Anda di halaman 1dari 167

ANALISIS HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN

PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA


KAIN KATUN DAN KAIN LINEN
DI LKP MEI GOOM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian dari


Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Oleh
NURRIDHA SYAWALYAH
5173143018

PROGRAM STUDI TATA BUSANA


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
ABSTARAK

Nuriidha Syawalyah : Analisis Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan


Sintetis Napthol Pada Kain Katun Dan Kain Linen Di LKP Mei Goom.
Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan 2022.
Penelitian ini bertujuan untuk siswa mengetahui hasil pembuatan shibori
dengan pewarna sintetis napthol dengan kain katun dan siswa mengetahui hasil
pembuatan shibori dengan pewarna sintetis napthol dengan kain linen. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif yaitu berupa teknik pengumpulan data berupa
angka atau nilai untuk mengetahui hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan
sintetis napthol pada kain katun dan kain linen. Populasi dalam penelitian ini
berupa 10 siswa PKL di Lkp Mei Goom. Alat pengumpulan data yang digunakan
adalah pengamatan yang dilakukan oleh 5 observer yang kisi-kisinya terdiri dari 7
indikator yang terdiri dari Bahan kain katun mori dan Bahan Linen, efek warna
pada motif, warna, kecerahan warna, kebersihan warna dan kain, ukuran scarf,
hasil akhir, dengan rentangan skor 4 – 1.
Berdasarkan hasil penelitian pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis
napthol pada kain katun dan kain linen diperoleh hasil pada kain katun rata-rata
(Mean) 23,56 dan Standar Deviasi (SD) 2,99. Nilai tertinggi pembuatan shibori
pada kain katun dengan kategori sangat baik adalah 87. Nilai terendah pembuatan
shibori pada kain katun dengan kategori baik adalah 79. Tingkat kecenderungan
pada kain katun diperoleh sebanyak 5 sampel dengan kategori sangat baik(50%)
dan sebanyak 2 sampel dengan kategori kurang (20%). Pada kain linen rata-rata
(Mean) 20,32 dan Standar Deviasi (SD) 3,48. Nilai tertinggi pembuatan shibori
pada kain linen dengan kategori baik adalah 76. Nilai terendah pembuatan shibori
pada kain linen dengan kategori cukup baik adalah 70. Tingkat kecenderungan
pada kain linen diperoleh sebanyak 4 sampel dengan kategori cukup baik (40%)
dan 1 sampel dengan kategori kurang (10%).
Kata Kunci: shibori, zat sintetis napthol, kain katun, kain linen

i
ABSTRACT

Nuriidha Syawalyah : Analysis of the Result of Shibori Making with


Synthetic Napthol Dyeing on Cotton and Linen Fabrics at LKP Mei Goom.
Thesis. Faculty of Engineering, State University of Medan 2022.
This study aims for students to know the results of making shibori with
synthetic napthol dyes with cotton fabrics and students knowing the results of
making shibori with synthetic napthol dyes with linen fabrics. This research is a
descriptive study in the form of data collection techniques in the form of numbers
or values to determine the results of making shibori with synthetic napthol
coloring on cotton and linen fabrics. The population in this study were 10 street
vendors at Lkp Mei Goom. The data collection tool used is observations made by
5 observers whose grid consists of 7 indikators consisting of cotton mori fabric
and linen material, color effects on motifs, color, color brightness, color and fabric
cleanliness, scarf size, results final, with a score range of 4 – 1.
Based on the results of research on making shibori with synthetic dyeing
of napthol on cotton and linen fabrics, the results on cotton fabrics have an
average (Mean) 23.56 and Standard Deviation (SD) 2.99. The highest value of
making shibori on cotton fabrics with a very good category is 87. The lowest
value of making shibori on cotton fabrics with good categories is 79. The level of
tendency on cotton fabrics is obtained by 5 samples in the very good category
(50%) and as many as 2 samples with the category less (20%). For linen, the
average (Mean) is 20.32 and the Standard Deviation (SD) is 3.48. The highest
score for making shibori on linen with a good category is 76. The lowest value for
making shibori on linen with a good enough category is 70. The level of tendency
for linen fabrics is obtained as many as 4 samples with a fairly good category
(40%) and 1 sample with a poor category. (10%)
Keywords: shibori, napthol synthetic dye, cotton fabric, linen fabric

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan katunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Analisis Hasil Pembuatan Shibori

Dengan Pewarnaan Sintetis Napthol Pada Kain Katun Dan Kain Linen Di

LKP Mei Goom”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Bapak

Siswoyo dan Ibunda Susiyanti yang selalu memberikan kasih sayang, semangat,

dukungan, doa, motivasi dan materi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari

dalam penyusunan maupun materinya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Harun Sitompul, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Medan.

2. Bapak Dr. Zulkifli Matondang, M.Si wakil Dekan 1 Fakultas Teknik

Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Prof. Dina Ampera, M.Si selaku ketua jurusan PKK Universitas Negeri

Medan.

4. Ibu Dr. Farihah, M.Pd selaku ketua prodi Pendidikan Tata Busana dan juga

selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan motivasi, saran,

iii
informasi, dan ilmunya yang banyak membantu penulis dalam menyusun

skripsi ini.

5. Ibu Dr. Nining Tristantie, S.Pd, M.Ds selaku dosen pembimbing akademik

dan juga selaku dosen penguji yang turut memberikan bimbingan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Nurhayati Tanjung, M.Pd selaku dosen penguji yang turut

memberikan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Halida Hanim, M.Pd selaku dosen penguji yang turut memberikan

bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Dra. Fatma Tresno Ingtyas, M.Si selaku sekretaris jurusan Pendidikan

Kesejahteraan Keluarga, beserta seluruh staf dan tata usaha di prodi

Pendidikan Tata Busana.

9. Kepada ibu Mei Indah Jayanti, S.Pd selaku pemilik LKP Mei Goom yang

telah bersedia membantu dan memberi masukkan yang sangat baik dalam

penyelesaian skripsi ini.

10. Kepada keluarga dan kerabat yang telah memberikan semangat dan doa yang

sangat berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan

semangat dan doa yang sangat berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, 3 April 2022


Penulis

Nurridha Syawalyah
5173143018

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...............................................................................7
1.3 Pembatasan Masalah..............................................................................7
1.4 Rumusan Masalah..................................................................................8
1.5 Tujuan Penelitian...................................................................................8
1.6 Manfaat Penelitian.................................................................................8
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA BERPIKIR, DAN PERTANYAAN PENELITIAN....................9
2.1 Kajian Teori...........................................................................................9
2.1.1 Pengertian Analisis............................................................................9
2.1.2 Hakikat Shibori..................................................................................9
2.1.3 Hakikat Pewarnaan Tekstil..............................................................20
2.1.4 Hakikat Serat Tekstil........................................................................23
2.1.5 Pengertian Scarf...............................................................................26
2.1.6 Desain Motif Scarf...........................................................................27
2.2 Penelitian Yang Relevan......................................................................28
2.3 Kerangka Berpikir...............................................................................29
2.4 Pertanyaan Penelitian...........................................................................31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................34
3.1 Tempat, Waktu Penelitian...................................................................34
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................34
3.2.1 Populasi Penelitian...........................................................................34
3.2.2 Sampel Penelitian.............................................................................34
3.3 Desain Penelitian.................................................................................35
3.4 Definisi Operasional............................................................................36
3.5 Prosedur Penelitian..............................................................................37

v
3.6 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data.........................38
3.6.1 Instrumen Penelitian........................................................................38
3.7 Teknik Analisis Data...........................................................................50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................56
4.1 Deskripsi Data Penelitian....................................................................56
4.2 Analisis Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis Napthol
Pada Kain Katun.................................................................................63
4.3 Analisis Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis Napthol
Pada Kain Linen..................................................................................71
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian...............................................................79
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN........................................89
5.1 Kesimpulan..........................................................................................89
5.2 Implikasi..............................................................................................90
5.3 Saran....................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................92

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembuatan Arashi Shibori.......................................14
Tabel 3.2 Jumlah Sampel.......................................................................................35
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Hasil Pewarnaan Sintetis Napthol Pada
Pembuatan Shibori dengan Kain Katun dan Kain Linen.......................39
Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Hasil Pewarnaan Sintetis Napthol Pada Pembuatan
Shibori Dengan Kain Katun..................................................................40
Tabel 3.5 Lembar Pengamatan Hasil Pewarnaan Sintetis Napthol Pada Pembuatan
Shibori Dengan Kain Linen...................................................................44
Tabel 3. 6 Penskoran Instrumen.............................................................................54
Tabel 4.1Analisis Varian Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis
Napthol Pada Kain Katun......................................................................................56
Tabel 4.2 Analisis Varian Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis
Napthol Pada Kain Linen.......................................................................................57
Tabel 4. 3 Distribusi frekuensi pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis
napthol pada kain katun di LKP Mei Goom..........................................................58
Tabel 4. 4 Distribusi frekuensi pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis
napthol pada kain linen di LKP Mei Goom...........................................................59
Tabel 4 5 Tingkat Kecenderungan Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan
Sintetis Napthol Pada Kain Katun.........................................................................60
Tabel 4. 6 Tingkat Kecenderungan Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan
Sintetis Napthol Pada Kain Linen..........................................................................60
Tabel 4 7 Kriteria Penilaian...................................................................................61
Tabel 4. 8 Nilai Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis Napthol Pada
Kain Katun Dan Kain Linen..................................................................................62
Tabel 4 .9 Menganalisis Bahan Kain Katun Mori.................................................63
Tabel 4. 10 Menganalisis Efek warna pada motif Pada Kain Katun.....................64
Tabel 4. 11 Menganalisis Warna Pada Kain Katun...............................................65
Tabel 4. 12 Menganalisis Kecerahan WarnaPada Kain Katun..............................66
Tabel 4 .13 Menganalisis Kebersihan Warna dan kain Pada Kain Katun.............67
Tabel 4. 14 Menganalisis Ukuran Scarf Pada Kain Katun....................................68
Tabel 4 .15 Menganalisis Hasil Akhir Pada Kain Katun.......................................69
Tabel 4 .16 Skor Rat-Rata Hasil Pengamatan Pembuatan Shibori Dengan
Pewarnaan Sintetis Napthol Pada Kain Katun.......................................................70
Tabel 4 .17 Menganalisis Bahan Kain Linen.........................................................71
Tabel 4 .18 Menganalisis Efek warna pada motif Pada kain Linen.......................72
Tabel 4 . 19 Menganalisis Warna Pada Kain Linen...............................................73
Tabel 4. 20 Menganalisis Kecerahan WarnaPada Kain Linen...............................74
Tabel 4 .21 Menganalisis Kebersihan Warna dan kain Pada Kain Linen..............75

vii
Tabel 4 .22 Menganalisis Ukuran Scarf Pada Kain Linen....................................76
Tabel 4. 23 Menganalisis Hasil Akhir Pada Kain Linen........................................77
Tabel 4 .24 Skor Rata-Rata Hasil Pengamat Pembuatan Shibori Dengan
Pewarnaan Sintetis Napthol Pada Kain Linen.......................................................78

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kumo Shibori.....................................................................................11
Gambar 2.2 Arashi Shibori....................................................................................11
Gambar 2.3 Nui Shibori.........................................................................................12
Gambar 2.4 Itajime Shibori....................................................................................12
Gambar 2.5 Simulasi Jarak Lilitan Tali Pada Teknik Arashi Shibori....................13
Gambar 2.6 Alat dan Bahan...................................................................................14
Gambar 2.7 Mengikat Kain Pada Pipa Paralon......................................................15
Gambar 2.8 Proses Pencelupan..............................................................................15
Gambar 2.9 Hasil motif Arashi Shibori.................................................................15
Gambar 2. 10. Kain................................................................................................16
Gambar 2.11 Zat Warna.........................................................................................16
Gambar 2.12 Garam, Napthol dan Kostik Soda.....................................................17
Gambar 2.13 Sarung Tangan................................................................................17
Gambar 2.14 Celemek............................................................................................17
Gambar 2.15 Ember...............................................................................................18
Gambar 2.16 Panci.................................................................................................18
Gambar 2.17 Spatula..............................................................................................18
Gambar 2.18 Gunting Kain....................................................................................19
Gambar 2.19 Pipa...................................................................................................19
Gambar 2.20 Tali Rafia dan Karet Gelang............................................................19
Gambar 2.21 Kompor............................................................................................20
Gambar 2.22 Masker..............................................................................................20
Gambar 2.23 Serat Katun Pada Mikroskop...........................................................24
Gambar 2.24 Serat Linen Pada Mikroskop............................................................26
Gambar 2.25 Motif Arashi Shibori........................................................................28
Gambar 4. 1 Histogram Bahan Kain Katun Mori..................................................64
Gambar 4. 2 Histogram Efek warna pada motif Pada Kain Katun........................65
Gambar 4. 3 Histogram Warna Pada Kain Katun..................................................66
Gambar 4. 4 Histogram Kecerahan Warna Pada Kain Katun................................67
Gambar 4. 5 Histogram Kebersihan Warna dan Kain Pada Kain Katun...............68
Gambar 4. 6 Histogram Ukuran Scarf Pada Kain Katun.......................................69
Gambar 4. 7 Histogram Hasil Akhir Pada Kain Katun..........................................70
Gambar 4. 8 Histogram Bahan Kain Linen............................................................72
Gambar 4. 9 Histogram Efek warna pada motif Pada Kain Katun........................73
Gambar 4. 10 Histogram Warna Pada Kain Linen................................................74
Gambar 4. 11 Histogram Kecerahan Warna Pada Kain Linen..............................75
Gambar 4. 12 Histogram Kebersihan Warna dan Kain Pada Kain Linen..............76
Gambar 4. 13 Histogram Ukuran Scarf Pada Kain Linen......................................77
Gambar 4. 14 Histogram Hasil Akhir Pada Kain Linen........................................78

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Kriteria Penilaian Hasil Pewarnaan Sintetis Napthol Pada Kain Katun
Dan Kain Linen...................................................................................95
Lampiran 2 Data Mentah Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis
Napthol Pada Kain Katun Dan Kain Linen ......................................104
Lampiran 3 Uji Kesepakatan Data Penilaian Pengamat......................................114
Lampiran 4 Data Mentah Perhitungan Rata-rata Hasil Pengamatan Perindikator
Pada Kain Katun Dan Kain Linen ......................................................120
Lampiran 5 Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan Pembuatan Shibori Dengan
Pewarnaan Sintetis Napthol Pada Kain Katun Dan Kain Linen..........134
Lampiran 6 Nilai Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan Pembuatan Shibori
Dengan Pewarnaan Sintetis Napthol Pada Kain Katun Dan Kain
Linen ...................................................................................................136
Lampiran 7 Deskripsi Data Penelitian.................................................................138
Lampiran 8 Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian.................142
Lampiran 9 Skor Penilaian...................................................................................147
Lampiran 10 Persentase Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis
Napthol Pada Kain Katun Dan Kain Linen..........................................................149
Lampiran 11 Rata- Rata Indikator.......................................................................153

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti ini, keinginan manusia untuk memahami

berbagai budaya di dunia semakin menjadi suatu kebutuhan. Pemenuhan

kebutuhan ini ditunjang oleh kemajuan pusat teknologi dan komunikasi pada

Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam perkembangan era globalisasi SDM

dituntut memiliki kreativitas yang tinggi dengan mengangkat keberagaman

budaya, di dunia fashion kreativitas itu ditunjukan dengan menghasilkan produk

menggunakan tekstil yang memiliki ciri khas tertentu.

Industri tekstil dan produk tekstil adalah salah satu industri yang paling

utama untuk dikembangkan. Karena, industri tekstil menempati posisi yang

penting dalam perekonomian nasional dan merupakan penyumbang devisa negara

yang menyerap banyak tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu,

para pelaku usaha khususnya produsen menciptakan produk standar agar produk

lokal tetap berkualitas. Industri tekstil yang sedang berkembang pesat saat ini

adalah fashion, perkembangan dunia fashion saat ini mulai canggih, baik dari segi

bahan yang digunakan dalam pembuatan busana. Proses pembuatan bahan tekstil

yang sedang diminati saat ini adalah proses pewarnaan tekstil atau pemberian efek

warna pada motif pada tekstil yang dapat dilakukan dengan cara teknik printing,

teknik sablon atau pengecapan, batik dan shibori.

1
2

Menurut Kusumayanti, dkk (2020), teknik pewarnaan kain yang meliputi

menjahit, melintir, membuat simpul, menjepit dan membalut adalah teknik

pewarnaan yang dikenal dengan teknik shibori. Teknik dasar yang diperlukan

untuk membuat shibori adalah menggambar kain di atas kain, lalu mengikat

simpul dengan kuat ke kain dengan benang, karet atau tali lainnya. Kemudian

celupkan kain ke dalam satu atau dua lebih warna. Pencelupan dilakukan beberapa

kali baik dengan warna dan efek warna pada motif yang digunakan. Shibori akan

bertahan dan bahkan berkembang selama seniman selalu mencari kemungkinan

kreatif yang menggabungkan teknologi tinggi dengan kerajinan tangan. Shibori

menjadi produk populer untuk mewakili keseluruhan teknik dan gaya rentang

yang tersebar di seluruh dunia. Karena shibori mampu melewati zaman, shibori

dapat beradaptasi pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat bertahan hingga saat

ini dan tersebar secara global termasuk Indonesia. Menurut Wahyuni dan Supardi

(2017), teknik pembuatan shibori salah satu diantaranya adalah arashi, arashi

shibori merupakan teknik pembuatan shibori dengan cara melilitkan sebuah kain

dengan pipa paralon, yang kemudian kain di dorong ke bagian ujung pipa yang

akan menghasilkan sebuah efek warna pada motif berbentuk seperti ombak.

Proses pewarnaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan proses

pencelupan dan proses pencapan. Pencelupan adalah suatu proses pemasukan zat

warna ke dalam serat-serat tekstil sehingga diperoleh suatu warna yang sifatnya

dapat dikatakan stabil. Menurut Adiningtyas (2018), pencelupan menggunakan zat

warna napthol merupakan zat warna yang tersusun dari dua komponen, yaitu

bahan utama disebut dengan napthol AS dan bahan pembangkit yang disebut
3

diazonium . Menurut Susanto (2019), proses pencelupan dengan menggunakan zat

warna napthol harus dilakukan dengan resep standar, proses pewarnaan napthol

terdiri atas dua bagian yaitu napthol dan garam diazo sebagai pembangkit warna.

Masing-masing larutan tidak dapat memberikan warna, warna akan timbul setelah

napthol dan garam diazo bereaksi.

Menurut Sinclair (2015), deskripsi hasil pewarnaan yang baik adalah

atribut dalam penyerapan warna, ketajaman hasil pewarnaan dari jumlah

keseluruhan yang diwarnai, kecerahan dan kekusaman dari warna yang dihasilkan

dalam proses pencelupan. Atribut dalam penyerapan warna adalah zat warna yang

terserap pada bagian baik dan buruk bahan baik warna yang digunakan.

Ketajaman hasil pewarnaan bisa dilihat dari ada tidaknya warna yang belang pada

hasil pencelupan. Kecerahan warna adalah kuat tidaknya warna yang dihasilkan

yang bisa dilihat dengan menggunakan tingkatan warna.

Sifat serat tekstil yang digunakan dalam pembuatan shibori, akan

mempengaruhi proses pembuatan dan pengolahan. Bahan-bahan yang berasal dari

serat alam memiliki daya serap yang tinggi dalam menyerap zat warna seperti

kain katun dan kain linen. Menurut Irhami, dkk (2017), kain katun merupakan

salah satu jenis kain yang berasal dari serat alam tanaman kapas, yang memiliki

daya serap warna yang baik, karakteristik kain katun sebagai bahan yang selalu

berubah-ubah atau tidak tetap, sehingga sifat dan penampilannya sulit untuk

diketahui, katun memiliki sifat bahan yang kaku, bertekstur kusam dan kuat.

Menurut Khotimah (2020), kain linen merupakan kain yang berasal dari serat

alam berupa tanaman flax, kain linen mempunyai serat alami terkuat dan tahan
4

lama dan dapat menyerap air dengan sangat baik. Namun, untuk diperoleh hasil

yang maksimal, diperlukan proses dan material yang tepat untuk menghasilkan

visual akhir yang optimal.

Pembuatan shibori cukup baik popular di Negara Jepang dan

mancanegara tidak terkecuali di Indonesia. Usaha pembuatan shibori sudah

berkembang pesat pada saat ini di beberapa daerah kota Jawa maupun Sumatera

yang menekuni teknik pewarnaan shibori termasuk di kota Medan. Salah satu

usaha pembuatan shibori di kota Medan adalah LKP Mei Goom, LKP yang

bergerak dalam bidang usaha busana yang didirikan oleh Mei Indah Jayanti S.Pd,

sebagai pemilik usaha. LKP Mei Goom berdiri pada tahun 2017, yang bergerak

dalam bidang usaha busana yang memproduksi teknik pewarnaan kain seperti

shibori, batik dan jumputan, yang disalurkan melalui pelatihan shibori dan batik di

sekolah, kampus, organisasi dan lembaga masyarakat. Produk shibori yang

dihasilkan berupa kain shibori, busana shibori, sepatu dan tas shibori. Tahap

pembuatan shibori dimulai dari tahap pembuatan efek warna pada motif diatas

kain hingga tahap penyelesaian pembuatan shibori. Dalam pembuatan shibori

dibutuhkan keterampilan untuk memperoleh kualitas yang baik, penggunaan

teknik yang tepat berdasarkan langkah-langkah pembuatan shibori, warna dan

jenis kain yang digunakan akan mempengaruhi kualitas shibori tersebut. LKP Mei

Goom juga merupakan usaha busana yang bergerak dalam bidang jasa menjahit

(kursus menjahit) mulai dari proses mendesain busana hingga tahap penyelesaian

busana, pelatihan menjahit dan juga tempat menjahit busana wanita, pria dan juga

anak-anak. LKP Mei Goom juga menerima siswa PKL dan mahasiswa PKL dan
5

juga mengikuti berbagai ajang fashion show di Medan diantaranya Medan

Fashion Week, YAP Mode Fashion Festival pada tahun 2019 dengan

memperkenalkan teknik pewarnaan kain shibori.

Berdasarkan hasil wawancara di LKP Mei Goom dengan pemilik usaha

ibu Mei Indah Jayanti diperoleh hasil bahwa hasil bahwa tingkat kesulitan siswa

PKL dalam pembuatan shibori terletak pada aspek zat warna napthol dan

pembuatan shibori. Hal yang mempengaruhi siswa PKL antara lain adalah zat

warna napthol terdiri dari dua bagian yaitu larutan napthol dan garam diazo, zat

warna napthol tidak akan timbul sebelum napthol dan garam diazo bereaksi, zat

warna napthol juga tidak dapat timbul apabila garam diazo dan TRO tercampur,

maka warna yang diinginkan tidak akan timbul dan zat warna napthol tidak larut

dalam air, untuk melarutkannya membutuhkan tambahan zat caoustic soda.

Banyak siswa PKL mengalami kesulitan dikarenakan belum mengenal

pengetahuan dan keterampilan tentang teknik pewarnaan menggunakan zat

sintetis napthol sesuai dengan resep standar pada pencelupan kain. Siswa PKL

juga belum mengenal dan mengetahui pembuatan macam-macam teknik shibori

dengan kain katun dan kain linen. Dengan adanya penelitian ini siswa PKL

diharapkan mampu mengetahui dan memiliki keterampilan dalam menerapkan

teknik shibori pada kain katun dan kain linen dengan menggunakan zat warna

sintetis napthol.

Berdasarkan hasil observasi di LKP Mei Goom diperoleh hasil dalam

proses pembuatan shibori dengan zat warna napthol sebagai berikut: Resep yang

digunakan harus sesuai dengan takaran, pada banyaknya liter air yang dibutuhkan,
6

berapa meter bahan yang diperlukan, penggunaan kain yang berbeda pada

pembuatan, alat yang berbeda, waktu pencelupan yang dikurangi dan ditambahi

dari waktu standar pencelupan dan jarak lilitan akan mempengaruhi hasil

pewarnaan dan efek warna pada motif pada kain katun dan kain linen. Untuk itu

dalam pembuatan shibori dibutuhkan keterampilan untuk memperoleh kualitas

yang baik, penggunaan teknik yang tepat berdasarkan langkah-langkah pembuatan

shibori dengan perlakuan yang sama, warna dan jenis kain yang digunakan akan

mempengaruhi kualitas shibori pada warna dan efek warna pada motif yang

diinginkan.

Pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol dengan kain katun

dan kain linen menggunakan teknik arashi shibori ini, diterapkan pada produk

yang sedang diminati. Kebutuhan masyarakat saat ini tidak terbatas pada pakain

saja, tetapi mereka juga membutuhkan pelengkap busana untuk menunjang

penampilan dalam beraktifitas. Scarf merupakan salah satu pelengkap busana

yang sedang diminati saat ini, untuk memberikan keserasian pada penampilan

berbusana seseorang secara keseluruhan. Kain katun dan kain linen dipilih karena

dalam segi pakai untuk scarf bahannya halus dan nyaman digunakan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ANALISIS HASIL PEMBUATAN SHIBORI

DENGAN PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN KATUN

DAN KAIN LINEN DI LKP MEI GOOM”.


7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi masalah

yang ada sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan

sintetis napthol pada kain katun dan kain linen.

2. Hasil pewarnaan shibori yang belum maksimal.

3. Keterbatasan penggunaan kain dalam pembuatan shibori sehingga sering

menggunakan kain katun.

4. Pembuatan shibori teknik arashi pada produk scarf.

5. Siswa PKL belum mengetahui bagaimana teknik pembuatan shibori dan

pewarnaan shibori.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan karena

keterbatasan waktu, kemampuan dan biaya maka perlu dilakukan batasan masalah

untuk memberi ruang lingkup yang jelas dan terarah, adapun batasan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini membuat shibori dengan menggunakan pewarnaan sintetis

napthol.

2. Pewarnaan sintetis napthol yang digunakan adalah garam blue BB napthol AS.

3. Jenis kain yang digunakan dalam pembuatan shibori menggunakan kain katun

dan kain linen yang akan digunakan untuk produk scarf dengan ukuran 150

cm x 50 cm.

4. Pembuatan shibori yang dilakukan menggunakan teknik arashi shibori.


8

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, maka

masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain katun pada produk scarf ?

2. Bagaimana hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain linen pada produk scarf .

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Siswa mengetahui hasil pembuatan shibori teknik arashi dengan pewarnaan

sintetis napthol pada kain katun dalam produk scarf.

2. Siswa mengetahui hasil pembuatan shibori teknik arashi dengan pewarnaan

sintetis napthol pada kain linen dalam produk scarf.

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas diharapkan penelitian ini

memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti sebagai bahan pengetahuan dalam mencapai hasil pembuatan

shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada dengan kain katun dan kain

linen dengan efek warna pada motif arashi shibori pada produk scarf.

2. Bagi LKP Mei Goom sebagai penambah wawasan, pengetahuan, penambah

koleksi dalam bahan kain yang digunakan dan penerapan efek warna pada

motif arashi shibori pada produk yang diterapkan.


9

3. Bagi siswa PKL sebagai pengetahuan dan keterampilan siswa dalam membuat

shibori dengan teknik arashi dan pewarnaan dengan menggunakan zat sintetis

napthol pada kain katun dan kain linen.

4. Memberi informasi kepada mahasiswa maupun peneliti tentang hasil

pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada dengan kain katun

dan kain linen

5. Mengetahui tingkat kesulitan dalam pembuatan shibori dengan pewarnaan

sintetis napthol pada kain katun dan kain linen.

6. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan

penelitian pada permasalahan yang sama atau berhubungan dengan masalah

yang ditelitinya.
BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,

KERANGKA BERPIKIR, DAN PERTANYAAN PENELITIAN

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Analisis

Dalam menentukan adanya kebenaran dalam sebuah permasalahan

perlu diadakan kajian atau analisis. Menurut Sugiyono (2017), analisis

merupakan cara berpikir. Hal itu berhubungan dengan pengujian sistematis

terhadap sesuatu untuk mengidentifikasi bagian, hubungan antara bagian

dan hubungannya dengan keseluruhan, sedangkan menurut Sudjono

(2015), analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih

kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis

adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk menguraikan suatu

peristiwa menurut komponennya sehingga dapat diketahui keadaan yang

sebenarnya, serta mengenal kaitan antarbagian tersebut secara keseluruhan

sehingga mudah dipahami.

2.1.2 Hakikat Shibori

1. Pengertian Shibori

Istilah shibori berasal dari kata shiboru yang berarti memeras, menjepit, dan

menekan. Menurut Wahyuni dan Supardi (2017), shibori adalah istilah yang

9
10

berasal dari bahasa Jepang yaitu shiboriszome, teknik shibori adalah teknik

menghias kain dengan motif tertentu dengan cara mengikat, menjahit, melipat

kain kemudian dicelupkan ke dalam pewarna, sedangkan menurut Kautsar (2017),

shibori adalah salah satu teknik dalam desain tekstil yang menghasilkan motif

yang unik, shibori merupakan sebutan seni Jepang dalam memanipulasi kain

untuk menciptakan motif melalui metode pewarnaan celup yang menghasilkan

warna biru, metode ini sudah ada sejak abad ke-8, teknik shibori menghasilkan

motif dua dimensi.

Menurut Eillis (2016), shibori adalah istilah untuk pewarnaan tahan

bentuk, suatu proses di mana sepotong bidang kain dibentuk dengan

melipat, menjahit, mengikat, atau membungkus dan kemudian dikunci

sebelum melakukan pewarnaan. Shibori berasal dari bahasa Jepang

shiboru, yang artinya memeras atau meremas.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa shibori adalah teknik

ikat celup yang berasal dari Jepang, yang ada sejak abad ke-8 yang

digunakan sebagai kain tradisional Jepang berupa kimono, yang

menggunakan pewarna alam indigofera. Teknik pembuatan shibori berupa

mengikat, menjahit, melipat yang dicelupkan ke dalam proses pewarna dan

akan menghasilkan motif baik dengan pola yang telah dibuat.

2. Macam-Macam Teknik Shibori

Menurut Wahyuni dan Supardi (2017), dalam pembuatan shibori ada beberapa

teknik yang digunakan, yang dikreasikan baik keinginan dan akan menghasilkan
11

motif dengan pola yang telah dibuat. Berikut ini adalah macam-macam teknik

shibori

a. Kumo Shibori

Kumo shibori merupakan teknik pewarnaan yang memerlukan ketelitian yang

tinggi. Pertama kain dilipat baik dengan bentuk dan masukan kelereng ke dalam

kain dan selanjutnya diikat dengan benang, motif yang dihasilkan dari kumo

shibori akan membentuk seperti jaring laba-laba.

Gambar 2.1 Kumo Shibori


Sumber : Kautsar (2017)

b. Arashi Shibori

Arashi shibori dalam bahasa jepang memiliki arti badai, arashi shibori

merupakan metode pembuatan shibori dengan teknik melilitkan kain secara

diagonal pada pipa paralon dan didorong kebagian ujung pipa hingga berkerut

yang menghasilkan bentuk motif menyerupai badai.

Gambar 2.2 Arashi Shibori


Sumber : Juje (2015)
12

c. Nui Shibori

Nui shibori adalah proses pembuatan shibori dengan menggunakan teknik

menjahit jelujur pada kain terlebih dahulu, kemudian benang ditarik secara

bersamaan hingga berkerut dan rapat. Motif yang dihasilkan berupa gelombang,

baik dengan teknik jelujur yang kita gunakan.

Gambar 2.3 Nui Shibori


Sumber : Yusrina (2018)
d. Itajime Shibori

Teknik Itajime shibori adalah teknik membuat shibori dengan cara melipat

kain beberapa kali, kemudian tempatkan penghalang pada bagian tengah kain dari

plastik atau kayu sebagai penghalang masuknya air dan sebagai pola untuk motif

yang dihasilkan.

Gambar 2.4 Itajime Shibori


Sumber : Kautsar (2017)
13

3. Teknik Arashi Shibori

Arashi shibori merupakan salah satu teknik membuat shibori. Menurut

Wahyuni dan Supardi (2017), arashi shibori dalam bahasa Jepang memiliki arti

badai, arashi shibori merupakan metode pembuatan shibori dengan teknik

melilitkan kain secara diagonal pada pipa paralon dan didorong kebagian ujung

pipa hingga berkerut yang menghasilkan bentuk motif menyerupai badai.

Menurut Southan (2018), arashi shibori merupakan sebuah metode dengan

melilitkan kain yang sudah dilipat terlebih dahulu ke bagian luar pipa secara

diagonal, kemudian dililitkan tali, setelah itu mendorong kain ke salah satu sisi

pipa hingga berkerut dan rapat. Kemudian celupkan kain ke dalam zat warna,

motif arashi yang dihasilkan dari teknik ini serupa dengan bentuk garis-garis

badai.

Menurut Juje (2015), motif yang dihasilkan oleh pola arashi shibori dapat

dibagi menjadi tiga jenis umum antara lain motif garis, motif garis tak beraturan

dan motif bentuk berlian, sedangkan hasil pembuatan arashi shibori berdasarkan

jarak lilitan tali rafia pada pipa paralon akan memiliki hasil yang berbeda-beda,

seperti gambar berikut:

a. 1,5 cm b. 3 cm c. jarak tidak beraturan


Gambar 2.5 Simulasi Jarak Lilitan Tali Pada Teknik Arashi Shibori
Sumber : Juje (2015)
14

1. Gambar (a) : menunjukkan hasil lilitan dengan jarak 1,5 cm dengan

diameter pipa 4 inch.

2. Gambar (b) : menunjukkan hasil lilitan dengan jarak 3 cm dengan

diameter pipa 4 inch.

3. Gambar (c) : menunjukkan hasil lilitan dengan jarak tidak beraturan

dengan diameter pipa 4 inch.

4. Langkah-Langkah Pembuatan Shibori

Adapun langkah-langkah pembuatan arashi shibori menurut Wahyuni dan

Supardi (2017) sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembuatan Arashi Shibori

Proses Pembuatan Gambar


No.
1. Alat dan bahan membuat arashi
shibori.

a. Kain katun
b. Zat warna
c. Timbangan
d. Spatula
e. Pipa paralon diameter 4
inchi
f. Tali plastik
g. Karet gelang
h. Tali rafia
Gambar 2.6 Alat dan Bahan
Sumber : Ami Wahyudi dan Tati
Supardi (2017)
15

2. Lipat kedua bagian sisi kanan


dan kiri kain, kemudian lilitkan
kain pada pipa paralon, ikat
karet gelang pada salah satu
ujung pipa agar kain menempel
pada pipa. Setelah itu lilitkan
tali rafia sebanyak 10 ikatan
Gambar 2.7 Mengikat Kain Pada Pipa
dengan jarak 2 cm. kemudian Paralon
geser kain ke bagian ujung pipa Sumber : Ami Wahyudi dan Tati
Supardi (2017)
hingga berkerut dan ikat kain
menggunakan karet gelang.

3. Celupkan kain ke dalam zat


warna napthol dan garam diazo
sebanyak tiga kali untuk
menghasilkan warna yang pekat
dengan waktu 5 menit setiap
satu kali pencelupan.

Gambar 2.8 Proses Pencelupan


Sumber : Ami Wahyudi dan Tati
Supardi (2017)

4. Hasil motif arashi shibori.

Gambar 2.9 Hasil motif Arashi Shibori


Sumber : Ami Wahyudi dan Tati
Supardi (2017)
16

5. Alat dan Bahan Pembuatan Shibori


a. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan shibori adalah sebagai berikut:

1. Kain

Kain merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan shibori, bahan

yang digunakan berwarna putih polos.

Gambar 2. 10. Kain


Sumber : Pinterest (2021)
2. Zat Warna

Zat warna yang digunakan dalam pembuatan shibori menggunakan zat warna

sintetis napthol.

Gambar 2.11 Zat Warna


Sumber : Sri Herlina (2013)
17

3. Kostik soda dan Garam Napthol

Kostik soda dan Garam Napthol merupakan zat pembangkit dalam proses

pewarnaan zat warna napthol pada pembuatan shibori.

Gambar 2.12 Garam, Napthol dan Kostik Soda


Sumber : Sri Herlina (2013)
b. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan shibori adalah sebagai berikut:

1. Sarung Tangan

Sarung tangan digunakan sebagai alas untuk menutupi tangan dari zat warna.

Gambar 2.13 Sarung Tangan


Sumber : Pinterest (2021)
2. Celemek

Celemek digunakan sebagai penutup baju agar tidak kotor ketika proses

mewarnai.

Gambar 2.14 Celemek


Sumber : Ami Wahyuni, dkk (2017)
18

3. Ember

Ember digunakan untuk proses pencelupan kain dengan pewarna

Gambar 2.15 Ember


Sumber : Pinterest (2021)
4. Panci

Panci digunakan untuk merebus atau memanaskan air yang digunakan dalam

melarutkan zat warna.

Gambar 2.16 Panci


Sumber : Sri Herlinan (2013)
5. Spatula

Spatula digunakan untuk mengaduk larutan zat warna

Gambar 2.17 Spatula


Sumber :Ami Wahyuni, dkk (2017)
19

6. Gunting Kain

Gunting Kain digunakan untuk menggunting kain.

Gambar 2.18 Gunting Kain


Sumber : Sri Herlina (2013)
7. Pipa

Pipa digunakan sebagai alat untuk membuat arashi shibori, dengan cara

melilitkan kain pada pipa.

Gambar 2.19 Pipa


Sumber : Ami Wahyuni, dkk, (2017)

8. Tali Rafia dan Karet Gelang

Tali Rafia dan Karet Gelang digunakan untuk mengikat kain yang sudah

dibentuk.

Gambar 2.20 Tali Rafia dan Karet Gelang


Sumber : Pinterest (2021)
20

9. Kompor

Kompor digunakan untuk memanaskan air di dalam panci

Gambar 2.21 Kompor


Sumber : Pinterest (2021)
10. Masker

Masker digunakan untuk melindungi hidung dan mulut dari zat warna

Gambar 2.22 Masker


Sumber : Sri Herlina (2013)

2.1.3 Hakikat Pewarnaan Tekstil

1. Pengertian Zat Warna

Pewarnaan merupakan suatu proses yang dapat mengalami perubahan warna

apabila terjadi proses pencelupan. Menurut Hindryawati (2020), pewarnaan

adalah zat yang dirancang untuk memberikan efek warna atau rona pada bahan

seperti kain, kertas dan lainnya untuk menambah kesan kontras agar tampak lebih

jelas. Manusia telah menggunakan zat warna lebih dari seribu tahun. Saat itu zat

warna biasanya diproduksi dalam skala kecil dan diproduksi dengan bahan-bahan

alami yang terbuat dari tumbuhan maupun hewan. Setelah memasuki revolusi

industri, zat warna sintetis ditemukan dan diproduksi secara massal.


21

Menurut Mahapatra (2016), pewarnaan merupakan zat warna yang digunakan

dalam dunia industri, zat warna dapat berupa warna atau pigmen. Zat warna larut

dalam senyawa organik yang biasanya diterapkan pada tekstil, yang dirancang

untuk mengikat suatu molekul pada serat tekstil.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa zat warna adalah

bahan warna yang mudah larut dalam air yang digunakan untuk proses pewarnaan

seperti kain, kertas atau lainnya, dengan melalui proses pencelupan dan pencapan

untuk memasukkan zat warna pada permukaan bahan yang akan diberi warna

untuk memberikan kesan yang lebih menarik.

2. Pengertian Zat Warna Napthol

Zat warna yang digunakan dalam proses pewarnaan shibori adalah zat warna

napthol. Menurut Wahyuni dan Supardi (2017), zat warna napthol merupakan zat

warna yang tidak larut dalam air, diperlukan zat tambahan seperti soda api dan

garam diazonium untuk membangkitkan warna.

Menurut Ristiani (2016), zat warna napthol merupakan zat warna yang

termasuk dalam golongan pigmen dan banyak digunakan dalam proses

pencelupan kain seperti batik, shibori, jumputan dan lainnya. Zat warna napthol

terdiri dari dua komponen, yaitu komponen napthol dan garam napthol, yang

masing-masing tidak dapat memberikan warna, kecuali sudah terjadi

penggabungan antara kedua komponen tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa zat warna napthol

adalah zat warna yang tidak dapat larut di dalam air dan mempunyai dua
22

komponen berupa soda api dan garam diazonium sebagai pembangkit warna

napthol.

3. Deskripsi Hasil Pewarnaan dan Pembuatan Shibori Yang Baik

Menurut Sinclair (2015), deskripsi hasil pewarnaan yang baik adalah

atribut dalam penyerapan warna, ketajaman hasil pewarnaan dari jumlah

keseluruhan yang diwarnai, kecerahan dan kekusaman dari warna yang

dihasilkan dalam proses pencelupan. Atribut dalam penyerapan warna

adalah zat warna yang terserap pada bagian baik dan buruk bahan baik

warna yang digunakan. Ketajaman hasil pewarnaan bisa dilihat dari ada

tidaknya warna yang belang pada hasil pencelupan. Kecerahan warna

adalah kuat tidaknya warna yang dihasilkan yang bisa dilihat dengan

menggunakan tingkatan warna.

Berdasarkan sumber yang diperoleh, Menurut Hartiyah (2020),

kriteria pembuatan shibori yang baik, yaitu sebagai berikut:

1. Bahan yang digunakan harus memiliki daya serap tinggi agar warna menyerap

secara merata pada permukaan kain.

2. Warna yang digunakan pada pembuatan shibori tidak mudah pudar, berwarna

pekat, dan tahan luntur.

3. Hasil dalam pembuatan shibori dalam bentuk 3D (Tiga Dimensi) yang

dihasilkan dari teknik lipatan dan lilitan.

4. Pola yang dihasilkan tampak jelas berbentuk efek warna pada motif.
23

5. Warna dan pola yang dihasilkan tampak sama dengan bagian baik dan buruk

kain.

2.1.4 Hakikat Serat Tekstil

1. Pengertian Tekstil

Tekstil merupakan suatu benda yang berasal dari serat, serat merupakan

helaian yang strukturnya menyerupai rambut. Menurut Burkinshaw (2016), tekstil

berasal dari bahasa latin, yaitu textiles yang artinya menenun atau tenunan.

Namun secara umum tekstil diartikan sebagai sebuah benda yang berasal dari

serat yang dilakukan dengan proses pemintalan menjadi benang yang dianyam,

atau dirajut sehingga menjadi kain dan dilakukan proses penyempurnaan untuk

bahan baku produk tekstil. Pada dasarnya bahan tekstil dapat dianggap sebagai

kohesif, dimana serat tekstil dipintal menjadi benang ataupun kain, berbagai jenis

tekstil sangat bervariasi baik dari tenunan kain, benang dan non anyaman.

Menurut Markova (2019), tekstil merupakan serat dari bagian terkecil dari

kain tekstil, serat tekstil memiliki karakteristik kehalusan, kelenturan dan

memiliki rasio panjang terhadap ketebalan yang tinggi. Ada berbagai macam jenis

serat tekstil yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri tekstil. Ada yang

diperoleh dari alam dan ada juga yang berasal dari serat buatan. Tekstil yang

berasal dari serat alam salah satunya berasal dari serat kapas, serat kapas yang

dihasilkan dari bagian biji kapas yang dipintal menjadi kain. Tekstil yang berasal

dari serat buatan yang dihasilkan dari serat berbentuk polimer-polimer senyawa

kimia, salah satunya adalah polyester.


24

2. Kain Katun

Menurut Wardman (2017), kain katun berasal dari serat kapas, serat kapas

yang dihasilkan dari tanaman genus gossip, yang membutuhkan sinar matahari

penuh, kelembaban tinggi dan curah hujan untuk pertumbuhan. Kapas ditanam di

banyak Negara, ada berbagai macam kualitas serat kapas bervariasi, serat kapas

tertinggi ditemukan di Mesir dengan panjang serat kapas 25-65 mm. kebanyakan

kapas adalah American Upland, dengan panjang serat 1-13 mm. produksi kapas di

Negara-negara Asia umumnya memiliki panjang serat hanya 10-25 mm, yang

harus dipintal menjadi benang yang lebih tebal untuk mendapatkan kekuatan yang

diperlukan untuk menenun.

Menurut Markova (2019), kain katun merupakan kain yang berasal dari serat

kapas yang dihasilkan pada bunga tanaman kapas, kapas adalah serat kuno yang

telah digunakan selama ribuan tahun lalu. Kapas telah digunakan di Pakistan lebih

dari 5000 tahun yang lalu dan di Meksiko 3000 tahun yang lalu, yang tumbuh di

iklim yang hangat. Saat ini kapas banyak digunakan dalam produk tekstil yang

diinginkan seperti kenyamanan, daya serap, dan penghantar listrik yang baik.

Membujur Melintang

Pandangan Serat Kapas Dibawah Mikrosop


Gambar 2.23 Serat Katun Pada Mikroskop
25

Sumber : Sugiarto dan Shigeru Watanabe (2003)

3. Sifat-Sifat Kain Katun

Kain katun memiliki karakteristik yang baik untuk busana, karena tidak

mudah rusak, mudah terurai, lembut,nyaman dan mudah menyerap air. Menurut

Wardman (2017), kain katun terbuat dari serat tumbuhan berupa kapas, serat

kapas memiliki molekul selulosa, serat kapas mudah retak saat ditekuk, serat

kapas memiliki kelenturan dalam kisaran 25-40cN/tex.

Menurut Markova (2019), kain katun memiliki karakteristik yang nyaman,

daya serap yang baik, penghantar panas yang baik dan kain katun memiliki serat

yang rapat.

4. Kain Linen

Menurut Suliyanthini (2016), kain linen merupakan kain yang berasal dari

serat alam yaitu tumbuhan rami. Rami merupakan serat tumbuhan jenis

Boehmeria Nivea, serat rami telah digunakan di Cina beberapa ribu tahun lalu.

Serat rami mudah tumbuh di udara yang lembab dan panas, pohon rami dipanen 3

kali dalam setahun. Serat rami memiliki panjang yang bervariasi dari 2,5 cm

sampai 50 cm, dengan panjang rata-rata 12,5 cm sampai dengan 15 cm.

Menurut Markova (2019), linen merupakan serat yang banyak digunakan

dalam tekstil, yang berasal dari batang tanaman rami yang memiliki tekstur lebih

keras daripada biji. Serat linen berasal dari kulit kayu tumbuhan rami yang

memiliki sifat sama dengan serat yang lainnya. Linen merupakan serat kuno, dan
26

sering digunakan untuk pakaian selama ribuan tahun di Mesir dan di Eropa.

Serat linen memiliki beberapa variasi bentuk berdasarkan sumber dan kualitasnya.

Melintang Membujur

Pandangan Serat Linen Dibawah Mikrosop


Gambar 2.24 Serat Linen Pada Mikroskop
Sumber: Dewi Suliyanthini (2016)
5. Sifat – Sifat Kain Linen

Menurut Markova (2019), kain linen bersifat menyerap, menghantarkan

listrik yang baik dan nyaman. Serat linen memiliki variasi bentuk berdasarkan

sumber dan kualitasnya, namun karakteristik yang dimiliki serat linen sama.

Menurut Marther dan Wardman (2015), kain linen merupakan

salah satu jenis kain yang terbuat dari bahan alami berupa tanaman flax

atau rami, kain linen memiliki daya tahan yang baik dan berwarna putih,

serat linen memiliki ketahan lama tiga kali lipat dibandingkan dengan serat

kapas.

2.1.5 Pengertian Scarf

Salah satu produk fashion yang terus berkembang dan diminati saat ini

yaitu scarf. Menurut Ikhsani (20200, salah satu fashion item yang terus
27

berkembang dan diminati adalah scarf, produk yang sering digunakan untuk

mempercantik tampilan dalam berbagai corak, bentuk dan warna, sedangkan

menurut Riska (2020), scarf adalah sehelai kain yang berbentuk persegi, persegi

panjnag dan berbentuk segitiga. Selendang juga bisa digunakan untuk hiasan

kepala dan leher, pada kenyataannya scarf merupakan fashion item yang serba

guna sebagai aksesoris fashion yang menambah gaya pada tampilan.

Scarf merupakan salah satu pelengkap busana yang diminati oleh

masyarakat, terutama wanita. Pada dasarnya, scarf berfungsi sebagai aksesoris

untuk menghangatkan tubuh. Namun, seiring perkembangan fashion, scarf juga

dikenakan untuk mempercantik tampilan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa scarf adalah

selembar kain berbentuk persegi, persegi panjang atau segitiga. Scarf biasanya

digunakan sebagai syal maupun sebagai penutup kepala, scarf digunakan sebagai

aksen dalam berbusana untuk menambah gaya dan penampilan seseorang.

2.1.6 Desain Motif Scarf

Menurut Yuliarma (2016), desain merupakan suatu susunan garis, bentuk,

motif, warna, ukuran dan bahan dengan tekstur yang teratur sehingga

menghasilkan suatu produk yang bernilai estetik, artistic dan kreatif, sedangkan

menurut Ikhsan (2020), motif merupakan inspirasi dari berbagai bentuk objek

yang dituangkan dalam bentuk dua dimensi. Dapat disimpulkan bahwa desain

merupakan suatu rancangan yang akan dibuat baik prinsip desain, dan motif

merupakan suatu inspirasi dari berbagai bentuk dan objek, yang akan dimasukkan

ke dalam bentuk dua dimensi.


28

Dalam penelitian ini motif yang digunakan adalah efek warna pada motif yang

dihasilkan dari pembuatan shibori dengan teknik arashi.

a. Kain Katun b. Kain Linen


Gambar 25 Motif Arashi Shibori
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2022)

2.2 Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Suci Hartiyah (2020), dengan judul

Analisis Kemampuan Hasil Pembuatan Shibori Di Mei Goom Fashion &

Design Medan, hasil penelitian ini menyimpulkan kemampuan siswa pkl

dalam hasil pembuatan shibori di mei goom diperoleh skor rata-ta (59,98%)

sebanyak siswa praktek kerja lapangan dengan memperoleh kategori yang

sangat baik, dan skor rata-rata (32%) sebanyak siswa praktek kerja lapangan

dengan kategori baik, dan skor rata-rata (8,02%) sebanyak 1 siswa praktek

kerja lapangan dengan memperoleh kategori cukup baik.

2. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Aster Di Matina (2016), dengan judul

penelitian Penerapan Teknik Kanoko Shibori Pada Busana Pesta Anak, hasil

penelitian menyimpulkan pembuatan busana anak dengan teknik kanoko

shibori modelnya aman dan memberikan keleluasaan beraktifitas pada anak,

busana pesta dengan teknik kanoko shibori ini memiliki harmoni tekstur,
29

harmoni warna, harmoni proporsi, harmoni keseimbangan dan pusat perhatian

yang baik, busana pesta anak ini sudah memenuhi estetika yaitu dari

keindahan efek warna pada motif tiga dimensi yang dihasilkan dari teknik

kanoko shibori.

3. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Fikky Ananda (2018), dengan judul

penelitian Ekspresi Teknik Kerok Dan Zat Warna Napthol Dalam Seni Batik,

penelitian ini menyimpulkan bahwa zat warna napthol digunakan untuk

mengetahui kepekatan warna yang dihasilkan dengan menggunakan rumus

1/2, 1/4, 1/8, dan 1/16. Warna yang dihasilkan memiliki penurunan kepekatan

dari warna dasar hingga terdapat warna-warna yang sangat muda. Eksperimen

dilakukan untuk mendapatkan hasil dari 450 sampel warna dalam waktu

sehari, dikarenakan zat pembangkit garam diazonium memerlukan cara yang

tepat dalam bereksperimen yaitu dengan cara tidak melarutkan garam secara

bersamaan melainkan melarutkan garam satu persatu kemudian melarutkan

semua napthol pada wadah masing-masing secara bersamaan.

2.3 Kerangka Berpikir

Pewarnaan merupakan zat warna yang dirancang untuk memberikan warna

atau rona pada bahan seperti kain, kertas dan lainnya. Pewarnaan kain atau tekstil

merupakan salah satu proses penting dalam memvisualisasikan suatu produk

benang, kain, pakaian atau produk lainnya dalam bentuk kerajinan tekstil. Tujuan

penggunaan zat warna pada pewarnaan kain adalah untuk meningkatkan atau

memperbaiki warna produk, sehingga menciptakan citra tertentu dan membuat

tekstil lebih menarik. Zat pewarna sintetis yang digunakan dalam pewarnaan kain
30

salah satunya zat pewarna napthol. Zat pewarna napthol merupakan zat warna

yang tidak larut dan terbentuk di dalam serat baru yang memiliki dua komponen

dalam pembentukannya. Shibori merupakan teknik menghias kain dengan pola

tertentu dengan cara mengikat, menjahit, melipat bahan kain kemudian dicelupkan

ke dalam pewarnaan, dengan begitu maka munculah sebuah efek warna pada

motif yang berasal dari proses pewarnaan yang disebut dengan shibori.

Dalam pembuatan shibori dengan menggunakan zat pewarnaan sintetis

napthol akan menghasilkan efek visual yang baru, efek visual pewarnaan

dihasilkan melalui jenis kain dan teknik yang digunakan dalam pembuatan

shibori. Dalam pembuatan shibori dengan menggunakan pewarnaan sintetis

napthol perlu adanya pemilihan bahan untuk menganalisis hasil pada kedua jenis

bahan yang digunakan, hal ini dikarenakan kain katun dan kain linen merupakan

jenis serat yang berbeda, untuk itu efek visual hasil pewarnaan pada kedua jenis

kain tersebut juga berbeda.

Kain katun merupakan kain yang berasal dari serat selulosa yang terdapat

pada tumbuhan kapas, serat kapas sifatnya sangat kuat dalam keadaan basah,

sangat mudah menghisap air, seratnya mudah kusut, menyetrika serat kapas

dengan suhu yang tinggi.

Kain linen merupakan bahan kain tertua di dunia yang terbuat dari serat

alam tumbuhan flax, kain linen umumnya digunakan untuk produk pakaian casual

dan gaun yang cocok digunakan didaerah tropis, yang memiliki karakteristik

nyaman, ringan dan mudah kering.


31

Dalam pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol hasil akhir

sangat dipengaruhi oleh jenis bahan tekstil yang digunakan untuk menghasilkan

efek visual warna dan efek warna pada motif yang dihasilkan dari teknik arashi

shibori. Selanjutnya hasil akhirnya dapat dijadikan bahan perbandingan untuk

menentukan jenis bahan mana yang memiliki kepekatan pewarnaan pada

pembuatan shibori dan bagaimana hasil efek warna pada motif dari teknik arashi

shibori pada kain katun dan kain linen pada produk scarf.

2.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan Kerangka teoritis, dan Kerangka berpikir maka

hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai

berikut: “Bagaimana Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis

Napthol Pada Kain Linen dan Kain Katun di LKP Mei Goom.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat, Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di LKP Mei Goom, yang beralamat di Jalan Ambai

Gg. Kasan no. 7, Siderejo Hilir Kec.Medan Tembung, Kota Medan. Adapun

waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari 2022.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2017), populasi adalah wilayah generalisasi atas objek

dan subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh

penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Menurut Arikunto

(2017), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Sukardi (2017),

populasi merupakan semua elemen yang menjadi target kesimpulan dari hasil

akhir suatu penelitian. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 10

siswa PKL di LKP Mei Goom, semua populasi dijadikan subjek penelitian.

3.2.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017), sampel adalah bagian dari jumlah dan sifat yang

dimiliki suatu populasi tersebut. Menurut Arikunto (2017), sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki suatu populasi. Pada penelitian ini

subjek yang akan diteliti yaitu 20 motif shibori dengan teknik arashi dengan

pewarnaan sintetis napthol pada kain katun dan kain linen.

34
35

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total

sampling. Menurut Sukardi (2017), subjek yang akan diambil dalam penelitian

biasanya disebut sebagai populasi. Jika jumlah populasi terlalu besar, maka

peneliti dapat mengambil sebagaian dari jumlah total populasi. Sedangkan untuk

jumlah populasi kecil, sebaiknya seluruh populasi digunakan sebagai sumber

penggunaan data. Dalam rumus empiris hasil akhir jumlah ukuran sampel

terhadap jumlah populasi antara 10-100.000. Maka pada penelitian ini jumlah

sampel adalah 10 siswa PKL LKP Mei Goom.

Tabel 3.2 Jumlah Sampel

Keterangan Jumlah
X 10 siswa PKL membuat shibori dengan pewarnaan 10
sintetis napthol pada kain Katun

X 10 siswa PKL membuat shibori dengan pewarnaan 10


sintetis napthol pada kain Linen

Total 20

3.3 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang dirancang

untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian. Dilihat dari tujuannya

penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Arikunto

(2017), istilah deskriptif berasal dari bahasa inggris to describe yang berarti

memaparkan atau menggambarkan suatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi,

peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Dengan demikian metode penelitian deskriptif

adalah penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki situasi, kondisi dan hal-hal
36

yang disebutkan, dan menyajikan hasilnya dalam bentuk laporan penelitian.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil pembuatan shibori di LKP Mei

Goom, dengan cara mengamati hasil jadi.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk memperjelas penelitian sehingga

tidak menimbulkan penafsiran ganda. Definisi operasional pada penelitian ini

adalah :

1. Analisis pembuatan didefinisikan sebagai kajian tentang hasil pembuatan

shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun dan kain linen,

untuk menguraikan materi dan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

2. Shibori adalah istilah jepang yang digunakan untuk mendefinisikan berbagai

teknik menghias kain atau bahan tekstil yang dilakukan dengan cara mengikat,

menjahit, melipat dan dicelupkan ke dalam zat warna. Teknik yang digunakan

adalah arashi shibori yaitu dengan mengikat kain pada pipa paralon yang akan

diterapkan pada kain katun dan kain linen.

3. Zat warna napthol adalah zat warna yang tersusun dari dua komponen, yaitu

bahan utama disebut dengan napthol AS dan bahan pembangkit yang disebut

diazonium. Maksud dari penelitian ini adalah zat warna sintetis napthol Biru

BB dan garam AS-OL.

4. Kain katun berasal dari serat kapas, serat kapas yang dihasilkan dari tanaman

genus gossip, yang memiliki karakteristik daya serap yang baik, penghantar

panas yang baik, nyaman dan memiliki serat yang rapat. Kain katun yang
37

digunakan dalam penelitian ini untuk melihat hasil pewarnaan shibori pada

efek warna pada motif yang digunakan.

5. Kain linen merupakan kain yang berasal dari serat alam yaitu tumbuhan rami.

karakteristik yang memiliki kekuatan dua sampai tiga kali dari kekuatan serat

alami lainnya, kain linen memiliki permukaan yang halus dan memiliki sifat

penghantar panas yang baik. Kain linen yang digunakan dalam penelitian ini

untuk melihat hasil pewarnaan shibori pada efek warna pada motif yang

digunakan.

3.5 Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini meliputi persiapan-persiapan

sehubungan dengan pelaksanaan penelitian

a. Berdiskusi dengan dosen pembimbing terkait dengan masalah penelitian yang

akan dibahas.

b. Melakukan observasi atau studi pendahuluan untuk melihat secara langsung

bagaimana proses pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol, dan

mencari masalah untuk bahan penelitian yang akan diteliti.

c. Melakukan wawancara terhadap pemilik LKP untuk mengetahui hasil shibori.

d. Menetapkan judul skripsi baik dengan masalah yang akan diteliti

e. Menentukan sampel dari populasi yang ada.

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan lembar pengamatan yang suda valid dijadikan alat pengumpulan

data pada sampel penelitian.


38

3. Tahap pengolahan data

Pengolahan data dilakukan data penelitian memperoleh data dari lembar

pengamatan pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain

katun dan kain linen.

Bagan 1 : Skema Prosedur Penelitian

Meminta Izin Pembuatan Shibori Dengan


Menentukan
Penelitian Ke Pewarnaan Sintetis Napthol
Subjek Penelitian
LKP Mei Goom Pada Kain Katun Dan Kain
Linen

Melakukan Validasi Lembar


pengamatan Pengamatan Melakukan Penelitian

Pengolahan Data Kesimpulan

3.6 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu untuk mengumpulkan data

penelitian. Menurut Sugiyono (2017), instrumen penelitian adalah alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam dan sosial yang diamati, secara

spesifik, khususnya fenomena yang dimaksud adalah variabel penelitian. Menurut

Arikunto (2017), instrumen adalah alat bantu bagi peneliti dalam pengumpulan

data, kualitas instrumen dan penentuan kualitas data yang diteliti. Instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar pengamatan,


39

kriteria penelitian yang berisi butir-butir pernyataan yang berkaitan dengan hasil

pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun dan kain

linen yang dilihat dari bahan, efek warna pada motif, warna, kecerahan warna,

kebersihan warna dan kain, ukuran scarf dan hasil akhir.

Penelitian ini dilakukan oleh 5 orang pengamat, di mana 3 pengamat

adalah dosen jurusan PKK Prodi Tata Busana dan 2 orang Praktisi bidang tekstil

dari dunia industri yang dianggap memiliki kualifikasi dalam bidangnya.

Pengamat memberikan skor pada setiap indikator yang telah disepakati pada

lembar pengamatan. Skala penilaian dibuat dengan rentang skor antara 1 sampai

4. Penentuan skor dilakukan dengan cara pemberian skor 4 = sangat baik, 3 =

baik, 2 = cukup baik, 1 = kurang baik. Adapun kisi-kisi lembar pengamatan hasil

pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun dan kain

linen, menggunakan teknik itajime dan arashi shibori pada produk scarf dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Hasil Pewarnaan Sintetis Napthol


Pada Pembuatan Shibori dengan Kain Katun dan Kain Linen

No Kriteria Penilaian Skor Penilaian


1. Aspek Bahan 4 3 2 1
2. Aspek Efek Warna Pada Motif 4 3 2 1
3. Aspek Warna 4 3 2 1
4. Aspek Kecerahan Warna 4 3 2 1
5. Aspek Kebersihan Warna dan Kain 4 3 2 1
6. Aspek Ukuran Scarf 4 3 2 1
7. Aspek Hasil Akhir 4 3 2 1
40

Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Hasil Pewarnaan Sintetis Napthol Pada


Pembuatan Shibori Dengan Kain Katun

No Aspek Sub Indikator Skor

1. Bahan Kain Katun Mori a. Apabila bahan kain katun yang 4


digunakan memiliki
karakteristik nyaman, daya
serap yang baik, penghantar
panas yang baik dan serat
yang rapat.
b. Apabila bahan kain katun yang 3
digunakan memiliki daya
serap yang baik, penghantar
panas yang baik halus
anyaman dan serat lebih
renggang.
c. Apabila bahan kain katun yang 2
digunakan memiliki daya
serap yang baik, penghantar
panas yang kurang baik, tidak
halus anyaman dan serat
renggang. 1
d. Apabila bahan kain katun yang
digunakan tidak memiliki daya
serap yang baik, anyaman
kasar dan serat sangat
renggang.
2. Efek Warna Pada Motif a. Apabila efek warna pada motif
shibori yang dihasilkan sangat 4
sesuai dengan desain,
berbentuk gelombang dengan
41

ukuran yang sama untuk setiap


efek warna pada motifnya.
b. Apabila efek warna pada motif
shibori yang dihasilkan sesuai 3
dengan desain, hampir
berbentuk gelombang dengan
ukuran yang hampir sama
untuk setiap efek warna pada
motifnya.
c. Apabila efek warna pada motif 2
shibori yang dihasilkan cukup
sesuai dengan desain, tidak
berbentuk gelombang dengan
ukuran yang tidak sama untuk 1
setiap efek warna pada
motifnya.
d. Apabila efek warna pada motif
shibori yang dihasilkan sangat
tidak sesuai dengan desain,
berbentuk lurus dengan
ukuran yang berbeda setiap
efek warna pada motifnya.
3. Warna a. Apabila warna yang dihasilkan 4
berwarna navy putih dengan
hasil yang jelas.
b. Apabila warna yang dihasilkan 3
mengalami perubahan
tingkatan warna.
c. Apabila warna yang dihasilkan 2
mengalami pencampuran
dengan warna lain .
42

d. Apabila warna yang dihasilkan 1


muncul warna baru.
4. Kecerahan Warna a. Apabila kecerahan warna yang 4
dihasilkan sangat pekat, sangat
merata dan berwarna navy.
b. Apabila kecerahan warna yang 3
dihasilkan pekat, merata dan
berwarna navy keputih-
putihan. 2
c. Apabila kecerahan warna yang
dihasilkan tidak pekat, tidak
merata dan berwarna navy
keputih-putihan. 1
d. Apabila kecerahan warna yang
dihasilkan pudar, tidak merata
dan warna tercampur.
5. Kebersihan warna dan a. Apabila kebersihan warna 4
kain yang dihasilkan dari
pewarnaan tanpa bercak putih
pada kain yang menumpuk
dan warna yang dihasilkan
sangat merata dan tanpa noda
pada kain.
b. Apabila kebersihan warna 3
yang dihasilkan dari
pewarnaan sedikit bercak
putih pada kain dan warna
yang dihasilkan merata dan
sedikit noda pada kain.
c. Apabila kebersihan warna 2
yang dihasilkan dari
43

pewarnaan tidak terdapat


bercak putih pada kain dan
warna tidak merata dan
terdapat noda pada kain.
d. Apabila kebersihan warna 1
yang dihasilkan dari
pewarnaan terdapat bercak
putih yang menumpuk dan
tidak terkena warna pada kain
dan warna tidak merata dan
terdapat noda pada kain.
6. Ukuran Scarf a. Apabila ukuran scarf sangat 4
sesuai dengan ukuran yang
telah ditentukan yaitu panjang
150cm x lebar 50cm.
b. Apabila ukuran scarf memiliki 3
panjang yang sama dan lebar
yang berbeda < 50 cm atau >
50cm.
c. Apabila ukuran scarf memiliki 2
lebar yang sama dan panjang
yang berbeda < 150cm atau >
150cm.
d. Apabila ukuran scarf memiliki 1
panjang dan lebar yang
berbeda dari ukuran yang telah
ditentukan.
7. Hasil Akhir a. Apabila hasil akhir sangat 4
sesuai dengan bahan, efek
warna pada motif, warna,
kecerahan warna, kebersihan
44

warna dan ukuran scarf.


b. Apabila hasil akhir sesuai 3
dengan bahan, efek warna
pada motif, warna, kecerahan
warna, kebersihan warna dan
ukuran scarf.
c. Apabila hasil akhir cukup 2
sesuai dengan bahan, efek
warna pada motif, warna,
kecerahan warna, kebersihan
warna dan ukuran scarf.
d. Apabila hasil akhir sangat
tidak sesuai dengan bahan, 1
efek warna pada motif, warna,
kecerahan warna, kebersihan
warna dan ukuran scarf.

Tabel 3.5 Lembar Pengamatan Hasil Pewarnaan Sintetis Napthol Pada


Pembuatan Shibori Dengan Kain Linen

No Aspek Sub Indikator Skor

1. Bahan Kain Linen a. Apabila bahan kain linen 4


yang digunakan memiliki
karakteristik nyaman, daya
serap yang baik, penghantar
panas yang baik dan serat
yang renggang.
b. Apabila bahan kain linen 3
yang digunakan memiliki
daya serap yang baik,
45

penghantar panas yang baik


halus anyaman dan serat
sedikit rapat.
c. Apabila bahan kain linen 2
yang digunakan memiliki
daya serap yang baik,
penghantar panas yang
kurang baik, tidak halus
anyaman dan serat rapat.
d. Apabila bahan kain linen 1
yang digunakan tidak
memiliki daya serap yang
baik, anyaman kasar dan
serat sangat rapat.
2. Efek Warna Pada Motif a. Apabila efek warna pada motif
shibori yang dihasilkan sangat 4
sesuai dengan desain,
berbentuk gelombang dengan
ukuran yang sama untuk setiap
efek warna pada motifnya.
b. Apabila efek warna pada motif 3
shibori yang dihasilkan sesuai
dengan desain, hampir
berbentuk gelombang dengan
ukuran yang hampir sama
untuk setiap efek warna pada
motifnya. 2
c. Apabila efek warna pada motif
shibori yang dihasilkan cukup
sesuai dengan desain, tidak
berbentuk gelombang dengan
46

ukuran yang tidak sama untuk 1


setiap efek warna pada
motifnya.
d. Apabila efek warna pada motif
shibori yang dihasilkan sangat
tidak sesuai dengan desain,
berbentuk lurus dengan ukuran
yang berbeda setiap efek
warna pada motifnya.
3. Warna a. Apabila warna yang dihasilkan 4
berwarna navy putih dengan
hasil yang jelas.
b. Apabila warna yang dihasilkan 3
mengalami perubahan
tingkatan warna.
c. Apabila warna yang dihasilkan 2
mengalami pencampuran
dengan warna lain .
d. Apabila warna yang dihasilkan 1
muncul warna baru.
4. Kecerahan Warna a. Apabila kecerahan warna yang 4
dihasilkan sangat pekat, sangat
merata dan berwarna navy.
b. Apabila kecerahan warna yang 3
dihasilkan pekat, merata dan
berwarna navy keputih-
putihan. 2
c. Apabila kecerahan warna yang
dihasilkan tidak pekat, tidak
merata dan berwarna navy
keputih-putihan. 1
47

d. Apabila kecerahan warna yang


dihasilkan pudar, tidak merata
dan warna tercampur.
5. Kebersihan warna dan a. Apabila kebersihan warna 4
kain yang dihasilkan dari
pewarnaan tanpa bercak putih
pada kain yang menumpuk dan
warna yang dihasilkan sangat
merata dan tanpa noda pada
kain.
b. Apabila kebersihan warna 3
yang dihasilkan dari
pewarnaan sedikit bercak putih
pada kain dan warna yang
dihasilkan merata dan sedikit
noda pada kain.
c. Apabila kebersihan warna
yang dihasilkan dari 2
pewarnaan tidak terdapat
bercak putih pada kain dan
warna tidak merata dan
terdapat noda pada kain.
d. Apabila kebersihan warna 1
yang dihasilkan dari
pewarnaan terdapat bercak
putih yang menumpuk dan
tidak terkena warna pada kain
dan warna tidak merata dan
terdapat noda pada kain.
6. Ukuran Scarf a. Apabila ukuran scarf sangat 4
sesuai dengan ukuran yang
48

telah ditentukan yaitu panjang


150cm x lebar 50cm.
b. Apabila ukuran scarf memiliki 3
panjang yang sama dan lebar
yang berbeda < 50 cm atau >
50cm.
c. Apabila ukuran scarf memiliki 2
lebar yang sama dan panjang
yang berbeda < 150cm atau >
150cm.
d. Apabila ukuran scarf memiliki 1
panjang dan lebar yang
berbeda dari ukuran yang telah
ditentukan.
7. Hasil Akhir a. Apabila hasil akhir sangat 4
sesuai dengan bahan, efek
warna pada motif, warna,
kecerahan warna, kebersihan
warna dan ukuran scarf.
b. Apabila hasil akhir sesuai 3
dengan bahan, efek warna
pada motif, warna, kecerahan
warna, kebersihan warna dan
ukuran scarf.
c. Apabila hasil akhir cukup 2
sesuai dengan bahan, efek
warna pada motif, warna,
kecerahan warna, kebersihan
warna dan ukuran scarf.
d. Apabila hasil akhir sangat 1
tidak sesuai dengan bahan,
49

efek warna pada motif, warna,


kecerahan warna, kebersihan
warna dan ukuran scarf.

1. Uji Kesepakatan Pengamat

Uji kesepakatan pengamat ini dilakukan untuk menyatukan penilaian dari

ke 5 pengamat (observer). Uji coba lembar pengamatan hasil pewarnaan sintetis

napthol pada pembuatan shibori dengan kain katun dan kain linen digunakan uji

kesepakatan dengan menggunakan analisis varians satu jalur yang dikemukakan

oleh Sudjana (2015).

Untuk memperoleh F hitung digunakan rumus-rumus (Sudjana 2015),

sebagai berikut:

1. Mencari jumlah kuadrat total (JK total)

JK (XN )²
total= ∑ 2 + ∑ 2 + ∑ 2+ ∑ 2+ ∑ 2−∑
x1 x2 x3 x4 x5 N

2. Mencari jumlah kuadrat antar kelompok (JK ak)

JK ∑ 2 ∑ 2 ∑2 ∑2 ∑ 2
x1 x2 x3 x4 x5
a k= + + + + −¿¿ ¿
N1 N2 N3 N4 N5

3. Mencari jumlah kuadrat dalam kelompok (JK dk)

JK (dk )=JK total−JK (ak )

4. Mencari derajat kebebasan

dk total=n −1

dk (ak )=m−1

dk (dk )=(n −1 )−(m−1)

5. Menentukan rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok (RJK ak)


50

RJK JK (ak)
( ak ) =
DK (ak)

6. Menentukan rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok (RJK dk)

RJK JK ( dk)
( dk ) =
DK (dk)

7. Menentukan F distribusi

F RJK (ak)
hitung=
RJK (dk)

Setelah besaran F hitung diketahui, maka dikonsultasikan dengan F tabel dengan

taraf signifikan 5 % (∝ = 0,05). Bila F hitung< F tabel maka dapat disimpulkan tidak

ada perbedaan yang berarti antara hasil pengamatan dari kelima pengamat

(observer), demikian juga sebaliknya.

3.7 Teknik Analisis Data

Setelah semua memperoleh data dan dikumpulkan, maka data tersebut akan

ditabulasi dan diolah baik dengan tujuan penelitian dan selanjutnya dianalisis

secara statistik. Dalam hal ini digunakan teknik analisa data sebagai berikut :

1. Deskripsi Data

Dihitung dengan rumus mean (rata-rata)

M=
∑x
n

Keterangan:

M : Harga rata-rata hitung

∑ X : Jumlah skor yang dicapai


n : Banyaknya sampel
51

Dari data penilaian diperoleh hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan

sintetis napthol pada kain katun dan kain linen diperoleh nilai sebagai berikut :

1. Pada Kain Katun

∑ X = 235,6 ∑ X ²= 5640,4 n = 10

M=
∑x = 235 ,6
= 23,56
n 10

2. Pada Kain Linen

∑ X = 203,2 ∑ X ²= 4250,4 n = 10

M=
∑x = 203 ,2
= 20,32
n 10

Kemudian mencari simpangan baku atau standar deviasi dapat dicari dengan

rumus :


2 2
(∑ x ).
SD = ∑ x −
n n

Keterangan :

Sd : Standar deviasi

∑ (x)² : Jumlah skor yang dicapai


n : Banyak sampel

Untuk menghitung standar deviasi dapat dihitung menggunakan rumus

sebagai berikut :

1. Pada Kain Katun


52


2 2
(∑ x ).
SD = ∑ x −
n n

SD =
√ 5640 , 4 235 ,6²
10

10

SD = √ 564 , 04−23 , 56 ²

SD = √ 564 , 04−555,0736

SD = √ 8,9664

SD = 2,99

2. Pada Kain Linen


2 2
(∑ x ).
SD = ∑ x −
n n

SD =
√ 4250 , 4 203 , 2²
10

10

SD = √ 425 , 04−20 , 32²

SD = √ 425 , 04−412,9024

SD = √ 12,1376

SD = 3,48

2. Uji Tingkat Kecenderungan

Untuk mengidentifikasi tingkat kecenderungan hasil pembuatan shibori

dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun dan linen di LKP MEI GOOM

menggunakan rata-rata ideal (Mi) dan Standar Ideal (SDi) dengan rumus sebagai

berikut:

Rumus rata-rata ideal (Mi)

nilai tertinggi ideal+ nilai terendah ideal


Mi =
2
53

Rumus rata-rata ideal (Mi)

nilai tertinggi ideal−nilai terendah ideal


SDi =
6

Keterangan :

Mi : Rata-rata ideal

SDi : Simpangan baku ideal

1. Tingkat kecenderungan data variabel hasil pembuatan shibori dengan

pewarnaan sintetis napthol pada kain katun

Rata-rata ideal pada kain katun

nilai tertinggi ideal+ nilai terendah ideal


Mi =
2

87+79 166
= = = 83
2 2

Simpangan baku ideal pada kain katun

nilai tertinggi ideal−nilai terendah ideal


SDi =
6

87−79 8
= = = 1,3
6 6

2. Tingkat kecenderungan data variabel hasil pembuatan shibori dengan

pewarnaan sintetis napthol pada kain linen

Rata-rata ideal pada kain linen

nila tertinggi ideal+nilai terendah ideal


Mi =
2

76+70 146
= = = 73
2 2

Simpangan baku ideal pada kain linen


54

nilai tertinggi ideal−nilai terendah ideal


SDi =
6

76−70 6
= = =1
6 6

Berdasarkan hasil Mid an SDi yang diperoleh, maka data dikelompokkan dengan

kategori sebagai berikut:

Tabel 3. 6 Penskoran Instrumen

Kelompok f absolut f relatif Kategori


Mi + 1,5 SDi keatas n1 n1/ N x 100 Sangat baik
Mi s/d Mi + 1,5 SDi n2 n2 / N x 100 Baik
Mi-1,5 SDi s/d Mi n3 n3 / N x 100 Cukup baik
Mi – 1,5 SDi ke bawah n4 n 4 / N x 100 Kurang

Kemudian setelah semua data dikumpulkan, maka data tersebut akan

ditabulasikan dan diolah baik dengan tujuan penelitian dan selanjutnya dianalisis

secara statistik.

3. Menentukan Analisis Persentase Penelitian

Untuk menganalisis data yang diperoleh dapat menggunakan analisis

persentase terhadap hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol

pada kain katun dan linen di LKP MEI GOOM. Adapun rumus untuk mencari

persentase menurut Sugiyono (2017) sebagai berikut:

F
P= x 100 %
N

Keterangan :

P : Persentase
55

F = Frekuensi

N = Jumlah responden

Bahwa berdasarkan hasil rata-rata dari tujuan hasil pewarnaan sintetis napthol

pada pembuatan shibori dengan kain katun dan kain linen diperoleh kategori

sangat baik sebanyak %, diperoleh kategori baik sebanyak %, diperoleh kategori

cukup baik sebanyak %, diperoleh kategori kurang sebanyak %.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan tujuan untuk

mengetahui hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain

katun dan kain linen dengan menggunakan instrumen pengumpulan data berupa

lembar pengamatan hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol

pada kain katun dan kain linen.

a. Hasil Kesepakatan Pengamat

Uji kesepakatan pengamat bertujuan untuk mengetahui hasil dari kelima

pengamat apakah terdapat perbedaan atau tidak. Hasil perhitungan uji kesepakatan

pengamat dengan uji ANAVA satu jalur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1Analisis Varian Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis


Napthol Pada Kain Katun

Sumber Varians DK JK RJK F hitung F tabel 5%

Antar kelompok 9 352,12 39,12444 0,006178 2,12

Dalam 6.332,608
40 252.952,2
kelompok

Total 49

56
57

Tabel 4.2 Analisis Varian Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis
Napthol Pada Kain Linen

Sumber Varians DK JK RJK F hitung F tabel 5%

Antar kelompok 9 519,68 57,74222 0,012092 2,12

Dalam
40 190.483,2 4.775,072
kelompok

Total 49

Berdasarkan tabel diatas diperoleh F hitung= 0,006178. Jika dibandingkan

dengan F tabel pada taraf signifikan 5% (∝ = 0,05) dan dk = 9:40. Diperoleh F tabel =

2,12, sehingga diketahui F hitung < F tabel pada kain katun (0,006178 < 2,12). Dan

diketahui F hitung < F tabel pada kain linen (0,012092 < 2,12). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti antara hasil pengamatan

dari analisis hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain

katun dan kain linen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

b. Hasil Pembuatan shibori Dengan Pewarnaan sintetis napthol Pada Kain

Katun

Berdasarkan data pengamatan hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan

sintetis napthol pada kain katun diperoleh, Rata-rata (Mean) pada kain katun

23,56. Standar deviasi (SD) pada kain katun 2,99 Berdasarkan data hasil

penelitian diketahui nilai rata-rata ideal adalah 100, nilai tertinggi pada kain katun

87 dengan kategori sangat baik dan nilai terendah 79 dengan kategori baik.

Berikut adalah tabel Distribusi Frekuensi data hasil pembuatan shibori dengan
58

pewarnaan sintetis napthol pada kain katun di LKP Mei Goom dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4. 3 Distribusi frekuensi pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis


napthol pada kain katun di LKP Mei Goom.

Kelas Interval Frekuensi Persentase (%)


1 85 – 87 6 60%
2 82 – 84 2 20%
3 79 – 81 2 20%
4 76 – 78 0 0%
Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa data distribusi frekuensi

hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun

sebagaian besar berada pada interval 85– 87 sebanyak 6 dengan (60%).

Sedangkan interval 82 – 84 sebanyak 2 dengan (20%), pada interval 79 - 81

sebanyak 2 dengan (20%) dan pada interval 76 - 78 sebanyak 0 dengan (0%).

Dapat disimpulkan bahwa skor tertinggi dari kelima pengamat berada pada

interval 85 - 87 dengan (60%).

c. Hasil Pembuatan shibori Dengan Pewarnaan sintetis napthol Pada Kain

Linen

Berdasarkan data pengamatan hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan

sintetis napthol pada kain linen diperoleh, Rata-rata (Mean) pada kain linen 20,32.

Standar Deviasi pada kain linen 3,48. Berdasarkan data hasil penelitian diketahui

nilai rata-rata ideal adalah 100, nilai tertinggi pada kain linen 76 dengan kategori

baik dan nilai terendah 70 dengan kategori cukup. Berikut adalah tabel Distribusi
59

Frekuensi data hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain linen di LKP Mei Goom dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 4 Distribusi frekuensi pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis


napthol pada kain linen di LKP Mei Goom.

Kelas Interval Frekuensi Persentase (%)


1 74 – 76 2 20%
2 71 – 73 7 70%
3 68 – 70 1 10%
4 65 – 67 0 0%
Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa data distribusi frekuensi

hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain linen

sebagaian besar berada pada interval 74 - 76 sebanyak 2 dengan (20%).

Sedangkan interval 71 – 73 sebanyak 7 dengan (70%), pada interval 68 - 70

sebanyak 1 dengan (10%) dan pada interval 65 - 67 sebanyak 0 dengan ( 0%).

Dapat disimpulkan bahwa skor tertinggi dari kelima pengamat berada pada

interval 71 - 73 dengan (70%).

d. Tingkat Kecenderungan Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan

Sintetis Napthol Pada Kain Katun

Untuk mengidentifikasi tingkat kecenderungan data hasil pembuatan

shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun, diketahui Mi= 83 dan

SDi= 1,3 dapat dilihat pada tabel berikut:


60

Tabel 4 5 Tingkat Kecenderungan Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan


Sintetis Napthol Pada Kain Katun

Interval kelas Frekuensi presentasi kategori


> 85 3 30 Sangat baik
83 s/d 85 3 30 Baik
81 s/d 82 2 20 Cukup baik
< 81 2 20 Kurang

Jumlah 10 100%

Berdasarkan pada tabel diatas, bahwa dari 10 shibori dengan pewarnaan

sintetis napthol sebagai objek penelitian sebanyak 3 shibori pada kain katun

dengan kategori sangat baik (30%), 2 shibori dengan kategori baik (20%), 2

shibori kategori cukup baik (20%) dan 2 shibori dengan kategori kurang (20%).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persentase hasil pembuatan shibori

dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun cenderung sangat baik.

e. Tingkat Kecenderungan Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan

Sintetis Napthol Pada Kain Linen

Untuk mengidentifikasi tingkat kecenderungan data hasil pembuatan shibori

dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain linen, diketahui Mi= 73 dan SDi =1

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 6 Tingkat Kecenderungan Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan


Sintetis Napthol Pada Kain Linen

Interval kelas Frekuensi presentasi kategori


> 75 1 10 Sangat baik
73 s/d 75 4 40 Baik
71 s/d 72 4 40 Cukup baik
< 71 1 10 Kurang
61

Jumlah 10 100%

Berdasarkan pada tabel diatas, bahwa sebanyak 1 shibori pada kain

linen dengan kategori sangat baik (10%), sebanyak 4 shibori dengan kategori

baik sebanyak (40%), 4 shibori dengan kategori cukup baik (30%) dan 1 shibori

dengan kategori kurang (10%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

persentase hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain

kain linen cenderung baik.

f. Hasil Nilai Pembuatan Shibori Pada Kain Katun Dan Kain Linen

Berikut hasil nilai pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol

pada kain katun dan kain linen di LKP Mei Goom, berdasarkan penilaian kelima

pengamat dari setiap indikator didapatkan hasil sebagai berikut: Menurut

Arikunto (2016) kriteria penilaian kategori hasil belajar sebagai berikut:

Tabel 4 7 Kriteria Penilaian

NO Kain Keterangan Kain linen Keterangan


Nilai
katun Kategori
1 81-100
79 Baik 71 Baik
Sangat Baik
2 Sangat baik 73 Baik
61 86
– 80 Baik
3 79 Baik 72 Baik
41 – 60 Cukup
4 87 Sangat baik 73 Baik
5 21 82
– 40 Sangat baik Kurang
70 Baik
6 85 Sangat baik 71 Baik
7 84 Sangat baik 73 Baik
8 86 Sangat baik 75 Baik
9 85 Sangat baik 71 Baik
10 87 Sangat baik 76 Baik
62

JUMLAH 840 725


Tabel 4. 8 Nilai Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis Napthol Pada
Kain Katun Dan Kain Linen

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 10 sampel penelitian, pada

kain katun 8 sampel pada hasil pembuatan shibori dengan kain katun kategori

sangat baik dan 2 sampel pada hasil pembuatan shibori dengan kain katun

kategori baik. Sedangkan pada kain linen 10 sampel hasil pembuatan shibori

dengan kain linen kategori baik, maka secara keseluruhan dapat disimpulkan

bahwa hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun

dan kain linen di LKP Mei Goom pada kain katun memiliki hasil sangat baik dan

pada kain linen memiliki hasil baik.

4.2 Analisis Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis Napthol

Pada Kain Katun

Berikut analisis hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis

napthol pada kain katun di LKP Mei Goom, berdasarkan penilaian kelima

pengamat dari setiap indikator didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Bahan Kain Katun Mori

Tabel 4 .9 Menganalisis Bahan Kain Katun Mori

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

1. Bahan Kain P= P= P= P=
Katun Mori 10 0 0 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 100% = 0% = 0% = 0%
63

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil bahan kain katun mori

diperoleh 10 bahan kain katun mori memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan

persentase 100%, 0 bahan kain katun mori memperoleh skor 3 (baik), 0 bahan

kain katun mori memperoleh skor 2 (cukup baik), 0 bahan kain katun mori

memperoleh skor 1 (kurang baik). Dari hasil data tersebut diperoleh skor, 4

sebanyak 10 bahan kain katun mori.

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain katun dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

12
100%
10
8
6
4
2
0% 0% 0%
0
4 3 2 1
Skor Penilaian

Gambar 4. 1 Histogram Bahan Kain Katun Mori


2. Efek Warna Pada motif
Tabel 4. 10 Menganalisis Efek warna pada motif Pada Kain Katun

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

2. Efek Warna P= P= P= P=
Pada 6 2 2 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100
10 10 10 10
= 60% = 20% =20% = 0%
64

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil efek warna pada motif

diperoleh 6 efek warna pada motif memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan

persentase 60%, 2 efek warna pada motif memperoleh skor 3 (baik) dengan

persentase 20%, 2 efek warna pada motif memperoleh skor 2 (cukup baik)

dengan persentase 20%, 0 efek warna pada motif memperoleh skor 1 (kurang

baik). Dari hasil data tersebut diperoleh skor, 4 sebanyak 6 efek warna pada

motif, skor 3 sebanyak 2 efek warna pada motif dan skor 2 sebanyak 2 efek warna

pada motif.

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain katun dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

7 60%
6
5
4
3 20% 20%
2
1 0%
0
4 3 2 1
Skor Penilaian

Gambar 4. 2 Histogram Efek Warna Pada Motif Pada Kain Katun


3. Warna
Tabel 4. 11 Menganalisis Warna Pada Kain Katun

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

3. Warna P= P= P= P=
7 2 1 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 70% = 20% = 10% = 0%
65

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil warna diperoleh 7

warna memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan persentase 70%, 2 warna

memperoleh skor 3 (baik) dengan persentase 20%, 1 warna memperoleh skor 2

(cukup baik) dengan persentase 10%, 0 warna memperoleh skor 1 (kurang

baik). Dari hasil data tersebut diperoleh, skor 4 sebanyak 7 warna, skor 3

sebanyak 2 warna dan skor 2 sebanyak 1 warna.

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain katun dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

8 70%
6
4
20%
2 10%
0%
0
4 3 2 1
Skor Penilaian

Gambar 4. 3 Histogram Warna Pada Kain Katun


4. Kecerahan Warna
Tabel 4. 12 Menganalisis Kecerahan WarnaPada Kain Katun

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

4. Kecerahan P= P= P= P=
Warna 5 3 2 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 50% = 30% = 20% = 0%
66

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil kecerahan warna

diperoleh 5 kecerahan warna memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan persentase

50%, 3 kecerahan warna memperoleh skor 3 (baik) dengan persentase 30%, 2

kecerahan warna memperoleh skor 2 (cukup baik) dengan persentase 20%, 0

kecerahan warna memperoleh skor 1 (kurang baik). Dari hasil data tersebut

diperoleh, skor 4 sebanyak 5 kecerahan warna, skor 3 sebanyak 3 kecerahan

warna dan skor 2 sebanyak 2 kecerahan warna.

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain katun dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

6 50%
5
4 30%
3 20%
2
1 0%
0
4 3 2 1
Skor Penilaian
Gambar 4. 4 Histogram Kecerahan Warna Pada Kain Katun

5. Kebersihan Warna dan Kain


Tabel 4 .13 Menganalisis Kebersihan Warna dan kain Pada Kain Katun

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

5. Kebersihan P= P= P= P=
Warna Dan 3 5 1 1
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
Kain 10 10 10 10
= 30% = 50% = 10% = 10%
67

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil kebersihan warna dan

kain diperoleh 3 kebersihan warna dan kain memperoleh skor 4 (sangat baik)

dengan persentase 30%, 5 kebersihan warna dan kain memperoleh skor 3 (baik)

dengan persentase 50%, 1 kebersihan warna dan kain memperoleh skor 2 (cukup

baik) dengan persentase 10%, 1 kebersihan warna dan kain memperoleh skor 1

(kurang baik) dengan persentase 10%. Dari hasil data tersebut diperoleh, skor 4

sebanyak 3 kebersihan warna dan kain, skor 3 sebanyak 5 kebersihan warna dan

kain, skor 2 sebanyak 1 kebersihan warna dan kain dan skor 1 sebanyak 1

kebersihan warna dan kain.

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain katun dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

6
50%
5
4
30%
3
2
10% 10%
1
0
4 3 2 1

Skor Penilaian

Gambar 4. 5 Histogram Kebersihan Warna dan Kain Pada Kain Katun


6. Ukuran Scarf
Tabel 4. 14 Menganalisis Ukuran Scarf Pada Kain Katun

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

6. Ukuran P= P= P= P=
Scarf 3 3 3 1
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
68

= 30% = 30% = 30% = 10%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil ukuran scarf diperoleh

3 ukuran scarf memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan persentase 30%, 3

ukuran scarf memperoleh skor 3 (baik) dengan persentase 30%, 3 ukuran scarf

memperoleh skor 2 (cukup baik) dengan persentase 30%, 1 ukuran scarf

memperoleh skor 1 (kurang baik) dengan persentase 10%. Dari hasil data

tersebut diperoleh, skor 4 sebanyak 3 ukuran scarf, skor 3 sebanyak 3 ukuran

scarf, skor 2 sebanyak 3 ukuran scarf dan skor 1 sebanyak 1 ukuran scarf.

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain katun dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

3.5 30% 30% 30%


3
2.5
2
1.5 10%
1
0.5
0
4 3 2 1
Skor Penilaian

Gambar 4. 6 Histogram Ukuran Scarf Pada Kain Katun


7. Hasil Akhir
Tabel 4 .15 Menganalisis Hasil Akhir Pada Kain Katun

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

7. Hasil Akhir P= P= P= P=
3 5 2 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
69

= 30% = 50% = 20% = 0%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil diperoleh 3 hasil akhir

memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan persentase 30%, 5 hasil akhir

memperoleh skor 3 (baik) dengan persentase 50%, 2 hasil akhir memperoleh skor

2 (cukup baik) dengan persentase 20%, 0 hasil akhir memperoleh skor 1 (kurang

baik). Dari hasil data tersebut diperoleh, skor 4 sebanyak 3 hasil akhir, skor 3

sebanyak 5 hasil akhir dan skor 2 sebanyak 2 hasil akhir.Secara visual pembuatan

shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun dapat dilihat pada

grafik sebagai berikut:

6
50%
5
4
30%
3
20%
2
1
0%
0
4 3 2 1

Skor Penilain

Gambar 4. 7 Histogram Hasil Akhir Pada Kain Katun

Tabel 4 .16 Skor Rat-Rata Hasil Pengamatan Pembuatan Shibori Dengan


Pewarnaan Sintetis Napthol Pada Kain Katun

Skor Skor Penilain Jumlah


Penilaian Sangat Baik Cukup Kurang
Baik Baik Baik
F % F % F % F % F %
1. Bahan Kain 10 100% 0 0% 0 0% 0 0% 10 100%
70

Katun Mori
2. Motif 6 60% 2 20 2 20% 0 0% 10 100%
%
3. Warna 7 70% 2 20 1 10% 2 20% 10 100%
%
4. Kecerahan 5 50% 3 30 2 20% 0 0% 10 100%
Warna %
5. Kebersihan 3 30% 5 50 1 10% 1 10% 10 100%
Warna dan %
Kain
6. Ukuran 3 30% 3 30 3 30% 1 10% 10 100%
Scarf %
7. Hasil Akhir 3 30% 5 50 2 20% 0 0% 10 100%
%
71

Berdasarkan data kelima pengamat diperoleh hasil pembuatan shibori dengan

pewarnaan sintetis napthol pada kain katun diperoleh hasil bahawa indikator

bahan kain katun mori dikategorikan sangat baik sebanyak 10 (100%), indikator

motif dikategorikan sangat baik sebanyak 6 (60%), indikator warna

dikategorikan sangat baik sebanyak 7 (70%), indikator kecerahan warna

dikategorikan sangat baik sebanyak 5 (50%), indikator kebersihan warna dan

kain dikategorikan baik sebanyak 5 (50%), indikator ukuran scarf dikategorikan

sangat baik sebanyak 3 (30%) dan indikator hasil akhir dikategorikan baik

sebanyak 5 (50%).

4.3 Analisis Hasil Pembuatan Shibori Dengan Pewarnaan Sintetis Napthol

Pada Kain Linen

Berikut analisis hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis

napthol pada kain linen di LKP Mei Goom, berdasarkan penilaian kelima

pengamat dari setiap indikator didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Bahan Kain Linen


Tabel 4 .17 Menganalisis Bahan Kain Linen

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

1. Bahan Kain P= P= P= P=
Linen 8 2 0 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 80% = 20% = 0% = 0%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil bahan kain linen

diperoleh 8 bahan kain linen memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan persentase
72

40%, 3 bahan kain linen memperoleh skor 3 (baik) dengan persentase 30%, 0

bahan kain linen memperoleh skor 2 (cukup baik), 0 bahan kain linen

memperoleh skor 1 (kurang baik). Dari hasil data tersebut diperoleh, skor 4

sebanyak 8 bahan kain linen dan skor 3 sebanyak 2 kain linen.

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain linen dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

10
80%
8
6
4
20%
2
0% 0%
0
4 3 2 1
Skor Penilaian

Gambar 4. 8 Histogram Bahan Kain Linen


2. Efek Warna Pada Motif
Tabel 4 .18 Menganalisis Efek warna pada motif Pada kain Linen

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

2. Efek Warna P= P= P= P=
Pada Motif 2 6 2 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 20% = 60% = 20% = 0%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil efek warna pada motif

diperoleh 2 efek warna pada motif memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan

persentase 20%, 6 efek warna pada motif memperoleh skor 3 (baik) dengan

persentase 60%, 2 efek warna pada motif memperoleh skor 2 (cukup baik)
73

dengan persentase 20%, 0 efek warna pada motif memperoleh skor 1 (kurang

baik). Dari hasil data tersebut diperoleh, skor 4 sebanyak 2 efek warna pada

motif, skor 3 sebanyak 6 efek warna pada motif dan skor 2 sebanyak 2 efek warna

pada motif.

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain linen dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

8
60%
6
4
20% 20%
2
0%
0
4 3 2 1
Skor Penilaian

Gambar 4. 9 Histogram Efek Warna Pada Motif Pada Kain Katun

3. Warna
Tabel 4 . 19 Menganalisis Warna Pada Kain Linen

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

3. Warna P= P= P= P=
1 6 1 2
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 10% = 60% = 10% = 20%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil warna diperoleh 1

warna memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan persentase 10%, 6 warna

memperoleh skor 3 (baik) dengan persentase 60%, 1 warna memperoleh skor 2

(cukup baik) dengan persentase 10%, 2 warna memperoleh skor 1 (kurang baik)
74

dengan persentase 20%. Dari hasil data tersebut diperoleh, skor 4 sebanyak 1

warna, skor 3 sebanyak 6 warna, skor 2 sebanyak 1 warna dan skor 1 sebanyak 2

warna.

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain

linen dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

8
60%
6
4
20%
2 10% 10%
0
4 3 2 1
Skor Penilaian

Gambar 4. 10 Histogram Warna Pada Kain Linen

4. Kecerahan Warna

Tabel 4. 20 Menganalisis Kecerahan WarnaPada Kain Linen

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

4. Kecerahan P= P= P= P=
Warna 1 6 3 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 10% = 60% = 30% = 0%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil kecerahan warna

diperoleh 1 kecerahan warna memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan persentase

10%, 6 kecerahan warna memperoleh skor 3 (baik) dengan persentase 60%, 2

kecerahan warna memperoleh skor 2 (cukup baik) dengan persentase 20%, 0


75

kecerahan warna memperoleh skor 1 (kurang baik). Dari hasil data tersebut

diperoleh, skor 4 sebanyak 1 kecerahan warna, skor 3 sebanyak 6 kecerahan

warna dan skor 2 sebanyak 2 kecerahan warna.

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain linen dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

7 60%
6
5
4 30%
3
2 10%
1 0%
0
4 3 2 1
Skor Penilain

Gambar 4. 11 Histogram Kecerahan Warna Pada Kain Linen


5. Kebersihan Warna dan Kain
Tabel 4 .21 Menganalisis Kebersihan Warna dan kain Pada Kain Linen

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

5. Kebersihan P= P= P= P=
Warna Dan 1 6 3 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
Kain 10 10 10 10
= 10% = 60% = 30% = 0%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil kebersihan warna dan

kain diperoleh 1 kebersihan warna dan kain memperoleh skor 4 (sangat baik)

dengan persentase 10%, 6 kebersihan warna dan kain memperoleh skor 3 (baik)

dengan persentase 60%, 3 kebersihan warna dan kain memperoleh skor 2 (cukup

baik) dengan persentase 30%, 0 kebersihan warna dan kain memperoleh skor 1
76

(kurang baik) Dari hasil data tersebut diperoleh, skor 4 sebanyak 1 kebersihan

warna dan kain, skor 3 sebanyak 6 kebersihan warna dan kain dan skor 2

sebanyak 2 kebersihan warna dan kain

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain linen dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

7 60%
6
5
4 30%
3
2 10%
1 0%
0
4 3 2 1
Skor Penilaian

Gambar 4. 12 Histogram Kebersihan Warna dan Kain Pada Kain Linen


6. Ukuran Scarf
Tabel 4 .22 Menganalisis Ukuran Scarf Pada Kain Linen

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

6. Ukuran P= P= P= P=
Scarf 1 7 1 1
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 10% = 70% = 10% = 10%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil ukuran scarf diperoleh

1 ukuran scarf memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan persentase 10%, 7

ukuran scarf memperoleh skor 3 (baik) dengan persentase 10%, 1 ukuran scarf

memperoleh skor 2 (cukup baik) dengan persentase 10%, 1 ukuran scarf

memperoleh skor 1 (kurang baik) dengan persentase 10%. Dari hasil data
77

tersebut diperoleh, skor 4 sebanyak 1 ukuran scarf, skor 3 sebanyak 7 ukuran

scarf, skor 2 sebanyak 1 ukuran scarf dan skor 1 sebanyak 1 ukuran scarf.

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain linen dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

8 70%
6
4
2 10% 10% 10%
0
4 3 2 1
Skor Penilaian

Gambar 4. 13 Histogram Ukuran Scarf Pada Kain Linen


7. Hasil Akhir
Tabel 4. 23 Menganalisis Hasil Akhir Pada Kain Linen

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

7. Hasil Akhir P= P= P= P=
2 4 4 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 20% = 40% = 40% = 0%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data hasil akhir diperoleh 2 hasil

akhir memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan persentase 20%, 4 hasil akhir

memperoleh skor 3 (baik) dengan persentase 40%, 4 hasil akhir memperoleh skor

2 (cukup baik) dengan persentase 40%, 0 hasil akhir memperoleh skor 1 (kurang

baik). Dari hasil data tersebut diperoleh, skor 4 sebanyak 2 hasil akhir, skor 3

sebanyak 4 hasil akhir dan skor 2 sebanyak 4 hasil akhir.


78

Secara visual pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain linen dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

5
40% 40%
4
3
20%
2
1
0%
0
4 3 2 1
Skor Penilaian

Gambar 4. 14 Histogram Hasil Akhir Pada Kain Linen

Skor Skor Penilain Jumlah


Penilaian Sangat Baik Cukup Kurang
Baik Baik Baik
F % F % F % F % F %
1. Bahan Kain 8 80% 2 20 0 0% 0 0% 10 100%
Linen %
2. Motif 2 20% 6 60 2 20% 0 0% 10 100%
%
3. Warna 1 10% 6 60 1 10% 2 20% 10 100%
%
4. Kecerahan 1 10% 6 60 1 30% 0 0% 10 100%
Warna %
5. Kebersihan 1 10% 6 60 3 30% 0 0% 10 100%
Warna dan %
Kain
6. Ukuran 1 10% 7 70 1 10% 1 10% 10 100%
Scarf %
7. Hasil Akhir 2 20% 4 40 4 40% 0 0% 10 100%
%
79

Tabel 4 .24 Skor Rata-Rata Hasil Pengamat Pembuatan Shibori Dengan


Pewarnaan Sintetis Napthol Pada Kain Linen
Berdasarkan data kelima pengamat diperoleh hasil pembuatan shibori dengan

pewarnaan sintetis napthol pada kain katun diperoleh hasil bahawa indikator

bahan kain katun mori dikategorikan sangat baik sebanyak 8 (80%), indikator

motif dikategorikan baik sebanyak 6 (60%), indikator warna dikategorikan baik

sebanyak 6 (60%), indikator kecerahan warna dikategorikan baik sebanyak 6

(60%), indikator kebersihan warna dan kain dikategorikan baik sebanyak 6

(60%), indikator ukuran scarf dikategorikan baik sebanyak 7 (70%) dan indikator

hasil akhir dikategorikan baik sebanyak 4 (40%).

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

a. Pembahasan Kain Katun

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari kelima pengamat

terhadap hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain

katun setiap indikator sebagai berikut:

1. Bahan Kain Katun Mori

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek bahan kain katun diperoleh 10

sampel (100%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil bahan kain katun

yang digunakan memiliki karakteristik nyaman, daya serap yang baik, penghantar

panas yang baik dan serat yang rapat. Secara keseluruhan dari hasil tersebut

diperoleh mayoritas sebanyak 10 sampel pada bahan kain katun mori dengan hasil

pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun rata-rata

memperoleh skor sangat baik. Menurut Zumaroh (2019), proses pewarnaan


80

shibori disesuaikan dengan bahan yang digunakan untuk membuat shibori,

misalnya serat selulosa seperti katun, linen dan rayon.

2. Efek warna pada motif

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek efek warna pada motif

diperoleh 6 sampel (60%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil efek

warna pada motif arashi shibori yang dihasilkan sangat baik dengan desain,

berbentuk gelombang dengan ukuran yang sama untuk setiap efek warna pada

motifnya. Diperoleh 2 sampel (20%) memperoleh skor 3 (baik) dengan hasil efek

warna pada motif arashi shibori baik dengan desain, hampir berbentuk gelombang

dengan ukuran yang hampir sama untuk setiap efek warna pada motifnya.

Diperoleh 2 sampel (20%) memperoleh skor 2 (cukup baik) dengan hasil efek

warna pada motif shibori tidak baik dengan desain, tidak berbentuk gelombang

dengan ukuran yang tidak sama untuk setiap efek warna pada motifnya. Secara

keseluruhan dari hasil tersebut diperoleh mayoritas sebanyak 6 sampel pada efek

warna pada motif dengan hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis

napthol pada kain katun rata-rata memperoleh skor sangat baik. Menurut Ikhsani

(2020), teknik shibori menghasilkan motif yang berbeda serta beragam sesuai

dengan ikatan atau lipatan pada bagian yang akan dicelup ke dalam zat warna.

3. Warna

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek warna diperoleh 7 sampel

(70%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil warna yang dihasilkan

berwarna navy putih dengan hasil yang jelas. Diperoleh 2 sampel (20%)

memperoleh skor 3 (baik) dengan hasil warna yang dihasilkan mengalami


81

perubahan tingkatan warna. Diperoleh 1 sampel (10%) memperoleh skor 2

(cukup baik) dengan hasil warna yang dihasilkan mengalami pencampuran

dengan warna lain. Secara keseluruhan dari hasil tersebut diperoleh mayoritas

sebanyak 7 sampel pada warna dengan hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan

sintetis napthol pada kain katun rata-rata memperoleh skor sangat baik. Menurut

Juje (2015), hasil pencelupan yang baik adalah warna yang terserap merata pada

kain, tidak terdapat belang dan warna yang dihasilkan tajam.

4. Kecerahan Warna

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek kecerahan warna diperoleh 5

sampel (50%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil kecerahan warna

yang dihasilkan sangat pekat, sangat merata dan berwarna navy. Diperoleh 3

sampel (30%) memperoleh skor 3 (baik) dengan hasil kecerahan warna yang

dihasilkan pekat, merata dan berwarna navy keputih-putihan. Diperoleh 2 sampel

(20%) memperoleh skor 2 (cukup baik) dengan hasil kecerahan warna yang

dihasilkan tidak pekat, tidak merata dan berwarna navy keputih-putihan. Secara

keseluruhan dari hasil tersebut diperoleh mayoritas sebanyak 5 sampel pada

kecerahan warna dengan hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis

napthol pada kain katun rata-rata memperoleh skor sangat baik. Menurut Luftinor

(2019), pada industri tekstil zat warna pigmen banyak digunakan pada proses

pewarnaan untuk menghasilkan warna yang lebih cerah.

5. Kebersihan Warna dan Kain

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek kebersihan warna dan kain

diperoleh 3 sampel (30%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil


82

kebersihan warna yang dihasilkan dari pewarnaan tanpa bercak putih pada kain

yang menumpuk dan warna yang dihasilkan sangat merata dan tanpa noda pada

kain. Diperoleh 5 sampel (50%) memperoleh skor 3 (baik) dengan hasil

kebersihan warna yang dihasilkan dari pewarnaan sedikit bercak putih pada kain

dan warna yang dihasilkan merata dan sedikit noda pada kain. Diperoleh 1 sampel

(10%) memperoleh skor 2 (cukup baik) dengan hasil kebersihan warna yang

dihasilkan dari pewarnaan tidak terdapat bercak putih pada kain dan warna tidak

merata dan terdapat noda pada kain. Diperoleh 1 sampel (10%) memperoleh skor

1 (kurang baik) dengan hasil kebersihan warna yang dihasilkan dari pewarnaan

terdapat bercak putih yang menumpuk dan tidak terkena warna pada kain dan

warna tidak merata dan terdapat noda pada kain, dikarenakan pada saat proses

pembuatan teknik mengikat, melilit longgar sehingga warna mudah terserap

kedalam kain. Secara keseluruhan dari hasil tersebut diperoleh mayoritas

sebanyak 5 sampel pada kebersihan warna dan kain dengan hasil pembuatan

shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun rata-rata memperoleh

skor baik. Menurut Hartiyah (2021), kebersihan warna tanpa bercak yang

menumpuk pada kain dan warna yang merata.

6. Ukuran Scarf

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek ukuran scarf diperoleh 3 sampel

(30%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil ukuran scarf baik dengan

ukuran yang telah ditentukan yaitu panjang 150cm x lebar 50cm. Diperoleh 3

sampel (30%) memperoleh skor 3 (baik) dengan hasil ukuran scarf memiliki

panjang yang sama dan lebar yang berbeda < 50 cm atau > 50cm. Diperoleh 3
83

sampel (30%) memperoleh skor 2 (cukup baik) dengan hasil ukuran scarf

memiliki lebar yang sama dan panjang yang berbeda < 150cm atau > 150cm.

Diperoleh 1 sampel (10%) memperoleh skor 1 (kurang baik) dengan hasil ukuran

scarf memiliki panjang dan lebar yang berbeda dari ukuran yang telah ditentukan,

dikarenakan ukuran tidak sama besar antara panjang dan lebar kain. Pada saat

proses pembuatan siswa tidak terlebih dahulu mengukur panjang dan lebar kain

agar sama besar. Secara keseluruhan dari hasil tersebut diperoleh mayoritas

sebanyak 3 sampel pada ukuran scarf dengan hasil pembuatan shibori dengan

pewarnaan sintetis napthol pada kain katun rata-rata memperoleh skor sangat baik

dan baik.

7. Hasil Akhir

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek ukuran scarf diperoleh 3 sampel

(30%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil akhir sangat baik dengan

bahan, efek warna pada motif, warna, kecerahan warna, kebersihan warna dan

ukuran scarf. Diperoleh 5 sampel (50%) memperoleh skor 3 (baik) dengan hasil

akhir baik dengan bahan, efek warna pada motif, warna, kecerahan warna,

kebersihan warna dan ukuran scarf. Diperoleh 2 sampel (20%) memperoleh skor 2

(cukup baik) dengan hasil akhir tidak baik dengan bahan, efek warna pada motif,

warna, kecerahan warna, kebersihan warna dan ukuran scarf. Secara keseluruhan

dari hasil tersebut diperoleh mayoritas sebanyak 5 sampel pada hasil akhir

dengan hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain

katun rata-rata memperoleh skor baik.

b. Pembahasan Kain Linen


84

1. Bahan Kain Linen

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek bahan kain linen diperoleh 8

sampel (80%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil bahan kain linen

yang digunakan memiliki karakteristik nyaman, daya serap yang baik, penghantar

panas yang baik dan serat yang renggang. Diperoleh 2 sampel (20%) memperoleh

skor 3 (baik) dengan hasil bahan kain linen yang digunakan memiliki daya serap

yang baik, penghantar panas yang baik halus anyaman dan serat sedikit rapat.

Secara keseluruhan dari hasil tersebut diperoleh mayoritas sebanyak 8 sampel

pada bahan kain linen dengan hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis

napthol pada kain linen rata-rata memperoleh skor yang baik. Menurut Zumaroh

(2019), proses pewarnaan shibori disesuaikan dengan bahan yang digunakan

untuk membuat shibori, misalnya serat selulosa seperti katun, linen dan rayon.

2. Efek warna pada motif

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek efek warna pada motif

diperoleh 2 sampel (20%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil efek

warna pada motif arashi shibori yang dihasilkan sangat baik dengan desain,

berbentuk gelombang dengan ukuran yang sama untuk setiap efek warna pada

motifnya. Diperoleh 6 sampel (60%) memperoleh skor 3 (baik) dengan hasil efek

warna pada motif arashi shibori baik dengan desain, hampir berbentuk gelombang

dengan ukuran yang hampir sama untuk setiap efek warna pada motifnya.

Diperoleh 2 sampel (20%) memperoleh skor 2 (cukup baik) dengan hasil efek

warna pada motif shibori tidak baik dengan desain, tidak berbentuk gelombang

dengan ukuran yang tidak sama untuk setiap efek warna pada motifnya,
85

dikarenakan pada proses pembuatan takaran zat warna dikurangi dan teknik

mengikat, melilit longgar dan meghasilkan efek motif yang tidak sesuai . Secara

keseluruhan dari hasil tersebut diperoleh mayoritas sebanyak 6 sampel pada efek

warna pada motif dengan hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis

napthol pada kain katun rata-rata memperoleh skor yang baik. Menurut Ikhsani

(2020), teknik shibori menghasilkan motif yang berbeda serta beragam sesuai

dengan ikatan atau lipatan pada bagian yang akan dicelup ke dalam zat warna.

3. Warna

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek warna diperoleh 1 sampel

(10%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil warna yang dihasilkan

berwarna navy putih dengan hasil yang jelas. Diperoleh 6 sampel (20%)

memperoleh skor 3 (baik) dengan hasil warna yang dihasilkan mengalami

perubahan tingkatan warna. Diperoleh 1 sampel (10%) memperoleh skor 2

(cukup baik) dengan hasil warna yang dihasilkan mengalami pencampuran

dengan warna lain. Diperoleh 2 sampel (20%) memperoleh skor 1 (kurang baik)

dengan hasil. warna yang dihasilkan muncul warna baru, dikarenakan pada saat

proses pembuatan takaran zat warna tidak sesuai dengan resep standar dan zat

warna tidak meresap kedalam kain paling bawah, sehingga warna yang dihasilkan

mengalami pencampuran dengan warna lain. Secara keseluruhan dari hasil

tersebut diperoleh mayoritas sebanyak 6 sampel pada warna dengan hasil

pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun rata-rata

memperoleh skor baik. Menurut Juje (2015), hasil pencelupan yang baik adalah
86

warna yang terserap merata pada kain, tidak terdapat belang dan warna yang

dihasilkan tajam.

4. Kecerahan Warna

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek kecerahan warna diperoleh 1

sampel (10%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil kecerahan warna

yang dihasilkan sangat pekat, sangat merata dan berwarna navy. Diperoleh 6

sampel (60%) memperoleh skor 3 (baik) dengan hasil kecerahan warna yang

dihasilkan pekat, merata dan berwarna navy keputih-putihan. Diperoleh 3 sampel

(20%) memperoleh skor 2 (cukup baik) dengan hasil kecerahan warna yang

dihasilkan tidak pekat, tidak merata dan berwarna navy keputih-putihan,

dikarenakan saat proses pembuatan takaran zat warna tidak sesuai dengan resep

standar sehingga menghasilkan kecerahan warna yang tidak pekat. Secara

keseluruhan dari hasil tersebut diperoleh mayoritas sebanyak 6 sampel pada

kecerahan warna dengan hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis

napthol pada kain katun rata-rata memperoleh skor baik. Menurut Luftinor (2019),

pada industri tekstil zat warna pigmen banyak digunakan pada proses pewarnaan

untuk menghasilkan warna yang lebih cerah.

5. Kebersihan Warna dan Kain

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek kebersihan warna dan kain

diperoleh 1 sampel (10%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil

kebersihan warna yang dihasilkan dari pewarnaan tanpa bercak putih pada kain

yang menumpuk dan warna yang dihasilkan sangat merata dan tanpa noda pada

kain. Diperoleh 6 sampel (60%) memperoleh skor 3 (baik) dengan hasil


87

kebersihan warna yang dihasilkan dari pewarnaan sedikit bercak putih pada kain

dan warna yang dihasilkan merata dan sedikit noda pada kain. Diperoleh 3 sampel

(30%) memperoleh skor 2 (cukup baik) dengan hasil kebersihan warna yang

dihasilkan dari pewarnaan tidak terdapat bercak putih pada kain dan warna tidak

merata dan terdapat noda pada kain, dikarenakan pada teknik lipat kain salah

sehinggaga warna tidak meresapa kedalam kain. Secara keseluruhan dari hasil

tersebut diperoleh mayoritas sebanyak 6 sampel pada kebersihan warna dan kain

dengan hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain

katun rata-rata memperoleh skor baik. Menurut Hartiyah (2021), kebersihan

warna tanpa bercak yang menumpuk pada kain dan warna yang merata.

6. Ukuran Scarf

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek ukuran scarf diperoleh 1 sampel

(10%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil ukuran scarf baik dengan

ukuran yang telah ditentukan yaitu panjang 150cm x lebar 50cm. Diperoleh 7

sampel (70%) memperoleh skor 3 (baik) dengan hasil ukuran scarf memiliki

panjang yang sama dan lebar yang berbeda < 50 cm atau > 50cm. Diperoleh 1

sampel (10%) memperoleh skor 2 (cukup baik) dengan hasil ukuran scarf

memiliki lebar yang sama dan panjang yang berbeda < 150cm atau > 150cm.

Diperoleh 1 sampel (10%) memperoleh skor 1 (kurang baik) dengan hasil ukuran

scarf memiliki panjang dan lebar yang berbeda dari ukuran yang telah ditentukan,

dikarenakan saat prose menjahit siswa tidak mengukur panjang dan lebar kain

pada scarf sehingga ukuran tidak sama besar. Secara keseluruhan dari hasil

tersebut diperoleh mayoritas sebanyak 7 sampel pada ukuran scarf dengan hasil
88

pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun rata-rata

memperoleh skor baik.

7. Hasil Akhir

Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek ukuran scarf diperoleh 2 sampel

(20%) memperoleh skor 4 (sangat baik) dengan hasil akhir sangat baik dengan

bahan, efek warna pada motif, warna, kecerahan warna, kebersihan warna dan

ukuran scarf. Diperoleh 4 sampel (40%) memperoleh skor 3 (baik) dengan hasil

akhir baik dengan bahan, efek warna pada motif, warna, kecerahan warna,

kebersihan warna dan ukuran scarf. Diperoleh 4 sampel (40%) memperoleh skor 2

(cukup baik) dengan hasil akhir tidak baik dengan bahan, efek warna pada motif,

warna, kecerahan warna, kebersihan warna dan ukuran scarf. Secara keseluruhan

dari hasil tersebut diperoleh mayoritas sebanyak 4 sampel pada hasil akhir dengan

hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun rata-

rata memperoleh skor baik.


BAB V
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain katun di

LKP Mei Goom dengan nilai rata-rata (Mean) 23,56 dan Standar Deviasi (SD)

2,99. Nilai rata-rata ideal pada kain katun adalah 100, nilai pembuatan shibori

tertinggi pada kain katun dengan kategori sangat baik adalah 87. Nilai

kategori pembuatan shibori terendah pada kain katun dengan kategori baik

adalah 79. Tingkat kecenderungan pada kain katun diperoleh sebanyak 3

sampel dengan kategori sangat baik (50%) dan sebanyak 2 sampel dengan

kategori kurang (20%).

2. Hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain linen di

LKP Mei Goom dengan rata-rata (Mean) 20,32 dan Standar Deviasi (SD)

3,48. Nilai rata-rata ideal pada kain linen adalah 100, nilai tertinggi

pembuatan shibori pada kain linen dengan kategori baik adalah 76. Nilai

terendah dengan kategori cukup baika dalah 70. Tingkat kecenderungan pada

kain linen diperoleh sebanyak 1 sampel dengan kategori sangat baik (10%), 4

sampel dengan kategori baik dan cukup baik(40%) dan 1 sampel dengan

kategori kurang (10%).

89
90

5.2 Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil

implikasi sebagai berikut:

Dengan pengetahuan mengenai pembuatan shibori secara luas baik dari

teoritis ataupun praktek dapat dijadikan sebagai program keahlian bagi setiap

Sumber Daya Manusia (SDM), siswa PKL dan juga sebagai peluang usaha

dibidang tekstil dalam proses pewarnaan dan pembuatan desain motif baru pada

kain dan mampu menunjang kreativitas masyarakat dan siswa dalam pembuatan

shibori dan juga diterapkan dalam sebuah produk yang beranekaragam dan

memiliki kualitas serta nilai jual yang tinggi untuk peluang usaha.

Dengan adanya shibori dikalangan masyarakat, pihak LKP Mei Goom dan

juga pengrajin tekstil dapat dijadikan referensi dalam pembuatan shibori pada

bahan kain yang digunakan dan juga zat warna yang digunakan, yang nantinya

dapat dijadikan sebagai peluang usaha.

5.3 Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan diatas maka saran-saran yang diajukan

adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan LKP mei Goom dapat meningkatkan pembuatan shibori dan

pewarnaan dengan memberikan banyak referensi tentang membuat shibori dan

proses pewarnaan lebih bervariasi bagi siswa PKL untuk lebih banyak

memahami bagaimana pembuatan shibori yang baik dengan hasil yang baik

dan juga berkualirtas dan menghasilkan warna yang pekat dan merata.
91

2. Dalam meningkatkan hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis

napthol pada kain katun dan kain linen siswa PKL diharapkan lebih banyak

membaca dan melakukan praktek langkah-langkah pembuatan shibori dan

pewarnaan yang baik dan benar dari teknik melipat, melintir, membalut dan

pencelupan untuk menghasilkan shibori dengan warna yang merata dan pekat.
DAFTAR PUSTAKA

Adiningtyas, Ferina, S. Pengaruh konsentrasi Garam Red B Terhadap Kualitas


hasil Pewarnaan Pada Batik Kulit Kayu Jomok Menggunakan Zat Warna
Napthol. Hasil Penelitian. Yogyakarta: UNY. Diakses pada 16 Juli 2021
dari https://core.ac.uk/reader/149131236

Arikunto, Suharsimi. (2016). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Aulia, Dinda, dkk. (2020). Pengaplikasian Teknik Shibori dengan Pewarna


Sintetis Pada Busana Anak. Vol 5 No 3. Diakses pada 16 Juli 2021 dari
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/article/view/15980/pdf.

Ananda, Fikky. (2018). Ekspresi teknik kerok dan zat warna napthol dalam seni
batik. Diakses pada 16 Juli 2021 dari http://digilib.is.ac.id/4179

Burkinshaw, Stephan M. (2016). Physic Chemicial Aspects Of Textile Coloration.


Usa : John Wiily & Sons Ltd .

Eillis, Cathrine. (2016). Woven Shibori Revised and Updated. Interweave Press.

Hartiyah, Suci. (2021). Aanalisis Kemampuan Hasil Pembuatan Shibori Di Mei


Goom Fashion & Design Medan. Hasil Penelitian. Medan: UNIMED.

Herlina, Sri. (2013). Pewarnaan. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK.

Hindryawati, Noor. (2020). Fotokatalisis dalam Pengolahan Limbah Tekstil.


Yogyakarta: Depublish.

Ikhsani, Nurul. (2020). Penerapan Desain Efek warna pada motif Bunga Pada
Scarf Menggunakan Teknik Eco Printing. Vol 9 No 2. Diakses pada 19
Juli 2021 dari
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnaltatabusana/article/view/3361

Irhami, Aulia, dkk. (2017). Teknik Pewarnaan Tekstil Dengan Bahan Warna
Alam Dan Tepung Kanji Cair Pada Kain Katun. Vol 2 No 4. Universitas
Syiah Kuala Darussalam. Dikases Pada 18 Juli 2021 dari
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/article/view/9710/3965

Juje, Oktavina, Lis. (2015). Pengaruh Jarak Lilitan Benang Dan Lapisan Kain
Denim Terhadap Hasil Jadi Arashi Shibori Efek warna pada motif
Horizontal Stripes. Vol 3 No1. Diakses pada 18 Juli 2021 dari
https://core.ac.uk/download/pdf/230744462.pdf.

92
93

Kautsar, Dinda, Siti. (2017). Eksplorasi Teknik Shibori Pada Pakaian Ready To
Wear. Vol 4 No 3. Universitas Telkom. Diakses Pada 18 Juli 2021 dari
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/artdesign/
article/view/4789.

Khotimah, Husnul. (2020). Penerapan Daun Sangketan Sebagai Efek warna pada
motif Dengan Teknik Eco Printing Pada Blus Katun Prima Dan Katun
Linen. Vol 9 No 3. Universitas Negeri Surabaya. Diakses Pada 18 Juli
2021 dari
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnaltatabusana/article/view/3645

Kusumayanti, Heny, dkk. (2020). Pelatihan Pembuatan Batik Shibori Bagi


Pengurus Daerah Wanita Islam Kota Semarang. Vol 1 No 2. Universitas
Diponegoro. Diakses pada 13 Juli 2021 dari
https://core.ac.uk/download/pdf/327118137.pdf

Luftinor. (2019). Penggunaan Zat Warna Tekstil Pada Lateks Karet Alam Sebagai
Bahan Pelapis Kain Kanvas Water Repellent. Vol 30. No 2. Diakses pada
17 Juli 2020 di PENGGUNAAN ZAT WARNA TEKSTIL PADA
LATEKS KARET ALAM SEBAGAI BAHAN PELAPIS KAIN
KANVAS | Luftinor | Jurnal Dinamika Penelitian Industri
(kemenperin.go.id)

Mahapatra, N.N. (2016). Textile Dyes.India: CEC Press

Markova, Ivana. (2019). Textile Fiber Microscopy. USA: John Wiily & Sons ltd

Marther, Robert R. Dan Wardman, Roger H. (2015). The Chemistry Of Textile


Fiber. Cambrige: The Royal Society Of Chemstry.

Martina, Aster Di & Zahra, E Luthfia. (2016). Penerapan Teknik Kanoko Shibori
Pada Busana Pesta Anak. Diakses pada 13 Juli 2021 dari
https://core.ac.uk/reader/233056650.

Riska, Linda, dkk. (2020). Eksplorasi Efek warna pada motif Sibori Pada Scarf.
Vol 9 No 3. Diakses pada 19 Juli 2021 dari
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnaltatabusana/article/view/3709

Ristiani, Suryawati, dkk. (2016) Tritik Jumputan Inovatif Cantik, Unik Dan
Kreatif. Malang: Andi Publisher.

Rizqiyani, Amalia Noer. (2020). Studi Eksperimen Pencelupan Batik dengan Zat
Warna Napthol. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses pada
13 Juli 2021 dari http://repository.upi.edu/47130/.
94

Sinclair, Rose. (2015). Textile And Fashion Materials, Design And Technology.
United Kigdom: Woodhead Publishing Limited in association with The
Textiles Institute.

Southan, Mandy. (2018). Shibori Design And Techniques. Wellwood: Press

Suardiningsih, Delima. (2013). Perbedaan Kain Katun Dengan Linen Pada Busana
Kuliah Ditinjau Dari Aspek Kenyamanan. Abstrak Hasil Penelitian
UNESA. Semarang: Lembaga Penelitian

Sudjono, Anas. (2015). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo


Persada.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukardi. (2017). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Suliyanthini, Dewi. (2016). Ilmu Tekstil. Jakarta: PT.Grafindo Persada

Sudjana, (2015). Metoda Statistika. Bandung:Tarasito

Susanto, S.K, Sewan. (2018). Seni Batik Indonesia. Yogyakarta: CV.ANDI


OFFSET. Universitas Surabaya. Diakses pada 15 Oktober 2021 dari
https://core.ac.uk/download/pdf/230745802.pdf

Wahyuni, Ami dan Supardi, Tati. (2017). Cara Mudah Membuat Shibori Step By
StepI. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka.

Wardman, Roger H. (2017). An Introduction to Textile Coloration Principles and


Practice. Inggris: University Heriot Watt.

Yuliarma. (2016). The Art Of Embroidery Design. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka.

Yusrina, T dan Ramadhan, M.S. (2018) Pengaplikasian Teknik Shibori dengan


Eksplorasi Efek warna pada motif dan Tekstur Tekstil pada Produk
Fashion. Jurnal AtratVol 6 No 3, PP 242-253. Diakses pada 17 Juli 2021 dari
https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/atrat/article/view/598/4

Zumaroh, Rita. (2019) Perbedaan Hasil Jadi Arashi Shibori Pada Kain Chiffon
Cerutti Dan Satin Velvet Dengan Zat Warna Depresi. Vol 08 No 01.
Diakses pada 17 Juli 2021 dari PERBEDAAN HASIL JADI ARASHI
SHIBORI PADA KAIN CHIFFON CERUTTI DAN SATIN VELVET DENGAN
ZAT WARNA DISPERSI | Jurnal Tata Busana (unesa.ac.id)
95

Lampiran 1
Kriteria Penilaian Hasil Pewarnaan Sintetis Napthol Pada Pembuatan Shibori
Dengan Kain Katun

No Aspek Sub Indikator Skor

1. Bahan Kain Katun e. Apabila bahan kain katun yang 4


digunakan memiliki karakteristik
nyaman, daya serap yang baik,
penghantar panas yang baik dan
serat yang rapat.
f. Apabila bahan kain katun yang 3
digunakan memiliki daya serap yang
baik, penghantar panas yang baik
halus anyaman dan serat lebih
renggang.
g. Apabila bahan kain katun yang 2
digunakan memiliki daya serap yang
baik, penghantar panas yang kurang
baik, tidak halus anyaman dan serat
renggang.
h. Apabila bahan kain katun yang 1
digunakan tidak memiliki daya serap
yang baik, anyaman kasar dan serat
sangat renggang.
2. Efek warna pada motif e. Apabila efek warna pada motif
shibori yang dihasilkan sangat baik 4
dengan desain, berbentuk
gelombang dengan ukuran yang
sama untuk setiap efek warna pada
motifnya. 3
96

f. Apabila efek warna pada motif


arashi shibori yang dihasilkan baik
dengan desain, hampir berbentuk
gelombang dengan ukuran yang 2
hampir sama untuk setiap efek
warna pada motifnya.
g. Apabila efek warna pada motif
shibori yang dihasilkan tidak baik 1
dengan desain, tidak berbentuk
gelombang dengan ukuran yang
tidak sama untuk setiap efek warna
pada motifnya.
h. Apabila efek warna pada motif
shibori yang dihasilkan kurang baik
dengan desain, berbentuk lurus
dengan ukuran yang berbeda setiap
efek warna pada motifnya.
3. Warna e. Apabila warna yang dihasilkan 4
berwarna navy putih dengan hasil
yang jelas.
f. Apabila warna yang dihasilkan 3
mengalami perubahan tingkatan
warna.
g. Apabila warna yang dihasilkan 2
mengalami pencampuran dengan
warna lain .
h. Apabila warna yang dihasilkan 1
muncul warna baru.
4. Kecerahan Warna e. Apabila kecerahan warna yang 4
dihasilkan sangat pekat, sangat
merata dan berwarna navy.
97

f. Apabila kecerahan warna yang 3


dihasilkan pekat, merata dan
berwarna navy keputih-putihan.
g. Apabila kecerahan warna yang 2
dihasilkan tidak pekat, tidak merata
dan berwarna navy keputih-putihan.
h. Apabila kecerahan warna yang 1
dihasilkan pudar, tidak merata dan
warna tercampur.
5. Kebersihan warna dan e. Apabila kebersihan warna yang 4
kain dihasilkan dari pewarnaan tanpa
bercak putih pada kain yang
menumpuk dan warna yang
dihasilkan sangat merata dan tanpa
noda pada kain.
f. Apabila kebersihan warna yang 3
dihasilkan dari pewarnaan sedikit
bercak putih pada kain dan warna
yang dihasilkan merata dan sedikit
noda pada kain.
g. Apabila kebersihan warna yang 2
dihasilkan dari pewarnaan tidak
terdapat bercak putih pada kain dan
warna tidak merata dan terdapat
noda pada kain.
h. Apabila kebersihan warna yang 1
dihasilkan dari pewarnaan terdapat
bercak putih yang menumpuk dan
tidak terkena warna pada kain dan
warna tidak merata dan terdapat
noda pada kain.
98

6. Ukuran Scarf e. Apabila ukuran scarf baik dengan 4


ukuran yang telah ditentukan yaitu
panjang 150cm x lebar 50cm.
f. Apabila ukuran scarf memiliki 3
panjang yang sama dan lebar yang
berbeda < 50 cm atau > 50cm.
g. Apabila ukuran scarf memiliki lebar 2
yang sama dan panjang yang
berbeda < 150cm atau > 150cm.
h. Apabila ukuran scarf memiliki 1
panjang dan lebar yang berbeda dari
ukuran yang telah ditentukan.
7. Hasil Akhir e. Apabila hasil akhir sangat baik 4
dengan bahan, efek warna pada
motif, warna, kecerahan warna,
kebersihan warna dan ukuran scarf.
f. Apabila hasil akhir baik dengan 3
bahan, efek warna pada motif,
warna, kecerahan warna, kebersihan
warna dan ukuran scarf.
g. Apabila hasil akhir tidak baik 2
dengan bahan, efek warna pada
motif, warna, kecerahan warna,
kebersihan warna dan ukuran scarf.
h. Apabila hasil akhir kurang baik 1
dengan bahan, efek warna pada
motif, warna, kecerahan warna,
kebersihan warna dan ukuran scarf.
99

Kriteria Penilaian Hasil Pewarnaan Sintetis Napthol Pada Pembuatan

Shibori Dengan Kain Linen

No Aspek Sub Indikator Skor

1. Bahan Kain Linen a. Apabila bahan kain linen yang 4


digunakan memiliki
karakteristik nyaman, daya
serap yang baik, penghantar
panas yang baik dan serat
yang renggang.
b. Apabila bahan kain linen yang 3
digunakan memiliki daya
serap yang baik, penghantar
panas yang baik halus
anyaman dan serat sedikit
rapat.
c. Apabila bahan kain linen yang 2
digunakan memiliki daya
serap yang baik, penghantar
panas yang kurang baik, tidak
halus anyaman dan serat rapat.
d. Apabila bahan kain linen yang 1
digunakan tidak memiliki daya
serap yang baik, anyaman
kasar dan serat sangat rapat.
2. Efek warna pada motif a. Apabila efek warna pada motif
shibori yang dihasilkan sangat 4
baik dengan desain, berbentuk
gelombang dengan ukuran
100

yang sama untuk setiap efek


warna pada motifnya.
b. Apabila efek warna pada motif 3
arashi shibori yang dihasilkan
baik dengan desain, hampir
berbentuk gelombang dengan
ukuran yang hampir sama untuk
setiap efek warna pada
motifnya.
c. Apabila efek warna pada motif 2
shibori yang dihasilkan tidak
baik dengan desain, tidak
berbentuk gelombang dengan
ukuran yang tidak sama untuk
setiap efek warna pada
motifnya.
d. Apabila efek warna pada motif 1
shibori yang dihasilkan kurang
baik dengan desain, berbentuk
lurus dengan ukuran yang
berbeda setiap efek warna pada
motifnya.
3. Warna a. Apabila warna yang dihasilkan 4
berwarna navy putih dengan
hasil yang jelas.
b. Apabila warna yang dihasilkan 3
mengalami perubahan tingkatan
warna.
c. Apabila warna yang dihasilkan 2
mengalami pencampuran
dengan warna lain .
101

d. Apabila warna yang dihasilkan 1


muncul warna baru.
4. Kecerahan Warna a. Apabila kecerahan warna yang 4
dihasilkan sangat pekat, sangat
merata dan berwarna navy.
b. Apabila kecerahan warna yang 3
dihasilkan pekat, merata dan
berwarna navy keputih-putihan.
c. Apabila kecerahan warna yang 2
dihasilkan tidak pekat, tidak
merata dan berwarna navy
keputih-putihan.
d. Apabila kecerahan warna yang 1
dihasilkan pudar, tidak merata
dan warna tercampur.
5. Kebersihan warna dan a. Apabila kebersihan warna yang 4
kain dihasilkan dari pewarnaan tanpa
bercak putih pada kain yang
menumpuk dan warna yang
dihasilkan sangat merata dan
tanpa noda pada kain.
b. Apabila kebersihan warna yang 3
dihasilkan dari pewarnaan
sedikit bercak putih pada kain
dan warna yang dihasilkan
merata dan sedikit noda pada
kain.
c. Apabila kebersihan warna yang 2
dihasilkan dari pewarnaan tidak
terdapat bercak putih pada kain
dan warna tidak merata dan
102

terdapat noda pada kain.


d. Apabila kebersihan warna yang 1
dihasilkan dari pewarnaan
terdapat bercak putih yang
menumpuk dan tidak terkena
warna pada kain dan warna
tidak merata dan terdapat noda
pada kain.
6. Ukuran Scarf a. Apabila ukuran scarf baik 4
dengan ukuran yang telah
ditentukan yaitu panjang 150cm
x lebar 50cm.
b. Apabila ukuran scarf memiliki 3
panjang yang sama dan lebar
yang berbeda < 50 cm atau >
50cm.
c. Apabila ukuran scarf memiliki 2
lebar yang sama dan panjang
yang berbeda < 150cm atau >
150cm.
d. Apabila ukuran scarf memiliki 1
panjang dan lebar yang berbeda
dari ukuran yang telah
ditentukan.
7. Hasil Akhir a. Apabila hasil akhir sangat baik 4
dengan bahan, efek warna pada
motif, warna, kecerahan warna,
kebersihan warna dan ukuran
scarf.
b. Apabila hasil akhir baik dengan 3
bahan, efek warna pada motif,
103

warna, kecerahan warna,


kebersihan warna dan ukuran
scarf. 2
c. Apabila hasil akhir tidak baik
dengan bahan, efek warna pada
motif, warna, kecerahan warna,
kebersihan warna dan ukuran 1
scarf.
d. Apabila hasil akhir kurang baik
dengan bahan, efek warna pada
motif, warna, kecerahan warna,
kebersihan warna dan ukuran
scarf.

Lampiran 2
104

DATA MENTAH HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN


PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN KATUN

Pengamat 1

No Nama Indikator Penilaian Skor Nilai


1 2 3 4 5 6 7
1. Siswa 1 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57
2. Siswa 2 4 4 4 4 4 3 3 26 92,85
3. Siswa 3 4 3 3 3 3 2 3 21 75
4. Siswa 4 4 4 4 4 3 2 3 24 85,71
5. Siswa 5 4 4 4 4 3 2 3 24 85,71
6. Siswa 6 4 4 3 4 4 3 3 25 89,28
7. Siswa 7 4 4 4 4 4 3 3 26 92,85
8. Siswa 8 4 4 3 4 4 3 3 25 89,28
9. Siswa 9 4 4 4 4 4 2 3 25 89,28
10. Siswa 10 4 4 4 4 4 3 3 26 92,85
Total 40 3 36 38 3 26 3 244 871,42
8 6 0

DATA MENTAH HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN


PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN KATUN
105

Pengamat 2

No Nama Indikator Penilaian Skor Nilai


1 2 3 4 5 6 7
1. Siswa 1 4 4 3 3 3 4 3 24 85,71
2. Siswa 2 4 4 3 4 3 4 3 25 89,28
3. Siswa 3 4 4 4 4 4 4 4 28 100
4. Siswa 4 4 3 4 4 4 3 4 26 92,85
5. Siswa 5 4 4 3 4 3 3 4 25 89,28
6. Siswa 6 4 4 4 4 3 3 4 26 92,85
7. Siswa 7 4 3 4 4 3 2 4 24 85,71
8. Siswa 8 4 4 4 4 4 2 4 26 92,85
9. Siswa 9 4 4 4 3 3 4 4 26 92,85
10. Siswa 10 4 4 3 3 4 4 3 25 89,28
Total 4 38 36 37 34 3 37 255 910,71
0 3

DATA MENTAH HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN


PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN KATUN
106

Pengamat 3

No Nama Indikator Penilaian Skor Nilai


1 2 3 4 5 6 7
1. Siswa 1 4 3 3 3 4 4 3 24 85,71
2. Siswa 2 4 4 4 4 4 3 3 26 92,85
3. Siswa 3 4 3 3 3 4 4 3 24 85,71
4. Siswa 4 4 4 4 4 4 4 3 27 96,42
5. Siswa 5 4 4 4 4 3 2 3 24 85,71
6. Siswa 6 4 4 3 4 3 2 3 23 82,14
7. Siswa 7 4 4 4 4 4 3 3 26 92,85
8. Siswa 8 4 4 3 4 4 3 3 25 89,28
9. Siswa 9 4 4 4 4 3 2 3 24 85,71
10. Siswa 10 4 4 4 4 4 2 3 25 89,28
Total 4 38 36 38 37 2 30 248 885,71
0 9

DATA MENTAH HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN


PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN KATUN
107

Pengamat 4

No Nama Indikator Penilaian Skor Nilai


1 2 3 4 5 6 7
1. Siswa 1 4 4 2 4 3 3 3 23 82,14
2. Siswa 2 4 4 2 4 3 4 4 25 89,28
3. Siswa 3 4 4 4 4 3 4 4 22 78,57
4. Siswa 4 4 4 4 4 3 4 4 27 96,42
5. Siswa 5 4 3 4 4 3 3 3 24 85,71
6. Siswa 6 4 4 4 4 2 4 4 26 92,85
7. Siswa 7 4 4 4 4 2 4 4 26 92,85
8. Siswa 8 4 3 4 4 3 3 3 24 85,71
9. Siswa 9 4 3 4 4 3 3 3 24 85,71
10. Siswa 10 4 4 4 4 3 4 4 27 96,42
Total 4 35 35 40 28 3 35 248 885,71
0 5

DATA MENTAH HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN


PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN KATUN
108

Pengamat 5

No Nama Indikator Penilaian Skor Nilai


1 2 3 4 5 6 7
1. Siswa 1 4 2 4 2 3 1 2 18 64,28
2. Siswa 2 4 2 4 2 4 1 2 19 67,85
3. Siswa 3 4 2 4 2 1 1 2 16 57,14
4. Siswa 4 4 2 4 2 3 1 2 18 64,28
5. Siswa 5 4 2 4 2 3 1 2 18 64,28
6. Siswa 6 4 2 4 2 3 2 2 19 67,85
7. Siswa 7 4 2 4 2 1 1 2 16 57,14
8. Siswa 8 4 2 4 2 4 2 2 20 71,42
9. Siswa 9 4 2 4 2 4 2 2 20 71,42
10. Siswa 10 4 2 4 2 4 1 2 19 67,85
Total 4 20 40 20 30 1 20 183 653,57
0 3

DATA MENTAH HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN


PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN LINEN
109

Pengamat 1

No Nama Indikator Penilaian Skor Nilai


1 2 3 4 5 6 7
1. Siswa 1 3 3 3 3 3 3 2 20 71,42
2. Siswa 2 3 4 3 2 3 3 2 20 71,42
3. Siswa 3 3 4 3 3 3 3 2 21 75
4. Siswa 4 3 4 3 3 3 3 2 21 75
5. Siswa 5 3 3 3 3 2 3 2 19 67,85
6. Siswa 6 3 3 2 3 3 3 2 19 67,85
7. Siswa 7 3 3 3 2 3 3 2 19 67,85
8. Siswa 8 3 3 3 3 3 3 2 21 75
9. Siswa 9 3 3 3 3 2 3 2 18 64,28
10. Siswa 10 3 3 3 3 3 3 2 20 71,42
Total 3 34 28 28 2 30 20 198 707,14
0 8

DATA MENTAH HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN


PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN LINEN

Pengamat 2
110

No Nama Indikator Penilaian Skor Nilai


1 2 3 4 5 6 7
1. Siswa 1 4 3 3 2 3 4 3 22 78,57
2. Siswa 2 4 3 3 2 3 4 3 22 78,57
3. Siswa 3 4 3 3 2 3 4 3 22 78,57
4. Siswa 4 4 3 3 3 3 4 3 23 82,14
5. Siswa 5 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57
6. Siswa 6 4 4 4 3 4 3 4 26 92,85
7. Siswa 7 4 4 4 3 4 3 4 26 92,85
8. Siswa 8 4 4 4 3 4 3 4 26 92,85
9. Siswa 9 4 4 4 4 4 3 4 27 96,42
10. Siswa 10 4 4 4 4 4 4 4 28 100
Total 4 35 35 29 3 35 35 244 871,42
0 5

DATA MENTAH HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN


PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN LINEN

Pengamat 3
111

No Nama Indikator Penilaian Skor Nilai


1 2 3 4 5 6 7
1. Siswa 1 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57
2. Siswa 2 4 4 3 2 3 3 3 22 78,57
3. Siswa 3 4 4 3 3 3 3 3 23 82,14
4. Siswa 4 4 4 2 3 3 3 2 22 78,57
5. Siswa 5 4 3 3 3 3 3 2 21 75
6. Siswa 6 4 3 2 3 2 3 3 20 71,42
7. Siswa 7 4 3 3 2 3 3 3 21 75
8. Siswa 8 4 4 3 3 3 3 2 22 78,57
9. Siswa 9 4 3 2 3 2 3 2 19 67,85
10. Siswa 10 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57
Total 4 34 28 28 2 30 26 214 764,28
0 8

DATA MENTAH HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN


PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN LINEN

Pengamat 4
112

No Nama Indikator Penilaian Skor Nilai


1 2 3 4 5 6 7
1. Siswa 1 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57
2. Siswa 2 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57
3. Siswa 3 4 3 3 2 3 3 3 21 75
4. Siswa 4 4 3 3 2 3 3 3 21 75
5. Siswa 5 4 3 2 3 3 3 2 20 71,42
6. Siswa 6 4 3 2 3 3 3 2 20 71,42
7. Siswa 7 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57
8. Siswa 8 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57
9. Siswa 9 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57
10. Siswa 10 4 3 3 3 3 3 3 22 78,57
Total 4 30 28 28 3 30 28 214 764,28
0 0

DATA MENTAH HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN


PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN LINEN

Pengamat 5
113

No Nama Indikator Penilaian Skor Nilai


1 2 3 4 5 6 7
1. Siswa 1 4 2 1 2 2 1 2 14 50
2. Siswa 2 4 2 1 2 2 3 2 16 57,14
3. Siswa 3 4 2 1 2 2 1 2 14 50
4. Siswa 4 4 2 1 2 2 2 2 15 53,57
5. Siswa 5 4 2 1 2 2 3 2 16 57,14
6. Siswa 6 4 2 1 2 2 2 2 15 53,57
7. Siswa 7 4 2 1 2 2 1 2 14 50
8. Siswa 8 4 2 1 2 2 1 2 14 50
9. Siswa 9 4 2 1 2 2 1 2 14 50
10. Siswa 10 4 2 1 2 2 1 2 14 50
Total 40 20 10 20 20 16 20 146 521,42

Lampiran 3
UJI KESEPAKATAN DATA PENILAIAN PENGAMAT
Dari hasil skor kelima pengamat pada kain katun diketahui data sebagai berikut:
114

Pengamat N ∑X ∑X²
Pengamat I 10 244 59.536
Pengamat II 10 255 65.025
Pengamat III 10 248 61.504
Pengamat IV 10 248 61.504
Pengamat V 10 183 33.489
JUMLAH 50 1178 281.058

Dari hasil kelima pengamat pada kain linen diketahui data sebagai berikut:

Pengamat N ∑X ∑X²
Pengamat I 10 198 39.204
Pengamat II 10 244 59.536
Pengamat III 10 214 45.796
Pengamat IV 10 214 45.796
Pengamat V 10 146 21.316
JUMLAH 50 1016 211.648

Berdasarkan data-data diatas, maka dihitung uji analisis varian satu arah dengan

langkah sebagai berikut:

a. Kain Katun

1. Menghitung jumlah kuadrat total (JK total)

JK ( XN )
2
total= ∑ 2 + ∑ 2 + ∑ 2+ ∑ 2+ ∑ 2−∑
x1 x2 x3 x4 x5 N

(1178)²
= 59.536 + 65.025 + 61.504 + 61.505 + 33.489 -
50

= 281.058 - 27.753,68

= 253.304,3
115

2. Menghitung jumlah kuadrat antar kelompok (JK ak)

JK ∑ 2 ∑ 2 ∑2 ∑2 ∑ 2
x1 x2 x3 x4 x5
a k= + + + + −¿¿ ¿
N1 N2 N3 N4 N5

2 2
(244)² ( 255 ) ( 248 ) (248)² (183)² (1178)²
= + + + + −
10 10 10 10 10 50

= 5.953,6 + 6.502,5 + 6.150 + 6.150 + 3.348,9 – 27.753,68

= 281.058 - 27.753,68

= 352,12

3. Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok (JK dk)

JK (dk )=JK total−JK (ak )

= 253.304,3 - 352,12

= 252.952,2

4. Mencari derajat kebebasan

 dk total=n −1

= 50 – 1

= 49

 dk (ak )=m−1

= 10 – 1

=9

 dk (dk )=(n −1 )−(m−1)

= 49 – 9

= 40

5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok (RJK ak)


116

RJK JK (ak)
( ak ) =
DK (ak)

352, 12
=
9

= 39,12444

6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok (RJK dk)

RJK JK ( dk)
( dk ) =
DK (dk)

252.952 ,2
=
40

= 6.332,608

7. Menghitung F distribusi

F RJK (ak)
hitung=
RJK (dk)

39,12444
= = 0,00617
6.332,608

b. Kain Katun

1. Menghitung jumlah kuadrat total (JK total)

JK ( XN )
2
total= ∑ 2 + ∑ 2 + ∑ 2+ ∑ 2+ ∑ 2−∑
x1 x2 x3 x4 x5 N

(1016) ²
= 39.204 + 59.536 + 45.796 + 45.796 + 21.316 -
50

= 211.648 - 20.645,12

= 191.002,9

2. Menghitung jumlah kuadrat antar kelompok (JK ak)

JK ∑2 ∑ 2 ∑ 2 ∑ 2 ∑ 2
x1 x2 x3 x4 x5
ak = + + + + −¿¿ ¿
N1 N2 N3 N4 N5
117

2 2
(198)² ( 244 ) ( 214 ) (214)² (146)² (1016)²
= + + + + −
10 10 10 10 10 50

= 3.920,4 + 5.953,6 + 4.579,6 + 4.579,6 + 2.131,6 – 20.645,12

= 21.164,8 - 20.645,12

= 519,68

3. Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok (JK dk)

JK (dk )=JK total−JK (ak )

= 191.002,9- 519,68

= 190.483,2

4. Mencari derajat kebebasan

 dk total=n −1

= 50 – 1

= 49

 dk (ak )=m−1

= 10 – 1

=9

 dk (dk )=(n −1 )−(m−1)

= 49 – 9

= 40

5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok (RJK ak)

RJK JK (ak)
( ak ) =
DK (ak)

519 ,68
=
9
118

= 57,74222

6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok (RJK dk)

RJK JK ( dk)
( dk ) =
DK (dk)

190.483 ,2
=
40

= 4.775,072

7. Menghitung F distribusi

F RJK (ak)
hitung=
RJK (dk)

57,74222
=
4.775,072

= 0,012092

Berdasarkan perhitungan diatas dapat dibuat tabel ANAVA sebagai berikut pada

kain katun :

Sumber Varians DK JK RJK F hitung F tabel 5%

Antar kelompok 9 352,12 39,12444 0,006178 2,12

Dalam 40 252.952,2 6.332,608

kelompok

Total 49
119

Berdasarkan perhitungan diatas dapat dibuat tabel ANAVA sebagai berikut pada

kain linen :

Sumber Varians DK JK RJK F hitung F tabel 5%

Antar kelompok 9 519,68 57,74222 0,012092 2,12

Dalam 40 190.483,2 4.775,072

kelompok

Total 49

Berdasarkan tabel diatas diperoleh F hitung= 0,006178. Jika dibandingkan

dengan F tabel paa taraf signifikan 5% (∝ = 0,05) dan dk = 9:40. Diperoleh F tabel =

2,12, sehingga diketahui F hitung < F tabel pada kain katun (0,006178 < 2,12). Dan

diketahui F hitung < F tabel pada kain linen (0,012092 < 2,12). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti antara hasil pengamatan

dari analisis hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada kain

katun dan kain linen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
120

Lampiran 4
DATA MENTAH PERHITUNGAN RATA-RATA HASIL PENGAMATAN
PERINDIKATOR PADA KAIN KATUN

1. Bahan Kain Katun Mori

N0. Jumlah Rata-rata

P1 P2 P3 P4 P5

1. 4 4 4 4 4 20 4

2. 4 4 4 4 4 20 4

3. 4 4 4 4 4 20 4

4. 4 4 4 4 4 20 4

5. 4 4 4 4 4 20 4

6. 4 4 4 4 4 20 4

7. 4 4 4 4 4 20 4

8. 4 4 4 4 4 20 4

9. 4 4 4 4 4 20 4

10. 4 4 4 4 4 20 4

Total 40 40 40 40 40 200 40

M 4

N0. 2. Efek warna pada motif Jumlah Rata-rata


121

P1 P2 P3 P4 P5

1. 3 4 3 4 2 16 3,2

2. 4 4 4 4 2 18 3,6

3. 3 4 3 4 2 16 3,2

4. 4 3 4 4 2 17 3,4

5. 4 4 4 3 2 17 3,4

6. 4 4 4 4 2 18 3,6

7. 4 3 4 4 2 17 3,4

8. 4 4 4 3 2 17 3,4

9. 4 4 4 3 2 17 3,4

10. 4 4 4 4 2 18 3,6

Total 38 38 38 37 20 171 34,2

M 3,42
122

3. Warna

N0. Jumlah Rata-rata

P1 P2 P3 P4 P5

1. 3 3 3 2 4 15 3

2. 4 3 4 2 4 17 3,4

3. 3 4 3 4 4 18 3,6

4. 4 4 4 4 4 20 4

5. 4 3 4 4 4 19 3,8

6. 3 4 3 4 4 18 3,6

7. 4 4 4 4 4 20 4

8. 3 4 3 4 4 18 3,6

9. 4 4 4 4 4 20 4

10. 4 3 4 4 4 19 3,8

Total 36 36 36 36 40 184 36,8

M 3,68
123

4. Kecerahan Warna

N0. Jumlah Rata-rata

P1 P2 P3 P4 P5

1. 3 3 3 4 2 15 3

2. 4 4 4 4 2 18 3,6

3. 3 4 3 4 2 16 3,2

4. 4 4 4 4 2 18 3,6

5. 4 4 4 4 2 18 3,6

6. 4 4 4 4 2 18 3,6

7. 4 4 4 4 2 18 3,6

8. 4 4 4 4 2 18 3,6

9. 4 3 4 4 2 17 3,4

10. 4 3 4 4 2 17 3,4

Total 38 37 38 40 20 34,6
173
M 3,46
124

5. Kebersihan Warna dan Kain

N0. Jumlah Rata-rata

P1 P2 P3 P4 P5

1. 3 3 4 3 3 16 3,2

2. 4 3 4 3 4 18 3,6

3. 3 4 4 3 1 15 3

4. 3 4 4 3 3 17 3,4

5. 3 3 3 3 3 15 3

6. 4 3 3 2 3 15 3

7. 4 3 4 2 1 14 2,8

8. 4 4 4 3 4 19 3,8

9. 4 3 3 3 4 17 3,4

10. 4 4 4 3 4 19 3,8

Total 36 34 37 28 30 165 33

M 3,3
125

6. Ukuran Scarf

N0. Jumlah Rata-rata

P1 P2 P3 P4 P5

1. 3 4 4 3 1 15 3

2. 3 4 3 4 1 15 3

3. 2 4 4 4 1 15 3

4. 2 3 4 4 1 14 2,8

5. 2 3 2 3 1 11 2,2

6. 3 3 2 4 2 14 2,8

7. 3 2 3 4 1 13 2,6

8. 3 2 3 3 2 13 2,6

9. 2 4 2 3 2 13 2,6

10. 3 4 2 4 1 14 2,8

Total 26 33 29 36 13 137 27,4

M 2,74
126

7. Hasil Akhir

N0. Jumlah Rata-rata

P1 P2 P3 P4 P5

1. 3 3 3 3 2 14 2,8

2. 3 3 3 4 2 15 3

3. 3 4 3 4 2 16 3,2

4. 3 4 3 4 2 16 3,2

5. 3 4 3 3 2 15 3

6. 3 4 3 4 2 16 3,2

7. 3 4 3 4 2 16 3,2

8. 3 4 3 3 2 15 3

9. 3 4 3 3 2 15 3

10. 3 3 3 4 2 15 3

Total 30 37 30 36 20 153 30,6

M 3,06
127

DATA MENTAH PERHITUNGAN RATA-RATA HASIL PENGAMATAN


PERINDIKATOR PADA KAIN LINEN

1. Bahan Kain Linen

N0. Jumlah Rata-rata

P1 P2 P3 P4 P5

1. 3 4 4 4 4 19 3,8

2. 3 4 4 4 4 19 3,8

3. 3 4 4 4 4 19 3,8

4. 3 4 4 4 4 19 3,8

5. 3 4 4 4 4 19 3,8

6. 3 4 4 4 4 19 3,8

7. 3 4 4 4 4 19 3,8

8. 3 4 4 4 4 19 3,8

9. 3 4 4 4 4 19 3,8

10. 3 4 4 4 4 19 3,8

Total 30 40 40 40 40 190 38

M 3,8

N0. 2. Efek warna pada motif Jumlah Rata-rata


128

P1 P2 P3 P4 P5

1. 3 3 3 3 2 14 2,8

2. 4 3 4 3 2 16 3,2

3. 4 3 4 3 2 16 3,2

4. 4 3 4 3 2 16 3,2

5. 3 3 3 3 2 14 2,8

6. 3 4 3 3 2 15 3

7. 3 4 3 3 2 15 3

8. 3 4 4 3 2 16 3,2

9. 3 4 3 3 2 15 3

10. 3 4 3 3 2 15 3

Total 33 35 34 30 20 30,4
152
M 3,04

N0. 3. Warna Jumlah Rata-rata


129

P1 P2 P3 P4 P5

1. 3 3 3 3 1 13 2,6

2. 3 3 2 3 1 12 2,4

3. 3 3 3 3 1 13 2,6

4. 3 3 3 3 1 13 2,6

5. 3 3 3 2 1 12 2,4

6. 2 4 3 2 1 12 2,4

7. 3 4 2 3 1 13 2,6

8. 3 4 3 3 1 14 2,8

9. 3 4 3 3 1 14 2,8

10. 3 4 3 3 1 14 2,8

Tota
29 35 28 28 10 26
130
l

M 2,6
130

4. Kecerahan Warna

N0. Jumlah Rata-rata

P1 P2 P3 P4 P5

1. 3 2 3 3 2 13 2,6

2. 2 2 2 3 2 11 2,2

3. 3 2 3 2 2 12 2,4

4. 3 3 3 2 2 13 2,6

5. 3 3 3 3 2 14 2,8

6. 3 3 3 3 2 14 2,8

7. 2 3 2 3 2 12 2,4

8. 3 3 3 3 2 14 2,8

9. 3 4 3 3 2 15 3

10. 3 4 3 3 2 15 3

Total 28 29 28 28 20 26,6
133
M 2,66
131

5. Kebersihan Warna dan Kain

N0. Jumlah Rata-rata

P1 P2 P3 P4 P5

1. 3 3 3 3 2 14 2,8

2. 3 3 3 3 2 14 2,8

3. 3 3 3 3 2 14 2,8

4. 3 3 3 3 2 14 2,8

5. 2 3 3 3 2 13 2,6

6. 3 4 2 3 2 14 2,8

7. 3 4 3 3 2 15 3

8. 3 4 3 3 2 15 3

9. 2 4 2 3 2 13 2,6

10. 3 4 3 3 2 15 3

Total 28 35 28 30 20 28,2
141
M 2,82
132

6. Ukuran Scarf

N0. Jumlah Rata-rata

P1 P2 P3 P4 P5

1. 3 4 3 3 1 14 2,8

2. 3 4 3 3 3 16 3,2

3. 3 4 3 3 1 14 2,8

4. 3 4 3 3 2 15 3

5. 3 3 3 3 3 15 3

6. 3 3 3 3 2 14 2,8

7. 3 3 3 3 1 13 2,6

8. 3 3 3 3 1 13 2,6

9. 3 3 3 3 1 13 2,6

10. 3 4 3 3 1 14 2,8

Total 30 35 30 30 16 28,2
141
M 2,82
133

7. Hasil Akhir

N0. Jumlah Rata-rata

P1 P2 P3 P4 P5

1. 2 3 3 3 2 13 2,6

2. 2 3 3 3 2 13 2,6

3. 2 3 3 3 2 13 2,6

4. 2 3 3 3 2 13 2,6

5. 2 3 3 2 2 12 2,4

6. 2 4 4 2 2 14 2,8

7. 2 4 4 3 2 15 3

8. 2 4 4 3 2 15 3

9. 2 4 4 3 2 15 3

10. 2 4 4 3 2 15 3

Total 20 35 35 28 20 138 27,6

M 2,76
134

Lampiran 5
REKAPITULASI DATA HASIL PENGAMATAN HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL
PADA KAIN KATUN

NO PENGAMAT Σxp MEAN (Xp)² Σxp² MEAN

I II III IV V I II III IV V
1 22 24 24 23 18
111 22,2 484 576 576 529 324 2489 497,8
2 26 25 26 25 19
121 24,2 676 625 676 625 361 2963 592,6
3 21 28 24 22 16
111 22,2 441 784 576 484 256 2541 508,2
4 24 26 27 27 18
122 24,4 576 676 729 729 324 3034 606,8
5 24 25 24 24 18
115 23 576 625 576 576 324 2677 535,4
6 25 26 23 26 19
119 23,8 625 676 529 676 361 2867 573,4
7 26 24 26 26 16
118 23,6 676 576 676 676 256 2860 572
8 25 26 25 24 20
120 24 625 676 625 576 400 2902 580,4
9 25 26 24 24 20
119 23,8 625 676 576 576 400 2853 570,6
10 26 25 25 27 19
122 24,4 676 625 625 729 361 3016 603,2
JUMLAH 1178 235,6 28202 5640,4
244 255 248 248 183 5980 6515 6164 6176 3367
135

REKAPITULASI DATA HASIL PENGAMATAN HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL
PADA KAIN LINEN

NO PENGAMAT Σxp MEAN (Xp)² Σxp² MEAN


I II III IV V I II III IV V
1 20 22 22 22 14 100 20 400 484 484 484 196 2048 409,6
2 20 22 22 22 16 102 20,4 400 484 484 484 256 2108 421,6
3 21 22 23 21 14 101 20,2 441 484 529 441 196 2091 418,2
4 21 23 22 21 15 102 20,4 441 529 484 441 225 2120 424
5 19 22 21 20 16 98 19,6 361 484 441 400 256 1942 388,4
6 19 26 20 20 15 100 20 361 676 400 400 225 2062 412,4
7 19 26 21 22 14 102 20,4 361 676 441 484 196 2158 431,6
8 21 26 22 22 14 105 21 441 676 484 484 196 2281 456,2
9 18 27 19 22 14 100 20 324 729 361 484 196 2094 418,8
10 20 28 22 22 14 106 21,2 400 784 484 484 196 2348 469,6
JUMLA 19 24 21 21 14 1016 203,2 393 600 459 458 213 21252 4250,4
H 8 4 4 4 6 0 6 2 6 8
136

Lampiran 6
NILAI DATA HASIL PENGAMATAN HASIL PEMBUATAN SHIBORI
DENGAN PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN KATUN

NO PENGAMAT Σxp MEA Nilai


N
I II III IV V
1 22 24 24 23 18 111 22,2 79
2 26 25 26 25 19 121 24,2 86
3 21 28 24 22 16 111 22,2 79
4 24 26 27 27 18 122 24,4 87
5
24 25 24 24 18 115 23 82
6 25 26 23 26 19 119 23,8 85
7 26 24 26 26 16 118 23,6 84
8 25 26 25 24 20 120 24 86
9 25 26 24 24 20 119 23,8 85
10 26 25 25 27 19 122 24,4 87
JUMLA 24 25 24 24 18 117
235,6 840
H 4 5 8 8 3 8
137

NILAI DATA HASIL PENGAMATAN HASIL PEMBUATAN SHIBORI


DENGAN PEWARNAAN SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN LINEN

NO PENGAMAT Σxp MEA Nil


I II III IV V N ai
1 20 22 22 22 14 100 20 71
2 20 22 22 22 16 102 20,4 73
3 21 22 23 21 14 101 20,2 72
4 21 23 22 21 15 102 20,4 73
5 19 22 21 20 16 98 19,6 70
6 19 26 20 20 15 100 20 71
7 19 26 21 22 14 102 20,4 73
8 21 26 22 22 14 105 21 75
9 18 27 19 22 14 100 20 71
10 20 28 22 22 14 106 21,2 76
JUMLA 19 24 21 21 14 101
203,2 725
H 8 4 4 4 6 6
138

Lampiran 7
DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Perhitungan harga rata-rata (M), standar deviasi (SD) dan distribusi frekuensi

a. Perhitungan Harga Rata-rata (Mean)

Untuk menghitung harga rata-rata (Mean) dapat menggunakan dengan

rumus sebagai berikut:

M=
∑x
n

Dari data penilaian diperoleh hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis

napthol pada kain katun dan kain linen diperoleh nilai sebagai berikut :

3. Pada kain katun

∑ X = 235,6 ∑ X ²= 5640,4 n = 10

M=
∑x = 235 ,6
= 23,56
n 10

4. Pada kain linen

∑ X = 203,2 ∑ X ²= 4250,4 n = 10

M=
∑x = 203 ,2
= 20,32
n 10

b. Perhitungan Standar Deviasi (SD)

Untuk menghitung standar deviasi dapat dihitung menggunakan rumus

sebagai berikut:

3. Pada kain katun


2 2
(∑ x ).
SD = ∑ x −
n n
139

SD =
√ 5640 , 4 235 ,6²
10

10

SD = √ 564 , 04−23 , 56 ²

SD = √ 564 , 04−555,0736

SD = √ 8,9664

SD = 2,99

4. Pada kain linen


2 2
(∑ x ).
SD = ∑ x −
n n

SD =
√ 4250 , 4 203 , 2²
10

10

SD = √ 425 , 04−20 , 32²

SD = √ 425 , 04−412,9024

SD = √ 12,1376

SD = 3,48

c. Perhitungan Distribusi Frekuensi

1. Langkah-langkah untuk menghitung distribusi frekuensi pada kain katun

adalah sebagai berikut :

a. Nilai data penelitian terlebih dahulu diurutkan sebagai berikut:

79, 79, 82, 84, 85, 85, 86, 86, 87, 87

b. Menentukan rentangan nilai (Range)

R = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah

= 87 – 79

=8
140

c. Menentukan banyaknya kelas interval dan panjang interval kelas dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 Log n

Maka :

K = 1 + 3,3 Log n

= 1 + 3,3 Log 10

= 1 + 3,3 x Log 10

= 4,3 dibulatkan 4

d. Panjang interval

R 8
= =2
K 4

Distribusi frekuensi pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain katun di LKP Mei Goom.

Kelas Interval Frekuensi Persentase (%)


1 85 – 87 6 60%
2 82 – 84 2 20%
3 79 – 81 2 20%
4 76 – 78 0 0%
Jumlah 10 100%

2. Langkah-langkah untuk menghitung distribusi frekuensi pada kain linen

adalah sebagai berikut :

a. Nilai data penelitian terlebih dahulu diurutkan sebagai berikut:

70, 71, 71, 71, 72, 73, 73, 73, 75, 76

b. Menentukan rentangan nilai (Range)


141

R = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah

= 76 – 70

=6

c. Menentukan banyaknya kelas interval dan panjang interval kelas dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 Log n

Maka :

K = 1 + 3,3 Log n

= 1 + 3,3 Log 10

= 1 + 3,3 x Log 10

= 4,3 dibulatkan 4

d. Panjang interval

R 6
= =1,5
K 4

dibulatkan 2

Distribusi frekuensi pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis napthol pada

kain linen di LKP Mei Goom.

Kelas Interval Frekuensi Persentase (%)


1 74 – 76 2 20%
2 71 – 73 7 70%
3 68 – 70 1 10%
4 65 – 67 0 0%
Jumlah 10 100%
142

Lampiran 8
IDENTIFIKASI TINGKAT KECENDERUNGAN VARIABEL
PENELITIAN
Untuk mengidentifikasi tingkat kecenderungan hasil pembuatan shibori dengan

pewarnaan sintetis napthol pada kain katun dan linen di LKP MEI GOOM

menggunakan rata-rata ideal (Mi) dan Standar Ideal (SDi) dengan rumus sebagai

berikut:

Rumus rata-rata ideal (Mi)

nilai tertinggi ideal+ niali terendah ideal


Mi =
2

Rumus rata-rata ideal (Mi)

nilai tertinggi ideal−niali terendah ideal


SDi =
6

Berdasarkan hasil Mid an SDi yang diperoleh, maka data dikelompokkan dengan

kategori sebagai berikut:

Tabel 3.7 Penskoran Instrumen

Kelompok f absolut f relatif Kategori


Mi + 1,5 SDi keatas n1 n1 / N x 100 Sangat baik

Mi s/d Mi + 1,5 SDi n2 n2 / N x 100 Baik

Mi-1,5 SDi s/d Mi n3 n3 / N x 100 Cukup baik

Mi – 1,5 SDi ke bawah n4 n 4 / N x 100 Kurang

Keterangan :

 Mi : Rata-rata ideal
143

 SDi : Simpangan baku ideal

 N : Jumlah Sampel

 n : Frekuensi/jumlah skor yang sering muncul

1. Tingkat kecenderungan data variabel hasil pembuatan shibori dengan

pewarnaan sintetis napthol pada kain katun

Rata-rata ideal pada kain katun

nilai tertinggi ideal+ nilai terendah ideal


Mi =
2

87+79 166
= = = 83
2 2

Simpangan baku ideal pada kain katun

nilai tertinggi ideal−nilai terendah ideal


SDi =
6

87−79 8
= = = 1,3
6 6

2. Tingkat kecenderungan data variabel hasil pembuatan shibori dengan

pewarnaan sintetis napthol pada kain linen

Rata-rata ideal pada kain linen

nilai tertinggi ideal+ nilai terendah ideal


Mi =
2

76+70 146
= = = 73
2 2

Simpangan baku ideal pada kain katun

nilai tertinggi ideal−nilai terendah ideal


SDi =
6

76−70 6
= = =1
6 6
144

Berdasarkan hasil perhitungan pada kain katun tersebut diidentifikasi

tingkat kecenderungan skor yang dikategorikan dalam 4 kelompok adalah :

Kategori Sangat Baik = > Mi + 1,5 SDi

= 83 + 1,5 . (1,3)

= > 85

Kategori Baik = Mi s/d Mi + 1,5 SDi

= 83 s/d 83 + 1,5 (1,3)

= 83 s/d 84

Kategori Cukup baik = Mi – 1,5 SDi s/d Mi

= 83 – 1,5 (1,3) s/d 83

= 81 s/d 82

Kategori Kurang = < Mi – 1,5 SDi

= < 83 – 1,5 (1,3) kebawah

= < 81

Berdasarkan hasil perhitungan pada kain linen tersebut diidentifikasi tingkat

kecenderungan skor yang dikategorikan dalam 4 kelompok adalah :

Kategori Sangat Baik = > Mi + 1,5 SDi

= 73 + 1,5 . (1)

= > 75

Kategori Baik = Mi s/d Mi + 1,5 SDi

= 73 s/d 73 + 1,5 (1)

= 73 s/d 74
145

Kategori Cukup baik = Mi – 1,5 SDi s/d Mi

= 73 – 1,5 (1) s/d 73

= 72 s/d 71

Kategori Kurang = < Mi – 1,5 SDi

= < 73 – 1,5 (1) kebawah

= < 71

Tabel tingkat kecenderungan hasil pembuatan shibori dengan


pewarnaan sintetis napthol pada kain katun

Interval kelas Frekuensi presentasi kategori

> 85 3 30 Sangat baik

83 s/d 85 3 30 Baik

81 s/d 82 2 20 Cukup baik

< 81 2 20 Kurang

Jumlah 10 100%

Tabel tingkat kecenderungan hasil pembuatan shibori dengan


pewarnaan sintetis napthol pada kain linen

Interval kelas Frekuensi presentasi kategori


146

> 75 1 10 Sangat baik

73 s/d 75 4 40 Baik

71 s/d 72 4 40 Cukup baik

< 71 1 10 Kurang

Jumlah 10 100%

Berdasarkan pada tabel diatas, bahwa dari 10 shibori dengan pewarnaan

sintetis napthol sebagai objek penelitian sebanyak 3 shibori pada kain katun

dengan kategori sangat baik (30%), 3 shibori dengan kategori baik (30%), 2

shibori dengan kategori cukup baik (20%) dan 2 shibori kategori kurang (20%).

Pada shibori dengang kain linen 1 shibori kategori sangat baik (10%), sebanyak 4

shibori kategori baik (40%), 4 shibori dengan kategori cukup baik sebanyak

(40%) dan 1 shibori dengan kategori cukup (10%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa persentase hasil pembuatan shibori dengan pewarnaan sintetis

napthol pada kain katun cenderung baik dan hasil pembuatan shibori dengan

pewarnaan sintetis napthol pada kain linen cenderung cukup baik.


147

Skor Indikator penilaian


Penilaian 1 2 3 4 5 6 7
4 50 31 36 27 21 14 13
3 0 9 12 13 25 16 27
2 0 10 2 10 2 13 10
1 0 0 0 0 2 7 0

Lampiran 9
Kain katun
148

Rata-rata Skor penilaian

Untuk menghitung rata-rata penilaian setiap indikator diperoleh cara sebagai


∑ xp
berikut :
∑ pengamat

Skor Indikator penilaian


Penilaian 1 2 3 4 5 6 7
4 40 11 5 2 5 5 10
3 10 29 31 29 31 37 18
2 0 10 4 19 14 2 22
Kain 1 0 0 10 0 0 6 0 Linen
149

Skor Indikator penilaian


Penilaian 1 2 3 4 5 6 7
4 8 2 1 1 1 1 2
3 2 6 6 6 6 7 4
2 0 2 1 3 3 1 4
1 0 0 2 0 0 1 0
Rata- rata
Skor jumlah 0 10 10 10 10 10 10
penilaian
Untuk menghitung rata-rata penilaian setiap indikator diperoleh cara sebagai
∑ xp
berikut:
∑ pengamat

Indikator penilaian
1 2 3 4 5 6 7
4 10 6 7 5 3 3 3
3 0 2 2 3 5 3 5
2 0 2 1 2 1 3 2
1 0 0 0 0 1 1 0
jumlah 10 10 10 10 10 10 10

Lampiran 10
150

PERSENTASE HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN PEWARNAAN


SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN KATUN DI LKP MEI GOOM
Adapun rumus untuk mencari harga persentase menurut Sudjana, (2017) adalah :

1. Bahan Kain Katun Mori

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

1. Bahan Kain P= P= P= P=
Katun Mori 10 0 0 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 100% = 0% = 0% = 0%

2. Efek warna pada motif

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

2. Efek warna P= P= P= 0
P= X 100
pada motif 6 2 2 10
X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 = 0%
= 60% = 20% =20%

3. Warna

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

3. Warna P= P= P= P=
7 2 1 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 70% = 20% = 10% = 0%
151

4. Kecerahan Warna

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

4. Kecerahan P= P= P= P=
Warna 5 3 2 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 50% = 30% = 20% = 0%
5. Kebersihan Warna Dan Kain

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

5. Kebersihan P= P= P= P=
Warna Dan 3 5 1 1
Kain X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 30% = 50% = 10% = 10%

6. Ukuran Scarf

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

6. Ukuran Scarf P= P= P= P=
3 3 3 1
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 30% = 30% = 30% = 10%

7. Hasil Akhir
152

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

7. Hasil Akhir P= P= P= P=
3 5 2 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 30% = 50% = 20% = 0%

PERSENTASE HASIL PEMBUATAN SHIBORI DENGAN PEWARNAAN


SINTETIS NAPTHOL PADA KAIN LINEN DI LKP MEI GOOM

Adapun rumus untuk mencari harga persentase menurut Sudjana, (2017) adalah :

1. Bahan Kain Linen

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

1. Bahan Kain P= P= P= P=
Linen 8 2 0 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 80% = 20% = 0% = 0%

2. Efek warna pada motif

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

2. Efek warna P= P= P= P=
pada motif 2 6 2 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 20% = 60% = 20% = 0%
153

3. Warna

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

3. Warna P= P= P= P=
1 6 1 2
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 10% = 60% = 10% = 20%

4. Kecerahan Warna

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

4. Kecerahan P= P= P= P=
Warna 1 6 3 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 10% = 60% = 30% = 0%

5. Kebersihan Warna Dan Kain

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

5. Kebersihan P= P= P= P=
Warna Dan 1 6 3 0
Kain X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 10% = 60% = 30% = 0%
154

6. Ukuran Scarf

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

6. Ukuran Scarf P= P= P= P=
1 7 1 1
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 10% = 70% = 10% = 10%

7. Hasil Ak hir

No Aspek Skor Penilaian


Penilaian
4 3 2 1

7. Hasil Akhir P= P= P= P=
2 4 4 0
X 100 % X 100 % X 100 % X 100 %
10 10 10 10
= 20% = 40% = 40% = 0%

Lampiran 11

NO RATA-RATA INDIKATOR X X²

1 2 3 4 5 6 7

1. 3,

4 3,2 3 3 2 3 2,8 22,2 492,84

2. 3,

4 3,6 3,4 3,6 6 3 3 24,2 585,64


155

3. 4 3,2 3,6 3,2 3 3 3,2 23,2 538,24

4. 3,

4 3,4 4 3,6 4 2,8 3,2 24,4 595,36

5. 4 3,4 3,8 3,6 3 2,2 3 23 529

6. 4 3,6 3,6 3,6 3 2,8 3,2 23,8 566,44

7. 2,

4 3,4 4 3,6 8 2,6 3,2 23,6 556,96

8. 3,

4 3,4 3,6 3,6 8 2,6 3 24 576

9. 3,

4 3,4 4 3,4 4 2,6 3 23,8 566,44

10. 3,

4 3,6 3,8 3,4 8 2,8 3 24,4 595,36

Tota 4 34, 36, 34, 27, 30,

l 0 2 8 6 33 4 6 236,6 5602,28

M 3,4 3,6 3,4 3, 2,7 3,0

4 2 8 6 3 4 6 23,66 560,228

(RATA-RATA INDIKATOR KAIN KATUN)


156

(RATA-RATA INDIKATOR KAIN LINEN)

NO RATA-RATA INDIKATOR X X²

1 2 3 4 5 6 7

1. 3, 2,

8 2,8 6 2,6 2,8 2,8 2,6 20 400

2. 3, 2,

8 3,2 4 2,2 2,8 3,2 2,6 20,2 408,04

3. 3, 2,

8 3,2 6 2,4 2,8 2,8 2,6 20,2 408,04

4. 3, 2,

8 3,2 6 2,6 2,8 3 2,6 20,6 424,36

5. 3, 2,

8 2,8 4 2,8 2,6 3 2,4 19,8 392,04

6. 3, 2,

8 3 4 2,8 2,8 2,8 2,8 20,4 416,16

7. 3, 2,

8 3 6 2,4 3 2,6 3 20,4 416,16

8. 3, 2,

8 3,2 8 2,8 3 2,6 3 21,2 449,44

9. 3, 2,

8 3 8 3 2,6 2,6 3 20,8 432,64

10. 3, 3 2, 3 3 2,8 3 21,4 457,96


157

8 8

Tota 30, 26, 28, 28, 27, 205 4204,84

l 38 4 26 6 2 2 6

M 3, 3,0 2, 2,6 2,8 2,8 2,7 20,5 420,484

8 4 6 6 2 2 6

Anda mungkin juga menyukai