Hukum
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah: Hukum Advokasi dan Penyuluhan
Hukum HES 7B
Dosen Pengampu: Mustholih, SHI., MH., CLA.
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR……………………………………………………… 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………... 3
BAB I……………………………………………………………………….. 4
PENDAHULUAN…………………………………………………………... 4
A. Latar Belakang………………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 4
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………. 4
BAB II………………………………………………………………………. 5
PEMBAHASAN…………………………………………………………….. 5
A. Penyuluhan hukum sebagai metode sosialisasi peraturan
perundang-undangan…………………………………………..……. 5
B. Penyebaran peraturan perundang-undangan menurut
UU Nomor 12 Tahun 2011…………………………………..……… 6
C. Profesi penyuluh hukum menurut
Perpres Nomor 27 tahun 2017 ……………………………...………. 8
D. KPK dan Penyuluh Hukum anti korupsi ……………..……………... 9
E. Peran dan fungsi penyuluh agama dalam membangun
moral masyarakat ……………………………………………………. 9
BAB III………………………………………………………………………. 12
PENUTUP……………………………………………………………………. 12
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 12
B. Kritik dan Saran………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 13
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyuluh hukum merupakan profesi yang dibutuhkan bagi negara Indonesia. Megingat
negara Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki banyak peraturan perundang
undanga baik peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun yang dikeluarkan
pemerintah daerah. Banyaknya peraturan tersebut seringkali membuat bingung masyarakat
dan ketidaktahuan akan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Bukan hanya
masyarakat, kadangkala sarjana hukum atau profesi hukum juga tidak mengetahui
peraturan keseluruhan. Maka dari itu untuk menyebarkan peraturan perundang undangan
yang dibuat, dibutuhkan yang Namanya penyuluhan hukum. Penyuluhan hukum akan
menyebarkan pengetahuan atau sosialisasi peraturan perundang undangan kepada
masyarakat umum maupun akademisi.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui metode sosialisasi peraturan perundang undangan dengan penyuluhan
hukum
2. Mengetahui penyebara peraturan perundang undangan menurut UU No.12 Tahun
2011
3. Mengetahui Profesi penyuluh hukum menurut Perpres Nomor 27 tahun 2017
4. Mengetahui KPK dan Penyuluh Hukum anti korupsi
F. Mengetahui Peran dan fungsi penyuluh agama dalam membangun moral
masyarakat
C. Tujuan Masalah
Menyelesaikan tugas perkuliahan membuat makalah dalam mata kuliah advokasi dan
penyuluhan hukum HES 7B.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Kemenkumham, Ceramah Penyuluhan Hukum Untuk Tingkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat, 02 Mei
2019, https://lampung.kemenkumham.go.id/pusat-informasi/artikel/2491-ceramah-penyuluhan-hukum-untuk-
tingkatkan-kesadaran-hukum-masyarakat, diakses tanggal 19 September 2021
2
Muhammad Yasin dan Aji Prasetyo, 27 Agustus 2019, Penyuluh Hukum, Penyambung Suara Hukum yang
Harus Terus Berinovasi, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d63e1523b30f/penyuluh-hukum--
penyambung-suara-hukum-yang-harus-terus-berinovasi/, diakses tanggal 19 September 2021
3
Yul Ernis, 2018, Implikasi Penyuluhan Hukum Langsung Terhadap Peningkatan Kesadaran Hukum
Masyarakat (Implication of Direct Legal Education to the Improvement of Public Legal Awareness), De Jure
18, no. 4. Hal. 485
4
Yul Ernis, 2018, Implikasi Penyuluhan Hukum Langsung Terhadap Peningkatan Kesadaran Hukum
Masyarakat (Implication of Direct Legal Education to the Improvement of Public Legal Awareness), De Jure
18, no. 4. Hal. 485-486
5
Sedangkan bentuk-bentuk penyuluhan hukum tidak langsung adalah melalui media elektronik
dan media cetak. Melalui media elektronik dapat dilaksanakan bekerjasama dengan stasiun televisi,
radio, penyedia layanan internet dan/atau media elektronik lainnya. Kegiatannya dapat berupa
dialog intereaktif, wawancara radio, pentas panggung, sandiwara, sinetron, fragmen dan flm.
