Anda di halaman 1dari 31

TRILOGI RISALAH ISLAM

AQIDAH ISLAM
Aqidah Islam dasar-dasarnya ialah
iman kepada Allah, malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari
akhir dan takdir baik dan takdir
buruk. Dasar-dasar ini telah
ditunjukkan dalam kitab Allah SWT
dan sunnah Rasul-Nya.
‫‪FIRMAN ALLOH SWT. (QS AL-BAQARAH:177) :‬‬

‫لَّيْ َس ٱلْ ر َِّب َٱن ت َُولُّو ۟ا ُو ُجو َه ُ ُْك رق َب َل ٱلْ َم ْ ر‬


‫ْش رق َوٱلْ َم ْغ رر رب َولَ رك َّن ٱلْ ر َِّب َم ْن‬
‫َءا َم َن برٱ َّ رَّلل َوٱلْ َي ْو رم ٱ ْل َءا رخ رر َوٱلْ َملَ رئ َك رة َوٱ ْل ركتَ رب َوٱلنَّ ر ر ِب َۦن َو َء َاَت ٱلْ َما َل‬
‫عَ َ َٰل ُح ربِ رهۦ َذ روى ٱلْ ُق ْر َ َٰب َوٱلْ َي َت َم ٰى َوٱلْ َم َس رك َني َوٱ ْب َن ٱل َّس ربي رل َوٱل َّسائر رل َني‬
‫ون رب َعهْ رد ر ْه ا َذا َع هَدُ و ۟ا ۖ‬ ‫َو رِف ٱ ِ رلرقَ راب َو َٱقَا َم ٱ َّلصلَ ٰو َة َو َء َاَت ٱ َّلز َك ٰو َة َوٱلْ ُموفُ َ‬
‫‪.‬‬ ‫ِ‬
‫لَّضا رء َو رح َني ٱلْ َبٱْ رس ۗ ُٱ ۟ولَ رئ َك ٱ َّ رَّل َين َصدَ قُو ۟ا ۖ‬
‫َوٱ َّلص ر رِب َين رِف ٱلْ َبٱْ َسا رء َوٱ َّ َّ‬
‫َو ُٱ ۟ولَ رئ َك ُ ُه ٱلْ ُمتَّ ُق َ‬
‫ون‬
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur
dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat,
dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang
yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa” (QS Al-Baqarah:177).
Alloh SWT berfirman soal Takdir :

‫َش ٍء َخلَ ْقنَ ُه ربقَدَ ٍر‬ ْ َ ‫ُك‬ َّ ُ َّ‫اَّن‬


ِ
‫َو َما َٱ ْم ُرَّنَ ا ََّّل َو رحدَ ٌة ََكَ ْم ٍۭح برٱلْ َب َص‬
ِ
Sesungguhnya Kami menciptakan
segala sesuatu menurut ukuran. Dan
perintah Kami hanyalah satu
perkataan seperti kejapan mata (QS Al-
Qamar: 49-50).
Definisi :

Iman (al-Iman) berasal dari bahasa


Arab yang berarti membenarkan
(tashdiq). Yaitu kepercayaan dalam
hati meyakini dan membenarkan
adanya Tuhan dan membenarkan
semua yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw.
Tiga Konsep Iman :

 Iman adalah Tashdiqun bilqalbi,


 Iman adalah Tashdiqun bolqalbi wa
ikrarun billisani,
 Iman adalah Tashdiqun bolqalbi wa
ikrarun billisani wa a’malu bil arkani.
 Iman adalah tashdiq dalam hati akan
wujud Allah dan keberadaan Nabi
dan Rasul Allah. Konsep ini
menegaskan bahwa iman dan kufur
adalah urusan hati, bukan terihat
dari luar. Konsep ini banyak dianut
oleh mazhab Murji’ah, sebagian kecil
mazhab Asy’ariyah.
 Iman adalah tashdiq di dalam hati
dan diikrarkan dengan lisan. Antara
keimanan dan amal perbuatan
manusia tidak terdapat hubungan.
Konsep ini banyak dianut pengikut
Mahmudiyah.
 Iman adalah tashdiq di dalam hati
dan diikrarkan dengan lisan dan
dibuktikan dengan perbuatan.
Antara keimanan dan amal
perbuatan manusia terdapat
hubungan, karena keimanan
seseorang ditentukan oleh amal
perbuatannya. Konsep ini banyak
dianut pengikut Mu’tazilah,
Khawarij, Asy’ariyah dan lain-lain.
Kondisi Iman itu bisa bertambah atau
berkurang pada tasdiq dan amalnya.
Artinya tashdiq yang bertambah akan
diikuti bertambah pula frekuensi amal
perbuatan dan ketaatannya
 Wasilahnya; yakni kuat atau lemahnya dalil
(bukti) yang sampai dan diterima dapat
menguatkan atau melemahkan tashdiqnya.
 Internal/pribadi sesorang; yakni
kemampuan menyerap dalil-dalil keimanan.
Makin kuat daya serapnya, maka makin
kuat pula tashdiqnya, dan sebaliknya.
 Pengamalan ajaran agama; seseorang yang
menunaikan kewajiban agama dengan baik
dan benar dan frekuensi amaliahnya tinggi,
akan merasakan kekuatan iman/tashdiq
yang tinggi pula
Kata kufur (kufr) atau kafir memiliki
arti banyak. Kufur dalam berbagai
pengertian sering dijadikan lawan dari
iman. Dalam konteks ilmu
kalam/tauhid, maka kufur yang
dimaksud adalah tidak percaya atau
tidak beriman kepada Allah
Kekafiran bertentangan dengan
akidah Islam (tauhidullah). Kufur
merupakan keadaan seseorang tidak
mengikuti ketentuan-ketentuan
syari’at yang digariskan Allah.
Karenanya kufur mempunyai lubang-
lubang yang menjerumuskan dan
menyesatkan, seperti syirik, nifak,
murtad dan lain-lain
TAUHID FI AL-DZAT

Wujud Allah itu sudah nyata,


merupakan hakikat yang tidak perlu
lagi diragukan dan tidak ada jalan
untuk memungkirinya.

Hahikat Dzat Tuhan itu tidak mungkin


dapat diketahui dengan akal pikiran
dan tidak dapat dicapai keadaan atau
kenyataan sebenarnya.
Akal pikiran manusia tidak dapat
menjangkau soal hakikat Dzat Tuhan,
karena itu manusia tidak diberi dan
tidak tidak ditunjuki cara
menemukannya atau perantara untuk
mencapainya
Akal manusia pun belum mampu
mengetahui dengan sebenar-benarnya
hakikat jiwa manusia itu sendiri.
Pengetahuan mengenai hal jiwa tetap
merupakan penyelidikan, di antaranya
dalam ilmu pengetahuan filsafat.
Akal manusia pun belum dapat
menguraikan hakikat cahaya atau
sinar, padahal cahaya itu benda yang
amat terang dan jelas sekali. Juga
belum dapat diketahui hakikat suatu
benda dan hakikat dari atom yang
merupakan tempat tersusunnya benda
padahal semua itu dekat sekali
hubungannya dengan manusia.
Bagaimana akal yang sempit mampu
mencapai Dzat Tuhan Yang
MahaTinggi? Sesungguhnya Dzat Allah
itu jauh lebih besar dari apa yang
dapat diliputi oelh pemikiran-
pemikiran (Q.S al-An’am : 103)
Jika akal pikiran manusia tidak
mampu mencapai hakikat Dzat Tuhan,
tidak berarti Dzat Allah itu tidak ada,
tetapi yang benar adalah bahwa Dzat
Allah itu ada dengan dengan
penetapan sebagai sesuatu yang wajib
adanya
Makhluk Allah merupakan bukti
wujud ada-Nya, karenanya manusia
diperintahkan untuk bertafakur.
Sabda rasulullah saw :
“Berpikirlah mengenai makhluk Allah
dan jangan berpikir mengenai Dzat
Allah sebab kamu semua tentu tidak
akan dapat mencapai kadar
perkiraannya”
Dzat Allah itu tidak boleh merupakan
susunan dari beberapa bagian (juz)
ataupun sebagai kesatuan dari
beberapa benda (materi) ataupun
menjelma dalam salah satu dari
golongan makhluk-Nya
TAUHID FISH SHIFAT :

Dzat Allah itu yakin maujud, dan Dia


memiliki Asma al-Husna juga memiliki
sifat-sifat yang luhur yang
menunjukkan kesempurnaan-Nya yang
mutlak.
Tauhid fi al-Shifat adalah bahwa sifat-
sifat Allah tidak sama dengan sifat-
sifat yang lain dan tak seorangpun
yang mempunyai sifat sebagaimana
sifat Allah. Sifat-sifat luhur yang
dimiliki Allah merupakan penetapan
dan kesempurnaan ketuhanan-Nya
serta keagungan Illahi-Nya
Sifat-sifat yang dimiliki Allah, ada
yang termasuk sifat-sifat Dzat dan ada
yang termasuk sifat-sifat Af’al. Sifat-
sifat Dzat yaitu sifat-sifat Subutiyah
atau sifat-sifat Maknawiyah, yakni
sifat hidup, mengetahui, berkuasa,
berkehendak, mendengar, melihat dan
berfirman
Adapun sifat-sifat Af’al ialah sifat
menciptakan dan memberi rijki. Jadi
Allah Yang Maha Menciptakan dan
Maha Pemberi Rijki Dialah yang
membuat makhluk ini dan juga yang
mengkaruniakan rekeji kepada
mereka. Sepakat ulama, sifat Af’al
bukanlah sifat Dzat, dan kedudukan
sifat Af’al meruapakan tambahan dari
sifat Dzat
TAUHID FIL AF’AL :

Yaitu bahwa alam semesta ini


seluruhnya ciptaan Allah, tidak ada
bagian-bagian alam yang diciptakan
oleh selain Allah SWT, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam mencipta,
memerintah dan menguasai kerajaan-
Nya
TAUHID RUBBUBIYYAH :

Ialah suatu keyakinan bahwa alam


semesta beserta isinya telah
diciptakan Allah SWT dan selalu
mendapat pengawasan dan
perlindungan dari-Nya tanpa bantuan
siapapun. Alam ini tidak terjadi begitu
saja, melainkan ada yang
menciptakan, yaitu Allah. (Q.S. al-An’am :
102)
TAUHID ULUHIYYAH :

Ialah percaya atau meyakini


sepenuhnya bahwa Allah-lah yang
berhak menerima semua peribadatan
makhluk, dan hanya Allah saja yang
sebenarnya harus disembah
Tauhid uluhiyah dalam pengertiannya
sering diidentikkan dengan Tauhid
‘Ubudiyyah, karena sesungguhnya
adanya pengabdian yang hanya
ditujukan kepada Allah merupakan
konsekuensi dari keyakinan bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah. Kata
uluhiyah dinisbahkan pada AL-Illah,
sedang ubudiyah pada ‘abada

Anda mungkin juga menyukai