Anda di halaman 1dari 19

RESENSI BUKU BERBICARA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah

Keterampilan Berbicara

Dosen Pengampu: Dr. Elvi Susanti, M.Pd.

Disusun oleh:

Isnaih Qodriyatul Jannah 11190130000060

Kelas 2B

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala atas segala karunia-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Resensi Buku Berbicara” dapat diselesaikan dengan baik. Makalah
ini disusun untuk untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Berbicarayang
diampu oleh Ibu Dr. Elvi Susanti, M.Pd.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Elvi Susanti, M.Pd. selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Keterampilan Berbicara di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan tugas ini dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam proses penyusunan makalah ini, baik dari segi materil maupun spiritual sehingga
makalah ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Tak ada gading yang tak retak, mungkin ungkapan itu pantas untuk makalah ini. Di
sisi lain menyadari bahwa apa yang kami tuangkan dalam makalah ini masih banyak
kekurangan. Permohonan maaf kami sampaikan seandainya ada kekurangan, kesalahan, atau
kekhilafan pada makalah ini. Penulis juga berharap dengan dituliskan makalah ini dapat
menjadi salah satu batu pijakan pembaca untuk membuka wawasan tentang Keterampilan
Berbicara yang lebih luas lagi. Demikian yang kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk pembaca sekalian.

Ciputat, 22 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Pembahasan................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Resensi. ......................................................................................................... 2

B. Unsur-unsur Resensi ....................................................................................................... 3

C. Struktur Teks Resensi ..................................................................................................... 4

D. Jenis-jenis Resensi……………………………………………………………..………5

E. Resensi Buku Keterampilan Berbicara dengan Buku Lainnya…………………..........7

BAB III PENUTUP

1.1 Simpulan.................................................................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Saran .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

DATAR PUSTAKA ................................................................ Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah karya yang telah dihasilkan perlu adanya penilaian terkait
dengan karya tersebut. Resensi merupakan sebuah tulisan yang berisi tentang
penilaian sebuah karya, bisa berupa buku ataupun film. Resensi sebuah karya
tidak hanya dipajang di beberapa surat kabar maupun majalah. Resensi digelar di
kampus, televisi, radio, toko buku, ataupun internet. Bahkan sebagian besar surat
kabar telah menyediakan kolom atau halaman khusus untuk memajang masalah
perbukuan ini.
Dalam kegiatan resensi, juga perlu adanya penelitian yang seimbang.
Penilaian yang seimbang akan memberikan makna tersendiri bagi penulis,
penerbit, dan pembaca. Resesi diperlukan untuk mengetahui informasi dari sebuah
buku. Buku yang diresensi merupakan buku yang baru diterbitkan. Melalui
resensi, masyarakat pembaca dapat memperoleh informasi tentang penting
tidaknya buku itu untuk dibaca dengan berbagai keunggulan dan kelemahan yang
terdapat pada buku tersebut.
Menulis resensi berarti menyampaikan informasi mengenai ketetapan buku
bagi pembaca. Didalamnya disajikan berbagai ulasan mengenai buku tersebut
dari berbagai segi. Ulasan ini dikaitkan dengan selera pembaca dalam upaya
memenuhi kebutuhan akan bacaan yang dapat dijadikan acuan bagi
kepentingannya. Dalam makalah ini akan dibahas segala sesuatu tentang resensi
yaitu pengertian atau definisi ,tujuan resensi dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan resensi?


2. Apa saja unsur-unsur resensi?
3. Apa saja tujuan resensi?
4. Apa saja jenis-jenis resensi?
5. Bagaimana cara meresensi buku keterampilan berbicara dengan buku lainnya?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Resensi
Resensi dapat diartikan sebagai tulisan tentang pertimbangan buku atau wawasan
tentang baik atau kurang baiknya kualitas suatu tulisan yang terdapat di dalam sebuah
buku. Resensi pula diartikan sebagai suatu tulisan yang memberikan penilaian terhadap
suatu karya buku (fiksi dan nonfiksi), pementasan drama atau musik, dan film dengan
cara mengungkapkan segi keunggulan dan kelemahannya secara objektif.1
Dari pengertian di atas dapat dikatakan, bahwa resensi merupakan salah satu upaya
menghargai tulisan atau karya orang lain dengan cara memberikan komentar secara
objektif. Di dalam hal ini harus dihindari sejauh mungkin sifat subjektivitas penulis
resensi terhadap bahan yang akan diresensi atau rasa senang dan tidak senang terhadap
seseorang. Selain itu, penulis resensi harus memiliki wawasan yang cukup tentang bahan
yang akan diresensi.2
Resensi adalah suatu karangan yang mengungkap penilaian terhadap suatu buku,
karya seni, atau karya ciptanya. Kecuali resensi buku (fiksi atau nonfiksi), kita
berhadapan dengan aneka ragam resensi atau ulasan: foto, film, sinetron, musik,
drama/teater, seni lukis, seni rupa, atau arsitektur. Di dalam resensi, kita berhadapan
dengan usaha mempertanyakan kesungguhan dan keilmiahan karya cipta. Kesungguhan
berkait dengan nilai-nilai karya cipta, sedangkan keilmiahan berkaitan dengan konsistensi
penerapan asas-asas penciptaaan.3
Kata resensi berasal dari bahasa Belanda yaitu recensie. Orang Belanda mengambil
kata tersebut dari bahasa latin yakni dari kata kerja recensere yang bermakna
“memberikan penilaian”. Sementara itu dalam bahasa Inggris digunakan istilah review
untuk mengupas isi buku, pertunjukkan musik, seni tari, seni lukis, film, drama, dan
sebagainya.4
Resensi buku adalah memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku,
memberikan ulasan, membahas, mengkritik ataupun meringkas. Dengan pengertian yang

