Anda di halaman 1dari 39

Tanaman Transgenik

Penghasil Vaksin Edible


Nova Wahyu Pratiwi, S.Si., M.Sc.
Tim Pengampu MK Bioteknologi Pertanian
Vaksin Edible
• Untuk mengatasi kendala dalam ketersediaan
vaksin, pada awal tahun 1990-an telah
dikembangkan tanaman transgenik yang
mengandung fragmen DNA bakteri atau virus.
• Fragmen DNA bakteri atau virus ini merupakan
gen yang akan mengkode pembentukan
protein, sehingga bila tanaman tersebut
dikonsumsi akan menghasilkan respon imun.
• Sistem kekebalan tubuh yang terbentuk akan
dapat mengenali epitop spesifik pada
permukaan sel bakteri dan virus, sehingga
akan terhindar dari infeksi bakteri atau virus
tersebut.
Vaksin Edible

• Tanaman ini disisipi gen yang


memproduksi protein sebagai
epitope suatu penyakit yang bila
masuk ke dalam tubuh kita dapat
berfungsi sebagai vaksin.
• Dengan model ini tanaman berfungsi
sebagai bioreactor atau pabrik yang
memproduksi vaksin dalam buah
atau sayuran yang dapat dikonsumsi
langsung.
Konsep Vaksin
Edible
Konsep Vaksin
Edible pada Ternak
Sejarah
• Pada tahun 1998, para peneliti Universitas Maryland di Baltimore berhasil
melakukan penelitian terobosan dalam produksi vaksin. Peneliti berhasil
menyisipkan vaksin ke dalam tanaman pangan yang kemudian dikenal dengan
nama edible vaccine.
• Vaksin dari toksin E. coli disisipkan ke dalam tanaman kentang.
• Kentang transgenik tersebut dikonsumsi oleh 11 orang dewasa dengan kondisi
sehat kemudian dilakukan pemeriksaan. Dari sampel darah yang diperiksa, 10
dari 11 orang tersebut mengalami peningkatan kadar antibodi.
• Keberhasilan ini menunjukkan efektifitas penggunaan dalam meningkatkan
kekebalan tubuh akibat paparan penyakit.
Kelebihan Vaksin Edible
• Meningkatkan keberhasilan imunisasi karena produksi yang lebih efisien.
• Mudah diproduksi secara besar-besaran tanpa teknologi tinggi.
• Lebih murah karena tidak perlu proses purifikasi.
• Lebih mudah didistribusikan karena lokasi produksi (penanaman) lebih
dekat.
• Tidak memerlukan penyimpanan pada suhu dingin.
• Aplikasi lebih mudah khususnya untuk anak-anak karena cukup dengan
konsumsi sayur dan buah transgenik tersebut dan tidak perlu melatih
tenaga paramedis untuk melakukan imunisasi.
Kekurangan Vaksin Edible
• Produk ini juga menimbulkan suatu kekhawatiran bagi beberapa
pihak. Sebagai produk tanaman transgenik, maka vaksin edible tentu
akan memiliki permasalahan yang sama dengan tanaman
sebelumnya, yaitu adanya ketakutan terhadap efek samping maupun
penggunaan bahan yang tidak dapat diterima.
• Di antara ketakutan yang muncul antara lain masuknya allergen dari
organisme yang disisipkan serta pencemaran gen pada lingkungan
melalui persarian silang (cross-pollination).
Keterbatasan Vaksin Edible
• Data stabilitas vaksin dalam buah masih perlu digali.
• Seleksi kandidat tanaman pembawa masih penuh tantangan.
• Konsistensi dosis tidak sama untuk masing-masing tanaman
pembawa.
• Beberapa tanaman, seperti kentang, tidak dikonsumsi langsung.
Sementara proses pengolahan yang melibatkan panas akan
mengurangi efektivitas vaksin.
Perkembangan Vaksin Edible
• Sejauh ini vaksin edible masih taraf ujicoba praklinis.
• Beberapa pengujian yang berhasil adalah vaksin diare dan hepatitis.
• Beberapa tanaman yang telah diujicobakan adalah pisang, kentang,
tomat, selada dan padi.
Perkembangan Vaksin
Edible

• Universitas Airlangga yang diwakili oleh Chairul Anwar


Nidom (Ketua Avian Influenza – Zoonosis Research
Center) menggandeng PT Riset Perkebunan Nusantara
(PT RPN) untuk mengembangkan varian vaksin flu
burung (H5N1) melalui buah pisang dengan teknik
reverse genetic.
• Penelitian diawali melalui embriogenesis somatik
untuk membuat sel-sel kalus.
• RNA virus flu burung kemudian disintesis menjadi
cDNA serta direkombinasikan dengan DNA pisang
secara in vitro.
• Harapannya buah pisang yang akan dihasilkan
mengandung antigen vaksin flu burung yang
kompatibel untuk manusia.
Mekanisme
Aksi Vaksin
Edible
Pemilihan Tanaman untuk Vaksin Edible

• Harus memiliki masa simpan yang lama tanpa degradasi.


Sereal seperti beras, jagung, dan gandum adalah contoh
bagus dari tanaman-tanaman tersebut.
• Harus tumbuh dengan cepat. Buah atau sayuran yang
biasanya tumbuh di pohon dianggap bukan kandidat yang
baik karena membutuhkan waktu yang lama untuk
tumbuh dan matang, sementara tanaman seperti
tembakau dan tomat memiliki waktu pertumbuhan yang
cepat.
• Mudah diubah. Tanaman yang telah menjadi subjek
penelitian yang signifikan dan teknik transformasi telah
dioptimalkan adalah kandidat tanaman yang sangat baik.
Metode Transformasi DNA ke dalam
Tanaman

Plasmid Vector
Carrier System: Microprojectile
Agrobacterium Bombardier
tumafaciens
Metode Agrobacterium tumafaciens

Langridge W.H.R., 2000. Edible Vaccines. Scientific American September 2000, p. 66-71. Ilustrasi
pembuatan vaksin edible pada tanaman kentang.
Agrobacterium, obtained
initially from the soil, can
insert the T‐DNA region of Ti
plasmid into the plant
genome by infecting plant
cells.
Metode Microprojectile Bombardment
• Metode Microprojectile Bombardment, yang juga dikenal sebagai
metode tembakan gen, adalah salah satu teknik yang digunakan
dalam rekayasa genetika untuk memasukkan gen tertentu ke dalam
sel tanaman atau organisme. Ini adalah salah satu metode yang dapat
digunakan dalam pengembangan vaksin edibel.
Metode Tambahan: Elektroporasi

Transfer gen melalui elektroporasi pada protoplas.


a. Transformasi genetik tanaman dengan elektroporasi
mencakup empat langkah:
1) sel diinkubasi dengan pDNA;
2) medan listrik mengubah distribusi potensial
membran sel;
3) pembentukan lubang pada membran sel dan
pDNA memasuki sel;
4) lubang membran diperbaiki setelah medan listrik
ditarik kembali. Model struktural hipotetis untuk
konformasi membran sementara dan metastabil.
b. Fluktuasi volume bebas.
c. Protrusi air atau "dimple". Molekul atau ion melewati
d. pori hidrofobik atau
e. pori hidrofilik.
f. Pori komposit dengan makromolekul bermuatan
“food on the door" dimasukkan ke dalam pori
hidrofilik.
g. Tegangan transmembran secara signifikan
meningkat dengan makromolekul yang terikat.
Tomat Transgenik
• Tanaman tomat ungu merupakan varian baru hasil kombinasi
dengan gen-gen dari bunga snapdragon atau Antirrhinum majus.
Bunga snapdragon memang dikenal sebagai salah satu
tumbuhan yang kaya anthocyanin, zat yang juga ditemukan pada
berbagai jenis berry berwarna gelap seperti blackberry,
cranberry dan chokeberry. Selain itu, tanaman tomat ungu
dapat dihasilkan dari persilangan buah blueberry, cranberry
yang mengandung anthocyanin yang tinggi.
• Pada proses perakitan tomat ungu, terdapat dua teknik yang
dapat dilakukan. Teknik pertama dapat dilakukan dengan
hibridisasi antara bunga tomat dengan bunga blueberry atauy
cranberries. Teknik hibridisasi yang dilakukan sama dengan
teknik persilangan pada umumnya. Teknik lain untuk
mendapatkan tomat ungu adalah dengan rekayasa genetika.
Menurut penelitian di Inggris dari John Innes Centre, tomat ungu
didapatkan dari hasil mengkombinasikan gen-gen dari bunga
snapdragon atau Antirrhinum majus.
Tomat Transgenik
• Pada pertanian konvensional, tomat harus dipanen ketika masih hijau
tapi belum matang karena tomat cepat lunak setelah matang. Dengan
demikian, tomat memiliki umur simpan yang pendek, cepat busuk
dan penanganan yang sulit. Tomat pada umumnya mengalami hal
tersebut karena memiliki gen yang menyebabkan buah tomat mudah
lembek. Hal ini disebabkan oleh enzim poligalakturonase yang
berfungsi mempercepat degradasi pektin.
• Gen khusus yang disebut antisenescens ditransfer ke dalam tomat
untuk menghambat enzim poligalakturonase.
Tomat Transgenik
• Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus yang disebut anti senescens
yang memperlambat proses pematangan dengan cara memperlambat
sintesa enzim poligalakturonase sehingga menunda pelunakan tomat.
Dengan mengurangi produksi enzim poligalakturonase akan dapat
diperbaiki sifat-sifat pemrosesan tomat.
• Varietas baru tersebut dibiarkan matang di bagian batang tanamannya
untuk waktu yang lebih lama sebelum dipanen. Bila dibandingkan dengan
generasi tomat sebelumnya, tomat jenis baru telah mengalami perubahan
genetika, tahan terhadap penanganan dan ditransportasi lebih baik, dan
kemungkinan pecah atau rusak selama pemrosesan lebih sedikit.
Penyisipan Gen Antibeku
Pada Tomat Flavr Savr

• Tomat Flavr Savr merupakan tomat hasil


rekayasa genetika yang memiliki shelf-life
lama, dapat diciptakan dengan menyisipkan
gen antibeku dari ikan air dingin ke dalam gen
tomat. Gen antibeku ini diperoleh dari ikan
Flounder, yaitu jenis ikan di Antartika yang
dapat bertahan hidup dalam kondisi yang
sangat dingin.
Penyisipan Gen Antibeku Pada Tomat Flavr Savr
• Gen ini dipindahkan dari kromosom di dalam sel ikan Flounder.
• DNA antibeku ini kemudian disisipkan pada DNA bakteri Escherichia coli yang
disebut plasmid. DNA hibrid ini, yang merupakan kombinasi dari dua DNA
berbeda disebut sebagai DNA rekombinan.
• DNA rekombinan yang mengandung gen antibeku ini kemudian ditanam
kembali pada bakteri Escherichia coli.
• Bakteri tersebut memproduksi kopian dari DNA rekombinan dalam
jumlah yang sangat banyak.
Penyisipan Gen Antibeku Pada Tomat Flavr Savr
• Tahap selanjutnya adalah isolasi DNA sel tomat terlebih dahulu yang
dilakukan dengan cara menghaluskan batang tomat dalam nitrogen cair
untuk melepaskan isi sel. Isi sel tersebut kemudian ditempatkan dalam
tabung reaksi, lalu disentrifugasi. Selama sentrifugasi, isi sel terpisah ke
dalam dua lapisan dimana salah satunya adalah lapisan DNA. Lapisan ini
kemudian dipisahkan dari tabung, kemudian ditambahkan enzim restriksi,
yaitu ECO R1 yang berfungsi memotong di lokasi DNA yang spesifik.
• Sel tanaman tomat diinfeksi dengan bakteri tersebut. Setelah itu
ditambahkan enzim ligase ke dalam DNA tomat dan plasmid untuk
menyambungkan DNA, sehingga dapat lengket. Hasilnya, gen antibeku
pada plasmid yang terdapat pada bakteri bergabung dengan DNA sel
tanaman tomat.
Penyisipan Gen Antibeku Pada Tomat Flavr Savr
• Sel tanaman tomat kemudian ditempatkan pada media tumbuh yang
berupa cawan petri yang mengandung media nutrien selektif.
• Bibit tomat mulai ditanam.
• Tanaman tomat hasil rekayasa genetika mengandung satu kopian gen
antibeku dari ikan Flounder pada setiap selnya.
TOMAT TRANSGENIK MEMILIKI NILAI GIZI SEBANDING DENGAN TOMAT
NORMAL

Mengubah genom dari tanaman tertentu secara teoritis bisa mengubah kadar variasi
nutrisi tanaman dimana akan dikonsumsi oleh manusia. Tetapi, dalam kasus tomat Flavr
Savr ini, tidak ditemukan perubahan yang signifikan terhadap kualitas nutrisi
GOLDEN RICE
PADI GOLDEN RICE

● Mengandung provitamin A (beta-karotena) dalam


jumlah tinggi.
● Gen dari tumbuhan narsis, jagung, dan bakteri
Erwinia disisipkan pada kromosom padi.
MELON TRANSGENIK
● Buah tidak cepat busuk
● Gen baru dari bakteriofag T3 diambil
untuk mengurangi pembentukan
hormon etilen (hormon yang berperan
dalam pematangan buah) di melon.

Anda mungkin juga menyukai