TINJAUAN PUSTAKA
FASIES
Suatu unit yang secara relatif conform dan sekuen tersusun oleh fasies yang
secara geneik berhubungan. Fasies ini disebut parasequence. Suatu sekuen ditentikan
oleh sifat fisik lapisan itu sendiri bukan oleh waktu dan bukan oleh eustacy serta
bukan ketebalan atau lamanya pengendapan dan tidak dari interpretasi global atau
asalnya regional (sea level change). Sekuen analog dengan lithostratigrafy, hanya ada
perbedaan sudut pandang. Sekuen berdasarkan genetically unit.
Ciri-ciri sequence boundary :
1. Membatasi lapisan dari atas dan bawahnya.
2. Terbentuk secara relatif sangat cepat (<10 .000="" span="" tahun="">
3. Mempunyai suatu nilai dalam chronostratigrafi.
4. Selaras yang berurutan dalam chronostratigrafi.
5. Batas sekuen dapat ditentukan dengan ciri coarsening up ward.
Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear multiple,
analisis trend permukaaan dan analisis faktor. Statistika model berfungsi untuk
mengetahui beberapa parameter lingkungan pengendapan atau memprediksi
respon dari suatu elemen dengan elemen lain dalam sebuah proses-respon model.
b) Asosiasi fasies 2
Fasies ini mencerminkan lingkungan yang lebih tenang, unit ini kadang-kadang
terganggu oleh lensa dari FA1 sedimen. Bed berada di seluruh tipis, planar dan
disortir dengan baik. Bed sekitar 5 cm (2 in) bentuk tebal 2 meter (7 ft) unit "bedded
sandsheets"- lapisan batu pasit yang membentuk lithology dominan fasies ini.
Sudut rendah (<20 ), lintas-bentuk batu pasir berlapis unit hingga 50 cm (19,7
inci) tebal, kadang-kadang mencapai ketebalan sebanyak 2 meter (7 kaki). Arah arus
di sini adalah ke arah selatan timur - hingga lereng - dan memperkuat interpretasi
mereka sebagai Aeolian bukit pasir. Sebuah suite lebih lanjut lapisan padat berisi
fosil jejak perkumpulan; lapisan lain beruang riak saat ini tanda, yang mungkin
terbentuk di sungai yang dangkal, dengan membanjiri cekungan hosting mungkin
pencipta jejak fosil. Cyclicity tidak hadir, menunjukkan bahwa, alih-alih acara
musiman, kadang-kadang innundation didasarkan pada peristiwa-peristiwa tak
terduga seperti badai, air yang berbeda-beda tabel, dan mengubah aliran kursus.
c) Asosiasi fasies 3
Fasies ini sangat mirip FA1, dengan peningkatan pasokan bahan clastic terwakili
dalam rekor sedimen tdk halus, diurutkan buruk, atas-fining (yaitu padi-padian
terbesar di bagian bawah unit, menjadi semakin halus ke arah atas), berkerikil palung
lintas-unit tempat tidur hingga empat meter tebal. Jejak fosil langka. Sheet-seperti
sungai dikepang disimpulkan sebagai kontrol dominan pada sedimentasi di fasies ini.
d) Asosiasi fasies 4
Asosiasi fasies paling atas muncul untuk mencerminkan sebuah lingkungan di
pinggiran laut. Fining-up yang diamati pada 0,5 meter (2 kaki) hingga 2 meter (7
kaki) skala, dengan salib melalui seperai pada unit dasar arus overlain oleh riak. Baik
shales batu pasir dan hijau juga ada. Unit atas sangat bioturbated, dengan kelimpahan
Skolithos - sebuah fosil biasanya ditemukan di lingkungan laut.
Hubungan suatu fasies dapat digagaskan dalam pembagian grup fasies yang
terjadi secara bersama-sama yang selanjutnya akan berkaitan dengan lingkungan.
Sebagai contohnya, jika pada perlapisan silang siur batupasir asosiasi terdekatnya
adalah dengan terkandungnya tanah, batubara, atau serpih lanauan yang mengandung
akar, daun, dan batang, kita bisa membuat interpretasi pengendapannya pada sistem
sungai. Dalam mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus benar benar
memperhatikan keadaan alami dari kontak hubungan antara fasies dan derajat urutan
baik acak maupun tidak
Gambar 2.5 Schematic illustration of facies relationship in a predominantly subaerial intra-arc setting
(modified after LANDIS, SMITH 1995)
Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh
proses fisika dan kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi itu
pada waktu itu. Oleh karena itu suatu lingkungan pengendapan dapat mencirikan
proses-proses ini. Sebagai contoh, lingkungan fluvial (sungai) termasuk saluran
(channel) yang membawa dan mengendapkan material pasiran atau kerikilan di atas
bar di dalam channel.
Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati daerah
limpah banjir (floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam bentuk lapis-lapis
tipis. Terbentuklah tanah dan vegetasi tumbuh di daerah floodplain. Dalam satu
rangkaian batuan sedimen channel dapat diwakili oleh lensa batupasir atau
konglomerat yang menunjukkan struktur internal yang terbentuk oleh pengendapan
pada bar channel. Setting floodplain akan diwakili oleh lapisan tipis batulumpur dan
batupasir dengan akar-akar dan bukti-bukti lain berupa pembentukan tanah.
Dalam deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah fasies
sering digunakan. Satu fasies batuan adalah tubuh batuan yang berciri khusus yang
mencerminkan kondisi terbentuknya (Reading & Levell 1996). Mendeskripsi fasies
suatu sedimen melibatkan dokumentasi semua karakteristik litologi, tekstur, struktur
sedimen dan kandungan fosil yang dapat membantu dalam menentukan proses
pembentukan. Jika cukup tersedia informasi fasies, suatu interpretasi lingkungan
pengendapan dapat dibuat. Lensa batupasir mungkin menunjukkan channel sungai
jika endapan floodplain ditemukan berasosiasi dengannya. Namun bagaimanapun,
channel yang terisi dengan pasir terdapat juga di dalam setting lain, termasuk delta,
lingkungan tidal dan lantai laut dalam. Pengenalan channel yang terbentuk bukanlah
dasar yang cukup untuk menentukan lingkungan pengendapan.
Fasies pengendapan batuan sedimen dapat digunakan untuk menentukan kondisi
lingkungan ketika sedimen terakumulasi. Lingkungan sedimen telah digambarkan
dalam beberapa variasi yaitu :
Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan
sifat khas dari setting pengendapan [Gould, 1972].
Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan
Sloss, 1963].
Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan
biologi dari daerah yang berdekatan [Selley, 1978].
Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan
mempengaruhi pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk
pengendapan yang khas [Shepard dan Moore, 1955].
2.5 Analisis Fasies
Konsep fasies adalah konsep membentuk dasar-dasar interpretasi strata.
Karaktersitik litofasies dihasilkan dari proses fisika dan kimia yang aktif pada waktu
pengendapan sedimen, dan biofasies serta ichnofasies menyediakan informasi
tentang paleoecology selama dan sesudah pengendapan. Dengan pengetahuan kondisi
fisika, kimia, dan ekologi maka memungkinkan untuk merekonstruksi lingkungan
pada waktu pengendapan. Proses analisis fasies ini, interpretasi strata ke dalam istilah
lingkungan pengendapan, dapat dianggap sebagai pusat objektif utama dari
sedimentologi dan stratigrafi yang merekonstruksi masa lampau.
Di beberapa kasus ada karakteristik batuan yang unik untuk lingkungan tertentu.
Sejauh yang kita ketahui, hermatypic corals hanya tumbuh di dalam air laut yang
dangkal, bersih dan hangat: kehadiran fosil koral ini dengan posisi ketika masih hidup
di dalam batuan sedimen dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa sedimen
terendapkan di dalam air laut yang dangkal, bersih dan hangat. Dimana ada petunjuk-
petunjuk langsung suatu kondisi seperti itu, maka dengan langsung dapat
diinterpretasikan lingkungan masa lampau suatu batuan sedimen.
Berbeda dengan hal berikut, cross bedded sandstone dapat terbentuk selama
pengendapan di gurun, sungai, delta, danau, pantai dan laut dangkal: litofasies cross
bedded sandstone tidak menyediakan petunjuk lingkungan khusus. Interpretasi fasies
harus objektif dan hanya berdasar pada pengenalan proses yang kemungkinan besar
membentuk lapisan-lapisan.
