Anda di halaman 1dari 32

ANGGARAN DASAR 

BARISAN PENCINTA PANCASILA

MUKADIMAH

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Pancasila ialah dasar negara Republik Indonesia. Pancasila merupakan falsafah hidup bangsa
Indonesia. Negera Kesatuan Republik Indonesia didirikan berdasarkan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa. Sehingga Pancasila adalah ideologi  bangsa dan negara Republik
Indonesia. 
Pancasila berisi 5 sila yang wajib dihafal dan dihayati dan diimplementasikan oleh setiap
manusia Indonesia, setiap anak bangsa dalam kehidupan sehari-hari. Adapun ke-5 sila dari
Pancasila adalah :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah kebijaksanaan dalam  Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indoesia.

Oleh karena itu, Pancasila sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai
falsafah hidup bangsa, sebagai ideologi negara, harus dihayati, dijiwai dan dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari  dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila telah terbukti mampu menyatupadukan bangsa besar ini yakni bangsa yang terdiri dari
berbagai suku bangsa, beraneka ragam bahasa dan budaya serta pelbagai agama . Dan Pancasila
telah mampu menyatupadukan seluruh manusia Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara tidak boleh digantikan oleh ideologi apapun. 
Karena, Pancasila yang mempersatukan seluruh anak bangsa dan menyatupadukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai anak bangsa kita wajib menjaga dan merawat keberadaan ideologi Pancasila. Sebagai
anak bangsa dan manusia Indonesia, kita semua wajib menjaga Pancasila dari gangguan dan
rongrongan dari pihak-pihak yang ingin merusak keutuhan bangsa tercinta ini.
Sebagai anak bangsa kita harus menjaga Pancasila dan mencegah jangan sampai ada  ideologi
lain yang hidup di bumi Indonesia selain Pancasila.

Oleh karena itu, kami sebagai anak bangsa dan manusia Indonesia  berinisiatif membentuk
Perkumpulan yang kami beri nama BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP).
Barisan Pencinta Pancasila dibentuk di Jakarta pada hari Rabu tanggal 26 Juni 2019.

Negara dan bangsa ini dilahirkan berdasarkan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang
Dasar 1945 serta bersemboyan paada Bhinneka Tunggal Ika. Karena itu, seluruh komponen
bangsa, setiap anak bangsa, setiap manusia Indonesia, wajib menjaga, merawat dan
melaksanakan nilai-nilai Pancasila, menjadi manusia Indonesia yang  berjiwa Pancasilais, taat
pada Undang-Undang Dasar 1945 serta hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan bersemboyan Bhinneka Tunggal  Ika.

Merdeka! Merdeka! Merdeka!


Pancasila abadi!

Didorong oleh keinginan luhur untuk menjaga dan merawat  keberadaan Pancasila serta
menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada seluruh komponen bangsa dan kepada seluruh anak
bangsa agar tercipta seluruh manusia Indonesia yang berjiwa Pancasilais, maka kami para
pendiri Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP),  menyusun Anggaran
dasar/Anggaran Rumah tangga (AD/ART) sebagai  suatu ketentuan pokok dan sebagai acuan dan
peraturan, sebagai berikut :

ANGGARAN DASAR
BARISAN PENCINTA PANCASILA

BAB I
NAMA, WAKTU dan KEDUDUKAN

Pasal 1
NAMA
Organisasi ini bernama BARISAN PENCINTA PANCASILA (SANTALA).

Pasal 2
WAKTU

BARISAN PENCINTA PANCASILA (SANTALA) didirikan di Jakarta pada tanggal 26 Juni


2019, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 3
KEDUDUKAN

Barisan Pencinta Pancasila (SANTALA) berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta sebagai
kantor Dewan Pengurus Pusat (DPP)  dan akan meluas dengan pembentukan Dewan Pimpinan
Daerah (DPD) di tingkat propinsi, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di tingkat Kabupaten/Kota,
Pimpinan Anak Cabang (PAC) di tingkat Kecamatan, Pimpinan Ranting (PR) di tingkat
Kelurahan di seluruh wilayah Republik Indonesia maupun perwakilan di luar negeri.

BAB II
AZAS, SIFAT  dan KEDAULATAN

Pasal 4
AZAS

Barisan Pencinta Pancasila (SANTALA) berazaskan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945
sebagai landasan hukum.

Pasal 5
SIFAT

Barisan Pencinta Pancasila bersifat terbuka tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, golongan,
serta latar belakang sosial politik kemasyarakatan.

Pasal 6 
KEDAULATAN

Kedaulatan Barisan Pencinta Pancasila (SANTALA) ada di tangan Anggota dan dilaksanakan
menurut ketentuan Anggaran dasar dan Anggaran Rumah tangga.

 
BAB III
VISI dan MISI
Pasal 7
VISI

Barisan Pencinta Pancasila (SANTALA) adalah bertujuan untuk menciptakan/melahirkan


seluruh manusia Indonesia yang berjiwa Pancasilais yang mencintai Negara kesatuan Republik
Indonesia dan bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika,  serta mewujudkan masyarakat  yang adil,
makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pasal 8
MISI

1. Mengedukasi dan menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat mulai dari sekolah
dasar hingga perguruan tinggi dan seluruh komponen bangsa lainnya. 

2. Memberikan pelatihan dasar-dasar pemasaran kepada para UKM dan unit-unit usaha kecil
dalam kaitannya dengan implementasi terhadap Undang-Undang  nomor 6 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Desa. 

3. Melaksanakan bakti sosial kepada masyarakat yang kurang beruntung, para anak yatim-piatu
dan kaum miskin.

4. Bermitra dengan sesama pengurus dan anggota maupun pihak lain dalam menjalankan sesuatu
bisnis yang saling menguntungkan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat misalnya
yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

5. Membantu pemerintah menyukseskan Keadilan Sosial Bagi seluruh Rakyat Indonesia.

BAB IV
LAMBANG dan ATRIBUT

Pasal 9

BARISAN PENCINTA PANCASILA (SANTALA) mempunyai lambang dan atribut  yang


bentuk dan makna lambang dan atribut ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 10
1. Anggota BARISAN PENCINTA PANCASILA (SANTALA) ialah warga negara Indonesia
yang setia pada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Keanggotaan Organisasi Barisan Pencinta Pancasila (SANTALA) terdiri dari:
1. Anggota Biasa
2. Anggota Luar Biasa adalah anggota yang telah membuktikan kesetiaannya terhadap organisasi
minimal dalam waktu 10 (sepuluh) tahun dan dianggap berjasa dalam memberikan perhatian
dalam pengembangan organisasi.
3. Anggota Kehormatan ialah bukan anggota biasa dan luar biasa, tetapi  berasal dari pejabat,
tokoh masyarakat, profesional dan pengusaha yang berjiwa Pancasilais yang banyak memberikan
bantuannya kepada organisasi dan bertindak menguntungkan bagi organisasi.

3. Ketentuan keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VI
KEWAJIBAN dan HAK ANGGOTA

Pasal 11
KEWAJIBAN

Setiap Anggota berkewajiban untuk :


1. Menjunjung tinggi nama dan kehormataan  organisasi BARISAN PENCINTA PANCASILA
(SANTALA).
2. Mematuhi dan menaati Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga serta peraturan-peraturan
organisasi BARISAN PENCINTA PANCASILA (SANTALA).
3. Turut aktif berpartisipasi dalam melaksanakan program dan kebijakan BARISAN PENCINTA
PANCASILA (SANTALA).  

Pasal 12
HAK ANGGOTA

Setiap Anggota mempunyai hak :


1. Bicara dan memberikan suara
2. Memilih dan dipilih  sebagai Pengurus
3. Membela diri
4. Pengaturan lebih lanjut tentang Hak Anggota akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI, WEWENANG dan KEWAJIBAN PIMPINAN

Pasal 13

Struktur organisasi BARISAN PENCINTA PANCASILA  (SANTALA) terdiri atas tingkat


Pusat, tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Kecamatan, tingkat Desa/Kelurahan,
yang masing-masing berturut-turut dipimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan
Daerah Provinsi, Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota, Pimpinan Kecamatan dan Pimpinan
Desa/kelurahan atau sebutan lain.

Pasal 14

1. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) adalah badan pelaksana tertinggi organisasi yang bersifat
kolektif.
2. Dewan Pimpinan Pusat berwenang :
1. Menentukan kebijakan tingkat nasional sesuai dengan anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, Keputusan Musyawarah nasional/musyawarah nasional Luar Biasa, dan Rapat Pimpinan
Pusat, serta Peraturan Perkumpulan Barisan Pencinta Pancasila (BPP).
2. Mengesahkan komposisi dan personalia Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, 
            Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota, dan Perwakilan Luar Negeri
            dalam bentuk Surat Keputusan DPP Barisan Pencinta pancasila (BPP) yang 
            ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal.
       3.  Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Dewan Pimpinan daerah Provinsi.
       4.  Memberikan penghargaan dan sanksi sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan
            Anggaran Rumah Tangga.

3. Dewan Pimpinan Pusat berkewajiban :


1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat Tingkat Nasional, serta Peraturan Organisasi Barisan
Pencinta Pancasila (BPP).
2. Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah nasional

Pasal 15

1. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat
kolektif di tingkat Provinsi.
2. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi berwenang:
   1. Menentukan kebijakan tingkat Provinsi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
       Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional maupun
       tingkat Provinsi, serta Peraturan Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA 
       (BPP).
  2.Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Kecamatan (Ranting) dalam
       bentuk Surat Keputusan DPD Provinsi yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris
       DPD Provinsi serta melaporkannya ke DPP Perkumpulan.
    3. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota.

3.   Dewan Pimpinan Daerah Provinsi berkewajiban :


1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, 
    Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat 
    Nasional maupun tingkat Provinsi serta Peraturan Organisasi Perkumpulan
    BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP).
            2. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Daerah Provinsi.

Pasal  16

1.    Dewan Pimpinan Cabang (DPC)  adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif di
tingkat Kabupaten/Kota.
2.   Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota berwenang:
1. Menentukan kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional, tingkat Provinsi,
maupun tingkat Kabupaten/Kota, serta Peraturan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP).
2. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Pimpinan Desa/Kelurahan dalam bentuk Surat
Keputusan yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris DPC;
 3. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Pimpinan Kecamatan;

3.   Dewan Pimpinan Cabang berkewajiban :


   1.  Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, 
        Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional, 
        tingkat Provinsi, maupun tingkat Kabupaten/Kota, serta Peraturan Organisasi
        Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP).
    2. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota.
 

Pasal 17

1. Pimpinan Anak Cabang (PAC) adalah badan pelaksana  organisasi yang bersifat kolektif di
tingkat Kecamatan.

2. Pimpinan Anak Cabang Kecamatan berwenang :

1. Menetapkan kebijakan tingkat Kecamatan sesuai Anggaran Dasar/Anggaran Rumah tangga,


Keputusan Musyawarah dan  Rapat, baik tingkat nasional, tingkat Provinsi,  tingkat
Kabupaten/Kota, maupun tingkat Kecamatan,  serta Peraturan organisasi BARISAN PENCINTA
PANCASILA (BPP).
2. Mengesahkan komposisi  Personalia Pimpinan Anak Ranting.
3. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain.

3. Pimpinan Anak Cabang berkewajiban :

1. Menetapkan kebijakan tingkat kecamatan  sesuai Anggaran Dasar/Anggaran Rumah tangga,


Keputusan  Musyawarah dan Rapat, baik tingkat nasional, tingkat Provinsi, tingkat
kabupaten/Kota, maupun tingkat Kecamatan, serta Peraturan organisasi BARISAN PENCINTA
PANCASILA (BPP).
2. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Pimpinan Ranting (Kecamatan).

Pasal 18

1. Pimpinan Ranting adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif di tingkat
Desa/Kelurahan atau sebutan lain.
2. Pimpinan Ranting Desa/Kelurahan atau sebutan lain berwenang : 
1. Menentukan kebijakan tingkat Desa/Kelurahan atu sebutan lain sesuai Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional,
tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Kecamatan maupun tingkat Desa/Kelurahan
atau sebutan lain, serta Peraturan organisasi BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP).
3. Pimpinan Ranting (Desa/Kelurahan) atau sebutan lain berkewajiban :

1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar/Anggaran


Rumah Tangga, Keputusan  Musyawarah dan Rapat, baik tingkat nasional,  tingkat provinsi,
tingkat Kabupaten/kota, tingkat Kecamatan, maupun tingkat Desa/Kelurahan atau sebutan lain,
serta Peraturan Organisasi  BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP).
2. Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Anak Ranting (Desa/Kelurahan) atau
sebutan lain.

BAB VIII
STRUKTUR dan KOMPOSISI PIMPINAN dan PENGURUS

Pasal 19

1. Struktur dan komposisi Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan terdiri dari : 


    a. Ketua Umum; 
    b. Ketua-Ketua Bidang; 
    c. Sekretaris Jenderal dan Wakil–Wakil Sekretaris Jenderal; 
    d. Bendahara Umum dan Wakil–Wakil Bendahara Umum; dan
    e. Departemen-Departemen Perkumpulan.

2. Masa bakti DPP adalah 5 (lima) tahun. 


3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Struktur dan komposisi pimpinan dan pengurus
    DPP diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 20
KETUA UMUM

1. Ketua Umum sebagai sentral kekuatan mempunyai hak prerogatif dan  berwenang, bertugas,
bertanggungjawab dan bertindak baik ke dalam maupun keluar atas nama Perkumpulan
BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) dan untuk eksistensi Perkumpulan, program, dan
kinerja organisasi.
2. Ketua Umum mengangkat Para Pimpinan/Pengurus di tingkat DPP,  Dewan Kehormatan,
Dewan Penasihat, Dewan Pakar, dan posisi-posisi lain yang diperlukan untuk memajukan dan
mengembangkan organisasi.
3. Dewan Pendiri Barisan Pencinta Pancasila (BPP) otomatis adalah Dewan Pengawas apabila
tidak sedang menduduki sebuah posisi Dewan Pengurus.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, kewenangan dan tanggung jawab Ketua Umum diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB IX
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

Pasal 21
Musyawarah Besar (Mubes)  dan Rapat-Rapat Tingkat Nasional

1. Musyawarah Besar dan Rapat-Rapat Tingkat Nasional terdiri atas :

1. Musyawarah Nasional
2. Musyawarah Nasional Luar Biasa;
3. Rapat Pimpinan Nasional;
4. Rapat Kerja Nasional (Rakernas);
5. Rapat Konsultasi Nasional;
6. Musyawarah Nasional :
7. Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi Perkumpulan yang diadakan
sekali dalam 5 (lima) tahun;
8. Musyawarah Nasional berwenang:
9. Menetapkan dan atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perkumpulan.
10. Menetapkan Program Umum Perkumpulan.
11. Menilai Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat;
12. Memilih dan menetapkan Ketua Umum.
13. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya.

1. Musyawarah Nasional Luar Biasa :


 1.Musyawarah Nasional Luar Biasa adalah Musyawarah Nasional yang
    diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, diadakan atas permintaan dan/atau 
    persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, 
    disebabkan:
  2.Organisasi dalam keadaan terancam atau menghadapi hal ihwal kegentingan yang memaksa;
2. Dewan Pimpinan Pusat melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, atau Dewan
Pimpinan Pusat tidak dapat melaksanakan Amanat Musyawarah Nasional sehingga organisasi
tidak berjalan sesuai dengan fungsinya;
3. Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
4. Musyawarah Nasional Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan wewenang yang sama dengan
Musyawarah Nasional;
5. Dewan Pimpinan Pusat wajib memberikan pertanggungjawaban atas diadakannya
Musyawarah Nasional Luar Biasa tersebut;
6. Rapat Pimpinan Nasional :
7. Rapat Pimpinan Nasional adalah rapat pengambilan keputusan tertinggi di bawah Musyawarah
Nasional;
8. Rapat Pimpinan Nasional diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun oleh
Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
9. Rapat Kerja Nasional :
10. Rapat Kerja Nasional adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan mengevaluasi
program kerja hasil Musyawarah Nasional;
11. Rapat Kerja Nasional dilaksanakan pada awal dan pertengahan periode kepengurusan;
12. Rapat Konsultasi Nasional adalah rapat yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Nasional/Pusat
untuk membahas masalah-masalah aktual dan sosialisasi kebijakan Perkumpulan.

Pasal 22
Musyawarah Wilayah dan Rapat-Rapat Tingkat Provinsi

1. Musyawarah Wilayah dan Rapat-Rapat Tingkat Provinsi terdiri atas :


2. Musyawarah Daerah Provinsi;
3. Musyawarah Daerah Luar Biasa Provinsi;
4. Rapat Pimpinan Daerah Provinsi;
5. Rapat Kerja Daerah Provinsi;
6. Musyawarah Daerah Provinsi :
1. Musyawarah Daerah Provinsi adalah pemegang kekuasaan partai di tingkat provinsi yang
diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun;
2. Musyawarah Daerah Provinsi berwenang :
1. Menetapkan Program Kerja Provinsi;
2. Menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
3. Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
4. Menetapkan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
5. Menetapkan keputusan-keputusan lain;
7. Musyawarah Daerah Luar Biasa Provinsi :
1. Musyawarah Daerah Luar Biasa Provinsi adalah Musyawarah Daerah yang diselenggarakan
dalam keadaan luar biasa, karena adanya permintaan sekurang-kurangnya 2/3 Dewan Pimpinan
Daerah Kabupaten/Kota dan disetujui oleh Dewan Pimpinan Nasional/Pusat, disebabkan:
1. Kepemimpinan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi dalam keadaan terancam;
2. Dewan Pimpinan Provinsi melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, atau Dewan
Pimpinan Daerah Provinsi tidak dapat melaksanakan Amanat Musyawarah Daerah Provinsi
sehingga organisasi tidak berjalan sesuai dengan fungsinya.
2. Musyawarah Daerah Luar Biasa Provinsi diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
3. Musyawarah Daerah Luar Biasa Provinsi mempunyai kekuasaan dan wewenang yang sama
dengan Musyawarah Daerah Provinsi;
4. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi wajib memberikan pertanggung-jawaban atas diadakannya
Musyawarah Daerah Luar Biasa tersebut;
8. Rapat Pimpinan Daerah Provinsi :
1. Rapat Pimpinan Daerah Provinsi adalah rapat pengambilan keputusan dibawah Musyawarah
Daerah Provinsi;
2. Rapat Pimpinan Daerah Provinsi berwenang mengambil keputusan-keputusan selain yang
menjadi wewenang Musyawarah Daerah Provinsi;
3. Rapat Pimpinan Daerah Provinsi diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun oleh
Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
9. Rapat Kerja Daerah Provinsi :
1. Rapat Kerja Daerah Provinsi adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan mengevaluasi
program kerja hasil Musyawarah Daerah Provinsi.
2. Rapat Kerja Daerah Provinsi dilaksanakan pada awal dan pertengahan periode kepengurusan.
 

Pasal 23
Musyawarah Cabang dan Rapat-Rapat Tingkat Kabupaten/Kota

1. Musyawarah dan Rapat-rapat Tingkat Kabupaten/Kota terdiri atas :


2. Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota;
3. Musyawarah Daerah Luar Biasa Kabupaten/Kota;
4. Rapat Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota;
5. Rapat Kerja Daerah Kabupaten/Kota;
6. Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota :
7. Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota adalah pemegang kekuasaan Partai di tingkat
Kabupaten/Kota yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun;
8. Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota berwenang :
9. Menetapkan Program Kerja Kabupaten/Kota;
10. Menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/ Kota;
11. Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota;
12. Menetapkan Dewan Pimpinan Cabang (Kabupaten/Kota)
13. Menetapkan keputusan-keputusan lain;
14. Musyawarah Daerah Luar Biasa Kabupaten/Kota :
15. Musyawarah Daerah Luar Biasa Kabupaten/Kota adalah Musyawarah Daerah yang
diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, karena adanya permintaan sekurang-kurangnya 2/3
Pimpinan Kecamatan dan disetujui oleh Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, disebabkan :
3. Kepemimpinan Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota dalam keadaan terancam;
4. Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga, atau Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota tidak dapat melaksanakan Amanat
Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota sehingga organisasi tidak berjalan sesuai dengan
fungsinya;
5. Musyawarah Daerah Luar Biasa Kabupaten/Kota diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan
Daerah Provinsi;
6. Musyawarah Daerah Luar Biasa Kabupaten/Kota mempunyai kekuasaan dan wewenang yang
sama dengan Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota;
7. Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pertanggungjawaban atas
diadakannya Musyawarah Daerah Luar Biasa  Kabupaten/Kota tersebut;
8. Rapat Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota :
9. Rapat Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota adalah rapat pengambilan keputusan dibawah
Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota;
10. Rapat Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota berwenang mengambil keputusan-keputusan selain
yang menjadi wewenang Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota;
11. Rapat Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun
oleh Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota;
10. Rapat Kerja Daerah Kabupaten/Kota :
11. Rapat Kerja Daerah Kabupaten/Kota adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan
mengevaluasi program kerja hasil Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota;
12. Rapat Kerja Daerah Kabupaten/Kota dilaksanakan pada awal dan pertengahan periode
kepengurusan.

Pasal 24
Musyawarah Anak Cabang dan Rapat-rapat Tingkat Kecamatan

1. Musyawarah  Anak Cabang dan Rapat-Rapat Kecamatan terdiri atas :


2. Musyawarah Kecamatan;
3. Musyawarah Luar Biasa Kecamatan;
4. Rapat Pimpinan Anak cabang Kecamatan;
5. Musyawarah Kecamatan :
1. Musyawarah Kecamatan adalah pemegang kekuasaan Perkumpulan di tingkat Ranting
(Kecamatan) yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun;
2. Musyawarah Kecamatan berwenang :
1. Menetapkan Program Kerja Kecamatan;
2. Menilai pertanggungjawaban Pimpinan Kecamatan;
3. Memilih dan menetapkan Ketua Pimpinan Kecamatan;
4. Menetapkan Pimpinan Kecamatan;
5. Menetapkan keputusan-keputusan lain;
6. Musyawarah Luar Biasa Kecamatan :
1. Musyawarah Luar Biasa Kecamatan adalah Musyawarah Kecamatan yang diselenggarakan
dalam keadaan luar biasa, karena adanya permintaan sekurang-kurangnya 2/3 Pimpinan
Desa/Kelurahan atau sebutan lain dan disetujui oleh Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota,
disebabkan :
1. Pimpinan Kecamatan dalam keadaan terancam;
2. Pimpinan Kecamatan melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, atau Pimpinan
Kecamatan tidak dapat melaksanakan amanat Musyawarah Kecamatan sehingga organisasi tidak
berjalan sesuai dengan fungsinya;
2. Musyawarah Luar Biasa Kecamatan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah
Kabupaten/Kota;
3. Musyawarah Luar Biasa Kecamatan mempunyai kekuasaan dan wewenang yang sama dengan
Musyawarah Kecamatan;
4. Pimpinan Kecamatan wajib memberikan pertanggungjawaban atas diadakannya Musyawarah
Luar Biasa Kecamatan tersebut;
7. Rapat Pimpinan Kecamatan :
1. Rapat Pimpinan Kecamatan adalah rapat pengambilan keputusan dibawah Musyawarah
Kecamatan;
2. Rapat Pimpinan Kecamatan berwenang menyelesaikan masalah-masalah dan mengambil
keputusan-keputusan selain yang menjadi wewenang Musyawarah Kecamatan;
3. Rapat Pimpinan Kecamatan diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, dan
diselenggarakan oleh Pimpinan Kecamatan.

Pasal 25
Musyawarah Ranting dan Rapat-Rapat Desa/Kelurahan atau sebutan lain
1. Musyawarah dan Rapat-rapat Desa/Kelurahan atau sebutan lain terdiri atas:
2. Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
3. Musyawarah Luar Biasa Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
4. Rapat Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
5. Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain:
1. Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain adalah pemegang kekuasaan Partai di tingkat
Desa/Kelurahan atau sebutan lain yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun;
2. Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain berwenang :
1. Menetapkan Program Kerja Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
2. Menilai pertanggungjawaban Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
3. Memilih dan menetapkan Ketua Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
4. Menyusun Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
5. Menetapkan keputusan-keputusan lain;
6. Musyawarah Luar Biasa Desa/Kelurahan atau sebutan lain :
1. Musyawarah Luar Biasa Desa/Kelurahan atau sebutan lain adalah Musyawarah
Desa/Kelurahan atau sebutan lain yang diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, karena adanya
permintaan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota dan disetujui oleh Pimpinan Kecamatan,
disebabkan :
1. Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain dalam keadaan terancam;
2. Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga, atau Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain tidak dapat melaksanakan amanat
Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain sehingga organisasi tidak berjalan sesuai dengan
fungsinya;
2. Musyawarah Luar Biasa Desa/Kelurahan atau sebutan lain diselenggarakan oleh Pimpinan
Kecamatan;
3. Musyawarah Luar Biasa Desa/Kelurahan atau sebutan lain mempunyai kekuasaan dan
wewenang yang sama dengan Musyawarah Desa/ Kelurahan atau sebutan lain;
4. Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain wajib memberikan pertanggungjawaban atas
diadakannya Musyawarah Luar Biasa Desa/Kelurahan atau sebutan lain tersebut;
7. Rapat Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain :
1. Rapat Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain adalah rapat pengambilan keputusan
dibawah Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
2. Rapat Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain berwenang menyelesaikan masalah-
masalah dan mengambil keputusan-keputusan selain yang menjadi wewenang Musyawarah
Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
3. Rapat Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun, dan diselenggarakan oleh Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain.

Pasal 26

Peserta Musyawarah dan Rapat Perkumpulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22,
Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB X
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 27

1. Musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal
24, Pasal 25, dan Pasal 26 adalah sah apabila dihadiri oleh setengah ditambah 1 (satu) dari
jumlah unsur utusan yang hadir.
2. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan
apabila ini tidak mungkin maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak (voting);
3. Dalah hal musyawarah mengambil keputusan tentang pemilihan Pimpinan, sekurang-
kurangnya disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir sebagaimana dimaksud
pada ayat (1);
4. Khusus tentang perubahan Anggaran Dasar :
1. Sekurang-kurangnya dua per tiga dari jumlah peserta harus hadir;
2. Keputusan adalah sah apabila diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya dua per tiga
dari jumlah peserta yang hadir.
BAB XI
BADAN  dan LEMBAGA

Pasal 28

Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Barisan Pencinta Pancasila mempunyai atau dapat membentuk
Lembaga-lembaga sesuai kebutuhan  untuk melaksanakan tugas-tugas dalam bidang tertentu,
seperti : Tani, Nelayan, Usahawan, Pekerja, Pelajar, Mahasiswa, Perempuan/Srikandi, dll. 
Organisasi Barisan Pencinta Pancasila mempunyai dan dapat membentuk badan-badan atau
lembaga-lembaga seperti : Yayasan, Perkumpulan, Koperasi dan badan-badan usaha yang
bersifat profit maupun non-profit.

Ketentuan lebih lanjut tentang Badan dan Lembaga diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XII
HUBUNGAN dan KERJASAMA

Pasal 29

Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) dapat menjalin hubungan dan


kerjasama dengan organisasi lain, baik organisasi nirlaba maupun yang profit, untuk menunjang
aktivitas-aktivitas BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) dalam mencapai Visi-Misi
organisasi yang antara lain mencapai Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia serta turut
menyejahterakan masyarakat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pengaturan lebih lanjut ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan-
peraturan atau kebijakan Perkumpulan BARISAN PENCINTA PENCINTA (BPP).

            
BAB XIII
KEUANGAN dan KEKAYAAN

Pasal 30
KEUANGAN

Keuangan Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) diperoleh dari:


1. Iuran wajib anggota.
2. Sumbangan yang tidak mengikat.
3. Usaha-usaha yang sah.
            4.   Iuran sukarela pengurus
             5.  Iuran wajib anggota diatur dalam peraturan organisasi.
Pasal 31
KEKAYAAN

Kekayaan Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) adalah semua barang yang
bergerak dan barang tidak bergerak yang tercatat dan terdaftar sebagai aset dan investaris.
Kekayaan Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) setelah dibubarkan akan
ditentukan di dalam Musyawarah Besar yang membubarkan perkumpulan sesuai BAB X Pasal
27.

BAB XIV
PERATURAN PERALIHAN

Pasal 32

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini,
dan dapat dievaluasi dalam Rapat Pimpinan Nasional/Pusat.
Apabila timbul perbedaan tafsiran mengenai sesuatu ketentuan Anggaran Dasar ini diselesaikan
oleh Rapat Pimpinan Nasional/Pusat dan dievaluasi dalam Musyawarah Besar/  Musyawarah
Besar Luar Biasa.

BAB XV

PENUTUP

Pasal 33

Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal di tetapkan.


 
 

 
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BARISAN PENCINTA PANCASILA

BAB I

LAMBANG dan ATRIBUT

Pasal 1

Lambang Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) ialah lambang Garuda


Pancasila yang berada di dalam lingkaran dan dibagian lingkaran luar  terdapat sebuah Bintang
dan di bagian bawahnya bertuliskan BARISAN PENCINTA PANCASILA. 
Warna Dasar lambang adalah Hijau yang mengandung arti terus bertumbuh  dan warna hijau
juga berarti berjiwa dan bertindak kesatria.
Lingkaran luar dengan warna dasar kuning yang berarti kebesaran atau keluasan. 
Lambang Bintang berarti Ketuhanan Yang Maha Esa.
Lima Manusia berpakaian Merah-Putih berdiri berjejer di bawah Garuda Pancasila yang berarti
seluruh Rakyat Indonesia yang berasal dari aneka suku dan agama senantiasa menjaga Pancasila
dari ronggongan dan gangguan dari pihak manapun yang berniat menggantikan ideologi
Pancasila sebagai dasar pandangan hidup dan falsafah hidup bangsa.
Kelima sila dari Pancasila yang dilambangkan :
Bintang berwarna kuning dengan dasar warna hitam  melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Rantai berwarna kuning dengan dasar warna merah, melambangkan kemanusiaan yang adil
beradab.
Pohon Beringin berwarna hijau dengan dasar warna putih melambangkan persatuan Indonesia.
Kepala Banteng berwarna hitam dengan warna dasar warna merah melambangkan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Padi berwarna kuning, Kapas berwarna hijau/putih dengan dasar warna putih melambangkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 

BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 2
SYARAT KEANGGOTAAN
 
Yang dapat menjadi Anggota Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) adalah:
1. Warga Negara Indonesia;
2. Berusia sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin.
      3.   Bersedia mematuhi Mukadimah, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah 
            Tangga, dan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan
            Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) lainnya dan,
4. Bersedia menyatakan diri menjadi Anggota.
5. Keanggotaan organisasi Barisan Pencinta Pancasila diatur dalam Peraturan Organisasi.

BAB III
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA

Pasal 3

Setiap Anggota berkewajiban :

1. Mematuhi dan melaksanakan seluruh Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga;


2. Mematuhi dan melaksanakan keputusan Musyawarah Nasional dan ketentuan organisasi
BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) lainnya;
3. Mengamalkan dan memperjuangkan kebijakan Perkumpulan.
4. Membela kepentingan Perkumpulan dari setiap usaha dan tindakan yang merugikan
Perkumpulan.
5. Menghadiri Musyawarah, Rapat-rapat, dan kegiatan Perkumpulan.
6. Berpartisipasi aktif dalam melaksanakan program perjuangan Perkumpulan.
7. Membayar Iuran Anggota.
8. Melakukan perekrutan Anggota baru.

Pasal 4

Setiap Anggota berhak :


1. Memperoleh perlakuan yang sama;
2. Mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan;
3. Mempunyai hak untuk memilih dan dipilih menjadi Pengurus.
4. Memperoleh perlindungan dan pembelaan;
5. Memperoleh penghargaan dan kesempatan mengembangkan diri.

BAB IV
PEMBERHENTIAN ANGGOTA

Pasal 5

Anggota berhenti karena :


1. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;
2. Diberhentikan;
3. Meninggal dunia;
4. Anggota diberhentikan karena :
5. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota;
6. Melanggar Anggara Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan atau Keputusan Musyawarah
Nasional, dan atau Rapat Pimpinan Nasional;
7. Melakukan tindakan atau perbuatan yang bertentanga dengan keputusan atau kebijakan
Perkumpulan.
8. Melanggar hukum negara dan telah diputuskan oleh Pengadilan.

BAB V
KOMPOSISI PIMPINAN dan PENGURUS

Pasal 6
1. Komposisi Dewan Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Ketua Umum Perkumpulan BARISAN
PENCINTA PANCASILA (BPP).

2. Susunan Dewan Pimpinan Pusat, terdiri atas :


1. Ketua Umum;
2. Wakil Ketua Umum, apabila diperlukan;
3. Ketua-ketua;
4. Sekretaris Jenderal;
5. Wakil-wakil Sekretaris Jenderal;
6. Bendahara Umum
7. Wakil-wakil Bendahara Umum
8. Ketua-ketua Departemen
9. Dewan Pimpinan Pusat terdiri atas Pengurus Pleno dan Pengurus Harian;
10. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Pusat;
11. Pengurus Harian, terdiri atas :
12. Ketua
13. Wakil Ketua
14. Ketua-ketua
15. Sekretaris
16. Wakil-wakil Sekretaris Jenderal
17. Bendahara
18. Wakil-wakil Bendahara.

Pasal 7

Susunan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, terdiri atas:


1. Ketua;
2. Ketua Harian, apabila diperlukan;
3. Wakil-wakil Ketua;
4. Sekretaris;
5. Wakil-wakil Sekretaris;
6. Bendahara;
7. Wakil-wakil Bendahara;
8. Ketua-ketua Biro;
9. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi terdiri atas Pengurus Pleno dan Pengurus Harian;
10. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
11. Pengurus Harian, terdiri atas:
12. Ketua;
13. Ketua Harian;
14. Wakil-wakil Ketua;
15. Sekretaris;
16. Wakil-wakil Sekretaris;
17. Bendahara;
18. Wakil-wakil Bendahara.

Pasal 8

Susunan Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota, terdiri atas :


1. Ketua;
2. Ketua Harian, apabila diperlukan;
3. Wakil-wakil Ketua;
4. Sekretaris;
5. Wakil-wakil Sekretaris;
6. Bendahara;
7. Wakil-wakil Bendahara;
8. Ketua-ketua Bagian;
9. Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Pengurus Pleno dan Pengurus Harian;
10. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota;
11. Pengurus Harian, terdiri atas :
12. Ketua;
13. Ketua Harian;
14. Wakil-wakil Ketua;
15. Sekretaris;
16. Wakil-wakil Sekretaris;
17. Bendahara;
18. Wakil-wakil Bendahara.

Pasal 9
 
Susunan Pimpinan Kecamatan, terdiri atas :
1. Ketua;
2. Wakil-wakil Ketua;
3. Sekretaris;
4. Wakil-wakil Sekretaris;
5. Bendahara;
6. Wakil-wakil Bendahara;
7. Ketua-ketua Seksi;
8. Pimpinan Kecamatan terdiri atas Pengurus Pleno dan Pengurus Harian;
9. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Pimpinan Kecamatan;
10. Pengurus Harian, terdiri atas :
11. Ketua;
12. Wakil-wakil Ketua;
13. Sekretaris;
14. Wakil-wakil Sekretaris;
15. Bendahara;
16. Wakil-wakil Bendahara.

Pasal 10

Susunan Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain, terdiri atas :


1. Ketua;
2. Wakil-wakil Ketua;
3. Sekretaris;
4. Wakil-wakil Sekretaris;
5. Bendahara;
6. Wakil-wakil Bendahara;
7. Ketua-ketua Sub Seksi;
8. Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain terdiri atas Pengurus Pleno dan Pengurus Harian;
9. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
10. Pengurus Harian, terdiri atas :
11. Ketua;
12. Wakil-wakil Ketua;
13. Sekretaris;
14. Wakil-wakil Sekretaris;
15. Bendahara;
16. Wakil-wakil Bendahara;
17. Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain membentuk Kelompok Desa (Keldes).
18. Ketentuan lebih lanjut tentang pembentukan Kelompok Kader diatur dalam Peraturan
Organisasi.

Pasal 11

Perwakilan Perkumpulan di luar negeri dibentuk di satu negara dan/atau gabungan beberapa
negara.
Susunan Pengurus Perwakilan Perkumpulan di luar negeri, sekurang-kurangnya terdiri atas :
1. Ketua;
2. Sekretaris;
3. Bendahara;
4. Biro-biro.

Pasal 12
KETUA UMUM

Ketua Umum dalam melaksanakan kepemimpinananya bertanggung jawab dan berwenang serta
mempunya hak Prerogatif :
a. Mengubah struktur dan mengganti personalia DPP Perkumpulan sesuai kebutuhan dan
tantangan baru yang dihadapi Perkumpulan.
b. Mengangkat dan mengganti Dewan Kehormatan, Dewan Penasihat, Dewan Pakar, Dewan
Pengawas/Pembina sesuai kebutuhan maupun untuk penyegaran organisasi demi kemajuan dan
perkembangan organisasi ke depan.
c. Mengambil sikap dan tindakan yang diperlukan atas nama Perkumpulan BARISAN
PENCINTA PANCASILA (BPP) untuk menjaga keutuhan organisasi.

Pasal 13
PERSYARATAN PENGURUS 

1. Syarat-syarat menjadi Pengurus :


1. Aktif menjadi anggota sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun;
2. Pernah menjadi pengurus baik di tingkat DPP ataupun DPD.
3. Memiliki prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas, dan tidak tercela;
4. Memiliki kapabilitas dan akseptabilitas;
5. Tidak pernah terlibat G 30 S/PKI;
6. Bersedia meluangkan waktu dan sanggup bekerjasama secara kolektif dalam Perkumpulan.
2. Setiap Pengurus dilarang merangkap jabatan dalam kepengurusan, baik pengurus internal
maupun organisasi lain. 

3. Syarat-syarat menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat adalah:


1. Pernah menjadi Pengurus di Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP)
tingkat Pusat dan/atau sekurang-kurangnya pernah menjadi Pengurus pada tingkat Provinsi.
 
2. Aktif terus-menerus menjadi anggota  sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
3. Memiliki prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas, dan tidak tercela;
    4. Memiliki kapabilitas dan akseptabilitas;
    5. Tidak pernah terlibat G 30 S/PKI;
    6. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran serta  sanggup bekerjasama
        secara kolektif dalam organisasi BRISAN PENCINTA PANCASILA (BPP).

4. Syarat-syarat menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, Ketua Dewan Pimpinan
Cabang (Kabupaten/Kota), dan Ketua Pimpinan Ranting (Kecamatan), serta Ketua Pimpinan
Anak Ranting (Desa/Kelurahan) adalah :
1. Memenuhi syarat menjadi Pengurus sebagaimana ayat (1) di atas;
2. Telah aktif menjadi Pengurus sekurang-kurangnya satu periode pada tingkatannya dan/atau
satu tingkat dibawahnya.

Pasal 14
MASA BAKTI
 

Masa Bakti Pimpinan/Pengurus secara berjenjang sesuai dengan tingkatannya sebagai berikut:
1. Pimpinan Nasional/DPN (Pusat) 5 (lima) tahun.
2. Pimpinan Wilayah/DPD (Provinsi) 5 (lima) tahun.
3. Pimpinan Cabang/DPC (Kabupaten/Kota) 4 (empat) tahun.
4. Pimpinan Anak Cabang (Kecamatan) 3 (tiga) tahun.
5. Pimpinan  Ranting (Desa/Kelurahan) 2 (dua) tahun.

BAB VI
KEDUDUKAN DAN TUGAS BADAN DAN LEMBAGA
Pasal 15
1. Badan dan atau Lembaga dapat dibentuk di setiap tingkatan organisasi sesuai dengan
kebutuhan yang berkedudukan sebagai sarana penunjang pelaksanaan program Perkumpulan.
2. Komposisi dan personalia kepengurusan Badan dan atau Lembaga diangkat dan diberhentikan
oleh Dewan Pimpinan sesuai dengan tingkatannya;
3. Badan dan atau Lembaga dapat melakukan koordinasi dengan Badan atau Lembaga yang
berada satu tingkat di bawahnya;
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan dan atau Lembaga diatur dalam Peraturan Organissasi.
 
BAB VII
KEDUDUKAN DAN TUGAS ORGANISASI SAYAP
Pasal 16
1. Organisasi Sayap dapat dibentuk di setiap tingkatan Perkumpulan.
2. Perkumpulan BARISAN PENCINTA PANCASILA (BPP) dapat membentuk Organisasi
Sayap sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan Perkumpulan.
3. Organisasi Sayap di setiap tingkatan memiliki struktur organisasi dan kewenangan untuk
mengelola dan melaksanakan kegiatan organisasi sesuai bidang/kelompok strategisnya, yang
dalam pelaksanaannya dipertanggungjawabkan pada Dewan Pimpinan Perkumpulan sesuai
tingkatannya;
4. Organisasi Sayap tingkat Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan melaksanakan
pembinaan dan pengawasan organisasi yang berada satu tingkat dibawahnya;
5. Kepengurusan Organisasi Sayap ditetapkan oleh Dewan Pimpinan/ Pimpinan Perkumpulan
sesuai tingkatannya;
6. Ketua Umum dan Ketua-Ketua Organisasi Sayap sesuai tingkatannya secara ex-officio dijabat
oleh Wakil Ketua terkait pada Dewan Pimpinan/Pimpinan ditingkatannya.
  7.  Ketentuan lebih lanjut mengenai Organisasi Sayap diatur dalam Peraturan Organisasi.

BABVIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 17
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT NASIONAL
 
1. Musyawarah Nasional, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Dewan Pimpinan Pusat;
7. Unsur Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
8. Unsur Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
9. Unsur Pimpinan Pusat Organisasi Sayap;
10. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Penasihat, Dewan Pakar, Dewan Pengawas/Pembina Dewan Pimpinan Pusat;
2. Unsur Badan, Lembaga, dan Pokja Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
11. Undangan, terdiri atas :
12. Perwakilan Institusi;
13. Perorangan;
14. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
15. Pimpinan Musyawarah Nasional dipilih dari dan oleh Peserta;
16. Sebelum Pimpinan Musyawarah Nasional terpilih, Pimpinan Sementara adalah Dewan
Pimpinan Pusat Perkumpulan
 

Pasal 18
Ketentuan mengenai Musyawarah Nasional sebagaimana tercantum dalam Pasal 23 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Nasional Luar Biasa.
 
Pasal 19
1. Rapat Pimpinan Nasional, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
7. Unsur Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
8. Unsur Pimpinan Pusat Organisasi Sayap
9. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
2. Unsur Badan, Lembaga, dan Pokja Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
10. Undangan, terdiri atas :
11. Perwakilan Institusi;
12. Perorangan;
13. Jumlah peserta, peninjau, dan Undangan Rapat Pimpinan Nasional ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Nasional/Pusat.
 
Pasal 20
1. Rapat Kerja Nasional, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Dewan Pimpinan Pusat;
7. Unsur Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
8. Unsur Pimpinan Pusat Organisasi Sayap;
9. Peninjau, terdiri atas:
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Nasional/Pusat
2. Unsur Badan, Lembaga, dan Pokja Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
10. Undangan, terdiri atas :
11. Perwakilan Institusi;
12. Perorangan;
13. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Kerja Nasional Partai ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Nasional/Pusat.
Pasal 21
1. Rapat Konsultasi Nasional, dihadiri oleh :
2. Dewan Pimpinan Pusat;
3. Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
  4.   Dewan Pimpinan Pusat dapat mengundang pihak lain sebagai Nara Sumber.

Pasal 22

MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT DAERAH PROVINSI

1. Musyawarah Daerah Provinsi, dihadiri oleh :


2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Unsur Dewan Pimpinan Pusat;
7. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
8. Unsur Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
9. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Provinsi;
10. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi
2. Unsur Badan, Lembaga, dan Pokja Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
11. Undangan, terdiri atas :
12. Perwakilan Institusi;
13. Perorangan;
14. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
15. Pimpinan Musyawarah Daerah Provinsi dipilih dari dan oleh Peserta;
16. Sebelum Pimpinan Musyawarah Daerah Provinsi terpilih, Pimpinan Sementara adalah
Dewan Pimpinan Daerah Provinsi.
 

Pasal 23
Ketentuan mengenai Musyawarah Daerah Provinsi sebagaimana tercantum dalam Pasal 22 ayat
(1) sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Daerah Luar Biasa Provinsi.
 

Pasal 24
1. Rapat Pimpinan Daerah Provinsi, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Unsur Dewan Pimpinan Pusat;
7. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
8. Unsur Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
9. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Provinsi;
10. Peninjau, terdiri dari :
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
2. Unsur Badan, Lembaga, dan Pokja Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
11. Undangan, terdiri atas :
12. Perwakilan Institusi;
13. Perorangan;
5)   Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Pimpinan Daerah Provinsi ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Daerah Provinsi.
 

Pasal 25
1. Rapat Kerja Daerah Provinsi, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Unsur Dewan Pimpinan Nasional/Pusat;
7. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
8. Unsur Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
9. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Provinsi;
10. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
2. Unsur Badan, Lembaga, dan Pokja Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
11. Undangan, terdiri atas :
12. Perwakilan Institusi;
13. Perorangan;
  14.Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Kerja Daerah Provinsi ditetapkan oleh   
Dewan Pimpinan Daerah Provinsi.
 

Pasal 26
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT DAERAH KABUPATEN/KOTA

1. Musyawarah Cabang (Kabupaten/Kota) dihadiri oleh :


2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Unsur Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
7. DewanPimpinan Daerah Kabupaten/Kota;
8. Unsur Pimpinan Kecamatan;
9. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Kabupaten/Kota;
10. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
11. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah
Kabupaten/Kota;
12. Pimpinan Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota dipilih dari dan oleh peserta;
13. Sebelum Pimpinan Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota terpilih, Pimpinan Sementara
adalah Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota.
 

Pasal 27
Ketentuan mengenai Musyawarah Cabang (Kabupaten/Kota) sebagaimana tercantum dalam
Pasal 32 ayat (1) sampai dengan ayat (6) berlaku bagi Musyawarah Daerah Luar Biasa
Kabupaten/Kota.
 
Pasal 28
1. Rapat Kerja Cabang (Kabupaten/Kota), dihadiri oleh :
1. Peserta;
2. Peninjau;
3. Undangan;
2. Peserta, terdiri atas :
1. Unsur Dewan Pimpinan Provinsi;
2. Dewan Pimpinan Cabang (Kabupaten/Kota);
3. Unsur Pimpinan Kecamatan;
4. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Kabupaten/Kota;
3. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Cabang (Kabupaten/Kota);
4 Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota ditetapkan
oleh Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota.
 

Pasal 29
1. Rapat Pimpinan Cabang (Kabupaten/Kota), dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Unsur Dewan Pimpinan Provinsi;
7. Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota;
8. Unsur Pimpinan Kecamatan;
9. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Kabupaten/Kota;
10. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
4)   Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Kerja Daerah Kabupaten/Kota ditetapkan
oleh Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota.
 

Pasal 30
MUSYAWARAH DAN RAPAT KECAMATAN

1. Musyawarah Ranting (Kecamatan), dihadiri oleh :


2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Undangan;
5. Peserta, terdiri atas :
6. Unsur Dewan Pimpinan Cabang (Kabupaten/Kota);
7. Pimpinan Anak Cabang (Kecamatan);
8. Unsur Pimpinan Ranting (Desa/Kelurahan) atau sebutan lain;
9. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Kecamatan;
10. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Pimpinan Anak cabang ( Kecamatan);
11. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan ditetapkan oleh Pimpinan Anak Cabang
(Kecamatan).
12. Pimpinan Musyawarah Ranting (Kecamatan) dipilih dari dan oleh peserta;
13. Sebelum Pimpinan Musyawarah Anak Cabang (Kecamatan) terpilih, Pimpinan Sementara
adalah Pimpinan Ranting (Kecamatan).
 
Pasal 31
Ketentuan mengenai Musyawarah Kecamatan sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 ayat (1)
sampai dengan ayat (6) berlaku bagi Musyawarah Luar Biasa Kecamatan.
 

Pasal 32
1. Rapat Pimpinan Ranting (Kecamatan), dihadiri oleh :
1. Peserta;
2. Peninjau;
3. Undangan;
2. Peserta, terdiri atas :
1. Unsur Dewan Pimpinan Cabang (Kabupaten/Kota);
2. Pimpinan Ranting (Kecamatan);
3. Unsur Pimpinan Anak Ranting (Desa/Kelurahan) atau sebutan lain;
4. Unsur Pimpinan Organisasi Sayap Kecamatan;
3. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Pimpinan Ranting (Kecamatan);
4.   Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan ditetapkan oleh Pimpinan Ranting (Kecamatan).
 
Pasal 33
MUSYAWARAH DAN RAPAT DESA/KELURAHAN ATAU SEBUTAN LAIN
 
1. Musyawarah Anak Ranting (Desa/Kelurahan) atau sebutan lain, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Peserta, terdiri atas :
1. Unsur Pimpinan Ranting (Kecamatan).
2. Pimpinan Anak Ranting (Desa/Kelurahan) atau sebutan lain;
3. Anggota;
4. Unsur Pimpinan Organisasi Sayap Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
5. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Pimpinan Anak Ranting Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
6. Jumlah Peserta dan Peninjau ditetapkan oleh Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
7. Pimpinan Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain dipilih dari dan oleh peserta;
8. Sebelum Pimpinan Musyawarah Desa/Kelurahan atau sebutan lain terpilih, Pimpinan
Sementara adalah Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain.
 

Pasal 34
1. Rapat Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain, dihadiri oleh :
2. Peserta;
3. Peninjau;
4. Peserta, terdiri atas :
1. Unsur Pimpinan Kecamatan;
2. Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
3. Unsur Kelompok Kader;
4. Unsur Pimpinan Organisasi Sayap Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
5. Unsur Pimpinan Ormas Pendiri di Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
6. Unsur Pimpinan Ormas Yang Didirikan di Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
5. Peninjau, terdiri atas :
1. Dewan Pertimbangan Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain;
2. Unsur Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain Ormas yang menyalurkan aspirasi
politiknya kepada Perkumpulan Barisan Pencinta Pancasila;
4)   Jumlah Peserta dan Peninjau ditetapkan oleh Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain.
 
Pasal 35
Ketentuan tentang teknis penyelenggaraan musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana tercantum
dalam BAB X diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan Organisasi.
 

BAB IX
HAK BICARA DAN HAK SUARA
Pasal 36
 
1. Peserta mempunyai hak bicara dan hak suara;
2. Peninjau memiliki hak bicara;

BAB X
PEMILIHAN PIMPINAN 
Pasal 37
1. Pemilihan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat, Ketua Dewan Pimpinan Daerah
(DPD/Provinsi), Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC/Kabupaten/Kota), Ketua Pimpinan Anak
Cabang (PAC/Kecamatan), dan Ketua Pimpinan Ranting (Desa/Kelurahan) atau sebutan lain
dilaksanakan secara langsung oleh Peserta Musyawarah;
2. Pemilihan dilaksanakan melalui tahapan Pencalonan dan Pemilihan;
3. Ketua Umum atau Ketua Terpilih ditetapkan sebagai Ketua Formatur;
4. Penyusunan Pengurus Dewan Pimpinan/Pimpinan Perkumpulan dilakukan oleh Ketua
Formatur dibantu beberapa orang Anggota Formatur;
5. Tata Cara Pemilihan Dewan Pimpinan/Pimpinan Perkumpulan sebagaimana tercantum pada
ayat (1) sampai dengan ayat (4) dalam Pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Tersendiri

BAB XI
PENUTUP

Pasal 38
 
1. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ini diatur dalam Peraturan
Organisasi dan keputusan-keputusan lainnya;
2. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai