Anda di halaman 1dari 78

TUNTlJNA N

PE NGGUNAA:N PENGER.AS SUARA


01 MASJID & · MUSH ALA

1978

D iterbitkan oleh
D itjen Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama
KATA PENGANTAR

Sebagaimana dimaklumi bahwa masjid, langgar, atau mushal-


la adalah berfungsi sebagai PlJsat Ibadah dan d.isamping ltu oer-
fungsi pula sebagai Pusat Da'wah dengan menyelenggarakan ke-
giatan-kegiatan seperti : khutbah Jum'at, ceramah agama, peri-
ngatan hai.-hari besar Islam, kuliah subuh -dan lain sebagainya.
Selaras dengan kemajuan teknologi, maka dalam penyeleng
garaan kegiatan-kegiatan tersebut di atas pengeras suara sehagai
salah satu hasil kemajuan Iekhnologi komunikasi telah dimanfaat
kan secara luas oleh.masjid, langgar atau mushalla terutama di ko-
ta-kota.
Penggunaan pengeras suara di mesjid, langgar atau mushal-
la tersebut tentu saja membuahkan kegunaan-kegunaan yang be-
sar, karena dengan alat tersebut dayajangkau inesjid, langgar atau-
rnushalla dalam menyampaikan pesan-pesannya baik berupa ad-
zan, khutbah atau ceramah agama menjadi lebih luas. Namun
demikian dengan pengeras suara tersebut dapat pula menimbul-
kan rasa simpati, cenderung dan gandrung kepada Islam dan bu-
kan ekses-ekses negatif yaitu apabila pengeras suara tersebut di-
{!Unakan secara berlebih-lebihan terutama bagi masjid, langgar
atau mushalla yang lokasinya di daerah berpenduduk padat se-
perti di kota-kota.
Sesuai dengan fungsi masjid, langgatatim umshalla sebagai
Pusat Dakwah disamping sebagai Pusat lbadah, maka segala yang
terpancar dari masjid, langgar atau mushalla haruslah dapat m~
nimbulkan ras~a simpati, cenderung dan gand~ng kepada Islam
dan bukan sebaliknya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka kami mengang-
gap perlu menerbitkan Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara
di Masjid/Mushalla yang isinya meliputi Instruksi Direktur Jen-
d ral Bimbingan Masyarakat Islam tentang Tuntunan Penggunaan
Pengeras Suara di Masjid, Langgar atau Mushalla dan lampiran-
nya serta Hasil Loka Karya Ketentuan J>enggunaan Pengeras Su-
ara di Masjid/Mushalla yang dise1enggarakan di Jakarta pada
tangga1 28 sampai 29 Mei 1978, disertai harapan semoga dapat
dipe~omani dengan sebaik-baiknya.

Jakarta, 17 Juli 1978


DAFTAR lSI"

Peri hal Hala!Tlan

Kata Pengantar
I. lnstruksi Diljen Bimas Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

2. l.ampiran lnstruksi D irjen Bimas Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . S

3. Keputusan Lokakarya P2A Pusat..................... ·IS

4. Lampiran Keputusan Loka Karya P2A Pusat . . . . . . . . . . . . 21

S. Sambutan Diljen Bimas lslam. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31

6. Fungsi Pengeras Suara Bagi Syiar Dan Kemakmuran Masjid/


Mushalla.
Oleh : Drs. H. Ibrahim AR........................ 37
7. Aspek Hukum Dan Agama Dalam Penggunaan Pengeras
Suara D i Masjid/M ushalla
Oleh : HM. Jamil Latif S.H. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51

8. l.ampiran I Prasaran Hl\1. Jamill.atif S.H...... . . . . . . . . . 57

9. Lampiran II Prasaran HM. Jamil L,atif S.H. . . . . . . . . . . . . . 59


W. Penggunaan Pengeras Suara Dalam Da'wah Dan lbadah Di-
tinjau Dari Segi Psikologi. Sosial.
Oleh : Drs. H. Sudjoko Prasodjo.......... . . . . . . . . . . 65
INSTRUKSI DIREKTUR JENDRAL BIMBINGAN MA-
SYARAKAT ISLAM
NOMOR: KEP/D/101/'78
TENTANG
TUNTUNAN PENGGUNAAN PENGERAS SUARA DI
MASJID DAN MUSHOLLA
MENIMBANG
a. bahwa penggunaan pengeras :mara oleh Masjid/Langgar/
mushalla telah menyebar sedemikian rupa di seluruh Indo-
nesia baik untuk adzan, iqomah, membaca ayat AI Qur'an
membaca do'a, peringatan Hari Besar Islam dan lain-lain.
b. bahwa meluasnya penggunaan-pengeras suara tersebut se-
lain menimbulkan kegairahan beragama dan menambah syi
'ar kehidupan keagamaan, juga sekaligus pada sebagian ling
kungan masyarakat telah menimbulkan ekses-ekses rasa ti-
dak simpati disebabkan pemakaiannya yang kurang meme-
nuhi syarat.
c. bahw a agar penggunaan pengeras suara oleh Masjid/lang-
gar/Mushalla lebih mencapai sasaran dan menimbulkan da-
ya tarik untuk beribadah k~pada Allah SWT, dianggap per-
lu mengeluarkan tuntunan tentang penggunaan pengeras
suara oleh masjld/langgar/mushalla untuk dipedomani o1eh
para Pengurus Masjid/langgar/Mushalla di seluruh Indone-
sia.
MENGINGAT :
1. Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 18 tahun
1975 (disempurnakan);
2. Surat Keputusan Menteri Agama nomor 44 tahun 1978 ;
3. Instruksi Menteri Agama nomor 9 tahun 1978;
4 Sura~ ~daran Menteri Agama nomor 3 tahun 1978.
MEMPERHA TIKAN :
Keputusan-Keputusan Lokakarya Pembinaan Perikehidup
an Beragama Islam (P2A) tentaqgPe~ggunaa~ Pengeras- Su,
ara di Masjid dan Mushalla yang diadakan tanggal 28 dan
29 Mei 1978 di Jakarta.

1
MENG INSTRUKSIKAN
KEPADA :
1. Kepala Bidang Penerangan Agama Islam seluruh Indone-
sia ;
2. Kepala Seksi Penerangan Agama Islam seluruh Indonesia;
3. Kepala Bidang Urusan Agama Islam di seluruh Indonesia;
4. Kepala Seksi Urusan Agama Islam di seluruh Indonesia;
5. Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan di seluruh Indo
nesia;
dengan Koordinasi Kepala Kantor wilayah Departemen Aga
rna Propinsi/Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/
Kotamadya;
UN T UK:
1. Memberikan tuntunan, bimbingan dan petunjuk kepada pa
ra Pengurus Masjid/Mushalla di daerah masing-masing ten
tang penggunaan pengeras suara di Me~iid dan Mushalla se
bagaimana T!:_!ntunan terlampir,. ·
2. Memberikan ·penjetasari kepada Pengurus Masjid/Langgar/
Mushalla di daerah masing-masing secara face to face (lang
sung) dalam bentuk briefing, rapat, pentaran dan lain-lain
tentang isi dan maksud dari pada Tuntunan terlampir ber-
sama Keputusan Lokakarya P2A tentang hal yang sama.
3. Memberikan laporan pelaksanaan dari Instruksi nom or dua
di atas dan pelaksanaannya di masyarakat kepada atasan
masing-masing.
Dikeluarkan di Jakarta
Tanggal 17 Juli 1978

TUR JENDRAL
~h.-.T~n.V-•.AN ASY ARAKAT ISLAM

2
Tembusan:

1. Bapak Menteri Agama R.I.


2. Inspektur Jendral Departemen Agama
3. Sekretaris Jendral Departemen Agama
4. Kepala Kanwil Departemen Agama seluruh Indonesia
5. Majelis Ulama Indonesia
6. Para Direktur pada Ditjen Bimas Islam
7. Organisasi-Organisasi Masjid tingkat Pusat
8. Lembaga Dakwah dan Maj1lis Ulama Propinsi seluruh
Indonesia.

3
LAMPIRAN INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASY ARAKAT ISLAM
NOMOR : KEP/0/101/'78 TANGGAL 17 JULI 1978
TENTANG
TUNTUNAN PENGGUNAAN PENGERAS SUA-RA
01 MASJID, LANGGAR DAN MUSHALI.,A

A. Pengertian
A. Pengertian
l. Pengertian Pengeras Suara disini adalah perlengkapan teh-
nik yang terdiri dari mikropon, amplifier, loud speaker dan
kabel-kabel tempat mengalirnya arus listrik.
2. Pengeras Suara di masjid, langgar atau mushalla, yaitu pe-
ngeras suara yang tersebut di atas yang dimaksudkan un-
tuk memperluas jangkauan penyamp;rian: dari apa-apa
yang disiarkan di dalam masjid, langgar atau mushalla se-
perti adzan, iqomah, do'a, praktek sholat, takbir, pemba-
caan ayat AI Qur'an, pengajian dan lain-lain.
B. Keuntungan dan Kerugian menggunakan Pengeras suara
1. Keuntungan menggunakan Pengeras Suara di masjid, lang-
gar dan mushalla berarti tercapainya sasaran dakwah/pe-
nyampaian agama kepada masyarakat yang lebih luas baik
di dalam maupun di luar masjid, langgar dan atau mushal-
la.
Jama'ah atau umat Islam yang jauh letaknya dari masjid,
langgar atau mushalla serentak dapat mendengarkan pang-
gilan atau pesan dakwah walaupun tidak hadir dalam mas-
jid. Dan kegunaan· penggunaan Pengeras Suara di dalam
masjid dimaksudkan agar anggota jama'ah yang jauh dari
imam, muballigh atau guru yang menyampaikan tabligh
menjadi sama jelas mendengarkan sebagaimana yang du-
duknya dekat dengan imam/muballigh tersebut.
2. Kerugian dari penggunaan Pengeras Suara keluar masjid,
langgar atau mushalla diantaranya dapat mengganggu ke-

5
pada orang yang sedang istirahat atau sedang beribadah di
dalam rumah masing-masing seprti mereka yang melaksana
kan tahajud, menyelenggarakan upacara agama dan lain-la-
in.
Khusus di kota-kota besar diman<l anggota masyarakat ti-
dak lagi memiliki jam yang sama untuk bekerja, pergi dan
pulang kerumah sangat terasa sekali. Sebagaimana juga si-
fat majemuknya masyarakat kota yang rumah-rumah di se
kitar masjid tidak jarang dihuni oleh mereka yang berlain-
an agama bahkan orang yang berlainan kewarga negaraan
seperti para diplomat atau pegaw ai bangsa asing.
Dari beberapa ayat AI Qur'an terutama tentang kewajib-
an menghormati jiran/tetangga, demikian juga dari banyak
had its N abi Muhammad SAW menunjukkan adanya batas-
an-batasan dalam hal keluarnya suara yang dapat menim-
- -
bulkan gangguan w alaupun yang disuarakan adalah ayat
suci, do'a atau panggilan kebaikan sebagaimana antara lain
tercantum dalam dalil-dalil yang dilampirkan pada kepu-
tusan Loka-karya P2A tentang Penggunaan Pengeras Suara
di Mesjid dan Mushalla.
Selain dari pada ayat atau hadits-hadits yang tegas mengi-
ngatkan tidak bolehnya umat Islam menimbulkan ganggu-
an kepada tetangga, juga terdapat ayat atau hadits yang
mendorong disyi'arkannya agama Islam supaya umat rna-
kin taqwa kepada Allah SWT.
Kesemuanya itu mendorong umat Islam untuk mencari ca
ra-cara yang bijaksana diantara melaksanakan syi'ar dan-
menjaga keutuhan hidup bertetangga yang tidak menim~
bulkan sesuatu gangguan bahkan keharmonisan dan rasa
simpati yang timbal batik.
C. Fungsi Penggunaan Pengeras Suara Oleh Masjid, Lang-
gar Dan Mushalla.
Dari beberapa ayat AI Qur'an maupun hadits Nabi Mu-
hammad SAW, kita dapat menarik kesimpulan bahwa
fungsi Pengeras Suara di masjid, langgar dan mushalla ada-
lab untuk

6
1. Meningkatkan daya jangkau seruan keagamaan agar su-
paya ummattnakin mencintai agamanya dan melaksana-
kan agamanya dengan sebaik-baiknya.
2. Menimbulkan syi'ar keagamaan agar supaya masyarakat
memahami dan mencintai agama Islam dan keagungan
Allah SWT.
D. Syarat-syarat Penggunaan Pengeras Suara :
Agar supaya pengeras suara di dalam masjid, langgar atau
mushalla dapat berfungsi seperti tersebut di atas diperlu-
kan terpenuhinya beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Perawatan Pengeras suara oleh seorang yang terampil
dan bukan yang mencoba-coba atau masih belajar. De-
ngan demikian tidak ada suara-suara bising, berdengung
yang dapat menimbulkan anti-pati atau anggapan tidak
teratumya suatu mesjid, langgar atau mushalla.
2. Mereka yang menggunakan Pengeras Suara (muadzin,
pembaca Qur'an, imam sholat dan lain-lain) hendaknya
memiliki suara yang fasih, merdu, enak, tidak cemplang,
sumbang atau terlalu kecil. Hal ini untuk menghindar-
kan anggapan orang luar tentang tidak tertibnya suatu
mesjid dan bahkanjauh dari pada menimbulkan rasa cin
ta dan simpati yang mendengar selain menjengkelkan.
3. Dipenuhinya syarat-syarat yang ditentukan syara seper-
ti tidak bolehnya terlalu meninggikan suara do'a, dzikir,
dan sholat. Karena pelanggaran hal-hal seperti ini bu -
kan menimbulkan simpati melainkan keheranan bahw a
umat beragama sendiri tidak menta'ati ajaran agamanya.
4. Dipenuhinya syarat-syarat dimana orang yang mende-
ngar berada dalam keadaan siap untuk mendengarnya.
Bukan dalam waktu tidur, istirahat, sedang beribadah
atau melakukan upacara. D alam keadaan demikian (ke-
cuali panggilan adzan) tidak akan menimbulkan kecin-
taan orang, bahkan sebaliknya. Berbeda dengan di kam-
pung-kampung yang kesibukan masyarakat masih ter-
batas, maka suara-suara keagamaan dari dalam masjid,
langgar dan mushalla selain berarti seruari taqwa, juga
dapat dianggap hiburan mengisi kesepian sekitar..
5. Dari tuntunan Nabi, suara adzan sebagai tanda masuk-
nya shalat memang harus ditinggikan. Dan karena itu
penggunaan Pengeras Suara untuknya adalah tidak da-
pat diperdebatkan. Yang perlu diperhatikan adalah agar
suara muadzin tidak sumbang dan sebaliknya enak, mer-
du, dan syahdu.
E. Pemasangan Pengeras Suara :
Untuk tercapainya fungsi Pengeras Suara seperti tersebut
pada bagian C, perlu pengaturan pemasangan sbb. :
1. Diatur sedemikian rupa sehingga corong yang keluar da-
pat dipisahkan dengan corong kedalam. Jelasnya terda-
pat saluran yang hanya semata-mata ditujukan keluar.
2. Dan yang kedua berupa corong yang semata-mata ditu-
jukar kedalam ruangan masjid, langgar atau mushalla.
3. Acara yang ditujukan keluar, tidak terdengarkeras keda
lam yang dapat mengganggu orang shalat sunnat atau
dzikir. Demikian juga corong yang dituJukan kedalam
mesjid tidak terdengar keluar sehingga tidak menggang-
gu yang sedang istirahat.
F. Pemakaian Pengeras Suara :
Pad a dasarnya suara yang disalurkan keluar masjid hanya-
lah adzan sebagai tanda telah tiba waktu shalat. Demikian
juga sholat dan doa pada dasarnya hanya untuk kepenting-
an jama'ah kedalam dan tidak perlu ditujukan keluar untuk
tidak melanggar ketentuan syari'ah yang melarang bersua-
ra keras dalam sholat dan do'a. Sedangkan dzikir pada da-
sarnya adalah ibadah individu langsung dengan Allah SWT
karena itu tidak perlu menggunakan pengeras~uara baik
kedalam atau keluar.
Secara lebih terperinci kiranya perlu dipedomani ketentu-
an sebagai berikut :
1. Waktu Shubuh:
a. Sebelum waktu shubuh, dapat dilakukan kegiatan-kegi-

8
atan dengan menggunakan pengeras-suara paling awal
15 me nit sebelum w aktunya. Kesempatan ini diguna-
kan untuk pembacaan ayat suci AI Qur'an yang dimak-
sudkan untuk membangunkan kaum Muslimin yang ma-
sih tidur, guna persiapan shalat, membersihkan diri dll.
b. Kegiatan pembacaan ayat suciAI Qur'an tersebut dapat
menggunakan pengeras-s1,1ara keluar. Sedangkan kedalam
tidak disalurkan agar tidak mengganggu orang yang se-
dang beribadah dalam masjid.
c. Ad zan w aktu shubuh menggunakan pengeras-suara ke-
luar.
d. Sholat shubuh, kuliah shubuh dan semacamnya menggu
nakan pengeras suara (bila diperlukan untuk kepenting-
an jama'ah) dan hanya ditujukan kedalam saja.
2. -waktu dzuhur dan Jum'at
a. LinD. menit menjelang dzuhur dan 15 menit menjelang
waktu dzuhur dan' Juin'at supaya diisi dengan bacaan
AI Qur'an yang ditujukan keiuar.

b. Demikian juga suara adzan bilamana telah tiba waktu-


nya.
c. Bacaan sholat, do'a, pengumuman, khutbah dan lain-la-
in menggunakan pengeras-suara yang ditujukan keda-
lam.
3. Asar, maghrib, dan lsya' :
a. Lima me nit sebelum adzan pada , w aktunya, dianjurkan.
inembaca AI Qur'art.
b. Pada waktu-.datang waktu shalat dilakukan adzan de-
ngan pengeras-suara keluar dan kedalam.
c. Sesudah adzan, sebagaimana lain-lain waktu hanya ke-
dalam.
4. Takbir, Tarhim dan Ramadhan
a. Takbir ldul-Fitri, Idul Adlha dilakukan dengan penge-

9
ras suara keluar.
Pada Idul-Fitri dilakukan malam 1 syaww al dan hari 1
SyawwaL
Pada ldul-Adlha dilakukan 4 hari berturut-turut sejak
malam 10 Dzulhijjah.
b. Tarhim yang berupa do'a menggunakan pengeras-suara
kedalam. Dan tarhim berupa dzikir tidak menggunakan
pengeras suara.
c. Pada bulan Ramadlan sebagaimana pada hari dan malam
biasa dengan memperbanyak pengajian, bacaan Qur'an
yang ditujukan kedalam seperti tadarrusan dan lain-lain.
5. U pacara hari besar Islam dan Pengajian
Tabligh pada hari besar Islam atau Pengajian harus disam-
paikan oleh Muballigh dengan memperhatikan kondisi dan
keadaan audience (jama'ah). Expressi dan raut-muka pen-
dengar harus · diperhatikan dan memberikan bahan kepada
inuballigh untuk menyempumakan tablighnya baik isi ma-
upun cara penyampaiannya.
Karena itu tabligh/pengajian hanya menggunakan penge-
ras suara yang ditujukan kedalam, dan tidak untuk keluar
k~rena tidak diketahui reaksi pendengamya atau lebih se
ring ipenimbulkan gangguan bagi yang istirahat daripada
didengarkan sungguh-sungguh.
Dikecualikan dari hal ini, apabila pengunjung tabligh atau
hari besar Islam memang melimpah kelaur.
G. Hal-hal yang harus dihindari
Untuk mencapai pengaruh kepada ma~yarakat dan dicin-
tai pendengar, kiranya diperhatikan agar hal-hal berikut di
hindari untuk tidak dilaksanakan :
I. Mengetuk-ngetuk pengeras-suara. Secara teknis hal ini a-
kan mempercepat kerusakan pada peralatan di dalam
yang teramat peka pada gesekan yang keras.
2. Kata-kata seperti ~ percobaan-percobaan, satu-dua, dst.
3. Berbatuk atau mendehem melalui pengeras-suara ..

10
4. Membiarkan suara kaset sampai lewat dari yang dimak-
sud atau memutar kaset (Qur'an, Ceramah) yang sudah
tidak betul suaranya.
5. Membiarkan digunakan oleh anak-anak untuk bercerita
macam-macam.
6. Menggunakan pengeras-suara untuk memanggil-manggil
nama seseorang atau mengajak bangun (diluar panggilan
ad zan).

H. Suara dan Kaset


Seperti diuraik:an di depan, suara yang dipancarkan melalut
pengeras-suara, karena didengar orang banyak dan sebagian-
nya tentu orang-orang terpelajar diperlukan syarat-syarat
sebagai berikut :
I. Memiliki suara yang pas, tidak sumbang atau terlalu ke-
cii.

2. Merdu dan fasih dalam bacaan/naskah .

3. D alam hal menggunakan kaset hendaknya diperhatikan


dan dicoba sebelumnya. Baik mutu atau lamanya untuk
tidak dihentikan mendadak sebelum waktunya.
4. Adzan pada waktunya hendaknya tidak menggunakan
kaset kecuali bila terpaksa.
I. Pengeras suar~ pada Masjid, langgar atau mushalla di kam-
pung

I. Pada umumnya ketentuan yang ketat ini berlaku untuk


kota-kota besar yaitu Ibukota N egara, Ibukota Propin-
si dan Ibukota Kabupaten/Kotamadya. Yakni dimana
penduduk aneka w arna Agama dan kebangsaan, aneka
w arna dalam jam kerja dan keperluan ·bekeija tenang
di rumah dan lain-l<~in.
2. Untuk masjid, langgar dan mushalla di Desa/Kampung

ll
pemakaiannya dapat lebih longgar dengan memperhatikan
tanggapan dan reaksi masyarakat. K ecuali hal-hal yang dila-
rang oleh syara'. ,

Jakarta, 17 1uli 1978

12
LOKA KARYA

KETENTUAN PENGGUNAAN
PENGERAS SUARA
Dl MASJID/MVSHALLA
JAKARTA. 28 S/D 29 MEl 1978.

13
KEPUTUSAN
LOKAKARYA P2A PUSAT
TENTANG
"KETENTUAN PENGGUNAAN PENGERAS SUARA
DI MASJID/MUSHALLA"

BISMILLAHIRRAHM ANIRRAHIM

Loka Karya P2A Pusat (Pembinaan Perikehidupan Bera-


gama Islam) Ditjen Bimas Islam, Departemen Agama menge-
ngai Ketentuan Penggunaan Pengeras Suara di Mesjid/Mushala
yang diselenggarakan pada tanggal 28 s/d 29 Mei 1978 di Ja-
karta dan dihadiri oleh Majelis U1ama Pusat, Majlis Ulama
DKl Jakarta, Organisasi Mesjid Tingkat Pusat, Departemen Pe-
nerangan, Disrohis POLRI, Pejabat Departemen Agama.

SETELAH MENDENGAR
a. Pidato Pengarahan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Departemen Agama.
b. Prasaran-Prasaran oleh :
1. Drs.H. Ibrahim A.R. (IMAMI/DKM Pusat)
tentang "Fungsi Pengeras Suara Bagi Syi'ar Dan Kemak-
muran Masjid/Mushalla.
H.M. Djamil Latif S.H. (Ka Kanwi1 Departemen Agama
D K I) ten tang "Aspek H ukum dan Agama D alam Peng-
gunaan Pengeras Suara di Masjid/Mushalla".

3. Drs. Sudjoko Prasodjo (PTOI Pusat)


tentang "Penggunaan Pengeras Suara Da1am Ibadah Dan
Da'wah Ditinjau Dari Segi Psychologi Sosia1".
c. Pendapat-pendapat para peserta Loka Karya da1am pemba-
hasan umum.
MENGINGAT:
Persoalan tersehut dari segi hukum Agama Islam antara

l5
lain dalil-dalil dari :
a. Al Qur'an, Surat Al-Isra' ayat 110, Surat Al 'Araf ayat 55,'
dan 205, Surat Al-Hajj ayat 32.
b. Kitab "Fiqhussunah", Ji1id I, Bab "Adzan", halaman 117,
122 dan 251.
c. Kitab "Nailul Authar", Ji1id II, Bab "Fima Tushaanu 'Anhul
Masjid Wa Ma Ubiha Fiha", ha1aman 174.
d. Kitab "Assunan Wal Mubtada'at".

MEMUTUSKAN :
Mengambil kef';rnpu1an sebagai berikut :
1. Adzan adalah pcmberitahuan. ;ten tang masuknya waktu
dan panggilan shalat. Dilakukan oleh Muadzin, dengan
suara dan lagu yang merdu dan syahdu.
2. Shalat, do'a dan dzikir adalah ibadah langsung kepada
Allah SWT, dilakukan tanpa mengganggu orang lain yang
juga shalat, do'a dan dzikir diruangan Mesjid, Langgar
a tau Mushalla.
3. Penggunaan Pengeras Suara di Mesjid, Langgar atau Mu-
shalla secara rutin untuk menyiarkan adzan, shalat, doa
dan dzikir hendaknya memperhatikan ketentuan sbb.:
3.1. Penggunaan Pengeras Suara ketuar oleh Mesjid, Lang-
gar dan Mushalla hanya diperuntukkan :
a. Adzan pada waktunya, kecuali pada waktu shubuh
adzan pertama dilakukan paling awal 15 menit se-
belumnya.
b. Membaca Al-Qur'an menje1ang shubuh paling lama
12 menit sebe1umnya.
c. Takbir 'Idul Fitri dan 'ldul Adha.
3.2. Penggunaan Pengeras Suara kedalam Mesjid, Lang-
gar dan Mushalla dilakukan untuk kepentingan
jama'ah seperti :
a. lqomah.
b. Shalat
c. Do'a dan atau Tarkhim.
d. Ceramah dan atau Pengajian.

16
3.3. Tidak menggunakan Pengeras Suara keluar Mesjid,
Langgar atau Mushalla (di luar tersebut pacta· ayat
3.1.) untuk:
a. Dzikir.
b. Lain-lain yang dapat mengganggu orang-orang yang
beribadah atau tidur, seperti dengan pengumuman
pengumuman, panggilan untuk bangun dsb. (de-
ngan memperhatikan situasi dan kondisi setem-
pat).
4. Perlu usaha-usaha meningkatkan ketrampilan dikalangan
penguru~ Mesjid, Langgar dan Mushalla, dalam hal tehnis
alat-alat Pengeras dan pengetahuan tentang cara-cara meng
gunakan Pengeras Suara seperti melalui penataran qll.
5. Menganggap perlu adanya usaha-usaha untuk menyebar
luaskan kesimpulan-kesimpulan ini melalui pers, penerbit-
an, penataran dan lain-lain.

Jakarta, 29M e i 1978 M


21 Jumadil akhir 1398 H

17
PESERTA LOKA-KARYA:
1. K.H. SYKRI GOZALI t.t.d.
(M.U.I.)
2. K.H. HASAN BASRI t.t.d.
(M.U.I.)
3. K.H.RAHMATULLAH SIDIK t.t.d.
(M. U.-D.K.I.)
4. K.H.GOZALI SAHLAN t.t.d.
(M.U.-D'K.I.)
5. K.H.MUCHTAR NATSIR t.t.d.
(DEPARTEMEN AGAMA)
6. H. SOEDIRMAN t.t.d.
(PTDI-PUSAT)
7. K.H. MS.RAHARDJODIKROMO tt.d ..
(DKM-PUSAT)
8. H.AMIRUDDIN SIREGAR t.t.d.
(M.U.I.)
9. DRS'H.IBRAHIM A.R. t.t.d.
(IMAMI/DKM PUSAT)
10 H.SARBAINI KARIM t.t.d.
(IKMI-PUSAT)
11 H.YUSUF.BANDJAR t.t.d.
(PERMI-PUSAT)
12 H.ABDURRAHMAN BADJI t.t.d.
(DEPPEN)
13.H.SYAMSOEL BAHRY t.t.d.
(DEPPEN)
14 DRS. FADLUN AMIR t.t.d.
(JAM'IYAH N.U)
15 DRS' S.A. BUOY t.t.d.
(DISROHIS POLRI)
16 DRS.H.DAHLAN A.S. t.t.d.
P2A-PUSAT)
17 USEP FATHUDDIEN t.t.d.
(DEPARTEMEN AGAMA)
18 DRS.M.BAMBANG· PRANOWO t.t.d.
(P2A-'PUSAT)

18
19 DRS.ASRIL DARADJAT t.t.d.
(DEPARTEMEN AGAMA)
'20 DRS.DJOHAN EFFENDI t.t.d.
(DEPARTEMEN AGAMA)

19
LAMPIRAN:
~~,D~'-A
41~~Y_,c:b~_M~--------'
(\\ • .S~n.J !i\) .!JJ~~ ¢:?t~

--------- •:J~_,~~_;~.,)
• • \ • .. L....., \ \
:-"
(oou~~'J
u.
()_, ::>.., "d#.J fl:U ~ J ~_.)_/~\_, -'f
V-" oX; ~.) ,J·~~'-'.) u~ ~'&-"A,
(v.o uy~') ~u,
t . L·...t\\\ .s.\ :. t. · f.
6--" ~l!) WV-I:f~~~.) -------
I· . --'\J (_...) ~~\ L ···~
'-"'" ~- . 'J' ~~
1- "dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu, dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara
kedua itu ".
(Al-lsra, 110)
2- "Berdo 'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut".
(AlA 'raaf, 55)
1- "Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendah-
kan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengertJskan suara, diwak-
tu pagi dan petang. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai".
( Al A 'raaf, 205)
4- "dan barangsiapa menghormati syi'ar-syrar Allah, maka sesungguh-
nya itu timbul dari ketakwaan hati".
(Al Hajj, 32)
21
J_;~\~\l(Y.L,~Iu.)\;-~\d~- ~
\ \'\V¥ ~ \\'-' '\Y ·y 8\ ..J~ ...b l1

s ~
I • ~~ ~
~ 0\ ~ y' OJ
\ 0'~:¥'
1:, '.. .ol~ &~lc:..,;_,J_,;-~_.;4~~~
~c.(~\ J \s lc..)\ l.y~_, ~-'oO_, .. ~~
.y_,~_,\~~Y'Jr~Y~'~_)~~
. o.;j' d~~...__:...)~o'~.l· (\ . )
.l~ ~ \ cL..~
• .. - 1L · .. <.)· \()· ~-~
• (J-4P ··.., > - \J ~
• ••

~ '~ob'~~ > 1 ~~"'~_y,ae...r..u' _,


~-'~o
.. -z-_)\~~\d.l)\~~ .~~
..j.)\ ~J ~..J j}_ I~~~ \ 0\ J~ \\.>-'- 'd, -~ ~
\~\;··A-::--'~~~ (__;J \~ _:.) ~~ (j \ " _}L; J~
~~~.::!.;·~v
. ,.; t;~_,L ~~~~ . ·-'
~ \ ~-' ~ (>~j\.\ o J¥' U...Lo~ Y·t.:..\.;
~-'!'j\; ....L~-''r~0~~'~7jJ
.-J..-,_,~y.h.•U.)\ ~~~ dJ)\ ~ 0-" .\ . . . ~. , ~
J
J~t.. 0-'.'_, JL~'-' ~.Jw,., ..u-' 61,_.~
( \\V J_, :YI...J_f\ ~\~)

22
.. /'
-------- J~~~
..
.s.
-------- ~~~_,~J'~~1JI~\lo (V\)
~__;;_, c_G~~' J Jt; ~\}:,:; ~ ...."J' - i
_,
~'J:--' ~:, l::..J\ <5~l.-' ~w \~:A(o--
.su~~O_y.,o.li~JJ~S~·.:J'~
o ry' J ..::.u.s~
J..>.\ ~ ""'_, o..;.-.= ()-'~ 1::, J

~(>-'l__,c~~ ~'dli.sL:L~'~
J_,,o t1~J o(; ...J 0lj"dJ_,~, ~I
(J'J_) ~--:-' ~\ ~J ~ rL-' V..t:. c0.:> 1
~4' ~~ ~.,4.&.J~a'6'4!J-.L?' .:~_l
~~A~-0_j>;yJJ,_fo.~.JJ-.-.J o\ ~l.)/ Y\
., ..cJ..J.J~. 0~,y ~u_j_)'c;~~j)'
.U,~.J~ w~'~J_,~,.)~~_,
o_j_J.'oz)t..,yJ~,~~LS'J.)
~

iLL:....J.\~_F~~ r-fi6-P~ ~.,t;_,


"•!\ .. ~'. . '
0~69-'o-·~~~_,_)'~JZa~
~:, ~_,., u.· (_yJ u' c3:r e_;
~ ~_; j:, ~.Yo:~\~\&
o~J.\
23
·------- _,

~vy,o.1'~_) (\~)
~~~~_,~D~'typ>··
r - uY ' ~.s~J.,.,~.1 ~1,
4Y-'~- ~,~__.,.)~~o--~_,
~ rLA-' d••~~.J..C. dj)t <}..~,p ~~' iJ~
~~' c..-k ~-' 0_,.~ ~_, o.u \.;....\t ~
.:1 . L \ ~ l \ - \ h .. ~ ·· &, -\t
~J<.T-~<5~ u :u~ LSJ.~l;t
~
~~ ~ .J~~\-"_,}6·::-1..;"'~-'Y
-O~~~J~~
~ ~ ..Lr \ 5 l,_,

.~\S:_:...\''-'' ~..)..d' _\_.~~l1~~\5-'-'-'


~~,J~'~J~~d..b\
~lj\;_,_ji...JI~~sy~.:,~·
24
~0-!.~~~~J~~~
. ~:Y'J ~J~ ~ ~_r.!~_) l~
~~\_, M'-' ~L~J.\_,:>~'~...r.' ~~...)
-~'.bfJJ--c;_~JG_,
("6' _J_,~I ...t.J.)\ {~.•. h•=LP)

( -~'j '~~ <.d ~ &--'-~ --.: > r,O \\J_,


.-._l\:4_; .s~-" ~ ~~..o\y'~' ~..) jt;
lY' \..J\~\ .. ~_,~..:~~lJ..I,Odj)tj_,...,_J
(P\-:-Jy._s;'J ~ \; ~\~~_)\
o~\} ,~Lt..". AA'o_,c~V\, l}Ai.~
..l.::..b.~ ~ ~___,o..0.x.-\J\ y _; \ ~_y:J;
~'\\ J..:y\~\ ~~ ~_)
A ZAN
1} A zan ialah suatu pemberit'lhuan tentang masuknya waktu shalat de-
ngan lafadz tertentu. Dengan azan dapat memanggil orang berjama-
ah dan sebagai syi'ar agama Islam.
10} Apa yang seyogianya dilakukan oleh Muadzin.
Muadzin seyogianya melakukan hal-hal sebagai berikut :
6- hendaklah mengeraskan suaranya, walaupun ia sendirian di la-
pangan luas. Dalam sebuah Hadits dari Abdullah bin Abdu"ah-
man bin Abi Sha 'sha 'ah dari ayahnya, berkata Abu Said_Al-Khud-
ri : "Sesungguhnya aku melihat engkau senang dengan kambing
mu a tau di desamu, maka keraskanlah suaramu waktu azan kare-
na suara Muadzin itu menjadi sak$i di Hari Kiamat sejauh dide-
ngar oleh Jin dan Man usia. "

25
Abu Said berkata. saya dengar demikian itu dari Rasu/ullah
SAW (Hadits Riwayat Ahmad, Bukhari, Na-sai dan lbnu Majah).

(Fiqhussunnah, jilid I, 117)


7- hendaklah berhenti sebentar diantara satu lcalimat dengan kali-
mat dengan kalimat lainnya ........... .

21) Sesuatu yang dihubungkan dengan AZAN padahal bukan termasuk


azan ·············--
4- Bertasbih sebelum [ajar:
Di dalam Kitab IQNA 'DAN SY ARAHNYA disebutkan : Selain
pemberitahuan dengan AZAN sebelum [ajar seperti Tasbih, pu-
ji-pujian. do 'a dengan suara keras dan seumpamanya diatas Me-
nara, bukanlah suatu yang disunnahkan, bahkan tidak seorang
Ulama pun berkata bahwa hal itu mustahab. Bahkan termasuk
perbuatan bid'ah yang dibenci k.t.irena hal itu tidak terjadi pada
zaman Rasulullah maupun sahabatnya dan tidak ada dasar ter-
hadap perbuatan mereka. Maka tidak ada dasar bagi seseorang
yang akan memerintahkan dan tidak ada yang membantah bagi
orang yang tidak mengerjakannya. Tidak ada hubungannya un-
tuk beroleh rezki karcna perbuatan itu termasuk bid'ah dan tidak
mesti dilakukan, walaupun si wakif mensyaratkan demikian (yak
ni ia mewakafkan mesjid dengan syarat dilakukan tasbih, puji-pu-
jian, doa dengan suara keras) karena menyalahi sunnah Rasul.
Di dalam Kitab "TA LBIS IBLIS" karangan Abdu"ahman El Jau
zi disebutkan: "Sesungguhnya aku melihat orapg yang bangun
rna/am banyak berada di atas Menara azan, berzikir, memberi na-
sehat, membaca al Qur'an dengan suara keras sehingga meng-
ganggu orang-orang yang tidur dan mengacaukan bacaan orang-
orang yang sedang tahajjud. Semuanya itu termasuk perbuatan
yang mungkar ".
A 1-hafidz Jalaluddin A ssayuthi dalam kitabnya A LFA TH me-
nyebutkan demikian : "A pa yang dilakukan sebelum Subuh dan
sebelum Jum 'at seperti tasbih dan shalawat bukanlah terma -
suk A ZAN baik dari segi bahasa maupun syari 'at".
(Fiz:lhussunnah,jilid I, 122).

26
MASJID

3 Mengeraskan suara di dalam mesjid.


Haram mengeraskan suara di dalam mesjid yang mengganggu orang
shalat sekalipun membaca al-Qur'an, kecuali be/ajar ilmu. Dari Ibnu
Umar, bahwa Nabi SAW masuk ketengah-tengah orang dan mereka
sedang shalat dengan suara yang tinggi dalam bacaan. Nabi bersabda:
"Sesungguhnya orang yang shalat itu bermunajat {berdialog) dengan
Tuhannya, hendaklah memperhatikan dengan cara bagaimana ia mu-
najat (berdialog)? Janganlah diantara kamu mengeraskan suara atas
yang lain dalam membaca al Qur'an ".
(I/.,Jit~ F.iwu.)'UI Ahmad)

D iriwayatkan dari A bi Said A 1-K hudri, bahwa N abi SA W ketika i 'ti-


kaf di mesjid, mendengar mereka mengeraskan suara dalam bacaan,
lalu beliau menyingkap tabir dan berkata : '1ngatlah bahwa masing-
masing kamu sedang munajat {berdialog) dengan Tuhannya. Jangan-
lah sebagian kamu mengganggu sebagian lainnya dan janganlah sebagi-
an kamu meninggikan suara di atas yang lainnya ".
(Hadits Riwayat Abu Daud, Na-sa-i, Baihaqi dan-
Hakim).

(Fiqhussunnah, jilid /, 251 ).

Dalam Dua K itab Shahih (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim} dirf-
wayatkan dari A bi Musa al-A sy 'ari, katanya :
"Orang-orang banyak meninggikan suara mereka dalam berdoa, laiz-
tas Nabi bersabda: "Wahai manusia. Tahanlah diri (suaramu) karena
sesungguhnya kamu bukanlah menyeru orang yang pekak {tuli} dan
tidak pula orang ya11g ghaib (ia 'hadir ). Sesungguhnya yang -kamu seru
itu adalah Zat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat, sesungguh-
nya yang kamu ~eru.itu adalah lebih dekat kepada salah seorang ka-
mu dari tengkuk {hewan) kendaraannya .......... "

(Fiqhussunnah, jilid I, 591 ). -

27
~ dt._,~u' ~0~\.i? ~~y~
~~~,0 dJ.)' J..Y..J ._jt;Jt; ~~~-' \}'- _,
~~~~J~~~~~__,y~
-.:.-> t. ~' ~' u, \.~ \Jl , ~. rdlL.;;,

-~~'4J~~~Ut

~-r.:~t.>t~,J~,:>~~<Y\'Y.J
u~ ~
'-~j_,{~~~~~J_,
. v _. .. . ~r- •

-:~-lL~ J \ ~.)\ 0t; ~~.,t;J.\~_,\ts__,u _,,


.. ~. ~
. Ll_. ·-~- r .. __,-~:..,
J d_.o-J l ~~ \ ~ 6 ._s'
~. ~_,_, :..r

( \V/\- \V~ ~\:JI ~~),b_,~\~)

TENTANG SESUATUYANG BOLER DIPERBUATDALAMMAS-


JID DAN YANG TIDAK BOLER

1- DariA bu Hurairah katanya : "Rasulullah SAW bersabda : "Barang


siapa mendengar seseorang di dalam mesjid mencari orang sesat, kata-
kanlah kepadanya, Tuhan tidak menunaikan maksudmu, karena mes-
jid tidak dibangun untuk itu ".

Tidak salahnya mengucapkan puji-pujian di dawm Mesjid sekira tidak


dikeraskan suaranya sampai mengganggu orang shalat atau membaca

28
a/ Q ur 'an a tau sedang menunggu untuk shalat. A pabila perbuatan itu
membawa kepada hal yal'lg demikian hukumnya makruh, kalaupun
orang mengatakan haram tidaklah begitu jauh, ......... "

(Nailul A uthar, Jus Jl, 174 -178).

r
~~ ~_r>-Jl' __,f:, ~J.) ~ {)-":,; ulS' ~ -\
~~~~0-"~<S->-~..b-\~~~ -'"'
iY'~~cU.)~ Jj) ~ ' ()->~ y cU.)\_,-~
c (_).}):,;' )

&---~')} ~.ll\j\; ~ ~..\)\ __)_,.-"'_,~ iJ-" ~


(~_,LSJ~,6~_;_} ~~~~

'~'.lV_,~y_\;Y_:l;t;~~' -f.
(c~4~~\) 10_;~y.»~\
I. "Barangsiapa yang benar·benar perc.~ya kepada Allah dan Hari K emu
dian, maka hendaklah menghormati tetangganya".
2. "Tidaklah sempuma imJn seseorang kamu sehingga tetangganya da·
pat merasa aman dari gangguannya "'
3. "D emi Allah, dia tidak beriman; demi Allah, dia tidak beriman demi
Allah, dia tidak beriman ! "
D itanya : "Siapa.'cah dia ya R asulullah?"
Jawabnya : Siapa yang jirannya tidak a man dari gangguan-gangguan-
nya".
(Had its Bukhari-Muslim)
4. Pernah Sayidina Ali keras-keras membaca shalat dan do 'anya disam-
ping orang tidur, maka Rasulullah menegurnya, sabdanya: "Bacalah
untuk dirimu sendiri, karena engkau tidaklah menyeru kepada Tuhan
yang tuli serta jauh, tetapi engkau menyeru kepada A Ilah Yang Maha
Mendengar dan D ekat ".

(Kitab Sunan wal Mubtada'at).·


29
SAMBUTAN OIREKTUR JENORAL BIMAS ISLAM PADA
PFMBUKAAN LOKAKARY A "KETENTUAN PENGGUNA
AN PENGERAS SUARA DI MASJID/MUSHALLA"
JAKARTA, 28 MEl 1978
Assalamu'alaikum Wr. Wb.,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadi
rat Allah SWT karena dengan Rahmat dan Inayah-Nya Loka-
karya tentang "Ketentuan Penggunaan Pengeras Suara di Mes-
jid/Mushalla" yang diselenggarakan oleh P2A Pusat, dapat di-
buka penyelenggaraannya pada malam ini.
Kegiatan ini sangat kami hargai dan kami sambut de-
ngan gembira karena berbagai hal,:
Pertama: ·· ·-
Lokakar}ra ini mencerminkan adanya keija sama yang har-
monis antara instansi Pemerintah dan Lembaga-Lembaga Kea-
gamaan swasta, sebagaimana terlihat dari peserta yang hadir
dalam Lokakarya ini. Teijadinya keija sama yang harmonis
antara Pemerintah dan lembaga-lembaga keagamaan swasta
atau pun masyarakat bagaimanapun memang mutlak diperlu-
kan, lebih-lebih dalam masalah "kemasyarakatan dan sekaligus
keagamaan seperti masalah penggunaan pengeras suara di Mes-
jid/Mushalla ini.
Kedua:
Thema daripada Lokakarya ini adalah tentang "Ketentuan
Penggunaan Pengeras suara di Mesjid/Mushalla". Pengeras sua
ra adalah salah satu hasil teknologi komunikasi yang sangat
besar manfa'atnya bagi setiap usaha memperluas daya jang-
kau sasaran komunikasi massa. Sedangkan mesjid/mushalla
disamping berfungsi sebagai pusat ibadah adalah berfungsi pu-
la sebagai pusat da'wah. Dan Da'wah pada hakekatnya adalah
merupakan usaha mengkomunikasikan ajaran agama kepada
seluruh ummat manusia, karena agama sebagai message harus
dikomunikasikan kepada seluruh ummat manusia. Dengan de-
mikian memang merupakan keharusan bahwa dalam dunia _ke

31
munikasi modern seperti sekarang ini mesjid/mushalla sebagai
pusat da 'wah memanfa'atkan sebaik-baiknya hasii kemajuan
teknologi komunikasi seperti pengeras suara disamping media
lainnya.
Namun demikian merupakan keharusan pula kiranya
bahwa dalam pemanfa'atan hasil kemajuan teknologi"tersebut
senantiasa tetap dalam kerangka "da'wah bit hikmah wal mau
'i dzotil hasanah", sehingga pemanfa'atan pengeras suara ter-
sebut benar-benar membuahkan simpati dan bukan sebaliknya
yakni malahan menimbulkan anti pati.
Karena hal-hal tersebut di atas, maka kami mengharapkan da-
ri Lokakarya yang pesertanya terdiri dari unsur-unsur Ma-
jelis Ulama Pusat dan DKI, Organisasi Mesjid Tingkat Pusat,
Disrohis Polri, Bimrohis Kejaksaan Agung, Humas Departe-
men Penerangan, Pimpinan Muhammadiyah dan Nahdzatul
Ulama disamping Departemen Agama sendiri dapat dilahirkan
pemikiran-pemikiran yang dapat dijadikan semacam pedoman
bagi penggunaan pengeras suara tersebut selaras dengan fung
si mesjid/mushalla sebagai Pusat Da'wah disamping sebagai
Pusat lbadah yang harus dapat memancarkan syi'ar Islam me
nimbulkan rasa simpati, cenderung dan gandrung kepada Is
lam, kerasan bertempat tinggal dekat mesjid dan bukan seba
liknya.
Pengeras Suara Bagi Mesjid/Mushalla di Desa dan di Kota.
Sebagairnana dimaklumi bahwa wajah dan suasana ke-
hidupan masyarakat di desa dan di kota adalahjauh berbeda.
Masyarakat Desa pada umumnya adalah homogen~baik dari
segi adat istiadat, kebudayaan, mata pencaharian, tata hidup
rnaupun agarna. Penduduknya tidak begitu padat, jarak dari
rurnah yang satu dengan yang lain relatif lebih jauh dan tidak
dibisingi oleh hiruk pik.uknya kendaraan bennotor. Oleh ka-
rena itu suasana desa pada umumnya adalah tenterarn, tenang
dan darnai atau bahkan sunyi dan sepi. Mata pencaharian pen-
duduk desa pada urnumnya adalah'bertani dan.aktivitas ker-

32
janya di sawah atau ladang adalah pada waktu pagi dan sore
hari den~n waktu luang dan santai yang relatif Iebih panjang.
Dalam suasana kehidupan yang demikian tentunya pengguna-
an pengeras suara di mesjid/mushalla tidak ~k:m menimbul-
kan ekses negatip sama sekali, bahkan seballkriya akan memo1
kin suasana "syahdu", "hidup" dan "grengseng" atau bergai-
rahnya syi'ar kehidupan beragama pada desa bersangkutan.
Kalau toh ada masalah maka masalahnya barangkali adalah
masih belum meratanya atau masih kurangnya penggunaan pe
ngeras suara pada mesjid/mushalla di desa-desa itu sendiri.
Berlainan dengan wajah dan suasana kehidupan masyara-
kat desa, maka masyarakat kot:t pada umumnya adalah berco
rak kehidupan heterogen. Makin besar satu kota makin ~1etero
gen pula corak kehidupan 'masyarakatnya. Masyarakat k0.a
besar pada umumnya terdiri dari berbagai suku bangsa de-
ngan berbagai adat kebiasaan, berbagai macam agama dan ber
bagi macam pula mata pencahariannya yang otomatis beraki
bat perbedaan mengatur waktu bagi kelompok-kelompok ter-
sebut1 sesuai dengan jenis pekeijaan mereka. Ada yang beker-
ja mulai pagi dan pulang di waktu sore, ada yang mulai beker-
ja diwaktu sore dan pulang setelah malam dan ada pula yang
bekeija mulai tengah malam dan pulang diwaktu pagi. De-
ngan demikian waktu luang dan istirahat bagi orang-orang ko-
ta berbeda-beda pula. Tambahan lagi suasana kehidupan kota
serba d~liputi kesibukan dan hiruk pikuknya kendaraan yang
berlalu-lalang. Oleh karena itu suasana tenang, damai dan san-
tai menjadi sesuatu yang sangat berharga dan didambakan ba-
gi orang kota yang mana hal itu diharapkan diperoleh diwaktu
istirahat mereka d i rumah tinggal masing-masing.
Berdasarkan hal tersebut di atas kiranya st:dah seharus-
nya dalam penggunaan pengeras suara bagi masjid /mushalla
di kota-kota haruslah dilakukan dertgan mempertimbangkan
w~jah dan suasana kehidupan masyarakat kota yang serba he
terogen dan serba diliputi kesibukan serta kepentingan terse
but. Dengan kata lain adanya p~ngeras suara di mesjid/mu

33
shalla yang pada umumnya terletak di tengah-tengah daerah
pemukimant itu haruslah difungsikan sedemikian rupa sehing-
ga· yang mengalun dari pengeras suara tersebut hendaknya me-
nimbulkan rasa sejuk, nyaman dan syahdu dilubuk hati merc-
ka yang mendengamya. Dan bukan sebaliknya yakni menim-
bulkan kesan ribut, gaduh dan herlebih-lebihan tanpa menge-
nal waktu dan masyarakat lingkungan.
Message/Pesan melalui Pengeras Suara di Masjid/Mushalla
Agar supaya message atau pesan yang dialunkan oleh Pe
ngeras Suara di Mesjid/Mushalla itu bersifat attractive dan
bukan negatip kiranya perlu dipikirkan antara lain materi apa
saja yang sesungguhnya perlu dikumandangkan melalui pcnge
ras suara tersebut. Sepanjang pengetahuan kita selama ini y~ng
dikumandangkan melalui pengeras suara di masjid-masjid/mu-
shalla terutama di kota-kota adalah berupa bacaan ayat suci
AI Qur'an, tarkim, adzan, pujian, iqomah, dzikir, do'a, khut-
bah Jum'at dan ceramah/kuliah subuh. Tentu saja itu semua
adalah hal··hal yang baik dan utama. Hanya saja dalam hal ini
kiranya perlu diingat ungkapan yang menyatakan bahwa :
"nyanyian yang baik haruslah dibawakan oleh penyanyi yang
bersuara baik dan dengan cara yang baik pula agar dapat men-
jadi suguhan yang baik bagi pendengamya".
Memang betapapun bagus dan indahnya susunan kata-ka
ta dan irama dari sebuah nyanyian, tetapi apabila yang mem-
bawakannya tidak b~ik, maka akan menimbulkan kesan yang
tidak baik pula. Sebaliknya walaupun susunan kata-kata dan
irama dari sebuah nyanyian kurang baik, tetapi aibawakan
ol6h penyanyi dcngan suara dan cara yang baik; maka akan
merupakan suguhan yang baik dan menarik.

Ungkapan tersebut di atas kiranya dapat pula diterapkan


dalam hal penggunaan pengeras suara di mesjid/mushalla. Pem
bacaan ayat suci AI Qur'an adalah baik, ceramah agama ada-
lah baik, dzikir dan do 'a adalah baik, tetapi kiranya tidak
akan selalu menjadi oesan (message) yang baik apabila dilaku-

34
kan dengan cara yang kurang baik dan menimbulkan kesan
berlebih-lebihan serta pada waktu yang tidak tepat. DemikiQn
lah pula apakah perlu bahwa acara-acara tersebut (tarhim, pu-
jian, dzikir) semuanya dikumand · ·tgkan keluar? Lebih-lebih
apabila yang dikumandangkan itu hanya berasal dari cassete.
Dalam hbungan ini kiranya perlu dijadikan bahan perban-
dingan bahwa di Mekkah AI Mukarromah sendiri sebagai pu-
sat agama Islam yang selalu dikumandangkan melalui pengeras
suara terutama adalah adzan dan iqomah saja.
Seiain dari segi materi kiranya perlu pula dibahas peng-
gunaan pengeras suara di mesjid/mushalla dari segi lain seperti
dari segi waktu dan sasarannya. Dari segi waktu kiranya tidak
pada tempatnya apabila jauh sebelum waktu sholat tiba pe-
ngeras suara telah dibunyiL. sehingga sangat mengganggu ba-
gi mereka yang memerlukan istirahat dari cape dan penatnya
kerja. Sedangkan dari segi sasaran kiranya tidak pada tempat-
nya pula apabila suara yang dikumandangkan terdengar jelas
dan keras jauh keluar mesjid/mushalla sedangkan bagi audien-
ce/pcngunjung di daiam mesjid/mushalla sendiri justru tidak
terdengar jelas karena suara terbuang_iauh keluar. Oleh sebab
itu bag1 masjid/mushalla di kota-kota mungkin lebih tepat
dan bijaksana apabila pengeras suaranya selain untuk adzan ·
di arahkan terutama kepada audience yang berada di dalam
wasjid/mushalla, kecuali tentunya pada peringatan hari-hari
besar seperti Maulid N abi, Isro Mi'raj dan sebagainya yang
memang audiencenya bersifat massal.

Penutup
Selanjutnya perlu diperhatikan kiranya pendapat ahli 11-
mu Komunikasi seperti Harold Lassweii,Zimerman dan Bauer.
Mereka berpendapat bahw a suatu komunikasi hanya akan ef-
fektif apabila menunjang harapan dan keinginan sosial bagi ko-
munikasi baik individu atau kelompok. Berdasarkan hal itu ki-
ranya dapat dinyatakan bahw a penggunaan pengcras suara di
masjid/mushalla haruslah dilakukan dengan memperhitungkan

35
kondisi psiko-sosial dan kulturil serta kebutuhan dari masyara
rakat di sekitar masjid/mushalla yang bersangkutan. D akw ah
"bil hikmah wal mau'idzotil hasanah" kiranya harus pula di-
terapkan dalam penggunaan hasil teknologi komunikasi beru-
pa pengeras suara di masjiJ/mushalla. Demikian pula "Islam
sebagai Rohmatan Iii 'Alamien'l"kiranya harus terpancar dari
setiap alunan suara yang berkumandang dari pengeras suara
masj id/ m ushalla.
Oleh karena itu kami mengharapkan semoga Lokakarya
"Ketentuan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid/Mushalla"
ini berjalan lancar dan dapat membuahkan hasil-hasil yang
konkrit dan positif bagi syi'ar Islam pada umumnya dan bagi
penggunaan pengeras suara di masjid/mushalla pada khusus-
nya, agar hal itu tetap menunjang citra masjid/mushalkl seba-
gai Pusat Dakwah dan Ibadah.
Akhirnya kepada panitia pelaksana, para pemrasaran,
serta segenap peserta Lokakarya kami ucapkan SeJamat Ber-
lokakarya, semoga kita semua senantiasa dianugerahi Rahmat
dan Hidayah Allah SWT. Amien.

36
FUNGSI PENGERAS SUARA BAGI SYI' AR
DAN KEMAKMURAN MASJIO/MUSHALLA
oleh Drs.H.Ibrahim A.R.

I. Pendekatan Masalah :
Berbicara tentang "Fungsi Pengeras suara bagi syi'ar dan
kemak_!Iluran masjid/mushalla" kita tidak dapat melepaskan-
diri dari berbicara ten tang "Fungsi adzan" karena satu dengan
yang lain mempunyai segi-segi fungsi yang bersamaan, atau
yang pertama menjadi alat bagi yang kedua dalam usaha me
ningkatkan daya guna dan manfaat dari fungsi itu.
A.9zan menurut lughah berarti j'lam, yang dapat diartikan
dengan pemberitahuan, pennakluman (pengumuman), atau
n.ida'· yang berarti panggilan, seruan.
Adzan dengan arti demikian terdapat dalam ayat-ayat
A1-Qur'an, an tara lain :

~'\-t'V"'UtJt 0..,-;...,.J-' clU'o-· 0,_,\_, _,


-=L-JYJ-'~P'O-.. ts_r..dJ)to~'Y'
("': "j-:---•;.11)
Artinya : "Dan inilah suatu permakluman dari pada Allah dan Rasul·
Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya
Allah dan Rasulnya ber/epas diri dari prang·orang musyrik." (Q.S At·
Taubah: 3)

Artinya : "Kemudian mengumumkan oleh seseorang yang mengumum·


~an : hai kafilah sesungguhnya kamu adalah pencuri·pencuri. "(Q.S. Yu·
suf: 70).

37
j,.

&-,. ~ L_,. ~_)~.) ~\~\~\ ~.)\\~\ ~ -¥'


\_,:-J:,t~·~ot; . ~_;..po'~_,J,
(\VI\- \v4\: ~1) 4,-~,_,c:UJ'lY''-:-"~'
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang beriman. Maka jika kamu
tidak mengerjakan maka umumkanlah (ketahuilah) bahwa Allah dan Ra
sul-Nya akan memerangimu ". (Q.S.Al-Baqarah : 178 dan 179 ).

Artinya : "Dan serulah kepada manusia (panggillah mereka) untuk me-


ngerjakan haji. "(Q.S.Al-haj: 27).

Adapun arti adzan menurut istilah ialah :


.>
·~.......,,o~1;L:J~ ~~..o.J' c:..~Y. ~';;\ r
Artinya : "Pemberitahuan, permakluman (pengumuman) tentang wak
tu shalat dengan (menggunakan) lafadz tertentu ".

II. Fungsi Adzan


Adzan disyari'atkan di Medinah pada tahun pertama Hi-
jriyah. Diriwayatkan bahwa sewaktu kaum muslimin sudah
cukup banyak terdapatlah kesulitan tentang cara memberita-
hukan masuknya waktu shalat. Diantara sahabat ada yang me
ngusulkan agar ditiup terompet sebagai pertanda masuknya
waktu shalat. Akan tetapi usul tersebut ditolak oleh Nabi ka-
rena serupa dengan orang Yahudi. Sahabat yang lain mengu-
sulkan agar membunyikan lonceng saja. Usul yang kedua ini
juga ditolak karena serupa dengan yang dilakukan oleh kaum
Nashara. Yang lain lagi mengusulkan pula dengan membuat

38
0 yala api tinggi-tinggi. Namun Nabi menolak juga karena se-
rupa dengan kebiasaan di kalangan kaum Majusi.
Demik.ianlah dalam permusyawaratan tersebut belum
berhasil ditemukan suatu cara untuk memberitahukan masuk
nya waktu shalat dan sekali gus memanggil kaum muslimin
berkumpul untuk mengerjakan shalat jama'ah. Sampai akhir-
nya sahabat Abdullah bin Zaid bermimpi didatangi oleh seo-
rang lelaki dan mengajarkan ad zan kepadanya. Mimpi tersebut
dibenarkan oleh Nabi dengan sabdanya :

Artinya : "Sesungguhnya itu adalah mimpi yang be!lar" Dan sejak itu
disyari'atkanlah adzan.

Dari peristiwa tersebut di atas dapatlah ditarik kesim-


pulan tentang fungsi adzan, antara lain ialah :
a. sebagai pemberi tahu tentang telah datangnya waktu shalat.
b. sebagai penyeru agar kaum muslimin berkumpul untuk me-
lakukan shalat jama'ah ditempat yang telah ditentukan
(masjid/mushalla).
c. sebagai syi'ar dan gema yang menggugah hati pendengar un-
tuk bersiap melaksanakan kewajiban shalat.
Fungsi tersebut semakin jelas apabila kita memperhati-
kan hal-hal yang berikut :
a. Lafadz-lafadz adzan diucapkan dua-dua kali, sedangk.an iqa
mah tidak demikian. Dua-dua kali itu dimaksudkan supa-
ya lebih menggugah hati dan mendapat tanggapan yang se-
rius dari pendengar.
b. Pacta shalat shubuh terdapat tatswib faitu lafad;::;

rP'(r-P.~~'-'~'
yang juga diucapkan dua kali. Tatsbib ini berfungsi mem-
bangunkan orang tidur dan menggerakkannya untuk da
tang beJjama'ah ke masjid/mushalla.

39
c. Dilakukan di ternpat yang tinggi, agar jangkauan suara le-
bih jauh dan luas kesekitar rnasjid/mushalla.
d. Diutamakan kalau muadzdzin bersuara baik (rnerdu) untuk
lebih berdaya guna dalarn rnenggugah hati dan rnemikat.
e. Diucapkan dengan suara yang keras (berbeda dengan iqa-
rnat) agar kedengaran bagi orar.g yangjauh.
f. Berpaling kekiri dan kekanan (memalingkan muka kekiri
dan kekanan) agar suara rnelebar kesegenap arah.
g. Adanya dua adzan dipagi hari. Yang pertarna dilakukan be-
berapa saat menjelang rnasuk waktu shalat subuh. Fungsi-
nya untuk membangunkan orang tidur.
h. Pada rnasa khalifah Usman bin 'Affan dilakukan dua adzan
untuk shalat jum'at, karena diwaktu itu urnat Islam bukan
saja sudah sangat banyak dan berkeliaran jauh dari rnasjid,
melainkan juga sudah sangat sibuk dengan berbagai kesibuk
an yang rnenyebabkan orang terlupa dengan sudah dekat-
nya waktu shalat jurn 'at. Mereka ban yak datang ke mesjid
setelah imam naik di atas rnimbar sehingga tidak sernpat
mendengar khutbah. Usrnan rnenyuruh rnelakukan dua ad-
zan untuk menghilangkan keadaan yang tidak baik itu.
Dalarn hal perbuatan khalifah Usman ini rnengandung pu
Ia fungsi khusus dari adzan pertama yaitu rnemberikan pelu-
ang kepada pihak-pihak yang sibuk untuk segera berbenah me
nyiapkan diri pergi ke masjid, rneninggalkan dagangan (bagi
yang berdagang), meninggalkan-kantor (bagi yang berkantor),
meninggalkan kebun dan sawah ladang (bagi petani), mening-
galkan segala keija dan usaha yang menyebabkan orang sibuk-
dengannya dan terlambat datang ke mesjid.
· Dari statuta adzan tersebut ayat a sarnpai dengan f di-
tambah dengan hal yaL~ tersebut aya!_g dan h sernakin jelas-
lah bagi kita ~pa dan bagairnana fungsi ad zan itu. Fungsi besar
dalam pelaksanaan ibadat shalat yang merupakan "tiang aga-
ma" ini ada padanya. Sekali lagi kami hendak menyimpulkan
sebagai berikut :
Adzan berfungsi :

40
1. Sebagai pemberi tahu tentang datangnya waktu shalat.
2. Sebagai penggugah hati dan penggerak umat untuk mengi
ngat kepada kewajibannya.
3. Sebagai penyeru untuk datang berkumpul ke masjid melaku
kan shalat jama'ah.
4. Sebagai syi'ar kebesaran ibadah ini.
5. Sebagai pembangun orang tidur (shalat shubuh).
6. Sebagai pengingat khusus bagi yang sering dilalaikan oleh
kesibukan-kesibukan.

III. Fungsi Pengeras Suara.


Setelah kita ketahui fungsi adzan, kiranya dengan mudah
dapat kita ketahui fungsi "Pembesar Suara" yang digunakan
untuk menyuarakan adzan itu, baik adzan langsung dari sec-
rang muadzdzin maupun adzan rekaman, yaitu untuk ME-
NINGKA TKAN DAN LEBIH MEND AY A.. GUNAKAN fung-
si adzan, atau dengan perkataan lain untuk menjadikan adzan
ber''ungsi dan berdaya guna lipat ganda.
Bahwa dunia sekarang sudah sangat ramai dan terlalu si-
buk, terll'asuk dunia dan umat Islam, terutama di kota-kota
besar, sudahlah sam a diketahui. Para pedagang, kaum pekeija,
orang yang lalu-Jalang di jalan raya seakan-akan berlomba de-
ngan waktu sehingga sering kali mereka terlalai dari waktu
shalat dan terlupa terhadap kewajiban beribadat. Lebih-lebih
lagi bagi mereka yang bekeija di 'kantor-kantor, di pabrik-pa-
bnk, pelabuhan, stasiun, rumah-rumah makan (restoran), pu-
sat-pusat perdagangan dah pertokoan, pelayan-pelayan kenda
raan dan alat-alat komunikasi, atau yang bekeija di ruangan
tertutup. Semuanya hampir tak sempat mendengar adzan
yang disuarakan oleh muadzdzin (tanpa pembesar suara) wa-
laupun dilakukan di puncak menara. Dan memang tidak akan
kedengaran karena suara adzan yang tanpa perri.besar suara itu
hilang tenggelam dalam kebisingan lalu lintas atau tertelan-
oleh deru suara mesin dan lain lain.
Semuanya tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

41
Semuanya berkejaran dengan waktu. Mereka benar-benar te-
lah lupa kepada peringatan Tuhan :

f;)~_}Y_,~~'~.Y~\O:lJ'~~
u_,_,...,,.:l\~ ~~-' t; ..:..u.; ~ ~ dJ)~ ac- _J

( '\ ~ --.:._...,__;; \.:J')


Artinya : "Wahai orang·orang yang beriman janganlah hartamu dan
anak·anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa
ya1_1g berbuat demikian mereka itulah orang·orang yang rugi ". (Q.S.Al·
Munafiqun : 9 ).
Dalam ayat tersebut di atas, Tuhan menyebutkan '·harta
mu" sebagai hasil pendapatan dari "kesungguhan dan kesibuk
an kerja". Jikalau "harta" tidak boleh melalaikan kit a dari me
ngingat Allah (termasuk shalat pada waktunya) tentu demi-
kian pulalah dengan "kerja dan semua kegiatan" yang melibat
kan kita dalam mencari atau menghasilkan harta itu. Keija
kasar atau halus di kantor, di pasar, di jalan raya, di bawah
derunya suara mesin dan sebagainya sama saja. Semuanya ti·
dak boleh melalaikan kita. Dan kalau hal tersebut terjadi, ma-
ka rugilah yang bersangkutan.
Dalam surat Al-Jum'at ayat 9 Tuhan berfirman :
. .. ~ n \ .> ~,_.
(-'::"'()--A a ~ll <S .)_;d ~ ~ \ 07. .1\ \~ \\.,
p_;Gd'~_):,_,dj)~~~~\;w·~
~ -~·. \'
. u_y}...:iJ ,-. <1 ·.
. 0~ 1r~
Artinya : "Wahai orang yang beriman, apabila dipanggil kepada shalat
dihari Jum 'at, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah dan ting·
galkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu me·
ngetahui".
Ayat tersebut di atas mengatak.an : "Apabila dipanggil
kepada shalat dihari Jum'at'.'Tidak dijelaskan :

42
a. berapa kali panggilan
b. dengan apa dipanggil
c. pada saat mana panggilan itu dilakukan.
Namun hal·hal tersebut yang bersifat technis agaknya te-
lah teijawab dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh
Nabi dan praktek-praktek yang beliau (suruh) lakukan, yaitu:
a. panggilannya satu kali kecuali dipagi hari untuk shalat shu-
huh.
b. dipanggil dengan lafadz-lafadz menurut yang diperoleh oleh
Abdullah bin Zaid dalam mimpinya.
Pada masa Nabi umumnya kaum muslimin telah berkum
pul di masjid sebelum waktu shalat Jum'at masuk, sehingga
ad zan tidak perlu dua kali dan tidak perlu pula kepada sesuatu
yang berupa "pra-i1am" dengan bacaan-bacaan ayat AI-Qur'
an (umpamanya) dan sebagainya. Begitu waktu Jum'atmasuk
orang sudah siap duduk dengan teratur di tempat (dishaO dan
adzan segera dimulai.
Hal ini dapat dibuktikan dengan teijadinya peristiwa
"keluar dari masjid" ketika kebetulan pada suatu hari Jum'at
ketika Nabi sedang berkhutbah, datanglah serombongan ka-
filah dagang dari negeri Syam ke Mekkah dengan membaw a
barang-barang baru yang biasanya harganya lebih murah. Para
pedagang yang sejak sebelum masuk waktu shalat sudah bera-
da dalam masjid, begitu mendengar teriakan suara kafilah da-
gang yang bam datang itu, segera bangun dari duduk dan ber-
lari keluar walaupun dikala itu Nabi sedang berkhuthbah, se-
bagaimana diceritakan Tuhan dalam frrman-Nya :
,
U\.;~_£:;_,~\~~\~_,\~.J~L,~t.;L,
~ JJ) ~ . ~~~_ftlll 0J..fo. .W'..h.c. GjJ
(\\ d~\) ~j~h
! ..

43
Artinya : "Dan apabila mereka melihat perdagangart (perniagaan) atau
permainan. mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggal-
kan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhuthbah). Katakanlah :
"Apa yang disisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan pemia-
gaan. Dan Allah sebaik-baik pemberi rezki." (Q.S.Al-Jum 'at : 11 ).

Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya hal ihwal


kepatuhan dan kesiap-siagaan pergi ke masjid pad a hari J urn'
at, karena sebab-sebab yang telah kami sebutkan di depan ta-
di (lihat halaman 3) menjadi longgar. Kesibukan dagang dan-
kerja telah sed-ikit melalaikan mereka. Harta dan bislriis ·telah
mengalpakan mereka. Mereka telah banyak yang telat datang ke
mesjid, datang setelah dipanggil (adzan), datang setelah kha-
tib naik di atas mimbar.
Khalifah Usman bin Affan prihatin sekali melihat keada-
an ini. Ia me rasa terpanggil oleh tanggung jawab kepada Tuhan
dalam mengingatkan (memberi tadzkirah) kepada orang-orang-
yang lalai, lengah dan alpa -dari dzikrullah (shalat) agar umat
Islam tidak termasuk dalam golongan yang rugi (seperti terse-
hut dalam ayat 9 Surat Al-Munafiqun tadi).
Itulah sebabnya (barangkali) beliau setelah berijtihad la-
lu mengadakan adzan dua kali. Adzan pertama beberapa me-
nit sebelum adzan waktu untuk mengingatkan orang-orang si-
buk bahwa waktu shalat telah diambang pintu, dan untuk
memberi peluang kepada mereka bersiap-siap datang ke mas-
jid sebelum khatib naik di atas mimbar.
Andaikata beliau masih hid up pada saat ini, atau kesibuk
an-kesibukan dan keramaian seperti sekarang ini teijadi dima
sa beliau, sedangkan pembesar suara belum ada, mungkin be-
liau akan menyuruh mendirikan menara adzan disetiap per-
simpangan jalan dan ujung-ujung lorong, disetiap kantor dan
pabrik, disetiap pasar dan tempat-tempat yang sibuk, disetiap
stasiun dan tempat perhentian his dan pada waktu yang sama
berpuluh-puluh muadzdin yang bertugas dipos-pos (menara)
tersebut secara serentak menyuarakan adzan. Sebab, untuk

44
menambah adzan satu lagi barangkali terlalu bores dengan
adzan. Dan barangkali ini pulalah motifnya mengapa disemen
tara negeri orang menambah dengan sesuatu yang lain, seper-
ti beduk, tongtong, dan sebagainya yang dibunyikan beberapa
menit sebelum masuknya waktu shalat.
Sekali lagi sernuanya ini dengan tujuan :
a. memberitahukan bahwa waktu shalat telah diambang pintu
b. mengingatkan orang-orang yang lalai, lengah, atau alpa yang
disebabkan oleh kesibukan-kesibukan.
c. sebagai pra-seruan agar kaum muslimin segera bersiap dan
berbenah untuk pergi ke masjid melakukan shalat.
d. sebagai menambah syi'ar, dan sebagainya.
Sekarang zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan tekno-
logi. Dengan ilmu dan teknik membuat hidup ini lebih mudah,
ringan dar. enak, membuat segala usaha dan ketja manusia le.:-
bih gampang, termasuk usaha dan ketja mengingatkan orang
yang terlalai kepada shalat. Dengan ditemuinya atau adanya-
mikrofon/pembesar suara usaha tersebut menjadi lebih effek-
tif dan berdaya guna.
Pembesar suara dapat menjangkau jarak yang lebih jauh
sehingga lebih banyak orang dapat mendengar dan mengeta-
hui masuknya waktu shalat. Pembesar suara lebih nyaring se-
hingga lebih banyak hati yang tergugah dan tergerak untuk
melaksanakan ibadat yang paling utama ini. Pembesar suara
lebih ampuh untuk mernbangunkan orang tidur dan gemanya
memberikan wama khusus bagi syi'ar kebesaran ibadat shalat
dan bagi masjid/mushaJla sebagai pusat peribadatan dan kebu-
dayaan yang selalu memancarkan cahaya kebenaran.
PEMBESAR SUARA LAKSANA MUBALLIGH PENE-
RUS ATAU PENYAMBUNG LIDAH DARI MUADZDZIN.
Suaranya laksana angin menderu masuk menembus tiap rumah
dan kamar, menembus kedalam tiap ruangan kantor dan toko
sayup-sayup dikejauhan sarnpai kepinggir sawah dan ladang
tempat petani beketja atau ketepi pantai tempat nelayan men
cari nafkah, sanggup mengatasi riuhnya suara mobil dan pa-

45
brik, sanggup melewati pencakar-pencakar langit dan menero-
bos kamar-kamar terkunci.
IV. P e n g g u n a a n.
Dari uraian di atas kiranya jelaslah betapa besar fungsi
dan peranan yang dimiliki oleh pengeras suara. Dia pengganti
puluhan rahkan ratusan muadzdzin dalam mengemban fungsi
adzan. Dan (maaf) terlalu tolol rasanya jikalau kita tidak mau
menggunakannya, sedangkan tukang-tukang jual obat diping
gir jalan telah menggunakan, demi menarik minat orang, me
narik massa, menambah syi'ar (ramai) menambah laris dan
sebagainya.
Syukur pad a saat ini boleh dikatakan tidak ada lagi umat
Islam atau masjid yang menolak pemakaian pembesar suara,
bahkan sebaliknya, karena fungsinya yang sangat besar itu,
mereka seperti merasa kekurangan apabila di masjidnya belum
ada alat ini.
Di masjid-masjid yang makmur kadang kala memiliki le-
bih dari satu buah pembesar suara, dan karena gandrung de-
ngan tugas mengingatkan orang kepada shalat, memanggil ke-
pada betjamaah dan menampakkan syi'aryanglebih besar, rna
ka pemakaiannyapun sudah sangat luas, tidak hanya sekedar
untuk mengumandangkan suara adzan yang kurang lebih di-
perlukan waktu dua menit, melainkan telah diperpanjang de-
ngan didahului ~leh pengajian··pengajian AI Qur'an atau baca-
an-bacaan lainnya. ·
Sesungguhnya maksud dari perpanjangan di depan ini da
pat dipahami, yaitu selain untuk melaksanakan rasa tanggung
jawab yang tersimpul dalam kegandrungan di atas, juga untuk
memberikan kesempatan yang cukup kepada yang mendengar
pengajian untuk mempersiapkan diri dan membenahi segala se
suatunya yang berkaitan dengan :
ketjanya (map, dokumen-dokumen penting)
bersuci (mandi kekamar kecil, wudzu'},

46
berpakaian yang serasi (ganti baju keija dengan baju un-
tuk bershalat),
be.rjalan menuju masjid/mushalla.
Dengan demikian mereka tidak perlu tergopoh-gopoh

seperti dikejar orang, dan di masjid/mushalla dapat melaksa-


nakan ibadat dengan tenang dan tenteram hati (khusyu'/thu-
ma'ninah), sejalan dengan tuntunan Nabi sebagaimana terse-
but dalam hadits berikut :

~.o~,e:-~~~ :j\.;i.)~~J~
~,oW~J~..J·~~.)\rL'_,4{ ... kcJ)I
~~,a.)\ d\l:.l~~:_.) ~\; ~ 4 \..:;, L. ~ _Jt;
I_,_~"' . . ' J\ r--~
:. ' . ..~ .'Y\.1...0 .) .
.. .. \\ . \ '~
I ... J\!'
"' ! : u\ 'l!J:'

f--?j\;~_,~~.0_;~,\\i ·~\ ~_,


(-~)~~' 6 \_,.)) 1_1' "\;
rtinya : "Dari sahabat Abu Qatadah berkata ia : sedang kami bersha-
!tbersama Nabi SAW tiba-tiba beliau mendengar suara gaduh beberapa
rang. Maka tatkala shalat telah selesai berkatalah beliau : Mengapa ka-
ru? Mereka berkata: Kami sangat tergopoh-gopoh mengejar shalat. Ber
rbda beliau : Jangan kamu berbuat begitu. Apabila kamu mendatangi
1alat berjalan biasalah dan kamu harus tenang. Apa yang kamu dapat
zpai (bersama imam) shalatlah dan apa yang luput sempurnakanlah"
'f.R. Bukhari).
Bagi shalat shubuh, makna dari perpanjangan ini lebih
enting lagi, karena orang baru bangun tidur lain hal-ihwal-
ya dengan orang keluar dari toko, atau kantor, pabrik dan se
againya. Ia mungkin beijunub yang memerlukan mandi le-

47
bih dulu, atau tidak tetapi yang pasti rambutnya kusut, mata
nya kotormulutnya bau dsb. atau perlu kejamban dan seterw
nya. Untuk itu semua diperlukan waktu.
Akan tetaPi perpanjangan itu disementara masjid/mu·
shalla terlalu berlebih lebihan, terlalu lama, sehingga (maaO
mungkin memuakkan pihak-pihak tertentu, atau menimbul-
kan antipati yang dilanjutkan dengan reaksi prates dan seba-
gainya.
Untuk menghindari hal-hal yang negatif tersebut dan un-
tuk menghilangkan image yang kurang bail<, berapa lamakah
gerangan waktu perpanjangan itu yang agak baik?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita berqias (berban-
ding) lagi.
I. Kitab-kitab Hadits dan Fiqih menerangkan bahwa adzan
shubuh sejak zaman Nabi SAW memang telah dilakukan
dua kali. Hadits yang berikut menerangkan hal itu.
Jt_;, ~\; r+-'~ JJ)IL-M_; ·~k._,~(r.\~
L,)~J ~~0.:,~~~o\('.;.oc~J)\ ._j_,..,.J
c~~-) c~i:f\ d-'~-'~J->-~_,1oS
Artinya : "Dari lbnu Umar dan Aisyah r.a keduanya berkata : Telah
bersabda Rasulullah SAW sesunggulmya Bilal melaksanakan adzan di-
waktu masih malam (sebelum keluar [ajar). Maka makan dan minum-
lah (bersahur) sampai ad zan lbnu Ummi Maktum "(ketika terbit [ajar).
(H.Muttafaq alaih).
Hadits ini menggambarkan bahwa antara adzan pertama
yang dilakukan oleh Bilal dengan adzan kedua yang dilaku-
kan oleh Ibnu Ummi Maktum waktu cukup panjang, masih
sempat orang makan minum (bagi yang akan berpuasa pada
siang harinya). Dengan mukaddimah makan: sampai dengan
cuci tangan paling sedikit diperlukan waktu 15-20 me nit.
Keadaan seperti ini tidak hanya dalam bulan J.<.amadl:lan,
tetapi juga diluar bulan Ramadhan, karena fungsi adzan perta

48
rna pada shubuh hari ini bukan hanya sekeda:r untuk memba-
ngunkan orang bersahur, tetapi juga yang tidak bersahur. Hal
ini jelas tergambar dalam sabda Rasulullah SAW ;

~\; ~~_,~\.,· b _;f.


(~).,._;,h ~' "d..&-\f1 6~.))
Artinya : "Untuk membangunkan orang tidur (bersahur a tau tidak) dan
untuk (memberi kesempatan) pulang bagi orang-orang yang melakukan
qiya'}fullail/untuk bersahur a tau keperluan-keperluan lain).
2. Khalifah Usman bin Affan menambah satu adzan pada
hari 'Jum'at, yaitu adzan pengingat orang-orang yang sibuk de
n~an masuknya waktu shalat. Setelah itu diberinya waktu pe-
rantara untuk mereka bersiap menghadiri J urn 'at. Lamanya
kira-kira sama dengan waktu yang diperlukan oleh seseorang
untuk -melakukan shalat sunat dua raka'at (yaitu shalat sunat-
tahiyyat masjid) atau 2 x 2 raka'at (yaitu untuk tahiyyat mas
jid dan sun at J urn 'at). Apabila diukur dengan jam, maka lama
nya kurang lebih 5 menit.
Dari dua kenyataan di atas ternyata ada perbedaan pen-
jangnya waktu antar adzan shalat dengan adzan sebelumnya-
pada shalat shubuh dengan shalat Jum 'at. Pada shalat shubuh
an tara 15-20 menit sedangkan pad a shalat J\.xm 'at kurang le-
bih 5 menit.
Dari dua kenyataan ini kita dapat mengam'!Jil kesimpul-
an bahw a : perpanjangan w aktu pemakaian pembesar suara
s~belum adzan shalat, sebaiknya ialah :

I. Untuk shalat shubuh 15 menit sebelum adzan waktu,


yaitu sejak adzan pertama (sebelum terbit fajar) sampai
adzan kedua (adzan waktu).
2. Untuk shalat-shalat fardlu yang lain 5-l 0 menit, disesuai
kan dengan kondisi lingkungan -dimana masjid/mushala
berada.
Disamping itu untuk tidak terlalu mengganggu, kiranya
faktor-faktor teknis dalam pemanfaatan pembesar suara di

49
masjid/mushalla perlu pula diperhatikan, seperti :
a. Jumlah pembesar suara yang disesuaikan dengan bes<
kecilnya masjid/mushalla.
b. Tempat pemasangan (tinggi atau rendah).
c. Bentuk (kecubung/terompet atau bersegi empat).
d. Amplifier.
e. Keadaan lingkungan(masyarakat di sekitar masjid.
Dengan menjaga disiplin idiel dan tehnis ini, mudah-mu
dahan pemakaian pembesar suara di masjid/mushalla tidal
akan menimbulkan antipati dan dengan demikian pembesa
suara dapat berfungsi dengan sempurna, baik sebagai penyam
bung lidah muadzdzin dalam memberitahukan maksudny:
waktu shalat dan memanggil orang untuk berkumpul dimas
jid/mushalla, guna melakukan shalat jama'ah, ataupun sebaga
pembangun orang tidur, sebagai pengingat yang lupa/lalai, se
b~gai kiprah dari syi'ar ibadat yang dikatakan TIANG AGA
MA ini.

50
ASPEK HUKUM DAN AGAMA DALAM PENGGUNAAN
PENGERAS SUARA D! MASJID/MUSHALLA

Oleh: H.M. Djamil Latif SH.


I. Pendahuluan.

l. Pertama-tama kami sampaikan terima kasih, bahwa Pani-


tia Penyelenggara telah memberikan kehormatan kepada
kami, dengan menunjuk diri kami, sebagai salah seorang
penyaji masalah, dalam lokakarya yang kita adakan saat-
ini.
Kehormatan itu lcbih kami rasakan lagi, karena kami ha-
rus berbicara di depan cerdik cendekia, para Ulama, para
ahli, sehingga kami optimis, bahwa apa yang hendak kita
jangkau dan raih dari adanya dialog ini, akan cukup pu-
nya bobot di tengah-tengah masyarakat terutama ummat
Islam tentunya.
2. Namun, para peserta, kemungkinan tidak akan begitu ba
nyak memperoleh input masalah dari kami, satu dan lain
hal, berhubung dengan sedikitnya waktu yang tersedia
bagi kami untuk mendalami masalah ini.
3. Dus, titik sentral dari uraian ini, akan berkisar pada seba-
hagian besar pengalaman kami, selaku Kepala Kantor Wi-
layah Departemen Agama DKI Jakarta, dalam melaksa-
nakan sebahagian tugas umum Pemerintahan dan Pemba-
ngunan dibidang Agama, khususnya dalam membina ke-
gairahan hidup beragama di rumah tangga, sekolah dan
masyarakat, dimana kasus "PENGGUNAAN PENGE-
RAS SUARA" ini termasuk diantaranya sekian banyak
masalah yang memang perlu dirumuskan.
4. Dengan landasan berflkir demiki~, dengan mengarnbil
kasus-kasus yang teJjadi di Ibukota ini, kiranya masalah
yang akan kami kemukakan, juga akan dapat kita imple-
mentasikan buat kota-kota lain di Indonesia paling tidak

51
untuk Ibukota-Ibukota Propinsi di Seluruh Tanah Air.
II. Syi'ar Islam dan situasi dan kondisi Masyarakat Kota.
l. Kita dapat berbangga hati, bahwa Agama Islam ini sudah
cukup bersyi'ar di bumi tercinta ini, dimana puncak
,,syi'ar itu adalah pada MTQ Nasional.
Kita dapat pula melihat syi'ar ini pada berkembangnya
Majelis Majelis Ta'lim, Pengajian-pengajian, ceramah-ce-
rarnah agama, pembinaan-pembinaan rohani apakah itu
di kantor kantor, di kompleks-kompleks perumahan dan
asrama-asrama, kuliah-kuliah subuh, peringatan-peringat
an Hari Besar Islam yang sambung bersambung, pemba-
caan-pembacaan kalam Ilahi dan kumandang azan meta-
lui RRI dan Radio-Radio Amatir/Da'wah. Bahkan syi'a1
ini juga menembus dinding-dinding tembok dan terali
tempat-tempat tahanan dan lembaga lembaga pemasya-
rakatan, hampir diseluruh pelosok Indonesia ini.
2. Diantara lain-lain peralatan dan perlengkapan yang men-
dukung meratanya syi'ar itu adalah pemakaian dan peng
gunaan pengeras suara, sebagai suatu alat dizaman tekno
logi ini, untuk menjangkau audience yang lebih banyak,
dan atau lebih luas.
3. Namun, syi'ar Islam itu, tentu saja bukan kita maksud-
kan untuk menimbulkan rasa antipati pada golongan-go ·
Iongan masyarakat, ingin membuat kacaunya masyara-
kat, menciptakan hiruk pikuknya di tengah-tengap ma-
syarakat, yang hendak kita raih dengan syi'ar Islam itu
adalah rasa simpati masyarakat, rasa tenang dan damai
dalam hati masyarakat, rasa cenderung dan gandrung rna
syarakat kepada Islam.
4. Untuk menjangkau maksud di atas, tentu saja kita harus
mengetahui secara mendasar situasi dan kondisi masya-
rakat, dimana syi'ar Islam itu, hendak kita ratakan, di-
mana salah satu medianya adalah dengan penggunaan pe·
ngeras suara.

52
5. Kehidupan saat ini, apalagi di kota-kota besar, khusus-
nya di lbukota Jakarta, mengharuskan setiap orang ber-
juang, berpirau dan bergelut dengan hidup, dimana per-
saingan tambah tajam, yang membuat setiap orang harus
sernaksimal mungkin mencurahkan tenaga dan fikirannya
untuk menghadapi penghidupan dan kehidupan ini.
6. Akibat urbanisasi dan pertambahan penduduk, maka ru-
mah tempat tinggal semakin rapat, antar tetangga sering
hanya dibatasi oleh dinding, dan sangat mudah untuk sa-
ting rnengganggu dan terganggu.
7. Keadaan kehidupan yang demikian itu, memerlukan sa-
ting pengertian antara sesama anggota masyarakat, supa-
ya setiap anggota masyarakat mendapatkan waktu yang
cukup untuk istirahat dan tidur di rumahnya, tanpa me-
rasa terganggu, disamping perlunya pula diberikan suasa
na yang cukup hening bening untuk melakukan ibada.t,
dzikir dan berdo'a kepada Allah SWT.
8. Namun, kami tidak pula menutup kemungkinan, bahwa
untuk beberapa daerah di Indonesia ini, masih diperlukan
penggalakan pcmakaian pengeras suara ini, demi menca-
pat. syt.' ar yang wajar.
.
III. Aspek Hukum dan Agama dalam Penggunaan Pengeras
suara.
I . Penggunaan pengeras suara dalam upacara-upacara keaga
maan, termasuk untuk ibadah, dzikir dan do'a, di mak-
sudkan untuk dapat didengar lebih jelas dan terang oleh
audience dan atau pendengar yang lebih banyak dan le-
bih jelas dan terang oleh audience dan atau pende.ngar
yang lebih banyak dan lebih meluas. Dus, untuk menda-
patkan volume suara yang lebih keras.
2. Tentang bersuara keras ini, terutama dalam beribadah,
dzikir dan doa'a ada beberapa ketentuan dalam ajaran
Islam, yaitu : antara lain :
2.1. Surat Al-lsra' ayat 110 yang berbunyi :

53
''Jangunlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan ja-
nganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara
kedua itu ·:
Maksud dari ayat itu adalah janganlah membaca ayat AI
Qur'an dalam shalat terlalu keras atau terlalu perlahan,
tetapi cukuplah sekedar dapat didengar oleh ma'mum.
2.2. Surat Al-A'raaf ayat 55 yang berbunyi :

"Berdo 'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara


yang lembut ".
2.3. Surat AI A-raaf ayat 205 yang berbunyi :

....... \ / \
. '•IJ\
~-
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendah-
kan diri dan rasa takut., dan dengan tidak mengeraskan suara di
waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang
yang /alai".

2.4. Riwayat, bahwa Saiyyidina "Ali r.a pemah keras-ke-


ras mem'Jaca shalat dan do'anya, pada hal disampingnya
ada orang tidur, lantas Rasulullah saw menegumya, de-
ngan sabdanya :
"Bacalah untuk dirimu sendiri, karena engkau tidaklah menyeru
kepada Tuhan yang tuli serta ;auh, tapi engkau menyeru kepada
Allah Yang Maha Mendengar dan Dekat (Kitab Sunnah wal Muc
batada'at)"_

2.5. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana kita, yang me


nyebut bahwa dapat dipidananya seseorang yang mem-
buat terganggunya ketenteraman umum.

IV. Ke5impulan dan Saran-Saran.


1. Penggunaan Pengeras Suara untuk kegiatan keagamaan
termasuk shalat, dzikir, do'a, boleh sepanjang hal itu
dalam batasan yang wajar, scsuai dengan petunjuk ayat
dan Hadits tersebut di atas, kecuali AZAN yang memang
harus disuarakan dengan keras dan lantang pada waktu
masuk waktu shalat lima waktu. Dan untuk ini kami me-
nunjuk: kepada Keputusan Musyawarah Alim Ulama Ter-
batas DKI Jakarta tentang rnasalah ini tertanggal 27 Sya'
ban 1393/23 September 19'73 yang menganjurkan agar
penggunaan pengeras suara itu pada waktu shalat Subuh,
yaitu 15 menit menje1ang subuh pada hari-hari biasa, dan
30 menit sebeium shubuh pada hari-hari bulan Rama-
dhan, yang kemudian diperkuat dengan seruan Guber-
nur KDKI Jakarta tanggal 20 Oktober 1976 No.BIII-
1243/d/3/1976.

2. Menyarankan agar rumusan Lokakarya inf dikukuhkan


oleh Majelis Ulama Indonesia, agar dapat disebar luaskan
keseluruh Indonesia, untuk dijadikan pedoman.

55
V. Pen u t up.
Demikianlah masalah yang dapat kami kemukakan, se-
moga input yang sedikit ini dapat dibicarakan lebih men
dalam dan lebih luas pada forum Lokakarya yang mu
liaini.
Sekian, terima kasih.

56
LAMPIRAN I.

SERUAN GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBU-


KOTA JAKARTA KEPADA SEI\UA PENGURUS MESJID
LANGGAR DAN MUSHALLA DIWILA YAH DAERAH KHU
SUSIBUKOTAJAKARTA

No.B.III-1243/d/3/1976

Ten tang

PENGGUNAAN ALAT PENGERAS SUARA UNTUK KEPEN


TINGAN SYIAR ISLAM

1. Dewasa ini dalam wilaycll Daerah Khusus Ibukota J akar-


ta banyak di dapati Mesjid, Langgar dan Mushola yang
mempergunakan alat pengeras suara untuk melakukan
syiar Islam (seperti ibadat, doa dan zikir) yang diarah-
kan keluar.
2. Seperti kita sama-sama mengetahui rapatnya rumah-ru-
mah tempat ibadat dengan rumah-rumah penduduk se-
ring menyebabkan satu sama lain mudah terganggu.
3. Selain itu, akibat daripada desakan penghidupan yang
meletihkan tenaga dan fikiran, diperlukan istirahat yang
cukup dan tidur yang tenang di rumah, disamping per-
lu melakukan ibadat dengan khusuk dan secara sunyi, he
ning-bening dalam menyerukan nama Allah Yang Maha
Mendengar dan Maha Melihat.
4. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, serta mem-
perhatikan hasil musyawarah Alim Ulama Terbatas DKI
Jakarta bulan September 1975, maka dengan ini diseru-
kan kepada semua Pengurus Masjid, Langgar dan Mushal-
la dalam wilayah Daerah Khusus lbukota Jakarta agar
dalam melakukan syiar Islam (seperti ibadat, doa dan zi-
kir) tidak menimbulkan rasa antipati dari warga masya-

57
rakat sekitJarnya dengan mernpergunakan alat pengeras
suara secara berlebih-lebihan.
5. Kepada sernua Pengurus Masjid, Langgar dan Mushalla
dalarn wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dirninta
agar rnernpergunakan alat pengeras suara sekitar 15 rn~­
nit sebelurn w aktu Subuh pad a hari-hari biasa dan 30 me
nit sebelurn w aktu Subuh pad a bulan Rarnadhan.
6. Dernikianlah Seruan ini dikeluarkan dan diharapkan a-
gar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh w arga kota
yang bersangkutan.

Jakarta, 20 Oktober 1976.


GUBERNUR KEPALADAERAH KHU
SUS IBUKOTA JAKARTA,

Ct,~·#·--
.
'· - 5\.li Sadikin' • .---
.•
Letnan Jenderal TNI (Marinir)

58
LAMPIRAN U.

KEPUTUSAN MUSY AW ARAH ALIM ULAMA TERBATAS


DKI JAKARTA
TENTANG
PENGGUNAAN ALAT PENGERAS SUARA (LOUDSPEA-
KER) MENJELANG WAKTU SUBUH
/ '., / L
f.~'~J~m~-l
DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH DAN
PENYAYANG.

MUSYAWARAH ALIM ULAMA TERBATAS DKI JAKAR-


TA MENGENAI PENGGUNAAN ALA T PENGERAS s·UA
RA (LOUDSPEAKER) YANG DISELENGGARAKAN 0-
LEH INSPEKSI PENERANGAN AGAMA PADA PERWA
KILAN DEPARTEMEN AGAMA DKI JAKARTA-DI CIA-
WI B<X;OR DARI TANGGAL 22/9-23/9-1974 YANG DI
HADIRI OLEH ALIM ULAMA DKI JAKARTA YANG TER-
SEBUT DI BAWAH INI

MENDENGARKAN :

Uraian Kepala Petwakilan DKI Jakarta, Saudara ·R.H.O.


Hudaya mengenai pemakaian Pengeras Suara di Masjid-Masjid
Langgar-Langgar dan Mu<;holla-Musholla yang kurang tepat
pada tempat dan waktunya.
MENGINGAT:

Persoalan itu dari segi hukum Islam, mengenai. tata-ter-


tib beribadat (berdo'a, dan berdzikir), tujuan dan taktik ber-
dakwah serta adab rukun bertetangga menurut Islam antara
lain dalil-dalil sebagai berikut :
a. Qur'an, yaitu surat Isra' ayat 110 berbunyi:
- :' ,/('
t\A
v.~~-'
...
~ \/~ , '> .(, /_ .,./,: \:) /
~~J
:.- ./
(~ ./~./
'...J
~
~
.. ~J"'~
.....·~· ~
-?' \

~.!.tl:,
.. _!..... /
Artinya : Janganlah engkau keraskan sekali sholatmu (sembah-
yang do'a dan dzikir, tetapi jangan pula engkau lembutkan sekali
suaramu, hanya hendaknya engkau menempuh jalan tengah (se-
dang-sedang).
~ ./: ..... ,
~ ~ -!. ;"::' ,..,
~/ ,~ ,_,
b. Finnan Allah~-' 'J-
~~.J ~ .:>\
Artinya : Berdo 'alah kepada Tuhanmu dengan merendah diri.
(AI- 'Araf : 55)

, /' /

~u'~
..
,......... / /
Aninya : Dan ingatlah (berdzikirlah) kamu akan Tuhanmu dalam
hatimu dengan merendahkan diri dan lembut tanpa mengeraskan
suara pada pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang
yang lalai (AI- 'Araf : 205.)
c. Ada riwayat pernah Sayidina Ali keras-keras membaca
sholat dan do'anya, disamping orang tidur, maka Rasul-
lullah ~negurnya,
Sabdanya:
,~l>\·"-'
./ .// __,""". . . . / ,,__,~ / '}
/ /
_,.,.,,, ,./ l ,,
.. _.., u. ..J_, (...0 .....T
• ,
\.; ~ ......,, .; _,.:~/
' . .J: ..0 _)' .::..1;.t/ ; )\ ~ \
~
\~~
./A
.•
,?~_,,,__,,_,., , .. /

Y-:.Y
:.----
~ J.C-...bu /
\
60
"Bacalah untuk dirimu sendiri, karena engkau tidaklah menyeru
kepada Tuhan yang tuli Jerta jauh, tapi engkau menyeru kepada
Allah yang maha mendengar dan dekat ". (Kitab Sunan Wal Mub-
tada 'at).

d. Imam Abu Hanifah pernah melembutkan suara bacaan


Sholat, sewaktu ada Imam Syafi'i seda~g tidur menjadi
tamu di rumahnya. (Seminar Muhazzab) .
., / ./ J/
J, --:-• ..s,_,,_,_,,_... _.. ._.,., ~_,. ""'_.... Y_,. \ >
:~...J ., ·\]
t:!.._p I &.) lS \._;,- • \_, •' :.. ~.._l.:,.- • 0 j. _.X
----T. ~ • ~ ... ~~- \H~
Artinya : Tidaklah beriman seseorang kamusehingga merasa aman
tetangganya dari gangguan. (Al Hadits).
Membalas pula hal-hal yang mengganggu keamanan, ke-
tenangan dan ketenteraman bertetangga pada umumnya, baik
dari siaran Radio, pengeras suara, pick up dan tape-recorder,
suara mesin, pabrik dan kendaraan serta tempat-tempat mak-
siat.
MENIMBANG:
I. Telah sangat rapatnya rumah penduduk dan rumah-ru-
mah tempat ibadah di DKI Jakarta, sehingga mudah seka
li yang satu terganggu oleh yang lain.
2. Desakan penghidupan yang meletihkan tenaga dan flkir-
an, sehingga memerlukan cukup istirahat dan tidur di ru-
mah, disamping memerlukan melakukan ibadat (doa dan
dzikir) dengan khusuk dan secara sunyi, hening bening
menyeru Allah Tuhan Yang Maha Mendengar dan Peng-
lihat.
3. Tujuan Syi'ar Islam, menimbulkan rasa syimpati, cende-
rung dan gandrung kepada Islam, bukan sebaliknya.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN:
Dengan bertawakkal kepada Allah sambil memohon Tau-
fiq dan Hidayah-Nya.

61
Pertama:
Menganjurkan kepada pengurus-pengurus Masjid/Lang
gar/Musholla :
a. Supaya menggunakan pengeras suara yang diarahka1
keluar Masjid/Langgar/Musholla untuk melakukan ib:
dah, doa dan dzikir yang memang harus disuaraka1
keras dan Iantang.
b. Supaya menggunakan pengeras suara untuk do'a dar
dzikir tersebut diatas, sebelum subuh IS menit sebe
Iurn subuh pad a hari -hari biasa dan 30 me nit sebelurr
subuh pada hari-hari bulan Ramadhan.
Kedua:
Menganjurkan kepada penduduk yang memiliki radio, Tv
Pick up, Tape-recorder, dan sebagainya agar dalam jam-jarr
istirahat, tidur siang dan malam hari Uam 24.00 sampai subuh:
tidak membunyikan atau membunyikan sepanjang tidak men,
ganggu tetangganya, demikian pula halnyadenganpemancar
radio-radio amatir.
Ketiga :
Menganjurkan kepada Pemda DKI Jakarta dengan aparat
bawahannya sampai dengan RW, RT agar lebih mengintensif-
kan undang undang gangguan, baik berupa gangguan suara
maupun mesin/motor asap pabrik dan lainnya yang semuanya
itu mengganggu, bahkan merupakan kesehatan jasmani, jiwa
dan fJ.kiran penduduk, dengan tidak pandang golongan, ting-
kat dan kedudukan sosial ekonomi mereka.
Keempat:
Untuk menyampaikan keputusan ini, kepada pengurus
Mesjid/Langgar/Musholla kepada Perwaki1an Departemen Aga
rna DKI Jakarta dimintakan bantuannya.

Ciawi, 23 September 1973 M


27 Sya'ban 1393 M

62
<AMI 'ALIM ULAMA DKI JAKARTA:
1. K.H. ABDULLAH SY AFI'I t.t.d.
2. K.H. SYUKRI GOZALI t. t.d.
3. K'H. SHOLEH SU'AIDI t.t.d.
4. K.H. FACHRUDDIN SOLEH t.t.d.
5. K.H. MUSLIM t.t.d.
6. K.H. TOHIR ROHILI t.t.d.
7. K.H. MARSUNI I RSY AD t.t.d.
8. K.H. ZARKOWI t.t.d.
9. K.H. SANI HUSEIN t.t.d.
0. K.H. TABRANI RAMELI t.t.d.
l. K.H. K.O. MUCHTAR t.t.d.·
2. K.H. HAMIDULLAH t.t.d.
3. DRS. F. AMIR t.t.d.
4. DRS. BAKIR SAID t.t.d.
5. MUNIR TAMAN M.A t.t.d.
6. K.ABDURRAIJMAN SIDIQ t.t.d.
7. K.R.H.O. HUDA YA t.t.d.

63
PENGGUNAAN PENGERAS SUARA DALAM OAK-
WAH DAN IBADAH DITINJAU DARI SEGI
PSYCHOLOGI SOSIAL

Oleh: Drs.H. Sudjoko Prasodjo.

(Ikhtisar)
Yang dicari :
SUARA-SUARA SYAHDU
SUARA-SUARA YANG ME!'GGETARKAN KALBU

Sesungguhnya orang orang yang beriman itu, hanyalah mere


ka yang apabila disebut asma Allah bergetarlah kalbu mereka,
dan apabila dibicarakan bagi mereka ayat-ayat-Nya bertambah
lah iman mereka karenanya, dan kep~da Tuhanlah mereka
bertaw~l£.al". (AI Qur'an, 8 : 2 ).
1. Pengetahuan kita tentang hal ikhwal suara, umumnya
amat terbatas. Suara dapat diamati sebagai gejala fisik.
Yaitu sebagai getaran yang merambat di udara atau le-
wat medium lainnya. Kemudian, apabila menyentuh se-
laput bagian dalam telmga, getaran itu diteruskan oleh
jaringan syaraf yang amat lembut, menuju kesentralnya
di dalam otak. Demikianlah terjadi proses : "kita mende-
ngar suara".
2. Adapun yang dimaksud dengan pengeras suara disini,
ialah perlengkapan tehnik yang terdiri dari mikrofon,
anplifier loudspeaker dan kabel-kabel tempat meram-
batnya muat~ elektris. Perlen_£kapan ini dimaksudkan
untuk mengatur kcras atau lemahnya suara, untuk me-
nenfukan atah.danfuasnyaradius penyebaran gelombang
suara yang dipancarkan.
3. Dati sudut peninjauan lain, suara dapat dipahami sebagai
suatu gejala budaya. Dalam susunan tertentu, suara da-
pat dibentuk menjadi bahasa, suatu alat komunikasi ter-
penting dan merupakan perwujudan isi pikiran, perasaan

65
da~ kehendak manusia. Oleh karena itu, suara sebagai UJ
sur budaya, merupakan lambang atau simbul yang did;
lamnya mengandung makna dan pesan. Tentang makn
dan pesan yang terkandung di dalam suara itulah yan1
hakiki; sedang~an cara dan penggunaan ke!engkapan tel
nis, merupakan sarana. Namun jangan dilupakan, bahw
diantara keduanya itu harus serasi dan seimbang, untul
oapat menyampaikan makna dan pesan yang sebaik-bail
nya.

4. Jauh lebih rumit lagi ialaJt, usaha untuk memahami per


sepsi orang atau kelompok masyarakat, terhadap penga
ruh suara serta makna dan pesan yang terkandung di da
lamnya. Sekatipun orang memiliki tding~ yang sama se
bagai alat penangkap suara, namun boleh jadi amat bcr
lainan dalam penafsiran dan kepekaan terhadap segala se
suatu. Puisi yang lembut dan musik klasik, dapat me
nimbulkan keharuan bagi sebagian anggota masyarakat
Sebaliknya untuk sebagian yang lain, sama sekali tidal
membekas, atau bahkan amat menjemukan. Sekalipur
fitrah manusia itu sama, namun dalam perkembangan
nya dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya, pendidikar
dan sosial budayanya, yang secara umum membentuk
sistim nilai yang berlaku umum, disamping unsur-unsu
bakat dan sifat-sifat individual yang berbeda-beda.
5. Masjid dan Mushalla adalah lembaga yang berfungsi seba
gai pusat ibadah. Oleh karena ibadah dapat bermakna lu
as, maka Masjid dan Mushalla dapat digunakan sebaga
tempat berbagai macam kegiatan, tapi yang terutama ia
lah untuk shalat berjama'ah tempat pendidikan dan da'
wah.
Timbullah pertanyaan, bagaimanakah sesungguhnya, per-
sepsi masyarakat sekitar terhadap Masjid dan Mushalla
pada saat ini ?
6. Sesuai dengan thema pokok dalam Lokakarya ini, kita
perlu membatasi pembahasan pada persepsi masyarakat

66.
terhadap kegiatan kegiatan di dalam masjid dan mushalla,
yang disuarakan lewat pengeras suara, yaitu : ·
a. suara adzan
b. Suara bacaan Al-Qur'an
c. suara shalat subuh, magrib, isya
d. suara khutbah Jum'at
e. suara ceramah-ceramah (kuliah subuh dan tabligh)
f. suara-suara selama bulan Ramadhan.
Suara adzan perlu dibahas tersendiri, betapa pengaruh-
nya terhadap kalbu manusia, betapa pengaruhnya bagi
jiwanya masyarakat.
Adzan subuh punya nilai tersendiri, ,apalagi bila dipadu-
kan dengan suasana pagi yang sejuK', didaerah pegunung-
an dan lembah-lembah yang sunyi dan nyaman, dengan
pemukiman penduduk yang terpencar beijauhan. Masa-
lahnya menjadi agak berlainan, bila kita meninjaunya pa-
da lingkungan kota besar seperti di Jakarta misalnya. Pa-
da lingkungan yang padat dan rapat penduduk, betapa-
pun suara adzan yang tunggal tetap amat mengharukan.
Suara Muadzin, menempati penman yang dominan. Gang
guan-gangguan yang sering kali terdengar, justru oleh ada
nya suara-suara lain yang tidak semestinya, dan kurang
adanya pengertian dalam adab atau etika dalam penggu-
naan pengeras suara.
Adzan sebagai pertanda panggilan Shalat, 5 kali dalam se
hari semalam perlu ditertibkan dalam ketetapan waktu-
nya. Sementara itu harus dipahami, bahwa pengaruhnya
terhadap masyarakat sekitar, punya nilai yang berbeda- ·
beda. Perhatikanlah, betapa bedanya persepsi masyara-
kat terhadap adzan subuh, dhuhur, asar, maghrib dan
isya. (Sekedar perbandingan : perhatikanlah tangkapan
kalbu manusia terhadap suara adzim di Ma'~idil Haram,
Masjid Nabawi dan adzan di tengah Padang 'Arafah).
Bacaan Al-Qur'an lew at pengeras suara, harus memenuhi

67
kaidah-kaidahnya. "Dan bacalah AI-Qur'an itu denga
tartil!''(Muzzamil : 4). "Kamu hiasilah AI-Qur'an itu d
ngan suaramu yang merdu" (AI Hadits). Bacaan Al-Qu
an dengan tartil dan suara yang merdu itu, sungguh mt
ngandung keajaiban untuk dapat menyentuh kalbu d<
menciptakan suasana batin yang tenteram dan damai. ~
salahnya ialah, pada saat-saat kapan bacaan itu disuar
kan? Dengan volume suara yang bagaimana? Masyarak
umum di Indonesia, belum sepenuhnya memahami rna
na dan pesan yang terkandung didalamnya. Namun bac
an Al Qur'an telah memberikan suasana kejiwaan terse
diri.
9. Banyak masjid dan mushalla, menyi'arkan suara pada s
at shalat subuh, maghrib dan isya. Suara imam berada
depan, suara ma'mum menjadi latar belakang. Masal;
yang timbul ialah, suara-suara lain dalam masjid yang d
pat merusak suasana khusu', justeru ikut serta masuk k
dalam mikrofon dan tersiar luas. Kegaduhan ini meni1
bulkan kesan masyarakat terhadap imaji tempat ibad:
kaum Muslimin. ·Persoalan lain ialah : Apakah wirid d:.
dzikir mesti disiarkan keras-keras, justru lebih panja
dari shalat itu sendiri. ?
10. Beberapa tahun yang lalu, di Jakarta pemah diadakan c
kusi tentang "Khutbah". Yang hadir dan mengemukak:
pendapatnya, bukan hanya terdiri dari para Khatib saj
Juga hadir dan berbicara, orang-orang yang mewakili s
ara jamaah. Amat menarik untuk dipelajari, bahwa pe
dapat dan kesan jamaah tidak selalu sama dengan pa
khatib. Jamaah masjid di kota besar seperti Jakarta i1
terdiri dari semua lapisan masyarakat, sejak dari lapis
sosial di bawah, menengah dan atas. Persepsinya terhad
isi dan cara penyampaian khutbah, temyata bervari:
pula. Semuanya ini menunjukkan betapa penting per
nan para khatib dalam melaksanakan tugasnya. Sua
ketika pemah dicoba, sejumlah khatib pada suatu m:,
iid, mendengarkan kembali rekaman khutbah masing-rr

68
sing. Mereka umumnya menyadari betapa banyak keku-
rangan yang terdapat disitu, sebab rata-rata khutbah me-
reka kurang dipersiapkan secara lengkap. Dapat dibayang
kan betapa pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar,
sebab khutbah itu disiarkan keras-keras lewat corong mas
jid.
ll. Cerarrah-ceramah di dalam masjid, merupa.kan forum te··
tap, baik mingguan bulanan atau tahunan. Ini merupa-
kan bagian kegiatan pendidikan dan dakwa,ll. Misaln:y,lt
kuliah Subuh, peringatan Maulid dan Nuwlul Qur'an, dan
saat-saat disekitar Idul Fitri dan 'ldul Ad'f1a. Semu~nya­
merupakan forum yang be:rt.ikuran masshlf Seberapa jauh
sesungguhnya pengaruh forum ini teri.Uldap ·pembinaan
perikehidupan beragama cfi kalangan masyara.kat luas?
Pengamatan kita barangkali,sepina.k, y;Utu be.rangkat da-
ri dasar dan niat yang benar. Apa.kah isi dan cara penyam
pai_annya itu sudah serasi dengan pesan y~ng dimaksud-
kan? Umumnya dalam ini masih sering teijadi kesenja-
ngan (lag)
12. Secara khusus, perlu adanya pembahasan tentang suara-
suara masjid dan· mushalla selama bulan Rarriadhan. Bu-
lan suci ini, telah menggerakkan mSJ.Syara.kat untuk lebih
banya.k hadir dipusat-pusat peribadatan, untuk mela.ku.,.
kan shalat tarawih, memperbanyak bacaan AJ-Qur'an dan
disunahkan melakukan 'itikaf.
Suasana khusu' dan damai ini, justru banyak diganggu
oleh kegaduhan yang luar biasa. Timbullah pertanyaan
dikalangan masyarakat luas (dikalangan kaum Muslimin
sendiri), perlukah suara bedug dipukul keras-keras (le-
wat pengeras suara juga) s~sudah tarawih dan menjelang
waktu sahur ? Perhatikanlah, betapa corong masjid digu-
nakan untuk meneriakkan "sahur", justru pada saat orang
sudah bangun, dilingkungan pemikiran yang padat dite-
ngah kota atau daerah pinggiran. Demikian pula, suara
takbir menjelang 'Idul Fitri dan 'Idul Adha. Kesan ma-
syarakat selama ini, masjid dan mushalla kurang mencer~

69
minkan suasana yang diharapkan dalam bulan-bulan st
atau bahkan menimbulkan kesan sebaliknya.
13. Sesungguhnya, diantara sekian banyak kegiatan yang 1
suarakan lewat masjid dan mushalla, ada sesuatu yang!
lalu dicaridan didambakan oleh masyarakat luas, dima
pun mereka berada, yaitu : "suara-suara yang syahd
suara-suara yang menggetarkan kalbu"
Siraman rohani yang dapat mengembalikan man usia pac
fitrahnya. Dalam keletihan bergulat mengatasi kehidup<
yang berat, hanyalah diperoleh dari tuntunan agarr
Mesjid dan Mushalla kita punya fungsi utama di sini. 1
pi justru sering diabaikan. Masyarakat sering sekali p
nya imaji yang tidak pada tempatnya. Tapi itulah mas;
lah yang hams kita hadapi bersama.

70

Anda mungkin juga menyukai