Syari’ah adalah peraturan dan dasar pokok (hukum) yang disyari’atkan Allah SWT kepada manusia agar dijadikan sebagai pegangan, baik aturan tentang hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan saudaranya, manusia dengan muslim yang lain, dan manusia dengan alam Syari’ah adalah setiap hukum yang disyari’atkan oleh Allah kepada Hamba-hambanya yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang berkaitan dengan tata cara beri’tiqad (Akidah) yang secara khusus menjadi kajian ilmu kalam, ilmu tauhid, dan tata cara beramal yang secara khusus menjadi kajian ilmu fiqh Syariah yang bersifat khusus adalah hukum yang mengatur amaliyah hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam Syariah yang bersifat umum adalah hukum yang membahas hukum akidah dan amaliyah. Syariat dalam konteks ini mencakup segala sesuatu yang disyariatkan Allah SWT kepada umat Islam dalam bentuk agama, baik melalaui al-Qur’an maupun sunnah (perkataan, perbuatan, maupun ketetapan Nabi SAW.) Syari’at dan Fiqih :
Syariat berasal dari Allah dan rasul-Nya,
sedangkan fiqh berasal dari pemikiran manusia Syariat terdapat dalam al-Qur’an dan kitab- kitab hadis sedangkan fiqh terdapat dalam kitab-kitab fiqh Syariat hanya satu sedang fiqh lebih dari satu seperti terlihat dalam mazhab-mazhab fiqh Syariat bersifat fundamental dan mempunya cakupan yang lebih luas, sedangkan fiqh bersifat instrumental dan cakupannya terbatas pada hukum yg mengatur perbuatan manusia Syariat mempunya kebenaran yang mutlak (absolut) dan berlaku abadi, sedang fiqh mempunyai kebenaran yang relatif dan bersifat dinamis Syariat menunjukkan kesatuan dalam Islam, sedang fiqh menunjukkan keragaman dalam Islam • Maqashid syari’ah adalah keseluruhan rahasia, makna, tujuan dan hikmah yang menyertai setiap hukum yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya baik sebagian maupun semuanya • Tujuan Maqashid al-Syari’ah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia (asy-Syatibi) Prinsip maqashid syari’ah :
Memelihara agama (Hifzh al-Din)
Memelihara jiwa atau hak hidup (Hifzh al-Nafs) Memelihara akal (Hifzh al-Aql) Memelihara keturunan (Hifzh al-Nasb) Memelihara harta (Hifzh al-Mal) Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus ada untuk menciptakan kemaslahatan agama dan dunia, misal menjaga agama, jiwa, keturunan, akal dan harta Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang sangat dibutuhkan manusia untuk menghilangkan kesulitan, kesempitan dan kekhawatiran, misal membangun sekolah, menjama’ shalat, sewa menyewa dan lain-lain. Kebutuhan tertier adalah kebutuhan pelengkap bagi manusia dalam menunjang kebutuhan primer dan sekunder, untuk mewujudkan kebiasaan yang baik dan menghilangkan sesuatu yang mengotori akal pikiran dan akhlak yang mulia, misal membersihkan badan, pakaian dan tempat dari najis Keistimewaan Syariat Islam :
Bersumber dari Sang Pencipta, Tuhan semesta
alam, sehingga mutlak benarnya Terjaga dari perubahan, karena Allah menjaga sumbernya Mencakup semua aspek kehidupan Menjadi keputusan adil untuk setiap kasus sengketa manusia Layak diterapkan di setiap zaman dan tempat. IBADAH
Ibnu Taimiyah : bahwa ibadah adalah
puncak ketaatan dan ketundukan yang di dalamnya terdapat unsur cinta yang tulus dan sungguh-sungguh yang memiliki urgensi yang agung dalam Islam dan agama, karena ibadah tanpa unsur cinta bukanlah ibadah yang sebenar-benarnya. Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai- Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir) Ibadah berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu :
• Hubb (cinta), khauf (takut), raja’ (harapan).
Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus diimbangi dengan raja’. Prinsip Ibadah :
• Hanya menyembah kepada Allah semata
• Ibadah dilaksanakan tanpa perantara • Ibadah harus dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah • Ibadah harus sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. • Ibadah yang dilaksanakan harus seimbang antara unsur jasmani dan ruhani. • Ibadah mudah dan meringankan Ibadah Mahdhah bisa dikatakan sebagai ibadah yang murni ibadah, tujuannya semata-mata untuk mencari pahala. Contoh ibadah mahdhah ialah sholat, haji dan puasa Ibadah Ghaer Mahdhah dapat dikatakan ibadah yang tidak murni ibadah, ada aspek duniawiah dan niat. Maka jika diniatkan karena Alloh dapat bernilai ibadah, dan bisa tidak bernilai ibadah jika hanya berniat untuk dunia, seperti bekerja dalam rangka untuk memberi nafkah kepada keluarga Abbas al-Aqqad, tujuan pokok ibadah :
• Mengingatkan manusia akan unsur ruhani
dalam dirinya, yang memiliki kebutuhan- kebutuhan yang berbeda dengan jasmaniyahnya • Mengingatkan manusia bahwa dibalik kehidupan yang fana ini masih ada lagi kehidupan yang kekal dan abadi Hikmah Ibadah :
• Tidak menyekutukan Allah SWT.
• Memiliki ketakwaan yang kuat • Senantiasa terhindar dari segala perbuatan maksiat • Memiliki jiwasosial yang tinggi • Selalu berbagi dengan orang lain (tidak kikir) Yusuf al-Qardhawi, implikasi ibadah : • Membentuk kehidupan dan perbuatan seorang Muslim untuk bercorak Rabbani • Menjadikan seorang Muslim dalam segala kehidupan dan perilakunya hanya karena Allah SWT. • Menjadikan niatnya untuk beribadah dengan khusyu’, ruhnya tenggelam dalam ibadah kepada Allah yang mendorongnya untuk memperbanyak perbuatan yang bermanfaat bagi orang lain • Memberikan kepada seorang Muslim kesatuan niat dan tujuan dalam segala aspek kehidupan hingga dirinya ridha kepada Allah dalam melaksanakan segala apa yang diperintahkan dan terhadap apa yang dilarang kepadanya • • Ibadah Khashah adalah apa yang ditetapkan Allah SWT akan perincian-perinciannya, tingkat dan caranya yang tertentu. misal shalat, zakat, puasa, haji • Ibadah ‘Ammah adalah segala amal yang diizinkan Allah, misal dalam masalah muamalah (jual beli, politik, ekonomi dan sosial, budaya, pendidikan) dan amalan shalih lainnya. Prinsip Ibadah Mahdhah
• Keberadaannya mulazimah berdasarkan dalil
perintah • Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasululloh saw. • Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) • Azasnya adalah taat Prinsip Ibadah Ghaer Mahdhah
• Keberadaannya di dasarkan atas tidak adanya
dalil yang melarang • Dalam tata laksananya tidak mesti adanya pola contoh dari Rasululloh saw. • Bersifat rasional • Azasnya bersifat manfaat MU’AMALAH Muamalah adalah hubungan antara manusia dalam usaha mendapatkan alat-alat kebutuhan jasmaniah dengan cara sebaik- baiknya sesuai dengan ajaran-ajaran dan tuntutan agama Muamalah adalah hukum yang mengatur hubungan individu dengan individu lain, atau individu dengan negara Islam, dan atau negara Islam dengan negara lain Muamalah adalah peraturan-peraturan yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia Menurut Louis Ma’luf : muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain sebagainya Menurut Ahmad Ibrahim Bek : muamalah adalah peraturan-peraturan mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia, seperti perdagangan dan semua mengenai kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan dan yang berhubungan dengan manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang telah ditetapkan dasar-dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk bagi manusia dalam bertukar manfaat di antara mereka Muamalah dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu muamalah adalah semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal tukar menukar manfaat. PRINSIP MUAMALAH
Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah
mubah, kecuali yang ditentukan oleh al-qur’an dan sunnah rasul. Hukum islam memberi kesempatan luas perkembangan bentuk dan macam muamalah baru sesuai dengan perkembangan kebutuhan hidup masyarakat Muamalah dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung unsur paksaan. Dalam muamalah kebebasan kehendak pihak-pihak bersangkutan selalu harus diperhatikan • Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari madharat dalam hidup masyarakat. • Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan JENIS MUAMALAH :
Muamalah yg hukumnya langsung ditentukan
(ditunjuk) oleh Nash (al-Qur`an dan al-Sunnah). Contoh persoalan perdata: warisan, bilangan talak pernikahan, iddah, rujuk, keharaman khamar (minuman keras), keharaman riba, keharaman babi, keharaman bangkai. Contoh persoalan pidana: hukum pencurian, hukum perzinahan, hukum qazhaf (menuduh orang lain berbuat zina), dll. Muamalah yg tidak ditunjuk langsung oleh Nash, tetapi diserahkan sepenuhnya kepada hasil ijtihad para Ulama, sesuai dg kreasi para ahli dalam rangka memenuhi kebutuhan umat manusia sepanjang tempat dan zaman, serta sesuai pula dg situasi dan kondisi masyarakat itu sendiri. Misal : menerapkan sistem jual beli tanpa proses ijab dan qabul seperti transaksi jual beli di supermarket RUANG LINGKUP
Muamalah madiyah : masalah jual beli (al-ba’i/al-
tijarah), gadai (al-rahn), jaminan dan tanggungan (kafalah dan dhaman), pemindahan utang (Al-hiwalah), jatuh bangkrut (taflis), perseroan atau perkongsian (al- syirkah), perseroan harta tenaga (al–mudhorobah), sewa menyewa tanah (al-mukhorrobah), upah(ujrah al-amal), gugatan (al-suf’ah), sayembara (al-ji’alah), pembagian kekayaan bersama (al-qismah), pemberian (al-hibah), pembebasan (al-ibra’), damai (as-shulhu), dan di tambah dengan beberapa masalah kontemporer (al- mu’asirah/ al muhadisah), seperti masalah bunga bank, dan asuransi kredit Muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab qobul, saling meridhoi, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran, pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.