Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN OPSI

APLIKASI “NS CULTURE” SEBAGAI PENGENALAN BUDAYA SUMATERA


UTARA BERBASIS AUGMENTED REALITY

TEMA

SMP Swasta Ahmad Yani Binjai

Kota Binjai, Sumatera Utara

Tahun 2022
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran seni rupa mengenai rumah adat Indonesia umumnya dilakukan di
sekolah melalui buku paket atau modul kebudayaan Indonesia, dimana terdapat gambar dan
beberapa penjelasan tanpa diketahui makna dari bangunan rumah adat (Romadhoni dan Prahara,
2022).
Teknologi augmented reality menampilkan konten 2D dan 3D seolah-olah nyata dan
ditampilkan adalah konten 2D yaitu animasi dan teks, serta konten 3D yaitu tampilan objek
wisata ( ).
Baterai merupakan perangkat elektronik yang dapat mengkonversi energi kimia
sehingga mengahasilkan energi listrik. Baterai merupakan sumber energi yang praktis sebagai
pencatu daya (power supply) yang dapat digunakan pada alat-alat elektronik yang dibutuhkan
dalam aktivitas manusia. Di Indonesia salah satu industri elektronika potensial dan
berkembang pesat adalah industri baterai. PT. Panasonic Gobel Energy Indonesia, kapasitas
produksi baterai kering berbasis mangan setiap tahun meningkat menjadi dua juta unit setiap
tahun, sehingga setiap tahun pemakaian baterai akan meningkat lebih dari dua juta unit bila
digabungkan dengan perusahaan-perusahaan yang lainnya dari tahun ke tahun (Kusyuniarti
dan Hadi, 2011). Pada dasarnya berdasarkan reaksi kimia, baterai terbagi atas dua jenis yaitu
baterai primer (single use battery) dan baterai sekunder (rechargeable battery) (Jubile, 2010).
Baterai primer lebih banyak digunakan dalam kehidupan manusia, misalnya pada perangkat
elektronik yang kebutuhan dayanya rendah karena penyusun komponen baterai primer yang
sederhana. Komponen utama pada baterai primer adalah batang karbon sebagai katoda (kutub
positif baterai), seng (Zn) sebagai anoda (kutub negatif baterai) dan pasta campuran MnO 2,
serbuk karbon dan NH4Cl sebagai elektrolit (penghantar) (Djuniardi, et al., 2011)

Kualitas dan biaya produksi baterai ditentukan oleh material penyusunnya, sehingga
baterai primer relatif lebih terjangkau. Adapun kelemahan baterai primer hanya dapat sekali
pakai dan tidak dapat diisi ulang sehingga menyebabkan masalah lingkungan akibat
banyaknya limbah baterai. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alternatif material baru yang
dapat dimanfaatkan untuk memproduksi baterai primer yang memiliki daya tahan lebih lama,
umur pakai yang lama, produksi dalam jumlah banyak dengan harga yang terjangkau dan
tidak menghasilkan limbah yang berbahaya. Pada penggunaan dan produksi baterai harus
memenuhi syarat baku mutu yang sesuai dengan peraturan Menteri Perindustrian No.82/M-
IND/PER/12/2016 tentang perberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) baterai primer
secara wajib. Grafena merupakan satu lapis material transparan yang terbuat dari grafit
berbentuk karbon, plat lapis tipis dengan ikatan sp2 yang disusun secara heksagonal
(Lammert, Rozo dan Whittier, 2009). Sejak dilaporkan pada 2004, grafena telah menarik
minat besar karena sifat elektron, termal, dan mekanik yang unik yang timbul dari struktur
dua dimensi dan bagaimana aplikasi teknis potensinya (Fan, et al., 2008).
Grafena memiliki beberapa keunggulan sebagai material karbon, diantaranya sifat
elektronik yang unik, sifat termal yang superior, luas permukaan sentuhan yang besar,
ketahanan secara mekanik, konduktivitas yang tinggi, bahan terkuat di dunia, superkonduktor
serta dapat diaplikasikan untuk sel bahan bakar dan kapasitor (Geim dan Novoselov, 2007).
Grafena yang sifat fisiknya dapat diatur dari logam sampai ke semikonduktor mempunyai
hari depan yang baik untuk industri elektronika, pesawat terbang, dan industri otomotif,
sebab mudah diproses untuk menghasilkan produk yang berkualitas dibanding tabung karbon
dengan ukuran nano, sehingga dengan sifat grafena yang seperti itu maka (Zhu, et al.,
2010) dapat memanfaatkan grafena sebagai bahan penyusun elektroda pada baterai Lithium
ion dengan perpaduan limbah arang tempurung kelapa yang akan dijadikan sebagai grafit.

Karbon arang tempurung kelapa memiliki tingkat kemurnian dan rapat massa yang
tinggi, kandungan abu yang rendah dan struktur pori mikro yang seragam. Sebagai limbah,
pemanfaatan tempurung kelapa memberikan biaya produksi yang cenderung rendah juga
memberikan penyelesaian masalah lingkungan. Kemudian sebagai negara tropis, Indonesia
memiliki ketersediaan buah kelapa yang melimpah sehingga mampu menjamin ketersediaan
bahan dasar arang tempurung kelapa sebagai sumber bahan karbon (Budi, Nasbey, dkk,
2012).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan
mengembangkan bahan-bahan komponen penyusun dalam pembuatan sel katoda baterai
primer dengan judul “Potensi Limbah Arang Tempurung Kelapa Menjadi Grafena
Sebagai Elektroda”
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembuatan aplikasi “NS Culture” sebagai pengenalan budaya Sumatera Utara
berbasis Augmented Reality?
2. Bagaimana pemanfaatan aplikasi “NS Culture” sebagai pengenalan budaya Sumatera
Utara berbasis Augmented Reality.

1.3. Pembatasan Masalah


Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah:

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:


1. Mengetahui pembuatan aplikasi “NS Culture” sebagai pengenalan budaya Sumatera
Utara berbasis Augmented Reality.
2. Mengetahui pemanfaatan aplikasi “NS Culture” sebagai pengenalan budaya Sumatera
Utara berbasis Augmented Reality.

1.5. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang positif
terhadap
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baterai
Energi listrik sangat berperan penting di era globalisasi saat ini. Karena listrik
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Indra Overland dalam jurnal
Energy: The Missing Link in Globalization (2016), energi listrik termasuk dalam kelompok
sumber daya yang sangat berkontribusi besar bagi globalisasi dunia. Bersama dengan jenis
sumber daya energi lainnya, listrik membantu perkembangan globalisasi di dunia dengan
meningkatkan interaksi atau hubungan timbal balik antar berbagai negara.(karunia,2011)
Menurut lister (1993), baterai adalah kumpulan dari beberapa sel listrik yang
digunakan untuk menyimpan energi kimia untuk selanjutnya diubah menjadi energi listrik.
Baterai bekerja dengan mengalirkan energi yang berasal dari kutub negatif yang menjadi
sumber elektron, kemudian mengalir ke kutub positif (katoda).Hal ini bisa terjadi sebab baik
kutub positif (katoda) maupun kutub negatif (anoda) terbentuk dari bahan yang mampu
bereaksi dengan bahan elektrolit yang berada diantara keduanya.Ketika kutub negatif (anoda)
mengalami reaksi, makan akan terbentuk satu senyawa baru yang nantinya akan menyisakan
1 elektron. Sebaliknya, untuk bisa membuat reaksi antara kutub positif (katoda) dengan
elektrolit justru dibutuhkan satu elektron.Dari proses tersebut, sisa elektron dari proses reaksi
anoda dan elektrolit kemudian dikirim ke kutub positif (katoda) untuk membentuk reaksi
dengan elektrolit. Proses perpindahan elektron inilah yang kemudian bisa menghasilkan
aliran arus listrik.(Zanoor,2020)

Keunggulan dari baterai sebagai sumber energi listrik adalah praktis penggunaanya.
Baterai terdiri dari tiga komponen penting seperti pada Gambar 1.

Gambar 2.1 Sel baterai kering (Waskito, 2013)

2.1.1 Jenis Baterai


baterai dibedakan atas 2 jenis yaitu baterai sekunder dan primer.
1. Baterai Primer
Baterai primer atau Baterai sekali pakai ini merupakan baterai yang paling
sering ditemukan di pasaran, hampir semua toko dan supermarket menjualnya.
Hal ini dikarenakan penggunaannya yang luas dengan harga yang lebih
terjangkau. Baterai jenis ini pada umumnya memberikan tegangan 1,5 Volt
dan terdiri dari berbagai jenis ukuran seperti AAA (sangat kecil), AA (kecil)
dan C (medium) dan D (besar).
Contoh Baterai Primer:
a. Baterai Zinc-Carbon (Seng-Karbon) : Baterai jenis ini terdiri dari bahan
Zinc yang berfungsi sebagai Terminal Negatif dan juga sebagai pembungkus Baterainya.
Sedangkan Terminal Positifnya adalah terbuat dari Karbon yang berbentuk Batang (rod).
Baterai jenis Zinc-Carbon merupakan jenis baterai yang relatif murah dibandingkan dengan
jenis lainnya.
b. Baterai Alkaline (Alkali) : Baterai Alkaline ini memiliki daya tahan yang
lebih lama dengan harga yang lebih mahal dibanding dengan Baterai Zinc-Carbon.
c.Baterai lithium : Baterai Primer Lithium menawarkan kinerja yang lebih baik
dibanding jenis-jenis Baterai Primer (sekali pakai) lainnya. Baterai Lithium dapat disimpan
lebih dari 10 tahun dan dapat bekerja pada suhu yang sangat rendah.
d. Baterai Silver Oxide : Baterai Silver Oxide merupakan jenis baterai yang
tergolong mahal dalam harganya. Hal ini dikarenakan tingginya harga Perak (Silver)..
2. Baterai Sekunder
Baterai Sekunder adalah jenis baterai yang dapat di isi ulang atau
Rechargeable Battery. Pada prinsipnya, cara Baterai Sekunder menghasilkan
arus listrik adalah sama dengan Baterai Primer. Hanya saja, Reaksi Kimia
pada Baterai Sekunder ini dapat berbalik (Reversible). Pada saat Baterai
digunakan dengan menghubungkan beban pada terminal Baterai (discharge),
Elektron akan mengalir dari Negatif ke Positif. Sedangkan pada saat Sumber
Energi Luar (Charger) dihubungkan ke Baterai Sekunder, elektron akan
mengalir dari Positif ke Negatif sehingga terjadi pengisian muatan pada
baterai.
Contoh Baterai Sekunder:
a. Baterai Ni-Cd (Nickel-Cadmium) : Baterai Ni-Cd (NIcket-Cadmium) adalah jenis
baterai sekunder (isi ulang) yang menggunakan Nickel Oxide Hydroxide dan Metallic
Cadmium sebagai bahan Elektrolitnya. rective”.
b. Baterai Ni-MH (Nickel-Metal Hydride) : Baterai Ni-MH (Nickel-Metal Hydride)
memiliki keunggulan yang hampir sama dengan Ni-Cd, tetapi baterai Ni-MH mempunyai
kapasitas 30% lebih tinggi dibandingkan dengan Baterai Ni-Cd serta tidak memiliki zat
berbahaya Cadmium yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia
c. Baterai Li-Ion (Lithium-Ion) : Baterai Li-Ion memiliki daya tahan siklus yang
tinggi dan juga lebih ringan sekitar 30% serta menyediakan kapasitas yang lebih tinggi
sekitar 30% jika dibandingkan dengan Baterai Ni-MH
Perbedaan dari kedua baterai ini bisa dilihat dari kegunaannya. Baterai primer hanya
digunakan sekali, sedangkan baterai sekunder bisa berulang-ulang.(Anonim,2022)
2.1.2 Komponen Sel Baterai Primer
A. Anoda
Anoda (elektroda negatif) yang memiliki peran sebagai elektroda pereduksi dan
memberikan elektron yang dimilikinya sehingga mengalami oksidasi selama proses
berlangsung. Anoda terbuat dari material yang memiliki elektron valensi yang sangat sedikit.
Sebagai contoh logam yang berperan sebagai anoda atau elektroda negatif adalah seng (Zn)
(Tribowo, 2011).
B. Katoda
Katoda (elektroda positif) sebagai elektroda pengoksidasi. Katoda
dirancang agar dapat menangkap elektron dan tereduksi selama proses berlangsung. Pada
umumnya katoda terbuat dari material dengan elektron valensi yang hampir penuh seperti
mangan (Mn) (Tribowo, 2011).
C. Elektrolit
Elektrolit berperan sebagai media transfer antara katoda dan anoda. Pada baterai
elektrolit berupa bubuk kering atau pasta. Pada saat elektron melewati sirkuit eksternal,
material elektroda di bagian dalam sel berubah menjadi ion - ion untuk bisa mempertahankan
aliran proses, sehingga ion-ion tersebut harus melewati elektrolit yang berupa asam, basa atau
garam. Elektrolit yang digunakan dalam sel harus mempunyai konduktivitas yang baik dan
tidak bereaksi dengan komponen lain dalam baterai atau bersifat inert (Tribowo, 2011).
2.1.3 Prinsip Kerja Baterai
A. Proses Discharge
Proses discharge sel baterai dihubungkan dengan beban sehingga elektron mengalir
dari anoda melalui beban ke katoda, dan ion-ion negatif mengalir ke anoda kemudian ion-ion
positif mengalir ke katoda. Arus listrik dapat mengalir akibat adanya elektron yang bergerak
dari elektroda sel melalui reaksi ion antara molekul elektrolit sehingga memberikan jalan
untuk mengalirnya elektron (Tribowo, 2011).
B. Proses Pengisian
Proses pengisian baterai sel dihubungkan dengan power supply
maka elektroda yang positif menjadi anoda kemudian elektroda yang negatif menjadi katoda.
Hal ini disebabkan karena aliran elektron menjadi terbalik yaitu mengalirnya dari anoda
melalui power supply ke katoda sehingga proses tersebut merupakan proses reaksi kimia
(Tribowo, 2011).
2.2 Grafit
Grafit adalah alotrop karbon yang dapat menghantarkan arus listrik dan panas
dengan baik. Sifat inilah grafit biasanya dimanfaatkan sebagai elektroda pada sel
elektrolisis. (Rahmandari dan Ansori, 2010).
Grafit memiliki berbagai sifat antara lain berwarna hitam, buram, dapat menghantar
listrik, dapat dihancurkan menjadi serbuk yang lebih licin dan tahan panas. Sifat daya hantar
listrik yang dimiliki oleh Grafit ini dipengaruhi oleh elektonelektron yang tidak digunakan
untuk membentuk ikatan kovalen. Elektron-elektron ini tersebar merata pada setiap atom C
karena terjadi tumpang tindih orbital. Oleh karena itu, ketika di beri beda potensial, elektron-
elektron yang terdelokalisasi sebagian besar akan mengalir menuju anoda (kutub positif),
aliran inilah yang menyebabkan arus listrik dapat mengalir (Rahmandari, Ansori dan
Kusumawati. 2010). Struktur grafit seperti yang tertera pada Gambar.(Seran,2011)
2.3 Grafena Oksida
Grafena oksida mengandung beberapa lapisan grafena tunggal yang
didalamikatanheksagonalnya terdapat ikatan antara karbon dengan oksigen dan
hidrogen(tergantung dari media dasar).(Nugraheni,2017)
Proses perubahan grafena oksida dapat sangat merusak lapisan grafena, dimana
memiliki konsekuensi lebih lanjut saat pengurangan senyawa (oksigen dan hidrogen).
Grafena oksida mengandung beberapa lapisan grafena tunggal yang didalam ikatan
heksagonalnya terdapat ikatan antara karbon dengan oksigen dan hidrogen(tergantung dari
media dasar). Pengurangan oksigen dan hidrogen untukmemproduksi grafena oksida
tereduksi (rGO), adalah proses yang sangat penting karena memiliki dampak besar pada
kualitas grafena oksida yang diproduksi yang mempengaruhi sifat fisika dari rGO.(Scafford
et al,2012)

Gambar 2.3 Diagram oksidasi tereduksi.(Obodo,2019)


Metode rGO adalah metode sintesis grafena secara kimiawi, dimana serbuk grafit
dioksidasi menggunakan bahan kimia seperti asam sulfat, asam nitrat, kalium klorat, dan lain
sebagainya. Metode rGO melewati dua tahap pengoksidaan yaitu dari grafit menjadi grafit
oxida dan grafit oxida menjadi grafena oxida Setelah melalui kedua tahap itu barulah
didapatkan material grafena atau lembaran grafena yang tipis.(Alwin,2020)
2.4 Grafena
Grafena merupakan senyawa karbon sp2 yang berbentuk plat tipis tunggal dan
mempunyai struktur dua dimensi kerangka struktur heksagonal dengan panjang ikatan 1.42
Å dapat berinteraksi dengan nanopartikel katalis (Meyer, et al., 2010) serta dikemas rapat
dalam bentuk kisi kristal seperti sarang lebah (Choi, et al., 2011).
Graphene merupakan material yang bersifat konduktor listrik (dapat menghantarkan
listrik), dengan konduktivitas yang sama dengan konduktivitas tembaga. Selain itu, juga
bersifat sebagai konduktor panas, dengan kemampuan konduksi yang berada di atas material-
material lainnya yang telah dikenal.
Gambar 2.4 Sebuah lembaran graphene. Jika lembaran graphene ini dibentuk
menjadi bangun ruang bola maka akan diperoleh struktur fullerene. Jika lembaran grapene ini
dibuat menjadi seperti bentuk tabung, maka diperoleh struktur nanotubes.

