Anda di halaman 1dari 20

Perbedaan Administrasi Publik dan Administrasi Negara

dalam Konteks Indonesia

AgungTri Wibowo

Pembimbing : Prof. Dr. Eko Prasojo, Mag. rer. Publ.

Abstrak : Permasalahan klasik public administration di Indonesia terkait perbedaan


nomenklatur Administrasi Negara (AN) dan Administrasi Publik (AP) merupakan hal yang
menarik untuk diteliti. Perbedaan nomenklatur public administration ini hanya terjadi di
Indonesia. Oleh karena itu, penelitian dengan judul “Perbedaan Administrasi Publik dan
Administrasi Negara dalam Konteks Indonesia” ini mencoba memberikan jawaban atas
permasalahan klasik tersebut. Melalui sejarah perkembangan ilmu public administration
secara global yang dikaitkan dengan sejarah public administration di Indonesia serta
menganalisa pendapat beberapa ilmuwan public administration Indonesia, tulisan ini
menjelaskan secara faktual perbedaan nomenklatur yang ada. Menggunakan paradigma
konstruktivis dengan pendekatan kualitatif, penulis menjelaskan alasan terjadinya perbedaan
nomenklatur antara AP dan AN. Faktor sejarah, faktor bahasa, dan ekologi administrasi
merupakan temuan penulis yang menjadi tiga faktor dasar penyebab perbedaan nomenklatur
public administration di Indonesia.

Kata Kunci: Indonesia, Nomenklatur, Public Administration

PENDAHULUAN

Konsep administrasi sebagai seni secara subtansial telah ada semenjak


kelahiran manusia itu sendiri. Hal ini didasarkan pada konsep administrasi yang
menurut Siagian (2008) merupakan keseluruhan proses kerjasama antara dua orang
atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Dalam perkembangannya administrasi sering melekat
pada kata “public” (public administration) dan kata “private/business” (private
administration/business administration). Keduanya memiliki pemahaman yang
berbeda, Namun sebagai batasan diawal, administrasi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah administration yang seperti Wilson (1887) kemukakan yaitu
administrasi sebagai pelaksana kebijakan politik. Peneliti juga tetap menggunakan
frase public administration yang sengaja tidak diterjemahkan untuk menyebut public
administration science dalam konteks indonesia.

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


Di Indonesia ilmu Public administration dikenal dengan nomenklatur
administrasi publik dan ada juga yang menyebut administrasi negara. Bintoro
Tjokroamitjojo dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Administrasi
Pembangunan” memakai frase “administrasi negara” untuk menjelaskan ilmu Public
administration. Demikian juga diikuti oleh Sondang P. Siagian yang memakai frase
“administrasi negara” dalam tulisan-tulisannya. Namun beberapa orang yang konsen
dalam ilmu public administration memakai frase lain dalam menyebut ilmu public
administration. Salah satunya Miftah Thoha dalam bukunya “Ilmu Administrasi Publik
Kontemporer” memakai frase “administrasi publik” untuk menjelaskan ilmu yang
sama dengan ilmu yang dijelaskan Bintoro Tjokroamidjojo. Perbedaan nomenklatur
antara administrasi publik dengan administrasi negara memberikan dampak yang
cukup luas. Mulai dari rancunya buku yang membahas hakekat ilmu Public
administration itu sendiri sampai dengan efek yang di timbulkan. Efek yang pertama
yaitu pada tataran ilmuwan. Para ilmuwan public administration di Indonesia saat ini
dapat dikatakan terbagi menjadi dua kubu dengan adanya Indonesian Association
for Public administration (IAPA) dan Asosisi Ilmuwan Administrasi Negara (ASIAN)
Efek yang kedua, dampak dari perbedaan cara pandang tersebut telah menimbulkan
dinamika dalam penamaan jurusan dan pemberian gelar terhadap alumninya.
Tabel 1. Daftar Perguruan Tinggi
Penyelenggara Pendidikan Administrasi Negara di Indonesia

No. PerguruanTinggi Fakultas Jurusan/Prodi/Departemen Jenjang


1 Universitas Gadjah Mada ISIPOL Manajemen dan Kebijakan Publik S1, S2, S3
2 Universitas Indonesia ISIP Ilmu Administrasi Negara S1, S2, S3
3 Universitas Brawijaya Ilmu Administrasi Administrasi Publik S1, S2, S3
4 Universitas Padjajaran ISIP Administrasi Negara S1, S2, S3
5 Universitas Sriwijaya ISIP Administrasi Negara/Publik S1, S2, S3
6 Universitas Andalas ISIP Administrasi Negara S1
7 Universitas Lampung ISIP Administrasi Negara S1
8 Universitas Mulawarman ISIP Administrasi Negara S1, S2
9 Universitas Cendrawasih ISIP Administrasi Negara S1
10 Universitas Negeri Ilmu Sosial dan Administrasi Negara S1
Yogyakarta Ekonomi
11 Universitas Airlangga ISIP Administrasi Negara/Publik S1
12 Universitas Sebelas Maret ISIP Administrasi Negara S1
13 Universitas Hasanuddin ISIP Ilmu Administrasi S1
14 Universitas Jendral ISIP Administrasi Negara S1
Soedirman
15 Universitas Diponegoro ISIP Administrasi Publik S1

Sumber: Hasil Olahan Peneliti

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


Efek ketiga adalah rancunya penetapan formasi kebutuhan pegawai negeri yang
telah dibuat oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN). Kerancuan yang terjadi yaitu
permasalahan nomenklatur formasi pengadaaan Pegawai Negeri Sipil.
Penelitian ini ingin memahami lebih jauh apakah memang berbeda antara
administrasi publik dengan administrasi negara dilihat secara teoritis? Lalu jika
memang terjadi perbedaan antara keduanya apakah membawa dampak bagi praktik
penggunaan nomenklatur ini di Indonesia? Sampai pada titik inilah penelitian ini
akan membahas perbedaaan administrasi publik dan administrasi negara. Dirunut
melalui perkembangan public administration dari masa ke masa kemudian
mengaitkannya dengan perkembangan ilmu tersebut di Indonesia.

TINJAUAN TEORITIS

Konsep Administrasi dan Manajemen


Administration yang oleh peneliti diterjemahkan sebagai administrasi sudah dikenal
manusia sejak kelahiran manusia itu sendiri.Hubungan keduanya, antara
administrasi dan manajemen, memang tidak dapat terpisah secara jelas.
Administrasi berfungsi menentukan tujuan yang hendak tercapai dan menentukan
kebijakan umum yang mengikat seluruh organisasi. Sedangkan manajemen pada
hakikatnya berfungsi untuk melakukan semua kegiatan-kegiatan yang perlu
dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijaksaaan
umum yang telah ditentukan pada tingkat administrasi (Siagian, 2003: 5).
Peneliti berpendapat, merujuk beberapa tulisan maupun mengkiblat
sepenggal sejarah perkembangan administrasi, bahwa manajemen merupakan
bagian dari administrasi. Dalam tataran organisasi, administrasi tidak hanya
menyangkut hubungan manusia-manusia untuk mencapai tujuan saja, melainkan
juga, secara luas, mengatur hubungan individu dengan negara, dana individu
dengan lingkungan. Sedang manajemen merupakan bagian dari ilmu administrasi
yang menjadi alat vital mencapai tujuan definitif administrasi.

Konsep Publik (public) dan Negara (State)


Definisi publik
Konsep publik dalam perkembangan ilmu administrasi publik itu sendiri
menurut Frederickson (1980) memiliki makna yang lebih luas dari “government”.

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


Luasnya konsep publik ini berimplikasi pada kajian-kajian mengenai nilai-nilai
keadilan, kewarganegaraan (citizenship), etika, patriotisme, dan responsiveness
menjadi kajian penting disamping kajian mengenai nilai-nilai efisiensi dan efektivitas.
(Frederickson, 1980: 5). George Frederickson (1980) dalam bukunya “New Public
administration” membedakan berbagai perspektif dalam mendefinisikan publik, yaitu:
1. Publik sebagai kelompok kepentingan (perspektif pluralis)
2. Publik sebagai pemilih rasional (perspektif pilihan publik)
3. Publik sebagai pihak yang diwakili (perspektif perwakilan)
4. Publik sebagai pelanggan (perspektif penerima pelayanan publik)
5. Publik sebagai warga negara

Definisi Negara
Max Weber (1946) dalam tulisannya yang diterjemahkan Oleh H. H. Gerth
dan C. Weight Mills, From Max Weber: Essays in Sociology, mengemukakan
definisinya mengenai Negara atau State sebagai suatu masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu
wilayah. Sedikit berbeda dengan Weber, Robert MacIver (1926) mendefinisikan
Negara lebih sebagai sebuah asosiasi yang bertanggung jawab menyelenggarakan
penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan
sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah di mana untuk
melakukannya negara diberi kekuasaan yang memaksa.
Roger H. Soltau (dalam Budiarjo, 2008: 48) menggambarkan Negara sebagai
sebuah agency di mana yang mengatur dan mengendalikan persoalan-persoalan
masyarakat. Berbeda dengan Frederickson, Wayne Parson (2008) dalam bukunya
“Public Policy”, mendefinisikan konsep publik dengan memperbandingkannya
dengan konsep privat. Parson (2008: 6) menjelaskan perbedaan antara ruang publik
dan ruang ruang privat sebagai suatu hubungan bahwa ruang privat sejatinya ruang
yang tidak merugikan orang lain.

Perkembangan Paradigma Public administration


Old Public administration (OPA)
Old Public administration merupakan paradigma yang berkembang pada awal
kelahiran ilmu Public administration. Tokoh paradigma ini adalah antara lain adalah

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


pelopor berdirinya ilmu administrasi, Woodrow Wilson dengan karyanya “The Study
of Administration” (1887) serta F.W. Taylor dengan bukunya “Principles of Scientific
Management”.

New Public administration (NPA)


Menurut beberapa literatur New Public administration muncul pada era
1970an. Paradigma New Public administration muncul dari perdebatan hangat
tentang kedudukan Public administration sebagai disiplin ilmu maupun profesi.
Paradigma New Public administration mengkritisi paradigma administrasi lama atau
klasik yang terlalu menekankan pada parameter ekonomi. Paradigma new Public
administration menilai bahwa kinerja administrasi publik tidak hanya dinilai dari
pencapaian nilai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Administrasi publik harus
memiliki nilai “social equity” yang dinyatakan sebagai pilar ketiga setelah nilai
efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, administrator harus menjadi “protective
administrator” dan bukan sekedar sebagai birokrat yang apolitis.

New Public Management (NPM)


New public management merupakan suatu gagasan yang berangkat dari
paradigma classic public administration. Peters (1996) dan Groth (1999, dalam Pollitt
2007) menyatakan bahwa dalam paradigma classic public administration, organisasi
dari sektor publik dapat diasumsikan berdasarkan enam prinsip yaitu pelayanan
publik nonpolitik, hirarki dan aturan, permanen dan stabilitas, pelayanan lembaga
sipil, regulasi internal, dan kesetaraan.

New Public Service (NPS)


Denhardt dan Denhardt menilai bahwa new public service merupakan
paradigma paling mutakhir dalam Public administration. New public service
menentang paradigma sebelumnya yaitu OPA dan NPM. New public service
dikembangkan dari teori demokrasi dengan lebih menghargai perbedaan, partisipasi,
dan hak asasi warga negara. Berbagai nilai yang ada di tengah masyarakat
merupakan konsep kepentingan publik dalam paradigma new public service. Nilai-
nilai seperti keadilan, transparansi, dan akuntabilitas merupakan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi dalam pelayanan publik. New public service menganggap
responsivitas (tanggung jawab) birokrasi lebih diarahkan kepada warga negara
(citizen’s) bukan clients, konstituen (constituent), atau pelanggan (customer).

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


METODE PENELITIAN

Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma
konstruktivis. Paradigma konstruktivis ialah paradigma yang hampir merupakan
antithesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam
menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan.

Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan paradigma dan permasalahan yang dipilih dalam penelitian
ini, maka pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Selain untuk memahami fenomena yang seringkali sulit dipahami, peneliti juga ingin
menggali pengalaman individu dalam mendefinisikan suatu permaalahan dan
informan bebas mengungkapkan definisinya sendiri atas permasalahan tersebut,
dalam hal ini mengenai adanya perbedaan nomenklatur public administration di
Indonesia, di mana ada yang lebih setuju untuk mengartikannya sebagai
administrasi negara, namun ada pula yang lebih menyetujui penggunaan
administrasi publik untuk mendefinisikan public administration.

Jenis Penelitian
Berdasarkan Tujuan Penelitian
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, yaitu
suatu penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi, dalam hal ini mengeksplorasi
dan menganalisis perbedaan nomenklatur dan kajian teoritis administrasi negara
dengan administrasi publik.

Berdasarkan Manfaat Penelitian


Ditinjau dari segi manfaat, penelitian ini termasuk penelitian murni yang
berorientasi akademik dan ilmu pengetahuan (Prasetyo dan Jannah, 2005: 38).
Penelitian murni merupakan jenis penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan
pengetahuan yang amat mendasar mengenai dunia sosial. Penelitian ini dilakukan
atau diselenggarakan dalam rangka memperluas dan memperdalam suatu
pengetahuan secara teoritis (Nawawi, 1991: 27).

Berdasarkan Dimensi Waktu

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah
dengan menggunakan penelitian cross sectional, yaitu suatu penelitian yang
dilakukan pada satu waktu tertentu dan hanya mengambil satu bagian dari
fenomena sosial pada satu waktu tertentu tersebut (Prasetyo dan Jannah, 2005: 45).

Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif. Metode
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara studi literatur dan
wawancara. Berikut adalah daftar ahli public administration yang menjadi
narasumber dalam penelitian ini.

1. Prof. Dr. Miftah Thoha, Guru Besar Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada.
2. Prof. Dr. Azhar Kasim MPA., Ph.D., Guru Besar Administrasi Publik pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
3. Prof. Dr. M. Irfan Islamy, Guru Besar Kebijakan Publik pada Fakultas Ilmu
Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya.
4. Prof. Dr. Sofian Effendi, Guru Besar Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada.

HASIL PENELITIAN

Kajian Teoritis Perbedaan Nomenklatur Administrasi Publik dan Administrasi


Negara
Perdebatan nomenklatur public administration di Indonesia dapat dijabarkan
melalui penjelasan keilmuan. Penjelasan keilmuan yang dimaksud adalah
penjelasan yang menggambarkan perbedaaan nomenklatur administrasi negara dan
administrasi publik dalam kerangka perkembangan ilmu pengetahuan tersebut di
Indonesia. Penjelasan ini terkait dengan perkembangan paradigma administrasi di
Indonesia, serta perkembangan pembahasan ilmu administrasi itu sendiri oleh
beberapa ilmuwan Indonesia.
Perubahan nomenklatur dari administrasi negara menjadi administrasi publik
menurut Islamy (2012) setidaknya dipengaruhi oleh dua dimensi pertimbangan.
Pertimbangan pertama yaitu konseptual keilmuan dan yang kedua yaitu dimensi
praktis. Kata negara yang digunakan dalam administrasi dikoreksi oleh Yus Badudu,

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


pengajar Bahasa Indonesia, sebagai publik. Demikian pula dalam seminar American
Society for Public administration di San Francisco pada tahun 1980-an juga
memperdebatkan mengenai makna publik. Publik yang dimaksudkan dalam
konferensi ini adalah warga negara. Oleh karena itu ketika diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia harus dilihat komponen dan indikatornya. Islamy berpendapat
bahwa public administration dapat diterjemahkan dalam dua konteks sekaligus yaitu
administrasi bernuansa negara sekaligus administrasi bernuansa warga negara.
Kasim (2012) menganggap sebutan administrasi negara tepat dipilih di
Indonesia dengan catatan BUMN termasuk dalam administrasi negara, sedangkan
layanan publik lain yang diselenggarakan oleh swasta tidak termasuk di dalamnya.
Pendapat Kasim mengacu pada apa yang ada di Amerika dimana public
administration bukan hanya pemerintah, melainkan kegiatan umum yang
diselenggarakan oleh lembaga di luar negara juga dianggap sebagai public.
Sama halnya dengan Effendi (2012) yang menilai bahwa nomenklatur yang
tepat bagi Indonesia memang administrasi publik. Menurut Effendi, administrasi
publik cenderung lebih luas. Manajemen hanya sebagian kecil dari administasi dan
public policy bagian yang jauh lebih kecil lagi dari administrasi publik. Berdasarkan
alasan tersebut, Effendi lebih setuju dengan administasi publik sebagai ranah kajian.
Namun, mengingat bahwa seseorang merupakan bagian dari komunitas, maka
ketika mayoritas individu dalam komunitas tersebut menyetujui suatu pendapat,
maka pendapat itulah yang diambil. Demikian juga dengan yang terjadi di UGM
ketika akhirnya menetapkan nama menjadi Manajemen Publik dan Kebijakan.
Dwiyanto (2007) menilai lokus Ilmu Administrasi Negara yang dianggap tidak
memadai lagi. Dwiyanto (2007) beranggapan bahwa lembaga pemerintah dirasa
terlalu sempit untuk lokus Ilmu Administrasi Negara karena tidak lagi memonopoli
peran yang selama ini secara tradisional menjadi otoritas pemerintah. Lembaga non-
pemerintah mulai banyak yang menjalankan misi dan fungsi yang dulu menjadi
monopoli pemerintah. Di lain sisi, birokrasi pemerintah juga mulai memproduksi
barang dan jasa privat, tidak semata-mata barang dan jasa publik. Tak jauh
berbeda, Pratikno (2007) memberikan konstatasi yang sama. Negara banyak
menghadapi pesaing baru yang siap menjalankan fungsi negara, terutama
pelayanan publik secara efektif.
Selain itu, negara juga menegosiasikan kepentingannya dengan pelaku bisnis
dan kalangan civil society dalam bidang pembangunan ekonomi dan sosial. Thoha

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


(2007) mengatakan telah terjadi perubahan paradigma “dari orientasi manajemen
pemerintahan yang serba guna menjadi berorientasi ke pasar (market)”. Menurut
Thoha (2012), pasar secara politik bisa dimaknai sebagai rakyat atau masyarakat
(public). Makna publik dalam public administration tidak berbeda dengan asal usul
publik yang mengacu pada komunitas masyarakat atau rakyat. Fenomena
menurunnya peran negara ini merupakan arus balik dari apa yang disebut Grindle
(1997: 4) sebagai ―too much state, di mana negara pada pertengahan 1980-an
terlalu banyak melakukan intervensi yang berujung pada jeratan hutang luar negeri,
krisis fiskal, dan pemerintah yang terlalu sentralistis dan otoriter.
Dwiyanto (2007) berpendapat setidaknya ada empat faktor penyebab
semakin menurunnya dominasi peran negara, yaitu: (1) dinamika ekonomi, politik,
dan budaya yang membuat kemampuan pemerintah semakin terbatas untuk dapat
memenuhi semua tuntutan masyarakat; (2) globalisasi yang membutuhkan daya
saing yang tinggi di berbagai sektor menuntut makin dikuranginya peran negara
melalui debirokratisasi dan deregulasi; (3) tuntutan demokratisasi mendorong
semakin banyaknya organisasi kemasyarakatan yang menuntut untuk dilibatkan
dalam proses perumusan kebijakan dan implementasinya; dan (4) munculnya
fenomena hybrid organization yang merupakan perpaduan antara pemerintah dan
bisnis. Fenomena tersebut menimbulkan gugatan di antara para mahasiswa maupun
ilmuwan Ilmu Administrasi Negara mengenai apakah masih relevan menjadikan
pemerintah sebagai lokus studi Ilmu Administrasi Negara? Kata „negara‟ dalam Ilmu
Administrasi Negara menjadi terlalu sempit dan kurang relevan untuk mewadahi
dinamika Ilmu Administrasi Negara di awal abad ke-21 yang semakin kompleks dan
dinamis.
Utomo (2007) menyebutkan bahwa telah terjadi pergeseran titik tekan dalam
perkembangan konsep Ilmu Administrasi Negara dari negara yang semula
diposisikan sebagai agen tunggal yang memiliki otoritas untuk
mengimplementasikan berbagai kebijakan publik menjadi hanya sebagai fasilitator
bagi masyarakat. Dengan demikian istilah public administration tidak tepat lagi untuk
diterjemahkan sebagai administrasi negara, melainkan lebih tepat jika diterjemahkan
menjadi administrasi publik karena makna kata „publik‟ lebih luas dibandingkan kata
„negara‟ (Majelis Guru Besar dan Jurusan Ilmu Administrasi Negara UGM, 2007).
Publik menunjukkan keterlibatan institusi-institusi non-negara baik di sektor bisnis
maupun civil society dalam pengadministrasian pemerintahan. Konsekuensi dari

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


perubahan makna public administration sebagai administrasi publik adalah
terjadinya pergeseran lokus Ilmu Administrasi Negara dari yang sebelumnya
berlokus pada birokrasi pemerintah menjadi berlokus pada organisasi publik, yaitu
birokrasi pemerintah dan juga organisasi-organisasi non-pemerintah yang terlibat
menjalankan fungsi pemerintahan, baik dalam hal penyelenggaraan pelayanan
publik maupun pembangunan ekonomi, sosial maupun bidang-bidang pembangunan
yang lain.
Efendi (2012) berpendapat bahwa perubahan-perubahan nomenklatur yang
terjadi di Indonesia terjadi karena adanya pengaruh perubahan paradigma dari luar.
Indonesia terombang-ambing antara paradigma Eropa dan Amerika. Paradigma
Eropa secara konsisten menggunakan istilah public administration, sedangkan
Amerika lebih kepada governance atau public management. Menurut Effendi, UGM
terpangaruh oleh paradigma Amerika, sedangkan instansi lain yang masih
beranggapan dengan administrasi negara cenderung terpengaruh oleh paradigma
Eropa. Pendirian yang tegas disampaikan oleh Wibawa (2012) bahwa public
administration lebih tepat diterjemahkan sebagai administrasi negara. Wibawa
(2012) menilai negara memiliki makna lebih luas daripada publik. Publik dimaknai
sebagai kumpulan manusia yang berdiam dalam suatu tempat yang memiliki
pemerintahan. Dalam hal ini terdapat beberapa unsur meliputi pemerintahan, rakyat,
serta tempat atau wilayah.
Berbeda dengan ahli lainnya, Effendi (2012) mengambil posisi yang samar-
samar bahwa kedua nomenklatur ini tidak memiliki perbedaan secara substansial.
Hal yang lebih ditekankan adalah paradigma bahwa administrasi negara seolah-olah
melayani negara dan administrasi publik melayani publik. Apapaun pendapat yang
muncul menurut Effendi yang terpenting adalah dapat memahami siapakah yang
sebenarnya dilayani dalam public administration. Adanya perbedaan dalam
menerjemahkan makna publik menurut Effendi dikarenakan bahasa Indonesia masih
mengalami perkembangan dibandingkan bahas Inggris. Effendi beranggapan bahwa
perbedaan antara administrasi negara maupaun administrasi publik tidak perlu
dipermasalahkan selama definisi antara kedua nomenklatur tersebut jelas.
Senada dengan pendapat Effendi, Islamy (2012) menilai bahwa perbedaan
nomenklatur tersebut tidak perlu dipersoalkan. Setiap instansi boleh saja memakai
istilah negara atau publik karena esensinya sama. Hal yang terpenting adalah
pemerintah memegang amanat apa yang menjadi kepentingan masyarakat. Seorang

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


public servant memang mengabdi kepada negara. Namun, pengabdian kepada
negara tersebut ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Oleh karena itu Islamy
menganggap bahwa pengertian publik di sini memiliki dua arti yaitu negara sekaligus
warga negara.
Berdasarkan pemaparan di atas, berikut adalah gambaran singkat perbedaan
pendapat dari para ahli public administration di Indonesia mengenai perbedaan
nomenklatur administrasi publik dan administrasi negara.

Tabel 4.1 Pendapat Para Ahli Public Administration Mengenai Nomenklatur


Administrasi Publik dan Administrasi Negara

NO. NAMA PENDAPAT


1 Prof. Prajudi Administrasi negara merupakan bagian dari administrasi publik
Atmosudirdjo yang terdiri atas administrasi publik nasional dan administrasi
publik internasional.
2 Prof. Dr. Azh Administrasi negara tepat dipilih di Indonesia dengan catatan
ar Kasim BUMN termasuk dalam administrasi negara, sedangkan layanan
MPA, Ph.D publik lain yang diselenggarakan oleh swasta tidak termasuk di
dalamnya.
3 Dr. Samudra Public administration lebih tepat diterjemahkan sebagai
Wibawa, administrasi negara karena negara memiliki makna lebih luas
MSC. daripada publik. Publik dimaknai sebagai kumpulan manusia
yang berdiam dalam suatu tempat yang memiliki pemerintahan.
4 Prof. Dr. M. Public administration dapat diterjemahkan dalam dua konteks
Irfan Islamy, sekaligus, yaitu administrasi bernuansa negara sekaligus
MPA. administrasi bernuansa warga negara (publik).
5 Prof. Dr. Sofi Nomenklatur yang tepat bagi Indonesia adalah administrasi
an Effendi, publik karena administrasi publik cenderung lebih luas.
MPIA. Manajemen hanya sebagian kecil dari administrasi dan public
policy bagian yang jauh lebih kecil lagi dari administrasi publik.
6 Prof. Dr. Agu Lokus Ilmu Administrasi Negara dianggap tidak memadai lagi
sDwiyanto, karena lembaga pemerintah tidak lagi memonopoli peran yang
MPA. selama ini secara tradisional menjadi otoritas pemerintah.
Lembaga non-pemerintah mulai banyak yang menjalankan misi
dan fungsi yang dulu menjadi monopoli pemerintah. Di lain sisi,
birokrasi pemerintah juga mulai memproduksi barang dan jasa
privat, tidak semata-mata barang dan jasa publik.
7 Prof. Dr. Telah terjadi perubahan paradigma dari orientasi manajemen
Miftah Thoha, pemerintahan yang serbaguna menjadi berorientasi ke pasar
MPA. (market) yang mana pasar secara politik bisa dimaknai sebagai
rakyat atau masyarakat (public).
8 Prof. Irfan administrasi negara peninggalan belanda sulit membudayakan
Ridwan untuk sensitif terhadap lingkungan. Apa yang diinginkan publik
Maksum sering berbeda dengan operasi administrasi negara. Dampak
yang jauh adalah negara menjadi dominan dan berubah bukan
sebagai alat, tetapi menjadi pengendali. Padahal administrasi

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


negara semestinya mampu ditujukan untuk mengejar tujuan-
tujuan publiknya. Karena itu, sudah saatnya administrasi publik
menggantikan gerakan dan konsep “sekadar” administrasi
negara.

Sumber: Hasil Olahan Peneliti

Fakta Empiris Penggunaan Nomenklatur Administrasi Publik dan Administrasi


Negara dalam Praktiknya di Indonesia

Perbedaan Nomenklatur Public Administration di Tiga Universitas di Indonesia


Pada praktiknya, perubahan paradigma administrasi di Indonesia berlangsung
sangat cepat, namun dalam dunia akademik justru dirasa sangat lambat (Effendi,
2012). Setiap instansi mengalami proses perubahan paradigma yang berbeda-beda,
dalam hal ini yaitu instansi pendidikan yang memiliki jurusan public administration
dalam kajiannya. Dalam pembahasan ini akan dibahas bagaimana perubahan-
perubahan terkait penamaan jurusan public administration di Universitas Indonesia,
Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Brawijaya.
perubahan yang terjadi dalam penamaan jurusan public administration di
universitas-universitas di indonesia pada dasarnya memperlihatkan bahwa public
administration adalah suatu kajian yang sifatnya sangat dinamis. Hal ini terlihat dari
dinamika perubahan penamaan jurusan yang terjadi di tiga universitas besar di
Indonesia, sebagaimana dijelaskan dalam pemaparan di atas. Perubahan yang
terjadi di kampus UGM sendiri, misalnya, menurut Effendi (2012) mengikuti
perubahan paradigma yang ada. Administrasi Publik UGM awal mulanya adalah
Akademi Pemerintahan Dalam Negeri dan Akademi Pemerintahan Luar Negeri yang
didirkan oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri. Ketika
beberapa universitas digabung menjadi UGM, kedua akademi ini melebur dan
masuk ke dalam Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik (HESP) yang pada akhirnya
terpisah-pisah menjadi Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Sosial dan
Politik.
Jurusan Public administration pada awalnya bernama Tata Usaha Negara.
Kemudian sekitar tahun 50-an berubah menjadi jurusan Administrasi Negara.
Perkembangan keilmuwan administrasi di UGM selanjutnya mengarah kepada
aspek-aspek metodologis yang berlangsung baik pada akhir 1980-an. Tulisan Sofian

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


Effendi dan Masri Singarimbun (1984) yang berjudul Metodologi Penelitian Sosial
menjadi rujukan pokok bagi para mahasiswa dalam hal metologis. Barangkat dari
buku tersebut banyak tulisan-tulisan mahasiswa UGM menggunakan metode
kuantitatif, sesuai dengan perkembangan program statistik yang demikian pesat.
Dikaitkan dengan perkembangan ilmu administrasi global, memang pada saat
itu ilmu administrasi sedang umum menggunakan pendekatan positivis dalam
memecahkan masalah-masalah administrasi. Kejenuhan metode kuantitatif terjadi
pada awal 1990-an karena banyak skripsi mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi
Negara yang menjadi terlalu mekanistis dan kurang memiliki kekuatan analisis
terhadap data primer. Lalu mulailah berkembang wacana metode kualitatif, studi
kasus atau grounded theory yang dilakukan oleh para dosen administrasi mulai
berkembang dan bervariasi.
Sebuah hasil seminar jurusan yang berjudul Pembangunan Bekelanjutan
yang disunting oleh Samodra Wibawa (1991) terbut sebuah upaya untuk
mempublikasikan pemikiran para dosen jurusan administrasi Negara. Tema
mengenai nilai-nilai dalam kegiatan administrasi publik diangkat oleh Wahyudi
Kumorotomo (1992) dalam tulisannya yang berjudul Etika Administrasi Negara.
(Pramusinto dkk, 2005:210)
Sekitar tahun 90-an inilah, jurusan ini di UGM berganti nama menjadi
Administrasi Publik. Proses pergantian nama ini menurut Effendi cukup sulit untuk
dilakukan. Untuk berubah menjadi administrasi publik, dibutuhkan waktu 2-3 tahun
untuk melakukan persiapan. Hal yang diperdebatkan lebih kepada paradigma yang
berubah, baru kemudian mempermasalahkan nomenklaturnya. Menurut Effendi
(2012), proses untuk membuat seluruh dosen memahami perubahan paradigma
bahwa public administration bukan melayani state melainkan melayani public
memang membutuhkan waktu yang tidak singkat. Demikian pula yang terjadi ketika
UGM berganti nama menjadi Manajemen dan Kebijakan Publik.
Berbeda halnya dengan yang terjadi di Universitas Brawijaya (UB),
perubahan paradigma dan nomenklatur tidak terlalu mengalami banyak penolakan.
Islamy (2012) memaparkan pada mulanya ilmu administrasi UB berada di bawah
Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan. Ketatanegaraan tersebut kemudian
berubah menjadi administrasi negara dan kemudian menjadi administrasi publik.
Adanya perubahan tersebut tidak terlalu menunjukkan polemik di UB karena instansi

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


lebih terikat pada suara konsorsium yaitu konsorsium ilmu sosial dengan sub-
bagiannya konsorsium ilmu administrasi.
Lain halnya dengan yang terjadi di Universitas Indonesia. Berdasarkan
pemaparan Kasim (2012), pergantian nomenklatur dari administrasi negara menjadi
administrasi publik hanya terjadi di pascasarjana, sedangkan pada tataran S1 tetap
menggunakan nomenklatur administasi negara.

Kontemplasi: Administrasi Negara dan Administrasi Publik


Eksistensi ilmu public administration yang berkembang pesat di Indonesia
patut untuk direnungkan kembali. Sebagai suatu ilmu, public administration di
Indonesia tidak terlepas dari kritik, termasuk mengenai adanya dua nomenklatur
yang berbeda. Sebagian orang menyebut ilmu public administration sebagai ilmu
administrasi negara dan sebagian lainnya menyebut sebagai ilmu administrasi
publik. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai sebab terjadinya perbedaan
nomenklatur tersebut. Beberapa ahli telah menulis dan menyampaikan gagasan
mengenai masalah ini, tetapi belum ada penjelasan tegas mengenai perbedaan
nyata antara kedua nomenklatur.
Perbedaaan nomenklatur menimbulkan perdebatan akademis antar ilmuwan
public administration di Indonesia. Terdapat dua kubu ilmuwan administrasi yang
membuat asosiasi sesuai pendapat mereka masing-masing. Kubu pertama yaitu
Indonesian Association of Public administration (IAPA). IAPA merupakan kubu yang
mengambil jalan tengah dengan tidak menetapkan pemilihan nomenklatur antara
administrasi negara dan administrasi publik. Kubu yang kedua yaitu Asosiasi
Ilmuwan Administrasi Negara (AsIAN). AsIAN mengkritik keras keberadaan IAPA
yang dianggap melupakan sejarah keberadaan ilmu public administration. Kubu ini
dengan tegas menyebut ilmu public administration sebagai ilmu administrasi negara.
Selain fenomena di atas, perbedaan nomenklatur administrasi negara dan
administrasi publik juga menciptakan perbedaan nomenklatur di beberapa jurusan
universitas yang mengajarkan ilmu public administration. Sebagai contoh, UGM
mengambil nomenklatur Manajemen dan Kebijakan Publik, Unibraw dengan tegas
menggunakan nama jurusan Administrasi Publik, sedangkan UI masih tetap
menggunakan Administrasi Negara.
Perbedaan nomenklatur tersebut semakin diwarnai dengan banyaknya buku
ilmu public administration yang ditulis ilmuwan di Indonesia. Sebagian buku berjudul

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


administrasi negara, sedangkan sebagian yang lain berjudul administrasi publik.
Tentu para ilmuwan yang membuat buku tersebut memiliki alasan masing-masing
tentang pilihan mereka menggunakan nomenklatur administrasi publik maupun
administrasi negara.
Perbedaaan nomenklatur ini memberikan dampak bagi beberapa kalangan.
Tidak hanya bagi ilmuwan administrasi, kalangan awam dapat mengalami
kebingungan dengan perbedaan nomenklatur ini karena belum mempelajari ilmu
public administration di Indonesia. Demikian pula dengan orang yang berada jauh di
luar lingkup ilmu public administration yang dapat mempertanyakan kapabilitas
ilmuwan public administration di Indonesia dalam mendalami ilmu public
administration jika tidak ada kesepakatan nomenklatur.
Para ahli administrasi Indonesia memiliki pandangan masing-masing
mengenai fenomena ini. Penulis mengategorikan penjelasan perbedaan administrasi
negara dan administrasi publik menjadi tiga kategori, yaitu alasan sejarah, alasan
kebahasaan, dan alasan ekologi ilmu public administration di Indonesia.

Alasan sejarah
Ada beberapa hal yang patut dicermati dalam sejarah ilmu administrasi di
Indonesia. Pertama, ilmu administrasi Indonesia dipengaruhi oleh budaya Belanda
tentang pengelolaan sistem pemerintahan yang sangat melekat pada tokoh-tokoh
pemerintahan pada awal kemerdekaan. Kedua, ilmu administrasi Indonesia
mendapat pengaruh “guru-guru” ilmu public administration Indonesia yang
didatangkan dari Amerika, diantaranya yaitu T. R. Smith, Edward H. Lichfield, Alan
C. Rankin, dan Garneth Jones. Ilmu administrasi pada tahun 1950 an khususnya di
Amerika masih menggunakan paradigma old public administration (OPA) yang
domain pembahasannya adalah state oriented. Domain yang masih sangat bersifat
negara inilah yang menyebabkan public administration di Indonesia saat itu diduga
menggunakan nomenklatur administrasi negara.

Alasan kebahasaan
Penerjemahan public administration menjadi administrasi negara ataupun
administrasi publik memilki hubungan dengan perkembangan bahasa Indonesia.
Effendi (2012) menyebutkan bahwa bahasa Indonesia sedang berkembang
dibandingkan bahasa Inggris yang sudah lebih standardized seperti kata publik yang

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


dulu tidak dikenal tetapi sudah dikenal untuk saat ini. Hal ini berimbas pada
penerjemahan public administration dari administrasi negara menjadi administrasi
publik. Proses perubahan terjemahan tersebut dialami oleh Prof. Irfan Islamy ketika
membuat buku untuk universitas terbuka pada tahun 1984.

Alasan ekologi ilmu


Semua ilmu apapun tidak terlepas dari ekologi tempat ilmu tersebut berkembang.
Awalnya public administration merupakan warisan Belanda yang mana Indonesia
melakukan administrasi pemerintahan yang serba negara. Hal ini menguatkan
pengaruh Eropa kontinental terhadap tata pemerintahan Indonesia saat itu.
Demikian halnya pada masa pasca kemerdekaan, dengan pengaruh paradigma old
public administration yang memiliki domain negara masih kuat, Indonesia
mengartikan public administration sebagai rutinitas rigid untuk kepentingan negara.
Baru pada pasca reformasi, ilmuwan public administration Indonesia mulai
meramaikan kembali perdebatan fokus public administration di Indonesia untuk
mengganti nomenklatur administrasi negara menjadi administrasi publik.

Melalui perenungan mendalam dengan berlandaskan ketiga alasan di atas,


sudah sepantasnya penyebutan nomenklatur administrasi negara ditinggalkan.
Penulis mengganggap kata publik dalam “administrasi publik” lebih tepat digunakan
untuk menerjemahkan kata “public” dalam “public administration”. Oleh karena itu,
perlu ada perubahan nomenklatur dalam sistem public administration di Indonesia.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan administrasi publik dan


administrasi negara dalam konteks Indonesia, dapat disimpulkan bahwa
nomenklatur administrasi publik dan administrasi negara secara teoritis atau
keilmuan pada dasarnya berasal dari induk yang sama yaitu ilmu public
administration. Hal ini terlihat dari pendapat beberapa ahli public administration yang
memberikan jawaban yang hampir seragam bahwa administrasi negara dan
administrasi publik adalah ilmu yang merujuk pada ilmu public administration yang
berkembang di dunia, meskipun para ilmuwan tersebut memiliki perbedaan
pendapat mengenai nomenklatur mana yang lebih tepat untuk digunakan di

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


Indonesia. Menurut Penulis sendiri, “administrasi publik” merupakan nomenklatur
yang tepat untuk menerjemahkan kata “public administration”.
Dalam praktiknya di Indonesia, public administration telah ada sejak lama.
Pada masa penjajahan Belanda, Jepang, sampai pada masa kemerdekaan, praktik
administrasi negara mengalami perkembangan yang cukup dinamis. Demikian
halnya perkembangan nomenklatur public administration pada praktiknya di
universitas-universitas di Indonesia. penamaan jurusan yang berbeda-beda di ketiga
universitas yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa
public administration merupakan kajian ilmu yang sangat dinamis.
Terjadinya perbedaan nomenklatur administrasi publik dan administrasi
negara yang terjadi di Indonesia, menurut penulis terjadi karena 3 alasan, yaitu
alasan sejarah, alasan kebahasaan, dan alasan ekologi ilmu public administration di
Indonesia. Dari tiga alasan tersebut, penulis sampai pada kesimpulan bahwa perlu
ada perubahan nomenklatur dalam sistem public administration di Indonesia.
Penyebutan nomenklatur administrasi negara sudah saatnya ditinggalkan. Kata
publik lebih tepat digunakan untuk menerjemahkan kata “public” dalam “public
administration” dalam konteks Indonesia masa kini. Sehingga pada akhirnya hanya
akan ada satu nomenklatur untuk menerjemahkan kata public administration.

SARAN

Adanya dualisme nomenklatur yang digunakan hingga memunculkan dua


organisasi public administration di Indonesia (IAPA dan ASIAN) mengesankan
seolah terjadi perpecahan di antara para ilmuwan public administration di Indonesia.
Hal ini dalam jangka panjang tentu berpotensi menimbulkan konflik di antara dua
kubu tersebut yang belum tentu memunculkan suasana keilmuwan yang
membangun. Oleh karena itu, perlu diadakan kajian yang lebih serius untuk
menyikapi perbedaan nomenklatur public administration di Indonesia ini.
Para ilmuwan public administration di Indonesia, baik dari pihak IAPA maupun
ASIAN,sebaiknya melakukan suatu pertemuan guna menyepakati penggunaan
nomenklatur mana yang paling tepat untuk digunakan di Indonesia sehingga tidak
lagi terjadi kebingungan di kalangan masyarakat awam ataupun mahasiswa yang
baru mempelajari public administration.

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


Belum adanya Grand Theory dan batasan Body of Knowledge yang jelas
sebagaimana ilmu-ilmu sosial lainnya membuat perkembangan public administration
menjadi sangat terbuka dan dinamis. Terciptanya sebuah pembaruan dan
pengembaraan yang jauh dalam riset merupakan hal yang sangat mungkin terjadi
sehingga para ilmuwan public administration di Indonesia diharapkan dapat
bersikap lebih terbuka dalam menyikapi perkembangan dalam ranah kajian public
administration itu sendiri.

KEPUSTAKAAN

Buku:
Atmosudirdjo, Prajudi. (1979). Administrasi dan Management Umum. Jakarta: Ghalia
Indonesia
_________________. (1990). Dasar-dasar Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Babbie. E. (1990). Survey Research Methods, 2nd edition. Belmont. California:
Wadsworth Publishing.
Bovaird, Tony and Elke Loffler. (2003). Public Management and Government.
London: Routledge
Budiarjo, Miriam. (2008). Dasar-dasar Imu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Bogdan, Robert and Steven J. Taylor. (1975). Introduction to Qualitative Research
and Evaluation Method. California: Sage Publications, Inc.
Denhardt, J. V., & Denhardt, R. B. (2007). The New Public Service: Serving, not
Steering. New york: M.E. Sharpe.
Frederickson, G. (1980). Administrasi Negara Baru (5 ed.). (A.-G. Usman, Penerj.)
Jakarta: LP3ES.
Gabrielian, Yang, dan Spice (1999). Qualitative Research Methods. Pada Yang K,
Miller GJ (editor). Handbook of research methods in Public Administration.
Ed. 2. New York: M. Dekker
Greene, J. D. (2005). Public Administration in the New Century. Belmont: Thomson
Wadsworth
Guba, E.G. (1990). The Paradigm Dialog. Sage Publications Inc. California.
Gupta, Dipak K. (2001). Analyzing Public Policy: Concepts, Tools, and Techniques.
Washington: CQ Press
H.H. Gerth and C. Wright Mills. (1958). Trans., eds and Introduction, From Max
Weber: Essays in Sociology. New York: Oxford University Press
Hardiman, F. Budi. (2010). Ruang Publik: Melacak Partisipasi Demokratis dari Polis
sampai Cyberspace” . Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Henry, Nicholas. (1995). Administrasi Negara Dan Masalah-Masalah Publik. Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Henry, Nicholas. (2004). Public Administration and Public Affairs. 9th Edition. New
Jersey: Prentice-Hall
Hidayat, Dedi. (2003). Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik.
Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


Islamy, M. Irfan. (2003). Prinsip-Prinsip Kebijaksanaan Negara. Jakarta: P.T. Bumi
Aksara.
John W Creswell. (2003). Research Design. Qualitative. Quantitative and Mixed
Methods Approachs. Second edition. London: Sage Publications
Kuhn, T. S. (1970). The Structure of Scientific Revolutions. Chicago: The University
of Chicago Press.
Lincoln, N. K. (2001). Handbook of Qualitative Research 2nd Edition. Thousand
Oaks, CA: Sage Publications.
Marshall. C. and Rossman. G. (1995). Designing Qualitative Research. Thousand
Oaks. California: Sage
Misbah, L. Hidayat. (2007). Reformasi Administrasi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Morse. J. M. (1994). Emerging from the data: The cognitive process of analysis of
qualitative inquiry. Pada J. Morse (Editor. ). Critical Issues in Qualitative
Research Methods. Newbury Park. California: Sage
Norman K. Denzin and Yvonna S Lincoln. (2000). Qualitative Research. third edition.
Sage Publication
Osborne, D., & Gaebler, T. (1992). Mewirausahakan Birokrasi. (A. Rosyid, Penerj.)
Jakarta: PPM.
Owen E. Hughes. (1998). Public Management and Administration: An Introduction
(Second Edition), St. Martin Press, New York
Parsons, Wayne. (2008). Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan. Jakarta: Kencana
Pasolong, Harbani. (2007). Teori Administrasi Publik. Makasar: Alfabeta
Pierson, Paul and Skocpol, Theda. (2000). Historical institutionalism in
Contemporary Political Science. Harvard University.
Pollitt, Christopher, dkk. (2007). New Public Management in Europe: Adaptation and
Alternatives. New York: Palgrave Macmillan
Pramusinto, Agus, dkk. (2005). Kajian Historis dan Isu-isu Kontemprer untuk
Merumuskan Agenda Masa Depan Ilmu Administrasi Publik. Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Vol.9. Yogyakarta: FIsipol UGM
Prasetyo, Bambang dan Lina M. Jannah. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Rosenbloom, D. H. , Kravchuk, R. S. , & Clerkin, R. M. (2009). Public
Administration: Understanding Management, Politics, and Law in the Public
Sector. New York : McGraw-Hill.
Sekaran, Uma. (2003). Research Methods For Business: A Skill Building Approach.
Fourth Edition. USA. John Wiley & Sons. Inc
Shafritz, Jay M. & Hyde, Albert C. (eds). (1992). Classics Of Public Administration
(3rd Ed). California: Brooks/Cole Publishing Company Pacific Grove
Siagian, S. P. (2008). Filsafat Administrasi (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Simon, Herbert A. (1990). Administrative Behavior. Jakarta: Bumi Aksara
Sudiarja, & Budi Subanar, S. S. (2006). Karya Lengkap Driyarkara: Esai-esai Filsafat
Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya. Jakarta: PT
Gramedia.
Sudriamunawar, Haryono. (2002). Pengantar Study Administrasi Pembangunan.
Bandung: Mandar Maju
Tjiptoherianto, P., & Manurung, M. (2010). Paradigma Administrasi Publik dan
Perkembangannya. Jakarta: UI Press.

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012


Tjokroamidjojo, Bintoro. (1995). Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta:
LP3ES
Toha, Miftah. (2003). Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada
Toha, Miftah. (2008). Ilmu Administrasi Publik Kontenporer. Jakarta: Kencana.
Waldo, Dwight. (1956). Pengantar Studi Public Administration. Jakarta: Bumi Aksara
White, L. D. (1949). Introduction to the Study of Public Administration (3rd Edition
ed.). New York: MacMillan.
Widjaja, A.W. (1993). Etika Administrasi Negara. Jakarta: Bumi Aksara
Wilson, Woodrow. (1887). Introduction To Study Administration. dalam Shafritz, Jay
M. &Hyde, Albert C. (eds). 1992. Classics Of Public Administration (3rd Ed).
California: Brooks/Cole Publishing Company Pacific Grove

Karya Akademis:
Maksum, I. R. (8 Oktober, 2010). Administrasi Negara vs Publik. Harian Seputar
Indonesia.
Saefullah, D. (2010). Transformasi Administrasi Negara. Konferensi Administrasi
Negara ke-3, (hal. 1-12). Bandung.
Sugandi, Y. (2010). Administrasi Publik VS Administrasi Negara: Suatu Polemik
Nomenklatur atau Normatif. Konferensi Administrasi Negara ke-3. Bandung

Lainnya:
Dror, Yahezkel. (1967). Policy Analyst: A New Professional Role In Government
Service. dalam Shafritz, Jay M. & Hyde, Albert C. (eds). 1992. Classics Of
Public Administration (3rd Ed). California: Brooks/Cole Publishing Company
Pacific Grove. (297-304)
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. (2012). Pedoman Pendidikan.
Malang: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Frederickson, George. (1970). Toward New Public Administration. dalam Shafritz,
Jay M. & Hyde, Albert C. (eds). 1992. Classics Of Public Administration (3rd
Ed). California: Brooks/Cole Publishing Company Pacific Grove. (368-381)
Henry, N. (1975). Paradigms of Public Administration. Paradigms of Public
Administration, 378-386.
Ladson-Billings, G. (1995). Toward a Theory of Culturally Relevant Pedagogy.
American Educational Research Journal, Vol. 32, No. 3, 465-49.
Oluwu, D. (2002). Intoduction New Public Management: An African Reform
Pradigm?. Africa Development, XXVII.
Prasojo, E. (2003). Agenda Politik dan Pemerintahan di Indonesia: Desentralisasi
Politik, Reformasi Birokrasi, dan Good Governance. Bisnis dan Birokrasi, Vol.
XI, No. 1.
Smith, M. G. (1947). The Sociological Framework of Law. dalam Kuper, Hilda and
Leo Kuper, eds. African Law: Adaptation and Development (hal. 24-48).
Berkeley: University of California Press
Utomo, Warsito. (2005). Administrasi publik indonesia di era Demokrasi lokal,
Bagaimana Semangat Kompatibilitas Menjiwai Budaya Birokrasi. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada
Wilson, Woodrow. (1887). The Study of Administration. Political Science Quarterly,
197-222.

Perbedaan Administrasi ..., Agung Tri Wibowo, FISIP UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai