Anda di halaman 1dari 7

Identifikasi Petrofisik Batuan Sebagai Pendukung Karakteristik Hidrolik Akuifer Pada Sub Das Code, Yogyakarta : 103 - 109

IDENTIFIKASI PETROFISIK BATUAN SEBAGAI PENDUKUNG


KARAKTERISTIK HIDROLIK AKUIFER PADA SUB DAS CODE,
YOGYAKARTA
T. Listyani R.A.
Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
e-mail: listyanitheophila@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu parameter yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan karakteristik hidrolik akuifer adalah petrofisik batuan.
Potensi airtanah di suatu daerah sangat tergantung dari petrofisik batuan setempat. Karakterisik hidraulik yang penting diketahui antara
lain adalah porositas dan permeabilitas batuan. Daerah Sub DAS Code disusun oleh batuan dari Formasi Yogyakarta dan Sleman yang
merupakan batuan vulkanik Merapi Muda. Batuan akifer di daerah ini antara lain adalah batupasir tufan dan breksi andesit. Batupasir
tufan memiliki tekstur klastik, ukuran butir pasir halus-kasar, kadang-kadang kerikilan, berstruktur gradasi, masif atau berlapis. Breksi
andesit bertekstur piroklastik ataupun epiklastik, dengan ukuran butir fragmen kerikil hingga kerakal-berangkal, sortasi buruk – sedang,
kemas terbuka, struktur masif atau berlapis tebal. Dari beberapa sampel yang dianalisis diketahui bahwa batuan akifer memiliki
porositas 31,29 – 50,254% dan permeabilitas 1,48.10-6 hingga 8,45.10-4 cm/dtk. Hubungan antara porositas dan permeabilitas batuan
tidak menunjukkan hubungan yang kuat, namun masing-masing parameter tersebut dipengaruhi oleh tekstur dan struktur batuan serta
komposisinya, khususnya dalam hal kehadiran mineral lempung.

Kata-kata kunci: airtanah, petrofisik, porositas, permeabilitas

PENDAHULUAN Secara hidrogeologis, daerah yang ada pada Sub


Studi ini merupakan kajian terhadap batuan di DAS Code merupakan bagian dari Cekungan Airtanah
wilayah Sub DAS Code untuk mengetahui petrofisik serta Yogyakarta - Sleman [1]. Sub DAS Code menempati
parameter hidrolik khususnya porositas/permeabilitas wilayah cekungan airtanah ini pada bagian tengah.
batuan yang menyusun akifer. Sifat-sifat fisik batuan,
utamanya tekstur dan struktur batuan yang dijumpai di Geologi Regional
daerah penelitian dideskripsi untuk selanjutnya dikaji agar Daerah penelitian termasuk dalam peta geologi
dapat melihat hubungannya dengan porositas regional lembar Yogyakarta [2]. Batuan yang menyusun
/permeabilitas batuan. Pemahaman tentang petrofisik daerah ini di bagian atas adalah endapan vulkanik Merapi
batuan maupun karakteristik hidrauliknya merupakan Muda berukur Kuarter, yang tersusun oleh tuf tak terurai,
bagian penting dalam studi potensi airtanah di suatu abu, breksi, aglomerat and aliran lava. Di bawah endapan
daerah. Dengan penelitian ini diharapkan kajian petrofisik vulkanik Merapi Muda terdapat endapan vulkanik Merapi
batuan dapat dipahami lebih baik sebagai pendukung Tua serta seri batuan Tersier sebagai batuan dasar yang
parameter hidraulik akifer khususnya pada cekungan mengalasi cekungan airtanah.
airtanah di Yogyakarta. Gunung Merapi merupakan gunungapi yang
paling aktif di Yogyakarta-Jawa Tengah. Gunung ini
Lokasi Penelitian menghasilkan aliran lava, aliran piroklastik, awan panas
Daerah penelitian termasuk dalam wilayah Sub serta lahar [3]. Batuan hasil aktivitas Merapi ini menjadi
DAS Code (Gambar 1). Sub DAS ini merupakan bagian reservoir yang baik untuk sumber daya airtanah di daerah
dari DAS Opak. Sungai Code mengalir dari lereng atas G. penelitian.
Merapi di Kabupaten Sleman melewati Kota Yogyakarta Endapan vulkanik Merapi Muda merupakan
hingga bermuara di sungai induknya (S. Opak) di wiayah batuan penyusun cekungan airtanah di daerah penelitian.
Kabupaten Bantul. Endapan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Formasi
Yogyakarta (bagian atas) dan Formasi Sleman (bagian
bawah) [4]. Endapan vulkanik Merapi Muda mendukung
ketersediaan airtanah yang memadai di daerah penelitian.
Selain itu, aspek klimatologi juga sangat mendukung
potensi airtanah, dimana neraca air sering menunjukkan
kondisi surplus baik di bulan basah maupun kering [5].
Sistem akuifer dalam Cekungan Air (CAT)
Yogyakarta-Sleman disebut sebagai Sistem Akuifer
Merapi, dimana sistem hidrogeologi ini dibentuk oleh
Formasi Yogyakarta dan Formasi Sleman. Sistem akuifer
ini secara hidrogeologis merupakan satu sistem akuifer
yang terdiri dari banyak perlapisan (multilayer aquifer)
dengan sifat-sifat hidrolika relatif sama dan saling
berhubungan antara satu akuifer dengan akuifer lainnya
Gambar-1. Lokasi penelitian [6].

Jurnal GEOSAPTA Vol. 6 No.2 Juli 2020 103


Identifikasi Petrofisik Batuan Sebagai Pendukung Karakteristik Hidrolik Akuifer Pada Sub Das Code, Yogyakarta : 103 - 109

METODOLOGI TINJAUAN PUSTAKA


Studi ini diawali dengan melakukan survei
hidrogeologi lapangan pada daerah S. Code dan Porositas
sekitarnya. Sebanyak 61 lokasi pengamatan telah dipilih Porositas merupakan salah satu sifat batuan yang
untuk melihat variasi litologi yang ada di daerah penelitian mempengaruhi airtanah atau sebagai media keterdapatan
(Gambar 2). Deskripsi batuan yang tersingkap di airtanah. Sifat ini dipengaruhi oleh karakteristik ukuran,
permukaan dilakukan pada lokasi-lokasi terpilih. Deskripsi bentuk, ketidakteraturan maupun distribusi dari
petrofisik batuan ini meliputi: warna, tekstur, struktur dan rongga/pori batuan [7].
komposisi batuan. Selain itu, sifat fisik batuan lainnya
yang diamati antara lain adalah warna, tekstur, struktur,
kekompakan, kekerasan, porositas maupun permeabilitas.
Survei lapangan dilengkapi dengan pengambilan sampel
batuan.

Gambar-3. Hubungan antara tekstur batuan dan porositas [8]

Tabel-1 menunjukkan daftar rentang porositas


representatif untuk berbagai bahan geologi [8]. Secara
umum, dinyatakan bahwa:
 Batuan memiliki porositas yang lebih rendah daripada
tanah.
 Kerikil, pasir, dan lumpur (terdiri dari partikel bersudut
dan bundar) memiliki porositas yang lebih rendah
daripada tanah yang kaya mineral lempung.
 Endapan yang tersortasi buruk (Gambar-3B) memiliki
porositas yang lebih rendah daripada endapan dengan
sortasi baik (Gambar-3A).

Tabel-1. Kisaran nilai porositas [8]


Porositas
Material
(n) (%)
Endapan tak terkonsolidasi
Kerikil/kerakal 25 – 40
Pasir 25 – 50
Lanau 35 – 50
Lempung 40 - 70
Batuan
Basalt terkekarkan 5 – 50
Batugamping kars 5 – 50
Batupasir 5 – 30
Batugamping, dolomit 0 – 20
Serpih 0 – 10
Batuan kristalin terkekarkan 0 – 10
Batuan kristalin masif 0-5

Porositas (n) dapat menjadi kontrol penting yang


Gambar-2. Peta lokasi pengamatan penelitian mempengaruhi konduktivitas hidrolik (K). Pada endapan
pasir atau batuan retak, sampel dengan n yang lebih tinggi
Uji porositas dan permeabilitas dilakukan di umumnya juga memiliki K yang lebih tinggi. Namun, hal
laboratorium Mekanika Tanah di STTNAS Yogyakarta. ini juga tergantung dari tipe tanah/batuan. Tanah kaya
Peralatan yang digunakan untuk menentukan nilai lempung, misalnya, biasanya memiliki porositas yang
porositas antara lain adalah piknometer, sedangkan nilai lebih tinggi daripada tanah berpasir atau kerikil tetapi
permeabilitas ditentukan dengan falling head konduktivitas hidroliknya lebih rendah.
permeameter.
Selanjutnya, data hasil deskripsi dan pengujian di Permeabilitas (Konduktivitas Hidrolik)
laboratorium dianalisis untuk melihat hubungan petrofisik Permeabilitas merupakan salah satu sifat batuan
batuan terhadap parameter hidrolik akifer. sebagai media aliran airtanah. Konduktivitas hidrolik

104 Jurnal GEOSAPTA Vol. 6 No.2 Juli 2020


Identifikasi Petrofisik Batuan Sebagai Pendukung Karakteristik Hidrolik Akuifer Pada Sub Das Code, Yogyakarta : 103 - 109

suatu batuan atau tanah tergantung pada berbagai faktor terjadi karena butiran yang lebih kecil menempati sebagian
fisik, antara lain porositas, ukuran, distribusi, bentuk dan besar ruang di sekitar butiran yang lebih besar. Besarnya
susunan butir serta faktor lainnya. Pada media berpori konduktivitas hidrolik untuk berbagai kelas batuan yang
tidak terkonsolidasi, konduktivitas hidrolik pada umumnya tidak terkonsolidasi dan terkonsolidasi ditunjukkan pada
bervariasi sesuai ukuran partikel. Material lempung Tabel 2 (Bureau of Reclamation, 1977 dalam [7]).
biasanya menunjukkan nilai konduktivitas hidrolik yang Morris dan Johnson (1967, dalam [7]) memberi
rendah, sedangkan pasir dan kerikil menunjukkan nilai patokan beberapa nilai konduktivitas hidrolik yang
tinggi [7]. representatif untuk berbagai bahan geologis (Tabel 3).
Konduktivitas hidrolik pada batuan dengan Nilai ini merupakan rata-rata dari banyak pengukuran;
ukuran butir campuran akan menunjukkan variasi nilai adanya rentang nilai untuk setiap jenis batuan tergantung
yang berbeda-beda dan biasanya lebih kecil dari nilai pada berbagai faktor antara lain pelapukan, rekahan,
interpolasi liniernya dibandingkan pada butiran yang saluran solusi maupun kedalaman overburden.
seragam (Illinois State Water Survey dalam [7]). Hal ini

Tabel-2. Konduktivitas hidrolik beberapa material geologi (Bureau of Reclamation, 1977 dalam [7])

Konduktivitas hidrolik (m/hari)


104 103 102 101 1 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
Konduktivitas hidrolik relatif
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
MATERIAL
Endapan tak terkonsolidasi
Kerikil/kerakal - Pasir dan - Pasir halus - Lanau, lempung, & - Lempung masif
campuran pasir campuran pasir, lanau,
& kerakal lempung
Batuan terkonsolidasi
Basalt vesikuler / - Batupasir & - Batupasir, serpih, - Batuan beku /
skoriaan & batuan batulempung metamorf
batugamping.dolomit beku/metamorf laminasi masif
berongga retak

Tabel-3. Konduktivitas Nilai konduktivitas hidrolik beberapa tersebut tergantung pada proses geologis yang
material batuan (Morris and Johnson, 1967, dalam [7]) menghasilkan berbagai lingkungan geologis [8].

Konduktivitas hidrolik
Material
(m/hari) HASIL DAN DISKUSI
Kerikil/kerakal kasar 150
Kerikil/kerakal sedang 270
Kerikil/kerakal halus 450 Data Lapangan
Pasir kasar 45 Airtanah di daerah penelitian didukung oleh
Pasir sedang 12 akifer Merapi Muda, terdiri dari Formasi Yogyakarta dan
Pasir halus 2,5 Sleman, dengan aliran cenderung ke arah selatan.
Lanau 0,08 Airtanah dangkal pada umumnya diperoleh dari akifer
Lempung 0,0002 Formasi Yogyakarta, sedangkan airtanah dalam dapat
Batupasir berbutir halus 0,2
disadap dari Formasi Sleman [9]. Kualitas air di daerah
Batupasir berbutir sedang 3,1
Batugamping 0,94
penelitian cukup baik walaupun kadang kala dijumpai
Dolomit 0,001 pencemaran ringan [10]. Kondisi airtanah yang cukup
Gumuk pasir 20 bagus dalam hal kuantitas dan kualitasnya ini didukung
Tuf 0,2 oleh akifer vulkaniklastik hasil aktivitas Gunung Merapi
Basalt 0,01 dengan karakteristik porositas dan permeabilitas yang
Gabro lapuk 0,2 cukup baik.
Keadaan medan di sekitar Sungai Code dapat
dilihat pada Gambar 4. Wilayah sungai ini di bagian hulu
Hubbert (1956, dalam [8]) menyatakan bahwa dan hilir merupakan daerah pemukiman dan pertanian,
konstanta konduktivitas hidrolik dalam hukum Darcy tidak sedangkan pada bagian tengah pada umumnya merupakan
hanya merupakan fungsi dari media berpori tetapi juga daerah padat pemukiman. Beberapa penggal sungai ini
fluida. Konduktivitas hidrolik menggambarkan sifat menunjukkan Beberapa sampel batuan di lapangan telah
konduktif dari media berpori secara independen akibat dideskripsi untuk melihat karakter petrofisiknya. Karakter
fluida yang mengalir melaluinya. tersebut terutama dilihat dari tekstur batuannya. Secara
Nilai konduktivitas hidrolik biasanya umum, batuan yang menyusun daerah penelitian terdiri
menunjukkan variasi melalui ruang dalam formasi geologi. dari batupasir, breksi andesit dan kadang kala memiliki
Parameter ini juga menunjukkan variasi dengan arah interkalasi batulempung (Tabel-4). Beberapa foto
pengukuran pada titik tertentu dalam formasi geologi, singkapan batuan ditunjukkan pada Gambar-5.
yang meliputi heterogenitas dan anisotropi. Sifat-sifat

Jurnal GEOSAPTA Vol. 6 No.2 Juli 2020 105


Identifikasi Petrofisik Batuan Sebagai Pendukung Karakteristik Hidrolik Akuifer Pada Sub Das Code, Yogyakarta : 103 - 109

Gambar-5. Atas: singkapan batupasir dan breksi di Semburan


(LP 1) menunjukkan struktur gradasi. Bawah: perselingan breksi
- batupasir di Nglempong Lor (LP 2).

Data Laboratorium
Hasil uji laboratorium sampel batuan yang
diambil dari lapangan disajikan pada Tabel 5 berikut ini.
Sampel batuan berasal dari singkapan batuan yang
dijumpai di lapangan. Ini berarti bahwa batuan tersebut
merupakan batuan yang ada di permukaan, yang pada
Gambar-4. Kondisi daerah penelitian. Atas: bagian hulu di umumnya termasuk dalam Formasi Yogyakarta dan
Ngaglik (LP 49); tengah: bagian tengah di Gondomanan (LP 21); Sleman yang merupakan produk Gunungapi Merapi Muda.
bawah: bagian hilir di Imogiri (LP 42)
Tabel-5. Hasil uji laboratorium petrofisik batuan yang diteliti
Berat Porositas
Tabel-4. Data litologi daerah penelitian Kandungan Permeabilitas
LP Jenis (n)
Struktur air (w) (%) (K) (cm/dtk)
LP Lokasi Litologi (G) (%)
sedimen
1 2,722 8,4405 34,275 4,90.10-4
Breksi dan Gradasi
1 Sumberan batupasir 2 2,744 7,749 34,4195 8,45.10-4
Breksi dan Gradasi, 3 2,762 9,721 43,5725 6,24.10-5
2 Nglempong Lor batupasir melensa 4 2,614 6,929 48,298 3,05.10-4
Breksi dan Perselingan
5 2,853 5,401 32,2105 2,19.10-6
3 Tegalmojo batupasir tufan
Batulempung - Berlapis 6 2,828 6,378 32,7775 2,12.10-5
4 Pogung Rejo batupasir 8 2,577 22,746 50,254 1,46.10-4
Batupasir; batupasir Berlapis 14 2,716 1,9675 42,636 3,22. 10-6
5 Blunyah Gede lempungan
23 2,707 1,5935 31,290 1,48.10-6
Breksi dan Gradasi
6 Jetis batupasir tufan 40 2,59 19 49,3825 1,33.10-5
Batulempung;- Perselingan 49 2,746 7,405 41,8425 6,31.10-5
8 Kembangsongo batupasir
50 2,771 11,292 39,065 4,57.10-5
14 Sorosutan Batulempung- Berlapis
batupasir
23 Jetis, Batulempung- Berlapis
Umbulharjo batupasir Pengaruh tekstur terhadap porositas
Batupasir; batupasir Masif; Tekstur batuan meliputi ukuran butir, bentuk
40 Ponggok lempungan berlapis butir, sortasi dan kemas batuan yang dapat diamati secara
Batupasir tufan Berlapis, megaskopis (Tabel-6). Dari tabel tersebut tampak bahwa
49 Kadipuro masif batuan yang diuji memiliki porositas sebesar 31 – 50%,
50 Ngentak Batupasir tufan Berlapis sesuai dengan penelitian [8] yang menunjukkan kisaran
porositas endapan lempung – kerikil. Pada kenyataannya,
batuan yang diambil merupakan batuan yang sudah mulai
terkompaksi, jadi bukan merupakan endapan lepas.
Kisaran nilai batuan yang diuji tersebut bila dibandingkan
dengan klasifikasi porositas [8] memiliki nilai yang lebih

106 Jurnal GEOSAPTA Vol. 6 No.2 Juli 2020


Identifikasi Petrofisik Batuan Sebagai Pendukung Karakteristik Hidrolik Akuifer Pada Sub Das Code, Yogyakarta : 103 - 109

besar dari porositas batupasir. Hal ini menunjukkan bahwa intrinsik yang berupa friksi dalam akibat pori yang terlalu
batuan yang diuji menunjukkan karakteristik yang lebih halus. Butiran yang berukuran lebih halus pada suatu
baik porositasnya dibandingkan batupasir pada umumnya. volume batuan yang sama akan memiliki permukaan yang
Hal ini didukung oleh ukuran butir yang relatif halus, lebih luas dibandingkan butiran kasar. Permukaan yang
bentuk butir yang relatif membundar, sortasi baik (butiran luas tersebut akan mengakibatkan gaya adhesi yang besar
relatif seragam) dan kemas tertutup. Beberapa sampel sehingga gesekan luar juga besar. Adanya friksi luar ini
yang memiliki butiran lempungan kurang dapat teramati akan mengurangi permeabilitas batuan.
teksturnya secara megaskopis.
Tabel-7. Nilai permeabilitas dan data petrofisik (ukuran butir
Tabel-6. Karakteristik tekstur dan porositas batuan yang diteliti dan jenis) batuan
Ukuran Bentuk Sortasi Permeabilitas
LP Porositas Sampel LP Ukuran Sampel Batuan
butir butir / Kemas (cm/dtk)
Batupasir 1 Batupasir kerikilan
Membundar Sedang/ kerikilan 7 4,90.10-4
1 7 34,275 (matriks breksi)
- menyudut Tertutup (matriks
2 Batupasir kerikilan
breksi) 10 8,45.10-4
Batupasir (matriks breksi)
Membundar Sedang kerikilan 3 9 6,24.10-5 Batupasir tufan
2 8 34,4195
- menyudut Tertutup (matriks 4 6 3,05.10-4 Batupasir
breksi) 5 5 2,19.10-6 Batupasir lempungan
Menyudut - Sedang/ Batupasir 6 5 2,12.10-5 Batupasir tufan
3 3 43,5725
membundar Tertutup tufan
8 2 1,46.10-4 Batupasir
Baik/
4 4 Membundar
Tertutup
48,298 Batupasir 14 6 3,22. 10-6 Batupasir lempungan
- Batupasir 23 2 1,48.10-6 Batupasir lempungan
5 2 - 32,2105 40 2 1,33.10-5 Batupasir lempungan
lempungan
Menyudut - Buruk/ Batupasir 49 8 6,31.10-5 Batupasir tufan
6 3 32,7775
membundar Terbuka tufan 50 7 4,57.10-5 Batupasir tufan
Baik/
8 4 Membundar 50,254 Batupasir
Tertutup
- Batupasir Sifat fisik batuan seperti tekstur, struktur maupun
14 2 - 42,636 kandungan air sangat mengontrol laju infiltrasi
lempungan
23 2 -
-
31,290
Batupasir tanah/batuan [11], ini berarti bahwa petrofisik batuan
lempungan berpengaruh terhadap permeabilitas. Tanah berbutir kasar
- Batupasir
40 2 - 49,3825
lempungan
seperti di daerah penelitian memiliki pori yang cukup
Menyudut - Sedang/ Batupasir besar dengan struktur stabil yang memungkinkan curah
49 3 41,8425
membundar Tertutup tufan hujan meresap ke dalamnya.
Menyudut - Sedang/ Batupasir
50 3 39,065
membundar Tertutup tufan Hubungan Porositas dan Permeabilitas Batuan yang
Catatan: Kelas ukuran butir 1. Lempung; 2. Lanau; 3. Pasir sangat halus; 4. Pasir halus; 5. Pasir
sedang; 6. Pasir kasar; 7. Pasir sangat kasar; 8. Kerikil; 9. Kerakal; 10. Berangkal; 11. Diuji
Bongkah.
Porositas merupakan salah satu parameter yang
mempengaruhi konduktivitas hidrolik suatu batuan atau
Dengan demikian, semua sampel batuan yang
tanah. Namun, porositas bukanlah satu-satunya factor
diteliti memiliki porositas yang relatif besar. Walaupun
yang mempengaruhi permeabilitas [7]. Dalam penelitian
korelasi tidak terlalu kuat, namun pada dasarnya porositas
ini, hubungan porositas dan permeabilitas batuan di daerah
batuan dikendalikan oleh teksturnya. Porositas batuan
penelitian dicari dengan menggunakan metode regresi
yang paling besar ditunjukkan oleh batupasir halus
korelasi (Gambar-6). Hubungan keduanya menunjukkan
dengan sortasi yang baik dan kemas tertutup. Korelasi
korelasi yang sangat rendah [12], ditunjukkan oleh nilai r2
yang kurang jelas disebabkan karena perbedaan tekstur
sebesar 0,026 atau r sebesar 16%. Hubungan yang sangat
batuan relatif kecil, karena semua sampel merupakan
lemah ini menunjukkan bahwa banyak faktor lain yang
batupasir. Kondisi litifikasi yang belum sempurna
menentukan permeabilitas batuan. Dengan demikian,
mengakibatkan batuan belum terlalu kompak dan keras.
porositas yang tinggi tidak berarti akan menyebabkan
Karakteristik petrofisik ini mendukung tingginya porositas
permeabilitas yang tinggi. Faktor-faktor yang turut
dan sekaligus mendukung potensi batuan sebagai akifer
menentukan permeabilitas batuan di daerah penelitian
airtanah.
antara lain faktor pemadatan/kompaksi serta struktur
batuan (masif/berlapis/gradasi dan sebagainya). Kondisi
Pengaruh tekstur dan jenis batuan terhadap
batuan yang tersingkap di lapangan menunjukkan
permeabilitas
karakteristik fisik yang bervariasi. Batuan yang lebih tua
Batuan yang memiliki ukuran butir halus
(Formasi Sleman) pada umumnya lebih kompak sehingga
(lempungan) umumnya memiliki permeabilitas <10-5
mengakibatkan permeabilitas yang kurang bagus. Selain
cm/dtk sedangkan batuan berbutir kasar (> pasir)
itu, kondisi fisik seperti pelapukan dan adanya rekahan
cenderung memiliki permeabilitas >10-4 cm/dtk (Tabel 7).
juga dapat mempengaruhi nilai permeabilitas batuan yang
Walaupun secara regresi sulit ditentukan koefisien
diteliti.
korelasinya namun tampak bahwa tekstur batuan
mempengaruhi permeabilitasnya. Batuan sedimen yang
berukuran sedang hingga kasar cenderung memberi sifat
permeabel. Batuan yang mengandung mineral lempung
atau mineral berukuran lempung memberi efek
impermeable pada batuan, hal ini berkaitan dengan faktor

Jurnal GEOSAPTA Vol. 6 No.2 Juli 2020 107


Identifikasi Petrofisik Batuan Sebagai Pendukung Karakteristik Hidrolik Akuifer Pada Sub Das Code, Yogyakarta : 103 - 109

DAFTAR PUSTAKA
90 [1] Badan Geologi. 2011. Atlas Cekungan Air Tanah
80 Matriks
Permeabilitas (x 10-5 cm/dtk)
Indonesia. Kementrian Energi dan Sumber Daya
breksi
70 Mineral. Bandung.
60
[2] Rahardjo, W., Sukandarrumidi dan Rosidi, H. M. D.
50 Batuan 1995. Peta Geologi Lembar Yogyakarta. Skala 1 :
lempungan
40 /tufan 100.000. Ed.2. P3G. Bandung.
30 y = -0.6034x + 40.791
R² = 0.0263 [3] Kusumayudha S.B., Murwanto H., Sutarto,
20 Choiriyah S.U. 2019. Volcanic Disaster and the
10 Decline of Mataram Kingdom in the Central Java,
0 Indonesia. Wasowski J., Dijkstra T. (eds). Recent
Research on Engineering Geology and Geological
30 35 40 45 50 55
Engineering. GeoMEast 2018. Sustainable Civil
Porositas (%) Infrastructures. Springer. Cham.

Gambar-7. Hubungan porositas – permeabilitas batuan yang [4] MacDonald & Partners. 1984. Greater Yogyakarta
diteliti Groundwater Resource Study. Vol. 3. Binnie &
Partners Hunting Technical Services Ltd.
Kehadiran mineral lempung dalam batuan juga Groundwater Development Project (P2AT). Ministry
dapat terjadi akibat proses pelapukan yang ditunjukkan of Public Works. Government of the Republic of
oleh beberapa singkapan batuan. Tingkat pelapukan akan Indonesia.
mempengaruhi sifat fisik batuan [13] [14]. Semakin tinggi
derajat pelapukan, maka semakin besar kadar air serta [5] Listyani R.A., T., Isjudarto, A., Prayetno, Putra, R.I.
porositasnya (Rahman dkk., 2017). Dengan demikian, 2012. Analisis Hidrologi untuk Mendukung Potensi
variasi nilai porositas di daerah penelitian sangat mungkin Airtanah pada Sub DAS Code, Prosiding Seminar
dipengaruhi oleh derajat pelapukan yang berkembang di Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST
daerah tersebut. 2012). Yogyakarta. 3 November.

KESIMPULAN [6] Hendrayana, H. dan Vicente, V. A. S. 2013.


Cadangan Air Tanah berdasarkan Geometri dan
Batuan yang menyusun akifer di daerah Sub DAS Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah
Code terdiri dari batuan sedimen vulkanik hasil aktivitas Yogyakarta-Sleman. Prosiding Seminar Nasional
Gunung Merapi Muda, meliputi Formasi Sleman dan Kebumian Ke-6. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. Batuan ini berupa batupasir, batupasir tufan, Yogyakarta. 11-12 Desember.
batupasir lempungan maupun breksi andesit. Secara fisik,
batuan tersebut cukup kompak dan beberapa singkapan [7] Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrology. 2nd Ed.,
menunjukkan hasil pelapukan. Struktur sedimen yang John Wiley & Sons. New York.
berkembang adalah masif, berlapis ataupun bergradasi.
Hasil pengujian di laboratorium menunjukkan nilai [8] Freeze, R.A. & Cherry, J.A. 1979 Groundwater.
porositas 31,29 – 50,254% dan permeabilitas sebesar Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs. New Jersey.
1,48.10-6 hingga 8,45.10-4 cm/dtk.
Porositas batuan didukung oleh tekstur batuan.
Batuan yang memiliki porositas besar pada umumnya [9] Listyani R.A., T. 2016. Hydrochemistry of
ditunjukkan oleh batupasir berukuran halus dengan sortasi Groundwater in Yogyakarta Graben, Area of Code
yang baik dan kemas tertutup. Sementara itu, batuan Sub Drainage, Yogyakarta, Indonesia. 5th Annual
sedimen yang berukuran sedang hingga kasar biasanya International Conference on Geological & Earth
memiliki nilai permeabilitas batuan yang cukup besar, Sciences (GEOS 2016). GSTF. Singapore. 10
sedangkan batuan berbutir halus/lempungan dengan Oktober.
kandungan mineral lempung atau tuf cenderung memiliki
permeabilitas rendah. Namun demikian, korelasi antara [10] Listyani R.A., T. dan Isjudarto, A. 2013. Studi
nilai porositas dan permeabilitas tidak menunjukkan Pencemaran Air di Sub Daerah Aliran Sungai Code,
hubungan yang kuat, yang berarti bahwa kedua parameter Yogyakarta guna Mendukung Upaya Konservasi
akifer tersebut tidak selalu berhubungan. Airtanah Pasca Erupsi Merapi 2010. Prosiding
Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan
UCAPAN TERIMA KASIH Informasi (ReTII) ke-8. STTNAS. Yogyakarta. 14
Desember.
Tulisan ini dihasilkan dari penelitian Hibah Bersaing Dikti
tahun 2012-2013, oleh karenanya penulis mengucapkan
banyak terimakasih atas dana Dikti tersebut. Tak lupa, [11] Shaari, N.A.B.S., Khan, M.M.A., Bahar, A.M.A.B.
penulis juga mengucapkan terimakasih kepada institusi dan Nazaruddin, D.A.B. 2016. Estimation of
STTNAS serta rekan dosen dan para asisten yang telah Infiltration Rate in Major Soil Types of Kota Bharu,
membantu penulis dalam penelitian tersebut. Kelantan, Malaysia. Bulletin of the Geological
Society of Malaysia. Vol. 62. h. 7-11.

108 Jurnal GEOSAPTA Vol. 6 No.2 Juli 2020


Identifikasi Petrofisik Batuan Sebagai Pendukung Karakteristik Hidrolik Akuifer Pada Sub Das Code, Yogyakarta : 103 - 109

[12] Sugiyono. 1997. Metode Penelitian. Administrasi.


CV. Alfabeta. Yogyakarta.

[13] Sutirja, M.A.J., Nurhakim, Mustoffa, A. dan Santoso,


E. 2017 Studi Daya Dukung Batuan Vulkanik
Formasi Pitanak untuk Pemanfaatan Jalan Tambang.
Jurnal Geosapta. Vol. 3. No. 1. h. 38-44.

[14] Rahman, A., Triantoro, A. dan Mustofa, A. 2017


Pengaruh Pelapukan terhadap Sifat Fisik Batuan dan
Tanah Residual Breksi Vulkanik. Jurnal Geosapta.
Vol. 3. No. 2. h. 79-83.

Jurnal GEOSAPTA Vol. 6 No.2 Juli 2020 109

Anda mungkin juga menyukai