Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK

DISUSUN OLEH :

ALFA WIJAYA KUSUMA

XII IPA B

SMAN 2 MUARA ENIM

TAHUN AJARAN 2023/2024


COVER NOVEL “SANG PEMIMPI”
A. Identitas Buku
Judul : Sang Pemimpi
Nama Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2006
Jumlah Halaman : 266 Halaman
ISBN : 978-602-291-663-5
Harga Novel :Rp. 89.000,00;

B. Sinopsis
Buku Kedua Andrea Hirata ini bercerita tentang masa SMA tiga orang pemuda, yaitu
Ikal, Arai dan Jimbron. Mereka bertiga adalah remaja yang berasal dari Belitong dan
melanjutkan sekolah di Manggar, SMA Negeri pertama di Manggar. Untuk mencukupi
kebutuhan sekolahnya Arai, Ikal dan Jimbron bekerja paruh waktu sebagai kuli di pasar
ikan.

Arai adalah yang paling cerdas diantara mereka bertiga, selalu mengutip kata-kata
inspiratif dari berbagai sumber “tak semua yang dihitung bisa diperhitungkan dan tak
semua yang diperhitungkan bisa dihitung”, sedangkan Ikal yang sangat mengidolakan H.
Roma Irama akan mengutip kalimat dari lirik lagu raja dangdut tersebut “Darah muda
adalah darahnya para remaja” sedangkan Jibron yang sangat menyukai kuda akan
mengeluarkan kalimat yang tidak jauh-jauh dari bahasan tentang kuda.

Kehidupan SMA adalah perjalanan mencari jati diri. Arai, saat itu jatuh cinta pada
teman sekelasnya, Zakia Nurmala, sedangkan Ikal jatuh cinta pada putri seorang cina, A
Ling, dan Jimbron jatuh cinta padaku.

C. Unsur Intrinsik
 Tema
Tema yang tersirat dalam novel “Sang Pemimpi” ini tak lain adalah
“persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta kepercayaan
terhadap kekuatan sebuah mimpi atau pengharapan”. Hal itu dapat dibuktikan
dari penceritaan per- kalimatnya dimana penulis berusaha menggambarkan
begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa seseorang menerjang
kerasnya kehidupan dan batas kemustahilan.
 Tokoh dan Penokohan
Muthia Sayekti atau pemulis Novel ini yang pernah mengalami rasa kurang percaya
diri dan merasa insecure dengan diri sendiri dan iri dengan kelebihan orang lain.

 Latar
Dalam novel ini disebutkan latarnya yaitu di Pulau Magai Balitong, los pasar dan
dermaga pelabuhan, di gedung bioskop, di sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal
Bogor, dan Pulau Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan malam. Latar
nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak remaja yang diselimuti impian-impian.

 Alur
Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur maju dan mundur). Alur maju
ketika pengarang menceritakan dari mulai kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika
menceritakan peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.

 Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini yaitu “orang pertama” (akuan). Dimana penulis mem-
posisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.

 Gaya Bahasa
Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan kata-kata dan
kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada unsur repetitif yang membosankan. Setiap
katanya mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik tiap-tiap katanya.
Selain itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penyampaian cerita yang
cerdas dan menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak mengandung
letupan intelegensi yang kuat sehingga pembaca tanpa disadari masuk dalam kisah dan
karakter-karakter yang ada dalam novel Sang Pemimpi.

 Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini adalah jangan berhenti bermimpi.
Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap subbabnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan
pernah bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu
secara jelas digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud memberikan titik terang
kepada manusia yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala keterbatasan.
D. Unsur Ektrinsik

 Nilai Sosial

Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan

rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing

saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam mewujudkan

impian-impian mereka sekalipun hampir mencapai batas kemustahilan. Dengan didasari

rasa gotong royong yang tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun

masih dapat saling membantu satu sama lain.

 Nilai Moral

Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan

rasa humanis yang terang dalam diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya

kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok remaja yang mempunyai

perangai yang baik dan rasa setia kawan yang tinggi.

 Nilai Agama

Nilai agama pada novel ini juga secara jelas tergambar. Terutama pada bagian-bagian

dimana ketiga tokoh ini belajar dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan

islam dan petuah-petuah Taikong (kyai) yang begitu hormat mereka patuhi. Hal itu juga

yang membuat novel ini begitu kaya.

Anda mungkin juga menyukai