Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL

PEMBELAJARAN SENI MUSIK BERBASIS KARAKTER BUDAYA


BANGSA
Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Seni Musik
Dosen Pengampu

: Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd

Oleh:
Nama

: Nurhidayah Rahmawati

NIM

: 1401414427

Rombel

: 4B

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

PEMBELAJARAN SENI MUSIK BERBASIS KARAKTER BUDAYA


BANGSA
Oleh : Nurhidayah Rahmawati
ABSTRAK
Seni Musik merupakan ungkapan batin yang dinyatakan dengan irama nada yang
melodis. Pendidikan kesenian, sebagaimana yang dinyatakan Ki Hajar Dewantara,
merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak.
Pendidikan kesenian yang terdiri dari seni rupa, seni musik, dan seni tari sangat
bermanfaat bagi siswa, terutama seni musik. Pendidikan seni musik merupakan
pendidikan yang dapat membentuk karakteristik anak secara langsung maupun
tidak langsung. Sedangkan Pendidikan karakter budaya bangsa ditempatkan
sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu
mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk
mendukung perwujudan cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945. Pembelajaran musik melalui lagu nasional merupakan
salah satu alternatif pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak untuk
mengenal lagu-lagu wajib/nasional, karena lagu-lagu tersebut mengandung
nilai-nilai positif dan pesan moral di dalamnya. Nilai moral yang disisipkan dalam
lirik lagu nasional mengandung semangat nasionalisme yang dapat menjadi
modal dasar pembentukan karakter. 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter
menurut Diknas adalah: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

Kata kunci : Pembelajaran seni musik, karakter budaya bangsa, dan lagu
wajib/nasional

PENDAHULUAN
Seni Musik merupakan ungkapan batin yang dinyatakan dengan irama
nada yang melodis. Pendidikan kesenian, sebagaimana yang dinyatakan Ki Hajar
Dewantara, merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian
anak. Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena turut
menentukan kemajuan suatu bangsa. Ditinjau dari landasan yuridis, pendidikan
karakter telah tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas), dan telah ditindaklanjuti dengan kebijakan Kemdiknas
untuk diberlakukan pada semua jenis dan jenjang pendidikan mulai TA 2011.
Maka dari itu karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini.
Bangsa Indonesia mempunyai cita-cita untuk menjadi bangsa yang besar, kuat,
berdaya, disegani oleh bangsa lain. Cita-cita bangsa yang tertuang dalam
pancasila dan pembukaan UUD 1945 ini dapat terwujud apabila bangsa Indonesia
menanamkan karakter yang baik yang berasal dari nilai-nilai luhur yang ada di
masyarakat Indonesia. Karakter yang perlu ditanamkan antara lain rasa cinta
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, disiplin toleran, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi,

bersahabat/komunikatif,

cinta

damai,

gemar

membaca,

peduli

lingkungan, peduli social, tanggung jawab dan jujur. Cita-cita bangsa Indonesia
tersebut saat ini mengalami hambatan dalam mewujudkannya. Hambatan tersebut
antara lain dikarenakan adanya beberapa hal yang bergeser dari nilai dan norma
yang harus dijunjung tinggi, penegakan hukum yang belum terwujud, dampak
demokrasi yang tidak diinginkan, karakter manusia yang semakin merosot. Ini
semua merupakan dampak sikap orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak
ada rasa memiliki akan bangsa yang hanya bersikap mengutamakan kepentingan
pribadi di atas kepentingan umum.
Dalam hal ini pembelajaran seni musik berperan untuk mengupayakan
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya dengan cara memupuk rasa
kebanggan nasional dan ketahanan dalam menanggulangi pengaruh budaya asing
yang

mayoritas

bersifat

negatif.

Salah

satunya

adalah

dengan

cara

memperkenalkan lagu-lagu nasional, karena lagu-lagu tersebut mengandung nilainilai positif dan pesan moral. Nilai moral yang disisipkan dalam lirik lagu

nasional mengandung semangat nasionalisme yang dapat menjadi modal dasar


pembentukan karakter budaya bangsa Indonesia. Mengingat saat ini sangat sedikit
anak-anak yang bisa menyanyikan lagu nasional seperti lagu Tanah Air ciptaan
Ibu Sud atau Rayuan Pulau Kelapa ciptaan Ismail Marzuki, bahkan ketika ditanya
mereka rata-rata menjawab tidak tahu. Berbeda dengan kondisi di era tahun 70-an,
lagu Rayuan Pulau Kelapa selalu diputar sebagai lagu penutup stasiun TVRI dan
lagu Indonesia Raya diputar sebagai lagu pembuka. Namun sekarang lagu-lagu
tersebut sudah tidak lagi digunakan sebagai opening ataupun closing. Hal tersebut
tentu saja membuat kondisi yang awalnya sudah mapan (baca : berkarakter
budaya bangsa) akan keberadaan lagu-lagu nasional pada para pendengarnya,
berubah menjadi situasi yang sangat memprihatinkan dimana lagu nasional tidak
lagi dikenal dekat oleh para pendengar. Untuk anak-anak sekolah khususnya,
keberadaan lagu nasional hanya merupakan bagian dari pelajaran yang ada dalam
kurikulum bahkan lebih parahnya para siswa hanya mendengarkan atau
menyanyikannya pada saat-saat tertentu saja, misalnya pada saat upacara bendera
dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Pengenalan mereka (baca : para siswa)
terhadap lagu itu pun belum tentu sampai pada pemaknaan yang sesungguhnya,
melainkan hanya untuk dihafalkan saja.
Kondisi seperti ini tentunya menjadi perhatian bagi para praktisi
pendidikan, khususnya guru SD atau calon guru SD. Karena guru SD harus serba
bisa termasuk seni music dan pembiasaan seharusnya dimulai sejak dini, paling
tidak sejak usia SD. Maka dari itu perlu diperhatikan bahwa membelajarkan lagu
nasional bukan hanya pada tataran apresiasi. Siswa tidak hanya dapat mengingat
syair, akan tetapi juga dapat memahami syair lagu nasional tersebut. Begitu pula
guru tidak hanya mengajarkan lagu anak-anak saja, namun juga lagu-lagu
nasional agar karakter budaya bangsa terbentuk sejak usia SD.
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa rumusan masalah, yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran seni musik dan
pendidikan karakter budaya bangsa?
2. Bagaimana hubungan antara pembelajaran seni musik dengan
pendidikan karakter?

3. Bagaimana cara membelajarkan seni musik berbasis karakter budaya


bangsa?
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat ditetapkan bahwa tujuan
penulisan artikel adalah :
1. Untuk mengetahui maksud dari pembelajaran seni music dan
pendidikan karakter budaya bangsa.
2. Untuk mengetahui hubungan antara pembelajaran seni musik dengan
pendidikan karakter.
3. Untuk mengetahui cara membelajarkan seni musik berbasis karakter
budaya bangsa.
Artikel ini diharapkan bermanfaat dalam berbagai hal antara lain: sebagai
informasi yang lebih mendalam mengenai kajian tentang pembelajaran seni musik
berbasis karakter budaya bangsa, untuk memberi sumbangan bagi para pembaca
atau penelitian lanjutan terhadap kajian tentang hubungan antara pembelajaran
seni musik dengan pendidikan karakter, dan untuk menambah khasanah ilmu di
bidang musik.

