Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X

Vol. 2, No. 9, September 2018, hlm. 3060-3066 http://j-ptiik.ub.ac.id

Sistem Kendali Take-Off Quadcopter Ar.Drone Menggunakan Logika


Fuzzy
Fajar Miftakhul Ula1, Gembong Edhi Setyawan2, Rizal Maulana3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Email: 1fajarmiftakhulula@gmail.com, 2gembong@ub.ac.id, 3rizal_lana@ub.ac.id

Abstrak
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak merupakan salah satu jenis robot udara yang
saat ini sedang mengalami perkembangan yang pesat. Salah satu jenis dari UAV adalah quadcopter,
quadcopter adalah robot udara yang memiliki 4 buah motor sebagai penggerak baling-baling. Dalam
pembuatan quadcopter mengalami banyak permasalahan salah satunya yaitu kebutuhan akan pengguna
yang dapat mengontrol pergerakan quadcopter menggunakan remot yang berpengalaman sangat
diperlukan, kususnya dalam melakukan proses take-off, mengingat take-off pada quadcopter merupakan
fase yang mutlak harus dijaga kestabilannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya sistem autopilot yang
dapat mengendalikan proses take-off dengan baik. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibuatlah
penelitian tentang sistem kendali take-off quadcopter menggunakan logika fuzzy dengan menggunakan
rule 7x7 dimana terdapat dua input yaitu percepatan serta perubahan percepatan, sedangan output yang
dihasilkan adalah berupa kecepatan. Untuk mengetahui tingkat error dilakukan pengujian ketepatan
posisi sebanyak 10 kali pada ketinggian 1-4 meter. Sedangkan untuk mengetahui berapa waktu
quadcopter untuk mencapai posisi hover dapat menggunakan stopwatch dari posisi take-off hingga
posisi hover. Sehingga hasil dari penelitian ini adalah ketepatan yang diperoleh sudah baik, namun
waktu yang diperlukan masih membutuhkan waktu lama.
Kata kunci : Unmanned Aerial Vehicle (UAV), Quadcopter, Take-off, Fuzzy.
Abstract
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) or we knownby plane without crew is type of sky’s robot explores have
incrase develop in nowadays. One kinds of UAV is quadcopter, quadcopter is kinds of sky robots have
four motors as vane drive. On process make quadcopter have many trouble, that is experienced pilot
requirements for fly quadcopter use remote, expecially for the take-off, because take-off on quadcopter
is absolute phase to keep the stability. So need have auto pilot system to manage process a great take-
off. Based on that trouble so made experiment about guide system of take-off quadcopter use fuzzy logic
with rule 7x7 where have two input is acceleration and change of acceleration, while output which result
is speed. For know the error phase is examination as much as ten times with high 1 – 4 meter. And for
know time need quadcopter for get hover use record time with stopwatch. So the result of this experiment
is the precision obtained is already good but the time if takes is still need a long time while the rule is
match with result output.
Keywords : Unmanned Aerial Vehicle (UAV), Quadcopter, Take-off, Fuzzy.

banyak tipe salah satunya adalah quadcopter.


1. PENDAHULUAN Quadcopter memiliki kemampuan untuk
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau yang melakukan pendaratan dan lepas landas secara
biasa kita kenal dengan pesawat tanpa awak saat vertikal, yang biasa dikenal dengan istilah
ini sedang mengalami perkembangan yang pesat Vertical Take-Off and Landing (VTOL).
yaitu untuk keperluan sipil atau keperluan Dalam pembuatan quadcopter terdapat
pribadi sekedar hanya untuk hobi atau bahkan banyak masalah seperti keempat baling-baling
digunakan untuk keperluan yang lebih besar yang tidak bisa menghasilkan gaya angkat,
seperti pada dunia militer. UAV memiliki karena keempat motor masih dirancang berputar
searah. Kebutuhan akan pilot sangat diperlukan

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 3060
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3061

dalam menerbangkan quadcopter, khususnya sebelumnya yang dilakukan oleh Raharja et al.
dalam melakukan proses take-off. (2015) memberikan kesimpulan bahwa dengan
Untuk menjaga kestabilan pada waktu take- menggunakan rule 7x7 quadcopter dapat stabil
off telah dilakukan penelitian sebelumnya yang dan waktu yang di tempuh quadcopter untuk
menggunakan fuzzy Model Reference Adaptive take-off hingga hover pada ketinggian tertentu
Contro (MRAC) seperti ditulis oleh Prawirayuda lebih cepat dibandingkan menggunakan rule 3x3
(2012). Selain menggunakan metode fuzzy dan 5x5.
MRAC ada pula yang menggunakan kontrol Perbedaan yang dilakukan peneliti, variabel
fuzzy Proportional Integral Derivative yang digunakan bukan ketinggian dan perubahan
Controller (PID) seperti yang dilakukan olah ketinggian melainkan percepatan dan perubahan
Kusuma, Effendi, Iskandar (2012). percepatan dikarenakan target penelitian ini
Dari kedua penelitian diatas dapat adalah untuk mengatur kecepatan putaran motor
disimpulkan bahwa algoritma yang bersifat non- agar dapat menjaga kestabilan dan
linier seperti logika fuzzy lebih cocok untuk keseimbangan pada waktu take-off serta dapat
diterapkan pada quadcopter dari pada menjaga kestabilan pada ketinggian tertentu,
menggunakan algoritma yang bersifat linear penyebab dari tidak stabilnya quadcopter pada
seperti PID dikarenakan quadcopter memiliki ketinggian tertentu adalah adanya perubahan
dinamika yang non-linier sehingga algoritma kecepatan.
yang bersifat non-linier lebih cocok diterapkan.
Selain itu dari hasil penelitian yang dilakukan 2. PERANCANGAN DAN
oleh Prawirayuda (2012) waktu yang dibutuhkan IMPLEMENTASI
quadcopter untuk take-off pada ketinggian
tertentu adalah sebesar 0,6 detik sedangkan 2.1 Gambaran Sistem
untuk algoritma PID waktu yang dibutuhkan Sistem yang akan dibuat pada penemitian
adalah sedikit lebih lama yaitu 1 detik. ini adalah untuk mengatur kecepatan putaran
Selain menggunakan fuzzy Model motor pada quadcopter agar dapat menjaga
Reference Adaptive Contro (MRAC) dan juga kestabilan pada waktu take-off dengan
fuzzy Proportional Integral Derivative menggunakan algoritma fuzzy mamdani.
controller (PID) adapula penelitan yang
menggunakan fuzzy Mamdani seperti yang
ditulis oleh Raharja et al. (2015) pada penelitian
ini merupakan pengembangan dari beberapa
penelitian sebelumnya yang bertujuan untuk
mengoptimalkan kecepatan, meningkatkan
waktu dan menghilangkan overshoot saat Gambar 1. Diagram blok sistem
quadcopter hover pada posisi ketinggian yang
telah ditentukan. Gambar 1 merupakan gambaran dari
Metode algoritma fuzzy Mamdani sering diagram blok sistem yang akan dibuat dimana
dikenal dengan metode Max-Min. Metode ini terdapat 2 input yang didapat dari hasil
juga digunakan oleh peneliti sebelumnya pembacaan nilai percepatan serta perubahan
menggunakan rule base 3x3. Pada penelitian percepatan pada sumbu Z dari quadcopter,
yang dilakukan oleh Raharja et al. (2015) kontrol sedangkan terdapat 1 output yang dihasilkan
fuzzy digunakan untuk mengendalikan tinggi adalah kecepatan dari putaran ke 4 motor
quadcopter dengan rule base 7x7. Dari hasil quadcopter. Nilai yang di dapat dari pembacaan
pengujian yang dilakukan oleh Raharja et al. data sensor akan digunakan sebagai input pada
(2015) untuk basis aturan 7x7 lebih baik dari mesin penalaran untuk mengelompokkan
rule base 3x3 dan 5x5. anggota himpunan fuzzy yang nantinya akan
Dari beberapa penelitian yang telah di dijadikan output untuk dapat mengatur
lakukan sebelumnya peneliti ingin menerapkan kecepatan motor quadcopter. Proses ini akan
logika fuzzy mamdani dengan rule 7x7 untuk terus berulang hingga quadcopter dapat
mengatur kecepatan putaran motor quadcopter mencapai ketinggian tertentu serta proses akan
Ar-Drone agar dapat menjaga kestabilan pada berhenti jika user memerintahkan quadcopter
waktu take-off. Tujuan digunakannya rule 7x7 untuk landing.
pada penelitian ini dikarenakan dengan
menggunakan rule 7x7 pada penelitian

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3062

2.2 Perancangan Sistem maka algoritma fuzzy akan terus berjalan untuk
menghasilkan output berupa pengaturan
Pada tahap perancangan sistem akan dibagi
kecepatan motor hingga quadcopter berada pada
menjadi 2 yaitu perancangan perangkat keras
posisi hover dengan ketinggian yang telah
serta perancangan perangkat lunak. Gambar 2
ditentukan. Proses ini akan terus berulang
merupakan gambaran dari diagram alir sistem
dikarenakan nilai yang di keluarkan oleh
secara keseluruhan.
quadcopter akan terus dibaca dan dijadikan
sebagai input dari logika fuzzy.
Pada perancangan perangkat keras akan
dijelaskan mengenai perancangan komunikasi
sistem yang dibagi menjadi 2 proses pertukaran
data seperti ditunjukan pada Gambar 3 dan
Gambar 4 dikarenakan sebelum program
dijalankan pada quadcopter aktual program
terlebih dahulu diuji pada gazebo simulator
dengan menggunakan driver tum_simulator
sedangkan pada Ar-Drone aktual driver yang
digunakan adalah ardrone autonomy.

Gambar 3. Gambaran komunikasi sistem

Pada Gambar 3 adalalah gambaran dari


komunikasi sistem pada penelitian ini dimana
computer dengan sistem orerasi Ubuntu 14.04
yang didalam nya telah terinstall Robot
Operating System (ROS) dapat berkomunikasi
dengan quadcopter dengan menggunakan
bantuan dari driver ardrone autonomy sebagai
jembatan antara laptop dengan quadcopter.
Sedangkan agar laptop dapat terhubung dengan
quadcopter maka laptop harus terhubung dengan
koneksi wi-fi yang dipancarkan oleh quadcopter.
Selanjutnya dengan bantuan dari driver ardrone
autonomy kita dapat mengambil data dari
Gambar 2. Diagram alir sistem
quadcopter yaitu data navigasi serta data sensor
Pertama akan dilakukan pengecekan yang dibutuhkan untuk dijadikan input dari
koneksi pada laptop apakah telah terhubung algoritma fuzzy yang akan di buat, data yang
dengan koneksi wi-fi yang di pancarkan oleh telah diambil nantinya akan di dijadikan sebagai
quadcopter, jika koneksi telah terhubung maka input algoritma fuzzy dan akan dibuat sebuah
user dapat menjalankan program pada laptop. program dengan menggunakan bahasa
Jika laptop tidak terhubung dengan koneksi wi- pemograman Python yang nantinya program
fi yang di pancarkan oleh quadcopter maka user tersebut akan dikirim pada quadcopter oleh
harus mengecek kembali koneksi tersebut. Robot Operating System (ROS) dengan bentuk
Setelah user dapat terhubung pada quadcopter, command agar quadcopter take-off
dan program telah dijalankan maka quadcopter, menggunakan algoritma fuzzy yang telah dibuat.
akan take-off dan sensor ultrasonik akan mulai Pada dasar nya driver untuk tumsimulator
membaca ketinggian yang telah ditentukan oleh dan ardrone autonomy adalah sama, sehingga
user. Jika ketinggian yang dibaca oleh sensor proses pertukaran data serta program yang
belum sesuai dengan jarak yang ditentukan, digunakan pada simulator dan quadcopter aktual
juga sama, perbedaan komunikasi antara

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3063

tum_simulator dan quadcopter aktual adalah variabel percepatan serta perubahan percepatan
tum_simulator dijalankan diatas gazebo dan yang nantinya akan di ambil hasil output terkecil
berkomunikasi dengan Robot Operating System atau MIN. Proses ketiga adalah komposisi
(ROS) menggunakan port, sedangkan untuk aturan, proses dimulai dari melakukan aplikasi
menghubungkan quadcopter aktual dengan fungsi implikasi pencarian nilai minimum
Robot Operating System (ROS) menggunakan selanjutnya dari tiap masing-masing rule yang
koneksi wi-fi. Gambar 4 merupakan gambaran telah didapatkan dicari nilai maximumnya.
alur pertukaran data pada simulator. Setelah itu, akan didapatkan nilai z dari hasil
nilai maximum di tiap masing-masing aturan
rule. Proses yang terahir adalah proses
defuzzyfikasi yaitu menghasilkan output berupa
control terhadap putaran baling-baling
quadcoter.
Dalam penelitian ini digunakan fuzzy logic
toolbox yang terdapat pada Matlab. Pada
Gambar 4. Alur pertukaran data pada simulator
perancangan fuzzy logic toolbox akan dibuat dua
buah input yaitu percepatan serta perubahan
Pada perancangan perangkat lunak akan percepatan dengan output berupa kecepatan
dijelaskan mengenai perancangan logika fuzzy menggunakan rule base 7x7, yang nantinya akan
yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu menghasilkan 49 aturan.
fuzzyfikasi, Aplikasi fungsi implikasi, komposisi Gambar 6 dan Gambar 7 merupakan
aturan serta defuzzyfikasi. Yang akan dijelaskan himpunan variabel input percepatan dan
pada Gambar 5 yaitu proses perancangan logika perubahan percepatan yang di dalamnya terdapat
fuzzy pada sistem. 7 kondisi yaitu SSR (sangat-sangat rendah), SR
(sangat rendah), R (rendah), SED (sedang), T
(tinggi), ST (sangat tinggi), SST (sangat-sangat
tinggi). Kondisi tersebut berada pada ketinggian
1 sampai 4 meter. Range untuk 2 variable input
yang digunakan dalam penelitian ini bernilai
sama yaitu SSR [-1.0, -0.99, -0.6], SR [-0,99, -
0,6, -0,3], R [-0.6, -0,3, 0], SED [-0,3, 0, 0,3], T
[0, 0,3, 0,6], ST [0,3, 0,6, 0,99] dan SST [0,6,
0,99, 1,0]

Gambar 6 Himpunan variabel input percepatan (α)


Gambar 5. Proses perancangan logika fuzzy pada
sistem

Pada proses fuzzyfikasi akan melakukan


input data sensor untuk menentukan dan
menghitung derajat keanggotaan dari nilai
percepatan serta data perubahan percepatan yang
selanjutnya sistem akan menghasilkan output
derajat keanggotaan dari tiap-tiap vatiabel
tersebut. Proses kedua adalah aplikasi fungsi
Gambar 7 Himpunan variabel input perubahan
implikasi. Proses ini mengambil nilai input dari
percepatan (dα)
output fuzzifikasi berupa derajat keanggotaan

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3064

Gambar 8 merupakan himpunan pengujian respon sistem untuk mengetahui


variabel output berupa speed dengan 7 kondisi waktu yang dibutuhkan ketika take-off hingga
yaitu {SSL, SL, L, SED, C, SC, SSC}. Range hover, pengujian logika fuzzy untuk mengetahui
yang digunakan dalam variable output berada kecocokan output dengan rule yang telah di buat.
pada -1,0 sampai 1,0.
3.1 Hasil Pengujian Error Sistem
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar tingkat error yang dihasilkan
dalam mencapai ketinggian tertentu. Setelah
dilakukan pengujian sebanyak 10 kali pada
setiap ketinggian yang berbeda maka,
menghasilkan output sebagai berikut.
Pada pengujian dengan ketinggian 1 meter
Gambar 8 Himpunan variabel output (Speed)
ini tingkat error pada quadcopter adalah sebesar
6,45% dengan tingkat ketepatan sebesar 93,55%.
2.3 Implementasi Sistem Pada Gambar 10 merupakan grafik ketinggian 1
meter hasil olahan data pengujian yang telah
Pada implementasi sistem terdapat 2 tahap diolah pada Microsoft Excel.
implementasi yaitu, implementasi pada
perangkat keras dan perangkat lunak. Pada
implementasi perangkat keras akan dibahas
mengenai implementasi program yang telah
dibuat kedalam quadcopter aktual apakah
quadcopter dapat mengatur kecepatan motor
untuk menjaga kestabilan pada proses take-off
Gambar 9 adalah gambar dari implementasian
program kedalam quadcopter.
Gambar 10 Grafik ketinggian 1 meter

Pada pengujian dengan ketinggian 2 meter


ini tingkat error pada quadcopter adalah sebesar
1,63% dengan tingkat ketepatan sebesar 98,37%.
Pada Gambar 11 merupakan grafik ketinggian 2
meter hasil olahan data pengujian yang telah
diolah pada Microsoft Excel.

Gambar 9 Implementasi program kedalam


quadcopter

Pada implementasi perangkat lunak


dilakukan pembuatan kode program sistem
dengan menggunakan Spyder sebagai Interface
Development Environtment (IDE) dari bahasan
pemprograman Python. Penulisan kode program Gambar 11 Grafik ketinggian 2 meter
pada sistem terdiri dari beberapa proses yaitu
pembuatan variable fuzzyfikasi, variable rule , Pada pengujian dengan ketinggian 3 meter
variable Min dan Max serta yang terahir variabel ini tingkat error pada quadcopter adalah sebesar
area output deffuzifikasi. 1,37% dengan tingkat ketepatan sebasar 98,63%.
Pada Gambar 12 merupakan grafik ketinggian 3
3. PENGUJIAN DAN HASIL meter hasil olahan data pengujian yang telah
diolah pada Microsoft Excel.
Terdapat tiga jenis pengujian yang akan
dilakukan pada penelitian ini yaitu pengujian
ketepatan posisi untuk mengetahui error dan
tingkat kepatan posisi pada ketinggian terentu,

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3065

dibutuhkan quadcopter untuk mencapai


ketinggian tersebut adalah sebesar 24.5 detik
atau jika diubah dalam bentuk menit adalah
sebesar 0,4 menit.
Pada ketinggian 2 meter rata-rata waktu
yang dibutuhkan quadcopter untuk mencapai
ketinggian tersebut adalah sebesar 49.5detik atau
jika diubah dalam bentuk menit adalah sebesar
Gambar 12 Grafik ketinggian 3 meter 0,8 menit.
Pada ketinggian 3 meter rata-rata waktu
Pada pengujian dengan ketinggian 4 meter yang dibutuhkan quadcopter untuk mencapai
ini tingkat error pada quadcopter adalah sebesar ketinggian tersebut adalah sebesar 96,7 detik
0,92% dengan tingkat ketepatan sebasar 99,08%. atau jika diubah dalam bentuk menit adalah
Pada Gambar 13 merupakan grafik ketinggian 4 sebesar 1,6 menit.
meter hasil olahan data pengujian yang telah Pada ketinggian 4 meter rata-rata waktu
diolah pada Microsoft Excel. yang dibutuhkan quadcopter untuk mencapai
ketinggian tersebut adalah sebesar 154,8 detik
atau jika diubah dalam bentuk menit adalah
sebesar 2,6 menit.

3.3 Hasil Pengujian Logika Fuzzy


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah output yang dihasilkan oleh quadcopter
telah sesuai dengan rule yang telah ditentukan
Gambar 13 Grafik ketinggian 4 meter pada tahapan membership function. Setelah
dilakukan pengambilan nilai secara acak
3.2 Hasil Pengujian Respon Sistem sebanyak 8 kali pada macam-macam ketinggian
maka, didapatkan hasil seperti ditunjukkan pada
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui Tabel 2 dibawah ini.
seberapa lama waktu yang dibutuhkan
quadcopter untuk mencapai posisi hover pada Tabel 2 Hasil pengujian rule
ketinggian tertentu. Dari hasil pencatatan waktu
Perubah
yang dilakukan pada setiap ketinggian yang Ketinggi Percepat an Fuzzy
berbeda didapatkan hasil seperti ditunjukkan an an Percepat speed Bena
pada Tabel 1 dibawah ini. an r
(Meter) (m/s) (m/s)
(m/s)
Tabel 1 Hasil pengujian waktu
4 1,0 1,0 0,0 √
Ketinggian
3 0,0 0,3 0,2 √
Pengujian 1 2 3 4
ke 1 0,8 0,8 0,0 √
Meter Meter Meter Meter
(Detik) (Detik) (Detik) (Detik) 2 0,2 0,7 0,2 √
1 24.21 44.08 93.71 144.81 4 0,0 0,0 0,0 √
2 23.22 48.85 98.52 140.31 2 0,4 0,3 1,0 √
3 23.80 47.29 95.12 148.43 3 0,5 0,4 0,0 √
4 23.80 44.73 98.65 164.60 1 0,3 0,6 0,3 √
5 26.42 53.55 91.95 154.75
6 23.66 56.80 99.49 149.38
Dari pengambilan nilai secara acak pada
terminal ubuntu didapatkan hasil berupa
7 23.18 49.96 100.79 153.73
keseluruhan nilai yang didapat bernilai benar
8 24.90 52.58 95.17 165.54
sehingga dapat dihitung persentase keakuratan
9 25.16 54.02 90.46 168.87 rule fuzzy 7x7 adalah sebesar 100 %
10 26.38 43.17 103.42 157.30
Rata-rata 24.5 49.5 96.7 154.8 4. KESIMPULAN
Pada ketinggian 1 meter waktu yang Berdasarkan dari hasil pengujian yang telah

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3066

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan International Conference on Science in


sebagai berikut. Information Technology (ICSITech) 1-6
a. Setelah melakukan pengujian ketepatan [Diakses 8 Juni 2017]
posisi sebanyak 10 kali pada ketinggian Saelan,A. 2009. ‘Logika Fuzzy’,Makalah If2091
yang berbeda maka dapat disimpulkan Struktur Diskrit,1-5. [Diakses 2 September
bahwa semakin bertambahnya ketinggian 2017]
maka tingkat error yang dihasilkan akan
semakin kecil dan tingkat ketepatan Setyawan, G E., Setyawan, E. & Kurniawan, W.,
quadcopter akan semakin akurat. 2015. Sistem Kendali Ketinggian
Quadcopter Menggunakan PID. Jurnal
b. Dari hasil pengujian respon sistem, yang
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
dilakukan didapatkan kesimpulan semakin
(JTIIK), Volume II, pp. 125-131.
bertambahnya ketinggian maka waktu yang
dibutuhkan quadcopter untuk mencapai Wasisto,T,E., A,Iskandarianto., dan Matradji.
ketinggian tertentu akan semakin lama. 2012. ‘Rancang Bangun Sistem Kontrol
c. Untuk tingkat kecocokan rule 7x7 dengan Attitude Pada UAV (UNMANNED
output yang dihasilkan didapatkan AERIAL VEHICLE) Quadcopter DF-
kecocokan sebesar 100%, nila tersebut di UAV01 Dengan Menggunakan Sensor
dapat dengan melakukan proses Accelerometer 3-Axis Dengan Metoe
pencocokan rule menggunakan 2 cara yaitu Fuzzy’ 1(1) 1-15. [Diakses 4 Oktoberber
secara tabel dan matematis. 2016]

DAFTAR PUSTAKA
Hutama,M. 2015. Prinsip Kerja Quadcopter
[Online],dilihat 11 Mei 2017 Tersedia di: <
http://www.insinyoer.com/prinsip-kerja-
quadcopter/>.[Diakses 11 Mei 2017]
Kusuma,W., R,E,AK., dan E,Iskandar., 2012.
‘Perancangan dan Implementasi Kontrol
Fuzzy-PID pada Pengendalian Auto Take-
Off Quadcopter UAV’, Jurnal Teknik
POMITS 1(1) 1-6. [Diakses 24 September
2017]
Prawirayuda,F., K,Astrowulan., dan R,E,AK.,
2012. ‘Desain dan Implementasi Kontroler
Fuzzy-Model Reference Adaptive Control
(Fuzzy MRAC) untuk Proses Take-off pada
Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
Quadcopter’, Jurnal Teknik POMITS 1(1)
1-5. [Diakses 4 Oktoberber 2016]
Gaol, A., Setyawan, G., & Kurniawan, W.
Pendaratan Otomatis Quadcopter AR
Drone Menggunakan Metode Linear
Quadratic Regulator (LQR). Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan
Ilmu Komputer, vol. 1, no. 10, p. 1028-
1035, juli 2017. ISSN 2548-964X. Tersedia
pada: <http://j-ptiik.ub.ac.id/index.php/j-
ptiik/article/view/322>. Tanggal Akses: 12
jan. 2018
Raharja,N,Maharani., O,Wahyunggoro., dan
A,I,Cahyadi. 2015. ‘Altitude Control for
Quadrotor with Mamdani Fuzzy Model’

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai