5525101721
FAKULTAS TEKNIK
2016
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di desa Silungkang, Sumatera Barat pada bulan Mei-Juni
2015. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis kualitatif
yang masuk ke dalam jenis metode penelitian lapangan. Penelitian ini
menggunakan instrumen pengamatan langsung, pencatatan data, dan pedoman
wawancara. Data yang diperoleh selama proses penelitian dibahas dengan
beberapa langkah, mulai dari penulisan, pengelompokkan dan penyajian data.
Hasil penelitian mengenai kain songket Silungkang yaitu ragam hias yang ada di
kain songket Silungkang terinspirasi dari alam seperti tumbuhan, hewan, dan
benda yang berada di sekitar lingkungannya. Nama-nama motif dihubungkan
dengan petatah-petitih yang mempunyai arti filosofi tentang adat dan
masyarakatnya. Ragam hias dan warna pada kain songket Silungkang sudah
berkembang dan dimodifikasi oleh para penenun sehingga tidak mempunyai
makna lagi. Proses pembuatan kain songket Silungkang masih menggunakan alat
tenun tradisional sampai saat ini. Fungsi kain songket yang hanya digunakan
untuk upacara-upacara adat, kini berubah fungsi menjadi kain songket yang lebih
modern dan dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Dalam melakukan
penelitian ini terdapat kendala yaitu kurangnya informan yang memiliki
pengetahuan mengenai kain songket Silungkang.
Kata Kunci : Kain Songket Silungkang, Ragam Hias, Proses Pembuatan, Fungsi
ii
ABSTRACT
This research aims to find out about songket Silungkang, concerning various
ornaments found in songket Silungkang, meaning, the manufacturing process, as
well as the function of songket Silungkang. Thus songket Silungkang be better
known in the general public more than ever.
This research carried out in the village Silungkang, West Sumatra in May-June
2015. The method used is descriptive method with qualitative kind that goes into
this type of field research methods. This research used direct observation
instruments, recording data, and interview guidelines. The data obtained during
the research process are discussed with a few steps, begin from writing, grouping
and presentation of data.
iii
HALAMAN PERNYATAAN
1. Karya tulis skripsi saya ini asli dan belum pernah diajukan untuk
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan dan penelitian saya sendiri dengan
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainya sesuai
5525101721
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas rahmat dan
karunia Allah SWT, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasullullah
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi Tata Busana, Jurusan Ilmu Kesejahteraan
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan
2. Ibu Dra. Suryawati, M. Si, selaku Ketua Program Studi Tata Busana.
4. Ibu Dra. Revrina Sukma Agusti, selaku dosen Pembimbing Materi yang
5. Ibu Vera Utami Gede Putri, S. Pd, M. Ds, selaku dosen Pembimbing
vi
6. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Tata Busana. Terima kasih untuk
penuh curahan cinta, harapan dan kasih sayang yang tulus dan ikhlas tak
8. Adikku Rafid Agung Pradana yang selalu memberikan semangat dan kasih
11. Seluruh Staff dan Karyawan Jurusan IKK, FT, UNJ (khususnya pak
Tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula dalam pembuatan skripsi ini
mohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangannya, semoga skripsi ini dapat
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
viii
2.1.2.2 Kebudayaan Masyarakat Minangkabau ................... 14
ix
3.4 Fokus Penelitian ............................................................................ 63
x
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.3 Alat yang digunakan dalam proses menghani ................................... 112
Tabel 4.4 Alat yang digunakan dalam proses menenun .................................... 113
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.8 Saput, kain sarung dari benang sutera diberi ragam hias burung,
Gambar 2.10 Kain songket dari Sumbawa, dengan latar belakang gelap yang
Gambar 2.14 Kembang manggis berantai atau belah ketupat berantai, merupakan
Gambar 2.15 Lumbung padi merupakan ragam hias tenunan Silungkang yang
Gambar 2.16 Burung merak juga merupakan ragam hias favorit, burung merak
xiii
Gambar 2.18 Motif Kaluak Paku ..................................................................... 46
Gambar 4.5 Songket yang dibuat sekitar tahun 1970-an atau 1980-an............ 81
xiv
Gambar 4.12 Ragam hias pinggiran pada kain songket dengan
Gambar 4.31 Baju dan songket yang digunakan untuk busana pesta .............. 132
xv
Gambar 4.33 Kemeja ....................................................................................... 134
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Setiap
di Indonesia. Bagi rakyat Indonesia kain tradisional adalah warisan leluhur yang
harus dilestarikan karena dapat memperkaya ciri khas bangsa Indonesia dengan
(www.lifestyle.okezone.com)
memiliki makna, nilai sejarah, serta teknik pembuatan yang berbeda juga. Hal ini
terlihat dari segi warna, ragam hias, jenis bahan, dan benang yang digunakan.
Pembuatan kain tenun membutuhkan proses yang cukup lama, tergantung dari
diragukan lagi, selain potensi panorama alamnya yang begitu mempesona. Kita
1
2
juga dapat menjumpai berbagai macam tradisi dan adat yang unik. Kekayaan alam
Minangkabau sangat mempengaruhi terciptanya ragam hias dan motif tenun yang
mengagumkan. Sekalipun ragam hiasnya dibuat dengan alat yang sederhana dan
proses kerja yang terbatas, kain yang dihasilkan memiliki mutu yang tinggi.
(ATBM). Ada dua daerah terkenal yang menghasilkan kain songket yang
berkualitas, yaitu daerah Pandai Sikek dan daerah Silungkang. Masing – masing
daerah memiliki ciri khas yang berbeda dilihat dari ragam hiasnya.
dibandingkan dengan kain songket dari daerah Silungkang yang mempunyai motif
lebih sederhana. Kain songket Pandai Sikek terkesan lebih mewah dan jika
digunakan kain songket Pandai Sikek lebih berat dan terlihat kaku, sehingga kain
jalan raya Lintas Sumatera sekitar 95 km dari selatan – timur kota Padang.
motif tersebut mempunyai nama serta maknanya tersendiri dan biasanya motif
pada kain songket terinspirasi dari tumbuhan, binatang atau benda-benda yang ada
Ciri khas dari kain songket Silungkang juga terlihat pada keistimewaan
tenunannya yang terdapat pada benang pakan (benang hias). Hasil tenunan ini
yang membedakan dengan kain songket dari daerah lainnya. Dibagian buruk kain
pada bagian baik kain songket benang pakan terlihat lebih menonjol dibanding
adat dan kesempatan khusus, kini berubah fungsi menjadi lebih modern dan dapat
digunakan untuk pakaian sehari-hari baik pria maupun wanita dan dari yang muda
sampai yang tua. Kain songket Silungkang sekarang tidak hanya diproduksi untuk
kain dan sarung, tetapi dapat menjadi produk lainnya, seperti gambar dinding,
taplak meja, permadani bergambar, baju wanita, kemeja pria, selendang dan
saputangan.
Kain songket Silungkang merupakan salah satu dari berbagai jenis kain
Brussel. Itu berarti sebelum mengikuti “Pekan Raya Ekonomi Eropa” songket
adanya penelitian tentang “Studi Kain Songket Silungkang”, hal tersebut yang
Silungkang dari ragam hias, proses pembuatan, serta fungsinya. Selain itu juga
sebagai salah satu cara untuk menginformasikan seni dan kebudayaan kain
Silungkang?
2. Saat ini, apakah masih ada masyarakat yang menggunakan kain songket
Silungkang?
3. Jenis kain dan ragam hias apa saja yang dibuat oleh pengrajin songket di
Silungkang?
Silungkang?
peneliti dalam hal keterbatasan data yang ada di lapangan serta untuk
1. Ragam hias
2. Proses pembuatan
3. Fungsi
maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah sebagai
yaitu :
Silungkang.
Silungkang.
sebagai berikut :
Silungkang.
lembaga pendidikan.
kebudayaan Minangkabau.
berbagai macam kain tradisional yang menonjol, hal ini dapat dilihat dari berbagai
macam jenis kain, teknik pembuatan kain, motif kain maupun fungsi dari kain
khususnya bila ditinjau dari segi kemampuan teknis, estetis, kadar makna
dimulai oleh bangsa Eropa sekitar abad ke-19. Penelitian terhadap corak dan
teknik pembuatan ragam hias pada tenun ikat, persamaan dan perbedaannya
Dari segi teknik pembuatan, ragam hias, jenis bahan, dan pewarnaannya
penting, hal ini dapat dilihat dari penggunaan kain tersebut dalam berbagai situasi
seperti penggunaan sebagai baju adat, sebagai benda upacara, sebagai status
simbol di masyarakat, bahkan sebagai bahan pengobatan dukun. Hal ini sudah
7
8
seorang gadis harus pandai membuat kain, baju atau seperangkat alas tidur
pengantinnya sendiri. Kepandaian ini didapatkan dari orang tua atau kerabat
dekatnya. Pekerjaan menenun kain merupakan bagian dari pekerjaan wanita pada
waktu mereka tidak mengerjakan pekerjaan utama dan untuk mengisi waktu
luang.
bukunya Iban or Sea Dayak Fabrics and their Patterns, buku ini ditulis pada
Urs. Ramseyer menulis tentang Bali yang memiliki keunikan pada tenun
ikat ganda yaitu kain seringsing dari desa Tenganan Pageringsingan dekat
Amlapura. Disamping itu, tentang aneka tenunan dari Bali juga ditulis oleh
Textiles in Bali, tahun 1991. Tulisan tentang tenunan Bali itu menginformasikan
jenis dan corak tenunan mulai dari ikat ganda, tenunan ikat pakan endek, prada,
keistimewaan pada tenun ikat pakan dan tenun songket serta paduannya. Daerah-
daerah itu antara lain Palembang, Jambi, Bengkulu, Riau, Minangkabau, dan
Tenunan yang terkenal antara lain tenun Samarinda serta tenun Pagatan dan
tenunan Indonesia pun amat beragam kegunaannya. Dari fungsi sebagai penutup
tubuh seperti sarung kain panjang, tutup kepala, selendang sampai dengan
pemakaiannya untuk keperluan upacara, bagian dari perabot rumah tangga, hiasan
rumah atau kuil dan sebagainya. Keanekaragaman kegunaan itu disertai pula
dengan keberagaman teknik pembuatan seperti tenun ikat pakan, lungsi dan
ganda, songket, pakan dan lungsi tambahan, pilin, tenun kartu, tapiseri dalam
sangat bervariasi. Alat tenun gedogan merupakan alat tenun tradisional, di bagian
ujung dipasang pada pohon atau tiang rumah dan di bagian ujung lainnya
diikatkan pada badan penenun yang duduk di lantai. Yang membedakan alat tenun
bagian timur yaitu amben. Amben adalah balai-balai yang dibuat dari bambu
khusus untuk menenun, diberi lubang berbentuk persegi di pinggir sebagai tempat
kaki penenun. Bahkan di bawah lubang itu diberi bambu melintang sebagai
Mesin (ATBM). Alat ini terbuat dari kayu, dimana digunakan torak-torak yang
dihubungkan dengan tali, sehingga apabila salah satu bagian alat tenun itu
Alat ini membuat revolusi pada pembuatan kain tradisional. Kain yang
ditenun dengan ATBM memiliki lebar kain mencapai lebar 120 cm dan panjang
kain bisa mencapai puluhan meter. ATBM dapat dipakai untuk menenun kain
dengan hiasan sederhana seperti kain polos, lurik, dan kain ikat.
pesisir barat wilayah pulau Sumatera, yang terdiri dari dataran rendah di pantai
barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan yang
membujur dari barat laut ke tenggara. Secara geografis Provinsi Sumatera Barat
terletak antara 00 54’ LU sampai dengan 30 30’ LS serta 980 36’ BT sampai
dengan 1010 53’ BT. Luas daratan Provinsi Sumatera Barat adalah 42.297,30
km², sedangkan luas perairan laut Provinsi Sumatera Barat diperkirakan ±186.580
km2. Luas perairan territorial adalah 57.880 km2 dan 12.870 km2 perairan ZEE
provinsi Jambi, dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Provinsi
ini terdiri dari 12 kabupaten, 7 kota, 147 Kecamatan, 877 Kelurahan atau Desa
daerah Pasaman selain etnis Minang, juga berdiam suku Batak dan suku
penduduk Sumatera Barat. Selain itu ada juga yang beragama Kristen terutama
12
di kepulauan Mentawai sekitar 1,6%, Buddha sekitar 0,26%, dan Hindu sekitar
Sawahlunto. Silungkang sebagai salah satu pusat industri songket benang emas
yang indah dikenal sebagai “Songket Silungkang”. Dahulunya nagari ini bernama
Talang Tului Batu Badegui. Nagari ini konon dikenal sebagai nagari dengan
masyarakat yang cerdik dan pandai. Nagari ini diperkirakan didiami semenjak
Terdapat beragam cerita mengenai asal usul nagari ini diberi nama
batu yang tinggi”, ada juga yang mengatakan bahwa Silungkang memang ada
lurah yang bernama Lungkang. Lurah dalam pemahaman orang Minangkabau dan
Melayu pada umunya sering disandingkan dengan kata bukit. Lurah itu airnya
mengalir melalui Surau Bingkuang dan bertemu dengan Batang Lasi sebelum
13
Lubuak Nan Godang. Ada yang memperkirakan dari nama lurah Lungkang inilah
Silungkang, sehingga sampai saat ini asal nama Silungkang dan sejak kapan
nagari ini memakai nama Silungkang masih belum ada keterangan secara pasti,
Sumatera Barat yang dikenal karena penghasil batubara Ombilin yang didirikan
pada akhir abad ke-19 oleh pemerintah kolonial Belanda. Menurut tata letaknya,
Silungkang adalah suatu daerah dataran rendah cekung berbenttuk kuali pada
gugusan Bukit Barisan yang terletak di antara Solok dan Sawahlunto. Nagari ini
dilingkari oleh bukit-bukit dan rimba-rimba pada dinding sebelah kiri dan
kanannya. Dari bagian tebing dinding kanan dari arah Solok ke Sawahlunto
menelusur sebuah jalan raya yang berkelok-kelok menyisir alur tebing. Jalan raya
ini disebut jalan Lintas Sumatera yang menghubungkan antara pulau Jawa dengan
cekungan yang tidaklah begitu luas. Dengan ketinggian rata-rata 239 - 450 meter
(www.sawahluntomuseum.wordpress.com)
dikenal sebagai nagari pedagang. Selain dalam bidang pertenunan songket dan
14
sarung polekat, mata pencaharian penduduk Silungkang juga terdapat dalam usaha
Singkek, Dalimo Baruah, Dalimo Coca, Dalimo Jao, (2) 4 Kampuang; Guguak,
Koto Marapak, Paliang, Batu Mananggau, (3) Malawas; Malawas Hilir, Melawas
Mudik, (4) Kutianyi, (5) Paliang; Paliang Atas, Paliang Baruah, (6) Palokoto, (7)
Panai; Panai 4 Rumah, Panai Kotobaru, Panai 3 Tingka, (8) Sawah Juai, dan (9)
Sungkiang. (www.id.wikipedia.org)
adat nan diadatkan, adat istiadat, dan adat yang sebenar adat. Menurut Bagindo
tersebut, maka ia dapat dibaca dari sehelai songket, mulai dari membuat,
pemakain warna, motif hias yang dipilih sebagai simbol, dan fungsi songket
sebagai titian untuk menentukan sikap dalam mengambil keputusan atau yang
lebih dikenal dengan falsafah alamnya (dapat dilihat dari simbol-simbol alam
makna yang dalam. Arti alam bagi mereka bukan hanya sebagai tempat lahir,
hidup, berkembang, dan mati saja, akan tetapi alam dimaknai sebagai penuntun
15
hidup dalam memilih kehidupan yang bermakna, baik sebagai individu maupun
kelompok. Itu juga sebabnya berbagai ajaran dan pandangan hidupnya yang
lisan, tulisan dan fisik mengambil ungkapan dari bentuk dan sifat-sifat alam.
