Anda di halaman 1dari 4

BPK Siap Awasi Kalau Parpol Jadi Dapat Dana Rp 1 Triliun

kobarksb.com

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berjanji akan mengawal jika wacana alokasi belanja
anggaran pemerintah untuk partai politik sebesar Rp1 triliun direalisasikan. Ketua BPK Harry
Azhar Azis mengatakan, hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi penyalahgunaan keuangan
negara.
Harry meminta pemerintah memastikan kapan rencana tersebut akan
diimplementasikan, dan harus sesuai dengan Undang-Undang APBN tahun anggaran
pemberlakuan kebijakan tersebut.
"Tergantung kesepakatan pemerintah dengan DPR, apakah itu ada dalam UU APBN,
saya belum memeriksa," ujar dia, Rabu (11/3/2015), di Jakarta.
Harry mengatakan BPK akan memastikan alokasi dana partai itu sesuai dengan pagu
anggaran yang disepakati pemerintah dan DPR, begitu juga peruntukannya.
"Kami akan konfirmasi kalau Rp 1 triliun, apakah masuk ke partai Rp 1,5 triliun? Nah
kalau begitu ada penyalahgunaan. Kalau masuk ke partai malah Rp750 miliar, nah itu dapat
diartikan ada penghematan," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengusulkan pendanaan untuk
parpol dengan catatan keuangan atau ruang fiskal pemerintah terus membaik. Menurut Tjahjo,
partai politik memerlukan dana untuk persiapan dan pelaksanaan pemilu, pendidikan
kaderisasi, dan melaksanakan program serta operasional.
Sebelum wacana ini, pemerintah sebenarnya memiliki anggaran membantu parpol
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada
Partai Politik. Data Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam
Negeri menyebutkan, total bantuan diberikan kepada sepuluh partai politik lolos Pemilu 2014
senilai Rp 13,17 miliar dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2015.
Dari bantuan itu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan meraih 109 kursi di DPR RI
mendapatkan bantuan terbesar, yakni senilai Rp 2,55 miliar saban tahun. Sedangkan Partai
Hanura mendapat bagian paling kecil karena hanya mampu menyabet 16 kursi di DPR RI,
yakni Rp 710,58 juta.
Sumber berita:

1. http://nasional.kompas.com, BPK Siap Awasi Kalau Parpol Jadi Dapat Dana Rp 1 Triliun,
Kamis 12 Maret 2015.
2. http://merdeka.com, BPK Janji Kawal Dana Parpol Rp 1 Triliun Bila Terlaksana, Kamis,
12 Maret 2015.

Catatan Berita:
 Dana kampanye adalah aktivitas yang mengacu pada penggalangan dana dan pengeluaran
kampanye politik pada persaingan dalam pemilu. Seperti diketahui bahwa kampanye akan
mempunyai pengeluaran yang besar, mulai dari biaya kendaraan untuk kandidat dan
lainnya, sampai pembelian waktu tayang untuk iklan di TV, radio, dan media-media lain,
oleh karena itu, kandidat sering mencurahkan banyak waktu dan upaya dalam
mengumpulkan dana untuk dapat menutupi pembiayaan kampanyenya.
Meskipun dalam literatur ilmu politik dijelaskan bahwa kebanyakan kontributor
memberikan dukungan dana kepada para kandidat yang telah melakukan persetujuan, tetap
saja terdapat persepsi publik yang beranggapan bahwa pendanaan tersebut dianggap
sebagai suatu perjanjian imbalan yang tidak sah (seperti pembuatan peraturan perundang-
undangan khusus yang menguntungkan pihak tertentu), sehingga publik menyamakan
sumber pendanaan kampanye partai politik tersebut sama dengan korupsi politik dan
penyuapan.
 Dana Kampanye terbagi dua yaitu dana dari pemerintah setiap tahun dan dana publik.
 Pengalaman dunia internasional menunujukkan bahwa penyumbangan dana kampanye
partai politik dapat berjalan dengan efektif apabila dirancang dengan baik, didukung
oleh sanksi yang efektif, dan disertai oleh difusi paralel yang sesuai etika dan norma.
Regulasi-regulasi dana kampanye partai politik antara lain:
1. Semua sumbangan dan sumber pendapatan diperoleh dari pihak publik. Donor dan
jumlah sumbangan kepada partai politik diidentifikasikan ke dalam catatan publik serta
mengungkapkan hubungan pelobi dengan kandidat termasuk sumber, jenis, dan jumlah
dukungan, baik sebelum dan sesudah pemilihan umum. Pengeluaran dan tujuan mereka
harus sama-sama dipublikasikan dan tersedia untuk di-audit.
2. Melarang penggunaan sumber daya negara untuk tujuan politik publik, serta melakukan
pengawasan oleh pemerintah agar tidak terjadi penggunaan dana negara, layanan
pos, mobil, komputer, atau aset lainnya untuk tujuan politik atau kampanye pemilihan.
3. Membuat batasan pengeluaran pada partai politik, sehingga partai tidak akan
mengalami penggeluaran yang melebihi pasokan dananya, bila tidak, partai akan
mengarah kepada pencarian pendanaan yang mungkin melanggar batas yang sah.
Mekanisme ini telah digunakan dalam sejumlah besar negara-negara Eropa Barat, yaitu
dengan menerapkan:
a. Adanya pengaturan alokasi waktu tayang/tampil di TV dan radio untuk kualifikasi
partai politik, serta tidak memperbolehkan adanya wantu tambahan, dan
b. Pemberian batasan hukum yang mengatur perencanaan pengeluaran dengan
pengeluaran aktual sebagai subjek audit serta terdapatnya sanksi efektif dalam
kasus pelanggaran batasan pengeluaran.

Peraturan yang dipakai dalam hal terkait dana parpol adalah:

1. UU RI No. 2 Tahun 2011 tentang perubahan atas UU No. 2 tahun 2008 tentang partai politik.
Pasal 1 ayat 1: “Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan
citacita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,
bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”
Pasal 2 ayat 1: “Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 30 (tiga puluh)
orang warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah
menikah dari setiap provinsi.”
Pasal 34 ayat 1: “Keuangan Partai Politik bersumber dari: a. iuran anggota; b. sumbangan
yang sah menurut hukum; dan c. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.”
Pasal 34 ayat 3: “Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c diberikan secara proporsional kepada Partai Politik yang mendapatkan kursi di
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang penghitungannya berdasarkan jumlah
perolehan suara.”
Pasal 34A: “Partai Politik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan
dan pengeluaran yang bersumber dari dana bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
34 ayat (1) huruf c kepada Badan Pemeriksa Keuangan secara berkala 1 (satu) tahun sekali
untuk diaudit paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir. (2) Audit laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran
berakhir. (3) Hasil audit atas laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Partai Politik paling lambat 1
(satu) bulan setelah diaudit.
2. Peraturan Pemerintah No.83 tahun 2012 tentang perubahan atas peraturan pemerintah
nomor 5 tahun 2009 tentang bantuan keuangan kepada partai politik.
Pasal 1 ayat 1: “Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-
cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa
dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 1 ayat 2: “Bantuan keuangan adalah bantuan keuangan yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang diberikan
secara proporsional kepada Partai Politik yang mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota yang penghitungannya didasarkan atas jumlah perolehan suara, dengan
prioritas penggunaan untuk pendidikan politik.”
Pasal 9 ayat 2: “Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari APBN
atau APBD.”
Pasal 12A: “Partai Politik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan
dan pengeluaran bantuan keuangan yang bersumber dari dana APBN dan APBD kepada
BPK secara berkala 1 (satu) tahun sekali untuk diperiksa paling lambat 1 (satu) bulan setelah
tahun anggaran berakhir. (2) Pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban penerimaan dan
pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah selesai dilakukan oleh BPK paling
lama 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. (3) BPK menyampaikan hasil
pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kepada Partai Politik paling lama 1 (satu) bulan setelah pemeriksaan
selesai dilakukan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian laporan oleh
Partai Politik kepada BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tata cara penyampaian
laporan hasil pemeriksaan oleh BPK kepada Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) diatur dengan peraturan BPK.”

Anda mungkin juga menyukai