Anda di halaman 1dari 32

TRILOGI RISALAH ISLAM 2

IBADAH dan MU’AMALAH


Syari’ah adalah peraturan dan dasar
pokok (hukum) yang disyari’atkan Allah
SWT kepada manusia agar dijadikan
sebagai pegangan, baik aturan tentang
hubungan manusia dengan Allah,
manusia dengan saudaranya, manusia
dengan muslim yang lain, dan manusia
dengan alam
Syari’ah adalah setiap hukum yang
disyari’atkan oleh Allah kepada
Hamba-hambanya yang terdapat dalam
al-Qur’an dan as-Sunnah yang berkaitan
dengan tata cara beri’tiqad (Akidah)
yang secara khusus menjadi kajian
ilmu kalam, ilmu tauhid, dan tata cara
beramal yang secara khusus menjadi
kajian ilmu fiqh
 Syariah yang bersifat khusus adalah hukum
yang mengatur amaliyah hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan
manusia dengan alam
 Syariah yang bersifat umum adalah hukum
yang membahas hukum akidah dan amaliyah.
Syariat dalam konteks ini mencakup segala
sesuatu yang disyariatkan Allah SWT kepada
umat Islam dalam bentuk agama, baik
melalaui al-Qur’an maupun sunnah (perkataan,
perbuatan, maupun ketetapan Nabi SAW.)
Syari’at dan Fiqih :

 Syariat berasal dari Allah dan rasul-Nya,


sedangkan fiqh berasal dari pemikiran manusia
 Syariat terdapat dalam al-Qur’an dan kitab-
kitab hadis sedangkan fiqh terdapat dalam
kitab-kitab fiqh
 Syariat hanya satu sedang fiqh lebih dari
satu seperti terlihat dalam mazhab-mazhab
fiqh
 Syariat bersifat fundamental dan mempunya
cakupan yang lebih luas, sedangkan fiqh
bersifat instrumental dan cakupannya terbatas
pada hukum yg mengatur perbuatan manusia
 Syariat mempunya kebenaran yang mutlak
(absolut) dan berlaku abadi, sedang fiqh
mempunyai kebenaran yang relatif dan bersifat
dinamis
 Syariat menunjukkan kesatuan dalam
Islam, sedang fiqh menunjukkan
keragaman dalam Islam
• Maqashid syari’ah adalah keseluruhan
rahasia, makna, tujuan dan hikmah
yang menyertai setiap hukum yang
ditetapkan Allah dan Rasul-Nya baik
sebagian maupun semuanya
• Tujuan Maqashid al-Syari’ah adalah
untuk mewujudkan kemaslahatan
manusia di dunia (asy-Syatibi)
Prinsip maqashid syari’ah :

 Memelihara agama (Hifzh al-Din)


 Memelihara jiwa atau hak hidup (Hifzh
al-Nafs)
 Memelihara akal (Hifzh al-Aql)
 Memelihara keturunan (Hifzh al-Nasb)
 Memelihara harta (Hifzh al-Mal)
 Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus ada untuk
menciptakan kemaslahatan agama dan dunia, misal menjaga
agama, jiwa, keturunan, akal dan harta
 Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang sangat
dibutuhkan manusia untuk menghilangkan kesulitan,
kesempitan dan kekhawatiran, misal membangun sekolah,
menjama’ shalat, sewa menyewa dan lain-lain.
 Kebutuhan tertier adalah kebutuhan pelengkap bagi
manusia dalam menunjang kebutuhan primer dan sekunder,
untuk mewujudkan kebiasaan yang baik dan menghilangkan
sesuatu yang mengotori akal pikiran dan akhlak yang mulia,
misal membersihkan badan, pakaian dan tempat dari najis
Keistimewaan Syariat Islam :

 Bersumber dari Sang Pencipta, Tuhan semesta


alam, sehingga mutlak benarnya
 Terjaga dari perubahan, karena Allah menjaga
sumbernya
 Mencakup semua aspek kehidupan
 Menjadi keputusan adil untuk setiap kasus
sengketa manusia
 Layak diterapkan di setiap zaman dan tempat.
IBADAH

Ibnu Taimiyah : bahwa ibadah adalah


puncak ketaatan dan ketundukan yang
di dalamnya terdapat unsur cinta yang
tulus dan sungguh-sungguh yang
memiliki urgensi yang agung dalam
Islam dan agama, karena ibadah tanpa
unsur cinta bukanlah ibadah yang
sebenar-benarnya.
Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup
segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-
Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan,
yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak
(lahir)
Ibadah berlandaskan pada tiga pilar pokok,
yaitu :

• Hubb (cinta), khauf (takut), raja’ (harapan).


Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah
diri, sedangkan khauf harus diimbangi dengan
raja’.
Prinsip Ibadah :

• Hanya menyembah kepada Allah semata


• Ibadah dilaksanakan tanpa perantara
• Ibadah harus dilaksanakan dengan ikhlas
karena Allah
• Ibadah harus sesuai dengan tuntunan Nabi
Muhammad SAW.
• Ibadah yang dilaksanakan harus seimbang
antara unsur jasmani dan ruhani.
• Ibadah mudah dan meringankan
Ibadah Mahdhah bisa dikatakan sebagai ibadah
yang murni ibadah, tujuannya semata-mata
untuk mencari pahala. Contoh ibadah mahdhah
ialah sholat, haji dan puasa
Ibadah Ghaer Mahdhah dapat dikatakan ibadah
yang tidak murni ibadah, ada aspek duniawiah
dan niat. Maka jika diniatkan karena Alloh dapat
bernilai ibadah, dan bisa tidak bernilai ibadah jika
hanya berniat untuk dunia, seperti bekerja dalam
rangka untuk memberi nafkah kepada keluarga
Abbas al-Aqqad, tujuan pokok ibadah :

• Mengingatkan manusia akan unsur ruhani


dalam dirinya, yang memiliki kebutuhan-
kebutuhan yang berbeda dengan
jasmaniyahnya
• Mengingatkan manusia bahwa dibalik
kehidupan yang fana ini masih ada lagi
kehidupan yang kekal dan abadi
Hikmah Ibadah :

• Tidak menyekutukan Allah SWT.


• Memiliki ketakwaan yang kuat
• Senantiasa terhindar dari segala perbuatan
maksiat
• Memiliki jiwasosial yang tinggi
• Selalu berbagi dengan orang lain (tidak kikir)
Yusuf al-Qardhawi, implikasi ibadah :
• Membentuk kehidupan dan perbuatan seorang Muslim
untuk bercorak Rabbani
• Menjadikan seorang Muslim dalam segala kehidupan
dan perilakunya hanya karena Allah SWT.
• Menjadikan niatnya untuk beribadah dengan khusyu’,
ruhnya tenggelam dalam ibadah kepada Allah yang
mendorongnya untuk memperbanyak perbuatan yang
bermanfaat bagi orang lain
• Memberikan kepada seorang Muslim kesatuan niat dan
tujuan dalam segala aspek kehidupan hingga dirinya
ridha kepada Allah dalam melaksanakan segala apa
yang diperintahkan dan terhadap apa yang dilarang
kepadanya

• Ibadah Khashah adalah apa yang ditetapkan
Allah SWT akan perincian-perinciannya, tingkat
dan caranya yang tertentu. misal shalat, zakat,
puasa, haji
• Ibadah ‘Ammah adalah segala amal yang
diizinkan Allah, misal dalam masalah
muamalah (jual beli, politik, ekonomi dan
sosial, budaya, pendidikan) dan amalan shalih
lainnya.
Prinsip Ibadah Mahdhah

• Keberadaannya mulazimah berdasarkan dalil


perintah
• Tata caranya harus berpola kepada contoh
Rasululloh saw.
• Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal)
• Azasnya adalah taat
Prinsip Ibadah Ghaer Mahdhah

• Keberadaannya di dasarkan atas tidak adanya


dalil yang melarang
• Dalam tata laksananya tidak mesti adanya
pola contoh dari Rasululloh saw.
• Bersifat rasional
• Azasnya bersifat manfaat
MU’AMALAH
 Muamalah adalah hubungan antara manusia
dalam usaha mendapatkan alat-alat
kebutuhan jasmaniah dengan cara sebaik-
baiknya sesuai dengan ajaran-ajaran dan
tuntutan agama
 Muamalah adalah hukum yang mengatur
hubungan individu dengan individu lain, atau
individu dengan negara Islam, dan atau
negara Islam dengan negara lain
 Muamalah adalah peraturan-peraturan yang
harus diikuti dan ditaati dalam hidup
bermasyarakat untuk menjaga kepentingan
manusia
Menurut Louis Ma’luf : muamalah adalah
hukum-hukum syara yang berkaitan
dengan urusan dunia, dan kehidupan
manusia, seperti jual beli, perdagangan,
dan lain sebagainya
Menurut Ahmad Ibrahim Bek : muamalah adalah
peraturan-peraturan mengenai tiap yang
berhubungan dengan urusan dunia, seperti
perdagangan dan semua mengenai
kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi,
peradilan dan yang berhubungan dengan
manajemen perkantoran, baik umum ataupun
khusus, yang telah ditetapkan dasar-dasarnya
secara umum atau global dan terperinci untuk
dijadikan petunjuk bagi manusia dalam bertukar
manfaat di antara mereka
Muamalah dalam arti yang sempit adalah
pengertian muamalah yaitu muamalah
adalah semua transaksi atau perjanjian
yang dilakukan oleh manusia dalam hal
tukar menukar manfaat.
PRINSIP MUAMALAH

 Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah


mubah, kecuali yang ditentukan oleh al-qur’an dan
sunnah rasul. Hukum islam memberi kesempatan
luas perkembangan bentuk dan macam muamalah
baru sesuai dengan perkembangan kebutuhan
hidup masyarakat
 Muamalah dilakukan atas dasar sukarela, tanpa
mengandung unsur paksaan. Dalam muamalah
kebebasan kehendak pihak-pihak bersangkutan
selalu harus diperhatikan
• Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan
mendatangkan manfaat dan menghindari
madharat dalam hidup masyarakat.
• Muamalah dilaksanakan dengan memelihara
nilai keadilan, menghindari unsur-unsur
penganiayaan, unsur-unsur pengambilan
kesempatan dalam kesempitan
JENIS MUAMALAH :

 Muamalah yg hukumnya langsung ditentukan


(ditunjuk) oleh Nash (al-Qur`an dan al-Sunnah).
Contoh persoalan perdata: warisan, bilangan
talak pernikahan, iddah, rujuk, keharaman
khamar (minuman keras), keharaman riba,
keharaman babi, keharaman bangkai. Contoh
persoalan pidana: hukum pencurian, hukum
perzinahan, hukum qazhaf (menuduh orang
lain berbuat zina), dll.
 Muamalah yg tidak ditunjuk langsung oleh
Nash, tetapi diserahkan sepenuhnya kepada
hasil ijtihad para Ulama, sesuai dg kreasi para
ahli dalam rangka memenuhi kebutuhan umat
manusia sepanjang tempat dan zaman, serta
sesuai pula dg situasi dan kondisi masyarakat
itu sendiri. Misal : menerapkan sistem jual beli
tanpa proses ijab dan qabul seperti transaksi
jual beli di supermarket
RUANG LINGKUP

 Muamalah madiyah : masalah jual beli (al-ba’i/al-


tijarah), gadai (al-rahn), jaminan dan tanggungan
(kafalah dan dhaman), pemindahan utang (Al-hiwalah),
jatuh bangkrut (taflis), perseroan atau perkongsian (al-
syirkah), perseroan harta tenaga (al–mudhorobah), sewa
menyewa tanah (al-mukhorrobah), upah(ujrah al-amal),
gugatan (al-suf’ah), sayembara (al-ji’alah), pembagian
kekayaan bersama (al-qismah), pemberian (al-hibah),
pembebasan (al-ibra’), damai (as-shulhu), dan di
tambah dengan beberapa masalah kontemporer (al-
mu’asirah/ al muhadisah), seperti masalah bunga bank,
dan asuransi kredit
 Muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab
qobul, saling meridhoi, tidak ada keterpaksaan
dari salah satu pihak, hak dan kewajiban,
kejujuran, pedagang, penipuan, pemalsuan,
penimbunan, dan segala sesuatu yang
bersumber dari indra manusia yang ada
kaitannya dengan peredaran harta dalam
hidup bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai