Anda di halaman 1dari 11

EKSISTENSI YAYASAN SEBAGAI PIHAK DALAM MELAKSANAKAN

KEGIATAN USAHA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG YAYASAN

OLEH :
FITRI PRATIWI RASYID
P0903211401
 
  
KONSENTRASI HUKUM PERDATA
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
DAS SOLLEN

• Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Yayasan


• Pasal 7 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
Yayasan
• Pasal 8 Undang-Undang Yayasan
DAS SEIN

• Sulit mengartikan apa yang dimaksud sosial


• Salah satu contohnya, di bidang pendidikan. Yayasan di
bidang pendidikan bertujuan sosial kemanusiaan.
• Tujuannya yaitu untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, meningkatkan mutu pendidikan dan mutu SDM
yang berkualitas.
• Namun, yang terjadi sering dijumpai bahwa untuk
mendapat pendidikan yang berkualitas harus dibayar
dengan mahal dan itu sering terjadi pada lembaga
pendidikan dalam bentuk yayasan.
• Yayasan pendidikan memungut biaya pendidikan (SPP)
yang tidak sedikit jumlahnya, baik untuk sekolah dasar,
sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas,
bahkan perguruan tinggi.
Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi yayasan dalam


melaksanakan kegiatan usaha guna
menunjang hakikat dari pendirian yayasan?
2. Bagaimana konsekuensi hukum terhadap
kegiatan usaha yayasan yang melebihi
jumlah penyertaan modal sebagaimana
telah ditentukan dalam Undang-Undang
Yayasan?
Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan memahami


implementasi yayasan dalam melaksanakan
kegiatan usaha guna menunjang hakikat dari
pendirian yayasan.
2. Untuk mengetahui dan memahami
konsekuensi hukum terhadap kegiatan usaha
yayasan yang melebihi jumlah penyertaan
modal sebagaimana telah ditentukan dalam
Undang-Undang Yayasan.
ALUR KERANGKA KONSEPTUAL
A. LOKASI PENELITIAN
• Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
• Yayasan-yayasan yang bertujuan sosial,
kemanusiaan, dan keagamaan di Kota Makassar

B. TIPE PENELITIAN
Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum
empiris, yaitu suatu penelitian hukum yang
dilakukan dengan cara meneliti dan menelaah
fakta yang ada sejalan dengan pengamatan di
lapangan kemudian dikaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan acuan
untuk memecahkan masalah.
C. JENIS DAN SUMBER DATA

1. Data primer diperoleh secara langsung dari


lokasi penelitian, yakni melalui wawancara
yang dilakukan terhadap Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia, serta terhadap pihak-
pihak Yayasan yang terkait dengan objek
penelitian.

– Sampel untuk Yayasan yang dipilih sebanyak 6


(enam) sampel.
2. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dengan menelaah bahan-bahan
pustaka berupa buku-buku dan peraturan
perundang-undangan yang mempunyai
keterkaitan dengan penelitian.

D. Alat Pengumpulan Data


• Teknik wawancara
• Penelitian kepustakaan
E. Analisis Data

Keseluruhan data yang terkumpul baik


data primer maupun data sekunder akan
diolah dan dianalisis secara kualitatif
untuk selanjutnya dideskripsikan guna
memberikan pemahaman dengan
menggambarkan, menguraikan, dan
menjelaskan hasil penelitian ini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai