Anda di halaman 1dari 14

Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, Vol. 5, No.

2, Desember 2021 : 150-163


DOI : https://doi.org/10.24114/gondang.v5i2.28290

Gondang: Jurnal Seni dan Budaya


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/GDG

Konsep Metode Sariswara Ditinjau Dari Pendidikan Musik


Dalam Upaya Pengembangan Kurikulum Pendidikan Musik
Berbasis Kebudayaan Nasional Indonesia

Reviewing Sariswara Method in the Framework of Music


Education in Developing Music Education Curricula Based on
Indonesia National Culture

Oriana Tio Parhita Nainggolan1)*, Endang Ismudiati2), Benadito Anchieto


Manek3)
Program Studi Pendidikan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia

Abstrak
Metode Sariswara merupakan metode pendidikan yang dibuat oleh Ki Hadjar Dewantara. Metode ini dibuat sebagai
refleksi Ki Hadjar Dewantara terhadap pendidikan nasional di Indonesia yang lebih mengutamakan intelektualitas
saja. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan yang hanya mementingkan intelektualitas saja akan merusakan
tujuan pendidikan nasional yaitu menjadikan manusia Indonesia yang memiliki pribadi yang memiliki budi pekerti
luhur dan berkarakter. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka Ki Hadjar Dewantara menggunakan
konsep filosofisnya yaitu Amboeka Raras Angesti Widji yang artinya adalah kesenian merupakan landasan bagi
pendidikan. Dengan landasan filosofisnya ini kemudian Ki Hadjar Dewantara menciptakan metode Sariswara yaitu
metode pendidikan yang mengkombinasikan pelajaran bahasa, lagu dan cerita. Metode ini diinspirasi dari
pelajaran tentang Sastra Gendhing yang digunakan Sultan Agung Mataram untuk mendidik anak-anak di Jawa.
Landasan filosofis dan aktivitas pembelajaran dalam metode Sariswara memiliki kesamaan dengan metode-metode
pendidikan musik barat yang hingga hari ini masih digunakan seperti metode Dalcroze, metode Orff, metode
Kodály, dan metode Suzuki. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji metode Sariswara dari pandangan
Pendidikan Musik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian
diambil dari observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan mereduksi
data penelitian, menyajika data, dan menarik kesimpulan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa metode Sariswara
memiliki unsur-unsur pembelajaran yang sama dengan metode-metode pendidikan musik yang digunakan hingga
saat ini. Metode sariswara dapat dijadikan solusi bagi pengembangan kurikulum pendidikan musik di Indonesia
yang berlandaskan kebudayaan nasional Indonesia.

Kata Kunci: Sariswara, Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan Musik, Dalcroze, Orff, Kodaly, Suzuki.

Abstract
Sariswara method is an educational method created by Ki Hadjar Dewantara. This method was created to reflect Ki
Hadjar Dewantara on national education in Indonesia that prioritizes intellectuality only. According to Ki Hadjar
Dewantara, education that only attaches importance to intellectuality will damage the purpose of national education,
making Indonesian people have a person who has noble ethics and character. To realize the goal of national
education, Ki Hadjar Dewantara uses his philosophical concept, Amboeka Raras Angesti Widji, which means that art is
the foundation for education. Based on his philosophical foundation, Ki Hadjar Dewantara created the Sariswara
method, an educational method that combines language, songs and stories. This method inspired by lessons on Sastra
that Sultan Agung Mataram used to educate children in Java. The philosophical foundation and learning activities in
the Sariswara method have similarities with western methods of music education that are still used today, such as the
Dalcroze method, the Orff method, the Kodály method, and the Suzuki method. The purpose of this study was to
examine Sariswara methods from the view of music education. The research methods used are qualitative descriptive.
The data drawn from observations, interviews, literature studies, and documentation. The data analysis was done by
reducing data, display data, and conclude. The results show that the Sariswara method has the same thing, especially

150
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (2) (2021): 150-163

on philosophy background and learning elements. The Sariswara method can be used as a solution for developing
music education curricula in Indonesia based on Indonesian national culture.

Keywords: Sariswara, Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan Musik, Dalcroze, Orff, Kodaly, Suzuki.

How to Cite: Nainggolan, O.T.P. Ismudiati, E. Manek, B.A. (2021). Konsep Metode Sariswara Ditinjau Dari
Pendidikan Musik Dalam Upaya Pengembangan Kurikulum Pendidikan Musik Berbasis Kebudayaan
Nasional Indonesia. Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, Vol. 5 (2): 150-163.

*Corresponding author: Oriana Tio Parahita ISSN 2549-1660 (Print)


Nainggolan ISSN 2550-1305 (Online)
E-mail: orianatioparahitangl@gmail.com

151
Oriana Tio, Endang Ismudiati & Benadito Anchieto, Konsep Metode Sariswara Ditinjau dari Pendidikan

PENDAHULUAN intelektualitas, emosi, dan kemauan


Pendidikan Musik merupakan sebuah dengan tujuan mencerdaskan otak,
bidang tentang pengajaran dan menghaluskan budi, dan menyehatkan
pembelajaran musik. Tujuan dari badan. Intelektualitas adalah usaha
Pendidikan Musik bukanlah menjadikan meningkatkan kecerdasan kognitif peserta
seseorang menjadi musisi tetapi didik. Pendidikan emosi bertujuan
Pendidikan Musik memiliki tujuan: untuk menghaluskan budi secara afektif yang
memupuk rasa seni, mengembangkan berhubungan dengan kesopanan,
kemampuan musikal melalui kesusilaan, keindahan, dan sisi kejiwaan
intelektualitas dan daya artistik menurut lainnya. Pendidikan kemauan merupakan
kebudayaan bangsanya, dan terlebih lagi usaha mendorong peserta didik secara
Pendidikan Musik mempunyai tujuan motorik untuk dapat berusaha secara
membentuk manusia menjadi manusia maksimal terhadap segala sesuatu yang
seutuhnya. Artinya adalah melalui dibutuhkan dalam kehidupannya. Lebih
Pendidikan Musik kepribadian seseorang lanjut, Dewantara mengatakan bahwa
dapat dibentuk dan dibina melalui penopang tebesar pengembangan
kegiatan-kegiatan musical (Wiflihani et al., pendidikan nasional adalah seni
2017; Yuni, 2017). Bobot terbesar dalam tradisional. Menurut Dewantara,
pembelajaran musik berada pada pendidikan adalah salah satu alat
pembentukan kepribadian seseorang transformasi kebudayaan, maka itu
hingga dapat menjadi manusia yang kebudayaan sudah seharusnya mendapat
seutuhnya (Widaningsih, 2016). peran penting dalam pendidikan. Seni
Tujuan dari Pendidikan Musik menjadi penuntun kepribadian individu
memiliki kesamaan konsep dengan tujuan berkembang sesuai dengan kebudayaan di
pendidikan Nasional di Indonesia bahwa mana individu tersebut tinggal, sehingga
menurut Undang-Undang sistem pendidikan tersebut merupakan gambaran
Pendidikan Nasional Nomor: 20 tahun kebudayaan individu (Hadliansyah & Julia,
2003, tujuan pendidikan Nasional adalah 2018).
berkembangnya peserta didik menjadi Pendidikan intelektualitas, emosi,
manusia yang beriman dan bertaqwa dan kemauan merupakan triologi dalam
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak pendidikan yang idealnya dijadikan acuan
mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, dalam pendidikan nasional di Indonesia.
mandiri, dan menjadi warga negara yang Berdasarkan hal tersebut maka,
berdemokrasi serta bertanggung jawab pendidikan seni setara dengan pendidikan
(Noor, 2018). Berdasarkan tujuan bidang lainnya, dan berdasarkan hal ini
pendidikan Nasional, maka disimpulkan pula, Dewantara memasukkan pendidikan
bahwa Pendidikan Musik memiliki seni dalam konsep pendidikannya.
kepentingan untuk dimasukkan dalam Dewantara berpendapat bahwa
kurikulum pembelajaran di sekolah umum, pendidikan seni memberikan pengaruh
hal ini dikarenakan Pendidikan Musik baik bagi perkembangan jiwa peserta
memiliki tujuan untuk membentuk didik, jasmani dan rohani. Pendidikan seni
kepribadian individu. Pendidikan Musik bermanfaat untuk kecerdasan jiwa peserta
menjadi sarana dan media bagi didik sehingga dapat menghaluskan jiwa
pembentukan sikap, perilaku, dan watak yang pada akhirnya akan memperbaiki
individu. budi pekerti peserta didik. Pendidikan seni
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh yang dapat memperhalus budi pekerti
pendidik di Indonesia mendeskripsikan adalah pendidikan seni yang berdasarkan
bahwa pendidikan dimaknai sebagai usaha pada kebudayaan tradisi yang ada
membina peserta didik baik lingkungan masyarakat sekitar. Mengingat

152
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (2) (2021): 150-163

pentingya pendidikan seni, maka barat dengan metode pendidikan yang ada
pendidikan seni hendaknya dimulai sejak di Indonesia. Hasil dari kajian ini akan
usia dini (Susanto & Jaziroh, 2017). digunakan sebagai konsep berpikir bagi
Konsep pendidikan seni yang dibuat pengembangan pendidikan seni,
oleh Ki Hajar Dewantara memiliki khususnya pendidikan musik di Indonesia
kesamaan konsep dengan konsep agar tercapaianya tujuan pendidikan
pendidikan musik yang dibuat oleh Emilie- nasional Indonesia yang berciri
Jaques Dalcroze, Carl Orff, Zoltan Kodaly, kebudayaan Indonesia untuk kepentingan
dan Sinichi Suzuki yang menyebutkan pegembangan masyarakat Indonesia
bahwa pendidikan musik bukanlah untuk dalam memajukan peradaban bangsa.
membuat peserta didik menjadi pemain Kajian yang dihasilkan pada penelitian ini
musik, melainkan untuk menjadikan diharapkan juga dapat menjadi dasar bagi
peserta didik menjadi manusia seutuhnya pengembangan kurikulum pendidikan
sesuai dengan kebudayaannya. musik di seluruh wilayah di Indonesia.
Berdasarkan deskripsi ini, maka seni Artikel ini akan mengkaji tentang
tradisi atau kebudayaan lokal dimana metode Sariswara dengan menggunakan
peserta didik tinggal memiliki peran konsep-konsep pendidikan musik.
penting dalam pendidikan musik. Namun Penelitian ini diharapkan dapat
hal ini sangat berlawanan dengan realita memberikan kajian bagi penguatan bagi
yang ada, bahwa pendidikan musik di pendidikan musik dalam kurikulum
Indonesia hampir sebagian besar pendidikan di Indonesia. Selain itu,
menggunakan sistem pendidikan musik penelitian ini dapat berkontribusi pada
barat, yang bukan merupakan seni tradisi pengembangan kurikulum pendidikan
atau kebudayaan lokal dimana peserta musik yang berbasis budaya nasional
didik tinggal (Hadliansyah & Julia, 2018). Indonesia.
Apabila hal ini dibiarkan terus menerus METODE PENELITIAN
maka pendidikan musik akan kehilangan Tujuan penelitian ini adalah
makna pentingnya dalam pendidikan mendeskripsikan metode Sariswara dalam
nasional. pandangan Pendidikan Musik, maka itu
Dalam upaya mengembalikan makna metode yang digunakan pada penelitian ini
penting pendidikan musik dalam adalah metode penelitian deskriptif
pendidikan nasional di Indonesia, maka kualitatif. Metode deskriptif kualitatif
ditawarkan sebuah kosep yang dapat adalah metode yang bertujuan untuk
digunakan sebagai dasar pengembangan mendeskripsikan gambaran sebuah objek
kurikulum pendidikan musik di Indonesia penelitian yang diteliti melalui sampel atau
yaitu dengan menggunakan metode data yang telah terkumpul dan kemudian
Sariswara yang dibuat oleh Ki Hadjara membuat kesimpulan yang berlaku secara
Dewantara. Metode Sariswara adalah umum (Sugiyono, 2013).
metode pengajaran seni yang Penelitian ini dilakukan di
mengintegrasikan wiraga (tubuh), wirama laboratorium Sariswara yang beralamat di
(irama lagu atau cerita), dan wirasa Jalan Tamansiswa Nomor 31 Yogyakarta.
(perasaan). Metode ini memadukan tubuh Sumber data penelitin ini diambil dari
dengan irama lagu atau cerita dan rasa observasi, wawancara, studi pustaka, dan
(Salsabila et al., 2021; Suharyanto, 2017). dokumentasi. Setelah data terkumpul,
Penelitian ini akan mengkaji metode dilakukan triangulasi data. Setelah data
Sariswara dalam perspektif Pendidikan ditriangulasi maka data dianalisis dengan
Musik. Hal ini dilakukan dengan tujuan cara mereduksi data, menyajian data, dan
untuk melakukan kajian terhadap metode menarik kesimpulan.
pendidikan musik yang digunakan di dunia

153
Oriana Tio, Endang Ismudiati & Benadito Anchieto, Konsep Metode Sariswara Ditinjau dari Pendidikan

HASIL DAN PEMBAHASAN dengan mengutamakan kesesnian


A. Hasil Penelitian (Dewantara, 2013). Konsep Amboeka
1. Metode Sariswara Raras Angesti Widji kemudian dalam
Konsep metode Sariswara Ki Hadjar praktiknya dikenal dengan Metode
Dewantara dibuat dengan mengabungkan Sariswara. Metode Sariswara adalah
teori-teori pendidikan dari Friedrich Forbel bagaimana kesenian dapat menabur
(Jerman) tentang permainan, Maria keluhuran kebudayaan di sekolah. Metode
Montessori (Italia) tentang panca indera, Sariswara adalah bentuk bagaimana
Rudolf Steiner (Kroasia-Austria) tentang kesenian digunakan dalam pendidikan
wirama, dan Rabindranath Tagore (India) karakter luhur anak yang sesuai dengan
musik dan tari (Shandy & Trilisiana, 2020). kebudayaan lokal.
Berdasarkan hasil kajiannya terhadap Sariswara mengkombinasikan
berbagai macam metode pendidikan yang wiraga, wirama, dan wirasa (psikomotorik,
ada, maka Ki Hadjar Dewantara membuat kognitif, afektif) yang diimplementasikan
metode Sariswara. Metode ini diciptakan dalam bentuk dolanan anak. Wiraga
dengan landasan filosofis Ki Hadjar merupakan penyampaian materi
Dewantara “Amboeka Raras Angesti pembelajaran melalui gerak tubuh, wirasa
Widji”. Amboeka Raras Angesti Widji merupakan penyampaian materi yang
berarti membuka suara adalah pepucuk disampaikan melalui hati, sehingga peserta
pendidikan, yang dimaknai bahwa didik dapat menerima materi
kesenian merupakan landasan Pendidikan pembelajaran dengan senang hati,
(Dewantara, 2013). sedangkan wirama merupakan
penyampaian materi melalui lagu atau
tembang sehingga peserta didik merasa
bahagia saat melakukan
pembelajaran(Salsabila et al., 2021).
Ketika ketiga hal ini dilakukan secara
bersamaan, maka pembelajaran akan
dipahami dengan baik dan menimbulkan
watak atau karakter baik dalam diri
peserta didik.
Pembelajaran dalam metode
Sariswara dilakukan berdasarkan konsep
belajar 3N: nonton, niteni, dan nirokke.
Gambar 1. Metode Sariswara Nonton atau menonton memiliki arti
melihat. Kegiatan nonton adalah kegiatan
Konsep Amboeka Raras Angesti Widji panca indera untuk melihat, kegiatan ini
dalam pendidikan memiliki kedekatan melibatkan seluruh panca indera, sehingga
dengan kesenian. Kedekatan konsep kegiatan nonton berhubungan dengan
pendidikan ini dengan kesenian ada pada kemampuan kognitif. Niteni merupakan
kata “Raras” yang berarti suara, nembang kegiatan afektif yang berhubungan
atau menyanyi. Menyanyi merupakan mencermati atau memahami apa yang
bagian yang mewakili kesenian. Konsep ditangkap oleh panca indera. Nirokke
pendidikan ini diusung Dewantara menjadi merupakan kegiatan psikomotorik yang
konsep pendidikan di sekolah yang berarti menirukan (Dwiarso, 2010).
didirikan yaitu Taman Siswa. Di Taman Setelah melalui pembelajaran dengan
Siswa pendidikan kesenian mempunyai konsep 3N, maka diharapkan anak dapat
peranan yang sangat istimewa, karena mengerti dengan logikanya, memahami
pendidikan di Taman Siswa dimulai dengan perasaannya, dan melakukan

154
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (2) (2021): 150-163

pengetahuan yang telah didapatkan dalam manusia yang seutuhnya, seutuhnya


kehidupan bermasyarakat. Tujuan akhir diartikan sebagai manusia yang memiliki
dari konsep pembelajaran metode karakter atau moral yang baik.
Sariswara ini adalah menghasilkan Ritme merupakan elemen penting
individu yang tangguh dalam masyarakat dalam musik yang menghubungkan musik
dan memiliki moral yang baik (Suratman, dengan hidup manusia. Dalcroze
1987). mengatakan bahwa pengajaran ritme
2. Metode Emile-Jacques Dalcroze adalah pengajaran yang penting karena
Emile-Jaques Dalcroze (1865-1950) ritme tidak saja semata-mata materi
yang biasa dikenal dengan Dalcroze adalah pembelajaran musik tetapi merupakan
seorang pendidik musik berkebangsaan pelajaran umum, artinya adalah bahwa
Perancis dan menentap di Vienna, Austria. semua kehidupan manusia memiliki ritme
Dalcroze belajar musik di Conservatoire de seperi siang dan malam, pergantian
Musique Geneva (1877-1883). Pada tahun musim, bernafas, dan lain sebagainya.
1892, Dalcroze diangkat menjadi pengajar Berdasarkan hal tersebut, maka Dalcroze
musik di Conservatoire de Musique menyatakan bahwa pembelajaran ritme
Geneva. Pada saat mengajar, Dalcroze memiliki manfaat yang baik bagi
menemukan bahwa sebagian muridnya pembentukan kepribadian manusia.
mengalami masalah dalam merespon Berdasarkan pemikiran Dalcroze, maka
musik, dari permasalahan ini, Dalcroze metode Eurhythmics memiliki tujuan
menciptakan metode pendidikan musik mengembangkan pikiran dan perasaan
yang disebut Rhythmic Gymnastics yang pada kehidupan manusia, sehingga dapat
kemudian dikenal dengan metode dikatakan bahwa ritme musik meruapakn
Eurhythmics. Eurhythmics berasal dari ekspresi langsung dari jiwa, gerak tubuh,
bahasa Yunani dari kata ‘Eu’ dan dan pikiran manusia untuk membentuk
‘Rhythmos’ yang berarti good atau right manusia yang seutuhnya, seutuhnya
rhythm (ritme yang bagus). diartikan sebagai manusia yang memiliki
Ritme merupakan elemen penting karakter atau moral yang baik.
dalam musik yang menghubungkan musik Dalam pembelajaran ritme, Dalcroze
dengan hidup manusia. Dalcroze menyaranakan untuk menggunakan lagu
mengatakan bahwa pengajaran ritme daerah dimana individu tinggal, karena
adalah pengajaran yang penting karena menurutnya setiap negara memiliki gaya
ritme tidak saja semata-mata materi ritmik yang unik yang terdapat dalam lagu
pembelajaran musik tetapi merupakan daerah atau lagu rakyat tersebut. Dalam
pelajaran umum, artinya adalah bahwa lagu daerah terdapat kombinasi aksen
semua kehidupan manusia memiliki ritme natural, bahasa, gerak tubuh, perasaan
seperi siang dan malam, pergantian terdalam terhadap daerah dimana individu
musim, bernafas, dan lain sebagainya. tinggal. Dalcroze mengatakan bahwa
Berdasarkan hal tersebut, maka Dalcroze musik adalah kekuatan budaya yang
menyatakan bahwa pembelajaran ritme berakar dalam kehidupan masyarakat
memiliki manfaat yang baik bagi yang pada akhirnya akan membentuk
pembentukan kepribadian manusia. karakter individu (Bauer, 2013).
Berdasarkan pemikiran Dalcroze, maka Dalam metode Eurhythmics terdapat
metode Eurhythmics memiliki tujuan tiga komponen utama yaitu Rhythmic
mengembangkan pikiran dan perasaan Solfège (Ear Training), Improvisation,
pada kehidupan manusia, sehingga dapat Eurhythmics. Rhythmic Solfège (Ear
dikatakan bahwa ritme musik meruapakn Training) adalah kemampuan untuk
ekspresi langsung dari jiwa, gerak tubuh, mendengar musik yang bertujuan
dan pikiran manusia untuk membentuk mengembangkan ‘inner hearing’, yaitu

155
Oriana Tio, Endang Ismudiati & Benadito Anchieto, Konsep Metode Sariswara Ditinjau dari Pendidikan

kemampuan mendengar notasi musik kemudian disebut dengan nama Orff


tanpa memainkan instrumen musik. Schulwerk (schoolwork). Tujuan utama dari
Kemampuan ini dipelajari dengan metode ini adalah memberikan
menggunakan solfège fixed-Do. kesempatan pada siswa untuk membuat
Pembelajaran kemampuan mendengar dan mengarang musik melalui eksplorasi,
musik dipadukan dengan ritme dan gerak improvisasi dan invensi yang merupakan
tubuh, baik gerak lokomotor (gerakan pendekatan dalam pendidikan musik. Orff
yang mengakibatkan perpindahan tempat Schulwerk juga bertujuan untuk
seperti: berjalan, berlari, melompat, dan memperkaya kehidupan siswa melalui
gerak lainnya) ataupun non-lokomotor pengembangan musikalitasnya (Frazee &
(gerak yang tidak menyebabkan Kreuter, 1987).
perpindahan tempat seperti: Konsep pembelajaran musik Orff
membungkuk, mengayun, berjongkok, dan terdiri dari kombinasi gerak, ucapan atau
gerak lainnya). Improvisation atau bahasa, dan musik (Johnson, 2017). Gerak,
improvisasi adalah kemampuan yang ucapan, musik dihubungkan oleh daya
dihasilkan dari latihan secara pemersatu yaitu ritme yang menurut Orff
berkelanjutan. Dalam metode merupakan ekspresi natural manusia,
Eurhythmics, improvisasi diajarkan maka sudah seharusnya pembelajaran
melalui kegiatan seperti guru memainkan musik harus diawali dengan ritme (Orff,
alat musik, sedangkan murid melakukan 1963). Gerak, ucapan, dan musik dalam
merespon ritme musik yang dimainkan metode Orff disebut sebagai musik
guru dengan mengimprovisasi gerak elemental. Musik elemental merupakan
dalam merespon ritme. Improvisasi bentuk musik yang tidak berisi musik saja,
bertujuan meningkatkan kemampuan tetapi merupakan kesatuan bentuk yang
untuk melakukan improvisasi musikal terdiri dari gerak, tarian, dan ucapan.
dengan menggunakan instrumen musik Melalui konsep ini, siswa tidak hanya
yang dipilih peserta didik. Eurhythmics sebagai pendengar tetapi ikut
adalah fondasi dasar dalam metode berpartisipasi aktif dalam kegiatan
Dalcroze, yaitu bagaiaman individu bermusik.
mersepon musik yang didengar dengan Metode Orff Schulwerk merupakan
menggunakan gerak tubuh. pembelajaran aktif dan kreatif.
3. Metode Carl Orff Pembelajaran musik ini disebut juga
Metode pengajaran musik Carl Orff sebagai pembelajaran musik elemental
biasa disebut juga dengan Orff-Schulwerk yang berarti relevan dan wajar sesuai
diciptakan oleh Carl Heinrich Maria Orff dengan kebutuhan dan minat anak. Isi
(1895-1982) atau yang biasa disebut Carl pembelajaran juga disesuaikan dengan
orff, seorang komposer dan pendidikan tumbuh kembang anak, sehingga dapat
musik yang kelahiran Jerman. Orff dimengerti dengan mudah oleh anak.
menempuh studi musik di Munich Metode Orff Schulwerk adalah
Academy of Music pada tahun 1912-1914. pembelajaran musik yang berorientasi
Pada tahun 1924, Orff bersama temannya pada anak atau dikenal dengan child-
D. Günther (guru senam, illustrator dan centered dikembangkan berdasarkan
penulis) mendirikan pusat pelatihan filsafat pendidikan dari ahli teori
senam dan tari dengan nama Günther pendidikan seperti Piaget, Vygotsky,
School. Dari sekolah inilah Orff Dewey, dan Montessori (Jorgenson, 2011).
mengembangkan konsep pembelajaran Filsafat pendidikan dari ahli teori
musiknya. Konsep pembelajaran musik pendidikan ini mengatakan bahwa
Orff menggunakan konsep Yunani kuno pembelajaran untuk anak harus berpusat
yaitu ‘musiké’ (Schumacher, 2013), yang pada anak, sesuai dengan tahapan

156
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (2) (2021): 150-163

pertumbuhan dan perkembangan anak, alami melakukan keinginannya untuk


maka itu digunakan aktivitas-aktivitas bergerak, karena menurut Goodkin alat
yang digunakan dalam Orff Schwulerk musik perkusi mendorong anak untuk
adalah aktivitas yang digemari anak yaitu bergerak, yang merupakan elemen penting
melalui bermain atau permainan dan di Orff Schulwerk, maka itu Orff
menggunakan inajinasi anak. menganggap alat musik perkusi adalah alat
Dalam Orff Schulwerk bermain adalah penting pembentuk musik elemental
aktivitas penting karena bermain tidak (Goodkin, 2008). Dalam Orff Schulwerk,
saja menyediakan sarana meningkatkan ada satu elemen lagi yang menjadi
interaksi sosial anak, tetapi juga penunjang pembelajaran musik yaitu
memberikan kontribusi yang baik untuk kreativitas dan improvisasi. Improvisasi
perkembangan anak. Melalui permainan adalah proses yang dimulai darai imitasi
anak-anak dapat mengekspresikan emosi dan pada akhirnya akan menuju kepad
mereka dan memahami dunia mereka. sebuah invensi yang biasanya disebut
Selain bermain, aktivitas penting dalam kreativitas.
Orff Schulwerk adalah gerak. Gerak adalah 4. Metode Zoltán Kodály
respon natural yang memberikan Metode pengajaran musik Zoltán
kesempatan pada anak untuk menjadi aktif Kodály biasa disebut dengan Kodály
dalam interaksi sosial dan menjadiakn method (metode Kodály) dibuat oleh
tubuh sebagai alat berekspresi. Elemen komposer, etnomusikolog, dan pendidik
berikutnya yang juga merupakan elemen musik Hongari Zoltán Kodály (1882-1967).
penting dalam Orff Schulwerk adalah Metode ini diciptakan sekitar tahun 1940-
ucapan atau bahasa. Bahasa dianggap an. Metode ini berkembang setelah perang
menjadi elemen penting dalam Orff dunia ke II, yaitu sekitar tahun 1950-an
Schulwerk didasarkan pada pendapat (László, 2019). Kodály hidup dalam
Goodkin yang mengatakan bahwa keresahan politik di negaranya saat itu,
permainan kata anak-anak atau yang sehingga kemudian Kodály mencari cara
dikenal dengan nursery rhymes adalah alat agar tetap dapat melestarikan
yang baik untuk belajar musik dan Bahasa kebudayaannya, dan Kodály menemukan
(Goodkin, 2008). Nursery rhymes memiliki jawabannya di musik. Selain keresahan
kedekatan dengan permainan anak dan terhadap situasi politik negaranya, Kodály
memberikan kesempatan pada anak untuk juga menemukan bahwa kesadaran akan
bergerak. Ketiga aktivitas dalam Orff pendidikan musik di negaranya sangat
Schulwerk disimpulkan menjadi aktivitas rendah, bahkan pendidikan musik dimulai
dan metode yang penting dalam sangat terlambat sekali di sekolah umum.
pembelajaran musik. Dengan melakukan Untuk mengatasi hal tersebut, maka
ketiga hal ini, anak-anak akan lebih siap Kodály merombak sistem pendidikan
dalam pembelajaran musik berikutnya, musik di Hongaria. Usahanya dimulai
seperti bermain instrumen musik. dengan menulis berbagai macam artikel
Salah satu ciri pembelajaran musik dan esai untuk meningkatkan kesadaran
dengan Orff Schulwerk adalah penggunaan masyarakat Hongaria akan pendidikan
instrumen musik sebagai alat untuk musik. Solusi yang diberikan Kodály akan
mengiringi nyanyian. Instrumen musik rendahnya kesadaran pendidikan musik
yang digunakan adalah instrumen musik adalah dengan melatih guru musik,
perkusi dari kayu atau logam yang membuat kurikulum yang lebih baik, dan
memiliki nada dan yang tidak bernada lebih banyak mengalokasikan waktu
(memainkan ritme). Penggunaan alat pembelajaran di sekolah untuk belajar
musik perkusi ini karena dengan musik.
menggunakan alat perkusi siswa secara

157
Oriana Tio, Endang Ismudiati & Benadito Anchieto, Konsep Metode Sariswara Ditinjau dari Pendidikan

Filsafat Kodály tentang pendidikan untuk dapat lancar dan mengerti bahasa
musik adalah bahwa musik adalah milik mereka (Chosky, 1981). Kodály
semua orang, maka itu setiap orang menyarankan bahwa pendidikan musik
memiliki hak untuk mendapat pengajaran harus dimulai sejak usia dini. Prinsip-
music (Houlahan & Tacka, 2015). Dari prinsip dalam metode pendidikan Kodály
pemikirannya tersebut, maka Kodály dilakukan berdasarkan tahapan
berupaya untuk membuat sistem perkembangan anak. Terdapat empat
pendidikan musiknya untuk dapat konsep pada Metode pendidikan musik
digemari semua orang karena menurut Kodály yaitu: materi pembelajaran harus
Kodály musik adalah sesuatu yang diambil dari lagu rakyat (kebudayaan
diwariskan agar perkembangan manusia lokal), menyanyi adalah hal pertama yang
agar menjadi manusia yang seutuhnya harus diajarkan, pembelajaran dimulai
(Zemke, 1977). Karena musik dapat dari materi yang sederhana ke materi yang
mempengaruhi semua orang, maka musik sulit, dan urutan pembelajaran harus
harus dapat dipahami dan dibuat dari memperhatikan perkembangan kognitif
sumber yang juga dipahami manusia. Agar dan psikomotor anak (Hudgens, 1987).
musik dapat dipahami oleh semua orang, 5. Metode Sinichi Suzuki
maka musik harus diajarkan menurut Metode Suzuki atau sering disebut
budaya dimana manusia tinggal, yaitu Talent Education dibuat oleh seorang
dengan menggunakan budaya nasional. filsuf, violist, dan pendidik musik, Sinichi
Bagi Kodály hanya musik yang memiliki Suzuki (1898-1998). Prinsip pada metode
nilai artistik yang tinggilah yang dapat ini didasarkan pada pengulangan serta
digunakan untuk mengajar anak-anak memperkenalkan gagasan pendidikan
untuk menanamkan apresiasi terhadap musik sebgagai “love education” atau
budayanya (Chosky, 1981). pendidikan cinta. “Love education” adalah
Menyanyi (tanpa iringan) dianggap pendidikan musik yang menggabungkan
merupakan dasar kebudayaan musikal. aspek keluarga untuk pendidikan musik
Menyanyi menggunakan instrumen alami dan dengan menggunakan gagasan
yang dimiliki manusia yaitu suara. pengulangan dalam pembelajaran musik
Menurut Kodály, menyanyi dapat (Hendricks & Hendricks, 2013). Metode
membantu perkembangan emosi serta pendidikan Suzuki sangat terkenal dan
intelektual dan berfungsi sebagai ekspresi banyak digunakan dalam pembelajaran
musikal, maka itu menyanyi merupakan biola, namun filsafat pendidikannya dapat
aktivitas musikal yang terbaik untuk digunakan dalam pendidikan musik untuk
mengenalkan musik pada anak. Pelajaran anak-anak. Metode Suzuki juga biasa
menyanyi harus dimulai dengan dikenal dengan “Mother Tongue” atau
mengajarakan lagu rakyat (Zemke, 1977). Bahasa Ibu. Hal ini berasal dari
Lagu rakyat atau folk song akan lebih pengamatan Suzuki terhadap anak-anak
mudah dimengerti anak (Russel-Smith, Jepang yang mempelajari ‘bahasa ibu’
1980). Lebih lanjut Kodály mengemukakan mereka tanpa kesulitan yang berarti,
bahwa lagu rakyat adalah kekayaan padahal menurut Suzuki, bahasa Jepang
budaya yang harus dilestarikan dan termasuk bahasa yang sulit untuk
disebarkan untuk dapat mengembangkan dipelajari (Suzuki & Morita, 1986).
perkembangan anak. Landasan filosofis yang utama dari
Dalam lagu rakyat, bahasa dan musik metode Suzuki adalah bahwa semua anak-
dipadukan dengan cara yang unik yang anak dapat belajar jika diajarkan dengan
terwujud dalam melodi dan ritme, yang cara yang benar. Menurut Suzuki
memungkinkan anak tidak saja belajar kemampuan bermusik bukanlah bawaan
bahasa dan musik, tetapi juga melatih anak lahir tetapi dapat dipelajari (Boomer,

158
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (2) (2021): 150-163

2013). Suzuki juga menjelaskan bahwa seperti pada saat belajar bahasa. Pada saat
mendengar dan bermain musik yang baik belajar bahasa, anak akan mendengarkan,
dapat membantu anak menjadi manusia kemudian menirukan, dan kemudian dapat
yang baik, serta menjadi anggota berbicara. Dalam metode Suzuki, anak
masyarakat yang baik, memiliki kepekaan disarankan mendengarkan musik selama
terhadap oran lain. Pandangannya tentang satu hingga tiga kali sehari. Dalam
memainkan musik yang berulang-ulang metodenya, anak tidak membaca notasi
adalah bahwa dengan memainkan musik lagu yang dimainkan, melainkan guru akan
yang berulang-ulang, anak-anak dapat memainkan lagu yang hendak dipelajari
“merasakan” makna musik yang dimaksud dan baru kemudian anak akan
oleh komposer untuk meningkatkan menirukannya.
ekspresi dan musikalitas. Elemen dalam metode Suzuki yang
Suzuki mengatakan bahwa pendidikan keempat adalah keterlibatan orang tua
musik harus dimulai sejak usia dini, karena yang merupakan hal penting dalam
menurut Suzuki sangat penting metode Suzuki. Menurut Suzuki anak umur
mengenalkan budaya musik sebelum anak- tiga hingga lima tahun belum dapat
anak dapat membaca dan memainkan membuat keputusan sendiri dan mudah
musik. Perbedaan metode Suzuki dengan lupa, sehingga membutuhkan orang tua.
metode pendidikan musik lainnya adalah Orang tua akan mengamati seluruh
menghafal. Suzuki percaya dengan pembelajaran musik, mendampingi guru
menghafal siswa dapat musik baik di kelas atau pada saat berlatih
menginternalisasikan musik secara dirumah, dan orang tua memastikan
mendalam. Suzuki juga menekankan bahwa anak berlatih secara teratur. Kelima
pentingya interaksi siswa dalam kelompok adalah ketekunan. Suzuki menekankan
atau bermain musik bersama dengan pentingnya ketekunan dan pengulangan
teman sebaya. Hal ini dimaksudkan agar dalam memperoleh kemampuan bermain
sejak dini, anak-anak dapat tampil di musik. Sukses dalam belajar musik dilalaui
depan umum, sehingga semakin banyak dengan rajin dan disiplin. Keenam adalah
tampil di depan umum, anak tidak dukungan dan motivasi orang tua. Dalam
merasakan gugup dan cemas lagi metode Suzuki, guru, orang tua murid, dan
dikemudian hari. murid adalah tiga hal yang tidak dapat
Dari filosofi Suzuki tentang pendidikan dipisahkan. Kunci sukses pembelajaran
musik, maka pada pendidikan musiknya musik dengan menggunakan metode
terdapat enam elemen penting yaitu: Suzuki adalah pada komunikasi antara
Pertama, setiap anak dapat belajar musik. guru, orang tua murid, dan murid yang
Metode Suzuki diperuntukkan untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan
semua anak, tidak saja anak berbakat, pembelajaran. Komunikasi yang baik
karena menurut Suzuki semua anak dalam pembelajaran musik metode Suzuki
dilahirkan dengan kemampuan yang sama. dibangun berdasarkan kejujuran dan
Kedua, environment nurtures growth, saling menghormati. Guru, orang tua
artinya bahwa anak akan dengan mudah murid, dan murid memiliki tanggung
belajar dari lingkungan disekitar anak jawab masing-masing untuk mencapai
tumbuh. Ketiga, ability develops early, kesuksesan pembelajaran.
karena Suzuki menyakini bahwa setiap 6. Metode Sariswara Dengan Metode
anak dilahirkan dengan kemampuan yang Pendidikan Musik Barat
sama, maka kemampuan tersebut harus Metode Sariswara yang dibuat oleh Ki
dikembangkan sejak dini. Belajar musik Hadjar Dewantara memiliki kesamaan
sejak dini dilakukan dengan mengulang- konsep dengan metode-metode
ulang lagu yang sedang dipelajari, sama pendidikan musik yang dibuat oleh

159
Oriana Tio, Endang Ismudiati & Benadito Anchieto, Konsep Metode Sariswara Ditinjau dari Pendidikan

pendidik musik di negara barat. Bagian ini perasaan manusia. Melalui pembelajaran
akan menguraikan konsep metode musik, anak akan menginternalisasikan
Sariswara dengan metode pendidikan elemen-elemen musikal untuk mengasah
musik barat yang sampai saat ini masih pikiran, perasaan, dan psikomotor agar
digunakan seperti metode Dalcroze, semakin baik. Pikiran, perasaan, dan
metode Orff, metode Kodály, dan metode psikomotor adalah tiga hal pembentuk
Suzuki. Hal pertama yang akan diuraikan manusia yang memiliki budi pekerti luhur.
berkaitan dengan landasan filosofis dari Berdasarkan hal ini, maka konsep
masing-masing metode. pendidikan musik diutamakan untuk
menjadi media bagi perkembangan
Tabel 1. Perbandingan Metode Sariswara Dengan manusia.
Metode Pendidikan Musik Landasan filosofis dari pendidikan
Nama Metode Landasan Filosofis
musik tersebut melandasi metode
Metode Eurhythmics Pembelajaran musik
(Emile-Jaques Dalcroze) merupakan pembentuk pembelajaran musiknya, bahwa metode
bagi kepribadian yang digunakan harus dapat digunakan
manusia, meningkatkan untuk melatih pikiran, perasaan, dan
intelektualitas, dan psikomotor anak untuk menjadi manusia
perasaan. seutuhnya. Berikutnya akan dijabarkan
Metode Orff Schulwerk Pembelajaran musik metode-metode yang digunakan pendidik
(Carl Orff) dapat membuat manusia
menjadi humanis.
musik dalam pembelajaran musik yang
Metode Kodály (Zoltan Pembelajaran musik mereka ciptakan:
Kodály) harus diberikan kepada
semua anak agar anak Tabel 2. Metode Pendidikan Musik
dapat menjadi manusia
seutuhnya.
Metode Suzuki (Sinichi Pembelajaran musik
Suzuki) dapat membantu anak
untuk dapat menjadi
manusia yang baik.
Metode Sariswara (Ki Pembelajaran kesenian
Hadjar Dewantara) dapat membentuk budi
pekerti luhur dan
membentuk karakter
baik pada anak.

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa


metode Sariswara memiliki kesamaan
landasan filosofis, bahwa pendidikan musik
bukan menjadikan seseorang menjadi
musisi, tetapi lebih pada pembentukan
karakter anak. Pembentukan karakter anak
untuk menjadi pribadi yang memiliki budi
pekerti luhur adalah lebih penting daripada Pada tabel diatas, diketahui bahwa
hanya semata-mata menjadi musisi. aktivitas yang dirancang masing-masing
Memiliki karakter yang baik akan pendidik musik memiliki kemiripan. Rata-
menjadikan anak menjadi individu yang rata pendidikan musik disarankan dimulai
utuh, artinya adalah individu yang memiliki sejak usia dini, menggunakan lagu (musik
pendirian teguh, cerdas, berguna untuk yang memiliki unsur bahasa), gerak, dan
kemajuan peradaban manusia. permainan anak. Metode pengajarannya
Pembelajaran musik dapat hampir mirip dengan metode Sariswara.
menyimbangkan intelektualitas dan Aktivitas pembelajaran dari masing-masing

160
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (2) (2021): 150-163

metode pendidikan musik menggunakan bahasa ibunya (mother tongue). Anak-anak


aspek pikiran, perasaan, dan psikomotor tidak mengalami kesulitan sama sekali
anak yang digunakan untuk melatih dan ketika belajar bahasa ibunya, meskipun
mengembangkan budi pekerti anak. bahasa tersebut sulit untuk dipelajari
Pembelajaran dari masing-masing metode (Suzuki & Morita, 1986). Analogi ini ketika
tersebut juga memperhatikan tumbuh dan diimplementasikan pada pembelajaran
kembang anak (psikologi perkembangan musik dipercaya akan lebih mudah untuk
anak). memahami materi pembelajaran musik,
Dari masing-masing metode karena materi yang digunakan adalah
pembelajaran musik yang menarik adalah materi yang mereka temukan dalam
metode-metode tersebut menggunakan folk kehidupan sehari-hari.
song bukan musik klasik barat seperti yang SIMPULAN
digunakan di sebagian besar sekolah di Dari hasil penelitian ini, didapatkan
Indonesia. Folk Song menurut Kodály hasil bahwa metode Sariswara dapat
memiliki banyak manfaat dalam digunakan sebagai metode pendidikan
pembelajaran musik. Kodály menjelaskan musik di Indonesia dengan basis
materi pembelajaran musik yang sesuai kebudayaan nasional Indonesia.
dengan perkembangan, fisik, dan psikologis Pendidikan musik yang berbasis
anak banyak ditemukan dalam folk song. kebudayaan nasional Indonesia adalah
Bahkan Kodály mengatakan tidak ada yang salah satu jawaban dari permasalahan-
dapat menggantikan kesenian tradisi permasalahan yang timbul dalam bidang
(Houlahan & Tacka, 2015). pendidikan musik di Indonesia
Hampir semua aktvitias Metode Sariswara yang dijadikan
pembelajaran yang disarankan oleh bahan kajian pada penelitian ini merupakan
pendidik musik dari barat dapat ditemukan solusi yang ditawarkan untuk
dalam metode Sariswara. Metode Sarsiwara menyelesaikan berbagai macam
menggunakan nyanyian, folk song, dan permasalahan dalam pendidikan musik di
bahasa, dimulai sejak usia dini, diajarkan Indonesia. Permasalahan-permasalahan
dengan memperhatikan pertumbuhan dan yang muncul dalam pendidikan musik di
perkembangan anak. Dengan Indonesia lebih kepada ketidaktahuan akan
memperbandingkan aktivitas pembelajaran pentingnya musik dalam pendidikan.
dari masing-masing metode pendidikan Metode Sariswara ini telah lama ditawarkan
musik, maka dapat disimpulkan bahwa oleh Ki Hadjar Dewantara sebagai cara
metode Sariswara dapat digunakan untuk mendidik anak berdasarkan kebudayaan
pembelajaran musik di Indonesia, terutama bangsa Indonesia dengan menggunakan
di sekolah-sekolah umum. Metode kesenian lokal dimana pembelajaran musik
Sariswara dapat digunakan sebagai bahan dilakukan.
pengembangan kurikulum pendidikan Ki Hadjar Dewantara membuat
musik, sehingga kurikulum pendidikan metode Sariswara tidak hanya untuk
musik di Indonesia menjadi kurikulum masyarakat Jawa, tetapi untuk semua
pendidikan musik yang berbasis rakyat Indonesia. Maka dalam metode
kebudayaan nasional Indonesia. Sariswara tidak disebutkan secara spesifik
Kurikulum pendidikan musik kebudayaan propinsi tertentu, melainkan
berbasis kebudayaan nasional penting dituliskan kebudayaan atau kesenian lokal.
untuk digunakan dalam pembelajaran Kesenian dan kebudayaan lokal di
musik. Hal ini didasarkan pada ide Suzuki Indonesia adalah kesenian dan
dalam menciptakan metode pembelajaran kebudayaan yang ada di seluruh propinsi
musiknya, Suzuki mengambil analogi ketika di Indonesia. Sehingga konsep dalam
seseorang belajar untuk berbicara dalam metode Sariswara dapat digunakan untuk

161
Oriana Tio, Endang Ismudiati & Benadito Anchieto, Konsep Metode Sariswara Ditinjau dari Pendidikan

mengembalikan peran Pendidikan Musik A General Music Education.


dan sekaligus digunakan dalam
László, S. (2019). Promoting the Kodály Method
pengembangan kurikulum Pendidikan during the Cold War: Hungarian Cultural
Musik di sekolah umum di Indonesia. Diplomacy and the Transnational Network of
Music Educators in the 1960s and 1970s. In
DAFTAR PUSTAKA Multunk.
Bauer, W. R. (2013). Radical Departure: Where did
Noor, T. (2018). Rumusan Tujuan Pendidikan
Emile Jaques Get the Idea of Rhythmic
Nasional Pasal 3 Undang-Undang Sistem
Education? American Dalcroze Journal, 39(2),
Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. In
6–19.
Wahana Karya Ilmiah Pendidikan (Vol. 2, Issue
1, pp. 123–144).
Boomer, G. (2013). A journal extract: On’learning’.
Chosky, L. (1981). The Kodály context: creating an
Orff, C. (1963). The Schulwerk: Its origin and aims.
environment for musical learning. Prentice
Music Educators Journal, 49(5), 69–74.
Hall.
Russel-Smith, G. (1980). Influenced by Kodaly. Music
Dewantara, K. H. (2013). Ki Hadjar Dewantara
Teacher, 59, 16.
Bagian Pertama: Pendidikan. Cetakan Ke-5.
Yogyakarta: UST Press & Majelis Luhur
Salsabila, H., Raspati, M. I., Annisa, F. Y., Andini, D.
Persatuan Tamansiswa.
W., & Praheto, B. E. (2021). METODE
SARISWARA SEBAGAI AKOMODASI
Dwiarso, P. (2010). Napak Tilas Ajaran Ki Hadjar
KEBERAGAMAN SISWA DI KELAS INKLUSIF.
Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur
TRIHAYU: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 7(2).
Pesatuan.
Schumacher, K. (2013). The Importance of Orff-
Frazee, J., & Kreuter, K. (1987). Discovering Orff: A
Schulwerk for Musical Social-Integrative
curriculum for music teachers. Schott &
Pedagogy and Music Therapy. Approaches :
Company Limited.
Music Therapy & Special Music Education, 5(2),
113–118.
Goodkin, D. (2008). Juega, canta y baila: una
http://sfx.nelliportaali.fi/sfxlcl3?url_ver=Z39.
introducción al proceso de enseñanza Orff
88-
Schulwerk. Universidad de Puerto Rico.
2004&rft_val_fmt=info:ofi/fmt:kev:mtx:journa
l&genre=article&sid=ProQ:ProQ%253Aiimpft
Hadliansyah, D. H., & Julia, J. (2018). Menggali
&atitle=The+Importance+of+Orff-
Ideologi Ki Hajar Dalam Pendidikan Seni. 1–6.
Schulwerk+for+Musical+Social-
https://doi.org/10.31219/osf.io/zexwv
Integrative+Pedagogy+and+Music+Therapy&t
itle=Approaches+%253
Hendricks, K. S., & Hendricks, K. S. (2013). The
Philosophy of Shinichi Suzuki : " Music
Shandy, H. D. A., & Trilisiana, N. (2020).
Education as Love Education " The Philosophy
Implementasi metode sariswara Ki Hadjar
of Shinichi Suzuki. 19(2), 136–154.
Dewantara dalam membangun kemerdekaan
jiwa individu anak. Epistema, 1(1), 31–38.
Houlahan, M., & Tacka, P. (2015). Kodály today: A
cognitive approach to elementary music
Sugiyono, M. P. K. (2013). Kualitatif, dan Kombinasi
education. Oxford University Press.
(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Hudgens, C. K. K. (1987). A study of the Kodaly
Suharyanto, A. (2017). Sejarah Lembaga Pendidikan
approach to music teaching and an
Musik Klasik Non Formal di Kota Medan.
investigation of four approaches to the teaching
Gondang: Jurnal Seni Dan Budaya, 1(1), 6–11.
of selected skills in first grade music classes.
University of North Texas.
Suratman, K. (1987). Tugas Kita Sebagai Pamong
Taman Siswa. Majelis Luhur Yogyakarta.
Johnson, D. (2017). How orff is your schulwerk?
Musicworks: Journal of the Australian Council of
Susanto, Y. H., & Jaziroh, A. (2017). Pemahaman dan
Orff Schulwerk, 22, 9–14.
Penerapan Sistem Among Ki Hadjar
Dewantara pada Usia Wiraga. Indigenous:
Jorgenson, L. B. (2011). An analysis ofthe music
Jurnal Ilmiah Psikologi, 2(2), 119–127.
education philosophy of Carl Orff. ME-PD in EC-

162
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (2) (2021): 150-163

https://doi.org/10.23917/indigenous.v2i2.44 Studi Pendidikan Musik Universitas Negeri


63 Medan. Gondang: Jurnal Seni Dan Budaya, 2(1),
Suzuki, S., & Morita, P. (1986). Nurtured by Love. 20–27.
Cleveland Institute of Music.
Yuni, Q. F. (2017). Kreativitas Dalam Pembelajaran
Widaningsih, E. (2016). Pembelajaran Seni Budaya Seni Musik Di Sekolah Dasar: Suatu Tinjauan
Dan Keterampilan Menumbuhkan Kecerdasan Konseptual. ELEMENTARY: Islamic Teacher
Moral Secara Kompetitif. In EduHumaniora | Journal, 4(1).
Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru (Vol. 4, https://doi.org/10.21043/elementary.v4i1.19
Issue 2). 80
https://doi.org/10.17509/eh.v4i2.2826
Zemke, L. (1977). The Kodály concept: Its history,
Wiflihani, W., Widiastuti, U., & Sembiring, A. S. philosophy, and development. Mark Foster
(2017). Pengembangan Musikalitas Melalui Music Company.
Bunyi-Bunyi Alam pada Mahasiswa Program

163

Anda mungkin juga menyukai