PEMBAHASAN
Di era globalisasi ditandai adanya perubahan di berbagai sector kehidupan
yang menimbulkan dampak positif dan negative. Hal ini juga berdampak pada
lagu-lagu yang sering di dengar siswa dengan genre dewasa, dan bersifat
komersil. Secara psikologis lagu-lagu itu tidak sesuai dengan perkembangan
siswa, karena ada beberapa kata dalam lirik lagu tersebut yang ditujukan khusus
untuk orang dewasa. Dalam hal ini perlu adanya pembenahan pembelajaran seni
musik agar karakter anak bisa berbudaya bangsa.
Konsep dasar pembelajaran seni musik ditinjau dari beberapa landasan
yang menjadikan pendidikan karakter budaya bangsa menjadi hal yang harus
diperhatikan :
I. Landasan Yuridis
UU RI No 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional (UU Sisdiknas)
merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan

dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas


menyebutkan,

Pendidikan

nasional

berfungsi

mengembangkan

dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka


mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yangdemokratis serta bertanggung jawab.
Dalam lempiran PERMEN 22 Tahun 2006 tentang standar isi sebagai landasan
hokum bagi guru Seni Budaya ketika beliau melaksanakan pembelajaran di
sekolah.
INPRES nomor 1 tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Pembangunan
Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif
berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan
karakter bangsa.

II. Landasan Filosofis


Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Filosofi

pancasila

yang

memberikan

berbagai

prinsip dasar

dalam

pembangunan pendidikan.

a. Pembelajaran Seni Musik


Para pakar telah banyak mengemukakan pengertian atau definisi tentang
seni musik. Rien (1999:1) mengatakan bahwa suatu hasil karya dalam bentuk
lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penciptanya melalui unsur-unsur musik, yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk,
dan struktur lagu, serta eskpresi. Pembelajaran seni musik merupakan suatu
proses pembelajaran yang membantu mengungkapkan ide/gagasan seseorang
yang ditimbulkan dari gejala lingkungan dengan mempergunakan unsur-unsur
musik, sehingga terbentuknya suatu karya musik yang tidak terlepas dari rasa
keindahan.
Gagne (1981) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian
peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses

internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan peserta


didik memproses informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, sedangkan menurut Trianto (2010:17) Pembelajaran merupakan
aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.
Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru
untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.
Senada dengan penjelasan diatas, pembelajaran seni musik dapat
dilakukan dengan kegiatan pengalaman musik. Kegiatan yang dapat dilakukan
antara lain mendengarkan musik, bernyanyi, bermain musik, mengapresiasi
karya seni musik, maupun berkreativitas dalam bermusik. Bermain musik
mempunyai efek pada kemampuan sistem saraf dalam proses suara dan
penglihatan. Ketika seseorang memainkan alat musik, ia menggunakan
seluruh inderanya. Orang tersebut akan melakukan aktivitas gerak bibir,
mendengar, merasakan, dan

memainkan alat musik. Selain itu melalui

pengalaman bermusik, peserta didik akan memperoleh berbagai pengalaman


yang mampu menguatkan serta menumbuhkan karakter yang belum tumbuh
pada diri peserta didik.
Pembelajaran seni musik melalui lagu nasional/wajib merupakan salah
satu alternative pembelajaran yang efektif bagi anak-anak. Selain untuk
memperkenalkan lagu-lagu nasional/wajib kepada peserta didik, guru juga
mampu mengambil pesan moral yang ada didalam lagu tersebut yang
kemudian disampaikan ke peserta didik. Jadi lagu nasional tidak hanya
dikenalkan sebagai hiburan saja, akan tetapi juga memanfaatkannya untuk
mengambil pesan moral dan makna positif tentang kehidupan berkebangsaan
dan cinta tanah air.
b. Pendidikan Karakter Budaya Bangsa
Pendidikan karakter merupakan

