi perindividu sampai

skala keseluruhan.

24

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
3.1.1 Faktor-faktor yang Mengontrol Pembentukan Sekuen

Terdapat bebepara faktor-faktor atau parameter-parameter yang

mempengaruhi terbentuknya suatu sekuen, faktor-faktor tersebut adalah eustasi

(sea level changes), tektonik subsidence, akomodasi, suplai sedimen, dan juga

iklim.

a. Eustasi (sea level changes)

Eustasi diartikan sebagai perubahan muka air laut secara global yang

biasanya diukur dari muka air laut hingga suatu datum tetap seperti pusat

bumi. Eustasi ini berhubungan dengan adanya perubahan volume

cekungan seperti terjadi subduksi, pemekaran samudera, collision, dan

sedimentasi serta adanya perubahan volume air laut seperti terjadinya

proses glasial.

b. Tektonik Subsidence

Faktor tektonik ini akan berkaitan erat dengan naik atau turunnya suatu

cekungan (subsidence and uplift) sehingga akan berpengaruh dalam

pembentukan suatu ruangan untuk pengisian suatu material sedimen

untuk dapat berakumulasi.

c. Akomodasi

Akomodasi adalah suatu ruang atau tempat yang tersedia untuk

terakumulasinya endapan sedimen dalam waktu tertentu. Akomodasi

juga dikontrol oleh posisi dari base level karena dalam pengendapan atau

25

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
pengakumulasian suatu sedimen, diperlukan suatu tempat atau ruang

untuk sedimen terakumulasi dibawah posisi base level.

d. Suplai Sedimen

Kecepatan sedimentasi dalam suatu cekungan merupakan fungsi dari

ukuran cekungan, iklim, curah hujan, relief, drainase, dan tektonik

subsiden yang menyediakan tempat akumulasi sedimen di sekitar

cekungan. Dengan demikian kecepatan akumulasi sedimen akan

sebanding dengan tektonik subsiden pada cekungan tersebut.

e. Iklim

Tipe-tipe sedimen yang diendapkan dipengaruhi oleh salah satunya

adalah iklim, terutama endapan evaporit dan karbonat. Variasi iklim juga

menyebabkan adanya variasi pada pasokan sedimen yang diendapkan

pada suatu cekungan, misalnya pada musim hujan pasokan sedimen akan

lebih banyak daripada musim kemarau, ini artinya iklim sangat

berpengaruh terhadap siklus eustasi dan besarnya pasokan sedimen.

3.1.2 Stacking Patterns

Pola Penumpukan atau Stacking patterns adalah suatu pola atau variasi

gambaran yang terbentuk dari parasekuen atau parasekuen set yang semakin ke atas

atau dengan kata lain semakin muda menumpuk satu sama lain sehingga

membentuk suatu pola penumpukan. Stacking patterns secara umum dikenal

dengan 3 tipe yaitu, progradasi, retrogradasi, dan agradasi . Pola penumpukan atau

stacking patterns ini berhubungan erat atau dipengaruhi oleh akomodasi, dimana

26

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
akomodasi sendiri seperti ini telah di jelaskan sebelumnya di kontrol oleh

eustasi(sea level changes), penurunan cekungan (subsidence), penaikan cekungan

(uplift), dan juga akumulasi dari suplai sedimen pada sekuen tersebut. Berikut

merupakan pola penumpukkan atau stacking patterns tersebut:

Gambar 3.1 Stacking patterns dari progradasi, retrogradasi, dan agradasi (Van Wagoner
et al., 1990)
a. Progradasi

Pola progradasi adalah pola yang menunjukkan parasekuen set yang

lebih muda akan lebih maju jauh ke arah cekungan dan terbentuk apabila

laju pengendapan dari sedimen lebih besar dari kecepatan pembentukan

akomodasi (berhubungan dengan subsidence dan sea level changes).

27

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
b. Retrogradasi

Pola retrogradasi adalah pola yang terbentuk apabila laju pengendapan

lebih lambat dari kecepatan pembentukan akomodasi (berhubungan

dengan subsidence dan sea level changes), yang menunjukkan

parasekuen set yang lebih muda akan cenderung diendapkan jauh lebih

ke arah daratan.

c. Agradasi

Pola agradasi adaah pola yang menunjukkan parasuken set yang lebih

muda diendapkan satu diatas lainnya tanpa adanya pergeseran. Pola ini

terbentuk apabila laju pengendapan dengan kecepatan pembentukan

akomodasi diperkirakan hampir sama atau sama.

3.1.3 Tipe-tipe Sekuen

Sekuen stratigrafi adalah sebuah satuan stratigrafi yang terdiri atas urutan

yang relatif selaras dari lapisan batuan yang secara genetik berhubungan dan

dibatasi dibagian atas dan bawahnya oleh bidang ketidakselarasan atau korelatif

bidang selarasnya (Mitchum,1997). Menurut deposisi sekuen, secara umum dibagi

menjadi:

a. Sekuen Tipe 1

Sekuen ini terbentuk atau tersusun dari sedimen yang diendapkan

pada saat muka air laut relatif menurun atau dengan kata lain muka

air laut relatif turun pada garis pantai (shore line) terhadap fisiografi

28

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
cekungan. Sekuen ini dibatasi oleh batas sekuen tipe 1 di bawahnya,

dan batas sekuen tipe 1 atau batas sekuen tipe 2 di bagian atasnya

b. Sekuen Tipe 2

Sekuen ini terbentuk atau tersusun dari sedimen yang diendapkan

saat muka air laut relatif naik atau tetap , pada sekuen ini terjadi

siklus regresi-transgresi, dan pada sekuen ini bagian bawahnya

dibatasi oleh batas sekuen tipe 2, dan batas sekuen tipe 1 atau batas

sekuan tipe 2 pada bagian atasnya

3.1.4 Batas-batas Dalam Pengendapan Sekuen

Pada setiap sekuen terdapat batas-batas atau permukaan yang kita kenal

adalah sequence boundary (SB), maximum flooding surface (MFS), dan

transgressive surface (TS), berikut adalah penjelasannya:

a. Sequence Boundary (SB)

Batas sekuen atau sequence boundary adalah bidang atau

permukaan berupa ketidakselarasan atau keselaran relatif. Sequence

boundary dibagi menjadi dua, yaitu:

 Tipe 1

Adalah suatu ketidakselarasan secara regional yang

terbentuk ketika permukaan air laut turun dengan kecepatan

yang lebih tinggi dibandingkan penurunan cekungan

tersebut. SB tipe 1 ini ditandai dengan adanya perolehan

fluvial, pergeseran fasies yang dicirikan oleh pendangkalan

29

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
mendadak, dan coastal onlap ke arah cekungan. Sekuen pada

cekungan ini akan membentuk shelf, shelf break, slope, dan

topografi dasar cekungan.

 Tipe 2

Batas yang terbentuk akibat penurunan cekungan dengan

kecepatan yang lebih tinggi di bandingkan dengan

penurunan muka air laut pada depositional shoreline break.

Sequence boundary tipe 2 ini ditandai dengan adanya

pergeseran coastal onlap ke arah daratan dari suatau tempat

atau dekat dengan garis pantai menuju cekungan.

b. Maximum Flooding Surface (MFS)

Merupakan bidang permukaan sebagai hasil dari puncak transgresi

atau dengan kata lain terbentuk saat transgresi mencapai maksimum.

Dan merupakan pembatas antara parasekuen set yang beretrogradasi

di bawahnya dan parasekuen set yang berprogradasi di atasnya.

c. Transgressive Surface (TS)

Merupakan bidang permukaan yang berupa flooding surface

pertama yang menandai akhir dari regresi atau menandai awal dari

dimulainya transgresi. Merupakan pembatas antara parasekuen yang

berprogradasi atau beragradasi di bawahnya dengan parasekuen

yang beretrogradasi di bagian atasnya.

30

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
3.1.5 System Tract

System tract merupakan suatu urutan sistem-sistem pengendapan pada suatu

sekuen yang terjadi pada suatau interval waktu atau umur yang sama yang terjadi

berdekatan satu sama lain dan dalam suatu segmen dari kurva relatif muka air laut.

Sea level curve atau kurva relaitf muka air laut merupakan kecepatan naiknya muka

air laut paling besar dan kecepataan turunya muka air laut paling besar. Pada system

tract dibagi menjadi tiga macam (gambar 3.2), yaitu:

Gambar 3.2 System tract (Christopher Kendall, 2003)

31

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
a. Lowstand System Tract (LST)

Lowstand system tract membentuk pola susunan regresi yang terdiri dari

endapan-endapan sedimen selama penurunan muka air laut relatif,

dilanjutkan stillstand atau tetap hingga diakhiri pada penaikan muka air

laut relatif secara perlahan. LST ini terdiri dari 2 macam endapan yaitu

berupa endapan regresi pantai dan shelf serta agradasi endapan fluvial

dalam incised valley. Lowstand system tract ini dibagi menjadi dua fase,

yaitu:

 Early lowstand system tract

Terjadi ketika eustasi atau muka air relatif terjadi penurunan, dan

coastal onlap bergerak ke arah laut dengan ditandai oleh adanya

endapan kipas bawah laut yang secara garis besar terdiri dari

batupasir.

 Late lowstand system tract

Late lowstand system tract terjadi ketika muka air laut relatif stabil

setelah mengalami penurunan cepat dan muka ai laut relatif naik

perlahan. Pada akhir dari LST ini coastal onlap bergerak kearah

darat dan ditandai dengan adanya peningkatan pembenukan

akomodasi yang cepat sehingga berkurangnnya perbandingan antar

Pasir dengan lumpur.

32

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
b. Transgressive System Tract (TST)

System tract ini berada di tengah antara sekuen pengendapan tipe 1 dan

pengendapan tipe 2. Sistem ini diendapkan pada suatu fasa kenaikan

muka air laut relatif atau dapat dikatakan terdiri dari endapan yang terjadi

saat kenaikkan muka air laut relatif lebih cepat dibandingkan kecepatan

pengendapan. Batas atas dari transgressive system tract ini adalah

maximum flooding surface sebagai hasil dari puncak kenaikan muka air

laut atau batas dari transgresi. TST berakhir ketika laju pengendapan atau

pemasokan sedimen sebanding dengan laju pembentukan akomodasi

pada cekungan. Pola yang terbentuk umumnya retrogradasi dan pada log

umunya menghalus ke atas atau fining upward. TST memiliki batas atas

yang cenderung presentase ukuran kasar atau batupasirnya lebih sedikit,

dengan kata lain pada sistem TST seringkali mengandung lapisan tudung

atau penyekat hidrokarbon.

c. Highstand System Tract (HST)

Highstand system tract ini merupakan urutan sistem endapan termuda

yang terjadi dimulai ketika kenaikan muka air laut relatif mulai menurun

dan berkurang sampai lebih kecil dibandingkan kecepatan pengendapan

setelah melalui masa puncak dari transgresi. Penurunan dari muka air laut

relatif awalnya membentuk pola agradasi hingga pada saat kecepatan

pembentukan akomodasi lebih lambat dari laju pengendapan sedimen

membentuk pola progradasi, sehingga masih cenderung lebih banyak

33

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
semakin keatas atau akhir dari endapan HST. Pada seismik, awal

pengendapan HST dikenal dengan progradational offlap, sedangkan

pada akhir pengendapan HST dikenal dengan oblique offlap.

3.2 Jenis Wireline Log Dan Konsep Elektrofasises

1. Jenis Wireline log

Log adalah suatu grafik kedalaman, dari suatu set data yang menunjuakan

parameter yang diukur secara berkesinambungan didalam sebuah sumur. Log

sangat membantu dalam menentukan karakter fisik dari batuan seperti litologi,

porositas dan permeabilitas. Berikut ini tipe-tipe log:

a. Log Gamma Ray

Log Gamma ray adalah suatu pengukuran terhadap kandungan

radioaktivitas alam dari suatau formasi, yang radioaktifnya berasal dari

tugas unsur radioaktif yang ada di dalam bumi yaitu Uranium-U,

Thorium-Th, dan potasium-L. Sinar Gamma sangat efektif untuk

membedakan lapisan permeabel dan yang tidak permeabel karena

radioaktif cenderung berpusat dalam serpih yang tidak permeabel(kurva

log GR defleksi ke kanan) sedangkan untuk lapisan permeabel unsur

radioaktif jumlahnya kecil (kurva log defleksi ke kiri).

b. Log Neutron

Log neutron memberikan suatu perekaman reaksi formasi terhadap

penambahan neutron ditentukan dalam neutron porosity unit. Log ini

mencerminkan banyaknya atom hidrogen dalam formasi. Suatu formasi

34

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
menunjukan nilai neutron yang tinggi saat formasi tersebut mengandung

hidrogen, dalam konteks geologi berarti formasi tersebut ter-supply oleh

air. Prinsip log ini adalah mengukur kandungan air dalam formasi,

maupun ikatan air, air yang terkristalisasi atau free pore water.

c. Log Densitas

Log densitas adalah sumber radioaktif yang ada pada alat akan

memancarkan gamma ray ke dalam formasi dengan energi sebesar (0.2-

2.0 Mev) dan memperhitungkan pengurangan radioaktivitas antara

sumber dan reflektor. Secara kuantitatif log densitas digunakan untuk

menghitung porositas dan secara tidak langsung untuk menentukan

densitas hidrokarbon. Log dapat pula membantu perhitungan acoustic

impedance dalam kalibrasi pada seismik. Secara kualitatif log ini berguna

sebagai indikator penentuan litologi, yang dapat digunakan untuk

mengindentifikasi densitas mineral-mineral, lebih jauh lagi dapat

memperkirakan kandungan organik dari source rock dan dapat

mengidentifikasi overpressure dan fracture porosity.

2. Konsep Elektrofasies

a. Cylindrical

Bentuk log ini merupakan bentuk dengan karakter GR yang relatif

stabil, berupa nilai kurva log GR yang rendah atau tajam. Bentuk

pada log blocky, cenderung merupakan bentuk log yang dianggap

sebagai bentuk dasar yang merepresentasikan homogenitas resevoir

dengan sifatnya yang tebal. Bentuk Cylindrical diasosiasikan

35

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
dengan endapan sedimen braided channel, estuarine atau sub-

marine channel fill, dan tidal sand.

b. Irregular

Bentuk ini merupakan dasar untuk mewakili adanya batuan resevoir,

bentuk irregular diasosiasikan dengan sedimen alluvial plain,

floodplain, tidal sands, shelf atau back barriers. Umumnya

mengidentifikasi lapisan tipis atau thin interbeded. Unsur endapan

tipis mungkin berupa crevasee splay, overbanks deposits dalam

laguna serta turbidit.

c. Bell Shaped

Bentuk bell shaped menunjukan penghalusan ke arah atas (fining

upward), kemugkinan akibat pengisian channel atau channel fills.

Pengamatan memebuktikan bahwa besar butir pada setiap level

cenderung sama, namun jumlahnya memperlihatkan gradasi menuju

halus dengan lempung yang bersifat radioaktif makin banyak ke

atas. Bentuk bell shaped dihasilkan oleh endapan point bars, tidal

deposits, transgressive shelf sands, sub marine channel dan endapan

turbidit.

d. Funnel Shaped

Profil berbentuk corong atau funnel menunjukan pengkasaran

kearah atas yang merupakan bentuk kebalikan dari bentuk bell.

Bentuk funnel kemungkinan dihasilkan sistem progradasi seperti

sub marine fanlobes, regressive shallow marine bar, barrier island

36

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
atau karbonat terumbu depan yang berprogradasi diatas mudstone,

delta front atau distributary mouth bar, crevasse splay, beach and

barrier beach.

e. Bentuk karakteristik dari kurva GR ini menunjukan adanya

penurunan kadar shale dilanjutkan kenaikan kembali. Karakter ini

juga menindikasikan adanya perubahan yang cepat dalam lapisan

itu. Perubahan yang terjadi yang terekam dalam karakter ini adalah

adanya progradasi serta retrogradasi yang sinergis dan cepat

Gambar 3.3 Model elektrofasies beserta lingkungan pengendapannya


(Kendall, 2003).

37

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
3.3 Fasies

Fasies adalah suatu tubuh batuan yang didasarkan atas kumpulan–kumpulan

partikel penyusunnya seperti litologi, struktur fisik, dan biologinya, menjadikan

batuan itu berbeda dengan di atas dan di bawahnya juga dengan batuan yang

berhubungan secara lateral didekatnya (Walker, 1992).

Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam asosiasi fasies , dimana fasies-

fasies tersebut berhubungan dengan berubah secara genetik, sehingga aosiasi fasies

ini memiliki arti lingkungan pengendapan (Walker dan James, 1992). Fasies

umumnya dikelompokkan ke dalam asosiasi fasies, dimana fasies-fasies tersbut

berhubungan dan berubah secara genetik, sehingga memiliki arti lingkungan

pengedapan.

Boggs (1995) mengatakan bahwa dalam mempelajari lingkungan

pengendapan sangat penting untuk memahami dan membedakan dengan jelas

antara lingkungan sedimentasi (sedimentary evironment) dengan lingkungan fasies

(fasies environment). Lingkungan sedimentasi dicirikan oleh sifat fisik, kimia dan

biologi khusus yang beroperasi menghasilkan tubuh batuan yang dicirikan oleh

tekstur, struktur dan komposisi yang spesifik. Sedangkan fasies menunjukan kepada

unit stratigrafi yang dibedakan oleh litologi, struktur dan karakteristik organik yang

terdeteksi di lapangan. Kata fasies didefenisikan yang berbeda-beda oleh banyak

penulis. Namun demikian umumnya mereka sepakat bahwa fasies merupakan ciri

dari suatu satuan batuan sedimen.

38

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
Model fasies dapat merupakan suatu pandangan umum dari suatu sistem

pengendapan yang terdiri dari beberapa contoh individual dari sedimen saat ini

(recent) dan sedimen lampau (ancient) (Walker, 1992). Secara umum model fasies

ini dapat digunakan sebagai asumsi untuk:

1. Perbandingan suatu standar model fasies dengan suatu contoh fasies lainnya

2. Kerangka kerja yang digunakan sebagai penunjuk observasi yang akan

datang

3. Prediksi pada situasi geologi yang baru

4. Interpretasi sistem yang mewakili

3.4 Sistem Pengendapan Delta


Delta didefinisikan sebagai suatu kenampakkan garis pantai atau pantai

yang terpisah dan menonjol yang terbentuk ketika sungai memasuki lautan atau

bagian dari perairan yang besar (Elliot, 1986). Delta akan terbentuk apabila pasokan

sedimen lebih besar daripadan sedimen yang disebarkan oleh gelombang laut atau

danau, sehingga terbentuk keseimbangan dinamika arus sungai dan mekanisme

yang bekerja pada suatu cekungan. Morfologi delta secara umum dibagi tiga, yaitu

: dataran delta (delta plain), muka delta (delta front) dan lereng delta (prodelta).

39

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
Gambar 3.4 Morfologi dan profil stratigrafi delta (Allen, 1998).

a. Dataran Delta (Delta Plain)

Dataran delta merupakan bagian delta yang bersifat sub aerial yang terdiri

dari channel yang sudah ditinggalkan dan merupakan bagian daratan delta dan

terdiri dari endapan delta yang lebih dominan daripada endapan laut dan

membentuk suatu dataran rawa-rawa yang didominasi oleh material sedimen yang

berbutir halus, seperti serpih organik dan batubara.

Pada dataran delta dapat dibagi menjadi dua sub-lingkungan yaitu

distributary channel dan inter-distributary channel. Distributary channel

membentuk percabangan yang membawa material-material sedimen ke arah laut.

Distributary channel bisa mencapai kedalaman 10 hingga 20 meter dan mengerosi

endapan muka delta yang berada di bawahnya.

40

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
Sedimen pada inter-distributary channel biasanya terdiri atas endapan yang

berukuran halus (lanau dan lumpur) dan carbonaceous clay. Arus yang berasal dari

fluvial adalah proses yang dominan pada transport sedimen didataran delta,

meskipun arus yang berasal dari tidal bisa terjadi pada saat pasang maksimum.

 Upper Delta Plain

Pada bagian ini termasuk daerah yang tidak dipengaruhi oleh pasang

surut air laut dan endapannya secara umum terdiri dari endapan channel

yang disebut distributary channel, endapan limpah banjir yang disebut

dengan inter-distributary channel flood plain dan endapan gambut atau

batubara yang disebut dengan marsh delta plain. Endapan distributary

channel biasanya ditandai dengan bidang erosi dan kecenderungan endapan

yang menghalus keatas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah

silang siur, ripple cross stratification, scour and fill dan lensa-lensa

lempung.

Endapan point bar terbentuk pada tepi-tepi sungai, biasanya terdapat

pada kelokan sungai yang bermeander. Sedangkan levee berasosiasi dengan

distributary channel sebagai tanggul alam yang membatasi channel dan

inter-distributary channel. Sedimen pada endapan ini merupakan sedimen

yang halus karena terbentuk pada saat penurunan energi pengendapan.

Pada fasies Inter-distributary channel dan flood plain terbentuk

suatu endapan yang berukuran lanau sampai lempung yang sangat dominan.

Struktur sedimennya adalah laminasi sejajar dan burrowing structure,

endapan pasir yang bersifat lokal, tipis dan kadang hadir sebagai pengaruh

41

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
gelombang. Pada daerah yang ditumbuhi oleh rawa-rawa akan menjadi

lahan penimbun gambut yang merupakan cikal bakal dari pembentukan

batubara.

 Lower Delta Plain

Lower delta plain terletak pada daerah dimana tejadi interaksi antara

sungai dan laut, yaitu pada low tidemark sampai batas kehadiran yang

dipengaruhi pasang surut. Pada lingkungan ini endapannya meliputi

endapan pengisi teluk (bay fill deposit) meliputi inter-distributary bay, dan

tanggul alam, rawa dan crevasse splay, serta endapan pengisi distributary

channel yang ditinggalkan.

b. Muka Delta (Delta Front)

Muka delta (Delta Front) terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan

akumulasi sedimennya berasal dari distributary channel. Batupasir yang

diendapkan dari distributary channel tersebut membentuk endapan bar diujung

distributary channel yang disebut distributary mouth bar.

Menurut Coleman (1969), lingkungan pengendapan muka delta dapat

dibagi menjadi beberapa sub lingkungan dengan karakteristik asosiasi fasies yang

berbeda.

Sub lingkungan yang pertama adalah channel yang ditandai dengan adanya

bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menghalus ke atas. Struktur

sedimen yang umum dijumpai adalah cross bedding, ripple cross stratification,

scoure dan fill-subaqueous levees yang merupakan kenampakan fasies endapan

delta front yang berasosiasi dengan active channel mouth bar.

42

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
Sub lingkungan yang kedua adalah distributary mouth bar yang pada daerah

proksimal memperlihatkan karakteristik mengkasar ke atas (coarsening upward)

dengan struktur sedimen yang dijumpai antara lain: struktur laminasi dan silang

siur.

Pada daerah distal, urutan fasies cenderung menghalus keatas, umumnya

tersusun atas pasir halus dengan struktur sedimen yang dapat dijumpai antara lain,

current ripple, cross bedding dan massive gradded bedding . Diantara distributary

mouth bar tersebut terakumulasi kempung lanauan (silty mud) atau lempung pasiran

(sandy mud) yang bergradai menjadi lempung kearah lepas pantai.

c. Lereng Delta (Prodelta)

Lereng delta merupakan kelanjutan dari muka delta dengan perubahan

litologi dari batupasir bar menjadi endapan batulempung dan selalu ditandai oleh

zona lempungan yang masif. Daerah ini merupakan bagian distal dari suatu delta

dimana terdiri dari akumulasi endapan suspensi halus.

Endapan prodelta dijumpai banyak bioturbasi yang merupakan karakteristik

endapan laut dangkal. Struktur deformasi sedimen banyak dijumpai namun struktur

akibat aktivitas gelombang jarang dijumpai.

Prodelta merupakan sub lingkungan transisi antara lain muka delta dan

endapan normal marine shelf yang berada diluar muka delta dengan fasies

mengasar ke atas, memperlihatkan transisi dari lempungan prodelta ke fasies yang

lebih batupasir dari muka delta.

43

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
Lereng prodelta ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan endapan

paparan (shelf), tetapi pada prodelta ini sedimennya lebih tipis dan memperlihatkan

pengaruh proses endapan laut yang tegas.

3.5 Seismik Stratigrafi

Seismik stratigrafi pada dasarnya adalah sebuah teknik untuk menafsirkan

kondisi geologi suatu daerah meliputi lingkungan pengendapan, ketebalan,

komposisi, penyebaran atau perkembangan secara lateral, dan lapisan batuan yang

didasari oleh karakter dari data seismik (Vail dan Mitchum, 1977 dalam Noeradi

D., 2013).

Prinsip dasar dari seismik adalah bahwa refleksi gelombang seismik atau

pantulan-pantulan dari resolusi seismik terjadi akibat adanya perbedaan impedansi

akustik dari suatu permukaan batuan atau bidang yang umumnya berupa bidang

permukan lapisan dan bidang ketidak selarasan, oleh karena itu, garis-garis ini

mencerminkan rangkaian pantulan yang mendekati waktu atau dengan kata lain

rekaman seismik ini merupakan rekaman kronostratigrafi, bukan litostratigrafi. Jadi

perlu ditekankan bahwa dalam seismik, rekaman-rekaman seismik tidak

menunjukan adanya perubahan fasies secara lateral akan tetapi variasi amplitudo

ini timbul karena adanya bidang perlapisan atau bidang ketidak selarasan.

3.5.1 Analisa Sekuen Seismik

Sekuen seismik merupakan sekuen pengendapan yang dapat diamati atau

diidentifikasi dari penampang seismik. Analisa sekuen seismik ini meliputi

identifikasi paket refleksi utama yang digambarkan oleh permukaan

44

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
ketidakselarasan akibat permukaan erosi atau nondeposisi yang mewakili hiatus

utama.

Variasi impedansi akustik diantara lapisan diatas dan lapisan dibawahnya

dari suatu permukaan kronostratigrafi akan menggambarkan suatu bentuk refleksi

yang berbeda-beda. Batas-batas ini disebut dengan terminasi refleksi. Terdapat dua

bentuk pola terminasi refleksi yang membatasi benda-benda geologi di atas dan

dibawahnya, yaitu batas sekuen seismik bagian atas berupa truncation dan toplap.

Sedangkan batas sekuen bagian bawah berupa onlap dan downlap.

Berikut merupakan penjelasan mengenai definisi dari terminasi refleksi atau

batas-batas sekuen seismik berdasarkan Mitchum, 1997; Galloway, 1989; dan

Emery & Myres, 1996).

a. Truncation

Terminasi dari suatau strata atau lapisan terhadap permukaan erosi

diatasnya. Toplap dapat berkembang didalam truncation, tetapi

truncation lebih ekstrim dari toplap dan menunjukan adanya

perkembangan dari erosi dan ketidakselarasan menyudut atau

angular unconformity.

b. Toplap

Terminasi dari strata atau lapisan yang miring (clinoforms) terhadap

permukaan dengan sudut lebih rendah atau miring landai, sebagian

45

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
besar sebagai hasil dari nondeposisi (sediment bypass), atau erosi

kecil. Bidang toplap ini merupakan bidang ketidakselarasan.

c. Onlap

Terminasi dari lapisan atau strata yang landai (sudut rendah)

terhadap permukaan stratigrafi yang lebih curam. Terminasi refleksi

tipe onlap ini dapat berkembang pada marine, coastal, dan

nonmarine.

 Marine Onlap

Berkembang di lereng benua selama proses transgresi, saat lapisan

onlap transgresif (lebih muda) berada diatas permukaan dari

maksimu regresi.

 Coastal Onlap

Mengacu kepada permukaan transgresif coastal ke arah laut dangkal

yang meng-onlap diatas permukaan transgresif (tidal wave).

 Fluvial Onlap

Mengacu kepada pergeseran ke arah darat dari ujung hulu yang

beragradasi didalam sistem fluvial selama kenaikan base-level.

Terjadi saat lapisan fluvial onlap di atas subaerial unconformity

atau lowstand unconformity.

d. Downlap

Terminasi dari lapisan atau strta yang mirip diatas lapisan

permukaan landai (sudut rendah). Downlap dapat juga disebut

baselap, dan menandai terjadinya batas pengendapan sedimen.

46

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
Downlap umunya terlihat di dasar clinoforms yang berprogradasi,

dapat terjadi di lingkungan laut dangkal maupun laut dalam.

Downlap jarang atau tidak terbentuk pada lingkungan nonmarine,

kecuali pada lingkungan lacustrin. Oleh karena itu, downlap

menggambarkan adanya perubahan dari deposisi atau pengendapan

di lingkungan laut menjadi kondensasi atau nondeposisi di

lingkungan laut.

Gambar 3.5 Terminasi refleksi pada sekuen seismik (Emery & Myres,
1996 in Catuneanu, 2006)

3.6 Peta Bawah Permukaan

Peta bawah pemukaan merupakan peta yang menggambarkan bentuk

maupun kondisi geologi bawah permukaan, dan menjadi dasar dalam suatu kegiatan

eksplorasi hidrokarbon, mulai dari awal hingga pengembangan lapangannya. Peta

bawah permukaan dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kondisi geologi bawah

permukaan mendekati kondisi sebenarnya, termasuk juga lingkungan pengendapan,

47

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan
arah suplai sedimen, arah laut terbuka serta untuk mengetahui daerah prospek

hidrokarbon.

3.7 Peta Isopach

Peta isopach merupakan peta yang menggambarkan ketebalan dari suatau

lapisan atau seri lapisan yang dinyatakan dengan garis kontur.

3.8 Peta Perbandingan Jumlah Batupasir Dan Batulempung (Sand Shale

Ratio)

Sand Shale Ratio (SSR) adalah perbandingan antara jumlah kandungan

batupasir dengan batulempung. Dari nilai SSR yang didapat, dibuatlah suatu peta

SSR. Peta ini dapat digunakan sebagai pendukung penentu arah pengendapan,

dengan asumsi bahwa nilai perbandingan SSR yang menipis menunjukan

pengendapan kearah laut.

48

Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi ,
Sumatera Selatan
Muhammad Rijallul Ikhsan

Anda mungkin juga menyukai