Dari kehadiran struktur ripples simetris dalam batupasir halus dapat disimpulkan
bahwa lapisan terbentuk dibawah air dangkal, dengan angin yang melintas di atas
permukaan air yang menciptakan gelombang yang menggerakkan pasir untuk
membentuk symmetrical wave ripples. Interpretasi air dangkal dibuat karena wave
ripplestidak terbentuk di laut dalam, tapi ripples itu sendiri tidak dapat menunjukkan
apakah terbentuk di danau, laguna atau lingkungan paparan terbuka. Oleh karena itu
seharusnya fasiesnya disebut sebagai symmetrically rippled sandstone atau mungkin
wave rippled sandstone, tapi bukan lacustrine sandstone karena diperlukan
informasi yang lebih lanjut sebelum membuat interpretasi.
Gambar 2.6 Diagram alir analisis fasies
Nama untuk fasies harus deskriptif dan sungguh bisa diterima serta mengacu pada
asosiasi fasies dalam kaitannya dengan interpretasi lingkungan pengendapan. Suatu
asosiasi fasies seperti symmetrically rippled fine sandstone, black laminated
mudstone dan grey graded siltstone telah diinterpretasikan sebagai endapan di
dalam danau berdasarkan karaktersitk fasiesnya, dan mungkin beberapa informasi
biofasies menunjukkan fauna air tawar. Oleh karena itu asosiasi fasies ini dikenal
sebagai lacustrine association facies dan telah dibedakan dari asosiasi fasies
kontinen yang lain yang terendapkan di dalam channel sungai (fluvial channel
association facies) dan endapan overbank (floodplain facies association).
Untuk membuat nama fasies yang panjang menjadi lebih mudah, sistem singkatan
kode sering digunakan ketika meringkas sejumlah besar informasi fasies (Gambar
5.2). Hal ini membantu jika kode-kodenya mudah diinterpretasi dan berhubungan
dengan nama fasies. Satu ketentuan yang digunakan dalam deskripsi fasies dalam
sedimen klastik terrigenous adalah sistem yang berdasar ukuran butir ditunjukkan
oleh huruf pertama diikuti oleh akhiran atau sufiks yang mendeskripsikan struktur
sedimen (Miall 1978). Berdasarkan skema ini, konglomerat memiliki huruf utama G
(untuk kerikil), S untuk pasir dan F untuk batulumpur berbutir halus; sufiks atau
akhiran mungkin menyediakan informasi lebih lanjut mengenai ukuran butir (contoh,
Sc menunjukkan pasir, kasar), struktur sedimen (Gx untuk cross stratified
conglomerates, huruf x adalah singkatan umum untuk cross), warna atau karakter-
karakter berbeda lainnya. Tidak ada aturan untuk huruf kode yang digunakan, dan ada
banyak ragam pada tema ini (contoh, beberapa pekerja menggunakan huruf Z untuk
lanau) termasuk skema serupa untuk batuan karbonat yang berdasarkan klasifikasi
Dunham (3.1.4). Sebagai garis besar umum, sangat baik jika mengembangkan sistem
yang memiliki pola konsisten (contoh, semua fasies batupasir diawali dengan huruf
S) dan menggunakan singkatan yang mudah dipahami.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
4. Sungai Anastomasing
Sungai anastomasing terjadi karena adanya dua aliran sungai yang
bercabang-cabang, dimana cabang yang satu dengan cabang yang lain bertemu
kembali pada titik dan kemudian bersatu kembali pada titik yang lain
membentuk satu aliran.
3.4 Lacustrin
Lacustrin atau danau adalah suatu lingkungan tempat berkumpulnya air yang
tidak berhubungan dengan laut. Lingkungan ini bervariasi dalam kedalaman, lebar
dan salinitas yang berkisar dari air tawar hingga hipersaline. Pada lingkungan ini
juga dijumpai
adanya
delta, barried
island hingga
kipas bawah air
yang
diendapkan dengan arus turbidit. Danau juga mengendapkan klastika dan endapan
karbonat termasuk oolit dan terumbu dari alga. Pada daerah beriklim kering dapat
terbentuk endapan evaporit. Endapan danau ini dibedakan dari endapan laut dari
kandungan fosil dan aspek geokimianya.
a) Danau Permanen
Danau permanen model pertama adalah danau yang terisi oleh endapan
klastika yang terletak di daerah pegunungan.
Danau permanen model kedua adalah danau yang terletak di dataran rendah
dengan iklim yang hangat.
Danau permanen model ketiga adalah danau dengan endapan sapropelite
(lempung kaya akan organik) pada bagian dalam yang dikelilingi oleh
karbonat di daerah dangkal
b) Danau Ephermal
Danau ephemeral adalah danau yang terbentuk dalam jangka waktu yang pendek
di daerah gurun dengan iklim yang panas.
3.5 Lagun ( Lagoon )
Lagun adalah suatu kawasan berair dangkal yang masih berhubungan dengan laut
lepas, dibatasi oleh suatu punggungan memanjang (barrier) dan relatif sejajar dengan
pantai. Maka dari itu lagun umumnya tidak luas dan dangkal dengan energi rendah.
Beberapa lagun yang dianggap besar, misalnya Leeward Lagoon di Bahama luasnya
hanya 10.000 km dengan kedalaman + 10 m (Jordan, 1978,
3.6 Delta
Proses pembentukan delta adalah akibat
akumulasi dari sedimen fluvial (sungai) pada
lacustrine atau marine coastline. Delta
merupakan sebuah lingkungan yang sangat
komplek dimana beberapa faktor utama
mengontrol proses distribusi sedimen dan
morfologi delta, faktor-faktor tersebut adalah
regime sungai, pasang surut (tide), gelombang,
iklim, kedalaman air dan subsiden (Tucker,
1981). Berdasarkan fisiografinya, delta dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian utama,
yaitu :
1. Delta plain merupakan bagian kearah darat
dari suatu delta.
2. Front Delta merupakan daerah dimana
endapan sedimen dari sungai bergerak Gambar 3.5 Delta
memasuki cekungan dan
berasosiasi/berinteraksi dengan proses cekungan (basinal).
3. Prodelta adalah bagian delta yang paling menjauh kearah laut atau sering disebut
pula sebagai delta front slope.
3.7 Estuarin
Ada dua faktor penting yang mengontrol aktivitas di estuarin, yaitu volume air
pada saat pasang surut dan volume air tawar (fresh water) serta bentuk estuarin.
Endapan sedimen pada lingkungan estuarin dibawa dua aktivitas, yaitu oleh arus
sungai dan dari laut terbuka. Transpor sedimen dari laut lepas akan sangat tergantung
dari rasio besaran tidal dan disharge sungai. Estuarin diklasifikasikan menjadi tiga
daerah yaitu :
Marine atau lower estuarin, yaitu estuarine yang secara bebas berhubungan
dengan laut bebas, sehingga karakteristik air laut sangat terasa pada daerah ini.
Middle estuarin, yaitu daerah dimana terjadi percampuran antara fresh water dan
air asin secara seimbang.
Fluvial atau upper estuarin, yaitu daerah estuarin dimana fresh water lebih
mendominasi, tetapi tidal masih masih berpengaruh (harian)
Kedalaman lereng benua bermula dari shelf break dengan kedalaman rata-rata
130 m sampai dengan 1500-4000 m. Kemiringan pada lereng benua ini sekitar 40,
walaupun ada variasi pada lingkungan delta (20) dan pada lingkungan koral (450)
(Boggs, 1995).
Sedangkan kemiringan pada continental rise biasanya lebih kecil dibandingkan
kemiringan pada lereng benua. Karena lerengnya yang cukup curam dibandingkan
paparan, pada lereng benua ini sering merupakan daerah dari pergerakan arus turbidit.
Continental rise dan cekungan laut dalam membentuk sekitar 80% dari total dasar
laut. Bagian lebih dalam dari continental slope dibagi menjadi dua fisiografi, yaitu :
Lantai Samudra (ocean floor), Dikarakteristikan dengan kehadiran dataran abisal,
perbukitan abisal (< 1 km) dan gunungapi laut (> 1 km)
Oceanic Ridges, Dataran abisal merupakan daerah yang relatif sangat datar,
kadang-kadang menjadi sedikit bergelombang karena adanya seamount. Beberapa
dataran abisal juga kadang-kadang terpotong oleh channel-channel laut dalam.
Pada pusat cekungan laut dalam biasanya terendapkan sedimen dari material
pelagik. Mid-oceanic ridges memanjang sejauh 60.000 km dan menutupi sekitar
30 35% dari luas lautan.
Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang
khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek
fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di bawah, atas dan di
sekelilingnya.