Anda di halaman 1dari 16

ANGGARAN DASAR

PARSADAAN SITUMORANG SIPITU AMA DOHOT BORUNA


(PSSAB)
SE-INDONESIA

PEMBUKAAN
Parsadaan Situmorang Sipitu Ama dohot Boruna disingkat PSSAB adalah wadah
berhimpun seluruh keturunan Ompu Tuan Situmorang, yang merupakan anak sulung dari 7
(tujuh) laki-laki bersaudara, anak si Raja Lontung dan si Boru Pareme. Ompu Tuan Situmorang
lahir di huta (kampung) Sabulan, dan setelah menikah dengan Boru Limbong, kemudian
membuka perkampungan dan tinggal menetap, beranak cucu, dan meninggal dunia di huta
(kampung) Urat, Pulau Samosir.
Ompu Tuan Situmorang mempunyai 2 (dua) anak laki-laki dan 3 (tiga) cucu laki-laki, yaitu:
1. Ompu Panoparaja, mempunyai 2 (dua) anak laki-laki yang bernama: Ompu Ambolas dan
OmpuParhujobung;
2. Ompu Pangaribuan, mempunyai 1 (satu) anak laki-laki yang bernama: Raja Babiat.
Dari ketiga cucunya tersebut, Ompu Tuan Situmorang kemudian mempunyai 7 (tujuh)
nini (cicit) laki-laki sebagai berikut:
I. Ompu Ambolas mempunyai 2 (dua) anak laki-laki yaitu:
1. Raja Pande, yang keturunannya memakai marga Situmorang (Pande)
2. Raja Nahor, yang keturunannya memakai marga Situmorang (Lumban Nahor)
II. Ompu Parhujobung mempunyai 2 (dua) anak laki-laki yaitu:
3. Tuan Suhutnihuta, yang keturunannya memakai marga Situmorang (Suhutnihuta)
4. Tuan Ringo, mempunyai 4 (empat) orang anak laki-laki,yaitu:
a. Raja Dapoton, yang keturunannya memakai marga Situmorang (Tuan Ringo);
b. Raja Rea, yang keturunannya memakai marga Siringoringo;
c. Tuan Onggar, yang keturunannya memakai marga Rumapea;
d. Siagian, yang keturunannya memakai marga Siringoringo Siagian.
III. Raja Babiat mempunyai 3 (tiga) anak laki-laki yaitu:
5. Dorimangambat, yang keturunannya memakai marga Sitohang (Uruk);
6. Raja Itubungna, yang keturunannya memakai marga Sitohang (Tonga-tonga);
7. Ompu Bona Ni Onan, yang keturunannya memakai marga Sitohang (Toruan).
Ompu Tuan Situmorang dikaruniai Tuhan usia yang panjang sehingga kedua anaknya,
Ompu Panoparaja dan Ompu Pangaribuan, serta ketiga cucunya Ompu Ambolas, Ompu
Parhujobung dan Raja Babiat, meninggal dunia lebih dulu dari Ompu Tuan Situmorang.
Menghadapi kenyataan tersebut, Ompu Tuan Situmorang pun mengambil alih tanggung
jawab dengan memposisikan serta memfungsikan dirinya sebagai Ama (ayah ) untuk
memelihara, menghidupi dan membesarkan serta membimbing ketujuh nini (cicit)-nya tersebut.
Pinompar ni atau keturunan dari nini (cicit) yang tujuh ini lah yang kemudian disebut sebagai
Situmorang Sipitu Ama.
Suatu hari, menyadari bahwa pitu (tujuh) nini (cicit)-nya sudah dewasa dan dirinya pun
sudah ada firasat tidak lama lagi akan meninggal dunia, Ompu Tuan Situmorang mengumpulkan
pitu (tujuh) nini (cicit)-nya dan kemudian menyampaikan TONA (pesan) sebagai berikut:
“Mulai sadarion hupaojak ma hamu gabe anakhu,jala ahu ama muna. Ingot hamu ma
tonangkon: Tongtong ma hamu sada. Sisada anak ma hamu si sada boru. Juhut di sapa ma di
lulu anak, parbue na pir ma huntion di lulu boru. Anak dohot boru muna ndang jadi marsiolian.
Boru muna ndang jadi marsitindian. Elek ma hamu marboru, somba mar raja ni tutur, jala
manat mardongan sabutuha” (Bahasa Batak Toba).
1
“Sejak hari ini, saya kukuhkan kalian menjadi anakku, dan saya adalah ayah kalian. Kalian
ingatlah pesanku ini: Tetaplah kalian satu. Anak dari masing-masing kalian adalah anak kalian
bersama. Hendaklah keturunanku yang laki-laki dan keturunanku yang perempuan saling
memberi dan menerima. Kurban berupa daging sebagai bawaan dari keturunanku yang
perempuan kepada keturunanku yang laki-laki, dan beras sebagai bawaan keturunanku yang laki-
laki kepada keturunanku yang perempuan. Anak laki-laki dan anak perempuan kalian, tidak
boleh saling menikah. Dua atau lebih anak perempuan kalian tidak boleh menikah dengan dua
atau lebih laki-laki yang bersaudara kandung. Penuh kasih sayang lah kalian kepada seluruh
keturunanku yang perempuan. Keturunan kalian harus hormat kepada keluarga besar istri, ibu,
dan neneknya. Saling menghargai dan penuh bijaksanalah sesama kalian maupun sesama
keturunan kalian yang laki-laki” (Bahasa Indonesia)
Dengan tujuan untuk menjaga dan melaksanakan Tona (pesan) persatuan dan kesatuan
serta saling mengasihi dari Ompu Tuan Situmorang tersebut, pada tahun 1952 para keturunan
Ompu Tuan Situmorang bersepakat mendirikan sebuah wadah berkumpul atau organisasi
bernama Punguan Situmorang dohot Boruna, disingkat PSB, yang kemudian atas aspirasi yang
berkembang, berubah menjadi Parsadaan ni Situmorang dohot Boruna disingkat PASIBONA
(1972), Parsadaan Pomparan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama, disingkat PPSSB (1987), dan
pada tahun 2003 dirubah menjadi Parsadaan Situmorang Sipitu Ama dohot Boruna disingkat
PSSAB.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Dalam Anggaran Dasar ini yang dimaksud dengan:
1. Anggaran Dasar, selanjutnya disingkat AD, adalah peraturan dasar organisasi.
2. Anggaran Rumah Tangga, selanjutnya disingkat ART, adalah peraturan yang dibentuk
sebagai penjabaranAD.
3. Peraturan Parsadaan adalah penetapan tertulis yang diterbitkan oleh pengurus tertinggi
organisasi sebagai penjabaran AD dan ART antara lain: Peraturan, Surat Keputusan, Surat
Edaran dan Surat Tugas, dan.
4. Ompu Tuan Situmorang adalah nenek moyang yang menurunkan semua orang Batak
diantaranya yang bermarga Situmorang, Siringoringo, Sitohang, Rumapea.
5. Situmorang Sipitu Ama adalah satu kesatuan dari seluruh keturunan Ompu Tuan
Situmorang dilihat dari garis keturunan masing-masing pitu (tujuh) nini (cicit) dari Ompu
Tuan Situmorang yang bernama: Raja Pande, Raja Nahor, Tuan Suhutnihuta, Tuan Ringo,
Dorimangambat, Raja Itubungna, dan Ompu Bonanionan, yang bagi dan oleh seluruh
keturunan mereka bertujuh dimaknai sebagai kakak beradik kandung, serta dihayati dan
dijuluki sebagai Ama (Ayah) bersama.
6. Parsadaan Situmorang Sipitu Ama dohot Boruna disingkat PSSAB adalah satu-satunya
organisasi yang keanggotannya mencakup dan dapat mengatasnamakan seluruh keturunan
Ompu Tuan Situmorang, selanjutnya dapat disebut Parsadaan.
7. Organisasi Tingkat Pusat atau Nasional adalah struktur Parsadaan tertinggi yang meliputi
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Organisasi Tingkat Wilayah adalah struktur Parsadaan yang meliputi 1 (satu) atau lebih
Provinsi, atau gabungan dari 1 (satu) Provinsi dengan 1 (satu) atau lebih Kabupaten/ Kota
di Provinsi lainnya, atau sebagian dari 1 (satu) Provinsi, dengan syarat membawahi
sekurang-kurangnya 5 (lima) Cabang.
9. Organisasi Tingkat Cabang adalah struktur Parsadaan yang meliputi 1 (satu) atau lebih
Kabupaten Kota, atau gabungan dari 1 (satu) Kabupaten/Kota dengan Kecamatan di
Kabupaten/ Kota lainnya, atau sebagian dari 1 (satu) Kabupaten/Kota, dengan syarat
membawahi sekurang-kurangnya 5 (lima) Sektor.

2
10. Organisasi Tingkat Sektor adalah struktur Parsadaan yang meliputi 1 (satu) atau lebih
Kecamatan atau Desa/ Kelurahan atau 1 (satu) komplek perumahan, yang beranggotakan
sekurang-kurangnya 15 (lima belas) kepala Keluarga.
11. Dewan Pengurus Parsadaan adalah perangkat organisasi yang terdiri dari Dewan Pimpinan
Pusat, Dewan Pengurus Wilayah, Dewan Pengurus Cabang, dan Pengurus Sektor.
12. Dewan Pengurus Pusat yang selanjutnya disingkat DPP adalah pengurus Parsadaan tingkat
pusat atau Nasional.
13. Dewan Pengurus Wilayah yang selanjutnya disingkat DPW adalah pengurus Parsadaan
tingkat Wilayah, berkedudukan di ibukota provinsi atau Kabupaten kota.
14. Dewan Pengurus Cabang yang selanjutnya disingkat DPC adalah pengurus Parsadaan di
tingkat Cabang, berkedudukan di Kabupaten/Kota.
15. Pengurus Sektor yang selanjutnya disingkat PS adalah pengurus Parsadaan di tingkat
Sektor, berkedudukan di Kecamatan atau Desa/ Kelurahan yang bersangkutan.
16. Dewan Penasihat adalah perangkat Parsadaan yang beranggotakan 7 (tujuh) atau lebih
anggota sebagai representasi dari unsur Sipitu Ama, yang diangkat oleh Sidang
Musyawarah dengan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan nasihat, arahan, saran
atau masukan kepada dewan pengurus Parsadaan.
17. Musyawarah Besar yang selanjutnya disingkat Mubes adalah Rapat Umum Anggota
Nasional yang diselenggarakan DPP secara periodik sekali dalam 5 (lima)tahun.
18. Musyawarah Besar Luar Biasa yang selanjutnya disingkat PS adalah Rapat Umum
Anggota Nasional yang diselenggarakan di luar periode 5 (lima) tahunan dengan alasan
kegentingan yangmemaksa.
19. Musyawarah Wilayah yang selanjutnya disingkat Muswil adalah Rapat Umum Anggota
Wilayah yang diselenggarakan DPW secara periodik sekali dalam 5 (lima) tahun.
20. Musyawarah Wilayah Luar Biasa yang selanjutnya disingkat Muswilub adalah Rapat
Umum Anggota Wilayah yang diselenggarakan di luar periode 5 (lima) tahunan dengan
alasan kegentingan yangmemaksa.
21. Musyawarah Cabang yang selanjutnya disingkat Muscab adalah Rapat Umum Anggota
Cabang yang diselenggarakan DPC secara periodik sekali dalam 5 (lima)tahun.
22. Musyawarah Cabang Luar Biasa yang selanjutnya disingkat Muscablub adalah Rapat
Umum Anggota Cabang yang diselenggarakan di luar periode 5 (lima) tahunan dengan
alasan kegentingan yang memaksa.
23. Musyawarah Sektor yang selanjutnya disingkat Musek adalah Rapat Umum Anggota
Sektor yang dilakukan PS secara periodik sekali dalam 3 (tiga) tahun.
24. Musyawarah Sektor Luar Biasa yang selanjutnya disingkat Museklub adalah Rapat Umum
Anggota Sektor yang diselenggarakan diluar periode 3 (tiga) tahunan dengan alasan
kegentingan yang memaksa.
25. Formatur adalah beberapa Anggota Parsadaan yang ditunjuk dan diberi tugas dan tanggung
jawab untuk menyusun struktur dan personalia Pengurus, Dewan Penasihat dan Dewan
Kehormatan Parsadaan yang akan berakhir masa bakti atau periodenya untuk kemudian
hasil kerjanya ditetapkan oleh Sidang Musyawarah pada semua tingkatan.
26. Organisasi Otonom adalah wadah berkumpul yang didirikan oleh para anggota Parsadaan
dengan spesifikasi berdasarkan kesamaan silsilah atau garis keturunan dari masing-masing
pitu (tujuh) Ama (Ayah) yang menurunkan Situmorang Sipitu Ama, maupun berdasarkan umur,
minat atau aspek lainnya, yang tujuan dan anggotanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Parsadaan.
27. Barisan Kader PSSAB disingkat BariKade PSSAB adalah organisasi otonom yang
merupakan sayap kanan dan beranggotakan Anggota PSSAB
28. Naposobulung PSSAB disingkat N-PSSAB adalah organisasi yang didirikan untuk
mewadahi pembinaan putra-putri dari Anggota PSSAB yang berusia antara 17 (enam

3
belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun atau belum menikah.
29. Jabi-Jabi Sisangapon adalah sebuah pohon beringin yang merupakan sarana dan bukti
penyampaian Tona Ompu Tuan Situmorang kepada pitu (tujuh) nini (cicit)-nya, yang
terdapat di di Desa Parsaoran, Urat Kabupaten Samosir sekarang.
30. Tugu Ompu Tuan Situmorang adalah sebuah monumen sebagai lambang pemersatu
seluruh Pomparan Ompu Tuan Situmorang yang berlokasi di areal Jabi-Jabi Sisangapon di
Desa Parsaoran, Urat Samosir, yang diresmikan keturunan Ompu Tuan Situmorang pada
tahun 1990 dan kemudian direvitalisasi pada tahun 2019.
BAB II
NAMA, WAKTU BERDIRI DAN JANGKA WAKTU
Pasal 2
Nama
Organisasi ini bernama Parsadaan Situmorang Sipitu Ama dohot Boruna disingkat PSSAB,
selanjutnya dapat disebut sebagai Parsadaan.
Pasal 3
Waktu Berdiri dan Jangka Waktu
Parsadaan, dengan nama awal sebagai Punguan Situmorang dohot Boruna disingkat PSB, berdiri
di Medan pada tanggal 7 Juli 1952 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
BAB III
ASAS, SIFAT, STATUS, FUNGSI DAN TUJUAN
Pasal 4
Asas
PSSAB berasaskan:
a. Pancasila dan Undang Undang Dasar1945;
b. Dalihan Na Tolu, Somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elekmarboru;
c. Tona Ompu Tuan Situmorang, Juhut di sapa ma di lulu anak parbue pir ma huntion di lulu boru,
sisada lulu di anak si sada lulu diboru.
Pasal 5
Sifat
PSSAB bersifat demokratis, sukarela, sosial, mandiri dan nirlaba.
Pasal 6
Status
Status PSSAB :
a) Satu-satunya organisasi yang keanggotaanya mencakup seluruh keturunan Ompu Tuan Situmorang.
b) Pembina bagi semua punguan Mar-Ama-ama atau organisasi yang didirikan dan dikelola secara
otonom.
c) Kepengurusan PSSAB tingkat Pusat, DPW, DPC dan Sektor wajib mencerminkan kesertaan ketujuh
Ama dari Situmorang Sipitu Ama.
Pasal 7
Fungsi
PSSAB berfungsi sebagai sarana:
a. penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota dan/ atau tujuan parsadaan;
b. pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan parsadaan;
c. penyalur aspirasi dan pemberdayaan anggota, serta pemenuhan pelayanan sosial;
d. partisipasi anggota untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa umumnya dan keturunan Ompu Tuan Situmorang khususnya;
e. pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
4
dan bernegara, serta TONA Ompu TuanSitumorang.
Pasal 8
Tujuan
PSSAB bertujuan untuk:
a. Meningkatkan partisipasi dan keberdayaan keturunan Ompu Tuan Situmorang khususnya di
bidang adat, ekonomi, pendidikan dan sosial budaya;
b. Melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang hidup dalam
masyarakat umumnya, dan pada Bangso Batak khususnya;
c. Menjaga dan memelihara serta memperkuat persatuan dan kesatuan, kesetiakawanan sosial,
semangat gotong royong, dan toleransi keturunan Ompu Tuan Situmorang dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara;
d. Mendata keturunan Ompu Tuan Situmorang yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia
dan pelosok dunia serta menyusun dan melihara data tarombo atau silsilah keturunan Ompu
Tuan Situmorang dari masa kemasa;
e. Menjaga dan memelihara Jabi-Jabi Sisangapon dan Tugu Ompu Tuan Situmorang yang
berada di Urat secara teratur dan berkesinambungan;
f. Mengadakan program atau kegiatan untuk meningkatkan kebersamaan, kesejahteraan,
pengetahuan atau keahlian anggota dalam berbagai bidang.
BAB IV
RUANG LINGKUP, KEDUDUKAN, DAN KANTOR PUSAT
Pasal 9
Ruang Lingkup
PSSAB memiliki lingkup struktur organisasi, kepengurusan dan keanggotaan secara nasional.
Pasal 10
Kedudukan dan Kantor Pusat
(1) PSSAB berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Kantor pusat PSSAB berkedudukan di Medan atau Kota lain berdasarkan Ketetapan
MUBES.
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 11
Sifat dan Pencatatan Keanggotaan
Keanggotaan PSSAB adalah bersifat sukarela dan tercatat dalam Buku Daftar Anggota di setiap
sektor, dan secara berjenjang kepada DPC, DPW, dan DPP.
Pasal 12
Anggota
Anggota PSSAB terdiri dari:
a. Anggota Biasa, yaitu:

1. Setiap individu yang merupakan keturunan Ompu Tuan Situmorang dan terdaftar di sektor.
2. Setiap orang yang menikah dengan keturunan Ompu Tuan Situmorang, termasuk Bere dan
Ibebere.
b. Anggota kehormatan, yaitu seseorang yang karena jasa dan ketokohannya yang bermanfaat
untuk organisasi diangkat menjadi anggota Parsadaan berdasarkan keputusan DPP.
Pasal 13
Hak Anggota
Setiap anggota PSSAB yang sudah terdaftar atau mendaftarkan diri mempunyai hak untuk:
5
a. ikut serta mengadakan dan mengikuti kegiatan Parsadaan;
b. bertanya, memberikan saran, usul atau pendapat kepada Dewan Pengurus Parsadaan;
c. memilih atau dipilih menjadi personalia Dewan Pengurus Parsadaan atau panitia;
d. membela diri dan dibela dalam sidang parsadaan;
e. mendapatkan pendampingan dari Dewan Pengurus Parsadaan saat mengadakan acara adat
pada saat suka maupun duka;
f. memperoleh penghargaan atas dedikasi dan pengorbanan terhadap Parsadaan.
Pasal 14
Kewajiban Anggota
Setiap anggota PSSAB mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. menaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Ketetapan Musyawarah Besar, dan
PeraturanParsadaan;
b. menghayati dan mengamalkan Tona (pesan) Ompu Tuan Situmorang.
c. berperan aktif dalam pertemuan dan kegiatanParsadaan;
d. menjaga persatuan dan kesatuan, keutuhan, kebersamaan, serta suasana persaudaraan dan cinta
kasih di dalam lingkungan Parsadaan;
e. menjunjung tinggi dan menjaga nama baik Situmorang Sipitu Ama khususnya serta nama baik
Bangso Batak umumnya.
f. membayar iuran anggota.

BAB VI
PERANGKAT PARSADAAN
Pasal 15
Jenis Perangkat Parsadaan

Perangkat Parsadaan terdiri atas:


1. Dewan Pengurus;
2. Dewan Penasihat.
Pasal 16

Struktur Dewan Pengurus

(1) Dewan Pengurus Parsadaan terdiri dari:


a. Dewan Pengurus Pusat yang selanjutnya disingkat DPP merupakan penanggung jawab
tertinggi Parsadaan untuk tingkat Pusat atau Nasional.
b. Dewan Pengurus Wilayah yang selanjutnya disingkat DPW merupakan penanggung
jawab tertinggi Parsadaan untuk tingkat Wilayah, berkedudukan di ibukotaProvinsi.
c. Dewan Pengurus Cabang yang selanjutnya disingkat DPC merupakan penanggung
jawab tertinggi Parsadaan untuk tingkat Cabang, berkedudukan di ibukota Kabupaten/
Kota.
d. Pengurus Sektor yang selanjutnya disingkat PS merupakan penanggungjawab
tertinggi Parsadaan untuk tingkat Sektor, berkedudukan di Kecamatan atau Desa/
Kelurahan.
(2) Personalia Dewan Pengurus Parsadaan ditetapkan dan dilantik dalam Sidang Musyawarah
sesuai tingkatan.
Pasal 17
Susunan Struktur, Wewenang dan Kewajiban DPP
(1) Susunan Struktur DPP PSSAB terdiri atas:

6
- Ketua Umum;
- Ketua-ketua (7 orang)
- SekretarisUmum;
- Sekretaris 1;
- Sekretaris 2
- BendaharaUmum;
- Bendahara1;
- Bendahara2
- Bidang Organisasi dan Keanggotaan;
- Bidang Aset;
- Bidang Pemberdayaan Ekonomi;
- Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia;
- Bidang Kepemudaan dan Lingkungan Hidup;
- Bidang Adat, Tarombo dan Sejarah;
- Bidang Sosial dan Kerohanian;
- Bidang dengan nama lain sesuai kebutuhan Parsadaan.
(2) Ketua-ketua dijabat oleh 7 (tujuh) Anggota yang merupakan representasi dari Sipitu Ama,
yang namanya dapat diusulkan oleh Punguan Mar-Ama-ama, dengan tugas sebagai
koordinir 1 (satu) atau lebih Bidang sesuai penugasan Ketua Umum DPP serta sebagai
penghubung antara DPP dengan Pengurus dan Anggota Punguan Mar-Ama-Ama.
(3) Dari susunan struktur sebagaimana pada ayat (1), yang personalianya dipilih oleh Formatur
Pusat dan ditetapkan serta dilantik oleh Musyawarah Besar (Mubes) adalah Ketua Umum,
Wakil Ketua Umum, Sekretaris Umum, Sekretaris 1, Sekretaris 2, Bendahara Umum,
Bendahara 1 dan Bendahara2.
(4) Personalia untuk mengisi struktur pada ayat (1) selain sebagaimana pada ayat (3), diangkat
dan dilantik oleh Ketua Umum DPP setelah Musyawarah Besar (Mubes)
(5) Tugas, tanggung jawab dan kewajiban DPP diatur dalam Anggaran RumahTangga.
Pasal 18
Susunan Struktur, Wewenang dan Kewajiban DPW
(1) Susunan struktur DPW terdiri atas:
- Ketua
- Wakil ketua (7 orang)
- Sekretaris .
- Wakil Sekretaris 1;
- Wakil Sekretaris 2;
- Bendahara;
- Wakil Bendahara;
- Bidang-bidang yang nomenklaturnya sesuai kebutuhan Parsadaan.
(2) Wakil Ketua dijabat oleh 7 (tujuh) Anggota yang merupakan representasi dari Sipitu Ama,
yang namanya dapat diusulkan oleh Punguan Mar-Ama-ama, dengan tugas sebagai
koordinir 1 (satu) atau lebih Bidang sesuai penugasan Ketua DPW serta sebagai penghubung
antara DPW dengan Pengurus dan Anggota Punguan Mar-Ama-Ama.
(3) Tugas, Wewenang dan kewajiban DPW diatur dalam Anggaran RumahTangga.

7
Pasal 19
Susunan Struktur, Wewenang dan Kewajiban DPC
(1) Susunan struktur DPC terdiri atas:
- Ketua DPC;
- Wakil Ketua (7 orang);
- Sekretaris;
- Wakil Sekretaris 1
- Wakil Sekretaris 2
- Bendahara;
- Wakil Bendahara
- Koordinator Bidang-bidang, yang nomenklaturnya sesuai kebutuhan Parsadaan.
(2) Wewenang dan kewajiban DPC diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 20
Susunan Struktur, Wewenang dan Kewajiban PS
(1) Susunan struktur PS terdiri atas:
- Ketua;
- Wakil Ketua;
- Sekretaris;
- Wakil Sekretaris
- Bendahara;
- Wakil Bendahara;
- Koordinator-koordinator Seksi, yang nomenklaturnya sesuai kebutuhan Parsadaan.
(2) Wewenang dan kewajiban PS diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 21
Masa Bakti atau Periode
(1) Masa bakti atau periode Dewan Pengurus Parsadaan dan Dewan Penasihat adalah selama 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal Surat Keputusan Pengangkatan atau Pengesahan.
(2) Ketua Umum DPP, Ketua DPW, Ketua DPC, dan Ketua PS yang sudah menyelesaikan masa
bakti atau periode kepengurusan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dapat dipilih untuk
menduduki jabatan yang sama untuk hanya 1 (satu) masa atau periode kepengurusan lagi.
Pasal 22
Dewan Penasihat
(1) Dewan Penasihat adalah perangkat Parsadaan yang beranggotakan 7 (tujuh) atau lebih
anggota sebagai representasi dari Sipitu Ama, yang diangkat oleh Musyawarah Besar,
Musyawarah Wilayah atau Musyawarah Cabang.
(2) Dewan Penasihat terdiri atas Ketua, Sekretaris dan Anggota.
(3) Dewan Penasihat bertugas dan bertanggung jawab untuk melakukan pendampingan,
memberikan pertimbangan, nasihat, arahan, saran atau masukan kepada dewan pimpinan
Parsadaan, baik diminta maupun tidak diminta.
(4) Pertimbangan, nasihat, arahan, saran atau masukan yang disampaikan Dewan Penasihat
wajib diperhatikan dan dilaksanakan oleh Dewan Pimpinan Parsadaan.
(5) Dewan Penasihat dapat menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan
Parsadaan.
BAB VII

8
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Musyawarah
Pasal 23
Jenis Musyawarah
(1) PSSAB memiliki beberapa jenis Musyawarah yaitu:
a. Musyawarah Besar yang selanjutnya disingkat Mubes dan Musyawarah Besar Luar
Biasa yang selanjutnya disingkat PS;
b. Musyawarah Wilayah yang selanjutnya disingkat Muswil dan Musyawarah Wilayah
Luar Biasa yang selanjutnya disingkat Muswilub;
c. Musyawarah Cabang yang selanjutnya disingkat Muscab dan Musyawarah Cabang
Luar Biasa yang selanjutnya disingkat Muscablub;
d. Musyawarah Sektor yang selanjutnya disingkat Musek dan Musyawarah Sektor Luar
Biasa yang selanjutnya disingkat Museklub.
(2) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan secara tatap muka
dengan pertemuan fisik secara langsung di suatu gedung atau disebut dengan luar jaringan
(luring) atau offline.
(3) Dengan alasan tertentu musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
secara tanpa tatap muka atau tanpa pertemuan fisik secara langsung tetapi dengan bantuan
teknologi internet untuk musyawarah dalam jaringan (daring) atau online, maupun secara
gabungan antara offline dan online.
Pasal 24
Musyawarah Besar dan Musyawarah Besar Luar Biasa
(1) Mubes adalah Rapat Umum Anggota Nasional yang merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi Parsadaan secara nasional, yang diselenggarakan oleh DPP sekali dalam 5 (lima)
tahun.
(2) Mubeslub adalah Rapat Umum Anggota Nasional yang sewaktu-waktu atau diluar agenda 5
(lima) tahunan diselenggarakan oleh DPP berdasarkan permintaan tertulis dari sekurang-
kurangnya 5 (lima) DPW atau 10 (sepuluh) DPC yang tersebar di lima Wilayah, dengan
alasan:
a. Parsadaan menghadapi hal ihwal kegentingan yang memaksa.
b. DPP melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, atau DPP tidak dapat
melaksanakan Amanat Musyawarah Besar sehingga Parsadaan tidak berjalan sesuai
dengan fungsinya.
(3) Mubes berwenang:
a. Menerbitkan Ketetapan Mubes;
b. Menetapkan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Parsadaan;
c. Menetapkan Program kerja Prioritas Parsadaan secara nasional untuk 5 (lima) tahun;
d. Menilai dan memutuskan laporan Pertanggungjawaban DPP;
e. Menetapkan pengangkatan dan melantik personalia Dewan Kehormatan dan Dewan
Penasihat Pusat yang disepakati dan diajukan Formatur Pusat;
f. Memberhentikan Personalia DPP yang sudah berakhir masa bakti atau periodenya;
g. Menetapkan pengangkatan dan melantik personalia DPP yang sekurang-kurangnya
terdiri dari Ketua Umum, Ketua-ketua, Sekretaris Umum, Sekretaris-1, Sekretaris-2,
Bendahara Umum, Bendahara-1 dan Bendahara-2 yang disepakati dan diajukan
Formatur Pusat;
(4) Mubeslub mempunyai kekuasan atau wewenang yang sama dengan Mubes.
(5) Bilamana 5 (lima) DPW atau 10 (sepuluh) DPC yang tersebar di lima Wilayah telah
9
mengajukan permintaan tertulis kepada DPP agar menyelenggarakan Mubeslub tetapi DPP
bersikap diam saja selama 2 (dua) bulan atau menyatakan menolak, maka secara hukum
seluruh personalia DPP dianggap telah mengundurkan diri secara sukarela dari Jabatan, dan
karena itu Dewan Panasihat bersama DPW-DPW Pengusul Mubeslub, berwenang untuk
menyelenggarakan Mubeslub.
Pasal 25
Musyawarah Wilayah dan Musyawarah Wilayah Luar Biasa
(1) Muswil adalah Rapat Umum Anggota Wilayah yang merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi Parsadaan di tingkat Wilayah, yang diselenggarakan oleh DPW sekali dalam 5
(lima) tahun.
(2) Muswillub adalah Rapat Umum Anggota Wilayah yang sewaktu-waktu atau diluar agenda
5 (lima) tahunan wajib diselenggarakan oleh DPW atas adanya permintaan tertulis dari
sekurang-kurangnya 5 (lima) DPC, dengan alasan:
- Kepengurusan DPW tidak berjalan;
- DPW melanggar Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, atau tidak
melaksanakan Amanat Musyawarah Wilayah sehingga Parsadaan tidak berjalan
sesuai dengan fungsinya.
(3) Muswil berwenang:
- Menetapkan Program KerjaWilayah;
- Menetapkan dan/ atau mengubah Anggaran Rumah Tangga Wilayah bilamana
diperlukan;
- Menilai dan memutuskan laporan pertanggungjawaban DPW;
- Memberhentikan PersonaliaDPW
- Menetapkan kesepakatan FormaturDPW;
- Menetapkan susunan struktur dan personalia DPW;
- Menetapkan Dewan Penasihat.
(4) Muswillub mempunyai kekuasaan atau wewenang yang sama dengan Muswil.
(5) DPP wajib mengambilalih penyelenggaraan suatu Muswillub bilamana DPW yang
bersangkutan tidak melaksanakannya dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak syarat
pelaksanaan terpenuhi.
Pasal 26
Musyawarah Cabang dan Musyawarah Cabang Luar Biasa
(1) Muscab adalah Rapat Umum Anggota Cabang yang merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi Parsadaan ditingkat Cabang, yang diselenggarakan oleh DPC, sekali dalam 5 (lima)
tahun.
(2) Muscablub adalah Rapat Umum Anggota Cabang yang sewaktu-waktu atau di luar agenda
5 (lima) tahunan diselenggarakan oleh DPC atas adanya permintaan tertulis dari sekurang-
kurangnya 5 (lima) PS, dengan alasan:
a. Kepengurusan DPC tidak berjalan.
b. DPC melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, atau tidak melaksanakan
Amanat Muscab, sehingga parsadaan tidak berjalan sesuai dengan fungsinya.
(3) Muscab berwenang:
a. Menetapkan dan/ atau mengubah Anggaran Rumah Tangga Cabang bilamana
diperlukan;
b. Menetapkan Program Kerja Cabang;
c. Menilai dan memutuskan laporan pertanggungjawaban DPC;
d. Memberhentikan personalia DPC;
10
e. Menetapkan kesepakatan Formatur DPC;
f. Menetapkan susunan struktur dan personalia DPC;
g. Menetapkan Dewan Penasihat.
(4) Muscablub mempunyai kekuasaan dan wewenang yang sama dengan Muscab.
(5) DPW wajib mengambil alih penyelenggaraan suatu Musyawarah Cabang Luar Biasa
bilamana DPC yang bersangkutan tidak melaksanakannya dalam waktu 2 (dua) bulan
terhitung sejak syarat pelaksanaan terpenuhi.
Pasal 27
Musyawarah Sektor dan Musyawarah Sektor Luar Biasa
(1) Musek adalah Rapat Umum Anggota Sektor yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
Parsadaan di tingkat Sektor, yang diselenggarakan oleh PS, sekali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Museklub adalah Rapat Umum Anggota Sektor yang sewaktu-waktu atau diluar agenda 5
(lima) tahunan wajib diselenggarakan oleh PS atas adanya permintaan tertulis dari sekurang-
kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Anggota Sektor yang terdaftar, dengan alasan:
a. Kepengurusan Sektor tidak berjalan;
b. PS melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, atau tidak melaksanakan
Amanat Musyawarah Cabang, sehingga Parsadaan tidak berjalan sesuai dengan
fungsinya.
(3) Musek berwenang:
a. Menetapkan dan / atau mengubah Anggaran Rumah Tangga Sektor, bila dirasa perlu;
b. Menetapkan Program Kerja Sektor;
c. Menilai dan memutuskan laporan pertanggungjawaban PS;
d. Memberhentikan personalia PS;
e. Menetapkan kesepakatan Formatur PS;
f. Menetapkan susunan struktur dan personalia PS;
g. Menetapkan Penasihat sektor dan seksi adat .
(4) Museklub mempunyai kekuasaan dan wewenang yang sama dengan Musek.
(5) DPC wajib mengambil-alih penyelenggaraan suatu Musyawarah Sektor Luar Biasa
bilamana PS yang bersangkutan tidak melaksanakannya dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung
sejak syarat pelaksanaan terpenuhi.
Pasal 28
Jenis Rapat Bersama Pengurus
(1) PSSAB memiliki beberapa jenis Rapat Pengurus yaitu:
1. Rapat Pengurus Nasional yang selanjutnya disingkat Rapenas;
2. Rapat Pengurus Wilayah yang selanjutnya disingkat Rapimwil;
3. Rapat Pengurus Cabang yang selanjutnya disingkat Rapencab;
(2) Rapat Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan secara tatap muka
dengan pertemuan fisik secara langsung di suatu gedung atau disebut dengan luar jaringan
(luring) atau offline.
(3) Dengan alasan tertentu Rapat Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara tanpa tatap muka atau tanpa pertemuan fisik secara langsung tetapi dengan
bantuan teknologi internet untuk musyawarah dalam jaringan (daring) atau online, maupun
secara gabungan antara offline dan online.
Pasal 29
Rapat Pengurus Nasional

11
(1) Rapat pengurus nasional adalah rapat bersama antara DPP, DPW DPC, Dewan Penasihat
Pusat, yang kedudukannya setingkat di bawah Musyawarah Besar dan Musyawarah Besar
Luar Biasa.
(2) Rapenas diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Rapenas diselenggarakan oleh DPP.
(4) Rapenas berwenang untuk:
- Menyusun rancangan usulan perubahan terhadap Pasal Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Parsadaan untuk diajukan pada Mubes;
- Menyusun rancangan Peraturan atau keputusan yang menjadi wewenang DPP;
- Menyusun rancangan Ketetapan Mubes tentang hal-hal yang dianggap perlu untuk
diajukan pada Mubes;
- Menyusun dan mengevaluasi program Parsadaan secara nasional.
Pasal 30
Rapat Pengurus Wilayah
Rapenwil adalah rapat bersama DPW, dan Dewan Penasihat Wilayah untuk menetapkan
keputusan-keputusan Parsadaan di tingkat Wilayah, serta menyusun atau mengevaluasi program
kerja, yang diselenggarakan sekurang- kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun, yaitu pada
pertengahan masa atau periode DPW.
Pasal 31
Rapat Pengurus Cabang
Rapencab adalah rapat bersama DPC dan Dewan Penasihat Cabang untuk menetapkan
keputusan-keputusan parsadaan di tingkat Cabang, serta menyusun atau mengevaluasi program
kerja, yang diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun, yaitu pada
pertengahan masa atau periode DPC.
Pasal 32
Rapat Dewan Pengurus Parsadaan
(1) Rapat Dewan Pengurus Parsadaan terdiri dari:
a. Rapat Pengurus Harian, yaitu rapat yang pesertanya hanya Pimpinan Harian Dewan
Pimpinan Parsadaan;
b. Rapat Pengurus Pleno, yaitu rapat yang pesertanya adalah semua Personalia Dewan
Pengurus Parsadaan dan dewan Dewan Penasihat.
(2) Rapat Pengurus Harian atau Rapat Pimpinan Pleno di setiap tingkatan diadakan sewaktu-
waktu sesuai kebutuhan.
(3) Rapat Dewan Pengurus Parsadaan dipimpin oleh Ketua Umum/ Ketua atau yang mewakili.
BAB VIII
PIMPINAN MUSYAWARAH DAN RAPAT, KUORUM DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Pasal 33
Pimpinan Musyawarah dan Rapat
(1) Musyawarah dipimpin oleh Pimpinan Sidang.
(2) Pimpinan Sidang Musyawarah sekurang-kurangnya terdiri dari seorang sebagi Ketua dan
seorang sebagai Sekretaris.
(3) Pimpinan Sidang Musyawarah dapat dijabat oleh Ketua Umum/ Ketua Dewan Pengurus
Parsadaan maupun Anggota yang ditunjuk oleh Peserta Musyawarah.
(4) Rapat Dewan Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum atau Ketua atau yang mewakilinya.
Pasal 34
12
Kuorum Musyawarah dan Rapat
(1) Musyawarah adalah sah apabila dihadiri oleh 2/3 (dua per tiga ) peserta yang diundang.
(2) Rapat adalah sah apabila dihadiri oleh ½ (setengah) peserta yang diundang
Pasal 35
Kuorum Keputusan Musyawarah dan Rapat

(1) Keputusan Musyawarah dan keputusan Rapat adalah sah apabila disetujui oleh lebih dari
setengah jumlah Peserta Musyawarah atau peserta rapat yang hadir.
(2) Keputusan Musyawarah Besar tentang penetapan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Parsadaan adalah sah apabila disetujui oleh 2/3 (dua pertiga) dari jumlah
peserta yang hadir.
BAB IX
KEUANGAN
Pasal 36
Sumber Keuangan
(1) Keuangan Parsadaan bersumber dari:
a. Iuran anggota;
b. sisa atau saldo keuangan kepanitiaan;
c. bantuan/ sumbangan/ hibah dari anggota, masyarakat atau Pemerintah;
d. Usaha-usaha Dewan Pengurus Parsadaan yang sah.
(2) Pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dicatat dan dapat
dibuktikan sesuai dengan standar akuntansi secara umum serta dipertanggungjawabkan pada
setiap akhir masa jabatan.
Pasal 37
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
(1) Dewan Pengurus Parsadaan setiap tingkatan bertanggungjawab atas penggunaan keuangan
dan pengelolaan harta kekayaan Parsadaan sesuai sesuai dengan standar akuntansi secara
umum dan dilakukan secara transparan dan akuntabel serta menggunakan rekening pada
bank nasional.
(2) Bendahara Umum atau Bendahara secara rutin setiap 6 (enam) bulan sekali memberikan
laporan keuangan kepada Rapat Pleno Dewan Pengurus Parsadaan sesuai tingkatannya serta
dipertanggungjawabkan pada setiap akhir masa jabatan.
BAB X
NAPOSOBULUNG DAN BARISAN KADER PSSAB
Pasal 38
Naposobulung PSSAB
(1) Naposobulung PSSAB disingkat N-PSSAB adalah pemuda atau putra-putri PSSAB, yang
berusia antara 17 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun atau belum menikah.
(2) Struktur kepengurusan N-PSSAB terdiri dari Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, dan
Pengurus Cabang.
(3) Pengangkatan dan Pelantikan Pengurus N-PSSAB dilakukan oleh Pengurus Parsadaan
sesuai tingkatan kepengurusan.
Pasal 39
Barisan Kader PSSAB
(1) Barisan Kader PSSAB disingkat BariKade PSSAB adalah organisasi otonom beranggotakan
Anggota PSSAB, yang berusia antara 30 (tiga puluh) sampai 45 (empat puluh lima) tahun.
13
(2) Struktur kepengurusan BariKade PSSAB terdiri dari Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, dan
Pengurus Cabang.
(3) Pengangkatan Pengurus Pusat BariKade PSSAB diresmikan oleh DPP PSSAB, sedangkan
pengangkatan Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang dilakukan oleh Pengurus Pusat
BariKade PSSAB.
(4) Pengurus Pusat BariKade PSSAB dilantik oleh DPP PSSAB, sedangkan Pengurus Wilayah
dan Pengurus Cabang dilakukan oleh Pengurus Pusat BariKade PSSAB.

BAB XI
ORGANISASI OTONOM
Pasal 40
Kategori Organisasi Otonom
(1) PSSAB menaungi beberapa organisasi otonom yang tujuan dan anggotanya merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Parsadaan, yang terdiri dari 2 (dua) kategori yaitu:
a. Organisasi yang dinamai Punguan Mar-Ama-ama yaitu wadah berkumpul yang
didirikan berdasarkan kesamaan silsilah atau garis kuturunan dari masing-masing
pitu (tujuh) Ama (Ayah) yang menurunkan Situmorang Sipitu Ama.
b. Organisasi yang didirikan berdasarkan kesamaan umur, minat, atau aspek lainnya
guna meningkatkan kreativitas dan daya inovasi, serta menyalurkan minat atau bakat,
serta menumbuhkan semangat kesetiakawanan sosial.
(2) Organisasi Otonom yang didirikan setelah ditetapkannya Anggaran Dasar ini dilakukan
berdasarkan Keputusan DPP setelah terlebih dahulu mendengarkan pendapat Dewan
Penasihat dan beberapa DPW, yang kemudian disosialisasikan kepada seluruh DPW dan
DPC.

Pasal 41
Pengangkatan dan Pelantikan Pengurus Organisasi Otonom
(1) Pengangkatan Pengurus Pusat Organisasi Otonom dikukuhkan oleh DPP PSSAB, sedangkan
pengangkatan Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang dilakukan oleh Pengurus Pusat
Organisasi Otonom.
(2) Pengurus Pusat Organisasi Otonom dilantik oleh DPP PSSAB, sedangkan Pengurus Wilayah
dan Pengurus Cabang dilantik oleh Pengurus Pusat Organisasi Otonom.
Pasal 42
Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi Otonom

Setiap Organisasi Otonom bertugas dan bertanggung jawab untuk:


- Memperkenalkan Ompu Tuan Situmorang, PSSAB serta Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga PSSAB kepada anggotanya;
- Muwujudkan persatuan, kesatuan, dan solidaritas seluruh Pomparan Ompu Tuan Situmorang
dalam wadah PSSAB;
- Mewajibkan anggotanya untuk mendaftarkan diri menjadi anggota PSSAB di cabang atau
Sektor PSSAB tempat tinggalnya masing-masing;
- Menjalin koordinasi, hubungan dan kerja sama yang baik dengan PSSAB sesuai tingkatan
kepengurusan punguan;
- Menyusun dan memvalidasi Tarombo (silsilah) masing-masing secara
berkesinambungan;
- Memastikan agar di setiap acara adat keturunan Ompu Tuan Situmorang, baik suka maupun
duka, ada atau hadir perwakilan dari masing-masing unsur Sipitu Ama.
Pasal 43
Nama-nama Organisasi Otonom
14
Nama-nama Organisasi Otonom yang sudah ada pada saat ditetatapkannya Anggaran Dasar ini selanjutnya
diatur dalam Peraturan Parsadaan untuk kemudian disosialisasikan kepada DPW dan DPC.
BAB XII
PERSELISIHAN
Pasal 44
Perselisihan dengan Pihak Eksternal
(1) Ketua Umum DPP PSSAB berhak dan berwenang untuk bertindak atas nama PSSAB baik
di dalam maupun di luar pengadilan.
(2) Ketua Umum DPP PSSAB dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana tersebut pada
ayat (1) kepada DPW atau DPC terkait.
Pasal 45
Perselisihan Internal
(1) Perselisihan internal Parsadaan adalah perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan,
disiplin organisai dan kepatuhan anggota,pelanggaran terhadap AD/ADRT, penyalahgunaan
kewenangan, pertanggungjawaban keuangan,etika umum dan kepatutan adat istiadat.
(2) Penyelesaian perselisihan internal Parsadaan sebagaimana disebutkan dalam ayat
(1) dilaksanakan oleh Pimpinan Parsadaan secara bertingkat.
BAB XIII
BADAN USAHA DAN YAYASAN
Pasal 46
Badan Usaha
(1) Untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, Dewan Pimpinan Parsadaan bersama Anggota
dapat mendirikan badan usaha berbadan hukum koperasi atau perseroan, dengan tetap
berpedoman pada peraturan perundang-undangan yangberlaku.
(2) Hal-hal mengenai pendirian, kepengurusan, pengoperasian dan lain-lain berkaitan dengan
badan usaha sebagaimana pada Ayat (1) selanjutnya diatur dalam peraturan atau keputusan
Parsadaan secara tersendiri.
Pasal 47
Yayasan
(1) Untuk menjalankan kegiatan sosial kemasyarakatan, Dewan Pengurus Parsadaan bersama
Anggota dapat mendirikan badan hokum Yayasan, dengan tetap berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Hal-hal mengenai pendirian, kepengurusan, pengoperasian dan lain-lain berkaitan dengan
Yayasan sebagaimana pada Ayat (1) selanjutnya diatur dalam peraturan atau keputusan
Parsadaan secara tersendiri.
BAB XIV
LARANGAN DAN SANKSI
Pasal 48
Larangan
Setiap Anggota Parsadaan dilarang untuk :
a. Melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan Parsadaan lainnya.
b. Melakukan perbuatan yang nyata-nyata menimbulkan kerugian bagi Parsadaan secara
material maupun moril;
c. Mendirikan organisasi lain yang cakupan keanggotaannya meliputi atau mengatasnamakan
keturunan Ompu Tuan Situmorang secara umum dengan tanpa berdasarkan keputusan DPP;
d. Menikah dengan sesama Situmorang, sesama Siringoringo, sesama Rumapea, sesama
Sitohang, Situmorang dengan Siringoringo, Situmorang dengan Rumapea, Situmorang dengan
Sitohang, Siringoringo dengan Rumapea, Siringoringo dengan Sitohang, maupun Rumapea dengan
Sitohang;

15
e. Membully atau melakukan ujaran kebencian terhadap perkawinan sebagaimana pada huruf
d yang sudah terjadi sebelumnya.
f. menyerang kehormatan atau melakukan ujaran kebencian terhadap sesame anggota;
g. bertindak di luar Parsadaan dengan mengatasnamakan Situmorang Sipitu Ama tanpa seijin
dari Dewan Pimpinan Parsadaan;
h. melakukan perubahan atau renovasi atas lokasi dan fisik Jabi-Jabi Sisangapon dan/atau Tugu
Ompu Tuan Situmorang tanpa seijin DPP.

BAB XV
PERATURAN PERALIHAN
Pasal 49
(1) Dengan berlakunya Anggaran Dasar ini maka Anggaran Dasar PSSAB sebelumnya
dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
(2) Hal-hal lain yang perlu tetapi belum diatur atau sudah diatur dalam Anggaran Dasar ini,
tetapi memerlukan penjabaran lebih lanjut, ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga atau
Ketetapan Musyawarah Besar atau Peraturan Parsadaan.
BAB XVI
PENUTUP
Pasal 50
(1) Anggaran Dasar ini dimulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(2) Anggaran Dasar ini pertama sekali ditetapkan oleh Musyawarah Besar (Mubes) tanggal 26
April 2003, bertempat di Medan, dan kemudian dilakukan perubahan pada/ oleh:
- Musyawarah Besar (Mubes) tanggal 12 Juli 2008, bertempat di Medan;
- Musyawarah Besar (Mubes) tanggal 21-22 Juni 2014, bertempat di Medan;
- Musyawarah Besar (Mubes) tanggal 07-07-2021, bertempat di Medan.
(3) Anggaran Dasar ini memberikan kuasa dan wewenang kepada DPP PSSAB yang sedang
menjabat untuk melakukan perubahan terhadap Akta Perkumpulan Parsadaan Situmorang
Sipitu Ama dohot Boruna se-Indonesia, disingkat PSSAB, Nomor:34Tanggal 22April 2017,
yang dibuat Aida Selli Siburian,S.H., M.Kn., Notaris di Medan, serta melakukan
pendaftarkan atas perubahan Anggaran Dasar ini kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia, terkait Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor AHU-0007237.AH.01.07.Tahun 2017 Tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum
Perkumpulan Parsadaan Situmorang Sipitu Ama dohot Boruna se-Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai