Anda di halaman 1dari 2

Review Artikel “Kajian Literatur tentang Informalitas dalam Akses dan Kontrol terhadap

Sumber Daya Alam di Indonesia” Karya Nanang Indra Kurniawan dkk

Review Bacaan
Disusun Guna Memenuhi Tugas 1
Mata Kuliah Politik Sumber Daya Alam

Dosen pengampu:
Dr. Nanang Indra Kurniawan, S.IP., M.P.A.
Wigke Capri Arti Sukmana Putri, S.I.P., MA

Disusun oleh :
Muhammad Zain Wirasena
18/430817/SP/28661

Departemen Politik dan Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Gadjah Mada

2021
Politik informal dalam karya Nanang Indra Kurniawan dkk di definisikan hadir tidak hanya
terjadi melalui manipulasi terhadap mekanisme dan institusi formal untuk mengejar keuntungan pribadi
dan kelompok namun juga melalui konsolidasi jaringan-jaringan lama atau tradisional dalam struktur
formal. Dalam politik informal ini tautan bersifat informal namun strategis antara pelaku- pelaku di
pemerintahan dengan orang-orang kuat dalam masyarakat. Informalitas memiliki makna tentang
kebebasan, manipulasi strategis yang penuh kebebasan ini menimbulkan proses yang penuh akan praktek-
praktek klientelisme, korupsi, ancaman-ancaman kekerasan, pembangkangan sipil, dan hukum adat.

Kajian ini lebur ke dalam tiga kategori besar sesuai dengan interpretasi para penulis atas fokus
analisis karya-karya yang populer dari contoh dalam dan negeri lain terhadap politik informal. Tiga fokus
tersebut dibagi menjadi mekanisme kerja, otoritas dan institusi, dan skala.

Mekanisme kerja dibagi tiga yaitu rent seeking, patronase dalam tata kelola sumberdaya
ekstraktif, dan Mekanisme Translasi. Praktek rent seeking di era ini terjadi melalui jaringan klientelisme
dimana sumber daya dikelola secara tidak transparan oleh aktor politik-birokrat bersama dengan partai
politik dan perusahaan. Sedangkan patronase sebagai “moda pengaturan dan penstrukturan aliran sumber
daya yang berbeda dengan praktek dalam mekanisme pasar. Rent seeking dan patronase memfiturkan
praktik-praktik ilegal dalam aktivitasnya yang mana melanggar undang-undang, kasus suap dan korupsi,
serta intervensi dari elit dan tokoh untuk menimbun keuntungan pribadi. Dalam mekanisme translasi
memiliki karakteristik yang berbeda dari keduanya, mekanisme translasi menggunakan kapasitas translasi
sebagai kemampuan aktor untuk mereproduksi diskursus global. Berbagai narasi saintifik, politik,
teknologi dan bisnis direproduksi oleh para broker untuk menciptakan realitas “di atas kertas”, uniknya
ini tidak berpijak pada praktik ilegalitas karena mereka menggunakan kemampuan mereka untuk
mentranslasi diskursus global menjadi peluang ekonomi yang dapat mereka manfaatkan untuk
kepentingan jangka pendek.

Keterkaitan antara formasi institusi dan informalitas dalam tata kelola sumberdaya di indonesia
oleh penulis dibagi menjadi komprador sebagai aktor yang menghubungkan antara jaringan ekonomi
global dengan komunitas lokal maupun pemerintah setempat sebagai pemilik kontrol atas sumber daya
yang ada di wilayah tersebut. Dahulu komprador dikuasai oleh negara melalui militer dan aparat lainnya
namun mekanisme komprador dalam bisnis sumber daya kontemporer ini juga menjangkau elit-elit adat
atau komunitas lokal setempat. Dalam kesimpulan yang diberikan penulis, Intinya, faktor institusi akan
menjadi penentu apakah sumberdaya akan menjadi kutukan atau berkah bagi sebuah negara. Negara yang
pondasinya lemah, menghasilkan sumber daya alam tidak terkelola dengan baik dan, sebaliknya,
kehadiran rente sumberdaya alam justru bisa mengakselerasi tata kelola pemerintahan yang buruk.

Peran modal dalam isu sumberdaya alam dimana investor memiliki peran vital. Karena itu,
dimensi skala dalam tulisan ini meliputi aspek ruang lingkup/level (multilevel) dan aspek aktor/pelaku
(multi aktor) yang semuanya berupaya membuat klaim dan ikut berkontestasi dalam ruang global
tersebut. Dengan kehadiran analisis komparatif informalitas dalam akses dan kontrol terhadap Sumber
Daya Alam yang dilakukan dalam artikel ini membantu kita melihat dan menemukan menemukan proses
pembangunan yang nyata dan pola yang sedemikian mirip dalam berbagai negara di kalangan negara
berkembang.

Anda mungkin juga menyukai