1
Imron Rosadi, Menulis Siapa Takut?, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), h. 60.
2
Ibid.
3
JS. Kamdhi, Terampil Berekspresi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SLTA Kelas I,
(Yogyakarta: Grasindo, 2013), h. 165.
4
Ahmad Bahar, Meraih Passive Income dari Menulis, (Depok: Pena Multi Media, 2008), h. 123.

2
cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku bertujuan menginformasikan apa saja yang
termuat dalam buku itu secara sekilas kepada orang lain.5
Dalam bahasa Latin disebut recensere, bahasa Inggris menyebutnya review, di
Belanda disebut recensie artinya kurang lebih melihat kembali, menimbang, atau menilai.
Karena resensi memberi pertimbangan mengenai sebuah buku, maka kemudian ada yang
menyebutnya sebagai „timbangan buku‟.6
Jadi, inilah pengertian paling sederhana dari resensi buku adalah sebuah tulisan yang
dihasilkan dari usaha seorang pembaca untuk memberikan komentar atau kesan buku
yang sudah dibacanya. Komentar itu bisa berupa kritik dan pujian. Namun, dalam
perkembangannnya, resensi telah menjadi metode tersendiri untuk memetakan jalan
pikiran sebuah buku yang sedang dibaca. Resensi buku adalah penulisan kembali apa saja
yang sudah diserap pembaca.7
Resensi merupakan ulasan yang berisi tentang penilaian terhadap buku yang telah
dibaca. Baisanya resensi dibuat untuk menyampaikan keunggulan dan kelemahan buku,
karya sastra, atau karya seni kepada pembaca. Dalam penulisan resensi harus
memperhatikan beberapa hal yaitu singkat, menyeluruh, objektif, dan tepat sasaran.8
Daniel Samad mengatakan, kata resensi berasal dari bahasa Belanda (recensie) atau
dalam bahasa Inggris disebut review yang keduanya bersumber dari bahasa latin, yakni
revidere (re berarti kembali dan videre bermakna melihat). Jadi, resensi adalah melihat,
menilai, atau menimbang kembali sebuah buku.9

B. Unsur-unsur Resensi
Unsur-unsur Resensi terdiri atas:
1. Jenis buku, dalam hal ini penulis resensi terlebih dahulu harus mengklasifikasikan
golongan buku yang diresensi termasuk fiksi atau nonfiksi.
2. Latar belakang buku, berisi tentang format buku, gambar, cover, kertas yang dipakai,
jenis huruf, tebal buku, dan informasi yang mendukung tentang fisik buku atau karya
seni yang akan diresensi.

5
Ibid.
6
Diana AV Sasa dan Muhidin M Dahlan, Berguru Pada Pesohor Panduan Wajib Menulis Resensi Buku,
(Yogyakarta: DBuku, 2011), h.2.
7
Ibid., h.3.
8
Cherly Dewanti, Analisa Jitu Soal-soal UN 2016 Semua Jurusan SMK, (Pustaka Ilmu Semesta, 2016), h.
155.
9
Andi Andrianto, Menaklukkan Media Berbagi Pengalaman Menulis Opini dan Resensi Buku, (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2011), h. 95.

3
3. Bahasa yang digunakan, dalam hal ini penulis resensi harus memperhatikan struktur
kalimat, gaya bahasa, ungkapan, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan tata
bahasa.
4. Nilai-nilai buku, meliputi gambaran umum isi buku, dalam hal ini penulis resensi
buku dapat membandingkan karya yang diresensi dengan karya lain dari pengarang
lain.
5. Kesimpulan, berisi tentang simpulan dari resensi buku yang memuat tentang layak
tidaknya karya tersebut untuk dinikmati, dilihat, ataupun dibaca oleh peminatnya. 10

Unsur-unsur Resensi terdiri atas:

1. Membuat judul resensi menarik dan menjiwai tulisan.


2. Menyusun data buku (judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga
kalau perlu).
3. Membuat pembukuan. Misalnya, memperkenalkan pengarang dan karyanya,
membandingkan dengan buku sejenis, memaparkan sosok pengarang dan keunikan
buku, merumuskan tema buku, mengungkapkan kesan, mengajukan pertanyaan, dan
membuka dialog.
4. Tubuh dan isi resensi antara lain: ringkasan isi buku/synopsis, ulasan singkat,
keunggulan dan kelemahan buku, serta tinjauan bahasa.
5. Penutup resensi, biasanya berisi buku tersebut penting untuk siapa dan mengapa.11

C. Tujuan Resensi
Tujuan resensi sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan informasi atau pemahaman yang komperehensif tentang apa yang
tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
2. Untuk memberi pertimbangan kepada pembaca, apakah sebuah buku pantas mendapat
sambutan dari pembaca atau tidak.
3. Untuk mengetahui identitas buku yang patut dibaca, mulai dari judul buku, penulis,
penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.
4. Untuk mendapat bimbingan dari penulis resensi tentang buku yang pantas dibaca.

10
Ibid.
11
Wahono dan Rusmiyanto, Siap Menghadapi Ujian Nasional SMP/MTS 2009 Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Grasindo, 2008), h. 29.

4
5. Untuk mengajak pembaca memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh
fenomena atau problema yang muncul pada sebuah buku.12

Tujuan resensi buku di antaranya:

1. Sebagai bahan masukan untuk penulis buku selanjutnya, karena dengan diresensinya
buku yang ditulis akan diketahui kelemahan buku tersebut.
2. Untuk mengetahui kualitas buku yang ditulis.
3. Untuk menambah pendapatan, karena dengan diresensinya buku yang ditulis, penuslis
buku akan cepat dikenal oleh pembaca.13

Tujuan resensi buku sebagai berikut:

1. Sebagai alat promosi buku-buku yang baru diterbitkan. Dengann adanya resensi
penerbit akan merasa terbantu karena buku yang diterbitkan telah diperkenalkan
kepada para pembaca. Melalui resensi, pembaca dapat mengetahui adanya buku baru
dan mungkin sesuai dengan kebutuhan dirinya.
2. Untuk mendapatkan kebutuhan finansial. Penerbit yang bukunya diresensi akan
senang, karena buku yang diterbitkan akan segera laku. Dengan demikian, penerbit
akan segera menerbitkan kembali buku tersebutpada cetakan berikutnya sehingga
penerbitt dapat mengeruk keuntungan lebih besar.14

D. Jenis-jenis Resensi
Terdapat beberapa jenis-jenis resensi sebagai berikut:
1. Resensi Informatif
Resensi ini bersifat yang hanya menyampaikan isi dari resensi secara singkat dan
umum dari keseluruhan isi buku. Resensi ini biasanya dilakukan dengan memaparkan
bagian-bagian penting hanya secara singkat dari isi buku, kemudian menguraikan
bagian intinya dari resensi isi buku atau karya fiksi yang lebih ditekankan pada pokok
mengenai kelebihan dan kelemahan isi buku atau arya tersebut.
2. Resensi Deskriptif
Resensi ini bersifat membahas secara detail pada tiap bagian atau babnya. Resensi ini
lebih banyak dilakukan di dalam mengulas buku-buku nonfiksi guna mengetahui

12
Imron Rosadi, Menulis Siapa Takut?, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), h. 63.
13
Sujinah, Idhoofiyatul Fatin, dan Karina Rachmwati, Buku Ajar Bahasa Indonesia Edisi Revisi,
(Surabaya: UM Surabaya Publishing, 2018), h. 133.
14
Ibid.

5
secara rinci mengenai isi yang terkandung pada setiap topik-topik atau bagian bab
bukunya. Ulasan secara detail terhadap tiap babnya dilakukan guna kepentingan untuk
mengetahui manfaat dan pentingnya informasi yang disampaikan dari buku tersebut
serta mencari kekuatan yang argumentatif yang dituangkan penulis di dalam buku
tersebut.
3. Resensi Kritis
Resensi ini lebih berbentuk ulasan detail dengan menggunakan metode dan
pendekatan ilmu pengetahuan tertentu. Hasil resensi ini biasanya cukup kritis dan
objektif. Resensi yang bersifat kritis ini biasanya sebagian besar dilakukan di bidang
sastra. Meskipun begitu, bukan berarti di bidang studi lainnya tidak menerapkan
resensi jenis ini. Khususnya dalam konteks sastra resensi ini diterapkan pada karya
seperti novel dengan pendekatan tertentu, misalnya dengan pendekatan feminis dan
sosiologis.15

Ali Usman (2010), resensor senior, menyebutkan umumnya ada tiga jenis penulisan
resensi sebagai berikut:

1. Deskripsi
Sekedar mengulas dan mempromosikan buku. Biasanya metode ini dinilai paling
mudah untuk melakukan resensi buku
2. Kritis
Berani mengungkapkan kelebihan dan kekurangan isi buku. Resensi yang baik adalah
tulisan yang berani megungkapkan kritik atau pujian pada buku. Kritik dapat berbagai
bentuk, semisal gagasan buku bersifat klise (umum), taka da unsur kebaharuan ide,
judul yang kurang menarik, cover buku biasa saja, kesalahan ketik, penggunaan tanda
baca yang kurang pas, layout yang tak menarik, dan temukan kekurangan lain. Ingat,
ini kritik membangun (kontruktif). Sebaliknya, Anda dapat melakukan pujian
terhadap buku yang diresensi. Semisal, buku ini memiliki kelebihan analisisnya yang
tajam, data-data yang disajikan banyak, penelusuran sejarahnya yang bagus, cara
menyajikannya topiknya berbeda dengan yang lain, bahasa tulisnya enak dibaca, dan
mudah dipahami.
3. Komparasi

15
Harson Kadir dan Lian Puluhulawa, Pias-pias Materi Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk Kelas XII
SMA/MA, (Yogyakarta: Deepublish, 2012), h. 206-207.

6
Membandingkan buku yang diresensi dengan karya lain (yang sejenis). Biasanya, cara
meresensi model seperti ini dilakukan oleh para resensor senior. Pasalnya, metode
semacam ini tak mudah dibutuhkan teknik tinggi, memiliki pengalaman resensi
sebelumnya, dan dibutuhkan bacaan yang lebih terhadap buku yang diresensi.
Artinya, sang resensor paling tidak sebelumnya sudah memiliki pengalaman
meresensi buku dengan topik buku yang sedang ia resensi. Lalu, ia kemudian
membandingkan di mana letak kekurangan dan kelebihan serta memberikan kritik-
solusi terhadap buku yang diresensi.16

E. Membandingkan Resensi Buku Keterampilan Berbicara dengan Buku Lainnya.


1. Resensi Buku Keterampilan Berbicara
 Data Buku atau Identitas Buku Nonfiksi
a. Judul buku : Keterampilan Berbicara
b. Pengarang : Dr. Elvi Susanti M.Pd.
c. Penerbit : PT Raja Grafindo Persada
d. Cetakan :I
e. Tahun Terbit : 2020
f. Jumlah Halaman : 242
 Judul Resensi
Keterampilan Berbicara
 Ikhtisar Isi Buku
Bab I : Hakikat Berbicara
Berbicara merupakan bagian penting yang tak terpisahkan dari empat
keterampilan berbahasa. Banyak istilah dan makna untuk menjabarkan tentangg
kemampuan yang satu ini. Di antaranya, berbicara merupakan kumpulanberbagai
kemampuan keterampilan berbahasa. Berbicara erat kaitannya dengan kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi, artikulasi kata-kata dengan tepat dan bermakna. Berbicara
merupakan bagian dari komunikasi memiliki tujuan mengekspresikan, menyatakan
atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara lebih dari sekedar
pengucapan bunyi-bunyi, ia juga berfungsi sebagai alat untuk mengemas ide atau
gagasan agar dapat dipahami oleh penyimak atau lawan berbicara.

16
Andi Andrianto, Menaklukkan Media Berbagi Pengalaman Menulis Opini dan Resensi Buku, (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2011), h. 99-100.

7
Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam sebuah pembicaraan. Langkah-
langkah tersebut adalah memilih topic pembicaraan, menentukan tujuan, membatasi
pokok pembicaraan, mengumpulkan bahan, menyusun kerangka yang terdiri atas
pendahuluan, isi, serta simpulan.
Bab II : Kemampuan Dasar dan Pendukung Berbicara
Tidak semua orang bisa terampil berbicara, namun tidak ada yang tidak
mungkin. Semuanya butuh proses dan latihan, usaha, dan kesungguhan. Kegiatan
komunikasi lisan atau berbicara memerlukan kemampuan dasar di antaranya bahasa,
penguasaan bahasa, keberanian dan ketenangan, serta kesanggupan menyampaikan
ide dengan lancar dan teratur. Selain itu, ada beberapa faktor pendukung dalam
kemampuan berbicara di antaranya pengetahuan atau wawasan pembicara, kesiapan
mental pembicara, sikap pembicara, dan yang tak kalah penting adalah penguasaan
topik yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.
Bab III : Berbicara di Depan Umum
Selain memiliki ragam, kegiatan berbicara juga memiliki tujuan. Di antaranya,
untuk melaporkan, untuk kekeluargaan, meyakinkan, untuk merundingkan. Dari
berbagai tujuan berbicara tersebut, terlihat bahwa berbicara tidak hanya dilakukan
oleh dua orang, tetapi memungkinkan untuk dilakukan di muka umum. Berbicara di
depan umum tidak sama dengan berbicara pada diri sendiri. Berbicara di depan
umum, memiliki gaya (di antaranya ekspresif, perintah, pemecahan masalah) dan
metode penyampaian (di antaranya penyampaian mendadak, tanpa persiapan, melalui
naskah, dan melalui ingatan).
Hal lain yang harus menjadi perhatian saat berbicara di muka umum adalah
pembicara harus meningkatkan kepercayaan diri yang baik. Ada berbagai cara yang
bisa dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri yaitu tetapkan tujuan yang
realistis, menghilangkan pikiran negative dan berpikir positif, berbicara dengan
catatan kecil, berlatih, membuat catatan kecil,dan berlatih mengendalikan napas.
Bab IV : Pidato
Bagi sebagian orang berpidato tidak membuat dirinya nyaman. Mereka merasa
kikuk dan takut berbicara salah di depan umum. Pidato merupakan bagian dari
keterampilan berbicara yang bisa didengar dan dinilai keberhasilannya. Pidato sebagai
salah satu media penyampaian pesan memegang peranan penting dalam kehidupan
berkomunikasi manusia. Peranan penting itu pastinya dirasakan oleh mahasiswa,

8
dosen, guru, bahkan pejabat negara. Sebab pidato merupakan penyampaian gagasan,
pikiran, atau informasi kepada orang lain secara lisan dengan metode-metode tertentu.
Metode yang dapat digunakan dalam berpidato antara lain metode impromptu,
metode ekstemporan, metode naskah, dan metode menghafal. Metode-metode itu
dipilih dan disesuaikan dengan jenis pidato yang akan disampaikan. Pidato memiliki
beberapa jenis, di antaranya pidato resmi, pidato santai, pidato dalam bidang politik,
pidato pada kesempatan khusus yang umumnya bersifat akrab, dan pidato pada
pertemuan informatif.
Bab V : Debat
Debat sebagai salah satu keterampilan berbicara mempunyai arti sebagai
kegiatan bertukar pikiran antara dua orang atau lebih yang masing-masing berusaha
memengaruhi orang lain untuk menerima usul yang disampaikan atau sebagai silang
pendapat tentang tema tertentu antara pihak pendukung dan pihak penyangkal melalui
dialog formalyang terorganisasi. Untuk pembelajaran di kelas, guru perlu memahami
dan menguasai hakikat metode debat dan karakteristik debat.
Ada beragam jenis debat yang patut diketahui yaitu debat parlemen, debat
pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan terdahulu, debat
formal, debat konvensional, atau debat pendidikan.
Selain itu hal lain tentang debat adalah bentuk dan ciri-cirinya, tujuan metode
debat, etika dan unsur-unsur dalam debat. Yang tak kalah penting dalam berdebat kita
harus memperhatikan bagaimana etika berdebat dan unsur-unsur apa saja yang harus
diketahui supaya debat dapat berjalan lancar dan menghasilkan hal-hal positif.
Bab VI : Wawancara
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan pastinya
ada pewawancara dan narasumber. Wawancara merupakan bagian keterampilan
berbicara bertujuan mendapatkan informasi dengan satu sasaran. Satu sasaran itu
berkaitan dengan masalah yang ingin ditanyakan kepada narasumber. Wawancara
diperankan oleh dua belah pihak yaitu pihak pertama adalah seseorang atau beberapa
orang yang mewawancarai dan pihak kedua adalah seseorang atau beberapa orang
yang diwawancarai atau disebut narasumber.
Bab VII : Puisi
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang pendek dan singkat yang
berisi ungkapan isi hati, pikiran, dan perasaan pengarang yang padat yang dituangkan
dengan memanfaatkan segala daya bahasa secara pekat, kreatif, dan imajinatif.
9
Puisi juga merupakan bentuk pemikiran manusia dengan unsur berupa emosi,
imajinasi, ide, nada, irama, kesan, pancaindera, susunan kata, kepadatan, dan perasaan
yang bercampur-baur. Dengan demikian, gagasan dalam puisi hendaknya tidak hanya
disampaikan melalui sebuah tulisan, tetapi juga disampaikan melalui kegiatan
berbicara. Hal ini dilakukan agar pendengar dapat merasakan emosi yang
disampaikan melalui gagasan dalam puisi tersebut. berkaitan dengan hal tersebut,
maka keterampilan berbicara berkaitan erat dengan seni menampilkan puisi. Melalui
penekanan-penekanan kata, mimic, dan gestur saat berbicara bisa dilatih dengan
menampilkan puisi baik dibaca atau dihafal.
Bab VIII : Monolog dan Dongeng
Monolog adalah kegiatan berkomunikasi, bercakap-cakap, atau berbicara yang
dilakukan dalam satu arah. Sebab monolog hanya ada seorang pembicara, sedangkan
yang lainnya adalah pendengar atau audience. Monolog memiliki beberapa bentuk di
antaranya perkenalan, pidato, drama monolog, dan bercerita. Saat melakukan kegiatan
monolog seseorang harus memperhatikan beberapa hal di antaranya olah tubuh dan
perasaan, berlatih untuk berlaku dramatis, latihan vokal, serta melatih nada dan irama.
Salah satu bentuk kegiatan monolog yang paling popular adalah bercerita atau
mendongeng. Kegiatan mendongeng adalah salah satu kegiatan yang tidak hanya
melibatkan alat ucap suara, tetapi juga emosi. Sebab seperti kita ketahui di dalam
dongeng tidak hanya berisi cerita khayalan, melainkan terdapat pesan moral yang
tinggi yang dapat terungkap melalui karakter tokoh dalam dongeng. Beberapa
persiapan diperlukan dalam menyampaikan sebuah dongeng atau cerita, supaya
tersampaikan sebuah amanat kepada pendengar. Persiapan mendongeng, bisa dimulai
dari pemilihan tempat bercerita, posisi duduk, bahasa, intonasi, pemunculan tokoh-
tokoh, penampakan emosi.
Bab IX : Dialog/Drama
Unsur dialog adalah unsur yang paling berhubungan dengan kegiatan
berbicara. Sebab dialog merupakan hakikat utama drama yang membedakannya dari
genre sastra yang lainnya, serta melalui dialog kegiatan cakapan dapat terjadi antara
tokoh yang menjalankan arus cerita menuju konflik, klimaks, serta penyelesaian
cerita. Selain itu, konsep drama yang paling utama menekankan pada laku, dan
melalui kata-kata (dialog) yang hanya bersifat sekunder, dan lebih tepatnya dialog
dalam drama harus dipahami sebagai bagian dari laku itu sendiri, sehingga pada saat
pementasan dapat terlihat bersatunya dialog dengan perbuatan, serta bersatuna bahasa
10
verbal atau teks dengan bahasa tubuh atau subteks. Kebersatuan itulah yang kemudian
dapat kita sebut sebagai laku.
Mementaskan drama berarti mempraktikan keterampilan berbicara. Hal
tersebut sangat diperlukan oleh siswa dalam membantu siswa terampil berbahasa.
Tambahan lagi, melalui kegiatan drama, siswa juga dapat meningkatkan pengetahuan
budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.
Bab X : Berbicara dalam Diskusi
Secara sederhana, diskusi adalah bentuk tukar pikiran dalam musyawarah.
Lebih lengkapnya diskusi diartikan sebagai suatu proses yang melibatkan dua
individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar
informasi, saling mempertahankan pendapat dalam memecahkan sebuah masalah
tertentu.
Diskusi merupakan bagian dari keterampilan berbahasa memiliki jenis-
jenisnya. Diskusi merupakan sarana yang tepat untuk melatih keterampilan berbicara
seseorang. Jenis diskusi adalah diskusi terbatas (konferensi, wawancara, dialog,
brainstorming) dan terbuka (seminar, diskusi panel, simposium, lokakarya). Tarigan
membagi jenis diskusi menjadi kelompok tidak resmi (studi, pembentuk
kebikjasanaan, komite) dan kelompok resmi (konferensi, panel, simposium).
Bab XI : Berbicara dalam Kegiatan Ilmiah
Banyak hal yang harus diperhatikan, dipertimbangkan, dan dijadikan bahan
pelajaran dalam kegiatan ilmiah seperti seminar dan symposium. Berbicara dalam
kegiatan ilmiah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
memerlukan persiapan dan menuntut keterampilan. Kemampuan ini tidak dapat hanya
dicapai begitu saja, tetapi menuntut latihan dan bimbingan secara intensif. Dalam
kegiatan ilmiah, bahasa yang kita pakai harus bersifat reproduktif, impersonal, dan
baku.
Macam-macam seminar umum yang diketahui adalah seminar lokal, nasional,
dan internasional. Di sisi lain, dalam kegiatan ilmiah ini masing-masing fungsionaris
mempunyai peranan tertentu, seperti pembicara, keynote speaker (pembicara kunci),
moderator, notulis, pengamat, pemakalah, pembanding/penyanggah, peserta, dan tim
perumus.
Bab XII : Praktik Kepemanduan
Pemandu adalah orang atau persona yang memandu seseorang atau
sekelompok orang dalam rangka mengikuti suatu acara atau mengatur komunikasi
11
dalam suatu acara. Banyak aturan dan tugas yang akan mereka laksanakan berkaitan
dengan kegiatan kepemanduan tersebut. Mereka pun harus paham dengan metode
yang digunakan dalam kepemanduan seperti metode naskah, metode hafalan, metode
ekstemporan, dan metode impromptu.
Teknik penampilan memandu ini berdasarkan pada jumlah pemandu.
Berdasarkan jumlah tersebut, kepemanduan dapat dipilih atas dua kategori yaitu
teknik berduet dan teknik tak berduet. Tiga langkah yang harus disiapkan oleh
pemandu yaitu persiapan penguasaan materi, persiapan penguasaan bahasa, dan
penguasaan panggung. Persiapan penguasaan materi meliputi mengetahui acara yang
dipandu, menentukan materi, menyusun acara dan teks pemanduan.
 Kelebihan dan Kekurangan Buku
Kelebihan
Menurut saya kelebihan dari buku ini adalah bahasanya sangat jelas, mudah
dipahami, kalimatnya sesuai PUEBI, bagus untuk mahasiswa jurusan
sastra/pendidikan bahasa Indonesia, tidak hanya cocok untuk kalangan mahasiswa,
orang lain yang ingin memperindah gaya berbicaranya juga bisa digunakan secara
baik dan benar, banyak referensi dari buku lain, dan mengena di hati bagi para
pembaca.
Kekurangan
Menurut saya kekurangan dari buku ini adalah setiap sub bab kurang
ditambahkan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang lebih banyak agar para
pembaca dapat mempraktikkannya dengan benar dan harga bukunya termasuk mahal.
 Pengarang

Buku ini karya dari Elvi Susanti dilahirkan pada tanggal 1 Agustus di Padang.
Menamatkan S1 di Universitas Andalas Padang, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra. Kemudian mengambil S2 di Universitas Negeri Padang (UNP)
jurusan Pendidikan Bahasa dengan predikat cumlaude (terpuji). Selanjutnya
melengkapi pendidikannya selama empat tahunan dengan kuliah S3 di UPI Bandung
pada tahun 2015. Beliau juga sekarang Dosen di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta mengajar di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Resensi Buku Bicara Itu Ada Seninya


 Data Buku atau Identitas Buku Nonfiksi

12
a. Judul buku : Bicara Itu Ada Seninya Rahasia Komunikasi Yang Efektif
b. Pengarang : Oh Su Hyang
c. Penerbit : Bhuana Ilmu Populer
d. Cetakan : III
e. Tahun Terbit : 2018
f. Jumlah Halaman : 238
 Judul Resensi Buku
Bicara itu Ada Seninya
 Ikhtisar Isi Buku
Bab I : Perbedaan Juara 1 dan Juara 2 terletak pada Ucapannya.
Berbicara mengenai masalah umum yang biasa ditemui oleh orang-orang
dalam hal komunikasi, seperti bagaimana membuat kesan yang kuat terhadap lawan
bicara, maupun menyusun bagaimana kita dapat membuat orang tertarik dengan apa
yang kita bicarakan melalui Storytelling.
Bab II : Pintar Mendengar, Pintar Berbicara
Pada bab ini lebih memposisikan kita sebagai pendengar yang baik untuk
memulai sebagai seorang pembicara yang handal.
Bab III : Ucapan yang Membuat Lawan Bicara Memihak Kita
Bab ini berisi tentang kata kunci yang harus kita miliki agar orang lain mau
mendengar apa yang kita sampaikan.
Bab IV : Beratnya Ucapan ditentukan oleh Dalamnya Isi
Pada bab ini penulis mencoba memberikan cara-cara untuk melatih cara
berbicara kita. Melalui latihan-latihan yang dilakukan secara terus-menerus.
Bab V : Suara Bagus Bukan Bawaan Dari Lahir
Pada bab ini mungkin agak berbeda dengan bab sebelumnya. Bab ini berisi
tentang contoh-contoh para tokoh yang berhasil di dunia nya dengan bermodalkan
cara berbicara mereka. Salah satu contoh yang ada disini adalah Yoo Jae Suk seorang
presenter dan komedian yang berasal dari Korea Selatan.
 Kelebihan dan Kekurangan Buku
Kelebihan
Banyak sekali buku yang sudah menjelaskan tentang cara
berkomunikasi tapi kesemuanya hanya menjelaskan secara teknis dan
teorinya saja sehingga susah dimengerti. Tetapi buku ini dikemas dengan
bahasa yang menarik dan sederhana sehingga mudah dimengerti seperti
13
membaca novel. Buku ini juga menceritakan beberapa tokoh terkenal dan
sukses yang akan menambah motivasi pembaca.
Kekurangan
Di dalam buku ini terdapat teknik-teknik komunikasi, perusasi, dan
negosiasi. Tetapi teknik-teknik yang dijelaskan terpencar di beberapa sub
bab dan terkadang judul sub bab tidak nyambung dengan teknik yang
dijabarkan. Hal ini akan membuat pembaca kesulitan untuk mencari teknik
yang pernah dibaca karena harus mengecek ulang setiap halaman.
 Pengarang

Buku ini karya dari Oh Su Hyang adalah seorang Dosen & Pakar Komunikasi
yang berasal dari Korea Selatan. Dia dengan sangat mengerti bagaimana caranya
membuat tulisan yang mudah dipahami dan menarik. Oh Su Hyang adalah permata
tersembunyi di bidang komunikasi. Label “pengajar sempurna”, “pengajar tersibuk”,
dan “pengajar terbaik” selalu melekat padanya. Ketika ia mengeluarkan buku “Cara
Menguasai Seni Berbicara”.

14
BAB III

PENUTUP

1.1 Simpulan

Dalam meresensi sebuah karya tulisn pasti menilai kekurangannya atau


kelebihannya, dengan tujuan pembaca dapat merangsang hasil karya tersebut. Untuk
meresensi sebuah karya tulis perlu adanya langkah-langkah dan dasar untuk meresensi
sebuah buku, yang mana semua itu saling memahami sepenuhnya tentang isi buku yang
akan diresensi. Dalam meresensi juga terdapat penggunaan bahasa yang singkat, padat
dan jelas. Terdapat juga pokok-pokok yang menjadi sasaran dalam meresensi buku yang
mana salah satu dari sasaran itu adalah mengulang tentang keunggulan dan kelemahan
buku. Membuat judul semenarik mungkin dan betul-betul mencerminkan isi buku
termasuk hal-hal penting dalam sebuah resensi termasuk juga mencantumkan identitas
sebuah buku yang menutup biasanya dengan memberikan saran atau sasaran sebuah buku
yang diresensi.

1.2 Saran

Untuk merensensi sebuah karya, sebaiknya pelajari dan ketahui dengan benar
langkah-langkah meresensi dengan baik dan benar agar mendapatkan hasil resensi yang
objektif dan pembaca dapat point-point yang tepat mengenai kekurangan dan kelebihan
sebuah karya tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rosadi, Iman. Menulis Siapa Takut?. Yogyakarta: Kanisius, 2009.


Kamdhi, JS. Terampil Berekspresi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SLTA
Kelas I. Yogyakarta: Grasindo, 2013.
Bahar, Ahmad. Meraih Passive Income dari Menulis. Depok: Pena Multi Media, 2008.
Sasa, Diana AV dan Muhidin M Dahlan. Berguru Pada Pesohor Panduan Wajib Menulis
Resensi Buku. Yogyakarta: DBuku, 2011.
Dewanti, Cherly. Analisa Jitu Soal-soal UN 2016 Semua Jurusan SMK. Pustaka Ilmu
Semesta, 2016.
Andrianto, Andi. Menaklukkan Media Berbagi Pengalaman Menulis Opini dan Resensi
Buku. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2011.
Wahono dan Rusmiyanto. Siap Menghadapi Ujian Nasional SMP/MTS 2009 Bahasa
Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2008.
Sujinah, Idhoofiyatul Fatin, dan Karina Rachmwati. Buku Ajar Bahasa Indonesia Edisi
Revisi. Surabaya: UM Surabaya Publishing, 2018.
Harson Kadir dan Lian Puluhulawa. Pias-pias Materi Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk
Kelas XII SMA/MA. Yogyakarta: Deepublish, 2012.
Susanti, Elvi. Keterampilan Berbicara. Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2020.
Hyang, Oh Su. BicaraItu Ada Seninya Rahasia Komunikasi Yang Efektif. Jakarta: Bhuana
Ilmu Populer, 2018.

16

Anda mungkin juga menyukai