Anda di halaman 1dari 34

TINJAUAN SIYASAH TANFIDZIYAH TERHADAP PERAN PEMERINTAH

KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM MENERTIBKAN ALAT PRAGA


KAMPANYE PARTAI POLITIK SESUAI DENGAN PERATURAN
DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 1 TAHUN 2018
PASAL 65 TENTANG TERTIB PERAN MASYARAKAT
(Pemerintah Kota Bandar Lampung)

Proposal Skripsi

Diajukan Untuk Diseminarkan Dan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperolah


Gelar Sarjana (S.H) Dalam Program Studi Siyasah Syar’iyyah

Disusun Oleh :

DESTA FITRIA
NPM : 2121020032

Program Studi : Hukum Tata Negara (Siyasah Syar’iyyah)

FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
TAHUN 1445 H/ 2023
DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL.........................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul.....................................................................................1
B. Latar BelakangMasalah..........................................................................3
C. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah............................................7
D. Fokus dan Sub Fokus Penelitian............................................................7
E. Rumusan Masalah..................................................................................8
F. Tujuan Penelitian...................................................................................8
G. Manfaat Penelitian.................................................................................9
H. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan............................................9
I. Metode Penelitian.................................................................................14
J. Kerangka Teori.....................................................................................18
K. Sistematika Pembahasan......................................................................27

DAFTAR RUJUKAN...................................................................................29
OUTLINE SEMENTARA...........................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Langkah awal agar tidak lepas dari pembahasan yang dimaksud dan menghindari

penafsiran yang berbeda atau bahkan salah dikalangan pembaca maka perlu adanya

penjelasan dengan memberikan arti beberapa istilah yang terkandung dalam judul skripsi

ini, maka penulis perlu mengemukakan pengertian judul sebagai berikut:

Tinjauan Siyasah Tanfidziyah Terhadap Peranpemerintah Kota Bandar Lampung

Dalam Menertibkan Alat Praga Kampanye Partai Politik Sesuai Dengan Peraturan Daerah

Kota Bandar Lampung Nomor 1 Tahun 2018 Pasal 65 Tentang Tertib Peran Masyarakat

(Pemerintah Kota Bandar Lampung)

1. Tinjauan merupakan investigasi yang teliti, investigasi itu berupa kegiatan

pengumpulan data, pengolahan, analisa dan menyajikan data yang dilakukan

secara sistematis serta objektif guna memecahkan suatu persoalan.1

2. Siyasah Tanfidziyah merupakan bagian fiqh siyasah yang membahas tugas

melaksanakan undang-undang.2

3. Peran menurut Soerjono Soekanto adalah proses dinamis kedudukan (status).

Dalam sebuah organisasi setiap orang memiliki berbagai macam karakteristik

dalam melaksanakan tugas kewajiban atau tanggungjawab yang telah diberikan

oleh masing-masing organisasi atau lembaga.3

4. Paralegal menurut Black Law Dectionary dalam bukunya Mulyana W. Kusumah

menyatakan bahwa Paralegal adalah seseorang yang mempunyai keterampilan

1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008),
157.
2
Muhammad Iqbal, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta; Kencana,2014), 158.
3
Trisnani, “Peran KIM Daerah Tertinggal dalam Memanage Informasi untuk Meningkatkan Pengetahuan dan
Keterampilan Masyarakat Sekitar”, Jurnal Komunikasi, Media Dan Informatika, Vol 6, No. 1, (2017): 32.
doi:10.31504/komunika.v6i1.987.

iii
hukum namun ia bukan seseorang penasihat hukum (yang professional) dan ia

bekerja di bawah bimbingan seorang advokat atau yang dinilai mempunyai

kemampuan hukum untuk menggunakan keterampilannya.Implementasi adalah

tindakan–tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat–pejabat, kelompok–

kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan–tujuan

yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.4

5. Implementasi adalah bukan hanya sekedar aktivitas, melainkan suatu kegiatan

yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan aturan

tertentu untuk mencapai sebuah tujuan kegiatan dimana untuk mencapai tujuan

tersebut dibutuhkan jaringan pelaksana yang dapat dipercaya.5

6. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum

secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.6

Maka berdasarkan uraian diatas, penelitian ini mengkaji tentang “Tinjauan Siyasah

Tanfidziyah terhadap peran Paralegal dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota

Bandar Lampung nomor 5 tahun 2020 tentang Bantuan Hukum”.

B. Latar Belakang

Pada masa pra-Islam pemberi bantuan jasa hukum belum memiliki sistem peradilan

yang teroganisir, setiap ada persengketaan mengenai hak milik, hak waris, dan hak-hak

lainnya seringkali diselesaikan melalui bantuan juru damai atau wasit yang ditunjuk oleh

masing-masing pihak yang berselisih. Mereka yang ditunjuk pada waktu itu sebagai

4
Mulyana W. Kusumah, 1991, Paralegal dan Akses Masyarakat terhadap Keadilan, (Jakarta: YLBH,1991), 27.
5
Ardina Prafitasari, “Organisasi Kepemudaan yang Efektif dan Efisien dalam Meningkatan Partisipasi Masyarakat
Desa Darungan Kecamatan Wlingi”, Jurnal Translitera, Vol. 4, No. 4, (2016): 36,
https://doi.org/10.35457/translitera.v4i2.351.
6
Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Bantuan Hukum.

iv
mediator adalah orang yang memiliki kekuatan supranatural dan orang yang mempunyai

kelebihan di bidang tertentu sesuai dengan perkembangan pada waktu itu.7

Perkembangan pemberian bantuan atau jasa hukum pra-Islam yang terjadi di Arab,

khususnya di Mekkah, memberikan inspirasi kepada jalan dilanjutkannya pemberian jasa

bantuan hukum sesudah agama Islam menjadi agama resmi di daratan negara Arab.8

Pada waktu Islam datang dan berkembang yang dibawa oleh Nabi Muhammad,

praktek pemberian jasa bantuan hukum terus berjalan dan dikembangkan sebagai alternatif

penyelesaian sengketa dengan memodifikasi yang pernah berlaku pada masa pra-Islam.

Hal-hal yang bersifat takhayul dan syirik mulai dieliminir secara bertahap dan disesuaikan

dengan Al-Qur’an dan Hadits. Pada prakteknya, Nabi Muhammad dalam memberikan

bantuan jasa hukum kepada umatnya terkadang berperan sebagai advokat, konsultan

hukum, penasehat hukum, dan arbiter.9

Perkembangan pemberian bantuan jasa hukum ini lebih berkembang pada masa

pemerintahan Umar bin Khattab yang mulai melimpahkan wewenang peradilan kepada

pihak lain yang memiliki otoritas untuk itu. Lebih daripada itu Umar bin Khattab mulai

membenahi lembaga peradilan untuk memulihkan kepercayaan umat terhadap lembaga

peradilan. Selain adanya lembaga arbitrase dengan sebaik-baiknya agar mampu menjadi

lembaga alternatif tempat penyelesaian sengketa bagi umat. Bahkan Umar bin Khattab

berhasil menyusun pokok-pokok pedoman beracara di pengadilan (Risalat Al-Qada) yang

ditujukan kepada seorang qadiy, Abu Musa Al-Asy’ariy. Salah satu prinsip yang

tercantum dalam risalah itu adalah pengukuhan terhadap kedudukan arbitrase.10

7
A. Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2003), 36.
8
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 152.
9
Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, , Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2003), 36-37.
10
Ibid., 37-38.

v
Awal mula bantuan hukum di Indonesia diatur dalam Pasal 250 HIR mengatur tentang

bantuan hukum bagi terdakwa dalam kasus-kasus tertentu, yaitu kasus-kasus yang

diancam dengan pidana mati dan/atau penjara seumur hidup, meskipun dalam prakteknya

pasal ini lebih memihak kepada Belanda daripada Indonesia. Dan ahli hukum yang terpilih

wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma. Meski terbatas, HIR dapat

dimaknai sebagai awal dari pelembagaan bantuan hukum dalam hukum positif Indonesia.

Sebelum adanya hukum acara, peraturan HIR masih berlaku. Pada tahun 1970, disahkan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman,

Pasal 35, 36 dan 37 di antaranya mengatur bantuan hukum.11

Adnan Buyung Nasution, H.H. Dalam Kongres Peradin III tahun 1969 dikemukakan

gagasan perlunya pendirian Lembaga Bantuan Hukum, yang dalam Kongres tersebut

akhirnya menyetujui pendirian Lembaga Bantuan Hukum di Indonesia. Kemudian diikuti

dengan pendirian LBH Jakarta, yang kemudian diikuti dengan pendirian LBH lainnya di

seluruh Indonesia. Belum lagi, organisasi politik, serikat pekerja dan universitas juga ikut

serta dalam pembentukan LBH seperti LBH Trisula, LBH MKGR, LBH Kosgoro dll.

Ketika LBH-LBH ada di seluruh Indonesia, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia

(YLBHI) didirikan dengan tujuan untuk menyelenggarakan LBH-LBH dan berfungsi

sebagai organisasi payungnya. YLBHI membuat pedoman program yang dilaksanakan

secara bersama-sama dalam satu koordinasi agar kegiatan bantuan hukum dapat

berkembang secara nasional bahkan lebih terkonsentrasi dalam satu koordinasi.12

Sistem hukum Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 menjamin adanya

persamaan dihadapan hukum seperti yang tertuang dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-

Undang Dasar 1945 disebutkan “Setiap warga Negara bersamaan kedudukannya dalam

11
Pandu Akram, “Bantuan Hukum: Pengertian, Sejarah, Ruang Lingkup, Hak dan Kewajibannya”, Gramedia.com,
2021, https://www.gramedia.com/literasi/bantuan-hukum/.
12
Ibid.

vi
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Salah satu upaya untuk

mewujudkan keadilan atau kesamaaa kedudukan dalam hukum yaitu dengan adanya

bantuan hukum bagi setiap warga negara yang terlibat dalam kasus hukum. Menurut

Soerjono Soekanto, bantuan hukum pada pokoknya memiliki arti bantuan hukum yang

diberikan oleh para ahli bagi warga masyarakat yang memerlukan untuk mewujudkan hak-

haknya serta juga mendapatkan perlindungan hukum yang wajar.13

Bantuan hukum bagi kalangan ekonomi atas dapat menunjuk advokat jika dibutuhkan

untuk membela kepentingannya, sedangkan bagi kalangan ekonomi kebawah yang tidak

memiliki kemampuan secara materil tidak mampu menunjuk advokat sebagaimana yang

dilakukan oleh kelompok yang memiliki kemampuan secara ekonomi. Menjamin hak

masyarakat mendapatkan bantuan hukum khususnya bagi masyarakat miskin adalah

kewajiban dari negara. Hal ini sebagai konsekunesi logis dan pengakuan negara yang

mengatakan "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di depan hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

kecualinya. Kemudian dalam Pasal 34 ayat (11) UUD 1945 menegaskan “Fakir miskin

dan anak-anak yang telantar dipelihara oleh Negara”. Hal ini secara ekstensif dapat

ditafsirkan bahwa negara bertanggung jawab memberikan perlindungan dan pengakuan

terhadap hak-hak fakir miskin.14

Negara Indonesia adalah negara hukum. Dalam negara hukum, negara mengakui dan

melindungi hak asasi manusia bagi setiap individu termasuk hak atas Bantuan Hukum.

Pemberian bantuan hukum kepada setiap warga negara merupakan upaya yang dilakukan

untuk memenuhi akses keadilan sebagai wujud implementasi negara hukum yang

bercirikan mengakui dan melindungi serta menjamin hak asasi warga negara akan

13
Angga dan Ridwan Arifin, “Penerapan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Kurang Mampu Di Indonesia”, Diversi
Jurnal Hukum, Vol 4, No 2, (2018): 219, doi: 10.32503/diversi.v4i2.374
14
Ibid., 220.

vii
kebutuhan akses terhadap keadilan (access to justice) dan kesamaan di hadapan hukum

(equality before the law). Jaminan pemenuhan hak atas bantuan hukum merupakan hak

konstitusional yang belum sepenuhnya dapat di akses oleh masyarakat miskin terutama di

Kota Bandar Lampung.

Usaha mewujudkan prinsip-prinsip Negara hukum tersebut dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi advokat sebagai profesi yang bebas,

mandiri dan bertanggungjawab melalui jasa hukum yang diberikan, advokat menjalankan

tugas profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan

masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam

menyadari hak-hak fundamental mereka didepan hukum. Demikian mulianya profesi

advokat sehingga advokat dijuluki sebagai officium nobile atau nobel profession, artinya

profesi yang mulia dan terhormat. Hal ini karena advokat diwajibkan melakukan

pembelaan kepada semua orang tanpa membedakan latar belakang ras, warna kulit,

agama, budaya, sosio-ekonomi, kaya atau miskin, keyakinan politik, gender dan ideologi.15

Kendala advokat dalam menjalani profesinya sebagai officium nobile atau nobel

profession yaitu ketika advokat melakukan pembelaan berdasarkan acces to justice dan

equality before the law mengalami kekurangan advokat didalam lembaga bantuan hukum,

merujuk pada Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung nomor 5 tahun 2020 tentang

bantuan hukum pasal 8 ayat 2 yang menyatakan “Dalam hal jumlah Advokat yang

terhimpun dalam wadah Pemberi Bantuan Hukum khusus untuk Non Litigasi tidak

memadai dengan banyaknya jumlah Penerima Bantuan Hukum, Pemberi Bantuan Hukum

dapat merekrut paralegal, dosen dan mahasiswa fakultas hukum”.16 Dengan demikian

peran paralegal dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

15
Ade Irawan Taufik, “Sinergisitas Peran dan Tanggung Jawab Advokat dan Negara Dalam Pemberian Bantuan
Hukum Cuma-Cuma”, Jurnal RechtsVinding, Vol. 2 No. 1, (2013): 49, http://dx.doi.org/10.33331/rechtsvinding.v2i1.81
16
Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Bantuan Hukum.

viii
nomor 5 tahun 2020 tentang bantuan hukum membutuhkan pengetahuan tentang advokasi

masyarakat.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik dan optimis untuk

melakukan penelitian dengan judul Tinjauan Siyasah Tanfidziyah terhadap peran Paralegal

dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung nomor 5 tahun

2020 tentang Bantuan Hukum (studi di kantor LKBH SPSI Provinsi Lampung).

C. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah diperlukan agar penulis dapat memahami penelitian ini

dengan baik dan benar dalam menemukan masalah. Identifikasi masalah yang

dimaksud adalah untuk menunjukkan adanya masalah secara jelas, akurat dan

faktual. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

identifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini mengenai peran

paralegal dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

nomor 5 tahun 2020 tentang bantuan hukum.

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah, dan dapat dikaji lebih mendalam

maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun batasan masalah yang dikaji di dalam

penelitian ini adalah masalah yang diteliti mengenai Tinjauan Siyasah Tanfidziyah

Terhadap peran Paralegal dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota

Bandar Lampung nomor 5 tahun 2020 tentang Bantuan Hukum.

D. Fokus dan Sub Fokus Penelitian

1. Fokus penelitian merupakan penetepan area spesifik yang akan diteliti. Penelitian

ini dilakukan di Kantor Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Serikat Pekerja

ix
Seluruh Indonesia Provinsi Lampung, penelitian ini berfokus pada peran paralegal

dalam pemberian bantuan hukum.

2. Sub Fokus penelitian ini yaitu bagaimana tinjauan Siyasah Tanfidziyah terhadap

peran Paralegal dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Bandar

Lampung nomor 5 tahun 2020 tentang Bantuan Hukum.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu

sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Paralegal dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota

Bandar Lampung nomor 5 tahun 2020 tentang Bantuan Hukum?

2. Bagaimana tinjauan Siyasah Tanfidziyah terhadap peran Paralegal dalam

mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung nomor 5 tahun

2020 tentang Bantuan Hukum?

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah

antara lain:

1. Agar mengetahui bagaimana peran Paralegal dalam mengimplementasikan

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung nomor 5 tahun 2020 tentang Bantuan

Hukum.

2. Agar mengetahui bagaimana tinjauan Siyasah Tanfidziyah terhadap peran

Paralegal dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

nomor 5 tahun 2020 tentang Bantuan Hukum.

x
G. Manfaat Penelitian

Manfaat secara teoritis, penulis melakukan penelitian ini dengan harapan mampu

memberikan pemahaman dan informasi kepada pembaca mengenai ilmu pengetahuan

syariah tentang peran Paralegal dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota

Bandar Lampung nomor 5 tahun 2020 tentang Bantuan Hukum, serta sebagai bahan

referensi dan literatur yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian penelitian berikutnya.

Manfaat secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran

dan manfaat bagi penulis guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait

penelitian yang dibahas serta untuk memenuhi syarat wajib bagi mahasiswa dalam

meraih gelar Sarjana Hukum di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan

Lampung.

H. Kajian Penelitan Terdahulu yang Relevan

Kajian penelitian terdahulu dalam penelitian ini merujuk pada:

1. Skripsi karya Muhammad Berkah Aulia “Implementasi Pasal 9 Huruf (A)

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum Terkait Peran

Paralegal Dalam Memberikan Bantuan Hukum Secara Litigasi Dan Non-Litigasi

Kepada Masyarakat (Studi di Wilayah Hukum Kota Malang)” dalam skripsi ini

membahas bagaiamana peran paralegal dalam mewujudkan akses terhadap

keadilan bagi setiap orang terutama orang miskin atau tidak mampu agar

memperoleh jaminan dalam pemenuhan haknya atas bantuan hukum. Paralegal

dalam memberikan bantuan hukum masih terkendala dengan aturan hukum,

karena sejauh ini belum ada aturan yang khusus mengatur tentang paralegal terkait

tugas, pokok dan fungsi paralegal. Peran paralegal secara litigasi masih belum

bisa dilakukan karena para penegak hukum dari kejaksaan dan pengadilan belum

xi
bisa memberikan akses kepada paralegal, secara non-litigasi paralegal sangat

berperan aktif dalam upaya memberikan bantuan hukum berdasarkan PP No. 42

tahun 2013. Paralegal untuk dapat beracara haruslah ada perubahan terhadap

Undang-Undang Bantuan Hukum yang kemudian menjadi dasar paralegal dalam

memberikan bantuan Hukum secara litigasi. 17 Penelitian ini memiliki persamaan

dengan penelitian penulis, persamaannya ialah sama-sama membahas konteks

yang sama terkait peran paralegal dalam pemberian bantuan hukum. Namun

perbedaanya penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah pada penelitian ini

membahas undang-undang nomor 16 tahun 2011 tentang bantuan hukum terkait

peran paralegal dalam pemberian bantuan hukum, sedangkan penelitian penulis

mambahas peraturan daerah nomor 5 tahun 2020 tentang bantuan hukum terkait

peran paralegal dalam mengimplementasikan perda tersebut.

2. Skripsi karya Yanuar Rahmat N Sitanggang dengan judul “Peran Paralegal Dalam

Melakukan Pendampingan Hukum Terhadap Anak Yang Berkonflik Hukum”

dalam skripsi ini membahas Pemberian bantuan hukum merupakan suatu hak bagi

Anak yang berhadapan dengan hukum. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak. Seorang anak yang tersangkut dalam suatu perkara pidana berhak

untuk menunjuk dan menghubungi sarta meminta bantuan dari Penasihat Hukum

untuk dapat mengadakan persiapan bagi pembelaannnya maupun untuk mendapat

penyuluhan tentang jalan yang dapat di tempuhnya dalam menegakkan hak-

haknya ketika berhadapan dengan hukum.18 Penelitian ini memiliki persamaan

dengan penelitian penulis, persamaannya ialah sama-sama membahas konteks

17
Muhammad Berkah Aulia, “Implementasi Pasal 9 Huruf (A) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang
Bantuan Hukum Terkait Peran Paralegal Dalam Memberikan Bantuan Hukum Secara Litigasi Dan Non-Litigasi Kepada
Masyarakat”, (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang, 2017).
18
Yanuar Rahmat N Sitanggang, “Peran Paralegal Dalam Melakukan Pendampingan Hukum Terhadap Anak Yang
Berkonflik Hukum”, (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2018), 68.

xii
yang sama terkait peran paralegal dalam pemberian bantuan hukum. Namun

perbedaanya penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah pada penelitian ini

fokus pada pemembahasan peran paralegal dalam melakukan pendampingan

hukum terhadap anak yang berkonflik, sedangkan penelitian penulis membahas

tentang peran paralegal dalam memberikan bantuan hukum.

3. Skripsi karya Mohamad Randy Isman dengan judul “Implikasi Peranan Paralegal

Terhadap Penanggulangan Berita Bohong (Hoax) Sebagai Bentuk Civic

Engagement” dalam skripsi ini membahas bagaimana Peran mahasiswa sebagai

paralegal terhadap penanggulangan berita bohong (Hoax) adalah sebagai

seseorang yang mampu memberikan pendidikan dan pemahaman kepada

masyarakat luas agar bisa terhindar dari berita bohong yang tersebar di media

sosial, tidak sebagai paralegal secara profesi karena untuk menjadi seorang

paralegal dibutuhkan pendidikan khusus yang harus di tempuh terlebih dahulu. 19

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian penulis, persamaannya ialah

sama-sama membahas konteks yang sama terkait peran paralegal dalam

pemberian bantuan hukum. Namun perbedaanya penelitian ini dengan penelitian

terdahulu ialah pada penelitian ini fokus pada pemembahasan peran paralegal

dalam penanggulangan berita bohong (Hoax), sedangkan penelitian penulis

membahas tentang peran paralegal dalam memberikan bantuan hukum.

4. Jurnal karya Neo Adhi Kurniawan dengan judul “Peran Paralegal Dalam

Perlindungan Serta Pemenuhan Hak Hukum Masyarakat” dalam jurnal ini

membahas tentang peran paralegal selain menyiapkan masyarakat yang sadar

hukum, paralegal juga memberikan legalitas kepada masyarakat yang sedang

berhadapan dalam hukum, maupun sedang memberikan advis atau pelayanan di

19
Mohamad Randy Isman, “Implikasi Peranan Paralegal Terhadap Penanggulangan Berita Bohong (Hoax) Sebagai
Bentuk Civic Engagement”, (Universitas Pendidikan Indonesia, 2019), 120.

xiii
bidang hukum kepada masyarakat luas sampai dengan tahap penyidikan di

kepolisian, karena warga desa yang dilatih akan mendapatkan sertifikasi yang

legal dan diakui oleh instansi pemerintah. Pengabdian kepada masyarakat ini

mengunakan metode atau pendekatan Edukatif yaitu pendekatan yang dalam

program maupun pelaksanaan pengabdian mengandung unsur pendidikan yang

dapat mendinamisasikan masyarakat menuju kemajuan yang dicita-citakan,

Partisipatif yaitu pendekatan yang berorientasi kepada upaya peningkatan peran

serta masyarakat secara langsung dalam berbagai proses dan pelaksanaan,

Normatif yaitu pendekatan yang didasarkan kepada norma, nilai, hukum dan

peraturan perundangan yang berlaku. Pengabdian kepada masyarakat ini telah

selesai dilaksanakan dan menghsilkan beberapa hasil yang telah direncanakan,

seperti terbantuknya komunitas paralegal desa yang bisa saling bertukar pikiran

terkait masalah hukum serta solusi apa yang dapat diberikan, semakin

bertambahnya pengetahuan dalam bidang hukum dan kedewasaan masyarakat

dalam melihat permasalahan hukum yang ada dan timbul dimasyarakat.20

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian penulis, persamaannya ialah

sama-sama membahas konteks yang sama terkait peran paralegal dalam

pemberian bantuan hukum. Namun perbedaanya penelitian ini dengan penelitian

terdahulu ialah pada penelitian ini memberikan pelatihan dan sertifikasi bagi

paralegal desa pagedangan kecamatan turen kabupaten malang demi terciptanya

perlindungan serta pemenuhan hukum bagi masyarakat sedangkan penelitian

penulis membahas tentang peran paralegal dalam memberikan bantuan hukum.

20
Neo Adhi Kurniawan, “Peran Paralegal Dalam Perlindungan Serta Pemenuhan Hak Hukum Masyarakat” .
Jurnal Praksis dan Dedikasi (JPDS),Vol.3,No.1 (2020): 28, http://dx.doi.org/10.17977/um032v3i1p28-33

xiv
5. Jurnal karya Jeffry Latumahina “Analisis Peran Paralegal Dalam Implementasi

Prosedur Administrasi Pendaftaran Perkara Secara Elektronik (Studi pada Kantor

Hukum Prisma Nusa Consulting Kota Jakarta Pusat)” dalam jurnal ini membahas

tentang perkembangan teknologi yang begitu masif karena Revolusi Industri 4.0.

Perkembangan teknologi ini turut memengaruhi sistem layanan pemerintah. Salah

satu bentuk revolusi teknologi tersebut hadir dalam bentuk aplikasi Pendaftaran

Perkara Secara Elektronik (e-Court). E-Court merupakan aplikasi yang berguna

untuk membantu kerja para pengacara di dalam melakukan pendaftaran perkara

secara online. Aplikasi E-Court merupakan suatu instrumen dalam pengadilan

sebagai bentuk pelayanan terhadap masyarakat dalam hal pendaftaran perkara

secara elekronik yang antara lain meliputi pembayaran secara online, input berkas,

pemanggilan sidang secara online, dan persidangan secara online. Saat ini, untuk

beberapa persyaratan yang harus diinput melalui aplikasi e-court bahkan dapat

dilaksanakan oleh tenaga paralegal yang tidak berlatar belakang lulusan fakultas

hukum. Staf paralegal yang bukan lulusan fakultas hukum ini sangat membantu

para pengacara di dalam melakukan proses administrasi pendaftaran perkara

secara elektronik. Berdasarkan hal tersebut maka, tujuan dilakukannya penelitian

ini adalah untuk mengetahui apa saja peran paralegal dalam implementasi

prosedur administrasi pendaftaran perkara secara elektronik dan bagaimana

prosedur pendaftaran perkara secara elektronik. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan keadaan yang akan

diamati di lapangan dengan lebih spesifik, transparan, dan mendalam.Namun

perbedaanya penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah pada penelitian ini

membahas peran paralegal di kantor hukum PNC memiliki posisi penting dalam

membantu pengacara yang berkaitan dengan proses beracara serta melakukan

xv
input data yang di perlukan dalam proses administrasi pendaftaran perkara secara

elektronik sedangkan penelitian penulis membahas tentang peran paralegal.

I. Metode Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, optimal dan maksimal maka

penggunaan metode penelitian harus dilakukan. Metode penelitian harus memenuhi

relevansi baik topik permasalahan yang akan diteliti maupun kemampuan dari penyusun

dalam proses pengumpulan data. Oleh karena itu, kaitannya dengan penelitian ini

penyusun menggunakan metode penelitian kualitatif yang akan diuraikan sebagai

berikut.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu Field Research (lapangan), penelitian

Lapangan (Field Research) merupakan Sebuah penelitian yang data-data

pokoknya digali melalui pengamatan-pengamatan dan sumber-sumber data

lapangan, penelitian dilakukan langsung pada objeknya 21. Dalam hal ini penulis

akan melakukan penelitian langsung di Kantor Kantor Lembaga Konsultasi dan

Bantuan Hukum Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Provinsi Lampung.

b. Sifat Penelitian

Sifat Penelitian Sifat dari penelitian ini yaitu deskriptif analisis karena dalam

mengumpulkan data lapangan yang valid harus menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data seperti observasi, dokumentasi dan wawancara 22. dalam

penelitian ini akan mendeskripsikan tentang tinjauan Siyasah Tanfidziyah terhadap

peran Paralegal dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Bandar

Lampung nomor 5 tahun 2020 tentang Bantuan Hukum.