bagian

penting

dalam

dunia

pendidikan seperti disebutkan dalam pasal 3 UU Sisdiknas (2013) bahwa,


Pendidikan

nasional

berfungsi mengembangkan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar


menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut seharusnya pendidikan karakter diberikan pada anak-anak
sedini mungkin.
Pendidikan karakter budaya bangsa ditempatkan sebagai landasan untuk
mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan
falsafah Pancasila. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk mendukung
perwujudan cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945. Di samping itu, berbagai persoalan yang dihadapi
oleh bangsa kita dewasa ini makin mendorong semangat dan upaya
pemerintah untuk memprioritaskan pendidikan karakter sebagai dasar
pembangunan pendidikan. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 20052025, dimana pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah
satu program prioritas pembangunan nasional (Kemendiknas, 2010).
Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak
semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar
mengajar dan luar sekolah, akan tetapi juga melalui pembiasaan dalam
kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai,
tanggung-jawab, dan sebagainya. Pembiasaan itu bukan hanya mengajarkan
teorinya saja, namun juga bersedia mengimplementasikan mulai dari lingkup
terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di
masyarakat. Nilai-nilai tersebut perlu ditumbuhkembangkan peserta didik
yang pada akhirnya akan menjadi cerminan hidup bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, sekolah memiliki peranan yang besar dalam pengembangan
pendidikan karakter budaya bangsa.
Menurut T. Lickona (1991) pendidikan karakter dapat diartikan
sebagai upaya untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan
yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang berupa tingkah laku

yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja
keras dan sebagainya.
Menurut Thomas Lickona (via Megawangi, 2004) pendidikan karakter
terdiri dari 3 bagian yang saling terkait, yaitu pengetahuan tentang moral
(moral knowing), perasaan (moral feeling), dan perilaku bermoral (moral
behavior). Karakter yang baik terdiri dari mengetahui kebaikan (knowing
the good), mencintai atau menginginkan kebaikan (loving or dering the
good), dan melakukan kebaikan (acting the good) oleh karena itu, cara
membentuk karakter yang efektif adalah dengan melibatkan ketiga aspek
tersebut. Ratna Megawangi menjelaskan bahwa dalam pendidikan karakter
ada tiga hal yang harus ditekankan, yaitu.
Pertama, knowing the good. Dalam membentuk karakter, anak tidak hanya
sekedar tahu mengenai hal-hal yang baik, akan tetapi mereka harus dapat
memahami apa makna dari perbuatan baik itu (mengapa seseorang perlu
melakukan hal tersebut). Dalam konteks ini

lebih ditekankan agar anak

mengerti akan kebaikan dan keburukan, mengerti tentang tindakan apa yang
harus diambil serta mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik.
Kedua, feeling the good. Konsep ini lebih menekankan bagaimana
membangkitkan rasa cinta anak untuk melakukan perbuatan baik. Anak dilatih
untuk merasakan efek dari perbuatan yang baik yang dilakukan. Anak
mempunyai kecintaan terhadap kebajikan dan membenci perbuatan buruk.
Ketiga, acting the good. Pada aspek ini, anak dilatih untuk melakukan
perbuatan baik.

Tanpa melakukan

apa

yang

sudah

diketahui

atau

dirasakan oleh seseorang, tidak akan ada artinya anak harus mampu
melakukan
kebaikan

kebajikan
tidak

hanya

dan

dapat

menjadi

terbiasa melakukannya.
sebatas

pengetahuan,

Melakukan
namun dapat

diwujudkan menjadi tindakan nyata.


Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti
dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri
sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar),
dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual).
Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia
harus menyisipkan

pendidikan

berkarakter

tersebut

dalam

proses

pendidikannya. 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas

adalah: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,


Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah
Menghargai

prestasi,

Bersahabat/komunikatif,Cinta

Damai,

air,

Gemar

membaca, Peduli lingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.


c. Hubungan antara pembelajaran seni musik dengan pendidikan karakter
Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana serta terarah untuk
mewujudkan suatu proses belajar yang optimal serta membentuk peserta didik
agar memiliki karakter yang baik, cerdas secara kognitif, afektif, maupun
psikomotorik, serta cerdas spiritual emosional sehingga tujuan pendidikan
dapat tercapai. Seni merupakan pengekspresian cita rasa, ide, jiwa, emosi dan
perasaan yang diluapkan melalui kreativitas manusia menjadi suatu karya
yang dapat dikatakan unik, indah dan simbolis. Seni juga dikatakan sebagai
suatu wujud usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut Maslow kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tertinggi.
Seni terbagi menjadi berbagai cabang, salah satunya adalah seni musik. Musik
adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu,
dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat
menghasilkan bunyi-bunyian. Musik juga sering dikatakan sebagai bahasa
universal, karena pada umumnya dapat dipahami manusia walaupun tidak
dapat dijelaskan secara verbal. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan seni
musik merupakan ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari
nada-nada, baik vokal maupun instrumental yang menggunakan unsur melodi,
ritme, dan harmoni sebagai alat ekspresi jiwa.
Pembelajaran seni dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan karakter
peserta didik. Dengan mempelajari budaya bangsa di masa lalu dan
memahami isi lagu wajib, peserta didik akan dapat menemukan beragam nilainilai luhur yang patut untuk ditanamkan dalam dirinya dan bersedia untuk
melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa yang ada. Melalui
pembelajaran seni pula peserta didik dituntut untuk berkreativitas, dalam
proses kreativitas ini peserta didik akan mendapatkan bermacam-macam
karakter yang akan menjadi kepribadiannya. Karakter yang dimaksud adalah

jujur, sabar, bekerja keras, tanggung jawab, disiplin, mandiri. Dalam proses
berkreasi peserta didik akan merasakan bagaimana caranya sabar dalam
menciptakan sesuatu, bertanggung jawab dengan apa yang diperbuatnya, jujur
dalam proses berkreasi, disiplin dalam mengerjakan sesuatu agar bisa tepat
waktu, mandiri dalam proses berkreasi. Semua ini merupakan karakter yang
diperlukan dalam membangaun bangsa. Dan melalui pembelajaran seni
berbagai karakter yang berasal dari nilai luhur bangsa dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan karakter ketika seseorang
menyelesaiakan penggalan melodi, menghias melodi dan mencipta musik
merupakan pengalaman berpikir kreatif. Kreatifitas seni menunjang kreatifitas
berpikir. Scott C. Schiller (1996) mengatakan bahwa orang yang berpikir
kreatif diharapkan dapat menciptakan karya yang bermakna dan berguna.
Peembelajaran seni musik juga terdapat terdapat apresiasi seni musik. Melalui
kegiatan apresiasi seni musik ini peserta didik akan diarahkan untuk
menumbuhkan kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya dan
penilaian/penghargaan terhadap sesuatu, menghargai karya orang lain,
mempertajam rasa dan emosi, peka terhadap unsur-unsur musik yang ada pada
objek apresiasi musik seperti bunyi, irama, melodi, birama, harmoni, fekture,
tempo, dinamik dan gaya.
Pembentukan karakter pada peserta didik selanjutnya dapat dilakukan
melalui kegiatan pengalaman musik. Kegiatan yang dapat dilakukan antara
lain mendengarkan musik, bernyanyi, kegiatan bermain musik, kegiatan
membaca musik, kegiatan bergerak mengikuti musik, maupun kegiatan
kreativitas peserta didik dalam bermusik. Melalui pengalaman bermusik,
peserta didik akan memperoleh berbagai pengalaman yang akan semakin
menguatkan karakter yang sudah ada serta menumbuhkan karakter yang
belum tumbuh pada diri peserta didik.
Dengan menggunakan musik dan suara dalam berbagai cara yang kreatif,
pendidik dapat membantu peserta didik mengembangkan harga diri yang
positif dan sehat sejak awal sehingga nantinya sikap yang dikembangkan

tersebut akan menjadi karakter tetap peserta didik. Berbagai macam lagu dapat
digunakan dalam pembentukan karakter peserta didik, melalui lirik yang ada
di setiap lagu peserta didik akan lebih mudah menerima maksud serta nilainilai yang ada pada lagu tersebut. Dalam praktikanya musik lebih
mengandalakan perasaan dan emosi dan hal ini berhubungan dengan moral.
Pembentukan karakter juga menekankan pada tumbuhnya moral yang tinggi
pada peserta didik maka dapat dikatakan bahwa pendidikan seni musik selaras
dengan upaya pembentukan karakter.
Melihat bahwasannya Seni musik berperan sebagai media pendidikan.
Salah satu peran itu yakni seni musik sebagai media berpikir kreatif. Renzulli
dan kawan-kawannya mengatakan: Creativity is the ability to set aside
esthabilishes conventions and procedures yang berarti bahwa orang yang
kreatif itu biasanya sering menemukan hal baru, yang terpikirkan oleh orang
lain dapat memecakan masalah dengan berbagai cara. Dalam hubungannya
dengan pembentukan karakter maka seni musik dapat menumbuhkan karakter
berpikir kreatif pada peserta didik dengan ciri-ciri orang yang berpikir kreatif
seperti yang telah disebutkan. Martin Gardiener dari Sekolah Musik di
Providence, Rhode Island juga membenarkan bahwa pendidikan seni musik
mencerdasakan anak. Pendidikan kesenian, menurut Martin Gardiener, dapat
berinteraksi

denagn

kecepatan

seseorang

menyerap

pelajaran

lain.

Hubungannya dengan otak, musik dapat merangsang kerja otak sehingga


peserta didik dapat lebih santai dalam belajar. Jadi pembelajaran seni musik
merupakan alat atau sarana yang efektif dan strategis untuk menumbuhkan
karakter pada peserta didik maka sebagai orang yang berhubungan langsung
sehari-hari dengan peserta didik, guru harus mampu mengajarkan pendidikan
seni musik secara maksimal dan baik.
d. Pembelajaran Seni Musik Berbasis Karakter Budaya Bangsa
Pembelajaran seni musik adalah pembelajaran yang mengasah kreativitas,
bakat dan minat anak. Pembelajaran ini tidaklah berarti ditujukkan untuk
mencetak seniman, melainkan sebagai wahana berekspresi dan berimajinasi.
Jika melalui pembelajaran seni musik ini dapat menghasilkan seniman atau

calon seniman maka sesungguhnya itu hanya dampak pengiring. Oleh karena
itu, pendekatan pendidikan melalui seni dalam implementasi pembelajarannya
menekankan pada eksplorasi dan eksperimentasi, merangsang keingintahuan
dan memberikan kesan yang menyenangkan bagi siswa. Orientasi utama
pembelajaran seni di sekolah-sekolah antara lain untuk menanamkan nilainilai yang dapat mendukung kelestarian suatu tradisi. Nilai-nilai ini bisa
meliputi sejarah, adat-istiadat, tata susila, dan spirit dalam suatu karya seni.
Pembelajaran seni di sekolah dan di sanggar itu berbeda, karena dalam
sanggar lebih ditekankan pada penguasaan keterampilan yang mengarah pada
keahlian dan profesionalisme sedangkan pembelajaran seni di sekolah formal
bertujuan menumbuhkan kepekaan rasa estetis dan budaya serta pengalaman
kreatif yang berfungsi membantu perkembangan siswa dari segi intelektual,
emosional, dan spiritualnya, sehingga siswa memiliki keseimbangan dalam
aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Seni musik memberikan sikap
percaya diri, terampil berkarya serta berkomunikasi dengan ide dan
gagasannya. Seperti yang dikatakan oleh psikolog dari Universitas of
California, Mayer mengatakan bahwa anak yang senang akan musik atau
menyanyi akan menjadi pembaca, pemikir yang baik dari pada anak yang
tidak senang akan musik, seperti dikatakan oleh Cassidy yaitu psikologi dan
antropologi (Totok S. 2004 : 92) bahwa pelajaran musik dapat dijadikan
sebagai wahana yang sangat baik untuk pembelajaran pemula dalam dunia
pendidikan. Sehingga pembelajaran seni musik melalui pembelajaran lagu
wajib nasional digunakan sebagai sarana dalam mencapai hal tersebut
sekaligus tercapainya pendidikan karakter.
Lagu wajib nasional merupakan salah satu produk atau hasil karya cipta
budaya masyarakat Indonesia di bidang musik dan lagu wajib tersebut harus
dapat dinyanyikan oleh seluruh rakyat Indonesia, karena lagu wajib nasional
sebagai salah satu macam lagu yang telah menyatu dan menjiwai masyarakat
Indonesia. Sebagai salah satu ikon budaya masyarakat Indonesia, kesenian ini
mempunyai fungsi dalam berbagai aktivitas kehidupan sosial masyarakat
antara lain fungsi pendidikan, fungsi sosial, fungsi pelestarian dan fungsi

propaganda. Di tengah maraknya budaya barat yang masuk ke Indonesia


pembelajaran seni musik merupakan salah satu sarana untuk membentengi
dampak yang ditimbulkan dari globalisasi dan melalui pembelajaran lagu
wajib nasional di sekolah ikut berkonstribusi dalam menumbuhkan
nasionalisme pada siswa agar jati diri bangsa tetap mengakar dalam diri siswa.
Peran guru di sini sangat penting yaitu guru sebagai fasilitator, untuk dapat
melaksanakan pembelajaran seni musik di sekolah dengan baik, guru paling
tidak harus memiliki pengetahuan bagaimana membelajarkan musik di
sekolah, khususnya pada anak-anak, memiliki rasa suka pada musik, kemauan
untuk mengajarkan pada anak, pemahaman bahwa pembelajaran musik
mengutamakan tumbuhnya rasa musik meliputi rasa irama, rasa nada,
harmonisasi, kesukaan dan penghayatan musik, karena musik bukanlah
pengetahuan yang bersifat ingatan tetapi lebih pada pengembangan
keterampilan dan tumbuhnya rasa estetika. Dan dalam hal ini guru juga ikut
andil dalam mengajarakan dasar-dasar teknik bernyanyi, unsur unsur musik,
memperkenalkan macam-macam lagu, dan mengapresiasi lagu yang sudah
diajarkan. Penerapan penguasaan lagu wajib nasional di sekolah digunakan
untuk menumbuhkan kembali semangat nasionalisme. Seorang guru sebagai
sosok yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar
di sekolah menentukan sukses dan tidaknya sebuah proses pembelajaran
dalam memanage sebuah pembelajaran tersebut. Terkait dengan peran
tersebut, sebagaimana dikatakan Soekanto (1982:268), peranan (role)
merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seorang melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan
suatu peran. Tidak hanya mengetahui peran guru itu sendiri tetapi juga
memahami karakteristik peserta didik khususnya di SD adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Tahapan belajar sambil bermain.


Ingin mengetahui segala hal disekelilingnya.
Memiliki prestasi yang tinggi.
Tipe anak antara lain tipe visual, auditori, dan kinestetik.
Guru sebagai sumber utama.

Setelah guru memahami peranan dan karakteristik peserta didik, dalam


pembelajaran seni musik guru harus mempunyai metode pembelajaran yang
berkesan sesuai dengan karakteristik peserta didik. Model yang bisa
diterapkan adalah memadukan antara metode ceramah, simulasi atau praktek
dan tanya jawab. Strategi menanamkan kesan bisa dilakukan dengan
meninggalkan siswa saat mereka belum kenyang rasa penasarannya. Bila
mereka ditinggalkan setelah kenyang, maka mereka akan segera kehilangan
minat lagi terhadap materi tersebut. Strategi tersebut bisa digunakan dalam
pembelajaran seni musik sebagai sisipan dari metode ceramah agar siswa
tertarik dalam pembelajaran seni music. pada tahapan belajar bermain guru
mengkreasikan metode pembelajaran yaitu anak menebak sepenggal lagu
wajib

yang di nyanyikan oleh guru

dan siswa menjawabnya. Hal ini

bertujuan agar guru dapat mengidentifikasi lagu yang sudah atau belum
diketahui siswa. Setelah diidentifikasi guru menjelaskan macam-macam lagu
wajib dan mempraktekkan dengan teknik bernyanyi yang baik, serta
melakukan apresiasi, karena anak-anak masih berfikir kongkret jadi masih
mendapatkan bimbingan dari guru, terlebih pada apresiasi lagu wajib.
Lagu-lagu perjuangan yang gagah dan bersemangat harus dinyanyikan
dengan suara yang tegas, bertekanan atau aksen pendek-pendek dengan irama
yang mantap seperti tentara berbaris dengan tegap dan gagah. Contohnya
adalah lagu Bangun pemuda-pemudi, garuda pancasila, hari merdeka,
Indonesia tetap merdeka, merah putih, berkibarlah benderaku, maju tak gentar,
halo-halo bandung, dari sabang sampai merauke, dan Indonesia raya.
Sedangkan lagu-lagu yang tersambung halus seperti rayuan pulau kelapa,
bagimu negeri, himne guru, syukur, dan sebagainya dapat dinyanyikan seperti
halnya angin.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran seni musik merupakan suatu proses pembelajaran yang
membantu mengungkapkan ide/gagasan seseorang yang ditimbulkan dari
gejala lingkungan dengan mempergunakan unsur-unsur musik, sehingga

terbentuknya suatu karya musik yang tidak terlepas dari rasa keindahan.
Sedangkan Pendidikan karakter budaya bangsa ditempatkan sebagai landasan
untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan
falsafah Pancasila.
Pembelajaran seni dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan karakter
peserta didik. Dengan mempelajari budaya bangsa di masa lalu dan
memahami isi lagu wajib, peserta didik akan dapat menemukan beragam nilainilai luhur yang patut untuk ditanamkan dalam dirinya dan bersedia untuk
melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa yang ada. Dan dengan lagu
wajib nasional seni music mampu menggali empati dan menumbuhkan rasa
nasionalisme sehingga membentuk karakter anak yang berbudi luhur sesuai
jati diri bangsa, sehingga identitas diri bangsa tidak hilang.
B. Saran
Dalam melaksanakan pembelajaran seni music berbasis karakter budaya
bangsa sebaiknya melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah, dan
guru harus mampu memilih metode yang tepat serta memahami karakteristik
peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
Smanjumapolo. 2013. Pembentukan Karakter Peserta Didik Melalui Pendidikan
Seni
Musik
http://www.smanjumapolokra.sch.id/news/read/150-.html diakses pada 20 maret 2016

rahmawati, resa. 2015. Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pendidikan Seni


Musik
Di
Sekolah
Dasar.
http://resaramti.blogspot.co.id/2015/06/normal-0-false-false-falseen-us-x-none_20.html. diakses pada 20 maret 2016

Afriyani, tyas. 2015. Pendidikan Seni Musik Sebagai Sarana Pembentukkan


Karakter
Anak.
http://heppyendingforme.blogspot.co.id/2015/03/pendidikan-senimusik-sebagai-sarana_14.html. diakses pada 20 maret 2016

sudarman, yos. 2015. Pergeseran Misi Pendidikan Seni Budaya Menuju Era
Pendidikan Karakter; Suatu Tinjauan Esensi Pendidikan Musik
Menuju
Musik
Pendidikan.
http://jurusankusendratasik.blogspot.co.id/2015/11/pergeseranmisi-pendidikan-seni-budaya_10.html. diakses pada 20 maret 2016

Kusumawati, Heni. 2015. Pembelajaran Seni Musik Berbasis Karakter Budaya


Bangsa.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dra.
%20Heni%20Kusumawati,%20M.Pd./PEMBELAJARAN
%20SENI%20MUSIK%20BERBASIS%20KARAKTER
%20BUDAYA%20BANGSA%2015%20Des.pdf. Diakses pada 20
maret 2016

Rifai, Achmad. 2012. Psikologi Pendidikan. Pusat Pengembangan MKU/MKDKLP3 : Universitas Negeri Semarang Press.
Feryanto, agung. 2008. Jurus Jitu Mengisi Waktu Luang. Klaten : Penerbit
Cempaka Putih.
Mamur Asmani, Jamal. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter
di Sekolah. Pati : Diva press

Jamalus. 1991. Pendidikan Kesenian I (Musik). Jakarta : P2TK, Dikti, Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai