Anda di halaman 1dari 5

Konsep Rekayasa Nilai

Manajemen Investasi dan Teknik Nilai Teknologi

Oleh:

Raisyah Nurul Amanah - 202022310025

PROGRAM STUDI S2 SISTEM INFORMASI


FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI
UNIVERSITAS TELKOM
Konsep Rekayasa Nilai TI

Teknologi Informasi (TI) saat ini memegang peran strategis dalam kegiatan industri
sehari-hari, terutama berkaitan dengan peningkatan kinerja organisasi bisnis dalam hal
efektivitas serta efisiensi. Konsep ini dikenal sebagai pendukung bisnis TI. Beberapa
penelitian terkait telah dilakukan untuk mengkaji nilai TI, baik tingkat perusahaan maupun
tingkat negara. Studi ini menggali kecepatan penyesuaian dinamis dan variabel pada nilai
TI berdasarkan pendekatan Partial Adjustment Value (PAV). Penelitian ini memahami nilai
belanja TI yang diukur dalam satuan mata uang atau rasio, serta menyelidiki hubungan
TI dengan kinerja bisnis. Metode penilaian penyesuaian parsial (PAV) menjadi dasar
teoritis, sementara teori Resource-Based View (RBV) digunakan untuk mendukung
rekayasa nilai TI. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif pada
peningkatan kinerja bisnis dan memperluas wawasan terkait rekayasa nilai TI, yang
didefinisikan sebagai studi terstruktur tentang peran TI dalam menyampaikan kinerja
bisnis yang handal dengan biaya terendah melalui rekayasa TI dan variabel bisnis.
Penelitian ini menggunakan data enam perusahaan berbasis TI di Indonesia, termasuk
tiga perusahaan di industri teknologi informasi dan komunikasi (ICT) seperti Telkom,
Indosat, dan XL, serta tiga perusahaan di perbankan seperti Mandiri, BRI, dan BNI.
Persamaan yang dihasilkan dari penelitian tersebut mencerminkan hubungan antara
output riil suatu unit proses produksi pada waktu t dan t-1. Pengamatan tersebut
menegaskan bahwa nilai TI memiliki dampak nyata dalam meningkatkan kinerja
perusahaan, mendukung kajian rekayasa nilai TI, dan memberikan justifikasi. Teori
Penyesuaian Parsial Teori ini berasal dari Nerlove (1958), kemudian dikembangkan oleh
para peneliti oleh Lin dan Kao (2014). Teori ini menyatakan bahwa perubahan output dari
suatu unit proses produksi umumnya tidak persis sesuai dengan perubahan output yang
diinginkan. Perubahan ini diukur pada waktu sekarang (t), dibandingkan dengan periode
sebelumnya (t – 1) untuk perubahan nyata dan perubahan yang diinginkan. Diperlukan
suatu koefisien yang menghubungkan hubungan antara kedua perubahan tersebut yang
disebut sebagai konstanta SoA (Lin et al., 2010; Lin dan Kao, 2014).
Dampak Teknologi Informasi (TI) pada kinerja bisnis menurut Liang et al. (2010)
menguraikan berbagai teori seperti Resource-Based View (RBV), teori biaya transaksi,
teori kekayaan media, teori koordinasi, atau teori pertukaran sosial untuk menjelaskan
hubungan antara TI dan kinerja perusahaan. Di antara teori-teori tersebut, RBV, yang
diusulkan oleh Wernerfelt (1984) sebagaimana dijelaskan oleh Liang et al. (2010),
dianggap sebagai teori utama yang memahami korelasi antara TI dan kinerja
perusahaan. RBV menekankan bahwa kinerja perusahaan sangat bergantung pada
sumber daya perusahaan, dan TI dianggap sebagai bagian dari sumber daya berharga
yang dapat meningkatkan kinerja bisnis.
Datta (2007) menambahkan bahwa Barney (1991) mengklasifikasikan sumber daya
menjadi fisik, manusia, dan modal organisasi, dan TI seharusnya selaras dengan properti
organisasi lainnya. Selain itu, Datta mengategorikan sumber daya yang strategis
signifikan untuk mencapai keunggulan bersaing perusahaan jika sumber daya tersebut
(Liang et al., 2010):
1. 'berharga' - sumber daya tersebut harus memungkinkan perusahaan
meningkatkan dan mengimplementasikan strategi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas.
2. 'langka' - jika jumlah peminat sumber daya tidak segera mengaplikasikannya,
penggunaannya bisa memberikan perusahaan keunggulan bersaing yang
berkelanjutan.
3. 'tidak dapat disalin' - sumber daya tersebut sangat unik sehingga pesaing tidak
dapat menemukannya dengan mudah.
4. 'tidak dapat digantikan' - sumber daya tersebut memungkinkan perusahaan untuk
memanipulasinya secara efisien atau efektif, sehingga tidak ada sumber daya lain
yang dapat menggantikan sumber daya asli tersebut.
Model rekayasa nilai TI mengacu pada model yang diinisiasi oleh Abdurrahman et al.
(2013, 2014c), seperti yang terlihat pada Gambar 1, menggambarkan bahwa TI dapat
memberikan nilai kepada organisasi melalui kemampuannya. Kemampuan TI yang
dikelola dengan baik akan menghasilkan kompetensi organisasi, Selain itu, rekayasa nilai
TI dapat dilakukan dengan membalik arah panah Gambar 1. tujuannya adalah
mengembangkan kompetensi dalam organisasi. Akibatnya, kompetensi akan mendorong
organisasi untuk meningkatkan kemampuannya, terutama kemampuan TI dalam konteks
ini. Selanjutnya, kemampuan juga membutuhkan pasokan sumber daya, misalnya,
sumber daya TI.
Kemampuan perlu terkait dengan sumber daya yang memiliki nilai. Dengan cara ini,
transisi dari Gambar 1 ke Gambar 2 dalam konteks rekayasa nilai TI dapat dijelaskan
sebagai berikut:

Gambar 3 menampilkan grafik State of Affairs (SoA) dinamis dan rasio kinerja
perusahaan yang diuji. Penilaian SoA menggunakan estimasi parameter y1 dan y2 pada
Tabel 1 untuk setiap model. Perlu dicatat bahwa nilai rata-rata yt untuk model tiga faktor
(dengan I) melebihi nilai yt untuk model dua faktor (tanpa I). Meskipun setiap perusahaan
memiliki rasio yang berbeda, secara umum, SoA tidak lagi bersifat statis dan berfluktuasi
sesuai fluktuasi komponen yt, yaitu Return on Equity (ROE).
Tetapi, tidak semua perusahaan selalu menunjukkan bahwa nilai yt untuk model tiga
faktor lebih tinggi dibandingkan model dua faktor.
Pendekatan PAV dalam menganalisis kinerja bisnis menjelaskan tentang bagaimana
sejumlah variabel, baik yang berasal dari nilai TI maupun yang berasal dari faktor
eksternal, mempengaruhi hasil perusahaan. Contohnya, variabel internal seperti
komposisi modal TI dalam kaitannya dengan modal konvensional, dan variabel eksternal
seperti interaksi modal TI dengan properti bisnis lainnya. Dalam aplikasi spesifik, Return
on Equity (ROE) digunakan sebagai contoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola
kinerja bisnis dapat dipahami dengan lebih baik melalui analisis variabel-variabel ini.

Pada penerapan konsep rekayasa nilai, seperti yang terlihat pada Gambar 4. Tahap ini
mencakup pengujian setiap variabel, dengan fungsi yang berasal dari infrastruktur TI, dan
hubungan sebab-akibat antar variabel. Penilaian variabel dilakukan dengan
memanfaatkan konsep nilai sebagai fungsi dibagi biaya, sehingga pada tahap ini,
pertimbangan untuk mengembangkan proses bisnis yang efektif dan efisien dapat
diselesaikan (Tohidi, 2011; Zhong dan Zhang, 2009). Pendekatan PAV dari ilmu ekonomi
untuk memperkirakan nilai Teknologi Informasi (TI) pada enam perusahaan berbasis TI.
Hasilnya menunjukkan bahwa nilai TI memiliki dampak yang nyata dan terlihat dalam
kurva State of Affairs (SoA) dan rasio kinerja. Kurva model tiga faktor (dengan modal TI)
selalu melampaui kurva model dua faktor (tanpa modal TI). Pendekatan PAV memberikan
kerangka untuk mengevaluasi nilai bisnis TI dalam konteks deret waktu, dengan
menekankan pentingnya keadaan dinamis SoA dan fungsi produksi yang dapat
disesuaikan. Paradigma PAV juga menyarankan serangkaian metode untuk mengelola
variabel-variabel tersebut melalui rekayasa nilai, dengan penanganan pada fungsi dan
biaya yang dapat secara dinamis mengubah nilai TI, sesuai dengan kemampuan yang
diinginkan untuk pengelolaan TI.

Anda mungkin juga menyukai