Abstrak
Quadcopter merupakan salah satu jenis dari Unmanned Aerial Vehicle (UAV), yaitu robot yang
dapat terbang dengan empat baling-baling disetiap ujungnya. Untuk menerbangkan quadcopter pada
umumnya digunakan remote control atau smartphone. Namun diperlukan keahlian dan pengalaman
khusus untuk dapat menerbangkan quadcopter. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu
dikembangkan inovasi dari sistem kendali navigasi pada quadcopter agar lebih mudah digunakan.
Sistem yang dibuat pada penelitian ini dibuat menggunakan salah satu bagian dari natural user interface
berupa gerakan tubuh dari pengguna yang akan dideteksi menggunakan Kinect. Gerakan dari pengguna
akan diubah menjadi sceleton tracking. Data sceleton tracking tersebut akan diolah oleh komputer
dengan pemrograman javascript dan akan diteruskan menjadi instruksi untuk menggerakan quadcopter.
Quadcopter yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parrot AR.Drone 2.0. Dari hasil pengujian yang
telah dilakukan didapatkan hasil persentase ketepatan gerakan yang berhasil dilakukan pengguna untuk
mengendalikan qudcopter sebesar 100%. Selain itu juga diperoleh hasil dari kecepatan gerakan roll,
pitch, dan yaw pada quadcopter berbanding lurus dengan nilai input dari gerakan pengguna yang berarti
kecepatan quadcopter dapat diatur sesuai gerakan yang diberikan oleh pengguna. Untuk delay yang
dihasilkan sistem ini pada saat pengguna menggerakan tubuh hingga quadcopter mengikuti instruksi
adalah sebesar 0,05 detik.
Kata kunci: Kinect, Sceleton Tracking. UAV, Quadcopter
Abstract
Quadcopter is a type of Unmanned Aerial Vehicle (UAV), which is a robot that can fly with four
propellers. Quadcopter can controlled with remote control or smartphone, but it takes skill and
experience to be able to control quadcopter. Based on that problems, it is necessary to develop new
innovation of quadcopter navigation control system which is easier to use. The system built on this
research is made using one part of the natural user interface that is user’s body gestures detected using
Kinect. User’s gestures will be converted into sceleton tracking. The sceleton tracking data will be
processed by computer with javascript programming and will be forwarded into instructions to control
quadcopter. Quadcopter used in this research is Parrot AR.Drone 2.0. After performing test on the
system, obtained percentage of accuracy of user’s gestures to control quadcopter is 100%. In addition,
the results obtained from the speed test of roll, pitch, and yaw on the quadcopter is directly proportional
to the input value of the user’s gestures which means the speed of the quadcopter can be adjusted
automatically according to the user’s gestures. For the delay on this system when the user moves the
body until the quadcopter follows the instruction is 0.05 seconds.
Keywords: Kinect, Sceleton Tracking. UAV, Quadcopter
Namun untuk mengendalikan quadcopter dan Sanna et al. (2013) yang masih
menggunakan perangkat tersebut dibutuhkan menggunakan perangkat lunak tambahan berupa
proses pembelajaran yang relatif lama serta FAAST (Flexible Action and Articulated
keahlian khusus. Skeleton Toolkit) sebagai pendeteksi gerakan
Dengan munculnya inovasi berupa Natural tubuh, pada penelitian ini digunakan
User Interface (NUI), cara dalam pemrograman javascript dengan mengambil
mengendalikan quadcopter telah berkembang. data langsung pada Kinect driver tanpa melalui
Menurut Blake (2013) NUI adalah sebuah FAAST. Penelitian ini memfokuskan pada
antarmuka alami yang dirancang untuk dapat performa dan akurasi dari sistem.
digunakan dengan keahlian manusia yang telah
ada untuk berinteraksi dengan suatu konten. NUI 2. PERGERAKAN QUADCOPTER
dapat diimplementasikan dalam bidang apa pun Menurut Kusuma, Effendi, dan Iskandar
termasuk untuk mengendalikan quadcopter. (2012) quadcopter adalah sebuah konfigurasi
NUI merupakan sebuah pendekatan baru empat buat motor pada sebuah kerangka
dalam cara interaksi antara manusia dengan berbentuk menyilang. Pada masing-masing
berbagai hal yang memiliki input alami dari ujung kerangka terdapat motor yang terpasang
manusia seperti suara, gerakan, dan biosignal. dengan baling-baling untuk membuat aliran
Antarmuka ini memiliki perbedaan dengan cara udara yang menghasilkan tekanan ke arah bawah
konvensional dalam meminimalkan durasi dan sehingga timbul gaya angkat pada quadcopter.
tingkat kesulitan pembelajaran oleh pengguna Quadcopter memiliki empat pergerakan yaitu
dalam mengoperasikan quadcopter. Pendekatan roll (gerakan ke kiri dan kanan searah sumbu y),
ini hanya memerlukan sedikit proses pitch (gerakan ke depan belakang searah sumbu
pembelajaran bagi pengguna dalam percobaan x), gaz (gerakan ke atas dan bawah searah
yang pertama kali. sumbu z), serta yaw (gerakan berputar ke kiri dan
Pada penelitian ini akan dilakukan kanan yang berotasi pada sumbu z )
implementasi dari sistem kendali navigasi
quadcopter atau yang lebih umum dikenal
sebagai drone menggunakan NUI. Quadcopter
yang digunakan adalah Parrot AR.Drone.
Pemilihan Parrot AR.Drone dikarenakan jenis
ini merupakan salah satu quadcopter yang
bersifat open source dengan harga terjangkau.
Untuk NUI yang digunakan adalah gerakan tuuh
dari pengguna. Gerakan dari pengguna akan
dideteksi menggunakan sensor kamera Kinect. Gambar 1. Koordinat pada quadcopter
Pemilihan sensor Kinect ini dikarenakan
menurut Zeng (2012) Kinect memiliki kamera 3. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
RGB dan infrared yang bisa digunakan untuk Tahap perancangan serta implementasi pada
menghasilkan sceleton tracking dengan proses penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan secara
yang sangat cepat. berurutan yaitu yaitu komunikasi sistem,
Penelitian mengenai sistem kendali gerakan tubuh, dan fungsi kecepatan.
quadcopter menggunakan Kinect juga pernah
dilakukan oleh oleh Sanna et al. (2013) yang
membahas mengenai pengendalian quadcopter
serta perbandingan antara penggunaan NUI
dengan sistem kendali konvensional seperti
joystick, smartphone dan keyboard. Delay yang
dihasilkan pada penelitian ini sebesar 0,3 detik.
Selanjutnya penelitian Mashood et al. (2015)
juga membahas penggunaan Kinect sebagai
sistem kendali quadcopter. Delay yang
dihasilkan oleh penelitian tersebut sebesar 0,32 Gambar 2. Tahapan perancangan dan implementasi
detik. sistem
Pada pengujian gerakan roll, dihasilkan berurutan dalam sekali percobaan gerakan karea
grafik seperti pada 7. Gerakan roll ke kiri dan parameter yang akan diamati sama yaitu
kanan berhasil dilakukan, diperlihatkan dengan ketinggian. Untuk gambar pada gerakan ini ada
berubahnya sudut dari quadcopter pada pada gambar 10. Saat takeoff dilakukan
koordinat sumbu x yang berarti arah gerakan didapatkan ketinggian semakin bertambah pada
quadcopter telah benar. detik ke 0,05 sampai 1,07. Selanjutnya pada
detik ke 1,08 sampai 3,31 nilai dari ketinggian
relatif stabil dikarenakan quadcopter berada
pada kondisi hover. Lalu pada detik ke 3,32
sampai 4,43 ketinggian semakin berkurang saat
quadcopter mendarat.
6. DAFTAR PUSTAKA