Songket yang diberi ornamen dengan menata motif hias yang diadopsi dari
secara kasat mata, sehingga motif yang dibuat tidak hanya sarat dengan makna
akan tetapi juga keindahan. Oleh karena itu, sangat beralasan jika songket bagi
kultural masyarakat Minangkabau. Pilihan seperti itu tentu tidak mudah, namun
dengan mengamati bentuk motif pada rumah gadang dan songket dapat
diindikasikan jika pilihan motif hias di Minangkabau sangat cerdas dan unik.
keperluan adat di Minangkabau, jelas tidak serta merta hadir begitu saja, tetapi
melalui proses yang berdasarkan musyawarah dan mufakat yang harus dilewati.
dalam sehelai kain songket juga pada dasarnya adalah nilai-nilai yang telah
Minangkabau. Adat istiadat mengatur tata cara pergaulan, sopan santun, budi
pekerti, dan lain sebagainya. Seperti pepatah “lain padang lain ilalang, lain
lubuak lain ikannyo” menyiratkan adat istiadat secara konvensi diakui oleh
kelompoknya dalam satu nagari, sehingga setiap nagari punya tata aturan yang
berbeda satu sama lainnya. Sama halnya dalam bertingkah laku, songket pun juga
Adat nan sabana adat berjalan dan dijalankan dengan sandaran yang jelas,
yaitu percaya akan ketetapan Allah sebagai Pencipta alam. Hukum Allah
merupakan tata aturan yang tertinggi dan harus dipahami sebagai sikap dan
pandangan hidup. Jika dikaji kembali asal muasal songket, akan terlihat keyakinan
motif, dan warna. Ada tiga hal penting berkenaan dengan songket: pertama,
songket sebagai salah satu seni tradisi yang dibuat dengan usaha yang cukup berat
dan rumit dari sisi teknis. Kedua, ragam hias yang indah dengan muatan nilai-nilai
berupa simbol-simbol yang berakar dari alam. Dan ketiga, pembuatan songket
yang dipercaya sebagai pelindung martabat para perempuan baik sebagai pencipta
ataupun pengguna.
desain yang dibuat dengan cara ikat lungsi. Daerah penghasil tenunan itu antara
17
Timur. Menurut para ahli, daerah-daerah tersebut telah memiliki corak tenun
pemujaan pada leluhur dan memuja keagungan alam. Pada periode awal ini suatu
teknik desain pakan tambahan atau lungsi tambahan juga dikenal. Suatu teknik
desain yang dalam jarak waktu yang lama dalam peristiwa sejarah kemudian lebih
Desain dari motif yang ada sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang
membentuk desain itu sendiri. Ada desain benang sutera di atas dasar benang
kapas. Ada juga desain dan dasar tenunannya dari jenis benang yang sama yaitu
benang kapas atau benang sutera dan ada pula dari jenis benang yang lain.
hidup di alam tropis. Bunga kapas yang mengalami proses pengolahan pemintalan
kemudian menjadi benang kapas atau disebut katun. Dengan kemampuan yang
tinggi menggunakan benang kapas ini telah tercipta desain yang dikagumi
keunikkannya. Desain dengan pakan tambahan seperti pada ulos Ragi idup dari
menggunakan benang sutera dengan dekorasi benang emas dan perak dimulai
dikenal sebagai bahan import. Langewis L dan Wagner F.A (1962) mengatakan
lama kelamaan benang sutera tidak hanya menggantungkan dari import, karena
sejak abad ke-15 untuk pertama kali di Palembang ditanam pohon murbei dan
lain di Sulawesi. Walaupun diantara beberapa jenis benang emas dan perak, maka
jenis benang import adalah yang masih tetap menunjukkan kualitas yang tinggi.
diberi pewarnaan yang terang seperti warna merah, hijau, biru, ungu, dan lain
teknik pakan tambahan yang akan menonjol benang emas atau peraknya pada
salah satu bagian dari kebudayaan di Indonesia yang diciptakan oleh lingkungan
pasti berbeda-beda dan mempunyai arti apabila kita dapat menelaah dari sikap
yang ada pada kain songket di antara daerah-daerah penghasil kain songket.
menggunakan benang emas atau benang perak yang dihubungkan dengan proses
menjungkit benang lusi dan membuat ragam hias. Songket juga dihubungkan
dengan proses menyungkit atau menjungkit benang lusi dalam membuat pola hias.
19
Ada beberapa istilah dari beberapa daerah yang menyebutkan asal kata songket.
Misalnya, di Palembang yang mengatakan kata songket berasal dari kata songko
yaitu orang yang menggunakan benang emas sebagai hiasan dari sebuah ikat
kepala. Di Sumatera Barat, songket berasal dari kata sungkit yang artinya
lusi dengan irama sesuai dengan ragam hias yang direncanakan, sedangkan
benang pakan dasar melewati benang lusi dengan irama di atas satu benang, di
bawah benang berikut, di atas benang berikut, dan seterusnya. (Dhorifi Zumar,
2007: 22)
tersebut dapat dilihat dari beranekaragaman kain songket yang ada di Indonesia
bagian barat sampai ke Indonesia bagian timur. Yang membedakan dari setiap
daerah yaitu dilihat dari motif, warna, fungsi kain serta pengunaan benang yang
berbeda-beda.
tenun sutera dan songket dibawa oleh pedagang-pedagang islam Arab dan India
bersamaan dengan dikenalnya benang sutera dalam perdagangan sekitar abad ke-
utara Jawa.
Daerah-daerah yang telah menerima ajaran agama islam dan letaknya yang
strategis bagi lalu lintas perdagangan, maka daerah tersebut menghasilkan tradisi
kain tenun sutera dan songket. Dengan masuknya perdagangan islam yang
Selain menggunakan benang emas atau benang perak, songket juga ada
yang menggunakan benang sutera yang berwarna (benang ini diberi warna yang
terang seperti, warna merah, hijau, biru, ungu, dan lain sebagainya), benang sulam
dan juga menggunakan benang katun berwarna. Dan ada juga yang menggunakan
serat dari tumbuh-tumbuhan seperti serat pisang dan jenis benang sintetis seperti
terinspirasi dari geometris, flora dan fauna. Di Bali motif yang diciptakan oleh
masyarakatnya berbeda dengan daerah-daerah lainnya, motif kain ini lebih banyak
menonjolkan unsur motif Hindu Bali, seperti motif yang terlihat pada relief pura
dan pada seni ukir lainnya, motif lainnya yang khas di Bali yaitu motif wayang.
islam tetapi dalam unsur desain songketnya juga menerapkan motif wayang dan
desain geometris yang banyak persamaannya dengan Bali. Hal ini menjelaskan
bahwa sebagian motif kain songket di Indonesia tidak hanya terpengaruh oleh
unsur-unsur islam tetapi juga motif diambil dari latar belakang masyarakatnya.
21
makhluk yang hidup, tetapi diberbagai kain songket daerah Indonesia tetap
reptilia, dan naga. Misalnya burung kakaktua, burung merak yang terlihat pada
tenun songket Donggala, Sulawesi Tengah. Motif itiak dari songket Pandai Sikek,
Sumatera Barat. Serta, motif naga dan sayap burung garuda pada songket
kapas dan membuatnya menjadi benang. Tidak ada catatan yang pasti darimana
dan bagaimana mereka bisa memintal benang, membuat alat tenun sampai
Daerah penghasil kain tenun menyebar mulai dari Aceh, sebagian besar
Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada saat itu mereka hanya mengenal satu jenis
benang yaitu benang katun yang dicelup berwarna-warni. Kain tenun yang dibuat
dengan menggunakan benang katun sangat menarik perhatian para saudagar Cina,
import pada waktu itu masuk ke wilayah Indonesia. Sejak saat itu, mulailah masa
pengenalan kain tenun Indonesia dengan benang sutera. Para penenun mulai
waktu yang cukup lama sampai pada teknik tenun dengan benang sutera dan
katun dengan benang emas atau perak, ada yang menggunakan benang katun
dengan benang katun, dan ada juga yang menggunakan benang sutera dengan
benang emas atau perak. Beberapa jenis kain songket yang terdapat di daerah
Indonesia, yaitu :
Aceh juga mempunyai kain songket yang ditenun dari benang sutera
dengan hiasan benang emas. Songket Aceh umumnya berlatar warna-warna gelap
seperti hitam, biru indigo, dan merah tua keunguan. Bentuk songket yang dalam
bahasa setempat disebut ija krung. Songket yang dipakai oleh wanita berbeda
dengan songket yang dipakai oleh laki-laki. Songket wanita lebih lebar dan lebih
pendek dan lebih sempit, karena digunakan di atas celana dan dilipat hingga
selutut.
Motif-motif yang digunakan yaitu flora, daun, salur daun, dan bunga-
bungaan yang bentuknya merupakan stelisasi dari bentuk motif kain, meander,
belah ketupat, dan lainnya. Sedangkan pada bagian kepala kain banyak diterapkan
motif tumpal atau pucuk rebung. Pada hiasan pinggir kain dan kepala tampak
bentuk motif kait maupun tumpal dan bentuk geometris lainnya yang lebih
kepala, kemudian penggunaan benang emas ini terus bertambah dalam bentuk
motif-motif yang rumit dan tidak saja diterapkan pada secarik kain penutup
kepala. Benang emas kemudian juga digunakan ketika membuat sarung dan
sutera yang memberi efek kilap dan lembut sehingga kain lebih nyaman
Ragam hias songket Palembang diambil dari alam sekitar baik flora
maupun fauna seperti bunga, dedaunan, sulur daun, kumbang, ikan, burung, dan
sebagainya. Warna dasar kain songket yang klasik adalah merah anggur, hijau tua,
dan kuning. Tetapi songket palembang sekarang sudah sangat beragam dan lebih
berani warnanya. Penamaan songket selain mengandung arti juga lebih banyak
limarbintang berantai, pacar cina, tetes mider, tampuk manggis, limar pulir, tiga
negeri, nampan berserak, belah belimbing, kupu-kupu pita, buah cermin, dan
lainnya. Motif-motif ini sampai sekarang masih dipakai dan tetap populer di
kalangan penenun.
24
Kain songket Bali banyak dipergunakan dalam tarian, pakaian adat, dan
upacara perkawinan. Kain songket dalam bentuk kain sarung, kain panjang,
selendang atau destar (penutup kepala) yang dipakai kaum laki-laki. Kain-kain
songket khas Bali tidak hanya dipenuhi dengan benang emas, tetapi pada tenunan
sutera yang berwarna polos juga dihias dengan benang sutera berwarna lainnya.
Ragam hias pada kain songket dibentuk oleh lidi-lidi penjungkit yang mengangkat
benang lungsi. Kemudian lidi-lidi yang disebut cucukan akan diganti dengan
benang pakan tambahan. Semakin banyak ragam hiasnya, maka semakin banyak
Motif untuk songket perempuan biasanya berbentuk bunga dan daun, yang
songket Bali memiliki komposisi warna yang terang, meriah dan agung seperti
Sampai sekarang songket Bali masih dibuat dengan alat tenun yang
disebut cagcag dan juga sudah banyak mempergunakan Alat Tenun Bukan Mesin
(ATBM).
Gambar 2.8. Saput, kain sarung dari benang sutera diberi ragam hias burung, sulur
daun dan bunga dari benang emas
Sumber : Buku Kain Songket Indonesia (Suwati Kartiwa, 1982)
26
Daerah Sulawesi Selatan (Bugis) yang dikenal sebagai sentra kain sutera
dan kain pelekat. Dalam pengunaan warna, kain sarung Bugis lebih dikenal
dengan warna-warna yang hidup, terang serta kontras seperti warna kuning, ungu,
hijau, merah, dan lainnya. Padahal sebelumnya tenun Bugis mempunyai warna
tradisional seperti hitam, merah, dan putih. Nama-nama kain songket sering
peristiwa dan lingkungan sekitar. Kain tenun yang ditenun dari benang sutera
diberi desain songket benang emas dan perak yang disebut lipa ni cebbang.
kain songket yang khas. Sarung Donggala yang mempunyai corak tenunan dengan
desain songket yang disebut buya subi sabbe, yaitu untuk kain tenun songket
geometris. Hiasan timbul di permukaan kain dengan warna kuning, merah, hijau,
biru, dan lainnya. Sedangkan kain songket yang menggunakan benang emas atau
perak disebut buya subi kumbaja. Keunikan dari kain subi adalah desain bunga-
bunga lepas seperti disulam satu persatu yang disusun dalam jarak tertentu dengan
27
letaknya yang asimetris. Untuk membuat ragam hias ini, penenun harus
menghitung dan biasanya sudah membuat pola gambar yang akan dikerjakan.
Wilayah Nusa Tenggara Barat meliputi dua daerah yaitu Lombok dan
istilah yang berbeda dalam menyebut kain songketnya. Kain songket yang
disebut selungka. Ada ciri khas dari songket Sumbawa khususnya dari Bima,
seperti motif flora (bunga, daun, ranting, dan dahan) yang dikombinasikan dengan
menggunakan garis-garis kait dimana corak ini lebih menyerupai gaya kaligrafi.
