MUKADIMAH
Oleh karena itu, Pancasila sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai
falsafah hidup bangsa, sebagai ideologi negara, harus dihayati, dijiwai dan dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila telah terbukti mampu menyatupadukan bangsa besar ini yakni bangsa yang terdiri dari
berbagai suku bangsa, beraneka ragam bahasa dan budaya serta pelbagai agama . Dan Pancasila
telah mampu menyatupadukan seluruh manusia Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara tidak boleh digantikan oleh ideologi apapun.
Karena, Pancasila yang mempersatukan seluruh anak bangsa dan menyatupadukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai anak bangsa kita wajib menjaga dan merawat keberadaan ideologi Pancasila. Sebagai
anak bangsa dan manusia Indonesia, kita semua wajib menjaga Pancasila dari gangguan dan
rongrongan dari pihak-pihak yang ingin merusak keutuhan bangsa tercinta ini.
Sebagai anak bangsa kita harus menjaga Pancasila dan mencegah jangan sampai ada ideologi
lain yang hidup di bumi Indonesia selain Pancasila.
Oleh karena itu, kami sebagai anak bangsa dan manusia Indonesia berinisiatif membentuk
Perkumpulan yang kami beri nama BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP).
Barisan Pencinta Pancasila dibentuk di Jakarta pada hari Rabu tanggal 26 Juni 2019.
Negara dan bangsa ini dilahirkan berdasarkan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang
Dasar 1945 serta bersemboyan paada Bhinneka Tunggal Ika. Karena itu, seluruh komponen
bangsa, setiap anak bangsa, setiap manusia Indonesia, wajib menjaga, merawat dan
melaksanakan nilai-nilai Pancasila, menjadi manusia Indonesia yang berjiwa Pancasilais, taat
pada Undang-Undang Dasar 1945 serta hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Didorong oleh keinginan luhur untuk menjaga dan merawat keberadaan Pancasila serta
menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada seluruh komponen bangsa dan kepada seluruh anak
bangsa agar tercipta seluruh manusia Indonesia yang berjiwa Pancasilais, maka kami para
pendiri Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP), menyusun Anggaran
dasar/Anggaran Rumah tangga (AD/ART) sebagai suatu ketentuan pokok dan sebagai acuan dan
peraturan, sebagai berikut :
ANGGARAN DASAR
BARISAN PENCINTA PANCASILA
BAB I
NAMA, WAKTU dan KEDUDUKAN
Pasal 1
NAMA
Organisasi ini bernama BARISAN PENCINTA PANCASILA (SANTALA).
Pasal 2
WAKTU
Pasal 3
KEDUDUKAN
Barisan Pencinta Pancasila (SANTALA) berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta sebagai
kantor Dewan Pengurus Pusat (DPP) dan akan meluas dengan pembentukan Dewan Pimpinan
Daerah (DPD) di tingkat propinsi, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di tingkat Kabupaten/Kota,
Pimpinan Anak Cabang (PAC) di tingkat Kecamatan, Pimpinan Ranting (PR) di tingkat
Kelurahan di seluruh wilayah Republik Indonesia maupun perwakilan di luar negeri.
BAB II
AZAS, SIFAT dan KEDAULATAN
Pasal 4
AZAS
Barisan Pencinta Pancasila (SANTALA) berazaskan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945
sebagai landasan hukum.
Pasal 5
SIFAT
Barisan Pencinta Pancasila bersifat terbuka tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, golongan,
serta latar belakang sosial politik kemasyarakatan.
Pasal 6
KEDAULATAN
Kedaulatan Barisan Pencinta Pancasila (SANTALA) ada di tangan Anggota dan dilaksanakan
menurut ketentuan Anggaran dasar dan Anggaran Rumah tangga.
BAB III
VISI dan MISI
Pasal 7
VISI
Pasal 8
MISI
1. Mengedukasi dan menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat mulai dari sekolah
dasar hingga perguruan tinggi dan seluruh komponen bangsa lainnya.
2. Memberikan pelatihan dasar-dasar pemasaran kepada para UKM dan unit-unit usaha kecil
dalam kaitannya dengan implementasi terhadap Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Desa.
3. Melaksanakan bakti sosial kepada masyarakat yang kurang beruntung, para anak yatim-piatu
dan kaum miskin.
4. Bermitra dengan sesama pengurus dan anggota maupun pihak lain dalam menjalankan sesuatu
bisnis yang saling menguntungkan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat misalnya
yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan.
BAB IV
LAMBANG dan ATRIBUT
Pasal 9
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 10
1. Anggota BARISAN PENCINTA PANCASILA (SANTALA) ialah warga negara Indonesia
yang setia pada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Keanggotaan Organisasi Barisan Pencinta Pancasila (SANTALA) terdiri dari:
1. Anggota Biasa
2. Anggota Luar Biasa adalah anggota yang telah membuktikan kesetiaannya terhadap organisasi
minimal dalam waktu 10 (sepuluh) tahun dan dianggap berjasa dalam memberikan perhatian
dalam pengembangan organisasi.
3. Anggota Kehormatan ialah bukan anggota biasa dan luar biasa, tetapi berasal dari pejabat,
tokoh masyarakat, profesional dan pengusaha yang berjiwa Pancasilais yang banyak memberikan
bantuannya kepada organisasi dan bertindak menguntungkan bagi organisasi.
BAB VI
KEWAJIBAN dan HAK ANGGOTA
Pasal 11
KEWAJIBAN
Pasal 12
HAK ANGGOTA
BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI, WEWENANG dan KEWAJIBAN PIMPINAN
Pasal 13
Pasal 14
1. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) adalah badan pelaksana tertinggi organisasi yang bersifat
kolektif.
2. Dewan Pimpinan Pusat berwenang :
1. Menentukan kebijakan tingkat nasional sesuai dengan anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, Keputusan Musyawarah nasional/musyawarah nasional Luar Biasa, dan Rapat Pimpinan
Pusat, serta Peraturan Perkumpulan Barisan Pencinta Pancasila (BPP).
2. Mengesahkan komposisi dan personalia Dewan Pimpinan Daerah Provinsi,
Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota, dan Perwakilan Luar Negeri
dalam bentuk Surat Keputusan DPP Barisan Pencinta pancasila (BPP) yang
ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal.
3. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Dewan Pimpinan daerah Provinsi.
4. Memberikan penghargaan dan sanksi sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 15
1. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat
kolektif di tingkat Provinsi.
2. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi berwenang:
1. Menentukan kebijakan tingkat Provinsi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional maupun
tingkat Provinsi, serta Peraturan Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA
(BPP).
2.Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Kecamatan (Ranting) dalam
bentuk Surat Keputusan DPD Provinsi yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris
DPD Provinsi serta melaporkannya ke DPP Perkumpulan.
3. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 16
1. Dewan Pimpinan Cabang (DPC) adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif di
tingkat Kabupaten/Kota.
2. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota berwenang:
1. Menentukan kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional, tingkat Provinsi,
maupun tingkat Kabupaten/Kota, serta Peraturan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP).
2. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Pimpinan Desa/Kelurahan dalam bentuk Surat
Keputusan yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris DPC;
3. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Pimpinan Kecamatan;
Pasal 17
1. Pimpinan Anak Cabang (PAC) adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif di
tingkat Kecamatan.
Pasal 18
1. Pimpinan Ranting adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif di tingkat
Desa/Kelurahan atau sebutan lain.
2. Pimpinan Ranting Desa/Kelurahan atau sebutan lain berwenang :
1. Menentukan kebijakan tingkat Desa/Kelurahan atu sebutan lain sesuai Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional,
tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Kecamatan maupun tingkat Desa/Kelurahan
atau sebutan lain, serta Peraturan organisasi BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP).
3. Pimpinan Ranting (Desa/Kelurahan) atau sebutan lain berkewajiban :
BAB VIII
STRUKTUR dan KOMPOSISI PIMPINAN dan PENGURUS
Pasal 19
Pasal 20
KETUA UMUM
1. Ketua Umum sebagai sentral kekuatan mempunyai hak prerogatif dan berwenang, bertugas,
bertanggungjawab dan bertindak baik ke dalam maupun keluar atas nama Perkumpulan
BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) dan untuk eksistensi Perkumpulan, program, dan
kinerja organisasi.
2. Ketua Umum mengangkat Para Pimpinan/Pengurus di tingkat DPP, Dewan Kehormatan,
Dewan Penasihat, Dewan Pakar, dan posisi-posisi lain yang diperlukan untuk memajukan dan
mengembangkan organisasi.
3. Dewan Pendiri Barisan Pencinta Pancasila (BPP) otomatis adalah Dewan Pengawas apabila
tidak sedang menduduki sebuah posisi Dewan Pengurus.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, kewenangan dan tanggung jawab Ketua Umum diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB IX
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 21
Musyawarah Besar (Mubes) dan Rapat-Rapat Tingkat Nasional
1. Musyawarah Nasional
2. Musyawarah Nasional Luar Biasa;
3. Rapat Pimpinan Nasional;
4. Rapat Kerja Nasional (Rakernas);
5. Rapat Konsultasi Nasional;
6. Musyawarah Nasional :
7. Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi Perkumpulan yang diadakan
sekali dalam 5 (lima) tahun;
8. Musyawarah Nasional berwenang:
9. Menetapkan dan atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perkumpulan.
10. Menetapkan Program Umum Perkumpulan.
11. Menilai Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat;
12. Memilih dan menetapkan Ketua Umum.
13. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya.
Pasal 22
Musyawarah Wilayah dan Rapat-Rapat Tingkat Provinsi
Pasal 23
Musyawarah Cabang dan Rapat-Rapat Tingkat Kabupaten/Kota
Pasal 24
Musyawarah Anak Cabang dan Rapat-rapat Tingkat Kecamatan
Pasal 25
Musyawarah Ranting dan Rapat-Rapat Desa/Kelurahan atau sebutan lain
1. Musyawarah dan Rapat-rapat Desa/Kelurahan atau sebutan lain terdiri atas:
2. Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
3. Musyawarah Luar Biasa Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
4. Rapat Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
5. Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain:
1. Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain adalah pemegang kekuasaan Partai di tingkat
Desa/Kelurahan atau sebutan lain yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun;
2. Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain berwenang :
1. Menetapkan Program Kerja Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
2. Menilai pertanggungjawaban Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
3. Memilih dan menetapkan Ketua Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
4. Menyusun Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
5. Menetapkan keputusan-keputusan lain;
6. Musyawarah Luar Biasa Desa/Kelurahan atau sebutan lain :
1. Musyawarah Luar Biasa Desa/Kelurahan atau sebutan lain adalah Musyawarah
Desa/Kelurahan atau sebutan lain yang diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, karena adanya
permintaan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota dan disetujui oleh Pimpinan Kecamatan,
disebabkan :
1. Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain dalam keadaan terancam;
2. Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga, atau Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain tidak dapat melaksanakan amanat
Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain sehingga organisasi tidak berjalan sesuai dengan
fungsinya;
2. Musyawarah Luar Biasa Desa/Kelurahan atau sebutan lain diselenggarakan oleh Pimpinan
Kecamatan;
3. Musyawarah Luar Biasa Desa/Kelurahan atau sebutan lain mempunyai kekuasaan dan
wewenang yang sama dengan Musyawarah Desa/ Kelurahan atau sebutan lain;
4. Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain wajib memberikan pertanggungjawaban atas
diadakannya Musyawarah Luar Biasa Desa/Kelurahan atau sebutan lain tersebut;
7. Rapat Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain :
1. Rapat Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain adalah rapat pengambilan keputusan
dibawah Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
2. Rapat Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain berwenang menyelesaikan masalah-
masalah dan mengambil keputusan-keputusan selain yang menjadi wewenang Musyawarah
Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
3. Rapat Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun, dan diselenggarakan oleh Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain.
Pasal 26
Peserta Musyawarah dan Rapat Perkumpulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22,
Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB X
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 27
1. Musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal
24, Pasal 25, dan Pasal 26 adalah sah apabila dihadiri oleh setengah ditambah 1 (satu) dari
jumlah unsur utusan yang hadir.
2. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan
apabila ini tidak mungkin maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak (voting);
3. Dalah hal musyawarah mengambil keputusan tentang pemilihan Pimpinan, sekurang-
kurangnya disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir sebagaimana dimaksud
pada ayat (1);
4. Khusus tentang perubahan Anggaran Dasar :
1. Sekurang-kurangnya dua per tiga dari jumlah peserta harus hadir;
2. Keputusan adalah sah apabila diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya dua per tiga
dari jumlah peserta yang hadir.
BAB XI
BADAN dan LEMBAGA
Pasal 28
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Barisan Pencinta Pancasila mempunyai atau dapat membentuk
Lembaga-lembaga sesuai kebutuhan untuk melaksanakan tugas-tugas dalam bidang tertentu,
seperti : Tani, Nelayan, Usahawan, Pekerja, Pelajar, Mahasiswa, Perempuan/Srikandi, dll.
Organisasi Barisan Pencinta Pancasila mempunyai dan dapat membentuk badan-badan atau
lembaga-lembaga seperti : Yayasan, Perkumpulan, Koperasi dan badan-badan usaha yang
bersifat profit maupun non-profit.
Ketentuan lebih lanjut tentang Badan dan Lembaga diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XII
HUBUNGAN dan KERJASAMA
Pasal 29
BAB XIII
KEUANGAN dan KEKAYAAN
Pasal 30
KEUANGAN
Kekayaan Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) adalah semua barang yang
bergerak dan barang tidak bergerak yang tercatat dan terdaftar sebagai aset dan investaris.
Kekayaan Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) setelah dibubarkan akan
ditentukan di dalam Musyawarah Besar yang membubarkan perkumpulan sesuai BAB X Pasal
27.
BAB XIV
PERATURAN PERALIHAN
Pasal 32
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini,
dan dapat dievaluasi dalam Rapat Pimpinan Nasional/Pusat.
Apabila timbul perbedaan tafsiran mengenai sesuatu ketentuan Anggaran Dasar ini diselesaikan
oleh Rapat Pimpinan Nasional/Pusat dan dievaluasi dalam Musyawarah Besar/ Musyawarah
Besar Luar Biasa.
BAB XV
PENUTUP
Pasal 33
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BARISAN PENCINTA PANCASILA
BAB I
Pasal 1
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
SYARAT KEANGGOTAAN
Yang dapat menjadi Anggota Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) adalah:
1. Warga Negara Indonesia;
2. Berusia sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin.
3. Bersedia mematuhi Mukadimah, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, dan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan
Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) lainnya dan,
4. Bersedia menyatakan diri menjadi Anggota.
5. Keanggotaan organisasi Barisan Pencinta Pancasila diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB III
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 3
Pasal 4
BAB IV
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
Pasal 5
BAB V
KOMPOSISI PIMPINAN dan PENGURUS
Pasal 6
1. Komposisi Dewan Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Ketua Umum Perkumpulan BARISAN
PENCINTA PANCASILA (BPP).
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Susunan Pimpinan Kecamatan, terdiri atas :
1. Ketua;
2. Wakil-wakil Ketua;
3. Sekretaris;
4. Wakil-wakil Sekretaris;
5. Bendahara;
6. Wakil-wakil Bendahara;
7. Ketua-ketua Seksi;
8. Pimpinan Kecamatan terdiri atas Pengurus Pleno dan Pengurus Harian;
9. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Pimpinan Kecamatan;
10. Pengurus Harian, terdiri atas :
11. Ketua;
12. Wakil-wakil Ketua;
13. Sekretaris;
14. Wakil-wakil Sekretaris;
15. Bendahara;
16. Wakil-wakil Bendahara.
Pasal 10
Pasal 11
Perwakilan Perkumpulan di luar negeri dibentuk di satu negara dan/atau gabungan beberapa
negara.
Susunan Pengurus Perwakilan Perkumpulan di luar negeri, sekurang-kurangnya terdiri atas :
1. Ketua;
2. Sekretaris;
3. Bendahara;
4. Biro-biro.
Pasal 12
KETUA UMUM
Ketua Umum dalam melaksanakan kepemimpinananya bertanggung jawab dan berwenang serta
mempunya hak Prerogatif :
a. Mengubah struktur dan mengganti personalia DPP Perkumpulan sesuai kebutuhan dan
tantangan baru yang dihadapi Perkumpulan.
b. Mengangkat dan mengganti Dewan Kehormatan, Dewan Penasihat, Dewan Pakar, Dewan
Pengawas/Pembina sesuai kebutuhan maupun untuk penyegaran organisasi demi kemajuan dan
perkembangan organisasi ke depan.
c. Mengambil sikap dan tindakan yang diperlukan atas nama Perkumpulan BARISAN
PENCINTA PANCASILA (BPP) untuk menjaga keutuhan organisasi.
Pasal 13
PERSYARATAN PENGURUS
4. Syarat-syarat menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, Ketua Dewan Pimpinan
Cabang (Kabupaten/Kota), dan Ketua Pimpinan Ranting (Kecamatan), serta Ketua Pimpinan
Anak Ranting (Desa/Kelurahan) adalah :
1. Memenuhi syarat menjadi Pengurus sebagaimana ayat (1) di atas;
2. Telah aktif menjadi Pengurus sekurang-kurangnya satu periode pada tingkatannya dan/atau
satu tingkat dibawahnya.
Pasal 14
MASA BAKTI
Masa Bakti Pimpinan/Pengurus secara berjenjang sesuai dengan tingkatannya sebagai berikut:
1. Pimpinan Nasional/DPN (Pusat) 5 (lima) tahun.
2. Pimpinan Wilayah/DPD (Provinsi) 5 (lima) tahun.
3. Pimpinan Cabang/DPC (Kabupaten/Kota) 4 (empat) tahun.
4. Pimpinan Anak Cabang (Kecamatan) 3 (tiga) tahun.
5. Pimpinan Ranting (Desa/Kelurahan) 2 (dua) tahun.
BAB VI
KEDUDUKAN DAN TUGAS BADAN DAN LEMBAGA
Pasal 15
1. Badan dan atau Lembaga dapat dibentuk di setiap tingkatan organisasi sesuai dengan
kebutuhan yang berkedudukan sebagai sarana penunjang pelaksanaan program Perkumpulan.
2. Komposisi dan personalia kepengurusan Badan dan atau Lembaga diangkat dan diberhentikan
oleh Dewan Pimpinan sesuai dengan tingkatannya;
3. Badan dan atau Lembaga dapat melakukan koordinasi dengan Badan atau Lembaga yang
berada satu tingkat di bawahnya;
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan dan atau Lembaga diatur dalam Peraturan Organissasi.
BAB VII
KEDUDUKAN DAN TUGAS ORGANISASI SAYAP
Pasal 16
1. Organisasi Sayap dapat dibentuk di setiap tingkatan Perkumpulan.
2. Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) dapat membentuk Organisasi
Sayap sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan Perkumpulan.
3. Organisasi Sayap di setiap tingkatan memiliki struktur organisasi dan kewenangan untuk
mengelola dan melaksanakan kegiatan organisasi sesuai bidang/kelompok strategisnya, yang
dalam pelaksanaannya dipertanggungjawabkan pada Dewan Pimpinan Perkumpulan sesuai
tingkatannya;
4. Organisasi Sayap tingkat Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan melaksanakan
pembinaan dan pengawasan organisasi yang berada satu tingkat dibawahnya;
5. Kepengurusan Organisasi Sayap ditetapkan oleh Dewan Pimpinan/ Pimpinan Perkumpulan
sesuai tingkatannya;
6. Ketua Umum dan Ketua-Ketua Organisasi Sayap sesuai tingkatannya secara ex-officio dijabat
oleh Wakil Ketua terkait pada Dewan Pimpinan/Pimpinan ditingkatannya.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai Organisasi Sayap diatur dalam Peraturan Organisasi.
BABVIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 17
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT NASIONAL
1. Musyawarah Nasional, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Dewan Pimpinan Pusat;
7. Unsur Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
8. Unsur Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
9. Unsur Pimpinan Pusat Organisasi Sayap;
10. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Penasihat, Dewan Pakar, Dewan Pengawas/Pembina Dewan Pimpinan Pusat;
2. Unsur Badan, Lembaga, dan Pokja Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
11. Undangan, terdiri atas :
12. Perwakilan Institusi;
13. Perorangan;
14. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
15. Pimpinan Musyawarah Nasional dipilih dari dan oleh Peserta;
16. Sebelum Pimpinan Musyawarah Nasional terpilih, Pimpinan Sementara adalah Dewan
Pimpinan Pusat Perkumpulan
Pasal 18
Ketentuan mengenai Musyawarah Nasional sebagaimana tercantum dalam Pasal 23 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Nasional Luar Biasa.
Pasal 19
1. Rapat Pimpinan Nasional, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
7. Unsur Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
8. Unsur Pimpinan Pusat Organisasi Sayap
9. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
2. Unsur Badan, Lembaga, dan Pokja Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
10. Undangan, terdiri atas :
11. Perwakilan Institusi;
12. Perorangan;
13. Jumlah peserta, peninjau, dan Undangan Rapat Pimpinan Nasional ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Nasional/Pusat.
Pasal 20
1. Rapat Kerja Nasional, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Dewan Pimpinan Pusat;
7. Unsur Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
8. Unsur Pimpinan Pusat Organisasi Sayap;
9. Peninjau, terdiri atas:
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Nasional/Pusat
2. Unsur Badan, Lembaga, dan Pokja Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
10. Undangan, terdiri atas :
11. Perwakilan Institusi;
12. Perorangan;
13. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Kerja Nasional Partai ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Nasional/Pusat.
Pasal 21
1. Rapat Konsultasi Nasional, dihadiri oleh :
2. Dewan Pimpinan Pusat;
3. Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
4. Dewan Pimpinan Pusat dapat mengundang pihak lain sebagai Nara Sumber.
Pasal 22
Pasal 23
Ketentuan mengenai Musyawarah Daerah Provinsi sebagaimana tercantum dalam Pasal 22 ayat
(1) sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Daerah Luar Biasa Provinsi.
Pasal 24
1. Rapat Pimpinan Daerah Provinsi, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Unsur Dewan Pimpinan Pusat;
7. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
8. Unsur Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
9. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Provinsi;
10. Peninjau, terdiri dari :
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
2. Unsur Badan, Lembaga, dan Pokja Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
11. Undangan, terdiri atas :
12. Perwakilan Institusi;
13. Perorangan;
5) Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Pimpinan Daerah Provinsi ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Daerah Provinsi.
Pasal 25
1. Rapat Kerja Daerah Provinsi, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Unsur Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
7. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
8. Unsur Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
9. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Provinsi;
10. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
2. Unsur Badan, Lembaga, dan Pokja Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
11. Undangan, terdiri atas :
12. Perwakilan Institusi;
13. Perorangan;
14.Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Kerja Daerah Provinsi ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Daerah Provinsi.
Pasal 26
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT DAERAH KABUPATEN/KOTA
Pasal 27
Ketentuan mengenai Musyawarah Cabang (Kabupaten/Kota) sebagaimana tercantum dalam
Pasal 32 ayat (1) sampai dengan ayat (6) berlaku bagi Musyawarah Daerah Luar Biasa
Kabupaten/Kota.
Pasal 28
1. Rapat Kerja Cabang (Kabupaten/Kota), dihadiri oleh :
1. Peserta;
2. Peninjau;
3. Undangan;
2. Peserta, terdiri atas :
1. Unsur Dewan Pimpinan Provinsi;
2. Dewan Pimpinan Cabang (Kabupaten/Kota);
3. Unsur Pimpinan Kecamatan;
4. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Kabupaten/Kota;
3. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Cabang (Kabupaten/Kota);
4 Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota ditetapkan
oleh Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 29
1. Rapat Pimpinan Cabang (Kabupaten/Kota), dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Unsur Dewan Pimpinan Provinsi;
7. Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota;
8. Unsur Pimpinan Kecamatan;
9. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Kabupaten/Kota;
10. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
4) Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Kerja Daerah Kabupaten/Kota ditetapkan
oleh Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 30
MUSYAWARAH DAN RAPAT KECAMATAN
Pasal 32
1. Rapat Pimpinan Ranting (Kecamatan), dihadiri oleh :
1. Peserta;
2. Peninjau;
3. Undangan;
2. Peserta, terdiri atas :
1. Unsur Dewan Pimpinan Cabang (Kabupaten/Kota);
2. Pimpinan Ranting (Kecamatan);
3. Unsur Pimpinan Anak Ranting (Desa/Kelurahan) atau sebutan lain;
4. Unsur Pimpinan Organisasi Sayap Kecamatan;
3. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Pimpinan Ranting (Kecamatan);
4. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan ditetapkan oleh Pimpinan Ranting (Kecamatan).
Pasal 33
MUSYAWARAH DAN RAPAT DESA/KELURAHAN ATAU SEBUTAN LAIN
1. Musyawarah Anak Ranting (Desa/Kelurahan) atau sebutan lain, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Peserta, terdiri atas :
1. Unsur Pimpinan Ranting (Kecamatan).
2. Pimpinan Anak Ranting (Desa/Kelurahan) atau sebutan lain;
3. Anggota;
4. Unsur Pimpinan Organisasi Sayap Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
5. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Pimpinan Anak Ranting Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
6. Jumlah Peserta dan Peninjau ditetapkan oleh Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
7. Pimpinan Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain dipilih dari dan oleh peserta;
8. Sebelum Pimpinan Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain terpilih, Pimpinan
Sementara adalah Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain.
Pasal 34
1. Rapat Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Peserta, terdiri atas :
1. Unsur Pimpinan Kecamatan;
2. Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
3. Unsur Kelompok Kader;
4. Unsur Pimpinan Organisasi Sayap Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
5. Unsur Pimpinan Ormas Pendiri di Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
6. Unsur Pimpinan Ormas Yang Didirikan di Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
5. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
2. Unsur Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain Ormas yang menyalurkan aspirasi
politiknya kepada Perkumpulan Barisan Pencinta Pancasila;
4) Jumlah Peserta dan Peninjau ditetapkan oleh Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain.
Pasal 35
Ketentuan tentang teknis penyelenggaraan musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana tercantum
dalam BAB X diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan Organisasi.
BAB IX
HAK BICARA DAN HAK SUARA
Pasal 36
1. Peserta mempunyai hak bicara dan hak suara;
2. Peninjau memiliki hak bicara;
BAB X
PEMILIHAN PIMPINAN
Pasal 37
1. Pemilihan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat, Ketua Dewan Pimpinan Daerah
(DPD/Provinsi), Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC/Kabupaten/Kota), Ketua Pimpinan Anak
Cabang (PAC/Kecamatan), dan Ketua Pimpinan Ranting (Desa/Kelurahan) atau sebutan lain
dilaksanakan secara langsung oleh Peserta Musyawarah;
2. Pemilihan dilaksanakan melalui tahapan Pencalonan dan Pemilihan;
3. Ketua Umum atau Ketua Terpilih ditetapkan sebagai Ketua Formatur;
4. Penyusunan Pengurus Dewan Pimpinan/Pimpinan Perkumpulan dilakukan oleh Ketua
Formatur dibantu beberapa orang Anggota Formatur;
5. Tata Cara Pemilihan Dewan Pimpinan/Pimpinan Perkumpulan sebagaimana tercantum pada
ayat (1) sampai dengan ayat (4) dalam Pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Tersendiri
BAB XI
PENUTUP
Pasal 38
1. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ini diatur dalam Peraturan
Organisasi dan keputusan-keputusan lainnya;
2. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.