Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Disusun Oleh:
KELAS 2022B
KELOMPOK 3
1. NATASYA NUR FADILA (22081324108)
2. SABILILLAH RIZKA (22081324118)
3. RANITA DEWI OLYVIA (22081324138)
4. DHEO AINUN SYAFAK (22081324128)
5. IDZUL ASYHARI (22081324141)

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya, Jawa Timur 60231
2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Pancasila,
dengan judul : “Pancasila Sebagai Dasar Negara”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan
banayak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami masih jauh dari sempurna
dikarena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. kami berharap semoga mkalah ini dapat
memberiakn manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Surabaya, September 2022

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa,


artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja
yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut hukum
yakni hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain pengamalan Pancasila
sebagai dasar Negara disertai sanksisanksi hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila
sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak
disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia
Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan
dalam hidup dan kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-
undangan yang barlaku di Indonesia.Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan
mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai sifat
imperatif memaksa. Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai
pandangan hidup dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi
mempunyai sifat mengikat.

Pancasila dan undang-undang adalah sebagai dasar negara oindonesia,


sehingga dapat diartikan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa indonesia, sebagai dasar
pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan
negara. Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa indonesia tak ada
yang mampu menandinginya. Indonesia yang terdiri atas berbagai dan suku bangsa
dapat dipersatukan oleh pancasil. Itu sebabnya sering kali pancasila dianggap sebagai
ideologi yang sakti. Siapa pun coba menggulingkannya, akan berhadapan langsung
dengan seluruh komponen-komponen kekuatan bangsa dan negara indonesia. Sebagai
dasar negara republi indonesia ( way of life ), pancasila nilainilainya telah dimiliki
oleh bangsa indonesia sejak zaman dulu. Nilai –nilai tersebut meliputi nilai budaya,

4
adat – istiadat dan religiusitas yang diimplimentasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Jati diri bangsa indonesia melekat kuat melalui nilai-nilai tersebut yang dijadikan
pandangan hidup. Tindak –tanduk sert perilaku masyarakat nusantara sejak dahulu
kala telah tercermin dalam nilainilai pancasila. Untuk itu, pendiri republik indonesia
berusaha merumuskan nilainilai luhur itu kedalam sebuah ideologi bernama
pancasila.

Demokrasi merupakan nilai dari pancasila, dimana nilai tersebut memiliki


makna dan hubungan yang erat. Adapun makna yang terkandung dalam pancasila sila
ke-4 ( “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan” ) adalah sebagai berikut :

1. Setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama,

2. Tidak Boleh memaksakan kehendak kepada orang lain,

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan


bersama,

4. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah, 5. Didalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi atau golongan.

B. Rumusan Masalah

1. Pancasila sebagai dasar negara


2. Hubungan pancasila dengan pembukaan undang-undang dasar negara republik
Indonesia tahun 1945
3. Hubungan pembukaan UUD NRI 1945 dengan proklamasi kemerdekaan 17
agustus 1945
4. Hubungan Pancasila dengan pasal-pasal UUD NRI 1945

5
5. System pemerintahan negara menurut UUD NRI Tahun 1945 (Hasil
amandemen 2002)
6. Contoh permasalahan

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui yang dikatakan pancasila & ketahana jati diri bangsa disetiap
zaman

2. Mahasiswa mampu menjelaskan pancasila & ketahanan jati diri bangsa.

3. Agar mengetahui peran dan fungsi pancasila & ketahanan jati diri bangsa.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDAHULUAN
Pancasila disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno didepan sidang Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan kemerdekaan (BPUPK) pada tanggal 1 Juni 1945.
Bung Karno menyatakan bahwa Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu
fundamen gagasan yang mendalam, merupakan landasan atau dasar bagi Negara
merdeka yang akan didirikan. Kedudukan Pancasila sngat penting bagi bangsa
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga nilai-
nilai Pancasila harus dijaga agar tetap kokoh dan kuat dalam mengantisipasi
perkembangan zaman.
Pada bab ini akan dibahas tentang Pancasila sebagai dasar negara, hubungan
Pancasila dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
(UUD NRI) tahun 1945, hubungan pembukaan UUD NRI 1945 dengan proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945, hubungan Pancasila dengan Pasal-pasal UUD NRI
1945, dan system pemerintahan negara menurut UUD NRI 1945.

B. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya sama dengan grundnorn (norma
dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara), philosophische grandslag
(dasar filsafat negara). Banyaknya istilah dasar negara dalam kosa kata Bahasa asing
menunjukan bahwa dasar negara bersifat universal, bahwa setiap negara memiliki
dasar negara. Secara terminologis, dasar negara diartikan sebagai landasan dan
sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara.
Bangsa Indonesia sejak tanggal 18 Agustus 1945 telah menetapkan Pancasila
sebagai dasar negara. Hal ini terbukti dengan adanya sila-sila yang terkandung dalam
Pancasila dalam pembukaan UUD 1945, pada alinea ke-4 yang menyebutkan
“….Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang berdasar kepada
Tuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawartan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Dasar Negara merupakan suatu norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara
yang menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus cita hukum (rechtsidee),
baik tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu negara. Cita hukum ini akan
mengarahkan hukum pada cita-cita Bersama masyarakatnya. Cita-cita ini

7
mencerminkan kesamaan-kesamaan kepentingan di antara sesama warga masyarakat
(Yusuf dalam Nurwardani, 2016).
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara bagi bangsa Indonesia dapat
digambarkan sebagai berikut :

Berdasarkan gambar tersebut, menunjukan bahwa tata urutan peraturan


perundang-undangan di Indonesia bertingkat dan berjenjang seperti yang terkandung
dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 pada pasal 7 yang menyebutkan jenis
dan hierarki Peraturan Perundang-undangan, yaitu :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI 1945)
2. Ketetapan MPR
3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
4. Peraturan Pemeritah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi, dan
7. Peraturan daerah Kabupaten/Kota
Berdasarkan gambaran tersebut juga menunjukkan bahwa Pancasila
sebagai dasar negara merupakan norma tertinggi yang mendasari semua peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Dasar negara bersifat permanen, sedangkan
peraturan perundang-undangan bersifat fleksibel dalam arti dapat diubah sesuai
dengan tuntutan jaman.

8
Alasan Pancasila sangat tepat sebagai dasar negara :
1. Pancasila digali dari adat dan budaya bangsa Indonesia
2. Pancasila sebagai unsur pengikat bagi bangsa Indonesia
3. Pancasila menjamin kebebasan warganegara untuk beribadah menurut
agama dan keyakinannya
4. Pancasila memiliki poyensi menjamin keutuhan NKRI
5. Menjadi landasan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Pancasila sebagai dasar negara memiliki makna sebagai berikut :
1. Sebagai pondasi bagi pembentukan bangsa dan negara
2. Menjadi acuan bagi segala peraturan di Indonesia
3. Pancasila sebgai dasar negara adalah asa dari hukum positif yang berlaku
di Indonesia
4. Mengatur dan menata penyelenggaraan negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Berkaitan dengan fungsi Pancasila sebgai dasar negara, maka peratiran
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia harus berdasarkan Pancasila. Berikut
contoh peraturan perundang-undangan yang merupakan penjabaran dari peran dan
fungsi Pancasila sebagai dasar negara :
1. Ketetapan MPR RI No. XVIII/MPR/1998, Pasal 1 meetapkan : “Pancasila
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang dasar 1945
adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
dilakasanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.”
2. Undang-Undang No. 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian,
menentukan diantaranya :
a. Pegawai negeri merupakan unsur aparatur negara yang bertugas
secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan Negara, serta
dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan UUD NRI 1945.
b. Termasuk pegawai negeri adalah pegawai negeri sipil, militer, dan
semua pejabat Negara.
c. Pasal 28 menetapkan bahwa sebelum seorang diangkat menjadi
pegawai negeri mengangkat sumpah: “setia dan taat sepenuhnya
kepada Pancasila, UUD NRI 1945, Negara dan pemerintah.”
d. Pasal 23 menetapkan bahwa pegawai negeri diberhentikan tidak
dengan terhormat karena melanggar sumpah/janji karena tidak setia
dengan Pancaila, UUD NRI 1945, Negara dan pemerintah, dan atau

9
melakukan penyelewengan terhadap ideologi Negara, UUD NRI 1945
atau terlibat dalam kegiatan yang menentang Negara dan pemerintah.
3. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,
menentukan :
a. Kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban
memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
UUD NRI 1945, serta mempertahankan dan meemlihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 27).
b. Anggota DPRD mempunyai kewajiban mengamalkan Pancasila,
melaksanakan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan
menaati segala peraturan Perundang-undangan, mempertahankan
dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan contoh-contoh tersebut, maka artinya Pancasila menjadi
pedoman dalam bersikap dan berperilaku bagi aparatur negara dalam menjalankan
tugasnya. Demikian juga, seluruh rakyat Indonesia juga memiliki kewajiban untuk
taat pada semua peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan berpegang teguh
pada Pancasila sebagai landasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

C Hubungan Pancasila Dengan Pembukaan UUD 1945


Sesuai dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila telah ditetapkan sebagai dasar
Filsafat Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, Pancasila dan Pembukaan
UUD 1945 memiliki hubungan timbal balik, yaitu secara formil dan materil. Berikut
penjelasannya
1. Hubungan Pancasila dan UUD 1945 Secara Formal
• Pembukaan UUD 1945 memiliki fungsi dan kedudukan yang berbeda
dengan pasal-pasalnya. Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila sebagai
berikut, nyatanya tidak bergantung pada batang tubuh UUD 1945, tapi justru
menjadi sumbernya.
• Pancasila sebagai Pokok Kaedah Negara yang Fundamental juga menjadi
dasar kehidupan negara Indonesia.
• Pancasila adalah inti dari Pembukaan UUD 1945 yang memiliki kedudukan
kuat, tetap, tidak dapat diubah-ubah, dan melekat pada kehidupan negara
Republik Indonesia.
2. Hubungan Pancasila dan UUD 1945 Secara Material

10
• Berdasarkan sejarahnya, materi Pancasila dirumuskan terlebih dahulu
sebagai dasar negara dalam rapat BPUPKI. Setelah itu baru disusul dengan
Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, Pembukaan UUD 1945 adalah
tertib hukum tertinggi di Indonesia, sedangkan Pancasila merupakan sumber
dari tertib hukum itu sendiri.
• Pembukaan UUD 1945 adalah Pokok Kaedah Negara yang Mendasar
dengan Pancasila sebagai inti sarinya.
D. Hubungan Pembukaan UUD NRI 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945
Pembukaan UUD NRI 1945 yang disusun pada sidang ke-2 BPUPK tanggal 10-
17 Juli 1945 menghasilkan suatu satu kesatuan dengan Proklamasi bangsa Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945 Setelah Negara Republik Indonesia berdiri. semua penguasa
Negara mengacu pada ketentuan dasar Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai alat-
alat perlengkapan Negara. Berdasarkan prinsip bahwa suatu peraturan hukum hanya
dapat diadakan/diubah oleh penguasa yang lebih tinggi atau yang sama
kedudukannya, maka Pembukaan UUD NRI 1945 tidak dapat ditiadakan/diubah
dengan jalan hukum oleh penguasa/alat-alat perlengkapan yang manapun juga.
Dengan demikian hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD NRI 1945 ialah kuat,
tetap, dan tidak dapat diubah oleh siapapun dan bilamanapun berkaitan dengan
kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.
Soekarno-Hatta yang atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia, masing-masing adalah ketua dan wakil ketua dari panitia itu.
Jadi, pada saat panitia ini menetapkan Pembukaan mempunyai kualitas sebagai
pembentuk negara karena melakukan tugas itu atas kuasa dan bersama-sama
membentuk Negara.

Suasana Perumusan Naskah Teks Proklamasi

11
Kebersatuan dan keterkaitan hubungan antara Pembukaan UUD NRI 1945 dengan
peristiwa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945
adalah:
1. Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan dalam alinea ke-3 Pembukaan UUD
NRI 1945 menegaskan
bahwa antara Pembukaan dan Proklamasi merupakan suatu rangkaian yang
tidak dapat dipisah-pisahkan.
2. Ditetapkannya Pembukaan UUD NRI 1945 tanggal 18 Agustus 1945
bersama-sama dengan
penetapan UUD NRI 1945, pemilihan Presiden dan wakil presiden
merupakan suatu realisasi tindaklanjut dari Proklamasi dan wujud titik
kulminasi perjuangan bangsa di alinea ke-3 Pembukaan.
3. Pembukaan UUD NRI 1945 pada hakekatnya merupakan suatu pernyataan
kemerdekaan yang
lebih terinci dari adanya cita-cita luhur yang menjadi semangat pendorong
ditegakkannya kemerdekaan dalam bentuk negara Indonesia yang merdeka,
berdaulat, adil dan makmur denngan berdasarkan asas kerohanian Pancasila.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia bukan merupakan tujuan melainkan
suatu prasyarat untuk tercapainya tujuan bangsa dan negara yang akan terbentuk.
Berdasarkan pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 yang menegaskan bahwa
kemerdekaan adalah "jembatan emas bangsa Indonesia untuk membentuk dan
membangun negara yang disebut "Indonesia". Pernyataan dalam keempat alinea di
Pembukaan UUD NRI 1945 merupakan roh dan jiwa bangsa Indonesia untuk
mewujudkan dan melewati "jembatan emas" tersebut.
Proklamasi kemerdekaan memiliki makna untuk (1) menegaskan bangsa
Indonesia untuk menjadi suatu negara atas kehendak sendiri sebagai negara merdeka
yang diakui dunia luar; dan (2) mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan
upaya mewujudkan kemerdekaan tersebut sesegera mungkin. Keinginan merdeka dan
segera memproklamasikan diri ini dituangkan dalam Pembukaan UUD NRI 1945
yaitu:
1. Bagian pertama proklamasi mendapat penegasan dan penjelasan pada alinea
ke-1 sampai alinea ke-3 Pembukaan UUD NRI 1945.
2. Bagian kedua proklamasi yaitu suatu negara Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila terurai dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD NRI 1945.
Adapun prinsip-prinsip negara yang terkandung dalam Pembukaan tersebut
meliputi 4 hal yaitu (1) tujuan negara yang akan dilaksanakan oleh pemerintahan
negara; (2) ketentuan diadakannya UUD negara sebagai landasan konstitusional
pembentukan pemerintahan negara; (3) bentuk negara Republik yang berkedaulatan

12
rakyat; dan (4) asas kerohanian atau dasar filsafat negara adalah Pancasila (Kaelan,
2004).
Makna Pembukaan UUD NRI 1945 menjadi dasar inspirasi teks Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yaitu:
a. Adanya pernyataan kemerdekaan Bangsa Indonesia oleh Proklamator
Soekarno-Hatta kepada bangsa Indonesia dan juga kepada dunia luar/bangsa-
bangsa lain di dunia.
b. Tindakan-tindakan dalam rangka pemindahan kekuasaan dari kaum penjajah
ke tangan bangsa Indonesia harus segera dilaksanakan.
Berpegang pada isi pengertian dan memperhatikan keseluruhannya yang
terkandung dalam Pembukaan, khususnya bagian ketiga yang pada pokoknya memuat
pernyataan kemerdekaan dan bagian keempat memuat tindakan-tindakan yang harus
dilaksanakan setelah adanya Negara, maka dapat ditentukan letak dan sifat hubungan
antara Proklamasi dan Pembukaan UUD NRI 1945 bahwa kemerdekaan dalam alinea
ke-3 Pembukaan UUD NRI 1945 menunjukkan bahwa antara Proklamasi dan
pembukaan merupakan pernyataan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisah-
pisahkan. Dengan demikian, ada hubungan antara Pembukaan dan Proklamasi yaitu:
1. Isi Alinea ke-3 dan ke-4 Pembukaan menjelaskan tentang proses pelaksanaan
Proklamasi pada
tanggal 17 Agustus 1945 untuk menegakkan hak kodrat dan hak moral setiap
bangsa terhadap kesempatan memerdekakan diri dari tekanan bangsa lain.
2. Alinea ke-1, ke-2 dan ke-3 Pembukaan UUD NRI 1945 memberikan
penegasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945, sebagai
bentuk perjuangan gigih menegakkan hak kodrat dan hak moral atas
kemerdekaan itu sendiri. Dalam alinea ini jelas apa yang dikehendaki atau
diharapkan oleh para "pengantar" kemerdekaan, ialah Negara Indonesia yang
merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Upaya kemerdekaan ini implementasi suatu gugatan di hadapan muka
dunia terhadap adanya penjajahan atas bangsa Indonesia yang tidak sesuai
dengan perikeadilan dan peri kemanusiaan. Bahwa perjuangan bangsa
Indonesia itu telah diridloi oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga pada
akhirnya berhasil memproklamasikan kemerdekaannya. Alinea ini
mengungkapkan suatu dalil obyektif, yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan dan oleh karenanya harus ditentang
dan dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat menjalankan hak
kemerdekaannya yang merupakan hak asasinya. Disinilah letak moral luhur
dari pernyataan kemerdekaan Indonesia tersebut. Hal ini mengandung suatu
pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia sendiri untuk

13
membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Sudah jelas pendirian yang
sedemikian itu tercantum dalam Pembukaan UUD NRI 1945 akan tetap
menjadi landasan pokok dalam alasan bangsa Indonesia menentang
penjajahan, karena mengendalikan politik luar negeri kita. bertentangan
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Ini berarti bahwa setiap hal atau
sifat yang bertentangan atau tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan juga harus secara sadar ditentang oleh bangsa Indonesia.

Alinea ke-4 memberikan pertanggungjawaban terhadap bangsa Indonesia.


dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu bahwa kemerdekaan bangsa
Indonesia yang diperoleh melalui perjuangan luhur, disusun dalam suatu UUD NRI
1945 yang terbentuk dalam susunan Negar Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan berada Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Khusus memperhatikan isi pengertian alinea kedua Proklamasi yang
menetapkan tindakan-tindakan segera yang harus diselenggarakan berhubung dengan
pernyataan kemerdekaan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.) Bagian pertama Proklamasi memperoleh penjelasan, penegasan, dan
pertanggungjawabannya pada bagian pertama sampai dengan keempat
Pembukaan.
2) Bagian kedua Proklamasi memperoleh penjelasan dan penegasan pada
bagian ke-4
Pembukaan, yaitu:
a) Hal tujuan Negara yang akan dilaksanakan oleh pemerintah Negara;
b) Hal undang-undang dasar Negara yang akan disusun sebagai landasan
pembentukan
pemerintah Negara;
Berpegang pada sifat hubungan antara proklamasi 17 Agustus 1945 dan
Pembukaan yang tidak hanya menjelaskan dan menegaskan, tetapi juga
mempertanggungjawabkan Proklamasi sehingga hubungan itu tidak hanya bersifat
fungsional-korelatif, tetapi tegas bersifat monitis-organis. Ini berarti bahwa antara
Proklamasi dan Pembukaan merupakan satu kesatuan yang bulat. Apa yang
terkandung dalam Pembukaan merupakan amanat keramat Proklamasi 17 Agustus
1945 (Darmodiharjo, 1991).
Pembukaan UUD NRI 1945 yang telah dirumuskan secara padat dan khidmat
dalam 4 alinea itu, setiap alinea dan kata-katanya mengandung arti dan makna yang
sangat dalam, mempunyai nilai-nilai yang universal dan lestari. Universal, karena

14
mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab di seluruh
muka bumi; lestari karena ia mampu menampung dinamika masyarakat, dan akan
tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan Negara selama bangsa Indonesia tetap
setia kepada Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Alinea ini merumuskan dengan padat sekali tujuan dan prinsip prinsip dasar
untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya sebagai bangsa
yang merdeka. Tujuan perjuangan Negara Indonesia dirumuskan dengan: "Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia" dan untuk "memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa", dan "ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial". Sedangkan prinsip dasar yang harus dipegang
teguh untuk mencapai tujuan itu adalah dengan: menyusun kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dan berdasar kepada Pancasila.

E. Hubungan Pancasila dengan Pasal-Pasal UUD NRI 1945


Pancasila memancarkan nilai-nilai yang luhur yang telah mampu memberikan
semangat kepada UUD NRI 1945 dan terpancang dengan khidmat dalam perangkat
UUD NRI 1945. Semangat (Pembukaan) dan yang disemangati (pasal-pasal UUD
NRI 1945) pada hakekatnya merupakan satu rangkaian kesatuan yang tak dapat
dipisahkan. Kesatuan serta semangat yang demikian yang harus diketahui, dipahami
das dihayati oleh setiap bangsa Indonesia. Seluruh peraturan perundang-undangan di
Indonesia harus bersumber pada Pembukaan UUD NRI 1945 yang didalamnya
terkandung Asas Kerokhanian Negara atau dasar Filsafat Negara RI, (Kaelan, 2010)
Dalam penjelasan UUD NRI 1945 bagian (III) ditegaskan sebagai berikut "Undang-
Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan
dalam pasal-pasalnya. Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari
UUD NRI 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan Batang Tubuh
UUD yang NRI 1945 itu sendiri. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita
hukum (Reichtsidee) yang menguasai hukum dasar Negara, baik hukum yang tertulis
(Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis
Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
dan dengan memperhatikan hubungan antara Pembukaan dengan batang Tubuh
Undang-Undang Dasar, maka dapat disimpulkan bahwa Pembukaan UUD NRI 1945
yang memuat dasar falsafah Negara Pancasila, dan UUD NRI 1945 menjadi satu
kesatuan yang tak dapat dipisahkan; sebagai rangkaian kesatuan nilai dan norma yang
terpadu. UUD NRI 1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal yang merupakan
perwujudan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD NRI
1945 yaitu: Persatuan Indonesia, keadilan sosial, kedaulatan rakyat berdasar atas

15
kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan dan Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, yang tidak lain adalah sila-sila
dari Pancasila.
Pokok pikiran UUD NRI 1945 merupakan perwujudan dari suasana kebatinan
bangsa dan negara Indonesia untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegaranya.
Suasana kebatinan UUD NRI 1945 diwujudkan dalam bentuk cita-cita hukum dasar
negara yang diuraikan dengan jelas dalam batang tubuh UUD NRI 1945 disertai pasal
penjelasannya. Pengertian ini menjelaskan bahwa ada hubungan antara Pancasila-
Pembukaan-Batang tubuh dan pasal-pasal dalam UUD NRI 1945 yang sifatnya
langsung dan kausal organis (Kaelan, 2004).
Pancasila sebagai substansi esensial dari pembukaan UUD NRI 1945
mendapatkan kedudukan formal yuridis, sehingga rumusan ataupun yurisprudensinya
sebagai dasar negara diakui bangsa Indonesia Hal ini berarti bahwa Pancasila secara
material tertib hukum Indonesia dijabarkan dalam batang tubuh dan pasal-pasal UUD
NRI 1945 sebagai wujud sumber nilai, bentuk dan sifat dari sumber tertib hukum
Indonesia dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara bagi warga segaranya
Hakekat dan kedudukan Pancasila adalah sumber hukum dari makna serta isi batang
tubuh UUD KRI 1945 yang tersirat dan tersurat dalam pasal-pasal UUD NRI 1945 itu
sendiri. Pancasila menjadi esensi hakekat, sifat, kedudukan dan fungsi sebagai
sumber nilai dan pokok kaidah negara yang fundamental dalam kelangsungan
kehidupan hidup negara Indonesia yang diproklamasikan anggal 17 Agustus 1945
lalu.
Untuk mengimplementasikan nilai-nilai dasar Pancasila dalam kehidupan praksis
bernegara diperlukan nilai-nilai instrumen Pancasila sebagai alat untuk mewujudkan
nilai-nilai dasarnya. Nilai instrumental Pancasila sebagai dasar nilai hidup bernegara
terangkum dalam pasal pasal UUD NRI 1945 tersebut. Implikasi pasal-pasal ini tidak
permanen seperti nilai Pancasila dalam Pembukaan UUD NRI 1945, nilai dasar
Pancasila dalam pasal-pasal UUD NRI 1945 dapat diubah seperti yang tertera dalam
pasal 37 ayat 1-5 UUD NRI 1945. Beberapa contoh penjabaran Pancasila dalam
pasal-pasal UUD NRI 1945

1.   Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”


Sila pertama dijabarkan dalam UUD 
pasal 29
(1) Negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa.

16
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Penjelasan : dalam sila pertama dapat diketahui bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang beragama, mayoritas agama di Indonesia adalah Islam, namun warga
negara Indonesia bebas untuk memilih agamanya masing-masing dan beribadah
menurut ajaran agamanya karena dalam ayat yang kedua disebutkan “negara
menjamin kemerdekaan...”.
Pasal 28E (amandemen)
(1)   Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkanya, serta berhak kembali.
Penjelasan : sama seperti di dalam pasal 29, pasal ini menuliskan bahwa setiap orang
bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya. Pasal ini merupakan pasal
tentang Hak Asasi Manusia pada bab XA. Intinya adalah di Indonesia, kebebasan
dalam beragama seharusnya terjamin tanpa paksaan karena menyangkut HAM. Jika
terdapat pemaksaan maka itu sudah melanggar HAM.

2.      Sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab”


Sila kedua Pancasila dijabarkan dalam :
Pasal 27
(1) Segala Warganegara bersamaan kedudukannya di dalam Hukum dan
Pemerintahan dan wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
(2) Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Penjelasan : warga negara Indonesia apapun statusnya, seharusnya sama dihadapan
hukum dan pemerintahan. Baik orang biasa atau pejabat negara jika melakukan
kesalahan dan diadili, hukumannya harus setimpal. Tidak dibeda-bedakan dan harus
adil. Dan semua warga negara, harus mematuhi hukum yang berlaku di Indonesia

17
tanpa terkecuali. Warga negara juga berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan hidup
yang layak.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-undang.
Penjelasan : warga negara Indonesia memiliki hak untuk mengeluarkan pendapatnya
baik secara langsung atau tidak langsung. Warga negara Indonesia bebas untuk
berkumpul atau bermusyawarah dan semuanya itu sudah di tetapkan dalam Undang-
undang.

Pada bab XA tentang Hak Asasi Manusia dari pasal 28A sampai pasal 28J
(amandemen):
Pasal 28A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.

Pasal 28B

      (1)   Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan   yang sah.
(2)   Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 28C

      (1)   Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan


dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan uman manusia.
(2)   Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.

  Pasal 28D

18
      (1)   Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2)   Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.

(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.

Pasal 28E

      (1)  Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkanya, serta berhak kembali.
(2)  Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

(3)  Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan


pendapat.

Pasal 28F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk


mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi
denggan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Pasal 28G

(1)  Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,


martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi.
       (2)   Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat menusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain.

Pasal 28H

19
      (1)   Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
(2)  Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.

(3)  Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan


dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabai.

(4)   Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang oleh siapa pun.

Pasal 28I

       (1)   Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut,
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
(2)   Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.

(3)   Identitas budaya dan hak masyarakat dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.

(4)   Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggun jawab negara, terutama pemerintah.

(5)   Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokaratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 28J

      (1)   Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

20
(2)   Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud sematamata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokaratis.

Penjelasan : penjabaran kemanusiaan yang adil dan beradab terlihat jelas pada pasal-
pasal diatas. Setiap orang berhak untuk hidup dan menjalankan kehidupan yang
dimilikinya. Setiap orang berhark untuk berkeluarga, setiap anak berhak untuk
berkembang, setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan, mendapat
pendidikan, tidak mendapat siksaan dan banyak lagi. Semua orang berhak
mendapatkan semuanya itu agar terwujud adil dan beradab kemanusiaan di Indonesia.

3.      Sila ketiga “Persatuan Indonesia”


Sila ketiga dijabarkan dalam :
Pasal 1
   (1)   Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
   (2)   Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar.
   (3)   Negara Indonesia adalah negara hukum.
Penjelasan : dari pasal diatas jelas bahwa Indonesia adalah negara kesatuan
berbentuk Republik, negara demokrasi dan negara hukum.
Pasal 32
   (1)   Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dalam mengembangkan
nilai-nilai budayanya.
(2)   Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.

Penjelasan : negara memajukan budaya nasional, negara juga memelihara kekayaan


budaya, walaupun beragam, namun tetap satu negara.

Pasal 35

21
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Penjelasan : bendera Indonesia hanya satu, yaitu merah putih, disemua daerah di
Indonesia semua bendera negara sama yaitu merah-putih, jika bukan, maka itu bukan
bendera negara Indonesia.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Penjelasan : bahasa daerah di Indonesia ada banyak, sehingga untuk berkomunikasi
dengan orang dari daerah lain cukup sulit, untuk itu bahasa Indonesia adalah bahasa
pemersatu, yang mempersatukan semua rakyat di Indonesia.
      Sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
Berhubungan dengan pasal –pasal :
Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang¬-Undang
Dasar.
(3 ) Negara Indonesia adalah negara hukum.
Penjelasan : kedaulatan berada ditangan rakyat dan segala bentuk musyawarah
rakyat dipimpin oleh MPR.
Pasal 2
   (1)   Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan
diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
   (2)   Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun
di ibu kota negara.
   (3)   Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak.
Pejelasan : MPR, DPR dan DPD anggota-anggotanya dipilih lewat pemilu dan di
atur dengan Undang-undang, segala keputusan MPR ditetapkan melalui suara

22
terbanyak. 
Pasal 3
   (1)  Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar.
   (2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
   (3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden
dan/atau wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.
Penjelasan : segala peraturan yang ada di pasal 3 harus dilaksanakan oleh MPR.
Pasal 37
   (1)   Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam
sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya
1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
   (2)   Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara
tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta
alasannya.
  (3)   Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
  (4)   Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari
seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
   (5)   Khusus mengenai bentuk negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.
Penjelasan : segala jenis perubahan Undang-undang harus berdasarkan peraturan
pada pasal diatas. 

5.      Sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”


Sila kelima berhubungan dengan pasal-pasal :

Pasal 23
Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan

23
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
(2)   Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.

(3)   Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran


pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.

Penjelasan : dalam mengatur anggaran pendapatan dan belanja negara pemerintah


harus memperhatikan kemakmuran rakyat dan rakyat berhak tahu mengenai
anggarannya.

Pasal 31

   (1)   Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.


(2)   Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.

(3)   Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,


yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

(4)   Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh


persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional.

(5)   Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.

Penjelasan : hak untuk mendapatkan pendidikan termasuk ke dalam keadilan sosial,


pemerintah mengusahakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
berpegang pada nilai-nilai agama dan persatuan negara untuk kesejahteraan rakyat

24
Indonesia.

Pasal 34

  (1)   Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
danmemberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.

(3)  Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan


fasilitas pelayanan umum yang layak.

(4)  Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Penjelasan : anak terlantar dan fakir miskin juga harus terjamin kehidupannya,
negara membuat sistem jaminan sosial seperti jaminan kesehatan untuk yang tidak
mampu.

F. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945 (Hasil


Amandemen 2002)

1. Pengertian Undang-Undang Dasar dan Konstitusi

a. Undang Undang dasar

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


adalah konstitusi dan sumber hukum tertinggi yang berlaku di Republik Indonesia.
UUD 1945 menjadi perwujudan dari dasar negara (ideologi) Indonesia,
yaitu Pancasila, yang disebutkan secara gamblang dalam Pembukaan UUD 1945.
Perumusan UUD 1945 dimulai dengan kelahiran dasar negara Pancasila pada tanggal
1 Juni 1945 dalam sidang pertama BPUPK. Perumusan UUD yang rill sendiri mulai
dilakukan pada tanggal 10 Juli 1945 dengan dimulainya sidang kedua BPUPK untuk
menyusun konstitusi. UUD 1945 diberlakukan secara resmi sebagai konstitusi negara
Indonesia oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Pemberlakuannya sempat
dihentikan selama 9 tahun dengan berlakunya Konstitusi RIS dan UUDS 1950. UUD
1945 kembali berlaku sebagai konstitusi negara melalui Dekret Presiden yang

25
dikeluarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959. Setelah memasuki
masa reformasi, UUD 1945 mengalami empat kali perubahan (amendemen) dari
tahun 1999–2002.

Penyusunan rancangan UUD 1945 dilakukan secara bertahap oleh Badan


Penyelidik Usah Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), yaitu badan yang
dibentuk dengan izin Jepang pada tanggal 29 April 1945. Sidang pertama BPUPK,
yang dilaksanakan dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni tersebut, menghasilkan gagasan
"dasar negara", dengan mengacu pada rumusan "Pancasila" yang digagas
oleh Soekarno. Selain itu, sidang ini juga menghasilkan kesepakatan untuk
membentuk Panitia Sembilan yang akan membahas lebih jauh mengenai gagasan
tersebut agar menghasilkan rumusan yang matang. Satu setengah bulan kemudian,
tepatnya pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan yang telah mengadakan sidang-
sidang akhirnya merampungkan rumusan dasar negara tersebut dan
menamakannya Piagam Jakarta. Naskah piagam inilah yang menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945.

Setelah itu, sidang kedua BPUPK yang berlangsung dari tanggal 10–17 Juli
membahas perihal piagam tersebut dan komponen-komponen negara, seperti bentuk
negara, bentuk dan susunan pemerintahan, kewarganegaraan, bendera dan bahasa
nasional, dan sebagainya. Setelah beberapa perdebatan mengenai Piagam Jakarta,
akhirnya BPUPK merampungkan naskah rancangan Undang-Undang Dasar (UUD)
yang terdiri dari Pembukaan UUD yang mengacu pada Piagam Jakarta dan Batang
Tubuh UUD yang berisi komponen-komponen tersebut.

UUD RI 1945 sebagai peraturan perundangan tertinggi merupakan alat kontrol


dan menjadi pedoman penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara karena
mengandung:

1. Materi pengaturan sistem pemerintahan tentang kedudukan, tugas, wewenang


dan hubungan antar lembaga-lembaga negara

2. Hubungan negara dengan warga negara di bidang politik, ekonomI, sosial,

26
budaya, hankam dan ideologi.

b. Konstitusi

Pengertian dan Konsep Dasar Konstitusi Istilah dalam bahasa Inggris


“constitution” atau dalam bahasa Belanda “constitutie “ secara harafiah sering
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Undang Undang Dasar. Permasalahannya
penggunaan istilah undang-undang dasar adalah bahwa kita langsung membayangkan
sesuatu naskah tertulis. Padahal istilah constitution bagi banyak sarjana ilmu politik
merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan peraturan – peraturan baik
yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara
bagimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas daripada pengertian undang-
undang dasar, karena pengertian undang-undang dasar hanya meliputi naskah tertulis
saja dan disamping itu masih terdapat konstitusi yang tidak tertulis, yang tidak
tercakup dalam undang-undang dasar (Kaelan, 2004:180). Para penyusun Undang-
Undang Dasar 1945 menganut arti konstitusi lebih luas daripada undang-undang
dasar, sebab dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dikatakan :”Undang-
Undang Dasar suatu Negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar negara itu.

Menurut Ferdinand Lasselle dalam bukunya : Uber Verfassengswesen,


membagi konstitusi dalam 2 pengertian, yaitu:

1.) Pengertian sosiologis atau politis

Konstitusi adalah sinthese factor-faktor kekuatan yang nyata dalam


masyarakat dan menggambarkan hubungan antara kekuasaan-kekuasaan
yang nyata dalam suatu negara seperti raja, parlemen, kabinet, pressure
groups, parpol dan lain-lain.

2.) Pengertian yuridis

Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan negara dan

27
sendi-sendi pemerintahan.

Dari pengertian sosiologis atau politis diatas ternata banwa konstitusi mengandung
pengertian yang lebih luas dari undang-undang dasar. Di Indonesia menurut
Muhammad Yamin, bahwa asas seperti Negara hukum sudah dikenal sejak abad V di
kerajaan Taruma Negara, Kutai, Melayu Minang Kabau, Sriwijaya, Keperabuan
Singosari, dan Majapahit sampal abad XVI tetapi semuanya berdasarkan hukum adat
kenegaraan yang tidak dituliskan dalam suatu naskah undang-undang dasar.
Konstitusi ini dinamakan Constitution Countumiere atau undang- undang dasar
secara hukum adat atau Unwritten Fundamental Law yang berarti hukum dasar yang
tidak tertulis, sebagai lawan dari Constitution Ecrite yakni undang-undang dasar yang
tertulis (Busroh, 1983). Konstitusi dalam arti sempit dimaksudkan untuk memberi
nama kepada suatu dokumen pokok yang berisi aturan-aturan mengenai susunan
organisasi Negara beserta cara kerja organisasi tersebut. Pengertian ini diterapkan
oleh para perancang undang-undang dasar AS. Konstitusi dalam arti las mencakup
segala ketentuan yang berhubungan dengan keorganisasian Negara, baik terdapat
dalam udang-undang dasar, undang-undang organik dan peraturan perundangan
lainnya, maupun kebiasaan atau konvensi (Ranuwijaya, 1960).

2.Fungsi Undang-Undang Dasar Bagi Negara

Fungsi undang-undang dasar terutama ditujukan untuk menja perlindungan hukum


atas hak-hak para warga negaranya. Dari s pemerintahan, maka undang-undang dasar
berfungsi seba landasan struktural penyelenggaraan pemerintahan menurut su sistem
ketata negaraan yang pasti dan tertentu. Secara umum fung undang-undang dasar
adalah:

a. Sebagai simbol kemerdekaan dan keinginan rakyat unt menyusun hak-haknya jika
terancam dan untuk membatas tindakan-tindakan penguasa.

b. Sebagai lambang kesetiaan kepada NRI dan lambang persatua kesatuan bangsa
yang berkeinginan untuk menentukan suat sistem ketatanegaraan tertentu dan untuk

28
menghindari tindaka sewenang-wenang dari penguasa di kemudian hari.

C. Sebagai kontrol pemerintahan yang berlangsung dari keingina para pembentuk


Negara untuk menjamin adanya cara penyelenggaraan Negara yang pasti dan dapat
mensejahterakan rakyatnya.

3. Undang-Undang Dasar yang Pernah Berlaku di Indonesia UUD NRI 1945


disahkan melalui sidang PPKI tanggal 18 Agustu 1945 sebagai konstitusi negara
Indonesia. Naskah UUD NRI 1945 pertama kali disiapkan BPUPK dengan
melahirkan Pembukaan UUD NRI 1945 dan dilengkapi melalui 19 orang anggota
Panitia Hukum Dasar yang diketua Mr. Soepomo untuk menetapkan isi UUD NRI
1945. Sejak proklamas kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai dengan
saat ini, UUD NRI 1945 telah berlaku sebanyak 3 jenis UUD di dalam 8 periode tata
perundang-undangan Indonesia, yaitu:

a. Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)

UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya sebagai alat pengontrol lembaga
pemerintahan karena situasi politik Indonesia disibukkan dengan proses perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Maklumat wakil presiden nomor X tanggal 16
Oktober 1945 yang memutuskan bahwa KNI-P dan KNI-D sebagai lembaga
legislatif. Permasalahan pemerintahan juga berubah karena tanggal 14 November
1945 tata laksana pemerintahan yang semua bersifat presidential berubah menjadi
sistem parlementer yang tidak sesuai dengan tujuan awal negara Indonesia.

nurut suatu num fungs b. Konstitusi RIS (27 Desember 1949-17 Agustus 1950) Atas
pengaruh PBB yang mendukung pengakuan kedaulatan NRI dan menyepakati hasil
KMB di Den Haag, maka naskah konstitusi UUD NRI 1945 digantikan dengan
naskah konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi RIS). Konstitusi RIS
disusun bersama dengan delegasi Indonesia, perwakilan BFO di bawah pengawasan
PBB. Konstitusi RIS merubah bentuk pemerintahan menjadi negara federasi yang
memiliki kedaulatan sendiri-sediri, sehingga negara Indonesia terpecah dalam 2 visi

29
kenegaraan yaitu RI dan RIS dengan sistem pemerintahan parlementer

4. Sistem Ketatanegaraan Sebelum dan Sesudah Amandemen UUD NRI 1945

a. Dasar Pemikiran Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Gerakan reformasi


tanggal 21 Mei 1998 mengagendakan adanya amandemen terhadap undang-undang
dasar 1945. Pemikiran pentingnya Undang-Undang Dasar diamandemen adalah:

1) Kelompok yang memandang Undang-Undang Dasar 1945 sebagai warisan


monumental dari Founding Father yang sudah baik, dan tidak perlu diubah lagi.

2) Kelompok yang memandang Undang-Undang Dasar 1945 itu warisan monumental


Founding Father yang harus dipertahankan

Tujuan amandemen (perubahan) UUD NRI 1945, antara lain untuk:


Menyempurnakan aturan daar mengenai tatanan Negara dalam

mencapai tujuan nasional yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945 dan
memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

2) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan

pelaksanaan kedaulatan serta memperluas partisipasi rakyat agar Menyempurnakan


aturan dasar mengenai jaminan dan sesuai dengan perkembangan paham demokrasi.
perlindungan hak asasi manusia agar sesuai dengan perkembangan paham hak asasi
manusia dan peradaban umat manusia yang sekaligus merupakan syarat bagi suatu
negara hukum yang dicita citakan oleh UUD NRI 1945.

Menyempurnakan aturan dasar mengenai penyelenggaraan Negara secara demokratis


dan modern, antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, system
saling mengawasi dan saling mengimbangi yang lebih ketat dan transparan, dan
pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi
perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan zaman.

Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban


Negara mewujudkan kesejahteraan social, mencerdaskan kehidupan bangsa,

30
menegakkan etika, moral, dan solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam
perjuangan mewujudkan Negara sejahtera.

6) Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan Negara bagi
eksistensi Negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi.

7) Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa


sesuai dengan perkembangan aspirasi, kebutuhan serta kepentingan bangsa dan
Negara Indonesia dewasa ini sekaligus mengakomodasi kecenderungannya untuk
kurun waktu yang akan dating. (Sekretariat Jenderal MPR RI, 2012).

Tuntutan mengubah UUD NRI 1945 menjadi salah satu agenda okok dalam sidang
MPR-RI tahun 1999. Oleh karena itu sebelum melakukan perubahan terhadap UUD
NRI 1945 itu, dalam Sidang Umum PR-RI 1999 terlebih dahulu diadakan
kesepakatan dasar yang jadikan rambu-rambu dalam melakukan perubahan itu, yaitu:
akan tidak akan mengubah Pembukaan UUD NRI 1945. Tetap mempertahankan
bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tetap mempertahankan sistem
Pemerintahan Presidensial.

C. Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD NRI 1945

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dijelaskan


secara terinci dan sistematis dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Sistem
Pemerintahan Negara Indonesia ini dibagi atas 7 sistem yang secara sistematis
merupakan pengejawantahan kedaulatan rakyat, oleh karena itu sistem pemerintahan
Negara ini dikenal dengan "Tujuh Kunci Pokok Sistem pemerintahan Negara".

sistem pemerintahan Negara menurut UUD NRI 1945 setelah amandemen, dijelaskan
sebagai berikut:

1.Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum

Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechsstaat), tidak berdasarkan atas


kekuasaan belaka (Machtsstaat). Hal ini mengandung arti bahwa Negara, termasuk

31
didalamnya Pemerintahan dan lembaga-

lembaga Negara lainnya dalam melaksanakan tindakan-tindakan apapun, harus


dilandasi oleh peraturan hukum atau harus dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum.

2.Sistem konstitusional

Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi. (hukum dasar),tidak bersifat


absoulut (kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan penegasan bahwa
cara pengendalian pemerintahan dibatasi

oleh ketentuan-ketentuan konstitusi dan hukum lain seperti produk konstitusional,


Ketetapan MPR, Undang-Undang dan sebagainya.

3.Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan rakyat

Menurut UUD NRI 1945 hasil amandemen 2002 kekuasaan tertinggi di tangan
rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD (Pasal 1 ayat 2).Hal ini berarti terjadi suatu
reformasi kekuasaan tertinggi dalam Negara secara kelembagaan tinggi Negara,
walaupun esensinya tetap rakyat yang memiliki kekuasaan.

4.Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara tertinggi disamping MPR dan


DPR.

Berdasarkan UUD NRI 1945 hasil amandemen 2002, Presiden merupakan


penyelengara pemerintahan tertinggi, di samping MPR dan DPR karena Presiden
dipilih langsung oleh rakyat UUD 1945 pasal 6A ayat (1).

5.Menteri negara adalah pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab kepada
DPR

Sistem ini dijelaskan dalam UUD NRI 1945 hasil amandemen 2002 maupun dalam
Penjelasan UUD NRI 1945 bahwa "Presiden dalam melaksanakan tugas
pemerintahannya dibantu oleh menteri-menteri Negara (pasal 17 ayat (1) UUD 1945
Hasil amandemen), Presidenmengangkat dan memberhentikan Menteri-menteri

32
Negara (Pasal 17 ayat

(2) UUD NRI 1945 hasil Amandemen 2002).

6.Kekuasaan kepala negara tidak terbatas

Sistem ini dinyatakan secara tidak eksplisit dalam UUD NRI 1945 hasil Amandemen
2002 dan masih sesuai dengan Penjelasan UUD NRI

1945 dijelaskan bahwa kekuasaan kelembagaan Negara presiden tidak

lagi merupakan mandataris MPR bahkan sejajar dengan DPR dan MPR. Kepala
Negara

memiliki kekuasaan tidak tak terbatas dan harus memperhatikan sungguh-sngguh


suara Dewan Perwakilan Rakyat.

7.lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan menurut UUD NRI Tahun 1945


sebelum dan sesudah di amandemen

Pada dasarnya hubungan diantara lembaga negara tidak banyak mengalami


perubahan. Namun perubahan itu justru tampak dalam struktur lembaga negaranya.
Sebelum amandemen struktur lembaga negara terdiri dari MPR sebagai lembaga
tertinggi, Presiden, DPR, DPA, BPK dan MA. Namun setelah dilakukan amandemen
lembaga negara berkembang yaitu MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, dan BPK.
Perbedaanya ada dipoint pengapusan istilah lembaga tertinggi, sehingga semua
menjadi lembaga tinggi negara.

Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-
Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945
file:///C:/Users/Oedaya%20Denny/Downloads/21011-52302-1-SM.pdf
http://repository.unissula.ac.id/9572/3/BAB%20I.pdf
file:///C:/Users/Oedaya%20Denny/Downloads/BAB%20I%20Pancasila.pdf
http://www.pusakaindonesia.org/hubungan-pancasila-dengan-pasal-pasal-dalam-uud-

33
1945/

http://www.edukasippkn.com/2015/09/hubungan-dasar-negara-dan-
konstitusi_23.html

http://materi1sma.blogspot.co.id/2013/08/bab-x-warga-negara-pasal-26-1-yang.html

https://id.wikisource.org/wiki/
Undang_Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945

http://www.geocities.jp/indo_ka/const/uud45_2k.htm

34

Anda mungkin juga menyukai