21
Mansyuri dan M. Zainuddin, Ma, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung, PT Refika
Aditama, 2009), 46.
22
Kaelan, M.S, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigma, 2005), 58.

xvi
2. Sumber Data

Adapun sumber data penelitian ini terdiri dari :

a. Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpulan. Bahwa data yang diperoleh adalah melalui

dokumentasi dan wawancara. Data primer ini diperoleh dari hasil wawancara yang

dilakukan kepada advokat dan paralegal yang ada di LKBH SPSI Provinsi

Lampung.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber informasi yang menjadi bahan penunjang dan

melengkapi dalam melengkapi suatu analisis23. Sumber data sekunder dalam

penelitian ini meliputi sumber-sumber pendukung yang dapat memberikan data

pendukung seperti buku, jurnal, dokumentasi maupun arsip serta yang

berhubungan dengan penelitian tersebut. Berupa data yang di peroleh dari

beberapa buku, referensi, peraturan, jurnal-jurnal, dan majalah.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keselurahan, totalitas atau generalisasi dari satuan, individu,

objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang akan diteliti, yang

dapat berupa orang, benda, institusi, peristiwa dan lain-lain yang di dalamnya

dapat diperoleh atau dapat memberikan informasi (data) penelitian yang

23
Susiadi, Metodologi Penelitian., (Bandar Lampung, Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M Institusi Agama
Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2015), 95.

xvii
kemudian dapat ditarik kesimpulan24. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh

perangkat yang ada di Kantor LKBH SPSI Provinsi lampung.

b. Sampel

Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan bagian dari populasi

sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel. Pada

penelitian ini, cara pengambilan sampel ini ditentukan dengan metode purposive

sampling yaitu sampel yang terpilih dengan cermat sehingga relevan dengan

penelitian25. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu Paralegal yang

berperan sebagai pemberi bantuan hukum pada Kantor LKBH SPSI Provinsi

Lampung.

4. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Wawancara

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

langsung oleh pewancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden

dicatat atau direkam26. Dalam wawancara ini, peneliti menggunakan metode

wawancara santai (tidak terstruktur) dengan beberapa orang yang memang

berkapasitas dan patut untuk dimintai keterangan mengenai permasalahan yang

peneliti ambil.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah kumpulan data variabel yang berbentuk tulisan,

atau “mencari data mengenai hal-hal atau sesuatu yang berkaitan dengan masalah

24
Serdermayanti, Hayati, Syarifudin, Metodologi Penelitian, (Bandung: Manjang Maju, 2002), 34.
25
Ibid.
26
Susiadi, Metodologi Penelitian., (Bandar Lampung, Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M Institusi Agama
Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2015), 107.

xviii
variabel yang berupa dokumen, transkip, surat kabar, majalah, jurnal, catatan

serta buku-buku yang ada yang ada hubungannya dengan tema penelitian.

Adapun dalam penelitian ini metode dokumentasi yang penulis gunakan untuk

memperoleh data tentang bagaimanakah peran Paralegal dalam

mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung nomor 5 tahun

2020 tentang Bantuan Hukum.

5. Metode Pengelolaan Data

Pengelolahan data meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan, yang

bertujuan untuk mengurangi kesalahan maupun kekurangan didalam pertanyaan.

Kegiatan ini dilakukan untuk mengoreksi suatu data sudah benar atau relevan

dengan data penelitian dilapangan ataupun dari literatur27.

b. Coding (Penandaan Data) yaitu memberikan catatan atau tanda yang menyatakan

jenis sumber data, pemegang hak cipta, atau urutan rumusan masalah.

c. Reconstructing (Rekontruksi) Data yaitu menyusun ulang data secara teratur,

berurutan dan logis sehingga mudah dipahami dan di interprestasikan.

d. Sistematizing atau sistematisasi, yaitu “menempatkan data menurut kerangka

sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah”, yang dimaksud dalam hal ini

yaitu, mengelompokkan data secara sitematis data yang sudah diedit dan diberi

tanda itu menurut klasifikasi dan urutan masalah28.

6. Metode Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca, data yang telah dikumpulkan di analisa secara kualitatif dengan

menggunakan metode deduktif, yaitu penarikan kesimpulan yang berawal dari

27
Emzir, Metodelogi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Bandung: PT Grafindo Persada, 2010), 56.
28
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2004).

xix
pengetahuan yang bersifat umum kemudian ditarik suatu kesimpulan khusus. Teknik

ini dilakukan dengan cara meneliti peraturan yang ada dan dikaitkan dengan situasi

dan kondisi yang dihadapi oleh Paralegal dalam mengimplementasikan Peraturan

Daerah Kota Bandar Lampung nomor 5 tahun 2020 tentang Bantuan Hukum.

Berdasarkan dari pembahasan buku, jurnal, artikel terkait dan narasumber.

J. Kerangka Teori

Untuk mempertajam analisa digunakan beberapa teori yang relevan dengan


kajian ini, yaitu sebagai berikut penjelasannya :

1. Teori Evektifitas Soerjono Soekanto

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektivan hukum:29

a. Faktor hukumnya sendiri

Berdasarkan teori-teori ilmu hukum, dapat dibedakan tiga macam hal

mengenai berlakunya hukum sebagai kaidah. Hal itu diungkapkan sebagai berikut:

1. Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan pada

kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk atas dasar yang telah ditetapkan.

2. Kaidah hukum berlaku secara apabila kaidah sosiologis, tersebut efektif. Artinya,

kaedah dimaksud dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun tidak

diterima oleh warga masyarakat atau kaidah itu berlaku karena adanya pengakuan dari

masyarakat.

3. Kaidah hukum berlaku secara filosofis, yaitu sesuai dengan cita hukum sebagai

nilai positif yang tertinggi.

Kaidah hukum jika dikaji secara mendalam, agar hukum itu berfungsi maka

setiap kaidah hukum harus memenuhi unsur-unsur yuridis, sosiologis, dan filosofis,

sebab bila kaidah hukum hanya berlaku secara yuridis, ada kemungkinan kaidah itu.

29
Nur Fitryani Siregar, Efektivitas Hukum, Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Kemasyarakatan, Vol. 18, No. 2, (2018): 6-
15, https://ejournal.stai-br.ac.id/index.php/alrazi/article/view/23.

xx
b. Faktor penegak hukum

Faktor ini meliputi pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum

atau law enforcement. Bagian-bagian itu law enforcement adalah aparatur penegak

hukum yang mampu memberikan kepastian, keadilan, dan kemanfaat hukum secara

proporsional. Aparatur penegak hukum menyangkup pengertian mengenai institusi

penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum, sedangkan aparat penegak

hukum dalam arti sempit dimulai dari kepolisian, kejaksaan, kehakiman, penasehat

hukum dan petugas sipir lembaga pemasyarakatan.

Penasehat hukum dalam menjalankan kewajibannya dalam melakukan

bantuan hukum memerlukan paralegal sebagai instrumen pendukung sesuai dengan

UU.

setiap aparat penegak hukum tersebut mempunyai kedudukan (status) dan

peranan (role). Kedudukan (sosial) merupakan posisi tertentu di daloam struktur

kemasyarakatan. Kedudukan tersebut merupakan peranan atau role, oleh karena itu

seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu, lazimnya mempunyai peranan. Suatu

hak merupakan wewenang untuk berbuat dan tidak berbuat, sedangkan kewajiban

adalah beban atau tugas. Suatu peranan tertentu dapat di jabarkan dalam unsur- unsur

sebagai berikut : (1) peranan yang ideal / ideal role ; (2) peranan yang seharusnya /

expected role; (3) peranan yang dianggap oleh diri sendiri / perceived role; dan (4)

perana yang sebenarnya dilakukan / actual role.

Ada tiga elemen penting yang mempengaruhi mekanisme bekerjanya aparat

dan aparatur penegak hukum, menurut Jimmly Asshidiqie elemen tersebut, yaitu :

(1) istitusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana

pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya;

xxi
(2) budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai

kesejahteraan aparatnya; dan

(3) perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaanya maupun

yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum

materilnya maupun hukum acaranya.

Upaya penegakan hukum secara sistematik haruslah memperhatikan ketiga

aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan secara

internal dapat diwujudkan secara nyata Dalam pelaksanaannya penegakan hukum

oleh penegak hukum di atas dijumpai beberapa halangan yang disebabkan oleh

penegak hukum itu sendiri, halagan-halangan tersebut antara lain :

1. Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak

lain dengan siapa dia beriteraksi.

2. Tingkat aspirasi yang relative belum tinggi.

3. Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehingga

sulit sekali untuk membuat suatu proyeksi.

4. Belum adanya kemampuan untuk menunda pemuasan suatu kebutuhan

tertentu, terutama kebutuhan materiel.

5. Kurangnya daya inovatif yang sebenarnya merupakan pasangan

konservatisme. Menurut Soerjono Soekanto hambatan maupun halangan penegak

hukum dalam melakukan penegakan hukum tersebut dapat diatasi dengan cara

mendidik, membiasakan diri untuk mempunyai sikap-sikap antara lain : sikap terbuka,

senantiasa siap menerima perubahan, peka terhadap masalah yang terjadi, senantiasa

mempunyai informasi yang lengkap, oreentasi ke masa kini dan masa depa,

menyadari potensi yang dapat di kembangkan, berpegang pada suatu perencanaan,

percaya pada kemampuan iptek, menyadari dan menghormati hak dan kewajiban,

xxii
berpegang teguh pada keputusan yang diambil atas dasar penalaran dan perhitungan

yang mantab.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

Fasilitas pendukung secara sederhana dapat dirumuskan sebagai sarana untuk

mencapai tujuan. Ruang lingkupnya terutama adalah sarana fisik yang berfungsi

sebagai faktor pendukung. Fasilitas pendukung mencangkup tenaga manusia yang

berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan

yang cukup dan sebagainya. Jika fasilitas pendukung tidak terpenuhi maka mustahil

penegakan hukum akan nencapai tujuannya. Kepastian dan kecepatan penyelesaian

perkara tergantung pada fasilitas pendukung yang ada dalam bidang-bidang

pencegahan dan pemberantasan.

Peningkatan fasilitas pendukung, mempunyai peranan yang sangat penting

bagi kepastian dan penanganan perkara-perkara bagi advokat dan paralegal, sehingga

tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut tidak akan mungkin penegak hukum

menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual, maka untuk

sarana atau fasilitas tersebut sebaiknya dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Yang tidak ada maka diadakan yang baru betul;

2. yang rusak atau salah maka diperbaiki atau di betulkan.

3. yang kurang seharusnya di tambah.

4. yang macet harus di lancarkan.

5. yang mundur atau merosot harus di majukan atau di tingkatkan.

Faktor ketiga yaitu faktor sarana atau fasilitas yang membantu penegakan

hukum, menurut Soerjono Soekanto sendiri menyatakan bahwa tidak mungkin

penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar tanpa adanya sarana atau fasilitas

yang memadai. Fasilitas atau sarana yang memadai tersebut, antara lain, mencakup

xxiii
tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan

yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal itu tidak terpenuhi

maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya. Kita bisa bayangkan

bagaimana penegakan peraturan akan berjalan sementara aparat penegaknya memiliki

pendidikan yang tidak memadai, memiliki tata kelola organisasi yang buruk, di

tambah dengan keuangan yang minim.

d. Faktor masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai

kedamaian didalam masyarakat. Masyarakat mempunyai pendapatpendapat tertentu

mengenai hukum. Masyarakat Indonesia mempunyai pendapat mengenai hukum

sangat berfareasi antara lain :

1. Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan.

2. hukum diartikan sebagai disiplin, yakni sistem ajaran tentang kenyataan

3. hukum diartikan sebagai norma atau kaidah, yakni patokan perilaku pantas

yang diharapkan.

4. hukum diartikan sebagai tata hukum (yakni hukum positif tertulis) .

5. hukum diartikan sebagai petugas atau pejabat.

6. hukum diartikan sebagai keputusan pejabat atau penguasa.

7. hukum diartikan sebagai proses pemerintahan.

8. hukum diartikan sebagai perilaku teratur dan unik.

9. hukum diartikan sebagai jalinan nilai.

10. hukum diartikan sebagai seni.

Permasalahan lain yang timbul sebagai akibat anggapan masyarakat adalah

megenai penerapan undang-undangan yang ada / berlaku. Jika penegak hukum

menyadari dirinya dianggap hukum oleh masyarakat, maka kemungkinan penafsiran

xxiv
mengenai pengertian perundang-undangan bisa terlalu luas atau bahkan tewrlalu

sempit. Selain itu mungkin timbul kebiasaan untuk kurang menelaaah bahwa

perundang-undangan kadangkala tertinggal dengan perkembagan di dalam

masyarakat. Anggapan-anggapan masyarakat tersebut harus mengalami perubahan

dalam kadar tertentu. Perubahan tersebut dapat dilakukan memlalui penerangan atau

penyuluhan hukum yang bersinambungan dan senan tiasa diefaluasi hasil-hasinya,

untuk kemudian dkembangkan lagi. Kegiatan-kegiatan tersebut nantinya kan dapat

menempatkan hukum pada kedudukan dan peranan yang semestinya.

e. Faktor kebudayaan

Faktor kebudayaan sebernarnya bersatu padu dengan faktor masyarakat

sengaja dibedakan, karena didalam pembahasannya diketengahkan masalah sistem

nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non material.

Hal ini dibedakan sebab menurut Lawrence M. Friedman yang dikutip

Soerdjono Soekamto , bahwa sebagai suatu sistem (atau subsistem dari sistem

kemasyarakatan), maka hukum menyangkup, struktur, subtansi dan kebudayaan.

Struktur menyangkup wadah atau bentuk dari sistem tersebut yang, umpamanya,

menyangkup tatanan lembaga-lembaga hukum formal, hukum antara lembaga-

lembaga tersebut, hak-hak dan kewajiban-kewajibanya, dan seterusnya. Kebudayaan

(sistem) hukum pada dasarnya mencangkup nilai-nilai yang mendasari hukum yang

berlaku, nilai-nilai yangmerupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang

dianggap baik (hingga dianuti) dan apa yang diangap buruk (sehingga dihindari).

Nilai-nilai tersebut, lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua

keadaan estrim yang harus diserasikan. Pasangan nilai yang berperan dalam hukum

menurut Soerdjono Soekamto adalah sebagai berikut :

1. Nilai ketertiban dan nilai ketenteraman.

xxv
2. Nilai jasmaniah/kebendaan dan nilai rohaniah/seakhlakan

3. Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebaruan/ inovatisme.

Dengan adanya keserasian nilai dengan kebudayaan masyarakat setempat

diharapkan terjalin hubungan timbal balik antara hukum adap dan hukum positif di

Indonesia, dengan demikian ketentuan dalam pasal-pasal hukum tertulis dapat

mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum adat supaya hukum

perundang-undangan tersebut dapat berlaku secara efektif. Kemudian diharapkan juga

adanya keserasian antar kedua nilai tersebut akan menempatkan hukum pada

tempatnya.

2. Siyasah Tanfidziyah

Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan siyasah adalah “ilmu yang membahas

tentang cara pengaturan masalah ketatanegaraan seperti (bagaimana mengadakan atau

melaksanakan) perundang-undangan yang diciptakan untuk memelihara ketertiban

dan kemaslahatan serta mengatur keadaan yang sesuai dengan prinsip Islam,

meskipun mengenai pengaturan persoalan tersebut tidak ada dalil khusus yang

mengaturnya”.30

Kata Tanfidziyah adalah bagian dari fiqh siyasah yang membahas mengenai

perundang-undangan negara. Dalam hal ini tanfidziyah lebih membahas pada

pelaksanaan perundang-undangan atau pelaksanaan konsep-konsep pada suatu

konstitusi Negara serta pada bagian sistem penyelenggaraan pemerintahan atau

eksekutif.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dimengerti bahwa siyasah

tanfidziyah merupakan suatu ilmu tatanegara dalam islam yang membahasa mengenai

pelaksanaan terhadap perudang-undangan. Di sini pemerintah daerah Kota Bandar

30
Majar Ibnu Syarif, Fiqh Siyasah: Doktrin Dan Pemikiran Politik Islam, (Jakarta; Erlangga,2009), 2.

xxvi
Lampung memiliki kewewenangan untuk menjabarkan dan mengaktualisasikan

peraturan daerah yang telah dirumuskan tersebut. Pelaksana tertinggi kekuasaan ini

adalah pemerintah daerah (kepala daerah). Sebagai pemegang kekuasaan harus

menjalankan kekuasaanya dengan sebaik mungkin karena dalam islam kekuasaan

adalah bagian dari suatu perintah yang sangat penting dan dapat menjadikan suatu

ladang amal yang sangat besar sehingga dapat menghasilkan sebuah pahala. Syariat

islam merupakan hukum islam yang diciptakan oleh allah demi untuk mewujudkan

kemaslahatan para umat manusia.

Berdasarkan syariat islam dalam melaksanakan bantuan hukum harus

dilakukan secara amanah, jujur, obyektif dalam menegakan kebenaran dan keadilan,

harus sesuai dengan konteks saat mengontrol yang baik maupun yang salah serta

sesuai dengan tugas dan tujuannya dalam melakukan pelaksanaan.

Dalam Al-Quran diketahui banyak sekali ayat yang dijadikan landasan hukum

bagi perumusan konsep Paralegal dan bantuan hukum. Salah satunya adalah QS. Al-

Nisâ’ ayat 35 yang banyak dijadikan dasar bagi perumusan konsep hakam dalam

penegakan hukum.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Nisâ’ayat 35:

‫َو ِاْن ِخ ْفُتْم ِش َقاَق َبْيِنِهَم ا َفاْبَع ُثْو ا َح َك ًم ا ِّم ْن َاْهِلٖه َو َح َك ًم ا ِّم ْن َاْهِلَهاۚ ِاْن ُّيِرْيَدآ ِاْص اَل ًحا ُّيَو ِّفِق ُهّٰللا َبْيَنُهَم ا‬

‫ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع ِلْيًم ا َخ ِبْيًرا‬

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang

hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua

orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada

suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

(QS: Al-Nisâ’[4]: 35).


xxvii
Kasus turunnya ayat tersebut menjadi dasar bagi pemenuhan hak hukum dan keadilan

dapat dilakukan oleh tiga jasa hukum, yakni: al-hakâm, al-muftî dan al-mushâlih al- ‘alaih,

yang memiliki kesamaana fungsi dengan advokat, pengacara, arbiter, konsultan atau

penasehat hukum yang berperan memberikan jasa hukum. Secara umum, fungsi mereka

adalah memberikan nasihat atau bantuan jasa hukum kepada para pihak agar mereka saling

melaksanakan kewajiban dan mengembalikan haknya kepada pihak lain secara ishlah dan

musyawarah sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Nisâ’ ayat 35 dan QS. al-Hujurât ayat

5931.

Memperhatikan ayat-ayat tersebut di atas dapat diketahui bahwa dalam aplikasinya,

syariat Islam telah menempatkan manusia unruk melakukan pemenuhan hak, hukum dan

keadilan untuk mengadakan perbaikan. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1) Fiqih Siyasah Tanfudziyah diperuntukkan bagi setiap individu agar menyadari

kewajiban paralegal dalam melaksanakan peraturan daerah dengan penuh keikhlasan. Di

samping kewajiban yang harus ditunaikan tersebut, ajaran Islam juga menyatakan bahwa

setiap individu juga memiliki hak-hak yang dijamin dan dilindungi.

2) Pada tingkatan selanjutnya, Islam menjelaskan bahwa setelah individu, keluarga

juga memiliki kedudukan suci yang harus dijaga dan dipelihara, dengan cara memperkuat

rasa tanggung jawab setiap anggotanya, dan mengisinya dengan saling mencintai dan saling

menghormati.

3) Pada tingkatan yang lebih luas, yang menjadi sasaran hukum Islam adalah masyarakat.

Islam menegaskan bahwa sebuah masyarakat hanya akan terbentuk dari gugusan keluarga.

Demi menjaga eksistensi sebuah masyarakat, Islam memberikan beberapa pilar hukumnya,

31
Didi Kusnadi, “Asas-Asas Bantuan Hukum Dan Peran Hakam Dalam Penegakan Hukum: Studi Kritis Atas Tafsir
Al-Quran Surat Al-Nisâ’ Ayat 35” Asy-Syari‘ah Vol. 17, No. 3 (2015): 215, https://doi.org/10.15575/as.v18i2.661.

xxviii
seperti peraturan, hukum, undang-undang, majelis syura, dan hubungan antara pemimpin dan

rakyat.

K. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini dibagi dalam Lima bab dan setiap bab dibagi dalam

beberapa sub bab, berikut sistematika penulisan dalam penelitian ini:

Bab 1 Pendahuluan

Membahas tentang: Latar belakang masalah, Rumuasan masalah, Identifikasi

masalah, Batasan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Landasan teori, Metode

penelitian dan Sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Membahas tentang: penulisan proposal penelitian yang berisi mengenai uraian

beberapa topik secara luas yang berkaitan dengan judul yang akan digunakan sebagai alat

analisis dalam bab pembahasan dalam penelitian ini. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai

peran Paralegal dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

nomor 5 tahun 2020 tentang Bantuan Hukum.

Bab III Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan mengenai gambaran umum atau profil dari objek dalam penelitian yaitu:

Paralegal dan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Serikat Pekerja Seluruh Indonesia

Provinsi Lampung.

Bab IV Analisis Penelitian

Merupakan penyajian data dan analisis yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian

secara empiris yang terdiri dari gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis, serta

xxix
diakhiri dengan pembahasan temuan. Bab ini berfungsi sebagai bahan kajian untuk

memaparkan data yang diperoleh guna menemukan kesimpulan.

Bab V Penutup

Merupakan bab terakhir atau penutup yang di dalamnya berisi kesimpulan dan saran-

saran. Bab ini untuk memperoleh gambaran dari hasil penelitian berupa kesimpulan, saran-

saran dan lampiran.

DAFTAR RUJUKAN

Adhi, Neo Kurniawan. “Peran Paralegal Dalam Perlindungan Serta Pemenuhan Hak Hukum
Masyarakat” . Jurnal Praksis dan Dedikasi (JPDS). Vol. 3, No. 1 (2020): 28.
http://dx.doi.org/10.17977/um032v3i1p28-33.

xxx
Akram, Pandu, “Bantuan Hukum: Pengertian, Sejarah, Ruang Lingkup, Hak dan
Kewajibannya”, Gramedia.com, 2021, https://www.gramedia.com/literasi/bantuan-
hukum/.
Angga dan Ridwan Arifin. “Penerapan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Kurang Mampu Di
Indonesia”. Diversi Jurnal Hukum, Vol. 6, No. 2. (2018): 219. doi:
10.32503/diversi.v4i2.374.
Berkah, Muhammad Aulia, “Implementasi Pasal 9 Huruf (A) Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum Terkait Peran Paralegal Dalam Memberikan
Bantuan Hukum Secara Litigasi Dan Non-Litigasi Kepada Masyarakat”. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Malang. 2017.
Emzir, Metodelogi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Bandung: PT Grafindo Persada.
2010.
Fitryani, Nur Siregar. Efektivitas Hukum. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Kemasyarakatan.
Vol. 18, No. 2. (2018): 6-15. https://ejournal.stai-br.ac.id/index.php/alrazi/article/.
Ibnu, Majar Syarif, Fiqh Siyasah: Doktrin Dan Pemikiran Politik Islam. Jakarta: Erlangga.
2009.
Irawan, Ade Taufik. “Sinergisitas Peran dan Tanggung Jawab Advokat dan Negara Dalam
Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma”. Jurnal RechtsVinding. Vol 2, no. 1.
(2013): 49. http://dx.doi.org/10.33331/rechtsvinding.v2i1.81.
Iqbal, Muhammad. Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta; Kencana. 2014.
Kadir, Abdul Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.
2004.
Kaelan, M.S, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Paradigma. 2005.
Kusnadi, Didi. “Asas-Asas Bantuan Hukum Dan Peran Hakam Dalam Penegakan Hukum:
Studi Kritis Atas Tafsir Al-Quran Surat Al-Nisâ’ Ayat 35”. Asy-Syari‘ah. Vol. 17,
No. 3 (2015): 215. https://doi.org/10.15575/as.v18i2.661.
Mansyuri dan M. Zainuddin, Ma, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif.
Bandung: PT Refika Aditama. 2009.
Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Bantuan Hukum.
Prafitasari, Ardina. “Organisasi Kepemudaan yang Efektif dan Efisien dalam Meningkatan
Partisipasi Masyarakat Desa Darungan Kecamatan Wlingi”. Jurnal Translitera. Vol.
4, No. 4. (2016): 36. https://doi.org/10.35457/translitera.v4i2.351.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka. 2008.
Rahmat, A. Rosyadi dan Sri Hartini. Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif.
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003).
Rahmat, Yanuar N Sitanggang, “Peran Paralegal Dalam Melakukan Pendampingan Hukum
Terhadap Anak Yang Berkonflik Hukum”. Universitas Muhammadiyah Sumatera

xxxi
Utara. 2018.
Randy, Mohamad Isman, “Implikasi Peranan Paralegal Terhadap Penanggulangan Berita
Bohong (Hoax) Sebagai Bentuk Civic Engagement”. Universitas Pendidikan
Indonesia. 2019.
Rosyadi, Rahmat dan Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 36-37.
Serdermayanti, Hayati, Syarifudin, Metodologi Penelitian. Bandung: Manjang Maju. 2002.
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
2008.
Susiadi, Metodologi Penelitian. (Bandar Lampung, Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M
Institusi Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2015), 95.
Trisnani. “Peran KIM Daerah Tertinggal dalam Memanage Informasi untuk Meningkatkan
Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat Sekitar”. Jurnal Komunikasi, Media Dan
Informatika. Vol. 6, No. 1. (2017): 32. doi:10.31504/komunika.v6i1.987.
W, Mulyana Kusumah, Paralegal dan Akses Masyarakat terhadap Keadilan. Jakarta: YLBH
.1991.

OUTLINE SEMENTARA

HALAMAN JUDUL

xxxii
ABSTRAK
PERNYATAAN ORISINAILITAS
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LAMPIRAN

BAB I: PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
B. Latar Belakang Masalah
C. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
D. Fokus dan Sub-Fokus Penelitian
E. Rumusan Masalah
F. Tujuan Penelitian
G. Manfaat Penelitian
H. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
I. Metode Penelitian
J. Kerangka Teoritik
K. Sistematika Pembahasan

BAB II : LANDASAN TEORI


A. Kajian Umum Fiqh Siyasah Tanfidziyah
1. Pengertian Fiqh Siyasah Tanfidziyah
2. Ruang lingkup Fiqh Siyasah Tanfidziyah
B. Kajian Umum Paralegal
1. Pengertian Paralegal
2. Dasar Hukum Paralegal
3. Peran dan Fungsi Paralegal
C. Kajian Umum Bantuan Hukum
1. Pengertian Bantuan Hukum
2. Dasar Hukum Bantuan Hukum
3. Fungsi dan Tujuan Bantuan Hukum

xxxiii
4. Pelayanan Bantuan Hukum Perspektif Islam

BAB III : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN


A. Gambaran Umum LKBH SPSI Provinsi Lampung
1. Sejarah singkat LKBH SPSI Provinsi Lampung
2. Visi dan Misi
3. Strukutur Organisasi
B. Penyajian Fakta dan Data Penelitian

BAB IV : ANALISIS PENELITIAN


A. Peran Paralegal dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota
Bandar Lampung nomor 5 tahun 2020 tentang bantuan hukum.
B. Tinjauan Siyasah Tanfidziyah Terhadap Peran Paralegal dalam
mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung nomor
5 tahun 2020 tentang bantuan hukum.

BAB V : PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR RUJUKAN

xxxiv

Anda mungkin juga menyukai