Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/374922926

Persepsi Masyarakat terhadap Penegakan Hukum oleh Polisi Republik


Indonesia Pasca Konflik Rempang: Pendekatan Teori Penerimaan Publik
dalam Kajian Literatur

Article · October 2023

CITATIONS READS
0 447

7 authors, including:

Muhammad Ihsan Maulana Rizky Hardiansyah


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
4 PUBLICATIONS 0 CITATIONS 3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Marsya Andira Maunah Maunah


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS 3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muhammad Ihsan Maulana on 24 October 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Persepsi Masyarakat terhadap Penegakan Hukum oleh Polisi Republik
Indonesia Pasca Konflik Rempang: Pendekatan Teori Penerimaan Publik
dalam Kajian Literatur

Muhammad Ihsan Maulana, Muhamad Rizky Hardiansyah, Marsya Andira, Maunah,


Muhammad Alvin Haq
muhammad22161@mail.unpad.ac.id, muhamad22016@mail.unpad.ac.id,
marsya22002@mail.unpad.ac.id, maunah23001@mail.unpad.ac.id,
muhammad23368@mail.unpad.ac.id
Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Padjadjaran

Abstrak
Penegakan hukum di Indonesia pada saat ini merupakan hal yang cukup menjadi bahasan
yang penting. Kesejahteraan sebuah negara dipengaruhi oleh adanya penegakan hukum yang
kuat dan bertanggung jawab. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena apa saja
yang membuat turunnya kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegakan hukum dan
bagaimana persepsi masyarakat terhadap penegakan hukum pasca konflik di Rempang.
Namun, pada saat ini peran penegakan hukum di mata masyarakat seringkali kurang baik.
Kasus konflik di pulau rempang antara masyarakat, pemerintah dan PT. Makmur Elok Graha
menjadi salah satu penyebab dari berubahnya pandangan masyarakat terhadap penegakan
hukum, selain itu masih ada faktor-faktor lain yang membuat masyarakat memiliki
pandangan kurang baik terhadap penegakan hukum di Indonesia. Akan tetapi, pemerintah
telah melakukan upaya untuk memperbaiki masalah yang terjadi akibat oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab, seperti dalam Peraturan Pemerintah No. 2 tentang Peraturan
Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 ayat (3). Penelitian
ini menggunakan metode Literature review atau tinjauan literatur yang melibatkan analisis
dan sintesis informasi dari sumber-sumber literatur yang relevan dan terkait dengan topik
penelitian tertentu
Kata Kunci: Penegakan Hukum, Kepercayaan, Masyarakat, Polisi

Latar Belakang
Penegakan hukum merupakan hal yang sangat penting di negara mana pun karena
berfungsi sebagai landasan ketertiban dan keamanan masyarakat. Dengan menjaga keamanan
publik, menegakkan hukum, melindungi hak asasi manusia, dan mendorong akuntabilitas,
lembaga penegak hukum memainkan peran penting dalam mencegah dan merespons kegiatan
kriminal, sehingga memastikan warga negara dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan
rasa aman. Tanpa penegakan hukum, kekacauan dan pelanggaran hukum akan terjadi, hak
asasi manusia dapat dikompromikan, dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan
akan terkikis. Oleh karena itu, kehadiran sistem penegakan hukum yang kuat dan
bertanggung jawab sangat penting bagi fungsi dan kesejahteraan negara mana pun, yang
membina lingkungan yang stabil dan harmonis bagi warganya.
Berdasarkan hasil analisis bibliometrik dari 1000 artikel relevan yang dicari dari
database Scopus, penelitian mengenai penegakan hukum merupakan isu yang bervariatif dan
link dengan banyak bahasan. ditemukan bahwa penegakan hukum memiliki keterhubungan
dengan topik polisi dan persepsi. Oleh karena itu, mengkaji penegakan hukum oleh polisi dan
hubungannya dengan persepsi menjadi bahasan yang menarik untuk dikaji.

Sumber: Diolah peneliti, 2023


Konflik di Rempang terkait dengan Proyek Pembangunan Kawasan Industri Pulau
Rempang di Kota Batam, sehingga menimbulkan konflik pertanahan antara masyarakat,
pemerintah dan PT. Makmur Elok Graha. Program pengembangan ini bertujuan untuk
mengembangkan Pulau Rempang dan sebagian kepulauan Galang dan Subangmas menjadi
kawasan industri, komersial, dan pariwisata terpadu. Konflik ini melibatkan masyarakat adat
antara lain Suku Melayu, Suku Laut dan beberapa suku lainnya.
Ada dua permasalahan utama dalam konflik ini: konflik antara pemerintah dan
masyarakat lokal dan penerbitan sertifikat hak guna lahan. Masyarakat Rempang menolak
direlokasi untuk mengembangkan eco-city Rempang karena dianggap perampas tanah
karena tidak memiliki sertifikat tanah .Pemerintah Batam memberikan rekomendasi bahwa
PT. Makmur Elok Graha dapat melakukan tindakan pengembangan di wilayah Batam,
termasuk Rempang. Namun, kesepakatan ini dinyatakan bahwa PT. Makmur Elok Graha
akan mengelola wilayah-wilayah di Batam, termasuk Rempang . Walikota Batam sempat
melakukan usaha pemisahan otoritas Kota Batam dengan pulau tua, seperti Rempang dari
otoritas BP Batam, tetapi upaya tersebut tidak ada tindak lanjut . Pada tahun 2023, Peraturan
Menteri Koordinator Perekonomian menetapkan akan adanya proyek pengembangan
eco-city di Kepulauan Riau, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia mendukung
penuh pengembangan proyek industri di pulau tersebut.Batam dari PT. Makmur Elok Graha .
Penyelesaian konflik pertanahan antara masyarakat dengan BP Batam harus dimulai dengan
menelusuri sejarah pertanahan melalui sejarah, warisan budaya, tanda-tanda fisik, pengakuan
dan kesaksian warga serta organisasi adat .
Model penyelesaian konflik pertanahan antara masyarakat dan BP Batam harus dimulai
dengan menelusuri sejarah tanah melalui sejarah, warisan budaya, tanda-tanda fisik alam
Namun, pengakuan dan kesaksian masyarakat . Pemerintah mempunyai peran penting dalam
menentukan jenis kekuasaan yang dapat disalurkan antar lembaga yang berbeda. pemangku
kepentingan. Dengan ini sangat penting pemahaman masyarakat di rempang menilai
penegakan hukum oleh polisi sangat penting, terutama dalam situasi konflik, karena
Memperkuat empati polisi dan masyarakat, Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
polisi, Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum, dan Meningkatkan
efektivitas penegakan hukum.
Dalam situasi konflik, sangat penting untuk memahami pendapat masyarakat pulau
Rempang terhadap penegakan hukum kepolisian sehingga dapat diambil tindakan yang tepat
dan kekerasan dalam masyarakat dapat dicegah. Polisi harus membangun empati dan
kepercayaan antara dirinya dan masyarakat di Rempang agar masyarakat bekerjasama dalam
penegakan hukum dan meningkatkan efektivitasnya.
Persepsi masyarakat Rempang memandang peran polisi dalam penegakan hukum
tidak adil, mengancam, dan tidak memahami kepentingan masyarakat . Persepsi tersebut
mempengaruhi dinamika konflik dengan meningkatkan ketidakpercayaan masyarakat
terhadap polisi, meningkatkan ketegangan antara masyarakat dan polisi, serta meningkatkan
kemungkinan terjadinya kekerasan dalam konflik. Dalam situasi konflik, penting bagi polisi
untuk memahami cara pandang masyarakat terhadap penegakan hukum guna membangun
kepercayaan dan empati antara polisi dan masyarakat.
Polisi harus meningkatkan citranya di mata masyarakat dan meningkatkan kualitas
pelayanan agar masyarakat bekerjasama dalam penegakan hukum dan meningkatkan
efektivitas penegakan hukum . Memahami pandangan masyarakat, polisi dapat mengambil
tindakan yang tepat dan mencegah kekerasan di masyarakat.

Tinjauan Pustaka
1. Penegakan hukum
Penegakan hukum adalah suatu usaha dan proses perwujudan ide-ide untuk mencapai
keadilan berdasarkan konsep hukum. Tujuan dari penegakan hukum adalah untuk
memberikan pengamanan dan pemenuhan hak asasi manusia (HAM), agar tercipta
kesejahteraan hidup di masyarakat. Penegakan hukum juga disebut sebagai fungsionalisasi
hukum pidana, sebagai suatu usaha dalam menanggulangi kejahatan melalui penegakan
hukum pidana. Penegakan hukum dilakukan oleh institusi/aparat hukum yang meliputi
kepolisian, kejaksaan, badan peradilan, dan advokat.
Penegakan hukum memiliki beberapa tahapan, yaitu menemukan, menghalangi,
memulihkan, atau menghukum orang-orang yang melanggar hukum dan standar hukum yang
mengatur keberadaan aparat penegak hukum itu berada. Tahapan penegakan hukum dapat
dilihat dari kelima pilar hukum yang berjalan dengan baik, yaitu perangkat hukum, aparat
penegak hukum, faktor manusia yang terkena ruang lingkup peraturan, faktor budaya atau
culture hukum, lembaga dan sarana yang mendukung pelaksanaan hukum.
Beberapa alasan pentingnya penegakan hukum di Indonesia adalah untuk menjaga
keadilan sosial, membangun kultur hukum yang kuat, menjaga ketertiban, keadilan, dan
perkembangan nasional, serta menjaga kedaulatan negara mewujudkan ide-ide keadilan,
kepastian hukum, dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan.
Dalam penegakan hukum, aparatur penegak hukum memainkan peranan penting, dan
salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian
penegak hukum. Faktor sarana atau fasilitas pendukung juga penting dalam penegakan
hukum, seperti perangkat lunak dan perangkat keras, serta pendidikan.
2. Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat terhadap aparat penegak hukum dan lembaga pengadilan di
Indonesia dapat beragam. Beberapa survei menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat
menilai kondisi penegakan hukum di Indonesia saat ini biasa saja atau sedang, namun
sebagian masyarakat juga menilai penegakan hukum dalam kondisi buruk. Selain itu, survei
juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat kurang puas dengan keadaan pemberantasan
korupsi yang dilakukan penegak hukum di Indonesia.
Beberapa alasan yang menyebabkan persepsi masyarakat terhadap aparat penegak
hukum dan lembaga pengadilan di Indonesia kurang baik antara lain karena masih
banyaknya kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu, penegakan hukum yang
diskriminatif dan ewuh pekewuh, lemahnya sumberdaya manusia, advokat tahu hukum
versus advokat tahu koneksi, keterbatasan anggaran, dan penegakan hukum yang dipicu oleh
media massa juga menjadi faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap
penegakan hukum di Indonesia.
Untuk memperbaiki persepsi masyarakat terhadap aparat penegak hukum dan
lembaga pengadilan di Indonesia, diperlukan perubahan sikap dari semua orang yang terlibat
dalam hukum. Penegak hukum harus lebih tegas dalam menegakkan hukum, dan masyarakat
juga harus merubah pandangan mereka terhadap hukum. Selain itu, perlu dilakukan
perbaikan sistem perekrutan dan promosi aparat penegak hukum, pendidikan dan pelatihan,
serta mekanisme pengawasan yang lebih memberikan peran serta yang besar kepada
masyarakat terhadap perilaku aparat penegak hukum.
3. Penerimaan Publik
Penerimaan publik mengacu pada kesepakatan atau persetujuan umum atas sesuatu
oleh publik. Menurut Liu, et al (2020) Penerimaan publik mengacu pada kesediaan
masyarakat umum untuk menerima atau mematuhi pedoman, rekomendasi, atau intervensi
tertentu yang terkait dengan masalah atau topik tertentu. Penerimaan publik terhadap
kebijakan publik mengacu pada tingkat kesepakatan atau persetujuan terhadap suatu
kebijakan tertentu oleh masyarakat umum. Hal ini merupakan faktor penting dalam
keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan, karena kebijakan yang tidak diterima oleh
masyarakat cenderung tidak dapat diimplementasikan secara efektif (Sharp, el al, 2020).
Penerimaan publik sangat berhubungan dengan kepercayaan publik/kepercayaan sosial,
sehingga kepercayaan publik menjadi penting.
Sebagai sebuah konsep yang kompleks dan mencakup semua hal, dan penelitian
sebelumnya mengakui bahwa kepercayaan publik/sosial merupakan sebuah konstruk
multi-dimensi (Hsu et al., 2007). Meskipun sangat kompleks pengkajian tentang kepercayaan
sosial, penelitian yang ada menunjukkan bahwa kepercayaan dapat dilihat sebagai struktur
dua dimensi yang terdiri dari kompetensi dan integritas (Eckerd et al., 2021). Selain itu,
kepercayaan berbasis kompetensi dan integritas yang lebih kuat berkaitan dengan penerimaan
publik yang lebih tinggi dalam beberapa program (Kitt et al., 2021; Liu et al., 2020, 2022).
Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan kepercayaan sosial sebagai kepercayaan berbasis
kompetensi dan kepercayaan berbasis integritas (Terwel et al., 2009).
Kompetensi mencakup keterampilan teknis, pengalaman, dan keandalan individu atau
organisasi, yang mencerminkan kemampuan mereka untuk memenuhi kewajiban dan tugas
secara efektif. Integritas, di sisi lain, berkaitan dengan kejujuran, transparansi, dan ketaatan
yang teguh pada prinsip dan nilai etika, memastikan tindakan selaras dengan standar moral
yang dipegang teguh. Kedua kualitas ini secara intrinsik berkaitan, membentuk landasan
kepercayaan dalam hubungan pribadi dan profesional. Kepercayaan berbasis kompetensi
berakar pada harapan bahwa mitra memiliki keterampilan dan keahlian yang diperlukan
untuk melaksanakan tanggung jawab mereka, sementara kepercayaan berbasis integritas
bergantung pada keyakinan bahwa mitra akan bertindak jujur, adil, dan transparan. Interaksi
antara kompetensi dan integritas merupakan hal yang mendasar, karena kompetensi tanpa
integritas dapat mengarah pada perilaku yang tidak etis, dan integritas tanpa kompetensi
dapat mengakibatkan ketidakmampuan. Keseimbangan yang harmonis antara kedua kualitas
tersebut sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan dan kredibilitas di berbagai bidang.

Gambar Bagan Penerimaan Publik


4. Penelitian Terdahulu

NO Judul Tahun Metode Hasil penelitian

1 Persepsi 2001 metode kualitatif menunjukkan bahwa persepsi


masyarakat dengan teknik masyarakat terhadap Polri dalam proses
terhadap Polri pengumpulan data penerimaan anggota dipengaruhi oleh
khususnya dalam melalui beberapa faktor, seperti kualitas
proses wawancara pelayanan, transparansi, dan
penerimaan mendalam dan akuntabilitas. Selain itu, artikel ini juga
anggota. observasi memberikan rekomendasi untuk
partisipatif. meningkatkan persepsi masyarakat
terhadap Polri dalam proses
penerimaan anggota, seperti
meningkatkan kualitas pelayanan,
meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas, serta meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam proses
penerimaan anggota Polri.

2 Kepercayaan 2005 metode kuantitatif menunjukkan bahwa tinggi dan


Masyarakat yang didukung rendahnya kepercayaan masyarakat
Terhadap Polisi oleh metode sangat ditentukan oleh bagaimana
Republik kualitatif untuk persepsi masyarakat terhadap
Indonesia Selaku mendeskripsikan kompetensi, moralitas, dan kepedulian
Aparat Penegak dan mengetahui Polri dalam menegakan supremasi
Hukum di tingkat hukum. Berdasarkan hasil penelitian,
Kabupaten kepercayaan kepercayaan masyarakat terhadap Polri
Purworejo masyarakat selaku aparat penegak hukum di
terhadap Polri Kabupaten Purworejo pada tahun 2005
selaku aparat adalah 49,23% atau ketidakpercayaan
penegak hukum, masyarakat terhadap Polri selaku aparat
menjawab opini penegak hukum 50,77%.
publik tentang
adanya krisis
kepercayaan, dan
merumuskan
alternatif
pemecahan
masalah dalam
rangka
meningkatkan
kepercayaan
masyarakat
terhadap Polri
selaku aparat
penegak hukum
· menunjukkan bahwa pelaksanaan
3 Penegakan 2022 metode penelitian penegakan hukum oleh Polri dalam
Hukum, deskriptif dengan rangka penyelenggaraan model
Perpolisian teknik Perpolisian Masyarakat (Polmas)
Masyarakat dan pengumpulan data pada dasarnya merupakan bagian
Pewujudan melalui studi dari upaya pewujudan keamanan
Keamanan literatur dan melalui pendekatan filosofi hukum.
dokumentasi · Jurnal ini juga menunjukkan bahwa
Polmas mengidentifikasikan warga
yang taat dan patuh hukum dan
diajak tidak hanya untuk
mengamankan dirinya tetapi juga
warga komunitasnya dan polisi
berupaya membentuk jaringan
(network). Oleh sebab itu, Polmas
dijadikan dasar pada usaha bersama
antara polisi dan masyarakat dalam
menyelesaikan masalah yang ada
dalam masyarakat, termasuk
persoalan penegakan hukum.

Metode
Literature review, atau tinjauan literatur, adalah metode penelitian yang melibatkan
analisis dan sintesis informasi dari sumber-sumber literatur yang relevan dan terkait dengan
topik penelitian tertentu. Dalam metode ini, peneliti melakukan pencarian dan pemilihan
literature ilmiah, termasuk jurnal-jurnal, buku, artikel, dan tulisan-tulisan akademik lainnya,
yang telah diterbitkan sebelumnya. Setelah sumber-sumber tersebut terkumpul, peneliti
melakukan evaluasi terhadap metodologi, temuan, argumen, dan kesimpulan yang ada dalam
literatur tersebut. Tujuan utama dari literature review adalah untuk memahami perkembangan
pengetahuan dan temuan-temuan terkini di bidang penelitian yang bersangkutan. Dalam
proses ini, peneliti juga mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan (gap) yang masih ada
dalam bidang tersebut. Selain itu, literature review membantu dalam membentuk kerangka
teoritis penelitian dengan mengintegrasikan teori-teori yang relevan dari berbagai sumber
literatur. Dengan cara ini, literature review memainkan peran kunci dalam membimbing
peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian yang relevan, merancang metodologi yang
tepat, dan memberikan dasar yang kuat bagi penelitian yang akan dilakukan. Melalui analisis
kritis terhadap literatur yang ada, literature review memberikan landasan yang kokoh bagi
pengembangan pengetahuan baru, serta membantu mengarahkan peneliti menuju arah
penelitian yang lebih mendalam dan berarti (Sugiyono, 2013).
Pembahasan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi atau kepercayaan
Brehm dan Rahn dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kepercayaan merupakan
sesuatu yang vital dalam menjaga hubungan antara satu pihak dengan pihak yang lain. Lalu,
penelitian yang dilakukan oleh Gounaris dan Venetis menegaskan bahwa kepercayaan adalah
faktor yang sentral dalam usaha membangun hubungan yang bersifat timbal balik. Hal itu,
berhubungan dengan kepercayaan yang terjalin antara masyarakat dengan kepolisian,
hubungan di antara keduanya akan akan sulit menciptakan hubungan yang bersifat timbal
balik bila di antara keduanya tidak berlandaskan pada kepercayaan. Karena Kepercayaan
yang buruk akan membuat hubungan menjadi rusak dan sulit untuk tercipta hubungan yang
sinergis antara satu dengan yang lainnya.
Adanya penegakan hukum bertujuan untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian
hukum dalam masyarakat. Hal-hal yang dilakukan agar tujuan adanya penegakan hukum
dapat terwujud adalah dengan menertibkan fungsi, tugas dan wewenang lembaga-lembaga
yang bertugas menegakkan hukum menurut proporsi ruang lingkup masing-masing, serta
didasarkan atas sistem kerjasama yang baik dan mendukung tujuan yang hendak dicapai
Pelaksanaan hukum di dalam masyarakat selain tergantung pada kesadaran hukum
masyarakat juga ditentukan oleh aparat penegakan hukum. Namun, masih sering terjadinya
beberapa peraturan hukum tidak dapat terlaksana dengan baik oleh karena ada beberapa
oknum penegakan hukum yang tidak melaksanakan suatu ketentuan hukum sebagaimana
mestinya. Hal tersebut dapat memberikan contoh yang kurang baik dan dapat menurunkan
citra dan juga kepercayaan dari masyarakat kepada aparat penegakan hukum.
Adapun, penyebab dari belum terwujudnya lembaga peradilan yang mandiri, tidak
dipengaruhi oleh pihak manapun, bersih dan profesional belum berfungsi sebagaimana yang
seharusnya (Sanyoto, 2008), yaitu:
a. Adanya intervensi dari pemerintah dan pengaruh dari pihak lain terhadap putusan
pengadilan, profesionalisme yang belum terwujud dengan seharusnya, moral dan
akhlak aparat penegakan hukum yang masih perlu ditingkatkan. Hal tersebut bisa
berakibat Akibatnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan
semakin menurun.
b. Masih ada beberapa oknum dari penegakan hukum seperti Hakim, Kepolisian,
Jaksa, Advokat dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang belum
menunjukan sikap yang profesional dan integritas moral yang tinggi. Dan juga
kondisi sarana dan prasarana hukum yang sangat diperlukan oleh aparat penegak
hukum masih belum memadai sehingga mempengaruhi pelaksanaan penegakan
hukum untuk berperan secara optimal
2. Perubahan dalam persepsi
Persepsi masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam penegakan hukum
oleh polisi. Kepercayaan masyarakat kepada polisi merupakan pondasi utama dari kerja
efektif polisi. Ketika masyarakat mempercayai polisi, mereka lebih cenderung bekerja sama
dengan mereka dalam mencegah dan menyelesaikan kejahatan. Polisi yang didukung oleh
kepercayaan masyarakat dapat mengakses informasi lebih banyak, memperoleh kerjasama
yang lebih baik, dan mendapatkan dukungan publik yang kuat dalam menjalankan tugas
mereka. Selain itu, persepsi masyarakat juga berdampak pada legitimasi institusi kepolisian.
Saat masyarakat memandang polisi sebagai lembaga yang adil, transparan, dan akuntabel,
mereka akan merasa bahwa hukum yang diterapkan oleh polisi adalah hukum yang adil. Ini
penting karena ketika hukum dihormati dan dianggap adil, masyarakat lebih mungkin untuk
mematuhi hukum tersebut secara sukarela. Di sisi lain, bila persepsi masyarakat terhadap
polisi negatif, hal ini dapat mengakibatkan penurunan kepercayaan dan kerjasama.
Masyarakat mungkin merasa tidak nyaman atau takut untuk berinteraksi dengan polisi, yang
pada gilirannya dapat mempersulit upaya penegakan hukum. Selain itu, persepsi negatif bisa
memicu protes dan tuntutan reformasi kepolisian, mengganggu stabilitas dan efektivitas
lembaga tersebut.
Persepsi masyarakat terhadap kinerja polisi setelah menaiknya isu rempang menjadi
perhatian. Masyarakat memandang buruk polisi dalam menegakan hukum di rempang.
Terutama di media sosial, pembahasan tindakan represif aparat di rempang mengakar dan
menyebar begitu luas. Nasir Djamil menjelaskan bahwa masyarakat mengutuk tindakan yang
dilakukan Polri. Hal ini pun akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap penegakan hukum yang dilakukan polri dan persepsi masyarakat yang berubah
menjadi negatif terhadap polri. Pasca konflik yang terjadi di Pulau Rempang, terdapat
beragam persepsi masyarakat terhadap Polri. Banyak dari mereka menilai tindakan represif
aparat keamanan yang terjadi selama konflik sebagai tidak manusiawi (Sahputra, 2023).
Kecaman ini menggambarkan keprihatinan terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan
perlunya perlindungan terhadap warga yang terlibat dalam konflik. Sejumlah elemen
masyarakat, seperti koalisi masyarakat sipil dan organisasi lingkungan, telah mengeluarkan
pernyataan yang mengecam tindakan kekerasan aparat terhadap warga Pulau Rempang,
sementara beberapa juga meminta agar aparat menghentikan tindakan kekerasan tersebut.
Selain itu, dilansir dari BBC bahwa penangkapan sejumlah demonstran yang diduga
melakukan pelanggaran juga menjadi perhatian, dengan penekanan pada pentingnya
penegakan hukum yang berdasarkan prinsip keadilan dan hak individu. Oleh karena itu,
pasca-konflik di Pulau Rempang, Polri perlu memperbaiki hubungan dengan masyarakat dan
berupaya untuk memahami lebih baik isu-isu dan kekhawatiran masyarakat setempat, dengan
tujuan mencari solusi yang adil dan damai dalam penyelesaian konflik agraria yang kompleks
ini.
3. Dampak dari persepsi atau kepercayaan masyarakat terhadap para penegak
hukum
Dalam pelayanan publik, kepuasan masyarakat tentunya menjadi faktor penting yang
wajib diperhatikan oleh pejabat-pejabat publik. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik,
kepuasan masyarakat atau publik dapat menjadi tolak ukur keberhasilan bagi pemerintah.
Menurut Normasari (2013: 3), kepuasan masyarakat adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan hasil kerja atau kinerja, dengan yang diharapkan. Dengan demikian,
kita perlu melihat penerimaan masyarakat terhadap keadaan hukum saat ini.
Persepsi publik yang negatif terhadap penegakan hukum dapat memiliki konsekuensi
yang luas yang tidak hanya mempengaruhi lembaga itu sendiri tetapi juga struktur
masyarakat. Menurut Jung (2020) Ketika publik memiliki pandangan negatif terhadap
penegakan hukum, hal ini dapat menyebabkan penurunan rekrutmen, sehingga sulit untuk
menarik individu yang memenuhi syarat untuk bergabung dengan kepolisian. Hal ini dapat
mengakibatkan kekurangan petugas, yang menyebabkan waktu respons yang lebih lama dan
berkurangnya cakupan di area tertentu, yang pada akhirnya membahayakan keselamatan
publik. Selain itu, persepsi negatif dapat mengikis moral petugas yang ada saat ini, sehingga
mengurangi kepuasan kerja dan kinerja. Hal ini dapat berdampak buruk pada kemampuan
penegak hukum untuk melayani masyarakat secara efektif.
Selain itu, menurut Manwong (n.d) dan Jung (2022) menurunnya kepercayaan antara
penegak hukum dan masyarakat dapat menghambat petugas dalam menjalankan tugasnya.
Petugas mungkin akan menghadapi perlawanan dan kurangnya kerja sama, sehingga lebih
sulit untuk membangun hubungan dengan masyarakat yang mereka layani dan
mengumpulkan informasi penting untuk mencegah dan menyelesaikan kejahatan. Persepsi
publik yang negatif juga dapat menyebabkan penurunan dana, yang mengakibatkan
berkurangnya sumber daya untuk pelatihan, peralatan, dan personel. Hal ini, pada gilirannya,
dapat mengurangi efektivitas lembaga penegak hukum. Untuk memastikan kesejahteraan dan
keamanan masyarakat, mengatasi dan memperbaiki persepsi publik yang negatif sangatlah
penting, karena persepsi ini dapat merembet ke seluruh sistem, yang berdampak pada
perekrutan, moral, kepercayaan, pendanaan, dan pada akhirnya keamanan publik.
4. Upaya untuk mengembalikan
Seorang penegak hukum sudah seharusnya menjadi tauladan baik dengan integritas
dan moralitas yang harus baik. Meski demikian, seringkali terjadi sebuah masalah yang
menyebabkan beberapa aturan dalam hukum tidak terlaksana dengan baik. Hal itu terjadi
karena adanya beberapa oknum penegak hukum yang tidak melaksanakan suatu ketentuan
hukum sebagaimana mestinya. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan berubahnya persepsi
masyarakat terhadap citra suatu lembaga penegak hukum. Ketika suatu lembaga telah
memiliki citra buruk di hadapan masyarakat, tentu diperlukan sebuah upaya untuk
mengembalikan citra yang baik terhadap masyarakat.
Upaya dalam memperbaiki kinerja Polri ini pernah dilakukan sejak tahun 1998 yang
hanya berisikan agenda pemisahan antara polisi dengan ABRI. Seiring berjalannya waktu,
persoalan internal dari tubuh polri serta banyaknya kendala eksternal yang terjadi, membuat
langkah perubahan dalam upaya pengembalian citra polisi terkesan lamban. Terdapat banyak
saran atau masukan dari berbagai jurnal yang ditujukan kepada instansi Polri. Beberapa saran
seperti a) peningkatan pengawasan dalam proses peradilan, b) menyusun sistem rekruitmen
yang lebih ketat, c) penyempurnaan kurikulum dalam bidang hukum, hingga d) peningkatan
kesejahteraan kepada para aparat hukum.
Padahal kenyataannya, aparat penegak hukum seperti Polri hanya membutuhkan
kedisiplinan untuk memperbaiki kinerja dalam melakukan pelayanan publik, seperti yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 2 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 ayat (3) disebutkan, “Peraturan Disiplin Anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah serangkaian norma untuk membina,
menegakkan disiplin dan memelihara tata tertib kehidupan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia.”
Dalam Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tentunya
perlu ditanamkan terhadap tiap-tiap elemen Polri yang berada di dalamnya. Dalam peraturan
tersebut, telah ditetapkan berbagai kewajiban seperti yang tercantum dalam Pasal 4, yakni
sebagai berikut: a) memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan dengan
sebaik-baiknya kepada masyarakat; b) memperhatikan dan menyelesaikan dengan
sebaik-baiknya laporan dan/atau pengaduan masyarakat; c) menaati sumpah atau janji
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia serta sumpah atau janji jabatan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; d) melaksanakan tugas sebaik-baiknya dengan
penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab; e) memelihara dan meningkatkan keutuhan,
kekompakan, persatuan, dan kesatuan Kepolisian Negara Republik Indonesia; f) menaati
segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku;
Dari pasal tersebut, kita dapat melihat bahwasannya segala kewajiban bagi Polri telah
diatur secara rinci dan bahkan dengan mengutamakan masyarakat yang diletakan pada urutan
teratas dari pasal tersebut. Dengan adanya kepatuhan terhadap kewajiban tersebut, instansi
Polri sudah seharusnya dapat meningkatkan kredibilitas, serta tidak akan lagi terjadi persepsi
buruk dari masyarakat terhadap citra dari Instansi Polri.

Penutup
Dapat disimpulkan bahwa konflik Rempang menunjukkan adanya masalah dalam
penegakan hukum dan perlindungan hak-hak masyarakat, terutama dalam hal penggusuran
tanah dan relokasi warga. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan
kualitas penegakan hukum dan perlindungan hak-hak masyarakat, serta membangun persepsi
publik yang positif terhadap aparat penegak hukum. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Meningkatkan kualitas informasi yang diberikan kepada masyarakat tentang
penegakan hukum dan peran Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat.
2. Meningkatkan kecepatan respons dan transparansi dalam menangani isu-isu dan
krisis yang terkait dengan penegakan hukum.
3. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri dengan cara memperkuat
kerja sama antara Polri dan masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban
di lingkungan masyarakat.
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses penegakan hukum dengan
cara memberikan akses yang lebih mudah dan transparan terhadap informasi dan
proses penegakan hukum.
5. Meningkatkan kualitas pelatihan dan pendidikan aparat penegak hukum dalam
menghadapi situasi yang membutuhkan tindakan penegakan hukum yang keras.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan terkait
penegakan hukum dan perlindungan hak-hak masyarakat.
Daftar Pustaka

Admin. (2023). Kepolisian Harusnya Melindungi Bukan Mengancam Masyarakat Adat.


Dpr.go.id. Diakses pada 22 Oktober 2023. Diakses dari:
https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/46395/t/Kepolisian+Harusnya+Melindungi+Bukan+
Mengancam+Masyarakat+Adat
Admin. (2023). Pulau Rempang: ‘Kami tidak akan pindah meski kami terkubur di situ’.
Bbc.com. Diakses pada 22 Oktober 2023. Diakses dari:
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c1djjmmkp53o
Cahyani, B. P., Setyono, D. A., Dwi, W., Jurusan, P., Wilayah, P., & Kota, D. (2019).
HUBUNGAN TINGKAT PENERIMAAN MASYARAKAT DENGAN TINGKAT
LIVABILITY PERMUKIMAN KAMPUNG DERET PETOGOGAN DAN KAMPUNG
DERET KAPUK. In Jurnal Tata Kota dan Daerah (Vol. 11, Issue 1).
Hasibuan, E. S. (2021). Persepsi Masyarakat Terhadap Penerimaan Anggota Polri. Jurnal
Hukum Sasana, 7(1).
Indarti, E. (2022). Penegakan Hukum, Perpolisian Masyarakat dan Pewujudan Keamanan:
Suatu Kajian Filsafat Hukum. Masalah-Masalah Hukum, 51(2), 141-152.
Jung, J. (2020). Negative public perception has ripple effect on local law enforcement
agencies. Kezi.com. Diakses pada 22 Oktober 2023. Diakses dari:
https://www.kezi.com/news/negative-public-perception-has-ripple-effect-on-local-law-enf
orcement-agencies/article_dfbcc65a-9127-11ec-9ecc-bb4afaf6bee4.html
Liu, Z., Shan, J., Delaloye, M., Piguet, J., & Glassey Balet, N. (2020). The Role of Public
Trust and Media in Managing the Dissemination of COVID-19-Related News in
Switzerland. Journalism and Media.
Putri, L., & Mochammad Najib Imanullah. (2023). Kajian Sosiologi Hukum Tentang Tingkat
Kepercayaan Masyarakat Terhadap Aparat Penegak Hukum. Jurnal Hukum Dan
Pembangunan Ekonomi, 11, 162–171.
Sahputra, Y, E. (2023). Reaksi ISESS, Koalisi Masyarakat Sipil, dan Walhi soal Bentrokan di
Pulau Rempang. Tempo.co. Diakses pada 22 Oktober 2023. Diakses dari:
https://nasional.tempo.co/read/1769581/reaksi-isess-koalisi-masyarakat-sipil-dan-walhi-s
oal-bentrokan-di-pulau-rempang
Santoyo. (2008). Penegakan Hukum di Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum, 8(3), 199–204.
https://bit.ly/2FhMAKf
Sharp, C. A., Bellis, M. A., Hughes, K., Ford, K., & Di Lemma, L. C. G. (2020). Public
acceptability of public health policy to improve population health: A population-based
survey. Health expectations : an international journal of public participation in health care
and health policy, 23(4), 802–812. https://doi.org/10.1111/hex.13041
Subagiyo. N. (2005). Kepercayaan masyarakat terhadap Polisi Republik Indonesia selaku
aparat penegak hukum di Kabupaten Purworejo
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R&D.
Sukadi, I. (2011). Matinya Hukum Dalam Proses Penegakan Hukum Di Indonesia (The
Powerless of Law in the Process of Law Enforcement in Indonesia). In Risalah Hukum
(Vol. 7, Issue)
View publication stats

Qouthrunnada, K. (2023). Penegakan Hukum Adalah: Arti, Contoh, dan Alasan Pentingnya
Dilakukan.
https://news.detik.com/berita/d-6871560/penegakan-hukum-adalah-arti-contoh-dan-alasa
n-pentingnya-dilakukan
Rizaty, M, A. (2022). Bagaimana Persepsi Publik Terhadap Penegakan Hukum di
Indonesia?.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/09/bagaimana-persepsi-publik-terhad
ap-penegakan-hukum-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai