Anda di halaman 1dari 32

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MUSIKAL

SISWA SEKOLAH DASAR

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Nadya Nurul Fauziah NIM 1805852

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMLAYA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan dinilai sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia.


karena dengan adanya pendidikan diharapkan manusia dapat mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan kreativitasnya. Pendidikan secara umum ialah
proses pengembangan diri setiap individu untuk kelangsungan hidupnya.
Adapun yang tercantum dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: fungsi dari Pendidikan
Nasional untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi menusia yang
beriman, bertaqwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta
bertanggung jawab.

Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut,maka


pemerintah menyusun Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003 Bab I
pasal 1, disebutkan mengenai pengertian kurikulum “Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Kurikulum yang
dipakai di Indonesia saat ini adalah kurikuum 2013. Salah satu muatan
pembelajaran yang terdapat dalam Kurikulum 2013 adalah pelajaran Seni
Budaya dan Prakarya yang di dalamnya terdapat pembelajaran seni musik.
Mengenai tujuan dari pendidikan nasional tersebut, pembelajaran seni
musik di pandang mampu memberikan kontribusi yang besar dalam
mengembangkan dan membentuk manusia yang seutuhnya. Sebagaimana
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara (dalam Sinaga (2009) bahwa “musik
merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak”
melihat ungkapan tersebut dapat di pahami bahwa musik memiliki pengaruh
dalam pembentukan watak individu. Selain itu, pendidikan seni musik
tentunya sebagai sarana untuk mengembangkan potensi peserta didik di
Sekolah Dasar terutama mengembangkan kemampuan musikalnya. Hal
tersebut sejalan dengan pernyataan Respati (2012, hlm. 1) bahwa “Pendidikan
musik adalah salah satu upaya pengembangan diri yang di dalamnya dapat
menggali dan mengembangkan keterampilan serta kreativitas peserta didik
dalam bidang seni music”.
Kita percaya bahwa setiap manusia diciptakan dengan kelebihannya
masing-masing sehingga anak memiliki kemampuan diri yang melekat dalam
dirinya masing-masing sejak ia dilahirkan. kemampuan diri pada setiap orang
berbeda-beda salahsatunya adalah kemampuan yang berkaitan dengan hal-hal
yang berhubungan dengan musik yang disebut dengan kemampuan musikal.
Kemampuan musikal merupakan kemampuan bawaan yang melekat pada diri
seseorang dalam musik. Seperti ungkapan Djohan 2009 (dalam Suryo
Saptohadi (2014) bahwa “kemampuan musikal merupakan kepekana dalam
merespon atau sensitivitas terhadap stimulus musik atau kemampuan
seseorang dalam daya tangkap musikal. Kemampuan ini dapat di kembangkan
dengan adanya lingkungan yang mendukung dan latihan. Wardhani (dalam
Suryo Sapto Hadi (2014) mengungkapkan bahwa “setiap anak berhak
mendapatkan latihan kepekaan musikal, namun hal ini bukan hanya didasarkan
agar mereka menjadi pemusik tetapi karena musik dapat melatih kepekaan
mereka terhadap seni pada umumnya dan meningkatkan kepercayaan terhadap
lingkungannya”. Berkaitan dengan kemampuan musikal yang dimiliki
seseorang, maka pendidikan musik di sekolah dasar merupakan salah satu
pendukung dalam meningkatkan perkembangan musikal anak., terutama dalam
usia sekolah dasar yang mana usia tersebut adalah sebagaimana di jelaskan
oleh para ahli bahwa seorang anak usia sekolah dasar memiliki ruang yang
luas dalam perkembangan musiknya, sebagaimana dalam penelitian Langstaff
& Mayer (1996) serta Trehub, Schellenberg & Hill (1997) dalam Djohan
(2009), bahwa aktivitas bermusik akan memperoleh hasil terbaik pada usia
sekolah dasar. Menurut hasil penelitian Ryan Hidayatulloh (2015) terdapat
beberapa aspek yang berkembang dalam musikalitas anak selama masa
sekolah dasar, diantaranya: 1) perkembangan kemampuan melodis, 2)
perkembangan kemampuan harmonis, 3) representasi anak terhadap musik,
dan 4) pengaruh lingkungan terhadap musikalitas siswa.
Dari penjelasan mengenai perkembangan musikal siswa tersebut maka
peran guru serta orang tua sangatlah penting untuk mengoptimalkan
perkembangan musikal anak dengan memberikan stimulus sejak kecil. . Daya
dukung orangtua tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
perkembangan musikalnya. Meskipun begitu, pada kenyataannya masih ada
beberpa kasus dimana orang tua memandang bahwa musik bukanlah suatu hal
yang penting, musik hanyalah sebagai sarana hiburan seseorang dalam mengisi
waktu luangnya saja. Musik tidak dapat menjamin masa depan seseorang
karena musik tidak akan memberikan suatu profesi kepada seseorang di masa
depan. Sehingga ketika anak yang memiliki kemempuan musikal, tidak ada
dukungan dari orangtua yang mengakibatkan tidak berkembangnya musikal
anak. Padahal, dalam setiap tahap perkembangan siswa sebagaimana di
jelaskan di atas, peran orang tua begitu penting dalam ikut serta mengamati
dan mengikuti setiap tahapan perkembangan hidup pada diri siswa. Dalam
setiap tahapan tersebut akan ditemukan aspek-aspek apa saja yang berkembang
pada anak dan faktor-faktor apa saja yang membuat atau mempengaruhi
aspek-aspek tersebut. semua ini berlaku untuk segala bidang terutama dalam
bidang musik di sekolah dasar
Peran orang tua sangatlah penting dalam proses perkembangan anak.
semua orang tua melakukan segala upaya untuk mencerdaskan anak, yakni
dengan menyekolahkannya. Namun terkadang orang tua melakukan kesalahan
dalam mendampingi anak saat proses pendidikan yang dapat menghambat
dalam perkembangan potensi dan kecerdasan yang dimiliki anak. Banyak
orang tua yang memiliki persepsi bahwa anak yang cerdas adalah anak yang
mendapatkan nilai akademik yang tinggi di sekolahnya, terutama pelajaran
matematika (Chatib, 2014 (dalam Viarti dan Erlin (2018). Padahal Pada
dasarnya setiap anak memiliki potensi dan karakteristik kecerdasan yang
berbeda-beda yang perlu dikembangkan agar nantinya dapat bermanfaat bagi
diri sendiri, masyarakat dan bangsa.
Berdasarkan permasalahan yang telah di paparkan di atas maka
peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui persepsi
orang tua terhadap perkembangan musikal anak yang di hususkan bagi
orangtua siswa sekolah dasar, karena masih banya orang tua yang salah dalam
mempersepsikan bahwa kemampuan musikal tidak perlu untuk dikembangkan
padahal sejatinya setiap individu memiliki potensi musikal sejak ia dilahirkan
yang perlu dikembangkan agar dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri,
masyarakat dan bangsa. Pendidikan seni musik di sekolah dasar sangat membantu
dalam perkembangan musikal, namun peran orang tua tidak kalah penting dalam ikut serta
mengembangkan musiklaitas siswa, karena orang tua merupakan faktor terdekat yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak dalam segala bidang. , maka persepsi orang tua akan
berdampak terhadap bagaimana cara orang tua dalam mendukung
perkembagan musikal anak. Daya dukung orangtua tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan musikal yang maksimal. Sebagaimana
pandangan yang mengatakan bahwa persepsi dapat mempengaruhi cara atau
perilaku seorang individu (Walgito, 2010). Pengungkapan persepsi orang tua
dapat dilakukan dengan sebuah penelitian yang fokus untuk mendeskripsikan
suatu pendapat atau persepsi orang tua. Sebagaimana menurut asrori (dalam
Fahmi, 2020. hlm 5) yang mengemukakan “persepsi adalah proses individu
dalam menginterpretasikan, mengorganisasikan dan memberi makna terhadap
stimulus yang berasal dari lingkungan dimana individu tersebut berada, yang
berasal dari proses belajar dan pengalaman”. Hal tersebut sejalan dengan
Desirato (dalam Fahmi, 2020. hlm 7) bahwa “persepsi adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Sehingga dari beberapa
pembahasan diatas dapat dipahami bahwa suatu perilaku dapat di awali dengan
sebuah persepsi.
Harapan dengan diadakannya penelitian yang berfokus pada persepsi
dengan subjek orang tua siswa sekolah dasar dapat memberikan gambaran
deskriptif tentang sejauh mana persepsi orang tua terhadap perkembangan
musikal siswa Sekolah Dasar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian mengenai ‘Persepsi Orang Tua terhadap Perkembangan
Musikal Siswa Sekolah Dasar” sebagai bahan penulisan skripsi.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, masalah
yang dapat diidentifikasi yaitu:
1) Pendidikan seni musik di dipandang tidak penting.
2) Kurangnya dukungan orang tua bagi anak yang memiliki kemampuan
musikal
3) Adanya pandangan bahwa kemampuan musikal yang dimiliki siswa tidak
perlu dikembangkan

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang telah dipaparkan di
atas, maka secara umum rumusan masalah pada penelitian ini adalah
“Bagaimana Persepsi Orang Tua Terhadap Perkembangan Musikal Siswa
Sekolah Dasar”.
Adapun secara khusus, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1) Bagaimana persepsi Orang Tua terhadap hakikat perkembangan musikal
siswa sekolah dasar?
2) Bagaimana persepsi Orang Tua terhadap manfaat perkembangan musikal
siswa Sekolah Dasar?
3) Bagaimana persepsi orang tua terhadap komponen perkembangan musikal
siswa Sekolah Dasar?
4. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengungkap
tentang Persepsi Orang Tua Terhadap Perkembangan Musikal Siswa SD”
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1) Mendeskripsikan persepsi orang tua terhadap perkembangan musikal
siswa sekolah dasar..
2) Mendeskripsikan persepsi orang tua terhadap manfaat perkembangan
musikal siswa sekolah dasar
3) Mendeskripsikan persepsi orsng tus siswa terhadap komponen
perkembangan musikal siswa sekolah dasar.
5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang akan diperoleh,
yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil Deskripsi yang dihasilkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu pendidikan atau sebagai bahan rujukan bagi
penelitian lain terutama dalam proses pendidikan seni musik di Sekolah
Dasar.
2. Manfaat Praktis
1. Dapat dijadikan sumber informasi bagi masyarkat dalam hal ini
orangtua anak untuk dijadikan sebagai pengetahuan tentang dunia
musik di sekolah dasar.
2. Dapat dijadikan referensi bagi peneliti mengenai Persepsi Orang Tua
Terhadap Perkembangan Musikal Siswa SD.
3. Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
seni di sekolah.
BAB II

Kajian Teori

A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Istilah persepsi digunakan untuk meneliti, melihat atau menanggapi
suatu hal yang kita amati. Kata persepsi sendiri berasal dari Bahasa Ingris,
perception yag artinya adalah persepsi, penglihatan, dan tanggapan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Persepsi adalah tanggapan atau
penerimaan langsung dari seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui
panca indra (Yufid, KBBI elektronik) dalam rofiq (2015). Sedangkan dalam
Kamus Besar Psikologi menyatakan bahwa persepsi adalh proses mengamati
dan mengetahui seseorang terhadap lingkungan sekitarnya dengan
menggunakan panca indra sehingga dapat menyadari akan segala hal yang
ada di lingkungannya. Persepsi juga diartikan sebagai suatu proses dari dalam
diri individu untuk menerima dan mengolah informasi yang datangnya dari
luar dirinya yang akhirnya menimbulkan reaksi, baik berupa pendapan
ataupun tingkah laku dan tidak lepas dari keikut sertaan panca indra.
Adapun pengertian persepsi yang dikemukakan oleh Walgito (dalam
rofiq (2015) persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau
individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang
integrated dalam diri individu. persepsi merupakan suatu proses dasar yang
berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya yang
diteruskan ke pusat susunan saraf sehingga individu menyadari apa yang
dilihat, didengar, dan sebagainya. Hasil dari persepsi seseorang dengan yang
lainnya mungkin akan berbeda karena stimulus mana yang akan diambil oleh
individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Pengalaman-
pengalaman, perasaan, dan apa yang di lihat oleh individu tidak sama maka
dalam mempersepsi sesuatu stimulus yang diterima mengakibatkan hasil
persepsi yang berbeda.
Walgito juga menambahkan mengenai definisi persepsi bahwa persepsi
merupakan suatu kesan individu terhadap suatu objek yang diperoleh melalui
proses pengindraan, pengorganisasian dan interpretasi terhadap objek
sehingga menjadi suatu kesan berarti dan merupakan aktivitas integred dalam
diri individu. Ungkapan tersebut memperjelas bahwa dalam proses terjadinya
yaitu setelah penerimaan stimulus yang diperoleh lewat panca indra kemudian
diorganisir, ke mudian ditafsirkan sehingga memiliki arti bagi masing-masing
individu, sehingga proses terjadinya persepsi itu merupakan suatu kesatuan
aktifitas yang terjadi dalam diri individu.
Dari penjelasan di atas mengenai pengertian persepsi maka dapat
disimpulkan bahwa persepsi merupakan sebuah tanggapan atau pendapat
yang dimiliki seseorang mengenai suatu objek yang diterima melalui panca
indera.
2. Jenis Persepsi dan Faktor Penyebab Terjadinya Persepsi
Setiap orang akan berbeda dalam memberikan persepsi, tergantung
bagaimana indikator atau faktor yang mempengaruhi mereka, semakin baik
indikator atau faktor yang mempengaruhi mereka, maka persepsinya
cenderung akan bisa mengarah ke dalam persepsi baik atau persepsi jelas,
begitupun apabila pengaruh dari indikator semakin melemah atau kurang baik
maka persepsinya cenderung akan mengarahkan ke dalam persepsi yang
kurang baik atau kurang jelas. Sejalan dengan itu Menurut Walgito (dalam
Pratiwi dkk., 2018) menyatakan “persepsi terbagi menjadi 2 jenis yaitu: 1)
persepsi baik 2) persepsi buruk”.
1) Persepsi baik
Persepsi baik merupakan suatu pandangan atau tanggapan yang dalam hal
ini seseorang menyetujui tentang objek yang di perhatikan. Persepi yang
baik dipandang sebagai seuatu persepsi atau pandangan yang
menunjukkan kesesuaian atau persetujuan dari individu terhadap segala
bentuk kejadian, pengetahuan dan tanggapan pada sebuah fenomena yang
terjadi atau yang dilihat oleh indranya, kemudian ada upaya dari
seseorang untuk menindaklanjutinya dengan memberikan tanggapan baik.
Walgito (dalam Pratiwi dkk ; 2018).
2) Persepsi buruk

Persepsi buruk merupakan suatu pandangan atau tanggapan yang dalam


hal ini seseorang tidak setuju tentang objek yang di perhatikan. Persepsi
buruk diasumsikan sebagai persepsi atau pandangan yang menunjukan
ketidaksesuaian serta ketidaksetujuan individu terhadap segala bentuk
kejadian atau suatu yang terjadi dan diteruskan dengan memberikan
kepastian untuk menerima maupun menolak dan menentang segala hal
dari usaha objek yang dipersepsikan. Walgito (dalam Pratiwi dkk ; 2018).
Beradasarkan dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa seseorang
dapat memberikan persepsi baik atau persepsi buruk, persepsi baik
diberikan apabila terdapat kesesuaian respons dari individu terhadap
segala bentuk kejadian, pengetahuan dan tanggapan beradasarkan
keadaannya, persepsi buruk diberikan ketika ada ketidaksesuaian antara
kejadian atau pengetahuan yang dia miliki dengan objek yang apersepsi.

3. Proses terjadinya persepsi

Dalam proses terjadinya persepsi pada seseorang, terdapat faktor-faktor


yang mempengaruhinya, diantara faktor tersebut dijelaskan oleh Pinaryo
(2016, hlm. 53) menyebutkan Pinaryo (2016, hlm. 53) “faktor-faktor dalam
pembentukan persepsi terdapat dua bagian yaitu faktor internal dan
eksternal”.

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari diri sendiri. Faktor
internal yang berpengaruh terhadap persepsi seseorang yaitu mencakup
hal-hal yang ada pada dirinya antara lain: (a)fisiologis, (b) perhatian, (c)
minat, (d) kebutuhan, (e) pengalaman dan ingatan, (f), suasana hati”.

(a) Fisiologi

Faktor internal fisiologis dalam diri seseorang berbeda-beda


tergantung pada kondisi individualnya, faktor fisiologis berupa informasi
yang didapatkan melalui alat indera, kemudian informasi tersebut akan
saling mempengaruhi serta melengkapi untuk dapat memberikan arti pada
lingkungan sekitarnya atau objek yang dipersepsi (Pinaryo, 2016).
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui setiap fisiologis individu pasti
memiliki perbedaan dalam memahami objek dengan alat inderanya,
semakin baik alat indera yang seseorang gunakan maka semakin detail
persepsi yang akan diberikan, sehingga hal tersebut mengakibatkan atau
mempengaruhi hasil persepsi dari seseorang.

(b) Perhatian

Perhatian dapat diasumsikan sebagai pemusatan kesadaran pada


titik atau objek tertentu dari alat indera seseorang dengan membutuhkan
sejumlah energi untuk memperhatikan atau memfokuskan pada suatu
objek (Pinaryo, 2016). Berdasarkan pendapat pinaryo tersebut dapat kita
asumsikan bahwa setiap individu pasti memliki perhatian berbeda pada
suatu objek, semakin kuat perhatian seseorang maka semakin detail
persepsi yang akan diberikan, sehingga hal tersebut bisa mempengaruhi
hasil persepsi dari seseorang.

(c) Minat

Faktor internal minat menunjukan bahwa persepsi tergantung pada


suatu obyek perceptual vigilance yang digunakan untuk mempersepsi.
Perceptual vigilance adalah kecenderungan individu untuk
memperhatikan dengan fokus dari stimulus sesuai dengan minatnya
(Pinaryo, 2016) sejalan dengan itu dapat dipahami bahwa minat
merupakan kecenderungan rasa suka, keinginan atau ketertarikan lebih
pada suatu objek dengan penuh kesadaran tanpa adanya pengaruh orang
lain. Berdasarkan hal tersebut dari minat yang dimiliki seorang terhadap
suatu objek tentunya tidak sama sehingga persepsi yang diberikan akan
berbeda.

(d) Kebutuhan

Kebutuhan diasumsikan sebagai perilaku terarah dari individu


beradsarkan kemauan atau keinginan yang ingin dimiliki seseorang untuk
memuaskan dirinya, dalam faktor internal kebutuhan ini dapat diketahui
dari kekuatan individu mencari objek- objek atau pesan yang dilihatnya
untuk memberikan jawaban sesuai dengan kebutuhan dirinya (Pinaryo,
2016). Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui setiap individu pasti
memiliki kebutuhan yang berbeda atas dirinya, apabila objek yang
persepsi sesuai atau berhubungan dengan kebutuhan invidu sehingga hal
tersebut mengakibatkan atau mempengaruhi hasil persepsi dari seseorang.

(e) Pengalaman dan Ingatan

Setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda, pengalaman


didapatkan dari lingkungan atau kejadian yang dialami, setiap orang
memiliki kehidupan masing-masing yang menghasilkan pengalaman
berbeda dari setiap individu, faktor internal pengalaman tergantung pada
ingatan individu, semakin bagus pengalaman dan ingatan seseorang pada
kejadian- kejadian maka dapat mempengaruhi persepsi yang diberikan
(Pinaryo, 2016)
(f) Suasana Hati
Setiap orang bisa berubah-ubah perasaannya, bisa senangg, bisa
sedih, bisa bahagia, bisa berduka, dalam menjalani sebuah kehidupan
orang yang berbahagia cenderung akan bertingkahlaku dan merespon
keadaan sekitar dengan baik, sedangkan orang yang sedang memiliki
suasana hati sedih atau kurang bahagia cenderung merespon keadaan
sekitar kurang baik atau peka. Dengan faktor internal suasana hati
menunjukan bahwa keadaan emosi atau perasaan dapat mempengaruhi
perilaku seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat (Pinaryo,
2016).
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal dipandang sebagai faktor yang datang dari luar diri
seseorang dalam memberikan persepsi, faktor eksternal tersebut menjadi
stimulus dari luar untuk memberikan persepsi. Sejalan dengan itu Pinaryo
(2016, hlm. 53) menyatkan “faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
persepsi adalah sebagai berikut: (a) ukuran atau penempatan objek
stimulus, (b) warna dari objek-objek, (c) keunikan dan kekonstrasan
stimulus, (d) intensitas dan kekuatan dari stimulus, (e) gerakan atau
motion”.
(a) Ukuran atau penempatan objek stimulus
Faktor ukuran dalam penempatan dari objek atau stimulus dapat
mempengaruhi persepsi yang diberikan, karena semakin besarnya
hubungan dari suatu objek, akan memudahkan untuk dipahami, karena
individu dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek akan mudahkan
untuk lebih memperhatikan sehingga membentuk persepsi yang lebih
jelas dengan apa yang dilihatnya (Pinaryo, 2016)
(b) Warna dari objek-objek
Objek yang memiliki cahaya lebih banyak memiliki peluang untuk
menggambarkan lebih jelas dalam penyerapan oleh alat indera,
sehingga akan mudah dipahami dibandingkan dengan yang memiliki
cahaya sedikit, hal tersebut karena dapat membantu fokus dari
penglihatan dari individu yang melihatnya (Pinaryo, 2016).
(c) Keunikan dan kekontrasan stimulus
Faktor eksternal dari keunikan dan kekontrasan stimulus akan
mempengaruhi persepsi karena keunikan dapat menjadi penarik
perhatian untuk bisa dipahami atau diketahui dengan baik serta
kekontrasan dapat mengarahkan dalam kejelasan untuk memberikan
respon atau kejelasan dibandingkan objek lainnya (Pinaryo, 2016).
(d) Intensitas dan kekuatan dari stimulus
Stimulus dari luar mampu memberikan makna lebih apabila lebih
sering diperhatikan atau lebih sering berinteraksi dengan objek
tersebut, sehingga objek lebih kuat, kekuatan dari stimulus tersebut
merupakan daya dari suatu objek untuk mempengaruhi persepsi.
(Pinaryo, 2016).
(e) Gerakan atau motion
Faktor eksternal dari gerakan atau motion menjelaskan bahwa setiap
individu lebih tertarik dan memberikan perhatian terhadap benda yang
gerak, karena akan memberikan kefokusan untuk terus dipahami
sehingga akan banyak memberikan perhatian terhadap objek memberi
gerakan dibandingkan objek yang diam (Pinaryo, 2016).
Berdasarkan faktor-faktor menurut para ahli, dapat kita asumsikan
bahwa dalam proses pemerolehan persepsi tidak terlepas dari pengaruh
internal serta faktor eksternal yang di proses melalui susunan syaraf untuk
dialakukan penerimaan yang melahirkan sebuah evaluasi atau perhatian dalam
bentuk tanggapan. Faktor internal merupakan pemberian persepsi yang
keterkaitan dengan diri individunya sendiri misalnya; perbedaan pengalaman,
motivasi, latar belakang pendidikan, kepribadian dan kebutuhan. Faktor
eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan intensitas dan ukuran
gerakan, rangsang, pengulangan, dan sesuatu hal yang baru dari individu yang
akan memberikan persepsi. persepsi seseorang merupakan faktor yang berasal
dari diri sendiri Adanya objek yang dipersepsi menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus yang diperoleh dapat datang dari
luar kemudian langsung mengenai alat indra atau reseptor dan dapat juga
datang dari dalam, yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang
bekerja sebagai reseptor. Dari penjelasa tersebut di atas maka dapa
disimpulkan bahwa untuk mengadakan persepsi terdapat syarat-syarat yang
bersifat: fisik atau keahlian, fisiologis, dan psikologis.
B. Orang Tua
1. Pengertian orang tua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian orang tua ialah
ayah, dan ibu kandung. Wahidin (2019) Orang tua adalah orang yang lebih
tua atau dituakan, kemudian diperjelas lagi olehnya bahwa kata orang tua
adalah kalimat majemuk yang secara leksikal berarti “Ayah ibu kandung yang
dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya), orang orang yang
dihormati (disegani)”
Secara etomologi pengertian orang tua yang dimaksud dalam
pembahasan ini adalh seseorang yang telah melahirkan anak dan mempunyai
tanggung jawab terhadap anak-anak baik anak sendiri atau anak yang
diperoleh melalui hasil adopsi. Orang tua hasil dari adopsi yang dimaksudkan
adalah orang tua yang sebenarnya, yang memiliki tanggung jaab sebagaimana
orang tua kandung dalam berbagai hal yang menyangkut seluruh indikator
kehidupan baik lahiriyah maupun batiniyah, karena dalam praktek tugas dan
tanggung jawabnya sehari-hari tetap sama seperti orang tua kandung pada
umumnya.
Orang tua adalah figur utama bagi seorang anak. tidak ada yang lebih
utama daripada kasih sayang dan perhatian yang di peroleh dari kedua orang
tua kepada anaknya dalam segala bidang terutama pendidikan, orang tua
hendaklah menjadi pigur yang baik bagi anak-anaknya. Zakiah Drajat (dalam
Wahidin (2019) berpendapat bahwa orang tua adalah pendidik pertama dan
utama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula
menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan
adalah terdapat pada lingkungan keluarga. Oleh karena itu orang tua ayah dan
ibu memiliki peran penting dan amat berpengaruh terhadap pendidikan
anaknya. Seorang ayah, disamping memiliki tanggung jawab dalam mencari
nafkah untuk keluarganya juga bertanggung jawab untuk mencari tambahan
ilmu bagi dirinya agar dapat mendidik dirinya dan keluarganya.
Dari definisi yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dipahami
bahwa orang tua adalah orang tua kandung atau orang tua wali yang
mempunyai tanggung jawab dalam segala hal terutama dalam pendidikan
anak-anaknya.
1) Kewajiban orang tua.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi
anak-anak. Pendidikan orang tua lebih ditekankan kepada pendidikan
dalam pembentukan moral dan kepribadian bagi anak-anaknya daripada
pendidikan yang bersifat ilmu pengetahuan. Berdasarkan hal itu Wahidin
(2019) menjelaskan bahwa orang tua merupakan lembaga pendidikan
pertama bagi anak-anaknya yang bertanggung jawab memelihara,
merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang
dengan baik.
Diantara tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah
melaksanakan kewajiban sebagai oeang bagi anakn-anaknya. Wahidin
(2019) menjelaskan diantara tanggung jawab orang tua terhadap anaknya
antara lain:
a. Pengalaman pertama masa kanak-kanak
Perlu di ketahui oleh orang tua, anak merupakan tanggung jawab
yang besar. Maka dari itu orang tua bertanggung jawab mendidik
anaknya sejak ia dilahirkan sampai anak melepaskan dirinya dari
ikatan keluarga. Lembaga pendidikan keluarga menjadi penglaman
pertama bagi anak dalam menjalankan tumbuh kembangnya. Oelh
karena itu, suasan pendidikan keluarga ini sangat penting diperhatikan
karena dari keluargalah kepribadian anak ditentukan.
b. Menjamin kehidupan emosional anak
Suasana yang tercipda dalam keluarga harus mencerminkan suasana
yang harmonis yaitu suasana yang nyaman, aman dan tentram juga
saling percaya. Karena melalui suasana keluarga, akan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan emosional anak. Hal ini dikarenakan
ada hubungan darah anatara anak dan orang tua yang didasarkan atas
cinta dan kasih sayang yang murni. Kehidupan emosional ini sangat
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi seseorang.
c. Menanamkan pendidikan moral
Orang tua hendaknya menjadi teladan yang baik bagi anaknya, setiap
perkataan dan perbuatan yang dilakukan orang tua menjadi contoh
yang hendak ditiru oleh sebagian besar anak-anaknya. Oleh karena itu
jika ingin menanamkan tingkah laku yang baik kepada anak, maka
orang tua hendak menjadi contoh yang positif dalam segala perilaku.
d. Memberikan dasar pendidikan sosial
Keluarga merupakan lembaga yang resmi yang minimal terdiri dari
ayah, ibu, dan anak. berdasarkan hal tersebut melalui keluarga anak
dapat menemukan bagaimana menjadi orang yang bertanggung jawab
dalam tugasnya, diantara pendidikan dasar yang dapat diterapkan
dalam keluarga adalah saling tolong menolong bersama saudara dan
tetangga, gotong royong secara kekeluargaan, menjaga keamanan,
ketertiban dan kebersihan dalam lingkungan keluarga.
e. Peletakan dasar-dasar keagamaan.
Selain sebagai dasar dalam pemdidikan moral, keluarga juga sebagai
pendidik dalam menerapkan nilai-nilai dasar keagamaan kedalam
pribadi anak. anak-anak merupakan masa yang paling baik dalam
mendidik nilai agama, sebagaimana menurut Hasbullah (dalam
Wahidin (2019) bahwa masa anak-anak adalah masa yang paling baik
dalam meresapi dasar-dasar hidup yang beragama, dalam hal ini
tentunya terjadi dalam kehidupan keluarga, misalnya mengajak anak
pergi ke masjid untuk melaksanakan berjamaah sholat, selalu
mendengarkan ceramah-ceramah keagamaan, hal ini sangat
berpengaruh besar terhadap kepribadian anak.
C. Pendidikan musik di Sekolah dasar
Pendidikan dipandang penting bagi keberlangsungan hidup manusia,
karena dengan pendidikan manusia dapat membentuk karakter, menambah
pengetahuan, serta melatih keterampilan. Kihajar Dewantara (dalam
Affandi, 2011, hlm.43) menyebutkan bahwa “Pendidikan sebagai usaha sadar
untuk mengembangkan potensi siswa secara maksimal, Pendidikan dapat
dilaksanakan dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun”. Fungsi
pendidikan secara umum tercantum dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: fungsi dari
Pendidikan Nasional untuk mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi menusia
yang beriman, bertaqwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi
serta bertanggung jawab. Maka untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
tersebut pemerintah menyusun sebuah alat yaitu Kurikulum. Dalam Undang-
undang Republik Indonesia tahun 2003 Bab I pasal 1, disebutkan mengenai
pengertian kurikulum “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Pendidikan tidak hanya memfokuskan
pada segi kognitif saja melainkan pendidikan juga dituntun untuk
mengupayakan dalam segi sikap (afektif) dan dalam segi keterampilan
psikomotorik. Oleh karena itu pembelajaran yang baik adalah pembelajaran
yang dapat meningkatkan ketiga aspek tersebut.
Pengertian musik secara umum terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), “musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara
dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan
komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. musik
juga diartikan sebagai nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (Alexander Haryanto, 2019) .
Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam di antaranya bahwa (1)
musik adalah bunyi/kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera
pendengar, (2) musik adalah suatu karya seni dengan segenap unsur pokok
dan pendukungnya, dan (3) musik adalah segala bunyi yang dihasilkan secara
sengaja oleh seseorang atau oleh kelompok individu yang disajikan sebagai
musik. Dari beberapa definisi tersebut maka musik merupakan segala bunyi
yang dihasilkan manusia secara sengaja yang disajikan sebagai musik.
Namun, Schafer membuat argumen yang lebih luas dengan mengatakan
bahwa musik sebagai bunyi yang disukai manusia dan enak didengar karena
sejatinya manusia sangat erat kaitannya dengan musik. Ki Hajar Dewantara
(dalam Sinaga (2009) dina a akbar menjelaskan bahwa “musik merupakan
salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak” melihat
ungkapan tersebut dapat di pahami bahwa musik memiliki pengaruh dalam
pembentukan watak individu.
Pelajaran seni merupakan salah satu pendidikan yang di terapkan di
Indonesia, sesuai dengan Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang
pendidikan nasional Pasal 37 ayat 1 menjelaskan bahwa: “Kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a. pendidikan agama; b.
pendidikan kewarganegaraan; c. bahasa; d. matematika; e. ilmu pengetahuan
alam; f. ilmu pengetahuan sosial; g. seni dan budaya; h. pendidikan jasmani
dan olah raga; i. keterampilan/kejuruan; dan j. muatan lokal”. Pendidikan
seni musik menjadi bagian dari mata pelajaran Seni dan Budaya berdasarkan
(Undang-Undang Republik Indnesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, n.d.) Pendidikan Seni Musik yang dimaksud disini
bukanlah pembelajaran seni musik yang diselenggarakan di kursus- kursus
musik, pendidikan musik di Sekolah Dasar jelas bukan mengarah pada
kemampuan professional. Selain itu, pendidikan seni musik tentunya
sebagai sarana untuk mengembangkan potensi peserta didik di Sekolah Dasar
terutama mengembangkan kemampuan musikalnya. Hal tersebut sejalan
dengan pernyataan Respati (2012, hlm. 1) bahwa “Pendidikan musik adalah
salah satu upaya pengembangan diri yang di dalamnya dapat menggali dan
mengembangkan keterampilan serta kreativitas peserta didik dalam bidang
seni music”.
D. Kemampuan Musikal Siswa Sekolah Dasar
Menurut Dyson & Gabriel, 1981 (dalam Totok (2000) Kemampuan musikal
adalah kemampuan yang bersifat bawaan dari lahir yang melekat pada diri
seseorang dalam bidang musik tampa memperhatikan pengaruh
lingkungan.kemudian diperjelas oleh Djohan 2009 (dalam Suryo Sapto Hadi
(2014) bahwa “kemampuan musikal merupakan kepekana dalam merespon
atau sensitivitas terhadap stimulus musik atau kemampuan seseorang dalam
daya tangkap musikal. Melihat dari penjelasan tersebut maka dapat dipahami
bahwa kemampuan musikal bukanlah sekedar hanya bisa memainkan segala
jenis musik, melainkan kemampuan musikal adalah kemampuan dalam
mengenal bentuk musik, peka terhadap warna musik, mampu memainkan
musik, dan memiliki kemampuan dalam membuat sebuah musik atau lagu.
Berkaitan dengan kemampuan musikal yang dimiliki seseorang, maka
pendidikan musik di sekolah dasar merupakan salah satu pendukung dalam
meningkatkan perkembangan musikal anak., terutama dalam usia sekolah
dasar yang mana usia tersebut adalah sebagaimana di jelaskan oleh para ahli
bahwa seorang anak usia sekolah dasar memiliki ruang yang luas dalam
perkembangan musiknya, sebagaimana dalam penelitian Langstaff & Mayer
(1996) serta Trehub, Schellenberg & Hill (1997) dalam Djohan (2009), bahwa
aktivitas bermusik akan memperoleh hasil terbaik pada usia sekolah dasar.
Dalam masa sekolah dasar ini terdapat beberapa aspek yang
berkembang dalam kemampuan musikal siswa, di jelaskan oleh Riyan
Hidayat (2015) bahwa diantara aspek tersebut adalah:
1. Perkembangan kemampuan melodis
a. Perbedaan pitch
Banyak peneliti menyebutkan bahwa dala kemampuan membedakan
pitch akan terus berkembang seiring berjalannya usia. Namun
diperjelas oleh Bentley (dalam Riyan Hidayat (2015) bagwa anak usia
7 tahun mampu membedakan pitsh dari 440 Hz turun menjadi 428 Hz
kemudian kemampuan ini dapat meningkat pada usia 12 tahun dimana
anak mampu membedakan 8 nada. Hal tersebut terbukti dalam
penelitian Sergeant dan Boyle (dalam Riyan Hidayat (2015) bahwa
anak usia 11-12 tahun 50% mampu membedakan 8 nada tersebut
dibanding anak di bawah usia tersebut.
b. Absolute Pitch (Titi nada mutlak)
Absolut pitch atau titi nada pitch merupakan kemampuan dalam
mengidentifikasi nama nada atau not tanpa adanya referensi not yang
diberikan. kemampuan ini diantaranya anak mampu menyebutkan
nama not tanpa melihat not yang dimainkan oleh orang lain. Ketika
kemampuan ini diasah maka anak akan memiliki kemampuan yang
lebih dalam yaitu dapat memainkan instrumen dengan tepat, dan
menyanyikan suatu lagu tanpa iringan.
c. Kemahiran Tonalitas
Hasil penelitian Bartlett dan Dowling (Riyan (2015) bahwa anak usia
5 tahun dengan anak usia 5 tahun sudah dapat mengikuti perubahan
tangga nada yang diberikan, namun tidak dapat membedakan antara
melodi strandar atau yang sudah berubah. dengan Menurut penelitian
Imberty (dalam Riyan Hidayat (2015) bahwa anak usia 7 tahun dapat
mendeteksi perubahan tangga nada di pertengahan lagu yang sudah
familiar baginya dan anak usia 8 tahun mampu mendeteksi perubahan
dari mayor ke minor, atau sebaliknya. Dan pada anak usia 6 tahun
mengerti bahwa suatu lagu harus diakhiri dengan tonika
2. Perkembangan kemampuan harmoni
Dalam perkembangan harmonis, anak mulai mengenal adanya
melodi lagu diantara fuga (komposisi musik) dua, tiga atau empat suara
dan juga mulai menunjukkan kesenangan atau ketidak senangan terhadap
suatu interval (jarak nada).
Dalam aspek perkembangan kemampuan harmoni anak usia 8-10
tahun terjadi perkembangan stabil terhadap kemampuan harmoninya.
Selain itu. Pada usia 12 dan 13 tahun,Valentine menemukan bahwa
preferensi ini makin berkembang mengikuti pola orang dewasa (Riyan,
2015).
3. Representasi anak terhadap musik
Anak usia sekolah dasar mencoba untuk merepresentasikan musik
yang berupa pola ritmis sederhana dengan simbolsimbol yang dia ketahui,
bukan dengan simbol-simbol yang biasa digunakan dalam menulis notasi
musik.
E. Kerangka berfikir
Setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda, salah satunya adalah
potensi kecerdasan musikal. Sebagaimana teori Howard Gardner (dalam
Rofiah, 2016) bahwa setiap individu memiliki 8 potensi kecerdasan yang biasa
di sebut kecerdsan majemuk yang salahsatunya adalah kecerdasan musikal.
Setiap kecerdasan hendak dikembangkan agar menghasilkan potensi yang
optimal dan dapat bermanfaat bagi dirinya dan sekitarnya. Namun sangat
disayangkan, kecerdasan musikal kurang diperhatikan oleh sebagian besar
orang terutama orang tua. Hal ini yang mendorong peneliti untuk melihat
bagaimana persepsi orang tua terhadap perkembangan musikal siswa.
F. Anggapan Dasar
Dalam penelitian ini peneliti merasa perlu untuk mengutarakan sebuah
asumsi yang kuat perihal kedudukan permasalahan penelitian. Anggapan
Dasar dipandang sebagai sebuah titik tolak pemikiran dimana kebenarannya
diterima oleh peneliti. Winarno Surakhmad (Dalam Arikunto, 2013) Anggapan
dasar haruslah berdasar terhadap kebenaran dimana peneliti dapat meyakini
kebenaran tersebut. Sejalan dengan itu (Arikunto, 2013, hlm.63) menyebutkan
bahwa anggapan dasar dipandang sebagai sesuatu yang diyakinai
kebenarannya oleh peneliti dimana akan berfungsi menjadi hal- hal yang
dijadikan sebagai tempai berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan sebuah
penelitian. Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
a) Persepsi orang tua terhadap pekembangan musikal dipandang penting
dalam mengembangkan muskal siswa.
b) Kemampuan musikal yang ada dalam diri siswa kurang diperhatikan
orang tua.
c) Orang tua dipandang memiliki peran penting dalam pendidikan
anaknya, terutama dalam pendidikan musik dan perkembangannya
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
1. Pendekatan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai persepsi orang


tua terhadap perkembangan musikal pada siswa sekolah dasar. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Hasil data yang diperoleh dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif adalah berupa data dengan format angka.
Seperti yang dijelaskan oleh Burns dan Bush (Dalam Mangkunegara, 2011)
bahwa penelitian kuantitatif membutuhkan penggunaan struktur pertanyaan
dimana pilihan jawaban tersebut di sediakan dan membutuhnya responden.
Format dalam penelitian ini adalah berupa angket dan format yang didapat adalah
berupa angka.

2. Metode penelitian
Penjelasan mengenai pengertian metode penelitian di ungkapkan oleh
Sugiono, (2016 hlm. 2) bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah diartikan
sebagai kegiatan penelitian yang berdasar pada sebuah ciri keilmuan, seperti
halnya rasional, empiris, dan sistematis. Dikatakan rasional karena dalam
penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh
penalaran manusia. Maksud dari empiris ialah cara yang dilakukan dapat diamati
oleh indera manusia sehingga cara-cara yang digunakan dapat dipagami dan
dimengerti oleh orang lain.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Wimmer-Dominicik (dalam Morissan. 2016, hlm. 166) membagi metode survei
kedalam 2 kategori yaitu survei deskriptif (descriptif survey) dan survei analisis
(analytical survey). Peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode survei
deskriptif. Morissan, (2018, hlm 166) menjelaskan bahwa survei deskriptif
memiliki upaya untuk menjelaskan atau mencatat kondisi maupun sebuah sikap
guna menjalankan apa yang telah terjadi pada saat ini. Sehingga dengan metode
ini peneliti dapat menjelaskan hasil penelitian terkait persepsi orang tua terhadap
perkembangan musikal siswa sekolah dasar”. Untuk diketahui tingkat persepsi
orang tua terhadap perkembangan musikal anak apakah masuk ke dalam kategori
baik atau tidak baik.

B. Partisipan, Waktu dan Tempat Penelitian


1. Partisipan penelitian
Partisipan merupakan subjek yang terlibat dalam penelitian. Partisipan yang
terlibat dalam penelitian ini yaitu orang tua dari siswa tingkat sekolah dasar
yang berada di wiliayah Kota Tasikamalaya
2. Waktu penelitian
Waktu dalam penelitian akan disesuaikan dengan pelaksanaan kegiatan
penelitian
3. Tempat penelitian
Secara umum waktu penelitian dilakukan di Sekolah Dasar yang berada di
wilayah Kota Tasikmalaya.
C. Populasi dan Sampel Penelitian.
1. Populasi
Papulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2017,
hlm, 2015). Penelitian ini menggunakan populasi seluruh orang tua yang
memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini, yaitu orang tua yang
memiliki anak usia sekolah dasar kelas 1 sampai dengan kelas 6. Lingkup
populasi ini adalah orang tua yang ada di sekitar wilayah kota Tasikmalaya.
2. Sampel
Sempel merupakan bagian dari populasi yang mencakup sejumlah
anggota yang dipilih dari populasi (Sudaryono, 2018, hlm. 167). Sedangkan
menurut Arikunto (2013, hlm. 174) foto hp. Sample adalah sebagian atau
wakil populasi yang akan diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua siswa Ssekolah
dasar dari tingkat kelas 1 sampai kelas 6 lingkup Kota Tasikmalaya. Karena
banyaknya keterbatasan dalam penelitian, maka peneliti mengambil sempel
dari beberapa populasi yang ada. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
teknik simple random sampling yang merupakan teknik sampling probability.
Dikatakan simpel karena dalam pengambilan sampelnya tidak memuat ciri-
ciri khusus yang dapat membedakan dengan orang tua lainnya
Dalam penentuan jumlah ukuran sampel, peneliti mendasarkan
metode Slovin sebagai alat ukur untuk menghitung ukuran sampel. Dari hasil
pencarian data, jumlah sekolah dasar di Kota Tasikmalaya sebanyak 285 ,
dari banyaknya jumlah SD di Tasikmalaya tersebut peneliti mengambil 5
sekolah untuk diambil sampel 20 orang tua dari tiap sekolah dalam
penghitungannya. maka dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus
Slovin agar penelitian dapat lebih mudah. rumus Slovin dapat di pahami
sebagai berikut

Rumus:

Keterangan:
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
e : Batas kesalahan Toleransi (margin eror)
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dengan menggunakan rumus
Sloving, ukuran sampel minimum dapat dihitung sebagai berikut:
10
n= = 149

(𝟑𝟎𝟎𝟎)(𝟎. 𝟎𝟖)𝟐 + 𝟏

3. Instrumen Peneltian
Instrumen penelitian menurut Suharsimi (Dalam Sugiyono, 2016,
hlm.206) adalah instrumen pengumpul data atau alat bantu yang dipilih dan
dugunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.. Dalam penelitian ini
menggunakan instrumen penelitian berupa angket.
Variabel Dimensi Indikator Satuan ukur Nomor Item
Persepsi Hakikat Tujuan Ketercapaian
orang tua Pendidikan
Pendidikan tujuan pendidikan
terhadap Seni Musik
Musik memiliki
perkembang
kegunaan/nilai
an musikal
dalam pendidikan
sisswa SD

Perhatian, Orang tua Persepi orang tua


kepekaan, sebagai pendidik terhadap peran
kebutuhan , pertama bagi orang tua dalam
sistem nilai, anak pendidikan anak
ciri
kepribadian
dan kondisi
kejiwaan.
Tugas dan Persepsi orang tua
tanggung jawab terhadap tugas dan
orang tua tanggung jawab
terhadap anak orang tua terhadap
anak
Sekolah sebagai Persepsi orang tua
sarana terhadap jenjang
pendidikan dan pendidikan SD
sarana Persepsi orang tua
mengembangkan terhadap pendidikan
potensi anak seni musik di SD
Persepsi orang tua
terhadap kegiatan
seni musik di SD
Persepsi orang tua
terhadap
kemampuan
musikal siswa
Persepsi orang tua
terhadap manfaat
mengembangkan
musikal anak
Kompetensi Persepsi orang tua
pedagogik terhadap pedagogik
anak
Kompetensi Persepsi orang tua
sosial terhadap
kemampuan sosial
anak
Kisi-kisi imstrumen persepsi orang tua terhadap perkembangan musikal siswa
sekolah dasar
Manfaat Pendidikan Tumbuh kembang Memberikan dasar ekspresi dan
Seni Musik kreativitas dalam
musik.

Menyeimbangkan
perkembangan otak kiri dan
otak
kanan.
Memperkuat suasana dan
emosi rileks dalam
pembelajaran.
Psikologi Menyeimbangkan
perkembangan
jasmani

Psikiater
Memberikan sarana yang tepat
dan positif dalam
mengungkapkan perasaan
dan
kondisi kejiwaan

anak.

Sarana relaksasi dan

kontemplasi.
Menumbuhkan sikap disiplin,
dan menyelesaikan
masalah.
Daftar Pustaka
Djohan, D. (2009). Kemampuan Musikalitas Sebagai Sarana Pengembangan
Keterampilan Sosial. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 13(1)
Eminita, V., & Astriyani, A. (2018). Persepsi Orang Tua Terhadap Kecerdasan
Majemuk Anak. FIBONACCI: Jurnal Pendidikan Matematika dan
Matematika , 4 (1), 1-16.
Fahmi, D. (2020). Persepsi (H. Adamson (Ed.); 1st ed.). Psikologi Corner.
Hidayatullah, R. (2015). Perkembangan musik pada anak usia sekolah. Jurnal
Pendidikan
Pinaryo. (2016). Persepsi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Terhadap
Program Kewirausahaan Mahasiswa. Aristo, 2(2), 53. Progresif , 5 (1),
117-128.

Pratiwi, DS, Widiastuti, AA, & Rahardjo, MM (2018). Persepsi Orangtua


terhadap
Pendidikan Anak Usia Dini. Satya Widya , 34 (1), 39-49.
Respati, R. (2015). Esensi pendidikan seni musik untuk anak. Jurnal Saung Guru,

Vol. VII N, 109–115. http://jurnal.upi.edu/md/view/3492/esensi-


pendidikan-seni- musik-untuk-anak.html

Rofiah, N. H. (2016). Menerapkan multiple intelligences dalam pembelajaran di

sekolah dasar. Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar, 8(1), 69–79.

Rahmaningrum, O. (2021). Peran Orang Tua/Wali Murid Dalam

Menumbuhkembangkan Karakter Resiliensi Pada Anak Kelas V Di


Madrasah Ibtidaiyah Negeri 6 Ponorogo (Disertasi Doktor, IAIN
Ponorogo)

Rofiq, MA (2017). Pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru


PAI terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas XI
SMAN

Kradenan Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016/2017 (Disertasi Doktor,


Walisongo).

Saptohady, S. (2014). Hubungan Antara Kemampuan Musikal dengan Prestasi


Belajar Band Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Berbah Sleman. Skripsi

Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta 

Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Musik. Harmonia: Journal of Arts


ReseEducation, 1(1).

Sinaga, B. U. & S. (2009). Pengembangan Materi Pembelajaran Seni Musik

Berbasis Seni Budaya Berkonteks Kreatif, Kecakapan Hidup, Dan


Menyenangkan Bagi Siswa Sd/Mi. Harmonia Journal of Arts Research
and Education, 9(2). https://doi.org/10.15294/harmonia.v9i2.638

Sudaryono. (2018). Metode Penelitian (1st ed.). Rajawali Pers.

Sumaryanto, F. T. (2000). Kemampuan Musikal (Musical Ability) dan

Undang-Undang Republik Indnesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional
Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003 Bab I pasal 1,Tentang Kurikulum

Undang-Undang Republik Indnesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Sumaryanto, F. T. (2000). Kemampuan Musikal (Musical Ability) dan

Undang-Undang Republik Indnesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang


Sumaryanto, F. T. (2000). Kemampuan Musikal (Musical Ability) dan

Undang-Undang Republik Indnesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional

Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset


http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/Dinamika/article/view/937/875

Anda mungkin juga menyukai