Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara Di Masjid Mushala
Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara Di Masjid Mushala
1978
D iterbitkan oleh
D itjen Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar
I. lnstruksi Diljen Bimas Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1
MENG INSTRUKSIKAN
KEPADA :
1. Kepala Bidang Penerangan Agama Islam seluruh Indone-
sia ;
2. Kepala Seksi Penerangan Agama Islam seluruh Indonesia;
3. Kepala Bidang Urusan Agama Islam di seluruh Indonesia;
4. Kepala Seksi Urusan Agama Islam di seluruh Indonesia;
5. Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan di seluruh Indo
nesia;
dengan Koordinasi Kepala Kantor wilayah Departemen Aga
rna Propinsi/Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/
Kotamadya;
UN T UK:
1. Memberikan tuntunan, bimbingan dan petunjuk kepada pa
ra Pengurus Masjid/Mushalla di daerah masing-masing ten
tang penggunaan pengeras suara di Me~iid dan Mushalla se
bagaimana T!:_!ntunan terlampir,. ·
2. Memberikan ·penjetasari kepada Pengurus Masjid/Langgar/
Mushalla di daerah masing-masing secara face to face (lang
sung) dalam bentuk briefing, rapat, pentaran dan lain-lain
tentang isi dan maksud dari pada Tuntunan terlampir ber-
sama Keputusan Lokakarya P2A tentang hal yang sama.
3. Memberikan laporan pelaksanaan dari Instruksi nom or dua
di atas dan pelaksanaannya di masyarakat kepada atasan
masing-masing.
Dikeluarkan di Jakarta
Tanggal 17 Juli 1978
TUR JENDRAL
~h.-.T~n.V-•.AN ASY ARAKAT ISLAM
2
Tembusan:
3
LAMPIRAN INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASY ARAKAT ISLAM
NOMOR : KEP/0/101/'78 TANGGAL 17 JULI 1978
TENTANG
TUNTUNAN PENGGUNAAN PENGERAS SUA-RA
01 MASJID, LANGGAR DAN MUSHALI.,A
A. Pengertian
A. Pengertian
l. Pengertian Pengeras Suara disini adalah perlengkapan teh-
nik yang terdiri dari mikropon, amplifier, loud speaker dan
kabel-kabel tempat mengalirnya arus listrik.
2. Pengeras Suara di masjid, langgar atau mushalla, yaitu pe-
ngeras suara yang tersebut di atas yang dimaksudkan un-
tuk memperluas jangkauan penyamp;rian: dari apa-apa
yang disiarkan di dalam masjid, langgar atau mushalla se-
perti adzan, iqomah, do'a, praktek sholat, takbir, pemba-
caan ayat AI Qur'an, pengajian dan lain-lain.
B. Keuntungan dan Kerugian menggunakan Pengeras suara
1. Keuntungan menggunakan Pengeras Suara di masjid, lang-
gar dan mushalla berarti tercapainya sasaran dakwah/pe-
nyampaian agama kepada masyarakat yang lebih luas baik
di dalam maupun di luar masjid, langgar dan atau mushal-
la.
Jama'ah atau umat Islam yang jauh letaknya dari masjid,
langgar atau mushalla serentak dapat mendengarkan pang-
gilan atau pesan dakwah walaupun tidak hadir dalam mas-
jid. Dan kegunaan· penggunaan Pengeras Suara di dalam
masjid dimaksudkan agar anggota jama'ah yang jauh dari
imam, muballigh atau guru yang menyampaikan tabligh
menjadi sama jelas mendengarkan sebagaimana yang du-
duknya dekat dengan imam/muballigh tersebut.
2. Kerugian dari penggunaan Pengeras Suara keluar masjid,
langgar atau mushalla diantaranya dapat mengganggu ke-
5
pada orang yang sedang istirahat atau sedang beribadah di
dalam rumah masing-masing seprti mereka yang melaksana
kan tahajud, menyelenggarakan upacara agama dan lain-la-
in.
Khusus di kota-kota besar diman<l anggota masyarakat ti-
dak lagi memiliki jam yang sama untuk bekerja, pergi dan
pulang kerumah sangat terasa sekali. Sebagaimana juga si-
fat majemuknya masyarakat kota yang rumah-rumah di se
kitar masjid tidak jarang dihuni oleh mereka yang berlain-
an agama bahkan orang yang berlainan kewarga negaraan
seperti para diplomat atau pegaw ai bangsa asing.
Dari beberapa ayat AI Qur'an terutama tentang kewajib-
an menghormati jiran/tetangga, demikian juga dari banyak
had its N abi Muhammad SAW menunjukkan adanya batas-
an-batasan dalam hal keluarnya suara yang dapat menim-
- -
bulkan gangguan w alaupun yang disuarakan adalah ayat
suci, do'a atau panggilan kebaikan sebagaimana antara lain
tercantum dalam dalil-dalil yang dilampirkan pada kepu-
tusan Loka-karya P2A tentang Penggunaan Pengeras Suara
di Mesjid dan Mushalla.
Selain dari pada ayat atau hadits-hadits yang tegas mengi-
ngatkan tidak bolehnya umat Islam menimbulkan ganggu-
an kepada tetangga, juga terdapat ayat atau hadits yang
mendorong disyi'arkannya agama Islam supaya umat rna-
kin taqwa kepada Allah SWT.
Kesemuanya itu mendorong umat Islam untuk mencari ca
ra-cara yang bijaksana diantara melaksanakan syi'ar dan-
menjaga keutuhan hidup bertetangga yang tidak menim~
bulkan sesuatu gangguan bahkan keharmonisan dan rasa
simpati yang timbal batik.
C. Fungsi Penggunaan Pengeras Suara Oleh Masjid, Lang-
gar Dan Mushalla.
Dari beberapa ayat AI Qur'an maupun hadits Nabi Mu-
hammad SAW, kita dapat menarik kesimpulan bahwa
fungsi Pengeras Suara di masjid, langgar dan mushalla ada-
lab untuk
6
1. Meningkatkan daya jangkau seruan keagamaan agar su-
paya ummattnakin mencintai agamanya dan melaksana-
kan agamanya dengan sebaik-baiknya.
2. Menimbulkan syi'ar keagamaan agar supaya masyarakat
memahami dan mencintai agama Islam dan keagungan
Allah SWT.
D. Syarat-syarat Penggunaan Pengeras Suara :
Agar supaya pengeras suara di dalam masjid, langgar atau
mushalla dapat berfungsi seperti tersebut di atas diperlu-
kan terpenuhinya beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Perawatan Pengeras suara oleh seorang yang terampil
dan bukan yang mencoba-coba atau masih belajar. De-
ngan demikian tidak ada suara-suara bising, berdengung
yang dapat menimbulkan anti-pati atau anggapan tidak
teratumya suatu mesjid, langgar atau mushalla.
2. Mereka yang menggunakan Pengeras Suara (muadzin,
pembaca Qur'an, imam sholat dan lain-lain) hendaknya
memiliki suara yang fasih, merdu, enak, tidak cemplang,
sumbang atau terlalu kecil. Hal ini untuk menghindar-
kan anggapan orang luar tentang tidak tertibnya suatu
mesjid dan bahkanjauh dari pada menimbulkan rasa cin
ta dan simpati yang mendengar selain menjengkelkan.
3. Dipenuhinya syarat-syarat yang ditentukan syara seper-
ti tidak bolehnya terlalu meninggikan suara do'a, dzikir,
dan sholat. Karena pelanggaran hal-hal seperti ini bu -
kan menimbulkan simpati melainkan keheranan bahw a
umat beragama sendiri tidak menta'ati ajaran agamanya.
4. Dipenuhinya syarat-syarat dimana orang yang mende-
ngar berada dalam keadaan siap untuk mendengarnya.
Bukan dalam waktu tidur, istirahat, sedang beribadah
atau melakukan upacara. D alam keadaan demikian (ke-
cuali panggilan adzan) tidak akan menimbulkan kecin-
taan orang, bahkan sebaliknya. Berbeda dengan di kam-
pung-kampung yang kesibukan masyarakat masih ter-
batas, maka suara-suara keagamaan dari dalam masjid,
langgar dan mushalla selain berarti seruari taqwa, juga
dapat dianggap hiburan mengisi kesepian sekitar..
5. Dari tuntunan Nabi, suara adzan sebagai tanda masuk-
nya shalat memang harus ditinggikan. Dan karena itu
penggunaan Pengeras Suara untuknya adalah tidak da-
pat diperdebatkan. Yang perlu diperhatikan adalah agar
suara muadzin tidak sumbang dan sebaliknya enak, mer-
du, dan syahdu.
E. Pemasangan Pengeras Suara :
Untuk tercapainya fungsi Pengeras Suara seperti tersebut
pada bagian C, perlu pengaturan pemasangan sbb. :
1. Diatur sedemikian rupa sehingga corong yang keluar da-
pat dipisahkan dengan corong kedalam. Jelasnya terda-
pat saluran yang hanya semata-mata ditujukan keluar.
2. Dan yang kedua berupa corong yang semata-mata ditu-
jukar kedalam ruangan masjid, langgar atau mushalla.
3. Acara yang ditujukan keluar, tidak terdengarkeras keda
lam yang dapat mengganggu orang shalat sunnat atau
dzikir. Demikian juga corong yang dituJukan kedalam
mesjid tidak terdengar keluar sehingga tidak menggang-
gu yang sedang istirahat.
F. Pemakaian Pengeras Suara :
Pad a dasarnya suara yang disalurkan keluar masjid hanya-
lah adzan sebagai tanda telah tiba waktu shalat. Demikian
juga sholat dan doa pada dasarnya hanya untuk kepenting-
an jama'ah kedalam dan tidak perlu ditujukan keluar untuk
tidak melanggar ketentuan syari'ah yang melarang bersua-
ra keras dalam sholat dan do'a. Sedangkan dzikir pada da-
sarnya adalah ibadah individu langsung dengan Allah SWT
karena itu tidak perlu menggunakan pengeras~uara baik
kedalam atau keluar.
Secara lebih terperinci kiranya perlu dipedomani ketentu-
an sebagai berikut :
1. Waktu Shubuh:
a. Sebelum waktu shubuh, dapat dilakukan kegiatan-kegi-
8
atan dengan menggunakan pengeras-suara paling awal
15 me nit sebelum w aktunya. Kesempatan ini diguna-
kan untuk pembacaan ayat suci AI Qur'an yang dimak-
sudkan untuk membangunkan kaum Muslimin yang ma-
sih tidur, guna persiapan shalat, membersihkan diri dll.
b. Kegiatan pembacaan ayat suciAI Qur'an tersebut dapat
menggunakan pengeras-s1,1ara keluar. Sedangkan kedalam
tidak disalurkan agar tidak mengganggu orang yang se-
dang beribadah dalam masjid.
c. Ad zan w aktu shubuh menggunakan pengeras-suara ke-
luar.
d. Sholat shubuh, kuliah shubuh dan semacamnya menggu
nakan pengeras suara (bila diperlukan untuk kepenting-
an jama'ah) dan hanya ditujukan kedalam saja.
2. -waktu dzuhur dan Jum'at
a. LinD. menit menjelang dzuhur dan 15 menit menjelang
waktu dzuhur dan' Juin'at supaya diisi dengan bacaan
AI Qur'an yang ditujukan keiuar.
9
ras suara keluar.
Pada Idul-Fitri dilakukan malam 1 syaww al dan hari 1
SyawwaL
Pada ldul-Adlha dilakukan 4 hari berturut-turut sejak
malam 10 Dzulhijjah.
b. Tarhim yang berupa do'a menggunakan pengeras-suara
kedalam. Dan tarhim berupa dzikir tidak menggunakan
pengeras suara.
c. Pada bulan Ramadlan sebagaimana pada hari dan malam
biasa dengan memperbanyak pengajian, bacaan Qur'an
yang ditujukan kedalam seperti tadarrusan dan lain-lain.
5. U pacara hari besar Islam dan Pengajian
Tabligh pada hari besar Islam atau Pengajian harus disam-
paikan oleh Muballigh dengan memperhatikan kondisi dan
keadaan audience (jama'ah). Expressi dan raut-muka pen-
dengar harus · diperhatikan dan memberikan bahan kepada
inuballigh untuk menyempumakan tablighnya baik isi ma-
upun cara penyampaiannya.
Karena itu tabligh/pengajian hanya menggunakan penge-
ras suara yang ditujukan kedalam, dan tidak untuk keluar
k~rena tidak diketahui reaksi pendengamya atau lebih se
ring ipenimbulkan gangguan bagi yang istirahat daripada
didengarkan sungguh-sungguh.
Dikecualikan dari hal ini, apabila pengunjung tabligh atau
hari besar Islam memang melimpah kelaur.
G. Hal-hal yang harus dihindari
Untuk mencapai pengaruh kepada ma~yarakat dan dicin-
tai pendengar, kiranya diperhatikan agar hal-hal berikut di
hindari untuk tidak dilaksanakan :
I. Mengetuk-ngetuk pengeras-suara. Secara teknis hal ini a-
kan mempercepat kerusakan pada peralatan di dalam
yang teramat peka pada gesekan yang keras.
2. Kata-kata seperti ~ percobaan-percobaan, satu-dua, dst.
3. Berbatuk atau mendehem melalui pengeras-suara ..
10
4. Membiarkan suara kaset sampai lewat dari yang dimak-
sud atau memutar kaset (Qur'an, Ceramah) yang sudah
tidak betul suaranya.
5. Membiarkan digunakan oleh anak-anak untuk bercerita
macam-macam.
6. Menggunakan pengeras-suara untuk memanggil-manggil
nama seseorang atau mengajak bangun (diluar panggilan
ad zan).
ll
pemakaiannya dapat lebih longgar dengan memperhatikan
tanggapan dan reaksi masyarakat. K ecuali hal-hal yang dila-
rang oleh syara'. ,
12
LOKA KARYA
KETENTUAN PENGGUNAAN
PENGERAS SUARA
Dl MASJID/MVSHALLA
JAKARTA. 28 S/D 29 MEl 1978.
13
KEPUTUSAN
LOKAKARYA P2A PUSAT
TENTANG
"KETENTUAN PENGGUNAAN PENGERAS SUARA
DI MASJID/MUSHALLA"
BISMILLAHIRRAHM ANIRRAHIM
SETELAH MENDENGAR
a. Pidato Pengarahan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Departemen Agama.
b. Prasaran-Prasaran oleh :
1. Drs.H. Ibrahim A.R. (IMAMI/DKM Pusat)
tentang "Fungsi Pengeras Suara Bagi Syi'ar Dan Kemak-
muran Masjid/Mushalla.
H.M. Djamil Latif S.H. (Ka Kanwi1 Departemen Agama
D K I) ten tang "Aspek H ukum dan Agama D alam Peng-
gunaan Pengeras Suara di Masjid/Mushalla".
l5
lain dalil-dalil dari :
a. Al Qur'an, Surat Al-Isra' ayat 110, Surat Al 'Araf ayat 55,'
dan 205, Surat Al-Hajj ayat 32.
b. Kitab "Fiqhussunah", Ji1id I, Bab "Adzan", halaman 117,
122 dan 251.
c. Kitab "Nailul Authar", Ji1id II, Bab "Fima Tushaanu 'Anhul
Masjid Wa Ma Ubiha Fiha", ha1aman 174.
d. Kitab "Assunan Wal Mubtada'at".
MEMUTUSKAN :
Mengambil kef';rnpu1an sebagai berikut :
1. Adzan adalah pcmberitahuan. ;ten tang masuknya waktu
dan panggilan shalat. Dilakukan oleh Muadzin, dengan
suara dan lagu yang merdu dan syahdu.
2. Shalat, do'a dan dzikir adalah ibadah langsung kepada
Allah SWT, dilakukan tanpa mengganggu orang lain yang
juga shalat, do'a dan dzikir diruangan Mesjid, Langgar
a tau Mushalla.
3. Penggunaan Pengeras Suara di Mesjid, Langgar atau Mu-
shalla secara rutin untuk menyiarkan adzan, shalat, doa
dan dzikir hendaknya memperhatikan ketentuan sbb.:
3.1. Penggunaan Pengeras Suara ketuar oleh Mesjid, Lang-
gar dan Mushalla hanya diperuntukkan :
a. Adzan pada waktunya, kecuali pada waktu shubuh
adzan pertama dilakukan paling awal 15 menit se-
belumnya.
b. Membaca Al-Qur'an menje1ang shubuh paling lama
12 menit sebe1umnya.
c. Takbir 'Idul Fitri dan 'ldul Adha.
3.2. Penggunaan Pengeras Suara kedalam Mesjid, Lang-
gar dan Mushalla dilakukan untuk kepentingan
jama'ah seperti :
a. lqomah.
b. Shalat
c. Do'a dan atau Tarkhim.
d. Ceramah dan atau Pengajian.
16
3.3. Tidak menggunakan Pengeras Suara keluar Mesjid,
Langgar atau Mushalla (di luar tersebut pacta· ayat
3.1.) untuk:
a. Dzikir.
b. Lain-lain yang dapat mengganggu orang-orang yang
beribadah atau tidur, seperti dengan pengumuman
pengumuman, panggilan untuk bangun dsb. (de-
ngan memperhatikan situasi dan kondisi setem-
pat).
4. Perlu usaha-usaha meningkatkan ketrampilan dikalangan
penguru~ Mesjid, Langgar dan Mushalla, dalam hal tehnis
alat-alat Pengeras dan pengetahuan tentang cara-cara meng
gunakan Pengeras Suara seperti melalui penataran qll.
5. Menganggap perlu adanya usaha-usaha untuk menyebar
luaskan kesimpulan-kesimpulan ini melalui pers, penerbit-
an, penataran dan lain-lain.
17
PESERTA LOKA-KARYA:
1. K.H. SYKRI GOZALI t.t.d.
(M.U.I.)
2. K.H. HASAN BASRI t.t.d.
(M.U.I.)
3. K.H.RAHMATULLAH SIDIK t.t.d.
(M. U.-D.K.I.)
4. K.H.GOZALI SAHLAN t.t.d.
(M.U.-D'K.I.)
5. K.H.MUCHTAR NATSIR t.t.d.
(DEPARTEMEN AGAMA)
6. H. SOEDIRMAN t.t.d.
(PTDI-PUSAT)
7. K.H. MS.RAHARDJODIKROMO tt.d ..
(DKM-PUSAT)
8. H.AMIRUDDIN SIREGAR t.t.d.
(M.U.I.)
9. DRS'H.IBRAHIM A.R. t.t.d.
(IMAMI/DKM PUSAT)
10 H.SARBAINI KARIM t.t.d.
(IKMI-PUSAT)
11 H.YUSUF.BANDJAR t.t.d.
(PERMI-PUSAT)
12 H.ABDURRAHMAN BADJI t.t.d.
(DEPPEN)
13.H.SYAMSOEL BAHRY t.t.d.
(DEPPEN)
14 DRS. FADLUN AMIR t.t.d.
(JAM'IYAH N.U)
15 DRS' S.A. BUOY t.t.d.
(DISROHIS POLRI)
16 DRS.H.DAHLAN A.S. t.t.d.
P2A-PUSAT)
17 USEP FATHUDDIEN t.t.d.
(DEPARTEMEN AGAMA)
18 DRS.M.BAMBANG· PRANOWO t.t.d.
(P2A-'PUSAT)
18
19 DRS.ASRIL DARADJAT t.t.d.
(DEPARTEMEN AGAMA)
'20 DRS.DJOHAN EFFENDI t.t.d.
(DEPARTEMEN AGAMA)
19
LAMPIRAN:
~~,D~'-A
41~~Y_,c:b~_M~--------'
(\\ • .S~n.J !i\) .!JJ~~ ¢:?t~
--------- •:J~_,~~_;~.,)
• • \ • .. L....., \ \
:-"
(oou~~'J
u.
()_, ::>.., "d#.J fl:U ~ J ~_.)_/~\_, -'f
V-" oX; ~.) ,J·~~'-'.) u~ ~'&-"A,
(v.o uy~') ~u,
t . L·...t\\\ .s.\ :. t. · f.
6--" ~l!) WV-I:f~~~.) -------
I· . --'\J (_...) ~~\ L ···~
'-"'" ~- . 'J' ~~
1- "dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu, dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara
kedua itu ".
(Al-lsra, 110)
2- "Berdo 'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut".
(AlA 'raaf, 55)
1- "Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendah-
kan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengertJskan suara, diwak-
tu pagi dan petang. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai".
( Al A 'raaf, 205)
4- "dan barangsiapa menghormati syi'ar-syrar Allah, maka sesungguh-
nya itu timbul dari ketakwaan hati".
(Al Hajj, 32)
21
J_;~\~\l(Y.L,~Iu.)\;-~\d~- ~
\ \'\V¥ ~ \\'-' '\Y ·y 8\ ..J~ ...b l1
s ~
I • ~~ ~
~ 0\ ~ y' OJ
\ 0'~:¥'
1:, '.. .ol~ &~lc:..,;_,J_,;-~_.;4~~~
~c.(~\ J \s lc..)\ l.y~_, ~-'oO_, .. ~~
.y_,~_,\~~Y'Jr~Y~'~_)~~
. o.;j' d~~...__:...)~o'~.l· (\ . )
.l~ ~ \ cL..~
• .. - 1L · .. <.)· \()· ~-~
• (J-4P ··.., > - \J ~
• ••
22
.. /'
-------- J~~~
..
.s.
-------- ~~~_,~J'~~1JI~\lo (V\)
~__;;_, c_G~~' J Jt; ~\}:,:; ~ ...."J' - i
_,
~'J:--' ~:, l::..J\ <5~l.-' ~w \~:A(o--
.su~~O_y.,o.li~JJ~S~·.:J'~
o ry' J ..::.u.s~
J..>.\ ~ ""'_, o..;.-.= ()-'~ 1::, J
~(>-'l__,c~~ ~'dli.sL:L~'~
J_,,o t1~J o(; ...J 0lj"dJ_,~, ~I
(J'J_) ~--:-' ~\ ~J ~ rL-' V..t:. c0.:> 1
~4' ~~ ~.,4.&.J~a'6'4!J-.L?' .:~_l
~~A~-0_j>;yJJ,_fo.~.JJ-.-.J o\ ~l.)/ Y\
., ..cJ..J.J~. 0~,y ~u_j_)'c;~~j)'
.U,~.J~ w~'~J_,~,.)~~_,
o_j_J.'oz)t..,yJ~,~~LS'J.)
~
~vy,o.1'~_) (\~)
~~~~_,~D~'typ>··
r - uY ' ~.s~J.,.,~.1 ~1,
4Y-'~- ~,~__.,.)~~o--~_,
~ rLA-' d••~~.J..C. dj)t <}..~,p ~~' iJ~
~~' c..-k ~-' 0_,.~ ~_, o.u \.;....\t ~
.:1 . L \ ~ l \ - \ h .. ~ ·· &, -\t
~J<.T-~<5~ u :u~ LSJ.~l;t
~
~~ ~ .J~~\-"_,}6·::-1..;"'~-'Y
-O~~~J~~
~ ~ ..Lr \ 5 l,_,
25
Abu Said berkata. saya dengar demikian itu dari Rasu/ullah
SAW (Hadits Riwayat Ahmad, Bukhari, Na-sai dan lbnu Majah).
26
MASJID
Dalam Dua K itab Shahih (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim} dirf-
wayatkan dari A bi Musa al-A sy 'ari, katanya :
"Orang-orang banyak meninggikan suara mereka dalam berdoa, laiz-
tas Nabi bersabda: "Wahai manusia. Tahanlah diri (suaramu) karena
sesungguhnya kamu bukanlah menyeru orang yang pekak {tuli} dan
tidak pula orang ya11g ghaib (ia 'hadir ). Sesungguhnya yang -kamu seru
itu adalah Zat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat, sesungguh-
nya yang kamu ~eru.itu adalah lebih dekat kepada salah seorang ka-
mu dari tengkuk {hewan) kendaraannya .......... "
27
~ dt._,~u' ~0~\.i? ~~y~
~~~,0 dJ.)' J..Y..J ._jt;Jt; ~~~-' \}'- _,
~~~~J~~~~~__,y~
-.:.-> t. ~' ~' u, \.~ \Jl , ~. rdlL.;;,
-~~'4J~~~Ut
~-r.:~t.>t~,J~,:>~~<Y\'Y.J
u~ ~
'-~j_,{~~~~~J_,
. v _. .. . ~r- •
28
a/ Q ur 'an a tau sedang menunggu untuk shalat. A pabila perbuatan itu
membawa kepada hal yal'lg demikian hukumnya makruh, kalaupun
orang mengatakan haram tidaklah begitu jauh, ......... "
r
~~ ~_r>-Jl' __,f:, ~J.) ~ {)-":,; ulS' ~ -\
~~~~0-"~<S->-~..b-\~~~ -'"'
iY'~~cU.)~ Jj) ~ ' ()->~ y cU.)\_,-~
c (_).}):,;' )
'~'.lV_,~y_\;Y_:l;t;~~' -f.
(c~4~~\) 10_;~y.»~\
I. "Barangsiapa yang benar·benar perc.~ya kepada Allah dan Hari K emu
dian, maka hendaklah menghormati tetangganya".
2. "Tidaklah sempuma imJn seseorang kamu sehingga tetangganya da·
pat merasa aman dari gangguannya "'
3. "D emi Allah, dia tidak beriman; demi Allah, dia tidak beriman demi
Allah, dia tidak beriman ! "
D itanya : "Siapa.'cah dia ya R asulullah?"
Jawabnya : Siapa yang jirannya tidak a man dari gangguan-gangguan-
nya".
(Had its Bukhari-Muslim)
4. Pernah Sayidina Ali keras-keras membaca shalat dan do 'anya disam-
ping orang tidur, maka Rasulullah menegurnya, sabdanya: "Bacalah
untuk dirimu sendiri, karena engkau tidaklah menyeru kepada Tuhan
yang tuli serta jauh, tetapi engkau menyeru kepada A Ilah Yang Maha
Mendengar dan D ekat ".
31
munikasi modern seperti sekarang ini mesjid/mushalla sebagai
pusat da 'wah memanfa'atkan sebaik-baiknya hasii kemajuan
teknologi komunikasi seperti pengeras suara disamping media
lainnya.
Namun demikian merupakan keharusan pula kiranya
bahwa dalam pemanfa'atan hasil kemajuan teknologi"tersebut
senantiasa tetap dalam kerangka "da'wah bit hikmah wal mau
'i dzotil hasanah", sehingga pemanfa'atan pengeras suara ter-
sebut benar-benar membuahkan simpati dan bukan sebaliknya
yakni malahan menimbulkan anti pati.
Karena hal-hal tersebut di atas, maka kami mengharapkan da-
ri Lokakarya yang pesertanya terdiri dari unsur-unsur Ma-
jelis Ulama Pusat dan DKI, Organisasi Mesjid Tingkat Pusat,
Disrohis Polri, Bimrohis Kejaksaan Agung, Humas Departe-
men Penerangan, Pimpinan Muhammadiyah dan Nahdzatul
Ulama disamping Departemen Agama sendiri dapat dilahirkan
pemikiran-pemikiran yang dapat dijadikan semacam pedoman
bagi penggunaan pengeras suara tersebut selaras dengan fung
si mesjid/mushalla sebagai Pusat Da'wah disamping sebagai
Pusat lbadah yang harus dapat memancarkan syi'ar Islam me
nimbulkan rasa simpati, cenderung dan gandrung kepada Is
lam, kerasan bertempat tinggal dekat mesjid dan bukan seba
liknya.
Pengeras Suara Bagi Mesjid/Mushalla di Desa dan di Kota.
Sebagairnana dimaklumi bahwa wajah dan suasana ke-
hidupan masyarakat di desa dan di kota adalahjauh berbeda.
Masyarakat Desa pada umumnya adalah homogen~baik dari
segi adat istiadat, kebudayaan, mata pencaharian, tata hidup
rnaupun agarna. Penduduknya tidak begitu padat, jarak dari
rurnah yang satu dengan yang lain relatif lebih jauh dan tidak
dibisingi oleh hiruk pik.uknya kendaraan bennotor. Oleh ka-
rena itu suasana desa pada umumnya adalah tenterarn, tenang
dan darnai atau bahkan sunyi dan sepi. Mata pencaharian pen-
duduk desa pada urnumnya adalah'bertani dan.aktivitas ker-
32
janya di sawah atau ladang adalah pada waktu pagi dan sore
hari den~n waktu luang dan santai yang relatif Iebih panjang.
Dalam suasana kehidupan yang demikian tentunya pengguna-
an pengeras suara di mesjid/mushalla tidak ~k:m menimbul-
kan ekses negatip sama sekali, bahkan seballkriya akan memo1
kin suasana "syahdu", "hidup" dan "grengseng" atau bergai-
rahnya syi'ar kehidupan beragama pada desa bersangkutan.
Kalau toh ada masalah maka masalahnya barangkali adalah
masih belum meratanya atau masih kurangnya penggunaan pe
ngeras suara pada mesjid/mushalla di desa-desa itu sendiri.
Berlainan dengan wajah dan suasana kehidupan masyara-
kat desa, maka masyarakat kot:t pada umumnya adalah berco
rak kehidupan heterogen. Makin besar satu kota makin ~1etero
gen pula corak kehidupan 'masyarakatnya. Masyarakat k0.a
besar pada umumnya terdiri dari berbagai suku bangsa de-
ngan berbagai adat kebiasaan, berbagai macam agama dan ber
bagi macam pula mata pencahariannya yang otomatis beraki
bat perbedaan mengatur waktu bagi kelompok-kelompok ter-
sebut1 sesuai dengan jenis pekeijaan mereka. Ada yang beker-
ja mulai pagi dan pulang di waktu sore, ada yang mulai beker-
ja diwaktu sore dan pulang setelah malam dan ada pula yang
bekeija mulai tengah malam dan pulang diwaktu pagi. De-
ngan demikian waktu luang dan istirahat bagi orang-orang ko-
ta berbeda-beda pula. Tambahan lagi suasana kehidupan kota
serba d~liputi kesibukan dan hiruk pikuknya kendaraan yang
berlalu-lalang. Oleh karena itu suasana tenang, damai dan san-
tai menjadi sesuatu yang sangat berharga dan didambakan ba-
gi orang kota yang mana hal itu diharapkan diperoleh diwaktu
istirahat mereka d i rumah tinggal masing-masing.
Berdasarkan hal tersebut di atas kiranya st:dah seharus-
nya dalam penggunaan pengeras suara bagi masjid /mushalla
di kota-kota haruslah dilakukan dertgan mempertimbangkan
w~jah dan suasana kehidupan masyarakat kota yang serba he
terogen dan serba diliputi kesibukan serta kepentingan terse
but. Dengan kata lain adanya p~ngeras suara di mesjid/mu
33
shalla yang pada umumnya terletak di tengah-tengah daerah
pemukimant itu haruslah difungsikan sedemikian rupa sehing-
ga· yang mengalun dari pengeras suara tersebut hendaknya me-
nimbulkan rasa sejuk, nyaman dan syahdu dilubuk hati merc-
ka yang mendengamya. Dan bukan sebaliknya yakni menim-
bulkan kesan ribut, gaduh dan herlebih-lebihan tanpa menge-
nal waktu dan masyarakat lingkungan.
Message/Pesan melalui Pengeras Suara di Masjid/Mushalla
Agar supaya message atau pesan yang dialunkan oleh Pe
ngeras Suara di Mesjid/Mushalla itu bersifat attractive dan
bukan negatip kiranya perlu dipikirkan antara lain materi apa
saja yang sesungguhnya perlu dikumandangkan melalui pcnge
ras suara tersebut. Sepanjang pengetahuan kita selama ini y~ng
dikumandangkan melalui pengeras suara di masjid-masjid/mu-
shalla terutama di kota-kota adalah berupa bacaan ayat suci
AI Qur'an, tarkim, adzan, pujian, iqomah, dzikir, do'a, khut-
bah Jum'at dan ceramah/kuliah subuh. Tentu saja itu semua
adalah hal··hal yang baik dan utama. Hanya saja dalam hal ini
kiranya perlu diingat ungkapan yang menyatakan bahwa :
"nyanyian yang baik haruslah dibawakan oleh penyanyi yang
bersuara baik dan dengan cara yang baik pula agar dapat men-
jadi suguhan yang baik bagi pendengamya".
Memang betapapun bagus dan indahnya susunan kata-ka
ta dan irama dari sebuah nyanyian, tetapi apabila yang mem-
bawakannya tidak b~ik, maka akan menimbulkan kesan yang
tidak baik pula. Sebaliknya walaupun susunan kata-kata dan
irama dari sebuah nyanyian kurang baik, tetapi aibawakan
ol6h penyanyi dcngan suara dan cara yang baik; maka akan
merupakan suguhan yang baik dan menarik.
34
kan dengan cara yang kurang baik dan menimbulkan kesan
berlebih-lebihan serta pada waktu yang tidak tepat. DemikiQn
lah pula apakah perlu bahwa acara-acara tersebut (tarhim, pu-
jian, dzikir) semuanya dikumand · ·tgkan keluar? Lebih-lebih
apabila yang dikumandangkan itu hanya berasal dari cassete.
Dalam hbungan ini kiranya perlu dijadikan bahan perban-
dingan bahwa di Mekkah AI Mukarromah sendiri sebagai pu-
sat agama Islam yang selalu dikumandangkan melalui pengeras
suara terutama adalah adzan dan iqomah saja.
Seiain dari segi materi kiranya perlu pula dibahas peng-
gunaan pengeras suara di mesjid/mushalla dari segi lain seperti
dari segi waktu dan sasarannya. Dari segi waktu kiranya tidak
pada tempatnya apabila jauh sebelum waktu sholat tiba pe-
ngeras suara telah dibunyiL. sehingga sangat mengganggu ba-
gi mereka yang memerlukan istirahat dari cape dan penatnya
kerja. Sedangkan dari segi sasaran kiranya tidak pada tempat-
nya pula apabila suara yang dikumandangkan terdengar jelas
dan keras jauh keluar mesjid/mushalla sedangkan bagi audien-
ce/pcngunjung di daiam mesjid/mushalla sendiri justru tidak
terdengar jelas karena suara terbuang_iauh keluar. Oleh sebab
itu bag1 masjid/mushalla di kota-kota mungkin lebih tepat
dan bijaksana apabila pengeras suaranya selain untuk adzan ·
di arahkan terutama kepada audience yang berada di dalam
wasjid/mushalla, kecuali tentunya pada peringatan hari-hari
besar seperti Maulid N abi, Isro Mi'raj dan sebagainya yang
memang audiencenya bersifat massal.
Penutup
Selanjutnya perlu diperhatikan kiranya pendapat ahli 11-
mu Komunikasi seperti Harold Lassweii,Zimerman dan Bauer.
Mereka berpendapat bahw a suatu komunikasi hanya akan ef-
fektif apabila menunjang harapan dan keinginan sosial bagi ko-
munikasi baik individu atau kelompok. Berdasarkan hal itu ki-
ranya dapat dinyatakan bahw a penggunaan pengcras suara di
masjid/mushalla haruslah dilakukan dengan memperhitungkan
35
kondisi psiko-sosial dan kulturil serta kebutuhan dari masyara
rakat di sekitar masjid/mushalla yang bersangkutan. D akw ah
"bil hikmah wal mau'idzotil hasanah" kiranya harus pula di-
terapkan dalam penggunaan hasil teknologi komunikasi beru-
pa pengeras suara di masjiJ/mushalla. Demikian pula "Islam
sebagai Rohmatan Iii 'Alamien'l"kiranya harus terpancar dari
setiap alunan suara yang berkumandang dari pengeras suara
masj id/ m ushalla.
Oleh karena itu kami mengharapkan semoga Lokakarya
"Ketentuan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid/Mushalla"
ini berjalan lancar dan dapat membuahkan hasil-hasil yang
konkrit dan positif bagi syi'ar Islam pada umumnya dan bagi
penggunaan pengeras suara di masjid/mushalla pada khusus-
nya, agar hal itu tetap menunjang citra masjid/mushalkl seba-
gai Pusat Dakwah dan Ibadah.
Akhirnya kepada panitia pelaksana, para pemrasaran,
serta segenap peserta Lokakarya kami ucapkan SeJamat Ber-
lokakarya, semoga kita semua senantiasa dianugerahi Rahmat
dan Hidayah Allah SWT. Amien.
36
FUNGSI PENGERAS SUARA BAGI SYI' AR
DAN KEMAKMURAN MASJIO/MUSHALLA
oleh Drs.H.Ibrahim A.R.
I. Pendekatan Masalah :
Berbicara tentang "Fungsi Pengeras suara bagi syi'ar dan
kemak_!Iluran masjid/mushalla" kita tidak dapat melepaskan-
diri dari berbicara ten tang "Fungsi adzan" karena satu dengan
yang lain mempunyai segi-segi fungsi yang bersamaan, atau
yang pertama menjadi alat bagi yang kedua dalam usaha me
ningkatkan daya guna dan manfaat dari fungsi itu.
A.9zan menurut lughah berarti j'lam, yang dapat diartikan
dengan pemberitahuan, pennakluman (pengumuman), atau
n.ida'· yang berarti panggilan, seruan.
Adzan dengan arti demikian terdapat dalam ayat-ayat
A1-Qur'an, an tara lain :
37
j,.
38
0 yala api tinggi-tinggi. Namun Nabi menolak juga karena se-
rupa dengan kebiasaan di kalangan kaum Majusi.
Demik.ianlah dalam permusyawaratan tersebut belum
berhasil ditemukan suatu cara untuk memberitahukan masuk
nya waktu shalat dan sekali gus memanggil kaum muslimin
berkumpul untuk mengerjakan shalat jama'ah. Sampai akhir-
nya sahabat Abdullah bin Zaid bermimpi didatangi oleh seo-
rang lelaki dan mengajarkan ad zan kepadanya. Mimpi tersebut
dibenarkan oleh Nabi dengan sabdanya :
Artinya : "Sesungguhnya itu adalah mimpi yang be!lar" Dan sejak itu
disyari'atkanlah adzan.
rP'(r-P.~~'-'~'
yang juga diucapkan dua kali. Tatsbib ini berfungsi mem-
bangunkan orang tidur dan menggerakkannya untuk da
tang beJjama'ah ke masjid/mushalla.
39
c. Dilakukan di ternpat yang tinggi, agar jangkauan suara le-
bih jauh dan luas kesekitar rnasjid/mushalla.
d. Diutamakan kalau muadzdzin bersuara baik (rnerdu) untuk
lebih berdaya guna dalarn rnenggugah hati dan rnemikat.
e. Diucapkan dengan suara yang keras (berbeda dengan iqa-
rnat) agar kedengaran bagi orar.g yangjauh.
f. Berpaling kekiri dan kekanan (memalingkan muka kekiri
dan kekanan) agar suara rnelebar kesegenap arah.
g. Adanya dua adzan dipagi hari. Yang pertarna dilakukan be-
berapa saat menjelang rnasuk waktu shalat subuh. Fungsi-
nya untuk membangunkan orang tidur.
h. Pada rnasa khalifah Usman bin 'Affan dilakukan dua adzan
untuk shalat jum'at, karena diwaktu itu urnat Islam bukan
saja sudah sangat banyak dan berkeliaran jauh dari rnasjid,
melainkan juga sudah sangat sibuk dengan berbagai kesibuk
an yang rnenyebabkan orang terlupa dengan sudah dekat-
nya waktu shalat jurn 'at. Mereka ban yak datang ke mesjid
setelah imam naik di atas rnimbar sehingga tidak sernpat
mendengar khutbah. Usrnan rnenyuruh rnelakukan dua ad-
zan untuk menghilangkan keadaan yang tidak baik itu.
Dalarn hal perbuatan khalifah Usman ini rnengandung pu
Ia fungsi khusus dari adzan pertama yaitu rnemberikan pelu-
ang kepada pihak-pihak yang sibuk untuk segera berbenah me
nyiapkan diri pergi ke masjid, rneninggalkan dagangan (bagi
yang berdagang), meninggalkan-kantor (bagi yang berkantor),
meninggalkan kebun dan sawah ladang (bagi petani), mening-
galkan segala keija dan usaha yang menyebabkan orang sibuk-
dengannya dan terlambat datang ke mesjid.
· Dari statuta adzan tersebut ayat a sarnpai dengan f di-
tambah dengan hal yaL~ tersebut aya!_g dan h sernakin jelas-
lah bagi kita ~pa dan bagairnana fungsi ad zan itu. Fungsi besar
dalam pelaksanaan ibadat shalat yang merupakan "tiang aga-
ma" ini ada padanya. Sekali lagi kami hendak menyimpulkan
sebagai berikut :
Adzan berfungsi :
40
1. Sebagai pemberi tahu tentang datangnya waktu shalat.
2. Sebagai penggugah hati dan penggerak umat untuk mengi
ngat kepada kewajibannya.
3. Sebagai penyeru untuk datang berkumpul ke masjid melaku
kan shalat jama'ah.
4. Sebagai syi'ar kebesaran ibadah ini.
5. Sebagai pembangun orang tidur (shalat shubuh).
6. Sebagai pengingat khusus bagi yang sering dilalaikan oleh
kesibukan-kesibukan.
41
Semuanya berkejaran dengan waktu. Mereka benar-benar te-
lah lupa kepada peringatan Tuhan :
f;)~_}Y_,~~'~.Y~\O:lJ'~~
u_,_,...,,.:l\~ ~~-' t; ..:..u.; ~ ~ dJ)~ ac- _J
42
a. berapa kali panggilan
b. dengan apa dipanggil
c. pada saat mana panggilan itu dilakukan.
Namun hal·hal tersebut yang bersifat technis agaknya te-
lah teijawab dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh
Nabi dan praktek-praktek yang beliau (suruh) lakukan, yaitu:
a. panggilannya satu kali kecuali dipagi hari untuk shalat shu-
huh.
b. dipanggil dengan lafadz-lafadz menurut yang diperoleh oleh
Abdullah bin Zaid dalam mimpinya.
Pada masa Nabi umumnya kaum muslimin telah berkum
pul di masjid sebelum waktu shalat Jum'at masuk, sehingga
ad zan tidak perlu dua kali dan tidak perlu pula kepada sesuatu
yang berupa "pra-i1am" dengan bacaan-bacaan ayat AI-Qur'
an (umpamanya) dan sebagainya. Begitu waktu Jum'atmasuk
orang sudah siap duduk dengan teratur di tempat (dishaO dan
adzan segera dimulai.
Hal ini dapat dibuktikan dengan teijadinya peristiwa
"keluar dari masjid" ketika kebetulan pada suatu hari Jum'at
ketika Nabi sedang berkhutbah, datanglah serombongan ka-
filah dagang dari negeri Syam ke Mekkah dengan membaw a
barang-barang baru yang biasanya harganya lebih murah. Para
pedagang yang sejak sebelum masuk waktu shalat sudah bera-
da dalam masjid, begitu mendengar teriakan suara kafilah da-
gang yang bam datang itu, segera bangun dari duduk dan ber-
lari keluar walaupun dikala itu Nabi sedang berkhuthbah, se-
bagaimana diceritakan Tuhan dalam frrman-Nya :
,
U\.;~_£:;_,~\~~\~_,\~.J~L,~t.;L,
~ JJ) ~ . ~~~_ftlll 0J..fo. .W'..h.c. GjJ
(\\ d~\) ~j~h
! ..
43
Artinya : "Dan apabila mereka melihat perdagangart (perniagaan) atau
permainan. mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggal-
kan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhuthbah). Katakanlah :
"Apa yang disisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan pemia-
gaan. Dan Allah sebaik-baik pemberi rezki." (Q.S.Al-Jum 'at : 11 ).
44
menambah adzan satu lagi barangkali terlalu bores dengan
adzan. Dan barangkali ini pulalah motifnya mengapa disemen
tara negeri orang menambah dengan sesuatu yang lain, seper-
ti beduk, tongtong, dan sebagainya yang dibunyikan beberapa
menit sebelum masuknya waktu shalat.
Sekali lagi sernuanya ini dengan tujuan :
a. memberitahukan bahwa waktu shalat telah diambang pintu
b. mengingatkan orang-orang yang lalai, lengah, atau alpa yang
disebabkan oleh kesibukan-kesibukan.
c. sebagai pra-seruan agar kaum muslimin segera bersiap dan
berbenah untuk pergi ke masjid melakukan shalat.
d. sebagai menambah syi'ar, dan sebagainya.
Sekarang zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan tekno-
logi. Dengan ilmu dan teknik membuat hidup ini lebih mudah,
ringan dar. enak, membuat segala usaha dan ketja manusia le.:-
bih gampang, termasuk usaha dan ketja mengingatkan orang
yang terlalai kepada shalat. Dengan ditemuinya atau adanya-
mikrofon/pembesar suara usaha tersebut menjadi lebih effek-
tif dan berdaya guna.
Pembesar suara dapat menjangkau jarak yang lebih jauh
sehingga lebih banyak orang dapat mendengar dan mengeta-
hui masuknya waktu shalat. Pembesar suara lebih nyaring se-
hingga lebih banyak hati yang tergugah dan tergerak untuk
melaksanakan ibadat yang paling utama ini. Pembesar suara
lebih ampuh untuk mernbangunkan orang tidur dan gemanya
memberikan wama khusus bagi syi'ar kebesaran ibadat shalat
dan bagi masjid/mushaJla sebagai pusat peribadatan dan kebu-
dayaan yang selalu memancarkan cahaya kebenaran.
PEMBESAR SUARA LAKSANA MUBALLIGH PENE-
RUS ATAU PENYAMBUNG LIDAH DARI MUADZDZIN.
Suaranya laksana angin menderu masuk menembus tiap rumah
dan kamar, menembus kedalam tiap ruangan kantor dan toko
sayup-sayup dikejauhan sarnpai kepinggir sawah dan ladang
tempat petani beketja atau ketepi pantai tempat nelayan men
cari nafkah, sanggup mengatasi riuhnya suara mobil dan pa-
45
brik, sanggup melewati pencakar-pencakar langit dan menero-
bos kamar-kamar terkunci.
IV. P e n g g u n a a n.
Dari uraian di atas kiranya jelaslah betapa besar fungsi
dan peranan yang dimiliki oleh pengeras suara. Dia pengganti
puluhan rahkan ratusan muadzdzin dalam mengemban fungsi
adzan. Dan (maaf) terlalu tolol rasanya jikalau kita tidak mau
menggunakannya, sedangkan tukang-tukang jual obat diping
gir jalan telah menggunakan, demi menarik minat orang, me
narik massa, menambah syi'ar (ramai) menambah laris dan
sebagainya.
Syukur pad a saat ini boleh dikatakan tidak ada lagi umat
Islam atau masjid yang menolak pemakaian pembesar suara,
bahkan sebaliknya, karena fungsinya yang sangat besar itu,
mereka seperti merasa kekurangan apabila di masjidnya belum
ada alat ini.
Di masjid-masjid yang makmur kadang kala memiliki le-
bih dari satu buah pembesar suara, dan karena gandrung de-
ngan tugas mengingatkan orang kepada shalat, memanggil ke-
pada betjamaah dan menampakkan syi'aryanglebih besar, rna
ka pemakaiannyapun sudah sangat luas, tidak hanya sekedar
untuk mengumandangkan suara adzan yang kurang lebih di-
perlukan waktu dua menit, melainkan telah diperpanjang de-
ngan didahului ~leh pengajian··pengajian AI Qur'an atau baca-
an-bacaan lainnya. ·
Sesungguhnya maksud dari perpanjangan di depan ini da
pat dipahami, yaitu selain untuk melaksanakan rasa tanggung
jawab yang tersimpul dalam kegandrungan di atas, juga untuk
memberikan kesempatan yang cukup kepada yang mendengar
pengajian untuk mempersiapkan diri dan membenahi segala se
suatunya yang berkaitan dengan :
ketjanya (map, dokumen-dokumen penting)
bersuci (mandi kekamar kecil, wudzu'},
46
berpakaian yang serasi (ganti baju keija dengan baju un-
tuk bershalat),
be.rjalan menuju masjid/mushalla.
Dengan demikian mereka tidak perlu tergopoh-gopoh
~.o~,e:-~~~ :j\.;i.)~~J~
~,oW~J~..J·~~.)\rL'_,4{ ... kcJ)I
~~,a.)\ d\l:.l~~:_.) ~\; ~ 4 \..:;, L. ~ _Jt;
I_,_~"' . . ' J\ r--~
:. ' . ..~ .'Y\.1...0 .) .
.. .. \\ . \ '~
I ... J\!'
"' ! : u\ 'l!J:'
47
bih dulu, atau tidak tetapi yang pasti rambutnya kusut, mata
nya kotormulutnya bau dsb. atau perlu kejamban dan seterw
nya. Untuk itu semua diperlukan waktu.
Akan tetaPi perpanjangan itu disementara masjid/mu·
shalla terlalu berlebih lebihan, terlalu lama, sehingga (maaO
mungkin memuakkan pihak-pihak tertentu, atau menimbul-
kan antipati yang dilanjutkan dengan reaksi prates dan seba-
gainya.
Untuk menghindari hal-hal yang negatif tersebut dan un-
tuk menghilangkan image yang kurang bail<, berapa lamakah
gerangan waktu perpanjangan itu yang agak baik?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita berqias (berban-
ding) lagi.
I. Kitab-kitab Hadits dan Fiqih menerangkan bahwa adzan
shubuh sejak zaman Nabi SAW memang telah dilakukan
dua kali. Hadits yang berikut menerangkan hal itu.
Jt_;, ~\; r+-'~ JJ)IL-M_; ·~k._,~(r.\~
L,)~J ~~0.:,~~~o\('.;.oc~J)\ ._j_,..,.J
c~~-) c~i:f\ d-'~-'~J->-~_,1oS
Artinya : "Dari lbnu Umar dan Aisyah r.a keduanya berkata : Telah
bersabda Rasulullah SAW sesunggulmya Bilal melaksanakan adzan di-
waktu masih malam (sebelum keluar [ajar). Maka makan dan minum-
lah (bersahur) sampai ad zan lbnu Ummi Maktum "(ketika terbit [ajar).
(H.Muttafaq alaih).
Hadits ini menggambarkan bahwa antara adzan pertama
yang dilakukan oleh Bilal dengan adzan kedua yang dilaku-
kan oleh Ibnu Ummi Maktum waktu cukup panjang, masih
sempat orang makan minum (bagi yang akan berpuasa pada
siang harinya). Dengan mukaddimah makan: sampai dengan
cuci tangan paling sedikit diperlukan waktu 15-20 me nit.
Keadaan seperti ini tidak hanya dalam bulan J.<.amadl:lan,
tetapi juga diluar bulan Ramadhan, karena fungsi adzan perta
48
rna pada shubuh hari ini bukan hanya sekeda:r untuk memba-
ngunkan orang bersahur, tetapi juga yang tidak bersahur. Hal
ini jelas tergambar dalam sabda Rasulullah SAW ;
49
masjid/mushalla perlu pula diperhatikan, seperti :
a. Jumlah pembesar suara yang disesuaikan dengan bes<
kecilnya masjid/mushalla.
b. Tempat pemasangan (tinggi atau rendah).
c. Bentuk (kecubung/terompet atau bersegi empat).
d. Amplifier.
e. Keadaan lingkungan(masyarakat di sekitar masjid.
Dengan menjaga disiplin idiel dan tehnis ini, mudah-mu
dahan pemakaian pembesar suara di masjid/mushalla tidal
akan menimbulkan antipati dan dengan demikian pembesa
suara dapat berfungsi dengan sempurna, baik sebagai penyam
bung lidah muadzdzin dalam memberitahukan maksudny:
waktu shalat dan memanggil orang untuk berkumpul dimas
jid/mushalla, guna melakukan shalat jama'ah, ataupun sebaga
pembangun orang tidur, sebagai pengingat yang lupa/lalai, se
b~gai kiprah dari syi'ar ibadat yang dikatakan TIANG AGA
MA ini.
50
ASPEK HUKUM DAN AGAMA DALAM PENGGUNAAN
PENGERAS SUARA D! MASJID/MUSHALLA
51
untuk Ibukota-Ibukota Propinsi di Seluruh Tanah Air.
II. Syi'ar Islam dan situasi dan kondisi Masyarakat Kota.
l. Kita dapat berbangga hati, bahwa Agama Islam ini sudah
cukup bersyi'ar di bumi tercinta ini, dimana puncak
,,syi'ar itu adalah pada MTQ Nasional.
Kita dapat pula melihat syi'ar ini pada berkembangnya
Majelis Majelis Ta'lim, Pengajian-pengajian, ceramah-ce-
rarnah agama, pembinaan-pembinaan rohani apakah itu
di kantor kantor, di kompleks-kompleks perumahan dan
asrama-asrama, kuliah-kuliah subuh, peringatan-peringat
an Hari Besar Islam yang sambung bersambung, pemba-
caan-pembacaan kalam Ilahi dan kumandang azan meta-
lui RRI dan Radio-Radio Amatir/Da'wah. Bahkan syi'a1
ini juga menembus dinding-dinding tembok dan terali
tempat-tempat tahanan dan lembaga lembaga pemasya-
rakatan, hampir diseluruh pelosok Indonesia ini.
2. Diantara lain-lain peralatan dan perlengkapan yang men-
dukung meratanya syi'ar itu adalah pemakaian dan peng
gunaan pengeras suara, sebagai suatu alat dizaman tekno
logi ini, untuk menjangkau audience yang lebih banyak,
dan atau lebih luas.
3. Namun, syi'ar Islam itu, tentu saja bukan kita maksud-
kan untuk menimbulkan rasa antipati pada golongan-go ·
Iongan masyarakat, ingin membuat kacaunya masyara-
kat, menciptakan hiruk pikuknya di tengah-tengap ma-
syarakat, yang hendak kita raih dengan syi'ar Islam itu
adalah rasa simpati masyarakat, rasa tenang dan damai
dalam hati masyarakat, rasa cenderung dan gandrung rna
syarakat kepada Islam.
4. Untuk menjangkau maksud di atas, tentu saja kita harus
mengetahui secara mendasar situasi dan kondisi masya-
rakat, dimana syi'ar Islam itu, hendak kita ratakan, di-
mana salah satu medianya adalah dengan penggunaan pe·
ngeras suara.
52
5. Kehidupan saat ini, apalagi di kota-kota besar, khusus-
nya di lbukota Jakarta, mengharuskan setiap orang ber-
juang, berpirau dan bergelut dengan hidup, dimana per-
saingan tambah tajam, yang membuat setiap orang harus
sernaksimal mungkin mencurahkan tenaga dan fikirannya
untuk menghadapi penghidupan dan kehidupan ini.
6. Akibat urbanisasi dan pertambahan penduduk, maka ru-
mah tempat tinggal semakin rapat, antar tetangga sering
hanya dibatasi oleh dinding, dan sangat mudah untuk sa-
ting rnengganggu dan terganggu.
7. Keadaan kehidupan yang demikian itu, memerlukan sa-
ting pengertian antara sesama anggota masyarakat, supa-
ya setiap anggota masyarakat mendapatkan waktu yang
cukup untuk istirahat dan tidur di rumahnya, tanpa me-
rasa terganggu, disamping perlunya pula diberikan suasa
na yang cukup hening bening untuk melakukan ibada.t,
dzikir dan berdo'a kepada Allah SWT.
8. Namun, kami tidak pula menutup kemungkinan, bahwa
untuk beberapa daerah di Indonesia ini, masih diperlukan
penggalakan pcmakaian pengeras suara ini, demi menca-
pat. syt.' ar yang wajar.
.
III. Aspek Hukum dan Agama dalam Penggunaan Pengeras
suara.
I . Penggunaan pengeras suara dalam upacara-upacara keaga
maan, termasuk untuk ibadah, dzikir dan do'a, di mak-
sudkan untuk dapat didengar lebih jelas dan terang oleh
audience dan atau pendengar yang lebih banyak dan le-
bih jelas dan terang oleh audience dan atau pende.ngar
yang lebih banyak dan lebih meluas. Dus, untuk menda-
patkan volume suara yang lebih keras.
2. Tentang bersuara keras ini, terutama dalam beribadah,
dzikir dan doa'a ada beberapa ketentuan dalam ajaran
Islam, yaitu : antara lain :
2.1. Surat Al-lsra' ayat 110 yang berbunyi :
53
''Jangunlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan ja-
nganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara
kedua itu ·:
Maksud dari ayat itu adalah janganlah membaca ayat AI
Qur'an dalam shalat terlalu keras atau terlalu perlahan,
tetapi cukuplah sekedar dapat didengar oleh ma'mum.
2.2. Surat Al-A'raaf ayat 55 yang berbunyi :
....... \ / \
. '•IJ\
~-
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendah-
kan diri dan rasa takut., dan dengan tidak mengeraskan suara di
waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang
yang /alai".
55
V. Pen u t up.
Demikianlah masalah yang dapat kami kemukakan, se-
moga input yang sedikit ini dapat dibicarakan lebih men
dalam dan lebih luas pada forum Lokakarya yang mu
liaini.
Sekian, terima kasih.
56
LAMPIRAN I.
No.B.III-1243/d/3/1976
Ten tang
57
rakat sekitJarnya dengan mernpergunakan alat pengeras
suara secara berlebih-lebihan.
5. Kepada sernua Pengurus Masjid, Langgar dan Mushalla
dalarn wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dirninta
agar rnernpergunakan alat pengeras suara sekitar 15 rn~
nit sebelurn w aktu Subuh pad a hari-hari biasa dan 30 me
nit sebelurn w aktu Subuh pad a bulan Rarnadhan.
6. Dernikianlah Seruan ini dikeluarkan dan diharapkan a-
gar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh w arga kota
yang bersangkutan.
Ct,~·#·--
.
'· - 5\.li Sadikin' • .---
.•
Letnan Jenderal TNI (Marinir)
58
LAMPIRAN U.
MENDENGARKAN :
~.!.tl:,
.. _!..... /
Artinya : Janganlah engkau keraskan sekali sholatmu (sembah-
yang do'a dan dzikir, tetapi jangan pula engkau lembutkan sekali
suaramu, hanya hendaknya engkau menempuh jalan tengah (se-
dang-sedang).
~ ./: ..... ,
~ ~ -!. ;"::' ,..,
~/ ,~ ,_,
b. Finnan Allah~-' 'J-
~~.J ~ .:>\
Artinya : Berdo 'alah kepada Tuhanmu dengan merendah diri.
(AI- 'Araf : 55)
, /' /
~u'~
..
,......... / /
Aninya : Dan ingatlah (berdzikirlah) kamu akan Tuhanmu dalam
hatimu dengan merendahkan diri dan lembut tanpa mengeraskan
suara pada pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang
yang lalai (AI- 'Araf : 205.)
c. Ada riwayat pernah Sayidina Ali keras-keras membaca
sholat dan do'anya, disamping orang tidur, maka Rasul-
lullah ~negurnya,
Sabdanya:
,~l>\·"-'
./ .// __,""". . . . / ,,__,~ / '}
/ /
_,.,.,,, ,./ l ,,
.. _.., u. ..J_, (...0 .....T
• ,
\.; ~ ......,, .; _,.:~/
' . .J: ..0 _)' .::..1;.t/ ; )\ ~ \
~
\~~
./A
.•
,?~_,,,__,,_,., , .. /
Y-:.Y
:.----
~ J.C-...bu /
\
60
"Bacalah untuk dirimu sendiri, karena engkau tidaklah menyeru
kepada Tuhan yang tuli Jerta jauh, tapi engkau menyeru kepada
Allah yang maha mendengar dan dekat ". (Kitab Sunan Wal Mub-
tada 'at).
61
Pertama:
Menganjurkan kepada pengurus-pengurus Masjid/Lang
gar/Musholla :
a. Supaya menggunakan pengeras suara yang diarahka1
keluar Masjid/Langgar/Musholla untuk melakukan ib:
dah, doa dan dzikir yang memang harus disuaraka1
keras dan Iantang.
b. Supaya menggunakan pengeras suara untuk do'a dar
dzikir tersebut diatas, sebelum subuh IS menit sebe
Iurn subuh pad a hari -hari biasa dan 30 me nit sebelurr
subuh pada hari-hari bulan Ramadhan.
Kedua:
Menganjurkan kepada penduduk yang memiliki radio, Tv
Pick up, Tape-recorder, dan sebagainya agar dalam jam-jarr
istirahat, tidur siang dan malam hari Uam 24.00 sampai subuh:
tidak membunyikan atau membunyikan sepanjang tidak men,
ganggu tetangganya, demikian pula halnyadenganpemancar
radio-radio amatir.
Ketiga :
Menganjurkan kepada Pemda DKI Jakarta dengan aparat
bawahannya sampai dengan RW, RT agar lebih mengintensif-
kan undang undang gangguan, baik berupa gangguan suara
maupun mesin/motor asap pabrik dan lainnya yang semuanya
itu mengganggu, bahkan merupakan kesehatan jasmani, jiwa
dan fJ.kiran penduduk, dengan tidak pandang golongan, ting-
kat dan kedudukan sosial ekonomi mereka.
Keempat:
Untuk menyampaikan keputusan ini, kepada pengurus
Mesjid/Langgar/Musholla kepada Perwaki1an Departemen Aga
rna DKI Jakarta dimintakan bantuannya.
62
<AMI 'ALIM ULAMA DKI JAKARTA:
1. K.H. ABDULLAH SY AFI'I t.t.d.
2. K.H. SYUKRI GOZALI t. t.d.
3. K'H. SHOLEH SU'AIDI t.t.d.
4. K.H. FACHRUDDIN SOLEH t.t.d.
5. K.H. MUSLIM t.t.d.
6. K.H. TOHIR ROHILI t.t.d.
7. K.H. MARSUNI I RSY AD t.t.d.
8. K.H. ZARKOWI t.t.d.
9. K.H. SANI HUSEIN t.t.d.
0. K.H. TABRANI RAMELI t.t.d.
l. K.H. K.O. MUCHTAR t.t.d.·
2. K.H. HAMIDULLAH t.t.d.
3. DRS. F. AMIR t.t.d.
4. DRS. BAKIR SAID t.t.d.
5. MUNIR TAMAN M.A t.t.d.
6. K.ABDURRAIJMAN SIDIQ t.t.d.
7. K.R.H.O. HUDA YA t.t.d.
63
PENGGUNAAN PENGERAS SUARA DALAM OAK-
WAH DAN IBADAH DITINJAU DARI SEGI
PSYCHOLOGI SOSIAL
(Ikhtisar)
Yang dicari :
SUARA-SUARA SYAHDU
SUARA-SUARA YANG ME!'GGETARKAN KALBU
65
da~ kehendak manusia. Oleh karena itu, suara sebagai UJ
sur budaya, merupakan lambang atau simbul yang did;
lamnya mengandung makna dan pesan. Tentang makn
dan pesan yang terkandung di dalam suara itulah yan1
hakiki; sedang~an cara dan penggunaan ke!engkapan tel
nis, merupakan sarana. Namun jangan dilupakan, bahw
diantara keduanya itu harus serasi dan seimbang, untul
oapat menyampaikan makna dan pesan yang sebaik-bail
nya.
66.
terhadap kegiatan kegiatan di dalam masjid dan mushalla,
yang disuarakan lewat pengeras suara, yaitu : ·
a. suara adzan
b. Suara bacaan Al-Qur'an
c. suara shalat subuh, magrib, isya
d. suara khutbah Jum'at
e. suara ceramah-ceramah (kuliah subuh dan tabligh)
f. suara-suara selama bulan Ramadhan.
Suara adzan perlu dibahas tersendiri, betapa pengaruh-
nya terhadap kalbu manusia, betapa pengaruhnya bagi
jiwanya masyarakat.
Adzan subuh punya nilai tersendiri, ,apalagi bila dipadu-
kan dengan suasana pagi yang sejuK', didaerah pegunung-
an dan lembah-lembah yang sunyi dan nyaman, dengan
pemukiman penduduk yang terpencar beijauhan. Masa-
lahnya menjadi agak berlainan, bila kita meninjaunya pa-
da lingkungan kota besar seperti di Jakarta misalnya. Pa-
da lingkungan yang padat dan rapat penduduk, betapa-
pun suara adzan yang tunggal tetap amat mengharukan.
Suara Muadzin, menempati penman yang dominan. Gang
guan-gangguan yang sering kali terdengar, justru oleh ada
nya suara-suara lain yang tidak semestinya, dan kurang
adanya pengertian dalam adab atau etika dalam penggu-
naan pengeras suara.
Adzan sebagai pertanda panggilan Shalat, 5 kali dalam se
hari semalam perlu ditertibkan dalam ketetapan waktu-
nya. Sementara itu harus dipahami, bahwa pengaruhnya
terhadap masyarakat sekitar, punya nilai yang berbeda- ·
beda. Perhatikanlah, betapa bedanya persepsi masyara-
kat terhadap adzan subuh, dhuhur, asar, maghrib dan
isya. (Sekedar perbandingan : perhatikanlah tangkapan
kalbu manusia terhadap suara adzim di Ma'~idil Haram,
Masjid Nabawi dan adzan di tengah Padang 'Arafah).
Bacaan Al-Qur'an lew at pengeras suara, harus memenuhi
67
kaidah-kaidahnya. "Dan bacalah AI-Qur'an itu denga
tartil!''(Muzzamil : 4). "Kamu hiasilah AI-Qur'an itu d
ngan suaramu yang merdu" (AI Hadits). Bacaan Al-Qu
an dengan tartil dan suara yang merdu itu, sungguh mt
ngandung keajaiban untuk dapat menyentuh kalbu d<
menciptakan suasana batin yang tenteram dan damai. ~
salahnya ialah, pada saat-saat kapan bacaan itu disuar
kan? Dengan volume suara yang bagaimana? Masyarak
umum di Indonesia, belum sepenuhnya memahami rna
na dan pesan yang terkandung didalamnya. Namun bac
an Al Qur'an telah memberikan suasana kejiwaan terse
diri.
9. Banyak masjid dan mushalla, menyi'arkan suara pada s
at shalat subuh, maghrib dan isya. Suara imam berada
depan, suara ma'mum menjadi latar belakang. Masal;
yang timbul ialah, suara-suara lain dalam masjid yang d
pat merusak suasana khusu', justeru ikut serta masuk k
dalam mikrofon dan tersiar luas. Kegaduhan ini meni1
bulkan kesan masyarakat terhadap imaji tempat ibad:
kaum Muslimin. ·Persoalan lain ialah : Apakah wirid d:.
dzikir mesti disiarkan keras-keras, justru lebih panja
dari shalat itu sendiri. ?
10. Beberapa tahun yang lalu, di Jakarta pemah diadakan c
kusi tentang "Khutbah". Yang hadir dan mengemukak:
pendapatnya, bukan hanya terdiri dari para Khatib saj
Juga hadir dan berbicara, orang-orang yang mewakili s
ara jamaah. Amat menarik untuk dipelajari, bahwa pe
dapat dan kesan jamaah tidak selalu sama dengan pa
khatib. Jamaah masjid di kota besar seperti Jakarta i1
terdiri dari semua lapisan masyarakat, sejak dari lapis
sosial di bawah, menengah dan atas. Persepsinya terhad
isi dan cara penyampaian khutbah, temyata bervari:
pula. Semuanya ini menunjukkan betapa penting per
nan para khatib dalam melaksanakan tugasnya. Sua
ketika pemah dicoba, sejumlah khatib pada suatu m:,
iid, mendengarkan kembali rekaman khutbah masing-rr
68
sing. Mereka umumnya menyadari betapa banyak keku-
rangan yang terdapat disitu, sebab rata-rata khutbah me-
reka kurang dipersiapkan secara lengkap. Dapat dibayang
kan betapa pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar,
sebab khutbah itu disiarkan keras-keras lewat corong mas
jid.
ll. Cerarrah-ceramah di dalam masjid, merupa.kan forum te··
tap, baik mingguan bulanan atau tahunan. Ini merupa-
kan bagian kegiatan pendidikan dan dakwa,ll. Misaln:y,lt
kuliah Subuh, peringatan Maulid dan Nuwlul Qur'an, dan
saat-saat disekitar Idul Fitri dan 'ldul Ad'f1a. Semu~nya
merupakan forum yang be:rt.ikuran masshlf Seberapa jauh
sesungguhnya pengaruh forum ini teri.Uldap ·pembinaan
perikehidupan beragama cfi kalangan masyara.kat luas?
Pengamatan kita barangkali,sepina.k, y;Utu be.rangkat da-
ri dasar dan niat yang benar. Apa.kah isi dan cara penyam
pai_annya itu sudah serasi dengan pesan y~ng dimaksud-
kan? Umumnya dalam ini masih sering teijadi kesenja-
ngan (lag)
12. Secara khusus, perlu adanya pembahasan tentang suara-
suara masjid dan· mushalla selama bulan Rarriadhan. Bu-
lan suci ini, telah menggerakkan mSJ.Syara.kat untuk lebih
banya.k hadir dipusat-pusat peribadatan, untuk mela.ku.,.
kan shalat tarawih, memperbanyak bacaan AJ-Qur'an dan
disunahkan melakukan 'itikaf.
Suasana khusu' dan damai ini, justru banyak diganggu
oleh kegaduhan yang luar biasa. Timbullah pertanyaan
dikalangan masyarakat luas (dikalangan kaum Muslimin
sendiri), perlukah suara bedug dipukul keras-keras (le-
wat pengeras suara juga) s~sudah tarawih dan menjelang
waktu sahur ? Perhatikanlah, betapa corong masjid digu-
nakan untuk meneriakkan "sahur", justru pada saat orang
sudah bangun, dilingkungan pemikiran yang padat dite-
ngah kota atau daerah pinggiran. Demikian pula, suara
takbir menjelang 'Idul Fitri dan 'Idul Adha. Kesan ma-
syarakat selama ini, masjid dan mushalla kurang mencer~
69
minkan suasana yang diharapkan dalam bulan-bulan st
atau bahkan menimbulkan kesan sebaliknya.
13. Sesungguhnya, diantara sekian banyak kegiatan yang 1
suarakan lewat masjid dan mushalla, ada sesuatu yang!
lalu dicaridan didambakan oleh masyarakat luas, dima
pun mereka berada, yaitu : "suara-suara yang syahd
suara-suara yang menggetarkan kalbu"
Siraman rohani yang dapat mengembalikan man usia pac
fitrahnya. Dalam keletihan bergulat mengatasi kehidup<
yang berat, hanyalah diperoleh dari tuntunan agarr
Mesjid dan Mushalla kita punya fungsi utama di sini. 1
pi justru sering diabaikan. Masyarakat sering sekali p
nya imaji yang tidak pada tempatnya. Tapi itulah mas;
lah yang hams kita hadapi bersama.
70