Sedangkan melalui media cetak dapat bekerjasama dengan perusahaan di bidang media cetak,
antara lain: spanduk, poster, leaflet, booklet, billboard, surat kabar, majalah, runing text, atau
bentuk lainnya.5
Contohnya Kegiatan Sosialisasi/Penyuluhan Hukum yang dibuka Oleh Asisten Pemerintahan
dan Kesra serta dihadiri oleh Kepala Bagian Penyuluhan, Dokumentasi dan Informasi Biro Hukum
Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang menyelenggarakan kegiatan sosialisasi/penyuluhan hukum
kepada masyarakat kelurahan melalui kesenian tradisional Campursari dengan tema hukum
perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974) dan kekerasan dalam rumah tangga (UU No. 23 Tahun 2004).
Maksud kegiatan adalah untuk menarik antusias warga terhadap pengetahuan dan pemahaman
hukum keluarga meliputi Hukum Perkawinan dan KDRT. Tujuan kegiatan adalah memberikan
pengetahuan, pemahaman serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sehingga tercipta
masyarakat berhatinurani, berbudaya dan cerdas hukum.6
5
Yul Ernis, 2018, Implikasi Penyuluhan Hukum Langsung Terhadap Peningkatan Kesadaran Hukum
Masyarakat (Implication of Direct Legal Education to the Improvement of Public Legal Awareness), De Jure
18, no. 4. Hal. 486
6
JDIH Blitar, 04 September 2019, Kegiatan Sosialisasi/Penyuluhan Hukum Kepada Masyarakat Kelurahan
Melalui Kesenian Tradisional, http://jdih.blitarkota.go.id/berita/4, diakses tanggal 19 September 2021
7
M. Nur Sholikin, 12 November 2014, Efektivitas Penyebarluasan Undang-undang Secara Online oleh
Pemerintah, https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt546316f0a995e/efektivitas-penyebarluasan-undang-
undang-secara-online-oleh-pemerintah/, diakses tanggal 19 September 2021
8
UU Nomor 12 Tahun 2011
6
Pemerintah sejak penyusunan Prolegnas, penyusunan Rancangan Undang-Undang, pembahasan
Rancangan UndangUndang, hingga Pengundangan Undang-Undang. (2) Penyebarluasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh
masukan masyarakat serta para pemangku kepentingan.
Pada Pasal 89 (1) Penyebarluasan Prolegnas dilakukan bersama oleh DPR dan Pemerintah yang
dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi. (2)
Penyebarluasan Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR dilaksanakan oleh
komisi/panitia/badan/alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi. (3)
Penyebarluasan Rancangan Undang-Undang yang berasal dari Presiden dilaksanakan oleh instansi
pemrakarsa.
Pasal 90 (1) Penyebarluasan Undang-Undang yang telah diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia dilakukan secara bersama-sama oleh DPR dan Pemerintah. (2) Penyebarluasan
Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh DPD sepanjang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Pasal 91 (1) Dalam hal Peraturan Perundang-undangan perlu diterjemahkan ke dalam bahasa
asing, penerjemahannya dilaksanakan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum. (2) Terjemahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan terjemahan resmi.
Bagian kedua tentang Penyebarluasan Prolegda, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi atau
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, dan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.
Pasal 92 (1) Penyebarluasan Prolegda dilakukan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah sejak
penyusunan Prolegda, penyusunan Rancangan Peraturan Daerah, pembahasan Rancangan Peraturan
Daerah, hingga Pengundangan Peraturan Daerah. (2) Penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan untuk dapat memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat
dan para pemangku kepentingan.
Pasal 93 (1) Penyebarluasan Prolegda dilakukan bersama oleh DPRD dan Pemerintah Daerah
Provinsi atau Kabupaten/Kota yang dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD yang khusus
menangani bidang legislasi. (2) Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari
DPRD dilaksanakan oleh alat kelengkapan DPRD. (3) Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah
yang berasal dari Gubernur atau Bupati/Walikota dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah.
7
Pasal 94 Penyebarluasan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah dilakukan bersama oleh DPRD dan Pemerintah
Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota.
Bagian ketiga untuk Naskah yang Disebarluaskan
Pasal 95 Naskah Peraturan Perundang-undangan yang disebarluaskan harus merupakan salinan
naskah yang telah diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah, dan Berita Daerah.
Lalu untuk partisipasi masyarakat
Pasal 96 (1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. (2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:
a. rapat dengar pendapat umum;
b. kunjungan kerja;
c. sosialisasi; dan/atau
d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang perseorangan atau kelompok
orang yang mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan Peraturan Perundang-undangan. (4)
Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan Perundang-undangan harus dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat.
8
D. KPK dan Penyuluh Hukum anti korupsi
Korupsi menjadi permasalahan bagi negara berkembang. Indonesia sebagai negara
berkembang mendapatkan imbas dari proses politik yang menggunakan kontestasi bebas,
seandainya Indonesia tidak menghadirkan KPK sebagai lokomotif pemberantasan korupsi
maka jangka pendek atau jangka panjang akan merusak tatanan kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.10
Menurut UU No.30 Pasal 2 dan 3 Tahun 2002, Komisi PemberantasanKorupsi (KPK)
adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat
independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Pemberantasan TIPIKOR
berdasarkan pasal 1 ayat (3) UU No.30 Tahun 2002 adalah:11
“serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidanakorupsi melalui
upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran sertamasyarakat berdasarkan peraturan
perundang - undangan yang berlaku.”
Dasar hukum pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi ditetapkansecara tegas
dalam pasal 2, UU RI No.30 Tahun 2002 yang berbunyi “denganUndang-undang ini
dibentuk Komisi pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang untuk selanjutnya
disebutKomisi Pemberantasan Korupsi.”
Namun, efektif terbentuknya KPK pada tanggal 29 Desember 2003 Peran dan fungsi
penyuluh agama dalam membangun moral masyarakat.
9
Perpres No.27 Tahun 2017
10
Agus Machfud Fauzi; Politik Kebijakan Pemberantasan Korupsi hal.41
9
Dengan demikian, segala bentuk terorisme, brutalisme, anarkisme, perusakan dan tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Muslim radikal yang
mengatasnamakan Islam sebenarnya bertentangan dengan watak dasar, visi dan misi damai
Islam itu sendiri. Oleh karena itu, hendaknya perlu dipisahkan antara perilaku orang Islam
dengan Islam sebagai doktrin.
Tidak ada doktrin dalam Islam (juga dalam agama-agama lain), baik secara eksplisit
maunpun secara implisit, yang mengajarkan terorisme, brutalisme, anarkisme, perusakan,
pembakaran atau pun tindaktanduk kekerasan lainnya terhadap komunitas, baik yang
seagama maupun tidak seagama.
Dengan kata lain, terorisme dan segala bentuk tindakan kekerasan tidak ada kaitannya
sama sekali dengan Islam atau ajaran suatu agama. Islam adalah agama missionary
(dakwah) yang, menurut kodrat dan wataknya, harus tersebar, tersiar dan disiarkan oleh
para pemeluknya. Dalam menyiarkan Islam, Allah SWT dalam kitab suci Al-Qur’an telah
menggariskan tata cara, prinsip-prinsip atau metode dakwah yang harus ditempuh oleh
umat Islam:
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan cara bijaksana dan pelajaran yang baik
serta bantahlah mereka dengan cara yang baik (pula).12
Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu.13
Dari firman Allah tersebut di atas, jelaslah bahwa upayaupaya penyiaran Islam oleh
umatnya haruslah menempuh caracara dakwah yang baik, yaitu dengan cara yang
bijaksana, disampaikan dengan cara memberi pelajaran yang baik dan dengan cara
berdiskusi (berdialog atau berargumentasi) dengan tata cara yang baik pula. Tidak ada
ajaran dalam Islam, baik dalam Alqur’an maupun Sunnah Rasul, yang menyuruh
pemeluknya untuk menyiarkan Islam dengan cara-cara paksaan dan kekerasan. Karena
Tuhan sendiri benan-benar melarang umat Islam untuk menyiarkan Islam dengan cara-cara
paksaan dan kekerasan:
12
QS Al Baqarah: 256.
13
QS Ali Imran: 159.
10
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas antara
jalan yang benar dari jalan yang salah.14
Ungkapan “tidak ada paksaan” yang terdapat dalam Al-Qur’an di atas harus diartikan
dalam pengertian yang dalam dan luas. Bahwa cara-cara dakwah yang dilakukan oleh umat
Islam harus tidak ada motif memaksa, baik itu paksaan secara terangterangan atau diam-
diam, baik itu paksaan secara nyata atau paksaan secara halus dan terselubung. Segala
bentuk paksaan dalam penyiaran dan dakwah adalah bertentangan dengan visi dan misi suci
agama itu sendiri. Setiap bentuk pemaksaan agama (baik dengan cara halus atau terang-
terangan) adalah bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi dan kebebasan beragama
yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Ketika terjadi “Fathu Makkah,” Nabi dan para
pengikutnya tidak melakukan tindakan balas dendam dan tidak pula memaksa orang-orang
Quraisy dan suku-suku Arab lainnya untuk memeluk agama Islam. Justru para kepala suku
masyarakat Arab di jazirah Arab berbondong-bondong datang kepada Nabi dan dengan
kesadaran sendiri yang mendalam, mereka menyatakan diri memeluk agama Islam.15
BAB III
QS Al Baqarah: 256.
14
Republik Bhinneka Tunggal Ika: Mengurai Isu-Isu Konflik, Multikulturalisme, Agama Dan Sosial
15
Budaya/Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang Dan Diklat Kementerian Agama RI hal.3-5
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyuluhan hukum adalah salah satu kegiatan penyebarluasan informasi dan pemahaman
terhadap norma hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada masyarakat.
Secara teoritik penyuluhan hukum dapat dilakukan dengan cara langsung, tidak langsung, dan atau
gabungan (langsung dan tidak langsung), dengan cara pendekatan persuasif, edukatif, komunikatif,
dan akomodatif (Pasal 8 dan 9 Permenkumham-RI, No.: M.01- PR.08.10/2006). Semua cara dan
pendekatan tersebut ditujukan untuk mencapai kesadaran hukum masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
12
Agus Machfud Fauzi; Politik Kebijakan Pemberantasan Korupsi
Al Qur’an
JDIH Blitar, 04 September 2019, Kegiatan Sosialisasi/Penyuluhan Hukum Kepada Masyarakat
Kelurahan Melalui Kesenian Tradisional, http://jdih.blitarkota.go.id/berita/4, diakses tanggal
19 September 2021
Kemenkumham, Ceramah Penyuluhan Hukum Untuk Tingkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat,
02 Mei 2019, https://lampung.kemenkumham.go.id/pusat-informasi/artikel/2491-ceramah-
penyuluhan-hukum-untuk-tingkatkan-kesadaran-hukum-masyarakat, diakses tanggal 19
September 2021
M. Nur Sholikin, 12 November 2014, Efektivitas Penyebarluasan Undang-undang Secara Online
oleh Pemerintah, https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt546316f0a995e/efektivitas-
penyebarluasan-undang-undang-secara-online-oleh-pemerintah/, diakses tanggal 19 September
2021
Muhammad Yasin dan Aji Prasetyo, 27 Agustus 2019, Penyuluh Hukum, Penyambung Suara
Hukum yang Harus Terus Berinovasi,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d63e1523b30f/penyuluh-hukum--penyambung-
suara-hukum-yang-harus-terus-berinovasi/, diakses tanggal 19 September 2021
Perpres No.27 Tahun 2017
Republik Bhinneka Tunggal Ika: Mengurai Isu-Isu Konflik, Multikulturalisme, Agama Dan Sosial
Budaya/Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang Dan Diklat Kementerian Agama RI
UU No. 12 Tahun 2011
UU No.30 Tahun 2002
Yul Ernis, 2018, Implikasi Penyuluhan Hukum Langsung Terhadap Peningkatan Kesadaran Hukum
Masyarakat (Implication of Direct Legal Education to the Improvement of Public Legal
Awareness), De Jure 18, no. 4. Hal. 485
13