2. Kesalahan dalam metode berpikir non-ilmiah 1. Proses berpikir non-ilmiah cenderung tidak tepat
dapat dikurangi dengan menggunakan metode karena observasi inderawi yang dilakukan terhadap
yang dikembangkan oleh ilmu pengetahuan suatu fenomena cendrung tidak akurat dan bersifat
(ilmiah) ─ yang mementingkan sistematisasi, terbatas.
keteraturan, dan keketatan proses berpikir ─ yang
2. Proses berpikir non-ilmiah terhadap realitas yang
digunakan secara optimal untuk memahami
kompleks cenderung menghasilkan generalisasi
fenomena sosial.
yang berlebihan.
Apa yang menyebabkan proses berpikir non-ilmiah
3. Proses berpikir non-ilmah yang lebih
(metode non-ilmiah) cenderung tidak tepat dalam
mementingkan isi pengetahuan dapat
memahami fenomena sosial?
“merekayasa” terbentuknya suatu informasi tanpa
memperhatikan lagi “kebenaran” isi pengetahuan.
4. Faktor subyektif pemikir cenderung sulit untuk > jawaban sementara : Jawaban dari pertanyaan penelitian
dihindari. yang dari proses deduksi ini karena masih harus
dikombinasikan dengan hasil temuan empirik yang
5. Proses penalaran non-ilmiah masih menyediakan mengandalkan prinsip induktif
ruang bagi nuansa-nuansa mistik untuk
dilibatkan dalam mencari pengetahuan yang Penggunaan prinsip induktif
akhirnya menyebabkan proses berpikir menjadi
irasional. > jawaban sementara > metode penelitian > data >
analisis data = uji statistic > kesimpulan
6. Proses berpikir non-ilmiah cenderung
menggunakan jalan pintas untuk memperoleh Prinsip diawali dengan menyusun suatu metode penelitian
pengetahuan yang bisa jadi mengorbankan berbagai yang memungkinkan peneliti untuk menggunakan suatu
upaya sistematis yang “seharusnya” dilakukan. prosedur guna “membenturkan” jawaban logis proses
deduktif dengan realitas empiris yang ada, yang dilakukan
Berbagai kelemahan proses berpikir non-ilmiah tersebut melalui tahapan:
dapat diatasi melalui metode ilmiah dengan
membangun satu prinsip bahwa: Cara ilmuwan 1. Menyusun instrumen penelitian
memperoleh pengetahuan (PROSES) akan 2. Memilih berbagai sumber data
menentukan apa yang diketahuinya (ISI). 3. Memilih cara menyaring data
> kerangka teori : Sistematisasi analisa yang logis bisa PARADIGMA DALAM DISIPLIN INTELEKTUAL :
dilakukan jika peneliti dapat secara tepat memilih dan “Cara pandang seseorang terhadap diri dan
menggunakan teori-teori yang relevan dengan tema lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam
kajiannya berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah
laku (konatif).” —Vardiansyah, 2008:27
ASUMSI PARADIGMATIK : - P. KLASIK/POSITIVIS : Critical realism: Ada
realitas yang “real” yang diatur oleh kaidah-kaidah
Asumsi adalah anggapan dasar yang sudah dianggap benar.
tertentu yang berlaku universal; walaupun kebenaran
Jadi, asumsi paradigma adalah anggapan-anggapan
pengetahuan tersebut mungkin hanya diperoleh secara
tentang suatu paradigma yang sudah dianggap benar
probabilistik
4 ASUMSI DALAM PARADIGMA PENELITIAN Realitas adalah “kebenaran Tuhan” The truth is out
there!
1. Ontologi. 2. Epsitemologi. - P. KONTRUKTIVISME : Relativism : Realitas
merupakan konstruksi sosial di mana kebenaran suatu
3. Metodologi. 4. aksiologi
realitas sosial bersifat relatif, berlaku sesuai konteks
spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial
“Konstruksi realitas yang apa adanya”.
1. ONTOLOGI : Ontologi merupakan salah satu kajian - P. TEORI-TEORI KRITIS : Historical realism:
kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi Realitas yang teramati merupakan realitas “semu”
ontologis membahas keberadaan sesuatu yang bersifat (virtual reality) yang telah terbentuk oleh sejarah dan
konkret. Ontologi adalah ilmu tentang hakekat realitas. kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi-politik
2. EPSITEMOLOGI : Epistemologi adalah pengetahuan “Realitas merupakan pertarungan kekuasaan”
sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan cabang
filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, PERBEDAAN EPISTEMOLOGIS
sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, sarana, metode - P.K/P : Dualist/Objectivist Ada realitas objektif,
atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran sebagai suatu realitas yang eksternal di luar dari
pengetahuan (ilmiah). Perbedaan landasan ontologik peneliti. Peneliti harus sejauh mungkin membuat jarak
menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dengan objek penelitian. Berkonsekuensi terhadap teori
dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar. pengetahuan yang digunakan
Epistemologi adalah ilmu tentang cara mengetahui realitas - P.K : Transactionalist/ Subjectivist. Pemahan suatu
realitas atau temuan suatu penelitian merupakan
3. METODOLOGI : Metodologis adalah ilmu tentang tata produk interaksi peneliti dengan yang diteliti (subyek
cara serta teknik mengetahui realitas penelitian). Berkonsekuensi terhadap teori pengetahuan
yang digunakan.
4. AKSIOLOGI : Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) - P.T.K : Transactionalist/ Subjectivist. Hubungan
adalah nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam antara peneliti dengan yang diteliti (subyek penelitian)
pemberian makna terhadap realitas yang dijumpai dalam selalu dijembatani nilai-nilai tertentu. Pemahaman
seluruh aspek kehidupan. Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga tentang suatu realitas merupakan value-mediated-
wajib dipatuhi seorang ilmuwan, baik dalam melakukan findings.Berkonsekuensi terhadap teori pengetahuan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu. Aksiologi yang digunakan.
adalah ilmu tentang nilai guna realitas PERBEDAAN METODOLOGIS
PARADIGMA DALAM ILMU KOMUNIKASI - P.K/P : Interventionist (Non-Defensif)
Pengujian hipotesis dalam struktur hyipothetico-
3 PARADIGMA ILMU SOSIAL : KLASIK/POSITIFIS, deductive method; melalui eksperimen atau survei
KONTRUKTIVISME, TEORI-TEORI KRITIS. eksplanatif dengan analisis kuantitatif
- P.K : Reflective/ Dialectical
- KLASIK/POSITIFIS : Menempatkan ilmu sosial seperti
Menempatkan empati, dan interaksi dialektis antara
halnya ilmu-ilmu alam dalam Fisika dan sebagai metode peneliti dengan subyek penelitian untuk merekonstruksi
yang terorganisir untuk mengkombinasikan deductive logic realitas yang diteliti, melalui metode-metode kualitatif
dengan pengamatan empiris, guna secara probabilistik seperti participant observation, indepth interview
menemukan – atau memperoleh konfirmasi tentang – hukum - P.T.K : Participative Mengutamakan analisis
sebab-akibat yang biasa dipergunakan memprediksi pola- komprehensif, kontekstual, dan multi-level analysis yang
pola umum gejala sosial tertentu bisa dilakukan melalui penempatan diri sebagai aktivis
- KONTUKTIVISME : Memandang ilmu sosial sebagai atau partisipan dalam transformasi sosial.
analisis sistematis terhadap socially meaningful action
melalui pengamatan langsung dan rinci terhadap pelaku PERBEDAAN METODOLOGIS GOODNESS OF
sosial dalam setting keseharian yang alamiah, agar mampu QUALITY :
memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial - P.K/P : Objectivity, Realibility dan Validity (internal and
yang bersangkutan menciptakan dan memelihara/mengelola external validity)
dunia sosial mereka. - P.K : Autenticity and reflectivity
- TEORI-TEORI KRITIS : Mendefinisikan ilmu sosial Sejauhmana temuan penelitian merupakan refleksi otentik dari
sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha realitas yang dihayati oleh pelaku sosial
mengungkap “the real structures” di balik ilusi, false needs, - P.T.K : Historical situatedness. Sejauhmana penelitian
yang dinampakkan dunia materi, dengan tujuan membentuk memperhatikan konteks historis, sosial, budaya, ekonomi dan
suatu kesadaran sosial agar memperbaiki dan merubah politik
kondisi kehidupan manusia.
PERBEDAAN ONTOLOGIS PERBEDAAN AKSIOLOGIS :
- p.p/k : Observer : Nilai, etika dan pilihan moral peneliti PENGERTIAN & CIRI PENELITIAN KUANTI
harus berada di luar proses penelitian. Peneliti berperan CIRI-CIRI KUANTI :
sebagai disinterested scientist. Tujuan penelitian: 1. Hubungan periset dengan subyek yang
eksplanasi, prediksi dan kontrol realitas sosial diteliti: Terpisah;
2. Bertujuan untuk menguji teori atau
- p.k :Facilitator : Nilai, etika dan pilihan moral peneliti hipotesis;
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penelitian.
3. Hasil riset harus dapat digeneralisasikan;
Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang
4. Prosedur riset: “Rasional-Empiris”.
menjembatani keragaman subjektivitas pelaku sosial.
Tujuan penelitian: rekonstruksi realitas sosial secara Berawal dari teori dan berujung dengan
dialektis antara peneliti dan yang diteliti pembuktian data lapangan;
5. Prinsip objektivitas: Uji Statistik.
- P.T.K : Activist : Nilai, etika dan pilihan moral
peneliti merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
penelitian PARADIGMA PENELITIAN KUANTI
Peneliti sebagai transformative intellectual, advokat - Menempatkan ilmu sosial seperti halnya ilmu-ilmu alam
dan aktivis. Tujuan penelitian: kritik sosial, dalam Fisika*, sebagai metode yang terorganisir untuk
transformasi, emansipasi dan social empowerment mengkombinasikan deductive logic dengan pengamatan
empiris (“Rasional-Empiris”).
PERBEDAAN KUANTI&KUALI - Tujuannya: secara probabilistik menemukan hukum sebab-
akibat yang dapat dipergunakan untuk memprediksi pola-
Menurut Cook & Reichardt (1979), perbedaan antara
pola umum gejala sosial tertentu.
kuantitatif dan kualitatif dapat dijabarkan berdasarkan
- Hal ini mengingat bahwa dunia pada dasarnya diatur oleh
10 (sepuluh) hal, sebagai berikut:
hukum-hukum/pola-pola tertentu.
- Pertama, berdasarkan aliran pemikirannya, kuantitatif
Hukum fisika ialah generalisasi ilmiah yang didasarkan
mengacu pada aliran positivis, sedangkan kualitatif
pada pengamatan empiris. Hukum alam ialah kesimpulan
berbasis pada aliran phenomenological.*
yang diambil dari, atau hipotesis yang ditegaskan oleh
- Kedua, berdasarkan logika pemikirannya, penelitian
eksperimen ilmiah. Penciptaan deskripsi ringkas tentang
kuantitatif berbasis pada logika deduktif, dan logika
alam dalam bentuk sejumlah hukum ialah tujuan
induktif digunakan dalam penelitian kualitatif.
fundamental sains.
- Ketiga, berdasarkan ruang lingkup kajian, penelitian
kuantitatif bersifat partikularistik (atomic), sedangkan Ontologis (asumsi tentang realitas): The truth is out
kualitatif berifat holistik (menyeluruh). there (objectivity): realitas objektif
- Keempat, berdasarkan fokus perhatiannya terhadap Epistemologis (asumsi hubungan peneliti dengan
realitas, penelitian kuantitatif fokus pada objective- yang diteliti): Ada realitas objektif, maka peneliti harus
centric, dan subjective-centric merupakan perhatian mengambil jarak.
dari penelitian kuantitatif. Metodologis (asumsi bagaimana peneliti memperoleh
- KELIMA, berdasarkan orientasi tujuannya, kuantitatif pengetahuan): Pengujian hipotesis dalam struktur
berorientasi pada hasil (result-oriented), sedangkan hypothetico-deductive method; melalui eksperimen atau
kualitatif berorientasi pada proses (process-oriented). survei eksplanatif dengan analisis kuantitatif.
- Keenam, berdasarkan sudut pandangnya, metode Aksiologis (asumsi posisi nilai peneliti): Disinterest
kuantitatif merupakan natural science worldview, scientist (bebas nilai)
sebaliknya metode kualitatif merupakan Goodness Criteria (kriteria keabsahan penelitian):
anthropological worldview. Objectivity, Reliability & Validity
- Ketujuh, berdasarkan tingkat kontrol, variabel- PENGARUNG PRINSIP DEDUKTIF
variabel dalam metode kuantitatif merupakan PERTANYAAN PENELITIAN > KERANGKA TEORI
mekanisme kontrol, sedangkan dalam penelitian > JAWABAN SEMENTARA
kualitatif, masalah kontrol bukan menjadi isu utama. > Prinsip deduktif dilakukan pada saat peneliti berupaya
- Kedelapan, berdasarkan asumsi atas realitas, penelitian secara logis dan sistematis menganalisa fenomena sosial
kuantitatif dianggap sebagai static reality assumed, yang menjadi tema penelitiannya.
dan penelitian kualitatif dikatakan sebagai dynamic > Sistematisasi analisa yang logis bisa dilakukan jika
reality assumed. peneliti dapat secara tepat memilih dan menggunakan
- Kesembilan, berdasarkan orientasi atas hasil, penelitian teori-teori yang relevan dengan tema kajiannya
kuantitatif berorientasi pada pembuktian atau verifikasi > Jawaban dari pertanyaan penelitian yang dari proses
atas hasil (verification oriented), sedangkan penelitian deduksi ini karena masih harus dikombinasikan dengan
kualitatif berorientasi pada penemuan (discovery hasil temuan empirik yang mengandalkan prinsip induktif
oriented). Menurut Prof. Dedy N. Hidayat, Ph.D. (2002:6), paradigma
- Terakhir, berdasarkan hubungannya dengan teori, klasik (positivis)—atau dalam konteks ini adalah penelitian
penelitian kuantitatif bersifat confirmatory, dan kuantitatif—hingga saat ini masih tetap tampil dominan di
penelitian kualitatif bersifat explanatory. banding dua paradigma lainnya (konstruktivis dan kritis)
yang berbasis pada penelitian kualitatif.
MENGAPA DEMIKIAN?
Pertama, dilihat dari jumlah peneliti, jumlah publikasi hasil Penelitian DESKRIPTIF : Penelitian yang bertujuan untuk
penelitian, besarnya pendanaan yang diperoleh, jumlah mengeksplorasi topik yang baru: yang ditandai dengan
ilmuwan, dan jumlah profesional yang terserap di pasar sedikitnya penelitian seputar topik tersebut.Pertanyaan yang
tenaga kerja (Guba & Lincoln, 1994:112). diajukan dalam penelitian eksploratif adalah “what”
Kedua, besarnya kecenderungan dikalangan ilmuwan sendiri Tujuannya: (1) Mengenalkan topik baru; (2) Pengembangan
untuk menilai penelitian kuantitatif sebagai “satu-satunya” pemahaman dasar; (3) Generalisasi beberapa gagasan; (4)
metodologi penelitian. Di banyak perguruan tinggi, Formulasi ulang sehingga mudah dipahami; dan (5)
metodologi penelitian yang diajarkan hanyalah metodologi Memberi dasar bagi penelitian selanjutnya.
penelitian kuantitatif, dan itu kemudian dipersepsikan
sebagai “satu-satunya” metodologi.
STRATEGI PENELITIAN Penelitian murni : Teori menjadi fokus penelitian dan tidak
memiliki implikasi langsung (manfaat) dalam menyelesaikan
1. Penelitian Survei:
masalah nyata. Orientasi pada perkembangan ilmu
Suatu penelitian yang berusaha memaparkan secara pengetahuan. Penelitian murni seringkali dikatakan sebagai
kuantitatif kecenderungan, sikap, opini dari suatu populasi “pemuasan” kebutuhan intelektual penelitinya.
tertentu dengan meneliti pada tingkat sampel dari populasi
tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Penelitian terapan : Masalah (kasus) tertentu menjadi fokus
kuesioner (wawancara terencana berbasis kuesioner) dengan penelitian dan memiliki implikasi langsung (manfaat) untuk
tujuan generalisasi di tingkat populasi. (Creswell, 2010; menyelesaikan masalah dalam realitas sosial/komunikasi.
Babbie, 1990). Orientasi pada pragmatisme dan perubahan. Walaupun
demikian, penelitian murni pada dasarnya berguna bagi
2. Penelitian Eksperimen: penelitian terapan; demikian juga sebaliknya.
Suatu penelitian yang berusaha untuk menentukan apakah 3. Berdasarkan jumlah VARIABEL
suatu treatment (perlakuan) memengaruhi hasil sebuah
penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan cara menerapkan Penelitian univariat : Penelitian yang menggunakan hanya
treatment tertentu pada suatu kelompok (sering disebut satu variabel (variabel tunggal). Penelitian seperti ini
sebagai kelompok treatment) dan tidak dilakukan untuk umumnya bersifat eksploratif atau deskriptif.
kelompok kontrol. Bagaimana efek yang terjadi di antara
kedua kelompok tersebut merupakan hasil yang ingin di Upayakan jika ingin melakukan penelitian yang bersifat
cari. (Creswell, 2010) univariat, konsep yang digunakan dapat dijelaskan secara
mendalam yang dilihat dari kompleksitas dimensi
JENIS PENELITIAN KUANTI konsepnya, sehingga mampu memberikan gambaran yang
1. Berdasarkan TUJUAN komprehensif.
Penelitian eksploratif : Penelitian yang bertujuan untuk Contoh Dimensi Konsep Media Habit: (1) Media Use; (2)
mengeksplorasi topik yang baru: yang ditandai dengan Consistency; (3) Content Monitoring; (4) Alternative
sedikitnya penelitian seputar topik tersebut. Pertanyaan Activities; dan (5) Media Knowledge
yang diajukan dalam penelitian eksploratif adalah “what”
Penelitian bivariat : Penelitian yang menjelaskan kaitan
Tujuannya: (1) Mengenalkan topik baru; (2) Pengembangan antara dua variabel. Penelitian seperti ini umumnya bersifat
pemahaman dasar; (3) Generalisasi beberapa gagasan; (4) eksplanatif. Bentuknya bisa korelasi (mencari hubungan);
Formulasi ulang sehingga mudah dipahami; dan (5) regresi (mencari pengaruh); dan uji perbedaan (mencari
Memberi dasar bagi penelitian selanjutnya. faktor pembeda). Contoh Penelitian Bivariat:
1. Hubungan antara online ticketing dengan citra low BAB 1 :
cost carrier
PENDAHULUAN : Pendahuluan dalam laporan penelitian
2. Pengaruh service quality terhadap kepuasan
merupakan landasan yang menentukan tahap-tahap
pelanggan
selanjutnya. Pendahuluan harus menjelaskan menariknya
3. Internal Media Habit berdasarkan Tingkat Manajemen
topik (judul) penelitian dalam konteks literatur yang luas.
Penelitian multivariat : Penelitian yang menjelaskan kaitan
Jawablah pertanyaan berikut: “Mengapa judul menarik
antara lebih dari dua variabel. Penelitian seperti ini
diteliti?”
umumnya bersifat eksplanatif. Umumnya mengambil
bentuknya yang berbasis regresi berganda (atau bahkan LATAR BELAKANG : Latarbelakang dalam Bab 1
path analysis) Contoh Penelitian Multivariat: Pendahuluan merupakan ruang yang terbatas dan hanya
membicarakan latarbelakang penelitian. Ruang “Latar
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian online
Belakang Masalah” terbatas, inilah tantangan utamanya!
2. Pengaruh service quality terhadap kepuasan dan
loyalitas pelanggan
3. Terpaan media sebagai moderating variable
pengaruh pengetahuan dengan sikap penonton atas MEMBANGUN PERMASALAHAN : Merumuskan
isu Libya permasalahan penelitian bukanlah tugas yang mudah!
Sumber masalah bisa dari mana saja, bisa dari perdebatan
Path analysis (analisis jalur) literatur jurnal, inkonsistensi kebijakan, kegagalan strategi
komunikasi dan sebagainya.
{penelitian berdasarkan jumlah variabel}
Mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan (rasa
Dikembangkan oleh Sewall Wright (1934) Tujuannya untuk
keingintahuan) dan data faktual mengenai topik (judul)
menerangkan akibat langsung dan tidak langsung dari
yang diangkat. Di akhiri kemudian dengan pertanyaan
seperangkat variable penyebab (variable eksogenus)
penelitian.
terhadap seperangkat variable akibat (endogenus).
Peneliti yang berkualitas dapat merumuskan masalah
Kegunaannya untuk mengetahui hubungan struktural
secara jelas dan logis (gunakan prinsip berpikir ilmiah).
antara variabel eksogen (yang mempengaruhi) terhadap
variabel endogen (yang dipengaruhi) Rumusan masalah dalam kuantitatif umumnya terkait
dengan pertanyaan-pertanyaan kaitan antar berbagai
Contoh Penelitian Multivariat: (regresi berganda seringkali
variabel yang diteliti.
tidak memperhatikan struktur hubungan berbasis time
order) Latar Belakang Masalah : Sejak lahirnya banyak televisi
nasional, iklan TV marak di Indonesia. Dalam satu hari,
POLA UMUM PENELITIAN KUANTITATIF
masyarakat Indonesia dihujani sekitar 3.000 iklan TV dari
berbagai produk.