Kain sarung yang disebut tembe atau kereng tidak dipergunakan dalam kegiatan
sehari-hari, tetapi hanya digunakan untuk menghadiri upacara adat tertentu. Dan
untuk pakaian sehari-hari digunakan kain sarung pelekat dengan motif kotak-
seperti biasa, juga dapat digunakan sebagai sarung yang menutupi kepala dan
Gambar 2.10. Kain songket dari Sumbawa, dengan latar belakang gelap yang
dihiasi dengan motif-motif flora dari benang perak
Sumber : Buku Kain Songket Indonesia (Suwati Kartiwa, 1982)
rendah cekung yang berbentuk seperti kuali pada gugusan Bukit Barisan yang
rimba-rimba pada dinding disebelah kiri dan kanannya, kondisi seperti itulah yang
membawa hasil pertanian ke sana dan kembali membawa hasil dari negeri
tersebut. Diantaranya adalah kain tenunan yang indah berupa songket Malaya.
tenunan itu karena terdorong untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Tahap
demi tahap cara menenun dipelajari, mulai dari alat tenun, benang, konstruksi
tenunan, dan proses pewarnaan. Semakin lama semakin banyak masyarakat yang
Barat berhasil menciptakan kain-kain yang indah untuk pakaian adat. Keindahan
ragam hias tenun songket selaras dengan ukiran rumah gadang yang menyimpan
makna seni yang mendalam, serta menandakan adanya hubungan yang kuat antara
kesatuan ungkapan seni ukir pada rumah gadang dengan seni sungkit pada
songket. Perwajahan fisiknya memang tidak sama, karena yang satu bangunan dan
yang lainnya berupa kain. Tetapi, ada hubungan yang lebih mendalam lagi dibalik
dari bentuk luar itu, yaitu falsafah hidup yang terbentuk berupa adat. Tanpa
adanya ikatan falsafah dan seni budaya yang mendasarinya, maka seni songket
Ciri suatu karya seni kerajinan seperti kain songket selain disebabkan oleh
adanya dasar falsafah hidup atau pendirian-pendirian yang diturunkan oleh nenek
moyang, maka ciri itu akan tumbuh pula dipengaruhi seperti cara atau teknik
pengerjaan tenunan, pengaruh dari lingkungan budaya atau gaya hidup baru yang
Kerajinan tenun songket ini tidak dapat dipisahkan oleh kaum wanita.
Karena itu, setiap wanita di Nagari Silungkang harus pandai menenun. Hal ini
nanti, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk membantu keluarga. Pada masa
mengajarkannya lagi kepada anak atau cucu mereka dalam satu keturunannya dan
begitulah seterusnya.
Kondisi di pasaran pada saat itu belum terdapat banyak saingan dan masih
terbuka. Silungkang sebagai nagari industri mampu menyerap lapangan kerja bagi
bidang-bidang lain sebagai sektor penunjang industri tenun itu sendiri. Karenanya
setrikaan dan pengepres lipatan kain yang sederhana. (Yusuf Affendi, 1960: 12)
cirinya sendiri melalui waktu yang lama dan pengelolaan yang berubah-ubah dari
satu masa ke masa berikutnya. Modal yang utama dari pengrajin tenun Silungkang
adalah keuletan dan keterampilan, selain dari bakat seni dan kecintaannya pada
pekerjaan tenun itu sendiri, itulah yang menjadi modal penting untuk bertahan dan
menenun dengan konstruksi tenunan rata atau polos. Dan yang kedua menenun
bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Tenunan
dasar yang merupakan konstruksi anyaman polos atau datar, diperoleh dengan
2 atau 1 – 3. Benang yang dipergunakan kebanyakan dari bahan serat kapas atau
benang sutera. Benang tambahan atau pakan biasanya berbeda dari warna, ukuran
benang, atau bahan seratnya dengan tenunan dasar. Perbedaan itu dimaksudkan
agar ragam hias yang terbentuk dapat segera terlihat dari bagian tenun latarnya.
31
emas atau benang perak. Kain tenun songket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
Kain songket dengan desain benang emas atau benang perak yang padat,
tidak kelihatan kecuali benang emas atau benang peraknya saja sehingga
Kain songket dimana benang emas atau benang perak dengan motif-motif
yang tersebar dan berserakan pada permukaan kain, sehingga dasar kain
diarahkan kepada kain yang mempunyai nilai komersial untuk kebutuhan barang-
Balopak yang lebih banyak berperan atau berfungsi sebagai songket adati, dimana
permintaan songket jenis ini semakin berkurang, sedangkan fungsi dari songket
tersebut masih terbatas. Maka dari itu, jenis songket Batabuar lebih banyak
pakan tambahan yang berupa benang emas dan perak diganti dengan benang
pakan berwarna lainnya. Tetapi, tidak hanya jenis songket Batabuar saja yang
diproduksi, jenis songket Balopak pun juga masih diproduksi di Silungkang yang
Merah tua, merah kejinggaan, hijau, hijau tua, hijau kebiruan (peacock
kejinggan, merah terang, jingga, ungu, ungu muda, dan putih. (Nawir Said,
2007: 25)
Ragam hias tenun diciptakan oleh teknik menenun yang dikenal dengan
teknik pakan tambahan. Cara mengangkat lusi diatur dengan lidi-lidi, semakin
Silungkang, ragam hias kain songket lebih banyak ditentukan oleh para konsumen
atau selera pasar. Jadi, terdapat dua macam kain tenun songket menurut benang
a. Kain songket dengan ragam hias yang dibentuk oleh benang emas atau
b. Kain songket dengan ragam hias yang dibentuk oleh benang yang
Ragam hias songket Silungkang tercipta dari suatu irama bentuk atau pola
yang berderet-deret. Pengulangan garis dan bentuk pola dengan dasar kain yang
disusun berimbang supaya sesuai dengan kegunaan songket tersebut sebagai kain
atau selendang. Garis dan pola yang berirama itu diharapkan dapat membentuk
Selain warna pada songket yang sudah ditentukan, letak besar atau
kecilnya ragam hias juga sudah ditentukan oleh pengrajin yang sudah ahli. Dan
juga, ragam hias mana yang akan diletakkan untuk bagian kepala kain, badan
34
kain, pengapit kepala, dan hiasan pinggir kain telah diatur menurut keserasian
hiasan yang biasanya akan menjadi pola yang diulang-ulang dalam suatu karya
kerajinan atau seni. Karya ini dapat berupa tenunan, tulisan pada kain (misalnya
Ragam hias juga biasa disebut ornamen yang berasal dari bahasa Yunani
adalah setiap hiasan bergaya geometrik atau yang lainnya, yang dibuat pada suatu
bentuk dasar dari hasil kerajinan tangan (perabot, pakaian dan sebagainya)
termasuk arsitektur.
Ragam hias merupakan pola hias yang dibuat dengan digambar, dipahat,
atau dicetak, untuk mendukung meningkatnya kualitas dan nilai pada suatu benda
atau karya seni. Ragam hias dapat distilisasi (stilir) sehingga bentuknya
35
bervariasi. Variasi ragam hias biasanya khas untuk suatu unit budaya pada era
tertentu sehingga dapat menjadi petunjuk bagi para sejarahwan atau arkeolog.
Ragam hias selain berfungsi untuk menambah nilai keindahan dari suatu
benda, disamping itu juga dapat ditemukan nilai-nilai simbolik atau maksud-
maksud tertentu yang ada hubungannya dengan pandangan hidup (falsafah hidup)
memiliki arti dan makna yang dalam dan disertai dengan harapan-harapan
tertentu.
anyaman, tembikar, ukiran kayu, dan pahatan batu. Ragam hias ini muncul dalam
bentuk-bentuk dasar yang sama namun dengan variasi yang khas untuk setiap
daerah. Dalam karya kerajinan atau seni Nusantara tradisional, sering kali terdapat
makna spiritual yang dituangkan dalam stilisasi ragam hias. Terdapat ragam hias
asli Nusantara yang biasanya merupakan stilisasi dari bentuk alam atau makhluk
hidup (termasuk manusia), dan ada juga ragam hias yang di adaptasi dengan
pengaruh budaya luar, seperti dari Tiongkok, India, Persia, dan barat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ragam hias adalah bentuk dasar hiasan
yang biasanya akan menjadi pola yang diulang-ulang dalam suatu karya seni atau
kerajinan. Ragam hias juga merupakan suatu produk seni yang sengaja dibuat atau
Selain itu, ragam hias juga berfungsi untuk menambah nilai estetis dari suatu
benda produk atau barang yang dihias agar lebih bagus dan menarik, serta dapat
menambah nilai finansial (ekonomis) dari benda produk atau barang yang dihias
tersebut.
36
Motif merupakan unsur pokok sebuah ragam hias. Melalui motif, tema
atau ide dasar sebuah ragam hias dapat dikenali sebab perwujudan motif
representasi alam yang kasatmata. Akan tetapi ada pula yang merupakan hasil
khayalan semata, karena itu bersifat imajinatif, bahkan karena tidak dapat dikenali
Ragam hias memiliki banyak sekali motif, motif merupakan bentuk dasar
dalam penciptaan atau perwujudan suatu karya ornamen. Motif yang merupakan
gubahan bentuk alam misalnya gunung, awan, dan pohon. Motif imajinatif atau
khayalan misalnya motif singa bersayap dan buroq karena keduanya merupakan
makhluk khayali yang bentuknya merupakan hasil rekaan. Dan, garis-garis zigzag,
berpilin atau berkait, bidang persegi atau belah ketupat merupakan motif abstrak
pangkal tema dari sesuatu karya ragam hias artinya setelah motif itu mengalami
pola, baik dibentuk dari unsur garis maupun suatu bentuk figure.
Ragam hias tersebut dapat diterapkan pada media dua dimensi atau tiga
dikelompokkan menjadi :
seperti garis dan bidang yang umumnya bersifat abstrak artinya bentuknya tak
dapat dikenali sebagai bentuk objek-objek alam. Motif geometris berkembang dari
bentuk titik, garis, atau bidang yang berulang, dari yang sederhana sampai dengan
meander, swastika (simbol atau ornamen dengan bentuk yang menyerupai salib
lambang peredaran semesta atau matahari), bentuk pilin, dan lain-lain. Ragam
hias ini pada mulanya dibuat dengan guratan-guratan mengikuti bentuk benda
yang dihias, tetapi dalam perkembangannya motif ini bisa diterapkan pada
berbagai tempat dan berbagai teknik (digambar, dipahat, dicetak). Ragam hias
2. Simbol kekuatan gaib untuk penolak bala. Motif manusia dalam seni hias
Nusantara, diterapkan pada benda-benda berukir dari kayu, logam, gading atau
tulang, misalnya pada perisai kayu dari Kalimantan, dan juga dapat ditemukan
pada kain tenun, seperti pada tenun Sumba, Batak, Toraja, dan batik di Jawa.
seutuhnya atau bentuk sebagian saja. Penggambaran sosok manusia secara utuh
antara lain dapat dilihat pada ukir kayu Asmat, ukir batu dan tenun Samba, dan
relief pada dinding candi. Yang berbentu sebagian, dalam arti tidak utuh, seperti
motif wajah atau topeng, mata, telapak tangan, atau bagian tubuh yang lain,
bahakan ada pula yang menggambarkan bagian-bagian vital. Dalam hubungan ini,
39
motif wayang termasuk motif manusia karena pada dasarnya wayang merupakan
terdapat pada ornamen Nusantara. Mulai binatang yang hidup di dalam air,
binatang darat, binatang yang dapat terbang atau bersayap, bahkan sampai
binatang itu merupakan satwa yang dapat ditemui di derah Nusantara sesuai
dengan satwa lingkungan di setiap daerah, kecuali binatang imajinatif yang terkait
dengan kepercayaan setempat, binatang mitologi hasil pengaruh dari luar atau
perlatan yang terbuat dari kayu, peunggu, emas dan perak, benda ukir, bangunan,
tekstil atau busana pada batik, sulaman, dan tenun. Pada umumnya munculnya
atau unggas misalnya, mewakili dunia atas, dunia roh, dunia para dewa, dan
sebaliknya binatang air dan melata mewakili dunia bawah, dunia yang gelap,
tetapi juga melambangkan bumi dan kesuburan. Dunia tengah yang dihuni
manusia, terkait dengan aneka binatang yang hidup di darat berkaki empat.
ini sesuai dengan dinyatakan van der Hoop (1949) bahwa dalam zaman prasejarah
Hindu yang datang dari India, ornamen tumbuh-tumbuhan menjadi sangat umum
itu lebih menekankan pada segi keindahan hiasan, lebih-lebih jika jenis tanaman
yang digunakan sebagai motif hiasnya itu tidak teridentifikasi dengan jelas,
dipahatkan pada batu untuk hiasan candi, pada benda-benda produk mulai dari
yang terbuat dari tanah liat atau keramik, kain bersulam, bordir, tenun, dan batik,
inspirasi dari alam, misalnya benda-benda langit seperti matahari, bulan, bintang,
awan, api, air, gunung, perbukitan, dan bebatuan. Perbukitan atau gunung dengan
tanaman dan bunga-bunga yang dilengkapi dengan air dan satwa atau bangunan,
dapat dijadikan motif hias yang oleh van der Hoop disebut motif pemandangan.
tak luput menjadi motif hias yang menarik. Bendabenda buatan tak terbilang
teknologis tidak memiliki arti perlambang tertentu, kecuali merupakan bagian dari
informasi atau narasi yang akan disampaikan terkait dengan tema ornamen secara
keseluruhan.
kaligrafi tidak terbatas pada aksara Arab, tetapi dalam pengertian khusus biasanya
(Visual Arts edisi 21, 2007: 66) sebagai komponen kaligrafi, aksara memiliki
fungsi spiritual, praktis, dan estetis. Meskipun motif hias kaligrafi sudah lama ada,
biasanya diambil dari Al-qur’an dan Hadis. Oleh karena itu, banyak diterapkan
Motif hias abstrak menunjuk pada motif yang tidak dikenali kembali objek
gubahan objek alam serta tidak menggunakan unsur tulisan yang terbaca. Berbeda
dengan motif hias geometris yang menggunakan unsur garis dan bidang
geometris, motif hias abstrak menggunakan bentuk yang lebih bebas. Sekalipun
tidak banyak jumlahnya, motif hias abstrak dapat ditemui pada batik, tenun,
maupun ukiran-ukiran.
42
Untuk mengenal ragam hias dari kain tenun, ada kaitannya dengan cara
menenun. Ragam hias kain tenun dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
ragam hias yang bersifat dekoratif dan ragam hias yang bersifat fungsional.
a. Ragam hias yang bersifat dekoratif adalah ragam hias yang terdapat pada
kain tenun yang berfungsi untuk hiasan saja, dengan maksud supaya kain
tersebut lebih bersemarak dan hidup. Ragam hias ini biasanya sudah
b. Ragam hias yang bersifat fungsional adalah ragam hias yang ada pada
dekoratif. Walaupun ada kain yang juga bersifat fungsional. Ragam hias pada
meskipun unsur alaminya seperti bunga atau daun tetap terlihat, tetapi
variasi.
animisme. Penamaan motif umumnya diambil dari kejadian alam dan kata-kata
adat. Ragam hias dihubungkan dengan perilaku atau sifat, hukum yang berlaku di
tengah kehidupan sosial (adat istiadat) dan ajaran agama. Seperti falsafah
artinya segala sesuatu yang ada pada alam dan lingkungannya dijadikan sebagai
sumber adat.
dengan songket dari daerah lainnya. Ragam hias songket dari nagari Silungkang
a. Bungo Malur
c. Kudo-kudo
d. Batanduak
e. Pucuak Jawa
f. Pucuak Kelapa
g. Tigobaleh
Gambar 2.14. Kembang manggis berantai atau belah ketupat berantai, merupakan
ragam hias favorit dan paling banyak digunakan
Sumber : Buku Songket Silungkang (Museum Tekstil, 2013)
Gambar 2.16. Burung merak juga merupakan ragam hias favorit, burung
merak diyakini hidup liar di hutan pada zaman dahulu
Sumber : Buku Songket Silungkang (Museum Tekstil, 2013)
45
Motif pucuak rabuang (pucuk rebung) adalah salah satu motif sakral bagi
pada kepala kain sarung, bagian bawah sarung dan ujung selendang. Ragam hias
pucuak rabuang yang artinya, yaitu: bambu yang muda dinamakan rabuang
(rebung), setelah dewasa disebut batuang (betung) dan bambu yang sudah tua
adat dan enak untuk digulai. Betung baik dijadikan pelupuh untuk dinding dan
lantai rumah. Ruyung pun juga mempunyai fungsi yang banyak untuk tiang
pemanfaatan bambu dapat diambil pelajaran agar hidup harus berguna selamanya.
Hidup ketika muda berguna dan hidup ketika tua terpakai. Jangan menjadi orang
yang tidak berjasa atau merusak kehidupan orang lain. (Sativa Sutan Aswar, 1999:
65)
46
Kaluak paku adalah gelung tanaman pakis yang memiliki keindahan dan
kedinamisan. Kaluak paku merupakan bagian dari tanaman paku yang masih
muda yang melingkar atau menggelung ke bagian dalam. Pucuk paku yang pada
ke arah luar. Begitu juga manusia, yang pada tahap awal mengenal dirinya
arah luar). Artinya koreksi kesalahan sendiri, setelah itu baru layak mengoreksi
Motif kaluak paku kacang balimbiang memiliki makna bahwa ketika anak
telah tumbuh dewasa ia menjadi tanggung jawab mamak atau pamannya. Karakter
kacang balimbing ketika sudah matang, kulitnya langsung pecah (bijinya jatuh ke
balimbing adalah sejenis kacang pagar, kulit buahnya yang sudah matang
Laka adalah alas periuk yang terbuat daria anyaman lidi atau rotan yang
dibentuk bundar seperti piring, dipergunakan sebagai alas periuk supaya periuk
dapat diletakkan secara stabil dan sekaligus tidak mengotori lantai. Besar laka
Saluak berarti kait atau jalinan. Saluak laka merupakan jalinan lidi atau
jalinan rotan yang sangat kuat sehingga lidi atau rotan itu menyatu dengan sangat
erat dan mampu menyangga periuk yang lebih besar. Motif ini menggambarkan
dalam menggalang kekuatan untuk mendukung tanggung jawab yang sangat berat.
Anyaman laka sangatlah rapih, tidak terlihat pangkal lidi ataupun ujung
kekuatan tetapi tetap rendah hati. Kekuatan tersebut dibangun atas dasar kerja
kekuatan bersama. Tidak ada individu yang menonjolkan diri atau merasa lebih
Motif itiak pulang patang memiliki makna bahwa hidup dalam masyarakat
haruslah seiya sekata, seiring sejalan dan mematuhi peraturan yang berlaku. Motif
ini ingin mengajak masyarakat untuk bisa hidup bersama dan menggambarkan
keberhasilan. Sajamba makan maksudnya ialah makan beradat dalam upacara adat
di Minangkabau, antara lain makan pada upacara adat. Sajamba makan terdiri dari
empat orang atau enam orang. Motif sajamba makan melambangkan kebersamaan
dalam menikmati rezeki secara bersama-sama tanpa merugikan orang lain serta
tanpa merasa ada yang berlebih atau kurang dan saling menjaga norma dan adat
Tirai merupakan hiasan dari kain yang diletakkan pada dinding, pintu dan
lainnya, yang berfungsi untuk menambah keindahan suasana yang semarak. Motif
Minangkabau. (www.cobaajamungkinbisa.blogspot.com)
bahan-bahan, seperti :
50
a. Benang
Benang tersusun dari serat-serat staple atau filament baik yang berasal dari
alam, sintetis ataupun campuran keduanya. (Dewi Suliyanthini, 2011: 70). Kain
songket silungkang dibentuk dari bahan dasarnya benang tenun yang disebut
benang lusi atau lungsin, dengan satuan ukurannya disebut palu. Hiasan songket
disebut pak. Benang lusi adalah benang yang disusun sejajar atau vertikal pada
alat tenun, sedangkan benang pakan adalah benang yang masuk keluar pada
benang lusi saat menenun. Benang lusi dan benang pakan memiliki dasar yang
berbeda baik pada warna, ukuran, maupun bahan seratnya. Dari perbedaan itulah
yang kemudian melahirkan ragam hias kain songket yang menonjol dan terlihat
Untuk membuat kain songket diperlukan benang dasar dan benang motif.
Benang dasar yang digunakan yaitu benang kapas dan benang sutera, sedangkan
untuk benang motif yang digunakan yaitu benang emas, benang perak, dan
kapas diperoleh dari buah kapas yang dipilin atau dipintal dengan alat
2. Benang sutera yang sudah dikenal di Jawa sejak kira-kira abad ke 10,
Sumatera Barat dan daerah lainnya, seperti Bali, Palembang dan Jepara di
Jawa Tengah.
3. Benang emas dan benang perak sejak dahulu telah diimpor dari Arab dan
India. Benang emas atau perak digunakan sebagai pakan tambahan yang
ditenun bersamaan dengan pakan dasar. Tetapi, saat ini benang emas dan
benang perak banyak diganti dengan kawat atau pita plastik yang dililit
b. Zat Pewarna
akar, daun, buah, dan kulit kayu yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan.
Pada masa lalu pewarnaan benang lusi dilakukan secara tradisional dan
proses pewarnaannya memerlukan waktu yang lama serta proses pengerjaan yang
rumit. Sebelum diberi warna, benang harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan
benang diberi zat pemutih (soda abu). Setelah itu, benang dibagi menjadi
(www.melayuonline.com)
Untuk mencegah agar warna tidak luntur dan pudar sesudah proses
pencelupan maka dalam larutan pewarna ditambahkan zat pembantu yaitu tawas,
garam atau cuka. Hasil dari pencelupan zat warna juga tergantung dari campuran
jumlah bahan pewarna dengan jumlah air. Tetapi, dengan perubahan zaman zat
pembuatan yang lama dan hasil warnanya kurang begitu menarik, maka dari itu
sekarang para pengrajin lebih memilih untuk menggunakan zat pewarna sintetis
yang lebih efisien, karena zat pewarna sintetis lebih mudah didapatkan, lebih
murah, lebih praktis dalam proses penggunaannya, serta warna yang dihasilkan
tekstil.
Kata warna berasal dari bahasa Sansekerta, artinya corak atau rupa. Ada
juga kata yang mendekati warna, seperti rona warna (Jawa). Dalam adat istiadat
Selain warna tersebut, ada beberapa warna lain yang disertakan, yaitu:
masyarakat.
baik.
Pandai Sikek. Alat tenun gedokan di Silungkang dibuat sendiri dan terbuat dari
kayu atau bambu yang disebut “pelantai”. Alat tenun ini berukuran 2 x 1,5 meter.
Pelantai tersebut ditempatkan pada suatu tempat yang disebut pamedangan (tempat
1. Tonggak Pelantai adalah empat tiang kayu utama yang terdapat pada
pelantai dan dihubungkan oleh balok kayu kecil untuk mengikat bagian
3. Tali Karok (gun) dan Tali Sikek (sisir). Tali karok adalah tali untuk
Selayan.
4. Karok (gun) adalah dua mistar yang dilengkapi dengan tali-tali mata Gun
Karok atau gun digunakan untuk mengatur benang lusi yang terletak di
pada dua bilah kayu atau bambu yang terdapat di bagian bawah.
5. Bun Kain (kayu penggulung) dibuat dari kayu berbentuk balok (di
telah di tenun.
6. Bun Benang (kayu penggulung) dibuat dari kayu bulat panjang yang
pelantai.
7. Injak-injak (Tijak-tijak) adalah dua buah bambu atau balok kecil yang
terletak di bawah alat tenun, tepatnya di bawah Karok. Balok atau bilah
8. Balero atau Mistar Silang Lusi adalah dua buah mistar dari bambu atau
kayu yang ringan untuk membagi dua benang lusi menurut hitungan ganjil
dan genap. Balero atau palapah ayam akan mempermudah benang mana
9. Lidi-lidi Sungkitan yang diambil dari daun pohon kelapa (nyiur) atau aren
Sebelum mulai menenun, lidi-lidi ini sudah dipasang pada benang pakan.
10. Pancukia adalah sejenis kayu tipis atau bambu yang dibuat tipis dan
pengrajin dapat menentukan benang mana saja yang akan diungkit untuk
11. Turak adalah alat yang dipergunakan untuk membawa benang lusi dari kiri
ke kanan atau sebaliknya dari kanan ke kiri pada waktu menenun. Turak
50 cm.
12. Tempat duduk pelantai fungsinya yaitu untuk tempat duduk bagi pengrajin
adalah menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos. Dan tahap
kedua adalah menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari
benang pakan. Pada tahap pertama benang-benang yang akan dijadikan kain dasar
arahnya melintang ini menjadi relatif lebih mudah karena masih dibantu dengan
alat yang disebut pancukia. Setelah itu, pengrajin menggerakkan karok dengan
sehingga ketika benang pakan yang digulung pada kasali yang terdapat dalam
skoci atau turak dapat dimasukkan dengan mudah, baik dari arah kiri ke kanan
(melewati seluruh bidang karok) maupun dari kanan ke kiri (secara bergantian).
Benang yang posisinya melintang itu ketika dirapatkan dengan karok yang bersuri
Tahap kedua adalah pembuatan ragam hias dengan benang makao (benang
emas atau benang yang berwarna lain). Ragam hias tenun diciptakan dengan
teknik menenun yang dikenal dengan teknik pakan tambahan. Caranya sedikit
perhitungan yang teliti. Dalam hal ini bagian-bagian yang menggunakan benang
lusi ditentukan dengan alat yang disebut pancukia terbuat dari bambu. Biasanya,
57
pekerjaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena benang makao harus
dihitung satu persatu dari pinggir kanan kain sampai pinggi kiri kain, menurut
hitungan tertentu sesuai dengan contoh motif yang akan dibuat. Setelah jalur
benang makao itu dibuat dengan pancukia, maka ruang untuk meletakkan turak itu
dirapatkan satu demi satu, sehingga membentuk ragam hias yang diinginkan.
Lama tidaknya pembuatan suatu tenun songket ini bergantung pada jenis
tenunan yang dibuat, ukuran, kehalusan, dan kerumitan motifnya. Semakin halus
dan rumit motif songketnya maka semakin lama pengerjaannya. Pembuatan sarung
dan atau kain misalnya, memerlukan waktu kurang lebih satu bulan. Bahkan
pembuatannya bisa lebih dari satu bulan karena setiap harinya seorang pengrajin
adat pada waktu pelaksanaan upacara tertentu. Untuk setiap upacara adat
mempunyai pakaian adat tersendiri yang tergantung pada umur, dan perannya
dalam masyarakat, serta tergantung dengan upacara yang akan dihadiri. (Dinas
pakaian adat yang sama. Gadis remaja yang belum menikah akan berbeda dengan
orang yang sudah menikah dan berbeda juga dengan orang yang sudah
mempunyai anak. Pakaian adat pria kepala suku juga berbeda dengan pakaian adat
orang biasa.
Pemakaian kain tenun songket sebagai bahan busana adat pada mulanya
pemesanan yang ada dipasaran. Walaupun kain tenun songket tradisional sudah
tenun tradisional ini dengan menggunakan dan memakai kain songket ini untuk
b. Selendang/sandang, kain songket ini dipakai pada bahu wanita atau bahu
ikatkan di pinggang.
59
d. Cawek, kain songket ini dipakai khusus oleh laki-laki di pakai sebagai ikat
pinggang.
upacara perkawinan. (Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta, 1996: 42-
43)
daerah pasti mempunyai corak dan ciri khasnya tersendiri. Kain tradisional
merupakan salah satu warisan leluhur dari nenek moyang bangsa Indonesia secara
turun-temurun. Salah satu kain tradisional itu adalah kain songket yang sudah ada
sejak jaman kerajaan Sriwijaya. Kain songket tidak hanya digunakan untuk
upacara adat yang sakral, kini penggunaan kain songket berkembang pesat dan
sudah mulai digunakan untuk busana. Beberapa perancang busana juga membuat
suatu inovasi pada kain songket menjadi suatu produk yang dapat disesuaikan
Songket Palembang dan Songket Pandai Sikek adalah kain songket yang
sangat terkenal berasal dari daerah Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. Padahal
masih banyak daerah lainnya yang juga menghasilkan kain-kain songket yang
indah. Seperti di Padang, selain songket pandai sikek yang terkenal dengan
Silungkang juga mempunyai kain songket yang disebut dengan kain songket
60
alam sekitar. Motif-motif yang ada pada kain songket memperlihatkan ajaran dan
adat istiadat masyarakat Minangkabau itu terlihat dari pepatah “Alam terkembang
jadi guru”, artinya yaitu segala sesuatu yang ada pada alam dan lingkungannya
menyusun benang dasar sampai dengan pembuatan ragam hias dilakukan secara
manual oleh para penenun. Berbekal pengetahuan pembuatan kain songket secara
acara adat seperti meminang, pernikahan, menyemat gelar adat, mendirikan rumah
Dalam penelitian ini akan mengetahui songket Silungkang yang selama ini
kurang dikenal, dilihat dari ragam hias dan juga mengetahui makna dari ragam
oleh masyarakat dari daerah Silungkang saja, tetapi juga dapat dikenal oleh
METODE PENELITIAN
ruang lingkupnya, yaitu mengkaji bentuk kain songket Silungkang yang terkait
dengan ragam hias, proses pembuatan, serta fungsi dari kain songket Silungkang,
satu daerah yang banyak terdapat pengrajin kain songket Silungkang, serta Dinas
sesuai dengan tujuan peneliti yaitu untuk mendapatkan informasi atau gambaran
mengenai perkembangan kain songket Silungkang. Maka dari itu, metode yang
61
62
tempat atau lokasi dilapangan. Sementara itu, Nawawi dan Martini (1994: 73)
karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan memanipulasi
antar peneliti dan informan, objek atau subjek yang diteliti juga sesuai dengan apa
adanya.
63
ini peneliti akan mengkaji dari segi ragam hias, proses pembuatan, dan fungsi.
pemakaian)
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
3. Ada berapa macam ragam hias yang dimiliki kain songket Silungkang?
1. Sumber Tertulis
dengan mengumpulkan data dari sumber tertulis yaitu studi pustaka yang
bertujuan untuk membantu menelaah konsep yang relevan dengan masalah, dalam
dahulu menggunakan teori sebagai alat, ukuran, dan bahkan instrumen untuk
Arikunto, 1995, 26) Data-data yang diperoleh dari buku, kamus, majalah, koran,
2. Observasi
obyek yang dikaji, peneliti dalam penelitian ini menggunakan observasi pasif
yaitu peneliti datang ke tempat pengrajin songket melihat secara langsung proses
pemasangan benang ke alat tenun, sampai proses menenun, tetapi tidak ikut
adanya pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. (Moh Nazir, 2005:
175) Dalam penelitian ini dilakukan observasi langsung kepada pengrajin tenun
3. Wawancara
responden atau informan dengan cara tatap muka dan berdialog. Wawancara
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
(panduan wawancara). (Moh Nazir, 2005: 194) Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara terbuka yang artinya bahwa informan atau orang yang diwawancarai
itu mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai serta mengetahui tujuan dari
teknik non probabilitas, yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang tidak
peneliti yang didasarkan pada jangkauan dan kedalaman masalah yang akan
diteliti, konsekuensi dari dasar pemikiran tersebut adalah pemilihan sampel tidak
tergantung pada kuantitas tetapi lebih kepada kualitas orang yang akan diteliti
atau informan yang terpilih adalah orang-orang yang mengerti dan mengetahui
4. Dokumentasi
berupa foto-foto, gambar bentuk motif kain songket Silungkang yang dijadikan
ragam hias pada kain songket Silungkang, proses pembuatan, dan semua yang
data, digunakan handphone untuk merekam dan mengambil foto pada saat
wawancara.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting
67
dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga alur yang meliputi reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. (Matthew B. Milles dan
A. Michael Huberman, 1992: 16) Ketiga kegiatan tersebut saling berkaitan satu
sama lain pada saat pengumpulan data dan setelah pengumpulan data. Artinya,
tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik tersebut bertujuan
pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. (Sugiyono, 2002: 241)
Untuk keperluan pengecekan terhadap data itu, data yang berasal dari
data-data dari kenyataan yang diperoleh di lapangan, yaitu hasil wawancara dari
Serta data-data visual berupa foto bentuk dari kain songket Silungkang. Teknik
69
ada tidaknya kecocokan antara data yang diperoleh dari sumber tertulis dengan
secara deduktif, yaitu yang bersifat umum mengenai kain songket Silungkang,
sampai yang bersifat khusus yaitu produk busana dari kain songket Silungkang.
BAB IV
TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN
Sawahlunto-Solok.
pada gugusan Bukit Barisan yang terletak di antara Solok dan Sawahlunto. Nagari
ini dilingkari oleh bukit-bukit dan rimba-rimba pada dinding sebelah kiri dan
dengan para penenun dan tukang hani yang bekerja di rumah-rumah mereka di
Hampir disetiap rumah di daerah ini terdapat para penenun dan tukang
70
71
1. Ibu Rita Kurnia – umur 51 tahun adalah pemilik, pengrajin, dan pengusaha
“INJ” salah satu toko dan tempat pembuatan songket Silungkang. Seorang
Silungkang.
“Ellen Songket” salah satu toko dan tempat pembuatan songket Silungkang.
Silungkang
Batu Mananggau
Silungkang III
72
Sumatera, Desa
Silungkang
Sawahlunto
Barangin, Kota
Sawahlunto
Batu Mananggau
Silungkang III
dengan pertanyaan yang menyangkut motif, proses pembuatan, serta fungsi kain
sendiri setelah menganalisis data yang diperoleh dari lapangan dan berdasarkan
dalam. Arti alam bagi mereka bukan hanya sebagai tempat lahir, hidup,
berkembang dan mati saja, akan tetapi alam dimaknai sebagai penuntun hidup
kelompok.
tetap memperhitungkan nilai keindahan secara kasat mata, sehingga motif yang
dibuat tidak hanya sarat dengan makna tetapi juga keindahan. Songket
Minangkabau.
dan lain sebagainya. Nilai keindahan tercermin dari motif ragam hiasnya yang
nama motif ini dihubungkan dengan petatah-petitih yang mempunyai arti filosofi
tentang adat dan masyarakatnya. Setiap bentuk yang diwujudkan mempunyai arti
tersendiri yang mendalam dan berkaitan dengan kepribadian. Ragam hias (motif)
dihubungkan dengan perilaku atau sifat, hukum yang berlaku di tengah kehidupan
Jadi, dari penuturan para informan dapat disimpulkan bahwa kain songket
Silungkang adalah kain yang di tenun oleh penduduk di desa Silungkang dan
ditenun dengan proses menjungkit benang lusi sehingga membuat beraneka ragam
corak hias. Kain songket Silungkang ditenun dengan menggunakan alat tenun
bukan mesin (ATBM) yang dikerjakan secara tradisional (manual oleh tangan).
75
Sejak beratus-ratus tahun yang lalu kain songket Silungkang sudah dibuat di
desa Silungkang, tetapi waktu yang tepatnya pembuatan kain songket Silungkang
belum diketahui dengan pasti dan para informan juga kurang begitu mengetahui
“....Kalau itu kurang tahu, itu sudah ada dari generasi ke generasi....”
(HW3)
Menurut informan HW4 kain songket Silungkang sudah ada sejak abad ke-
indah berupa songket dari negeri Siam (Thailand) dan negeri Jiran (Malaysia)
pada waktu itu. Penduduk Silungkang mengenal kain songket melalui jalur
mempelajari pembuatan kain songket dan sampai sekarang menenun kain songket
HW3 menenun kain songket Silungkang juga dikerjakan oleh penduduk di kota
76
Sawahlunto. Orang Silungkang yang mempunyai modal lebih atau disebut dengan
“induak semang” (si pemberi kerja), memperkerjakan tenaga kerja (anak buah)
yang berasal dari luar daerah Silungkang dan upah yang dibayarkan ke penenun
moyang....” (HW1)
(HW2)
“....Awal mulanya songket ini dari Silungkang konon yang menenun orang
Sawahlunto istilahnya anak tenun atau buahnya. Jadi, orang Lunto ini
yang menenun dan songket ini juga kebanyakan dibuat di Lunto cuma
bawa oleh Hulu balang Tuanku Baginda Ali pada abad 16, kain tenun
benang emas dan perak yang dilakukan dengan proses menyungkit benang
lusi dan membuat beraneka ragam corak hias dari hasil proses tenun
tersebut....” (HW4)
77
kolonial Belanda pada tahun 1930-an. Terdapat beberapa modifikasi pada alat
tenunnya, diantaranya pada bangku tempat duduk penenun, dan karok atau gun
yang dapat dinaikkan dan diturunkan dengan pijakan kaki pada pedal yang
untuk pertenunan seperti benang yang didatangkan dari berbagai negara (Jepang,
Inggris, dan Cina), serta mempromosikan produk songket Silungkang secara luas
dan juga membentuk sebuah badan yang bernama K.O.T.S (Kantor Oeroesan
juga dengan berdirinya badan tersebut maka pemerintahan Belanda dapat bekerja
diikutsertakan pada suatu kegiatan pameran di Belgia pada tahun 1910 “Royaume
sangat sederhana dan hasilnya berupa kain songket dengan desain yang unik dan
perunggu).
Ragam hias (motif) dan warna merupakan salah satu dalam unsur prinsip
dan desain yang diperlukan dalam membuat desain sehingga orang lain dapat
membaca desain tersebut, sama halnya untuk membuat kain songket diperlukan
unsur tersebut baik dari ragam hias dan warna yang terdapat di dalam kain
songket Silungkang.
HW2, HW3, HW4, dan HW5) memiliki persamaan jawaban yaitu ragam hiasnya
terinspiasi dari hewan, tumbuhan, bangun ruang, dan benda alam disekitarnya.
Ragam hias yang diciptakan pada songket Silungkang berasal dari lingkungan
disekitarnya, seperti motif itiak pulang patang, pucuak rabuang, burung dalam
79
rimbo, burung merak, saik kalamai, sipikar, tampok manggis, rangkiang (lumbung
Ragam hias songket Silungkang sangat beragam, ada sekitar ratusan motif
yang dimiliki oleh songket Silungkang, ini dibuktikan dengan adanya observasi
“....Yang dipatenkan saja ada sekitar 300 motif dan banyak juga motif-
lain berasal dari motif hewan, tumbuhan, bangun ruang dan lainnya....”
(HW4)
Beberapa ragam hias songket Silungkang lama yang terdapat di koleksi Museum
Tekstil Jakarta.
Cawek ini ditenun oleh Andeh Kiah pada abad ke-19 di Silungkang.
Terdapat 9 lajur lebar songket pada satu setengah bagian, 3 lajur sempit pada
80
setengah bagian lainnya, masing-masing memiliki ragam hias berbeda dari yang
lain.
Keterangan :
Selendang di atas dibuat akhir abad ke-19. Ragam hias pucuk pakis
dibagian sisi bawah kain yang hanya ditemukan pada songket Silungkang.
Gambar 4.5. Songket yang dibuat sekitar tahun 1970-an atau 1980-an
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Keterangan :
a. Memiliki salah satu ciri khas tenun Silungkang berupa ragam hias
a b
Keterangan :
b. Ragam hias batabuar berupa motif lumbung padi (rangkiang) pada badan
kain
83
Keterangan :
a. Ragam hias geometris dan motif pohon cemara pada pinggiran kain
Motif pucuak rabuang merupakan salah satu motif yang menjadi ciri khas
dari songket Silungkang. Motif pucuk rabuang terdapat pada kepala kain, bagian
karena pucuak rabuang mempunyai arti rabuang (rebung) adalah bambu yang
masih muda, setelah dewasa disebut batuang (betung) dan bambu yang sudah tua
84
agar hidup harus berguna selamanya. Hidup ketika muda berguna dan hidup
ketika tua terpakai. Dibawah ini merupakan motif pucuak rabuang yang sudah
dimodifikasi.
a b
Keterangan :
a b
Gambar 4.11. Ragam hias pinggiran pada kain songket dengan menggunakan
benang perak
Sumber : Dokumentasi pribadi
Keterangan :
a b c
Gambar 4.12. Ragam hias pinggiran pada kain songket dengan menggunakan
benang emas
Sumber : Dokumentasi pribadi
Keterangan :
b. Motif bunga
yang sesuai dengan nama dari motif itu sendiri, tetapi sekarang motif songket
Silungkang sudah tidak mempunyai arti atau makna yang khusus lagi karena para
penenun sudah memodifikasi pada motifnya. Informan HW1, HW2, HW3, dan
HW5 juga memiliki persamaan jawaban tentang makna dari motif kain songket
Silungkang mempunyai makna yang sesuai dengan adat istiadat dan ajaran agama
menjadi bambu yang artinya itu serba guna, tetapi kalau sekarang motif
konsumen....” (HW2)
“....Iya, tapi sekarang itu bikin motif yang terbaru saja kadang ada
makna, kadang tidak ada makna, tetapi kalau dahulu itu pasti memiliki
makna....” (HW3)
pada umumnya arti dari semua motif adalah hal-hal yang baik sesuai
(HW4)
“....Tidak ada, dahulu ada maknanya tetapi saya kurang begitu tahu....”
(HW5)
penenun sudah menciptakan motif kain songket Silungkang yang baru tetapi,
motif dari kain songket Silungkang yang lama pun masih digunakan oleh para
89
yang menjadi ciri khas dari daerahnya. Tetapi, informan HW2 dalam menciptakan
motif songket Silungkang yang baru sudah mulai berinovasi ke teknologi yang
“....Iya, tetapi ada juga yang masih menggunakan motif yang lama....”
(HW3)
warna juga merupakan salah satu unsur desain. Warna yang digunakan pada kain
identik dengan warna-warna yang cerah. Warna yang dihasilkan kain songket
Silungkang juga tergantung dari perpaduan warna benang pakan dengan warna
90
benang lusi yang digunakan. Ini dibuktikan dengan adanya observasi dan
“....Semua warna digunakan, ada hijau, kuning, coklat muda, coklat tua,
banyak....” (HW1)
dengan warna apa yang sedang trend di tahun 2014 dan tahun 2015, kita
coklat, hijau, dll. Misalnya benang lusi warnanya orange, benang pakan
Warna yang ada pada kain songket Silungkang juga tidak mempunyai
makna (arti) yang khusus, karena para penenun hanya menggunakan warna-warna
memperdulikan arti dari warna yang digunakan. Tetapi, Informan HW2 dalam
membuat kain songket Silungkang menggunakan warna yang sesuai dengan trend
Silungkang sesuai dengan buku teori warna. Sedangkan, menurut informan HW1
91
dan HW4 warna merah dan kuning yang terdapat pada kain songket Silungkang
merah....” (HW1)
“....Iya, arti dari warnanya kita ambil di buku kombinasi warna dan
internet....” (HW2)
“....Iya, misalnya kalau warna hitam sering dipakai pada acara kematian,
Silungkang yang sekarang, terdapat pada motif dan warnanya. Menurut informan
HW2 dan HW5 motif kain songket Silungkang yang lama sudah sedikit di ubah
menggunakan motif lama yang dikombinasikan dengan motif songket yang baru.
Warna yang digunakan kain songket Silungkang yang sekarang juga lebih
beragam. Tidak hanya mengalami perubahan dari segi motif dan warnanya saja
tetapi, benang yang digunakan untuk menenun kain songket Silungkang juga
92
mengalami perubahan. Menurut informan HW1, HW3, dan HW4 pembuatan kain
songket Silungkang tidak hanya menggunakan benang katun dan sutera saja,
“....Perbedaan yang dahulu dan yang sekarang itu dari segi warna dan
motif. Motif yang sekarang itu lebih maju karena motif yang lama
“....Perbedaan yang dahulu dan yang sekarang itu dari motif, warna, dan
benang....” (HW3)
dapat membuat motif sesuai dengan keinginannya, tetapi motif yang lama
dengan kain songket dari daerah lainnya. Para informan memiliki pendapat
beragam tentang ciri khas dari kain songket Silungkang tersebut. Menurut
informan HW1 ciri khas dari kain songket Silungkang yaitu bahannya yang
93
ringan, simpel dan mudah sehingga bisa dibikin baju, sedangkan menurut
informan HW2, HW3, HW4, dan HW5 ciri khas kain songket Silungkang terdapat
pada motifnya yang berasal dari lingkungan disekitar. Dalam satu lembar kain
songket terdapat beberapa macam motif yang menjadi satu kesatuan dan biasanya
bahannya juga dari sini, cara pengerjaannya juga hampir sama, cuma
simpel, mudah, tidak berat seperti Pandai Sikek dan juga gun (tempat
kotak....” (HW1)
dikembangkan....” (HW2)
Luntonya itu iya hampir-hampir sama dengan Silungkang karena motif itu
sekitar seperti ragam hias burung merak, burung dalam rimba, pucuak
94
(HW4)
Songket Silungkang menurut motifnya terdiri dari dua jenis yaitu kain
songket balopak (motifnya penuh) dan kain songket batubuar (motifnya tidak
penuh atau tersebar). Kain songket balopak harganya lebih mahal dibandingkan
dengan kain songket batubuar. Kain songket Silungkang dapat dipesan sesuai
dengan keinginan konsumen baik dari segi motif maupun dari warnanya.
Gambar 4.13. Songket balopak dengan motif burung merak. Benang berwarna
merah untuk bagian dasar atau lusi dan benang emas untuk motif atau pakan.
Sumber : Dokumentasi ribadi
Ragam hias pada selendang di atas berupa motif pucuak rabuang pada
bagian kepala kain, motif bunga pada pinggiran kain, dan motif bunga pada badan
kain. Selendang ini menggunakan benang berwarna pink pada motif dan benang
berwarna putih di bagian dasar. Selendang ukuran besar ini mempunyai lebar
(pakan) 50 cm dan panjang (lusi) 170 cm. Pada bagian ujung selendang diberi
Ragam hias pada selendang ini berupa motif pucuak rabuang pada bagian
kepala kain, motif geometris pada pinggiran kain, dan motif bunga pada badan
kain. Selendang ini merupakan jenis kristal karena terbuat dari benang metalik
berwarna hijau untuk bagian dasar, sehingga selendang ini terlihat lebih berkilau
dan untuk motifnya menggunakan benang perak. Selendang ukuran besar ini
mempunyai lebar (pakan) 50 cm dan panjang (lusi) 170 cm. Pada bagian ujung
tersebut.
96
Ragam hias pada selendang ini berupa motif pucuak rabuang pada bagian
kepala kain, motif geometris pada pinggiran kain, dan sulaman benang dengan
motif bunga pada badan kain. Benang berwarna merah untuk bagian dasar dan
benang perak untuk motif. Selendang ukuran besar ini mempunyai lebar (pakan)
50 cm dan panjang (lusi) 170 cm. Pada bagian ujung selendang diberi hiasan
Ragam hias pada songket dan selendang di atas berupa motif pucuak
rabuang pada bagian kepala kain, motif geometris pada pinggiran kain, dan motif
bunga pada badan kain. Benang berwarna ungu untuk bagian dasar dan benang
perak untuk motif. Songket pada gambar diatas mempunyai ukuran lebar (pakan)
tambahan dan terdiri dari lajur-lajur vertikal berwarna hijau dan ungu, beberapa
lajur dihiasi dengan motif bunga. Ragam hias pada selendang ini berupa motif
pucuak rabuang pada pinggiran kain. Songket pada gambar diatas mempunyai
ukuran kecil mempunyai lebar (pakan) 30 cm dan panjang (lusi) 160 cm.
98
Gambar 4.19. Songket dan selendang batubuar dengan jenis songket cantik manis
Sumber : Dokumentasi pribadi
tambahan dan juga menggunakan benang berwarna lain pada benang pakan.
Dibagian kepala dan badan kain diberi teknik pakan tambahan pada motif bunga.
Pada motif bunga menggunakan benang berwarna-warni agar terkesan lebih ceria
dan modern.
Ragam hias pada songket dan selendang ini berupa motif bunga pada
bagian kepala kain, motif rangkiang (lumbung padi) pada pinggiran kain, dan
motif bunga pada badan kain. Benang berwarna hitam digunakan pada bagian
dasar dan benang berwarna pink pada motif. Songket pada gambar diatas
selendang ukuran kecil mempunyai lebar (pakan) 40 cm dan panjang (lusi) 160
cm.
Pada saat ini, penenun di daerah Silungkang tidak hanya menenun untuk
kain songket, tetapi para penenun mulai menenun untuk bahan baju. Bahan baju
banyak diminati oleh konsumen, karena bahannya yang ringan, simpel dan bisa
digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Bahan baju ini juga memiliki bermacam-
99
macam ragam hias yang sudah dikembangkan oleh penenun dan warnanya juga
sangat beragam.
1.
2.
4.
6.
7.
8.
Motif anggur
Motif kipas-kipas
10.
11.
12.
atau dikerjakan secara manual oleh tangan. Menenun songket dikerjakan secara
Silungkang saja tetapi di daerah sekitar desa Silungkang seperti kota Sawahlunto
Dari wawancara dengan kelima informan (HW1, HW2, HW3, HW4 dan
(HW1)
“....Dari mulai benang itu dicelup, dipintal, dihani, dibikin gun (istilah
(HW2)
sistem jungkit atau anyaman, yang terdiri dari benang rentang dan
107
pakan dan setiap rentang jarak tertentu di beri motif baik memakai
Jadi, dari penuturan para informan dapat disimpulkan bahwa proses dari
dipintal)
4. Membuat motif
5. Menenun
dengan pembuatan kain songket dari daerah lainnya seperti penuturan dari kelima
informan (HW1, HW2, HW3, HW4, dan HW5). Setiap proses menenun
dikerjakan oleh beberapa orang, ada yang pekerja khusus untuk menuring,
perorangan, tetapi jika penenun belum bisa untuk membuat motif biasanya proses
(HW1)
“....7 orang. Tukang celup, tukang pemintal benang, tukang hani, tukang
bikin motif dan menenun 1 orang, tetapi kalau penenun yang tidak bisa
Waktu yang diperlukan dari proses awal hingga menjadi selembar kain
dan proses menenun membutuhkan waktu kurang lebih 1 minggu sampai 1 bulan.
Lamanya pembuatan kain songket tergantung dari rumit atau tidaknya motif yang
akan dikerjakan. Semakin rumit dan penuh motif pada kain songket, maka waktu
“....Bahan baju 3 hari, jika motif yang penuh waktunya bisa sampai
waktu 1 minggu, jika motifnya agak rumit bisa sampai 1 bulan....” (HW2)
kira 15 hari, tetapi jika proses menenun tergantung dari motif, membuat
songket baju ini bisa 2 hari 1 helai bahan baju, kalau songket bisa 2
minggu....”(HW3)
waktu 1 minggu, jika motifnya agak rumit bisa sampai 1 bulan....” (HW5)
pengerjaannya yang lama dan hasilnya yang terkadang juga kurang memuaskan.
Maka dari itu, penenun lebih memilih untuk menggunakan pewarna sintetis,
karena warnanya yang lebih menarik dan juga tidak mudah luntur.
menggunakan benang katun atau benang sutera, tetapi sekarang penenun sudah
biasanya menggunakan benang macau emas atau perak, tetapi tidak hanya
menggunakan benang emas atau perak saja, sekarang membuat motif pada kain
songket Silungkang juga dapat menggunakan benang katun, benang sutera dan
benang polyester (sintetis) seperti, benang rayon, bordir, metalik, dan lainnya,
110
sehingga warna yang dihasilkan jadi sangat beragam dan benangnya yang mudah
didapat.
benang sutera, benang makau juga bisa digunakan untuk baju dan
Jepang....” (HW2)
Gambar 4.23. Benang sintetis untuk pakan juga menggunakan benang bordir
Sumber : Dokumentasi pribadi
diletakkan di rak benang, kemudian benang melewati karok dan sisir, setelah itu
benang digulung ke gun. Di gun terdapat 2.900 lembar benang. Panjang benang
yang ada di gun bisa mencapai 50 meter dan beratnya kurang lebih 3 kg.
112
1.
Rak benang
2.
Karok
113
3.
Sisir
4.
Gun
selesai, maka proses selanjutnya yaitu memasang benang dari gun ke alat karok,
untuk memisahkan
114
lainnya
dapat menentukan
diungkit
terletak dibagian
untuk merapatkan
benang
selesai ditenun
dan agar
memudahkan untuk
digerak-gerakan
juga untuk
memisahkan karok
depan belakang
alat tenun dari daerah lainnya, cuma yang membedakan di setiap daerah yaitu dari
penyebutan nama alatnya. Tetapi, menurut informan HW1 gun yang digunakan di
gunnya berbentuk bulat, dan di Pandai Sikek dan Payakumbuh gunnya berbentuk
kotak. Sedangkan, menurut informan HW3, HW4, dan HW5 alat tenunnya yang
116
digunakan di desa Silungkang tidak ada perbedaan dengan alat tenun dari daerah
lainnya.
orang yang khusus, karena dalam proses ini membutuhkan ketelitian dan
kesabaran, benang dari gun, satu demi satu (helai demi helai) disambungkan ke
karok. Setelah proses mangarok selesai, maka gun benang dan gun kain
dahulu. Motif yang akan digunakan pada kepala, badan, dan pinggiran kain
digambar di kertas kotak-kotak, karena jika gambarnya kecil, tetapi ketika ditenun
motifnya menjadi besar, nanti hasil antara gambar dan motif tidak akan sama. Dan
menghitung benang motif dialat tenun. Motif yang akan digunakan pada kepala,
badan, dan pinggiran kain sesuai dengan keinginan dari penenun itu sendiri,
118
penenun dapat memodifikasi motif yang dia inginkan, dan juga konsumen dapat
dipindahkan ke alat tenun (benang lusi), hitungannya sesuai dengan motif yang
sudah digambar. Gambar yang terlihat di kertas itu yang akan menjadi motif,
tetapi jika gambarnya kosong maka itu yang akan menjadi tenunan polos (tidak
ada motif). Membuat motif pada alat tenun menggunakan benang nylon putih,
selain itu benang juga akan mempermudah memisahkan motif yang satu dengan
yang lain.
proses menenun kain songket dari daerah lainnya. Dalam membuat selembar kain
(HW1, HW2, HW3, HW4, dan HW5) kesulitan dalam membuat kain songket
“....Tergantung dari motifnya dan juga kalau benang putus harus segara
dibiarkan....” (HW1)
119
juga kurang bagus kita bertenun juga agak susah, kainnya juga ikut tidak
bagus....” (HW2)
benangnya lapuk atau jelek jadi sering putus, hasilnya juga kurang bagus
dan kesulitan untuk membuat motif itu jika digambarnya kecil, tapi pas di
alat tenunannya besar, jadi harus dibesarin dulu gambarnya, kalau tidak
benangnya itu juga harus dihitung supaya gambarnya itu pas, jika
gambarnya kebesaran juga tidak bagus, jadi harus dipikirin motifnya yang
dalam membuat selembar kain songket Silungkang yang paling utama yaitu pada
motifnya, jika motifnya penuh maka proses pengerjaannya juga akan semakin
lama, dan juga pada kualitas benang yang digunakan, serta dari peralatan yang
mengandalkan dari Sumber Daya Manusia (SDM), tetapi harus didukung oleh
peralatan dan benang dengan kualitas yang baik agar hasil tenunannya juga bagus.
120
1.
2.
3.
Injak bagian bawah pedal untuk memisahkan karok depan dan belakang
4.
Masukkan benang pakan dari kiri ke kanan dan sebaliknya dari kanan ke
kiri
122
5.
6.
ditenun lagi sekitar 1 cm, baru kemudian digunting dibagian belakang atau
ujung songketnya
123
kain songket Silungkang juga dapat dikerjakan oleh penduduk di luar desa
Silungkang. Orang yang berasal dari pulau Jawa juga bisa mempelajari cara
menenun kain songket Silungkang, tetapi mereka hanya diajarkan cara untuk
menenun kain songket saja, untuk motifnya tetap dikerjakan oleh penduduk di
desa Silungkang.
“....Dapat juga dikerjakan oleh orang luar, seperti orang jawa. Kalau
orang dari luar pulau itu dia hanya menenun saja....” (HW2)
Silungkang, banyak orang dari pulau jawa yang belajar untuk menenun,
tetapi mereka hanya menenun songket saja, mereka tidak bisa untuk
sampai usia kurang lebih 70 tahun (sampai penenun tersebut kuat untuk
124
menenun). Jadi, memulai menenun tidak ada batasannya dan mengakhirinya pun
juga tidak ada batasannya. Laki-laki juga dapat menenun kain songket
Silungkang, karena dalam menenun kain songket Silungkang tidak ada aturan
yang khusus, perempuan atau laki-laki sama saja tidak ada perbedaannya Tetapi,
menurut informan HW1, HW4, dan HW5 menuturkan bahwa penenun perempuan
menurut informan HW2 dan HW3 proses menenun yang dikerjakan di awal
Biasanya kain songket hanya terdiri dari dua warna yaitu, warna yang
digunakan pada bagian dasar songket (benang lusi) dan warna yang digunakan
pada motif (benang pakan). Tetapi, sekarang para penenun mulai membuat suatu
125
inovasi yang baru pada ragam hias kain songket Silungkang, yaitu ragam hias
Dalam satu lembar kain songket benang yang digunakan untuk benang
pakan tidak hanya menggunakan satu warna saja, tetapi bisa terdapat beberapa
macam warna benang (lima sampai tujuh warna) yang berbeda. Benang pakan
tidak hanya menggunakan benang emas atau perak saja, tetapi ditambahkan
dengan benang berwarna lainnya seperti benang katun, sutera, atau polyester.
motif harus dihitung sesuai dengan motif yang akan dibuat. Proses menenun
songket jenis cantik manis, hampir sama dengan jenis songket yang lainnya hanya
tahap, pertama benang yang berwarna dihitung sesuai dengan motif yang akan
dibuat dan dimasukkan terlebih dahulu ke pakan, dan tahap kedua baru masukkan
benang emas atau perak (macau) ke alat tenun dari kiri ke kanan atau dari kanan
Gambar 4.27. Songket dan selendang cantik manis. Benang yang digunakan pada
ragam hias mempunyai warna berbeda-beda.
Sumber : Dokumentasi pribadi
126
pada kain songket ditentukan dari benang yang digunakan dan kerapatan
benangnya ketika ditenun. Tekstur yang halus itu hasil tenunannya lebih rapat dan
lebih susah membuatnya, sedangkan tekstur yang kasar lebih mudah untuk
“....Ada yang kasar dan ada yang halus. Bedanya benangnya 1 maka
Bahannya juga macam-macam kalau mau lembut dari sutera dan katun,
“....Teksturnya ada yang kasar atau halus itu tergantung dari pengunaan
“....Tekstur nya terbagi dua, ada yang sangat lembut dan standar....”
(HW4)
“....Teksturnya ada yang halus dan kasar. Tekstur yang halus itu
tenunannya lebih rapat dan lebih susah membuatnya harganya juga lebih
Cawek atau cawat merupakan kain songket yang dipakai khusus oleh laki-
laki, berupa kain berbentuk memanjang yang pada zaman dahulu digunakan
127
panjang, kain tersebut kemudian digunakan sebagai ikat pinggang dan sekarang
Teknik pakan tambahan digunakan pada cawek diatas dengan ragam hias
berwarna biru kehitaman dan merah, yang diatur dalam jalur horizontal. Pakan
berwarna biru tua terbuat dari katun. Ditenun oleh Andeh Kiah pada abad ke 19 di
Silungkang.
digunakan untuk menutupi bagian pribadi laki-laki. Pada kedua ujung ikat
pinggang menggantung ke bawah di bagian depan dan di atas kain sarung atau
celana. Selain itu, selendang songket juga digunakan oleh perempuan yang
dililitkan di kepala membentuk tutup kepala yang menyerupai tanduk, tetapi dapat
Selendang songket yang kaku sangat baik digunakan sebagai tutup kepala
berbentuk “tanduk” yang terkenal dari Sumatera Barat, dipakai dengan melipat
menjadi dua bagian yang memanjang. Dapat juga digunakan tanpa dilipat, sebagai
selendang dengan pakaian formal untuk upacara adat. Bagian yang gelap di
Selendang ini dibuat pada abad ke-19 biasanya digunakan sebagai tutup
kepala atau dilipat dan disampirkan di bahu oleh seorang tokoh perempuan
penting dalam masyarakat atau dipakai dengan cara disampirkan di leher seorang
Datuk.
129
Silungkang juga dapat digunakan untuk acara pesta pernikahan, baju seragam
(HW4)
Menurut kelima informan (HW1, HW2, HW3, HW4, dan HW5) songket
HW1 mengatakan bahwa kain dengan motif songket Silungkang digunakan setiap
“....Iya....” (HW2)
“....Bisa....” (HW4)
Jadi, dari penuturan para informan dapat disimpulkan bahwa kain songket
yang dahulunya digunakan untuk pakaian adat, tetapi sekarang juga dapat
untuk kegiatan sehari-hari tetapi, dari dahulu sampai sekarang masyarakat di desa
dimana saja tetapi, untuk kain songket yang berat (kain songket jenis batubuar)
“....Untuk bahan baju bebas, tetapi jika songket yang berat atau penuh itu
“....Tidak ada, tapi kalau menggunakan kain songket itu pada tempatnya
HW5), songket Silungkang tidak mengkhususkan pada motif dan warna ketika
digunakan, karena motif dan warna yang digunakan tidak mengandung makna
khusus dan dapat dipakai oleh siapa saja. Pemakain kain songket juga tidak
dibatasi dari usia anak-anak sampai usia dewasa, baik dari wanita maupun pria
dapat memakai kain songket Silungkang. Hanya saja, bahan baju atau songket
baju untuk perempuan dengan laki-laki yang membedakannya yaitu pada motif
dan warnanya.
“....Untuk bahan baju hampir sama tidak ada perbedaan, paling yang
untuk laki-laki warnannya yang berbeda untuk motif sama saja....” (HW1)
“....Iya, untuk yang laki-laki menggunakan motif yang agak simple dan
seperti celana pake sisamping. Dan juga tergantung warna dan motif....”
(HW3)
Gambar 4.31. Baju dan songket yang digunakan untuk busana pesta
Sumber : Dokumentasi pribadi
Sawahlunto mulai dari kota Bukit Tinggi, Padang, Pekanbaru, Medan, Jakarta,
website dan bisa menerima pesanan via online (Facebook, Instagram, BBM, dan
WhatsApp). Selain membuat kain songket para penenun juga membuat produk-
produk lainnya supaya lebih menarik minat konsumen dalam membeli kain khas
dari desa Silungkang tersebut. Beberapa produk yang dihasilkan para penenun
“....Baju, dasi, tas bisa dibikin cuma biasanya dari kain perca, jika taplak
“....Dasi dan tas itu menggunakan bahan yang sisa-sisa saja dan itu juga
“....Dasi yang paling kecil, baju, taplak meja, gambar dinding, dan tas
kita memberikan bahan songketnya saja karena kita belum bisa menjahit
tas....” (HW3)
“....Baju, kemeja, dasi, peci, dompet, tas, taplak meja, gambar dinding
....” (HW4)
“....Dulu dibuat untuk baju kurung, sekarang untuk baju pesta, gaun, dasi,
tempat handphone, tas tapi yang bikin jarang karena tidak ada orang
Jadi, dari penuturan para informan dapat disimpulkan bahwa bahan baju
atau songket baju yang ditenun oleh penenun yang dijual di toko-toko tenun
perempuan. Dasi juga merupakan produk yang banyak dijual di toko-toko tenun di
diwajibkan untuk menggunakan dasi dari motif kain songket Kain songket
Silungkang tidak hanya terbatas untuk busana pria dan wanita saja, tetapi juga
bisa dibuat untuk dekorasi dan aksesoris lainnya seperti, tas, gambar dinding,
taplak meja, kaligrafi, sarung bantal, dan lainnya tetapi, barang-barang tersebut
harus dipesan langsung kepada penenun, karena penenun lebih fokus untuk
mengerjakan kain songket dan bahan baju. Aksesoris dari kain songket
Silungkang juga kurang diminati oleh konsumen, karena tidak adanya pengrajin
yang membuat suatu kreativitas atau inovasi yang baru dari kain songket
Silungkang.
134
lain :
terdapat pada kain songket Silungkang, proses pembuatan, dan fungsi dari kain
songket Silungkang. Data yang diperoleh selama proses penelitian dibahas dengan
sangat beragam, ada sekitar ratusan motif yang dimiliki oleh songket Silungkang.
Adapun ragam hias songket Silungkang terinspirasi dari flora, fauna, bangun
beragam....”
Indonesia menjelaskan bahwa ragam hias dapat berupa tenunan, tulisan pada kain
(misalnya batik atau songket), ukiran, pahatan pada kayu atau batu. Berdasarkan
pembuatan kain songket. Ragam hias diperoleh dengan cara menenun, membatik,
printing, melukis, atau menyulam. Setiap ragam hias yang diciptakan mewakili
simbol atau makna tertentu tentang adat istiadat dan kehidupan masyarakatnya.
136
137
secara realis (nyata), meskipun unsur alaminya seperti bunga atau daun tetap
berbagai variasi. Penamaan pada motif umumnya berdasarkan pada nama tanaman
dan binatang, tetapi ada juga beberapa nama yang diambil dari kejadian alam dan
kata-kata adat.
untuk menghindari bentuk secara nyata dari binatang, karena takutnya dianggap
sebagai berhala atau animisme. Jika ada motif dengan nama itiak pulang patang
tidak akan ditemui gambaran berupa bentuk itik (bebek) secara natural dan nyata,
warnanya tidak terlalu beragam seperti saat ini. Seiring berkembangnya teknologi,
songket Silungkang juga mengalami perubahan dari segi motif dan warnanya
yang juga sangat beragam, serta mulai mengembangkan motif dengan sumber
inspirasi yang diciptakan oleh para penenun. Hal tersebut sesuai dengan hasil
observasi yang peneliti dapatkan bahwa para penenun yang sudah turun-temurun
ke generasi berikutnya, sehingga mereka mulai menciptakan motif yang baru dan
berinovasi yang disesuaikan dengan zaman dan trend fashion yang sedang
berkembang.
138
Pada waktu dahulu motif yang ada di kain songket Silungkang mempunyai
makna yang terinspirasi dari alam. Alam mempunyai arti yang sangat penting bagi
tercantum dalam petatah-petitih yang diambil dari bentuk dan sifat-sifat alam.
sesuai dengan hasil observasi yang peneliti temukan pada buku tentang kain
bahwa motif yang ada di kain songket mempunyai arti yang sesuai dengan
keperluan masyarakat Minangkabau, tetapi pada umumnya arti dari semua motif
adalah hal-hal yang baik sesuai dengan kaidah adat dan agama yang dianut
masyarakat Silungkang. Selain itu, motif yang ada di kain songket juga terdapat
yang terdapat pada kain songket hanya bersifat dekoratif yang berfungsi sebagai
hiasan saja. Tidak ada makna yang khusus pada motif songket Silungkang yang
sekarang. Penenun hanya menenun untuk kain songket yang lebih modern,
motif pucuak rabuang merupakan motif yang menjadi ciri khas dari songket
Silungkang.
Sekarang motif (benang pakan) pada kain songket Silungkang tidak hanya
menggunakan benang macau emas atau perak, tetapi juga menggunakan benang
139
katun, sutera, dan benang sintetis lainnya, sehingga warna yang dihasilkan jadi
sangat beragam.
ditenun dengan menggunakan alat tenun bukan mesin atau alat tenun tradisional
yang digerakkan oleh tenaga manusia, sehingga menjadi keunikan di zaman yang
modern ini. Hasil dan kualiatas (kerapatan benang motif) kain songket yang satu
dikerjakan oleh tangan dan tergantung dari keahlian si penenun itu sendiri....”
Fakta diatas bila dikaitkan dengan teori menurut Norwani Moch, Nawawi
teknik menenun dan bahan yang digunakan dalam menghasilkan kain songket
temurun oleh masyarakat Silungkang. Ilmu menenun yang dimiliki oleh orang tua
songket tetapi laki-laki juga ikut menenun kain songket walaupun jumlahnya tidak
Sawahlunto dan tidak hanya penduduk asli dari Silungkang atau Sawahlunto saja
140
yang menenun, penduduk dari luar desa Silungkang kota Sawahlunto juga dapat
Dari hasil observasi yang peniliti dapatkan bahwa dahulu benang yang
digunakan untuk menenun kain songket yaitu dari benang sutera, katun, macau
emas atau perak sedangkan, sekarang benang yang digunakan lebih beragam
dengan adanya benang sintetis seperti polyester, rayon, benang bordir, benang
metalik, dan lainnya. Penggunaan benang sintetis memudahkan bagi para penenun
motif dan benang. Songket dengan jenis balopak (motifnya penuh) memerlukan
batubuar (motifnya tersebar). Dan, jika motifnya itu juga rumit maka proses
kualitas buruk juga akan mempengaruhi hasil dari tenunan kain songket tersebut.
kesempatan acara-acara khusus seperti halnya acara adat dan acara perkawinan.
Tetapi, sekarang kain songket Silungkang juga dapat digunakan untuk kegiatan
sehari-hari seperti baju pegawai kantoran dan juga tidak ada peraturan khusus
Silungkang sesuai dengan fungsinya sebagai kain songket adat atau kain songket
141
biasa yang merupakan kreasi baru para penenun. Berdasarkan pendapat tersebut,
fungsi kain songket Silungkang sesuai dengan keinginan dari konsumen yang
perempuan dan dengan usia dari anak-anak sampai dewasa, karena tidak adanya
macau penuh (songket balopak) dan dengan teknik pengerjaan yang lebih susah
datuk, penghulu, dan orang terkemuka lainnya, karena harganya yang jauh lebih
mahal dan hanya orang-orang kaya yang mampu untuk membelinya. Sedangkan,
untuk orang-orang biasa atau penduduk biasa menggunakan kain songket yang
benang macaunya lebih sedikit (batabuar) karena harganya yang lebih murah dan
teknik pengerjaan yang tidak terlalu susah. Tetapi, sekarang masyarakat bebas
untuk menggunakan jenis songket balopak atau batubuar. Konsumen bebas untuk
membeli kain songket sesuai dengan kondisi ekonomi dan keinginan dari pembeli
itu sendiri.
tetapi dengan munculnya celana panjang cawek berubah fungsi menjadi ikat
pinggang. Selain itu, perempuan juga menggunakan songket selendang yang bisa
atau juga dapat digunakan sebagai selendang yang diletakkan di salah satu bahu.
Tengkuluk merupakan selendang dengan motif kain songket yang dibentuk kedua
bentuk tanduk kerbau ini menunjukkan bentuk yang sama dengan bentuk rumah
142
gadang dengan ujung atap rumah yang juga menyerupai bentuk tanduk. Hal ini
sesuai dengan hasil dokumentasi yang peneliti temukan pada buku tentang kain
oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta, Museum Tekstil bahwa pada waktu
upacara-upacara adat dan pesta pernikahan, tetapi sekarang kain songket dapat
digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti, baju seragam kantor atau acara
penting lainnya.
menggunakan kain dengan motif songket Silungkang (bahan baju). Serta, pada
hari penting lainnya seperti, hari jadi kota Sawahlunto yang diperingati setiap
6.1 Kesimpulan
jenis balopak dan batubuar. Perbedaan dari kain songket jenis balopak dengan
batubuar dapat terlihat pada motifnya. Kain songket dengan jenis balopak
mempunyai motif yang padat dan penuh sehingga memenuhi seluruh permukaan
kain songket, sedangkan pada jenis batubuar motifnya hanya tersebar dan
Motif yang terdapat pada kain songket Silungkang merupakan bagian dari
mempunyai arti yang sangat dalam, maka dari itu motif yang ada di kain songket
Silungkang juga terinspirasi dari alam, seperti motif dari unsur-unsur tumbuhan
dan hewan serta motif geometris. Ciri khas dari kain songket Silungkang
mempunyai motif dan warna yang sangat beragam dibandingkan dengan kain
songket dari daerah lainnya. Tetapi, sekarang kain songket tidak mempunyai
makna atau arti yang khusus, karena penenun sudah memodifikasi pada motif dan
kedudukan yang dapat membuat suatu kain itu dapat disebut songket yaitu
mempunyai badan kain, kepala kain, pengapit kepala, dan pinggiran kain. Kain
143
144
songket Silungkang mempunyai proses pembuatan yang hampir sama dengan kain
menjadi selembar kain songket yang siap untuk digunakan yaitu dimulai dari
mengarok (menyambung benang dari gun ke karok), membuat motif, dan tahap
selanjutnya menenun.
Dahulu kain songket Silungkang digunakan untuk pakaian adat dan acara
pesta, tetapi sekarang kain songket juga dapat digunakan untuk kegiatan sehari-
hari, seperti kemeja, blouse, dan baju seragam pegawai pemerintahan, selain itu
dari bahan-bahan sisa (perca) kain songket juga dapat dibuat menjadi dasi. Dan
juga sekarang menggunakan kain songket Silungkang tidak ada peraturan yang
khusus, kain songket Silungkang dapat digunakan kapan dan dimana saja, dari
berfungsi sebagai penutup tubuh, tetapi sekarang para penenun juga membuat
taplak meja, gambar dinding, bantal kursi, kaligrafi, sajadah, sprei, dan lainnya.
Motif yang digunakan pada kain songket berbeda dengan produk lenan rumah
tangga. Motif pada produk lenan rumah tangga lebih sederhana dibandingkan
dengan motif yang ada di kain songket. Benang yang digunakan pada ragam hias
(benang pakan) kain songket warnanya juga sangat beragam, sedangkan pada
produk lenan rumah tangga ragam hiasnya hanya menggunakan benang macau
Silungkang pada umumnya yaitu dengan cara ditenun dengan menggunakan alat
tenun tradisional, tetapi yang membedakannya hanya pada ukurannya. Selain itu,
disesuaikan dengan motif dan warna yang diinginkan dari konsumen tersebut.
6.2 Implikasi
satunya kain songket tradisional yang berasal dari daerah Sumatera Barat,
yaitu kain songket Silungkang yang untuk saat ini masih kurang dikenal
agar terus membuat kain songket dengan kualitas yang baik supaya kain
Indonesia
mengenai salah satu kain songket yaitu kain songket Silungkang, sehingga
6.3 Saran
mancanegara.
sumber inspirasi.
Sumber Buku
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kain Indonesia dan Negara Asia
Lainnya Sebagai Warisan Budaya. Jakarta : Proyek Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan.
Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. 1996. Tenunan Tradisional Sumatera
Barat. Jakarta : Museum Tekstil.
Zumar, Dhorifi. 2007. Tenun Tradisional Indonesia. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Sumber Internet
www.id.wikipedia.org
www.indonesia.travel.id
www.life.viva.co.id
www.lifestyle.okezone.com
www.melayuonline.com
www.munirtaher.wordpress.com
www.palembang.tribunnews.com
www.tabloiddiplomasi.org
www.tenunindonesia.com
www.sawahluntomuseum.wordpress.com
www.swarakalibata.com
Sumber Skripsi
Novita, Ria. 2014. Studi Tentang Kain Songket Batubara. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta.
Videlia, Petro Nella. 2013. Studi Tentang Kain Tenun Songket Tarutung. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
LAMPIRAN I
PEDOMAN WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA
sudah dibuat?
songket Silungkang?
songket Silungkang?
banyak perubahan?
songket Silungkang?
songket Silungkang?
makna/arti tersendiri?
6. Warna apa saja yang digunakan kain
songket Silungkang?
arti?
sekarang?
SDM lainnya?
songket Silungkang?
Silungkang?
songket Silungkang?
turun-temurun?
Silungkang?
SURAT MENYURAT
LAMPIRAN III
HASIL WAWANCARA
HASIL WAWANCARA NARASUMBER
HW1 : Menenun itu sudah dikerjakan secara turun-temurun dari nenek moyang
HW1 : Benangnya hampir sama dengan pandai sikek karena pandai sikek
bahannya juga dari sini, cara pengerjaannya juga hampir sama, cuma yang
mudah, tidak berat seperti Pandai Sikek dan juga gun (tempat benang)
P : Ada berapa macam ragam hias yang dimiliki kain songket Silungkang?
HW1 : Tidak, paling-paling sekali 3 tahun baru ada pertukaran motif tetapi
rimbo, anggur
P : Motif apa saja yang paling sering digunakan dalam pembuatan kain
songket Silungkang?
HW1 :Semua warna digunakan, ada hijau, kuning, coklat muda, coklat tua,
banyak
mempunyai arti?
P : Apakah ada perbedaan kain songket Silungkang yang dahulu dengan kain
HW1 : Sama saja, tapi kalau dahulu benangnya katun jepang, kalau sekarang
HW1 : Kinci untuk menuring, alat menghani, pelantai dan sikek karok untuk
bertenun
P : Apakah ada perbedaan alat tenun Silungkang dengan alat tenun daerah
lainnya?
HW1 : Alat tenun di Sumatera Barat hampir sama, cuma gunnya kalau
depan belakang), proses membikin motif itu yang dinamakan songket cara
HW1 : Tergantung dari motifnya dan juga kalau benang putus harus segara
disambung kalau tidak benang masuk ke dalam, jadi tidak boleh dibiarkan
Silungkang?
Silungkang?
HW1 : Benang linen, double penguin, sutera, macau tembaga, macau emas,
HW1 : Ada yang kasar dan ada yang halus. Bedanya benangnya 1 maka
HW1 : Bahan baju 3 hari, jika motif yang penuh waktunya bisa sampai
besar 15 hari
turun-temurun?
HW1 : Ada dari daerah Sawahlunto sekarang sudah menyebar ke daerah sekitar
Silungkang?
HW1 : Usia 65 tahun masih bisa, selagi masih kuat tidak ada batasannya,
HW1 : Ada laki-laki tukang menenun 10 orang, tetapi masih kebanyakan tukang
HW1 : Bebas dari kecil juga sudah boleh tergantung orang tuanya mampu untuk
HW1 : Iya dahulu untuk upacara perkawinan, acara adat-adat, kalau sekarang
tidak
HW1 : Untuk bahan baju bebas, tetapi jika songket yang berat atau penuh itu
HW1 : Iya, setiap hari kamis pegawai pemerintahan daerah wajib menggunakan
songket Silungkang, untuk bahan baju kantor itu bebas digunakan kapan
HW1 : Untuk bahan baju hampir sama tidak ada perbedaan, paling yang untuk
HW2 : Ciri khasnya itu pucuak rebuang. Pucuak rebuang itu bisa dikembangkan
bisa menjadi 20 macam motif. Jadi bintang, daun, saik kalamai, pokoknya
P : Ada berapa macam ragam hias yang dimiliki kain songket Silungkang?
P : Motif apa saja yang paling sering digunakan dalam pembuatan kain
songket Silungkang?
HW2 :Songket ciri khasnya pucuak rabuang tetapi sudah dikembangkan. Pucuak
HW2 : Dahulu cuma motif pucuak rabuang yang kemudian berkembang menjadi
bambu yang artinya itu serba guna, tetapi kalau sekarang motif tidak
konsumen
warna apa yang sedang trend di tahun 2014 dan tahun 2015, kita
mempunyai arti?
HW2 : Iya, arti dari warnanya kita ambil di buku kombinasi warna dan internet
P : Apakah ada perbedaan kain songket Silungkang yang dahulu dengan kain
HW2 :Perbedaan yang dahulu dan yang sekarang itu dari segi warna dan motif.
Motif yang sekarang itu lebih maju karena motif yang lama
P : Apakah ada perbedaan alat tenun Silungkang dengan alat tenun daerah
lainnya?
HW2 : Perbedaanya, daerah Palembang itu di bagian pinggangnya diikat untuk
HW2 : Dari mulai benang itu dicelup, dipintal, dihani, dibikin gun (istilah
HW2 : Kesulitannya paling peralatannya kalau kurang bagus, jadi hasilnya juga
kurang bagus kita bertenun juga agak susah, kainnya juga ikut tidak bagus
Silungkang?
HW2 : Menggunakan pewarna sintetis, tetapi ada yang mencelup sendiri dan ada
Silungkang?
HW2 :Benangnya kita menggunakan benang linen katun untuk lusinya, kalau
sutera, benang makau juga bisa digunakan untuk baju dan songket,
HW2 : Proses awalnya itu 15 hari, untuk proses menenun itu membutuhkan
turun-temurun?
HW2 : Ada juga yang turun-temurun, ada juga orang yang dari luar daerah
Sawahlunto
HW2 : Dapat juga dikerjakan oleh orang luar, seperti orang jawa. Kalau orang
HW2 : 7 orang. Tukang celup, tukang pemintal benang, tukang hani, tukang gun
Silungkang?
HW2 : Usia 70 tahun yang penting dia masih kuat untuk menenun
HW2 : Perkantoran, pesta, kalau adat itu batagak punggung yang diletakkan
HW2 : Tidak ada, tapi kalau menggunakan kain songket itu pada tempatnya saja,
HW2 : Iya
HW2 : Tidak, pemakaian kain songket itu tergantung keinginan dari konsumen
HW2 : Iya, untuk yang laki-laki menggunakan motif yang agak simple dan dari
P : Pada zaman sekarang apakah masih ada yang menggunakan kain songket
Nama : Mahdalena
HW3 : Yang dimaksud dengan kain songket itu kain tenunan tradisional ATBM
HW3 : Kalau itu kurang tahu, itu sudah ada dari generasi ke generasi
HW3 : Awal mulanya songket ini dari Silungkang konon yang menenun orang
Sawahlunto istilahnya anak tenun atau buahnya. Jadi, orang Lunto ini yang
menenun dan songket ini juga kebanyakan dibuat di Lunto cuma namanya
HW3 : Ciri khasnya itu banyak, dari motifnya, benangnya, kalau dari Luntonya
itu iya hampir-hampir sama dengan Silungkang karena motif itu sudah
P : Ada berapa macam ragam hias yang dimiliki kain songket Silungkang?
HW3 : Yang dipatenkan saja ada sekitar 300 motif dan banyak juga motif-motif
yang terbaru
HW3 : Iya, tetapi ada juga yang masih menggunakan motif yang lama
P : Sebutkan nama-nama motif kain songket Silungkang?
HW3 : Itiak pulang patang, pucuak rebuang, burung dalam rimbo, burung
minang), bintang
P : Motif apa saja yang paling sering digunakan dalam pembuatan kain
songket Silungkang?
HW3 : Itiak pulang, pucuak rabuang, bintang pagar, saik kalamai, tampok
HW3 : Iya, tapi sekarang itu bikin motif yang terbaru saja kadang ada makna,
kadang tidak ada makna, tetapi kalau dahulu itu pasti memiliki makna
HW3 : Semua warna digunakan. Warna itu bebas tergantung permintaan dari
mempunyai arti?
P : Apakah ada perbedaan kain songket Silungkang yang dahulu dengan kain
HW3 : Perbedaan yang dahulu dan yang sekarang itu dari motif, warna, dan
benang
lainnya?
menenun
Silungkang?
HW3 : Kita tidak melakukan proses pencelupan benang karena belum berhasil
Silungkang?
HW3 : Jika dari proses awal seperti dari menghani, menggulung, menyambung,
tetapi jika proses menenun tergantung dari motif, membuat songket baju
ini bisa 2 hari 1 helai, kalau songket bisa 2 songket 15 hari, 3 songket 15
turun-temurun?
HW3 : 6 orang. Tukang pemintal benang, tukang hani, tukang gun (mengarok),
Silungkang?
HW3 : Kebanyakan laki-laki, dari proses awal dan menenunnya juga ada yang
HW3 : Tidak, dari usia anak-anak sampai usia dewasa dapat menggunakan
songket
seperti celana pake sisamping. Dan juga tergantung warna dan motif
P : Pada zaman sekarang apakah masih ada yang menggunakan kain songket
perkantoran
HASIL WAWANCARA NARASUMBER
HW4 : Songket Silungkang adalah kain tenun yang dibuat oleh masyarakat
HW4 : Kain songket Silungkang awalnya berasal dari negeri jiran dan di bawa
oleh Hulu balang Tuanku Baginda Ali pada abad 16, kain tenun yang
begitu juga dalam sistem pekerjaan, bahan bahan untuk penenun disiapkan
pemasangan. Selain itu kain yang ditenun menggunakan benang emas dan
membuat beraneka ragam corak hias dari hasil proses tenun tersebut
HW4 : Ciri khas tenun songket silungkang adalah berasal dari lingkungan sekitar
seperti ragam hias burung merak, burung dalam rimba, pucuak rabuang,
P : Ada berapa macam ragam hias yang dimiliki kain songket Silungkang?
HW4 : Ragam hias songket silungkang sangat kaya dan bervariatif antara lain
HW4 : Burung merak, burung dalam rimbo, pucuak rabuang, kaluak paku, saik
satangkai dll
P : Motif apa saja yang paling sering digunakan dalam pembuatan kain
songket Silungkang?
HW4 : Pada umumnya semua motif tersebut menjadi satu kesatuan dalam
HW4 : Setiap motif mempunyai arti tersendiri sesuai dengan keperluan, tetapi
pada umumnya arti dari semua motif adalah hal-hal yang baik sesuai
mempunyai arti?
HW4 : Iya, misalnya kalau warna hitam sering dipakai pada acara kematian,
P : Apakah ada perbedaan kain songket Silungkang yang dahulu dengan kain
HW4 : Palantai
P : Apakah ada perbedaan alat tenun Silungkang dengan alat tenun daerah
lainnya?
HW4 : Perbedaan yang signifikan tidak ada, hanya dari cara penggunaan saja
yang berbeda
sistem jungkit atau anyaman, yang terdiri dari benang rentang dan pakan
dan setiap rentang jarak tertentu di beri motif baik memakai benang macau
Silungkang?
Silungkang?
HW4 : Tekstur nya terbagi dua, ada yang sangat lembut dan standar
turun-temurun?
HW4 : Iya, bahkan orang pendatang pun dapat dan bisa mempelajarinya
HW4 : 3 orang
Silungkang?
HW4 : 10 – 50 tahun
HW4 : 75 tahun
P : Perempuan atau laki-laki yang kebanyakan menjadi pekerja menenun
HW4 : Bisa
HW4 : Tidak
P : Pada zaman sekarang apakah masih ada yang menggunakan kain songket
HW4 : Ada, seperti baju pengantin anak daro dan marapulai, sesamping baju
(Pengrajin Tenun)
HW5 : Songket yang ditenun secara manual oleh tangan dengan menambahkan
HW5 : Sejarahnya saya tidak tahu karena kain songket sudah dikerjakan secara
turun-temurun
P : Ada berapa macam ragam hias yang dimiliki kain songket Silungkang?
P : Motif dan warna apa saja yang banyak diminati dari hasil produk kain
songket Silungkang?
HW5 : Motif dan warna semua diminati tapi cenderung yang diminati warna
HW5 : Motif seribu bukit, pucuak rabuang, burung, bunga ros, burung pungguk,
P : Motif apa saja yang paling sering digunakan dalam pembuatan kain
songket Silungkang?
HW5 : Tidak ada, dahulu ada maknanya tetapi saya kurang begitu tahu
HW5 : Bisa macam-macam warnanya, seperti hitam, orange, pink, merah coklat,
hijau, dll. Misalnya benang lusi warnanya orange, benang pakan warnanya
biru hasilnya menjadi warna abu-abu dan benang lusinya warna orange,
mempunyai arti?
HW5 : Tidak, pembuatan songket atau bahan baju tergantung warna apa yang
P : Apakah ada perbedaan kain songket Silungkang yang dahulu dengan kain
dapat membuat motif sesuai dengan keinginannya, tetapi motif yang lama
P : Apakah ada perbedaan alat tenun Silungkang dengan alat tenun daerah
lainnya?
HW5 : Kesulitannya ada di benang dan di motif, dibenang itu kalau benangnya
lapuk atau jelek jadi sering putus, hasilnya juga kurang bagus dan
kesulitan untuk membuat motif itu jika digambarnya kecil, tapi pas di alat
benangnya itu juga harus dihitung supaya gambarnya itu pas, jika masukin
kebesaran juga tidak bagus, jadi harus dipikirin motifnya yang bagus itu
Silungkang?
Silungkang?
HW5 : Katun, metalik, sutera, benang bordir, benangnya itu dari tukang
HW5 : Teksturnya ada yang halus dan kasar. Tekstur yang halus itu tenunannya
lebih rapat dan lebih susah membuatnya harganya juga lebih mahal,
HW5 : Proses awalnya itu 15 hari, untuk proses menenun itu membutuhkan
turun-temurun?
Silungkang, banyak orang dari pulau jawa yang belajar untuk menenun,
tetapi mereka hanya menenun songket saja, mereka tidak bisa untuk
membuat motif
bikin motif dan menenun 1 orang, tetapi kalau penenun yang tidak bisa
Silungkang?
HW5 : Tamat SD
HW5 : Laki-laki ada juga yang menjadi pengrajin songket, tapi jumlahnya hanya
sedikit
HW5 : Dari anak kecil juga sudah boleh menggunakan kain songket sebagai
kombinasi bajunya
HW5 : Tidak, semua usia dapat menggunakannya, dari kecil sampai dewasa bisa
menggunakannya
P : Adakah perbedaan kain songket Silungkang yang digunakan oleh
P : Pada zaman sekarang apakah masih ada yang menggunakan kain songket
HW5 : Ada, untuk acara perkawainan masih menggunakan kain songket, karena
Data Pribadi
E-mail =) oktavinda@yahoo.com
Tlp =) 08978302556