Struktur plat dari grafena menyebabkan grafena memiliki luas permukaan sentuh
yang luas yang memungkinkan katalis nanopartikel dapat terdeposit (Sharma dan Pollet,
2012). Berdasarkan struktur plat yang dimiliki oleh grafena membuat grafena banyak
dimanfaatkan sebagai pengganti tembaga untuk menghantarkan arus listrik, bahan dasar
pembuatan kapasitor dan merupakan bahan yang kuat dibandingkan dengan baja. Grafena
banyak dimanfaatkan karena grafena memiliki keunggulan seperti memiliki sifat daya hantar
listrik yang baik, mobilitas elektron yang cepat, dan sebagai katalis yang sangat baik, luas
permukaan sentuhan yang besar, dan sebagai transparansi optik yang besar. Metode yang
telah dikembangkan untuk membuat grafena dibagi dua, yaitu pengelupasan (exfoliation)
grafit menjadi lapisan-lapisan grafena (top down) dan penumbuhan grafena secara langsung
dari atom-atom karbon (bottom up), dan penumbuhan dengan Chemical Vapor Deposition
(CVD) pada logam (Novoselov et al, 2004) . Metode lain untuk memperoleh grafit dengan
pelarutan atau dispersi dalam cairan. Cara yang digunakan adalah pelarutan dalam larutan
surfaktan SDBS (Sodium Dodecyl benzene Sulfonate) (Zhu, et al, 2010).
Penumbuhan grafena dengan CVD telah dilakukan pada substrat logam seperti Ni
dan Cu karena dapat dikikis sehingga grafena yang dihasilkan tidak terikat pada substrat
logam. Grafena dapat ditumbuhkan pada Ni yang mencapai lebar beberapa sentimeter yang
seluruhnya bersambungan (Rahmandari et al, 2010). Jika menggunakan substrat Cu,
dihasilkan grafena yang jumlah lapisannya lebih sedikit dan sebagian besar merupakan
lapisan tunggal (Li, et al, 2011).
Sifat-sifat yang dimiliki grafena yaitu ukurannya yang tipis dan kemampuan transport
elektron maka grafena cocok untuk dibuat menjadi alat kapasitor dan transistor. Kapasitor
dari grafena memiliki keunggulan berupa perbandingan luas permukaan terhadap massa yang
besar, sehingga menghasilkan nilai kapasitansi per-satuan massa mencapai 205 F/gram dan
rapat energi 28,5 Wh/kg. Dihubungkan dengan kecepatan mengalirkan muatan listrik,
kapasitor grafena mencapai nilai rapat daya 10 kW/kg (Wang, et al, 2011).
2.5.Arang Batok Kelapa
Penggunaan bahan-bahan alami sebagai penyerap (absorben) merupakan satu
kecenderungan baru dalam penggunaannya sebagai penyaring air limbah industri yang salah
satunya adalah karbon aktif berbahan dasar arang tempurung kelapa (cocosnucifera) . Sebagai
penyerap, karbon arang tempurung kelapa memiliki kesesuaian karena tingkat kemurnian dan
rapat massa yang tinggi, kandungan abu yang rendah dan struktur pori mikro yang seragam .
Sebagai bahan sisa yang biasanya terbuang menjadi sampah, pemanfaatan tempurung kelapa
untuk tujuan tersebut selain memberikan biaya produksi yang relatif rendah juga memberikan
satu tawaran dalam penyelesaian masalah lingkungan. Kemudian, Indonesia sebagai salah
satu negara tropis memiliki ketersediaan buah kelapa yang cukup besar yang mampu
menjamin ketersediaan bahan dasar arang tempurung kelapa sebagai sumber bahan karbon
aktif. Proses pembentukan (fabrikasi) tempurung kelapa menjadi arang tempurung dan
karbon aktif memerlukan tahap-tahap meliputi persiapan bahan mulai dari pembersihan
tempurung kelapa dari kotoran dan sisa serabut, pemanasan (pirolisis) untuk membentuk
arang dan penggilingan untuk memperoleh ukuran tertentu hingga pengeringan. Selanjutnya
dilakukan proses pengaktifan (aktivasi) yang dapat dilakukan secara kimia dengan
menggunakan larutan kimia maupun secara fisika dengan penggunaan gas atau uap pada suhu
tertentu.

2.5.1 Sifat dan Proses Pembentukan Karbon Aktif Berbahan Arang Tempurung Kelapa
Komposisi kimia utama dari tempurung kelapa adalah selulosa (34%), hemiselulosa
(21%) dan lignin (27%) sedangkan komposisi unsure terdiri dari 74.3 %C, 21.9 % O, 0.2 %
Si, 1.4 % K, 0.5 % S and 1.7 % P.
Perubahan tempurung kelapa menjadi arangnya menghasilkan kandungan karbon
yang tinggi dengan sedikit kenaikan prosentasi kandungan abu, menghilangkan kandungan
moisture dan pengurangan kandungan volatile.Dibandingkan dengan arang bahan alami lain
seperti arang batang buah jagung, gabah padi dan tempurung buahcoklat (12 – 20% C), arang
tempurung kelapa memiliki kandungan karbon yang lebih tinggi [4,5] sehingga berpotensi
sebagai sumber karbon aktif.(Budi.dkk,2012)
Penelitian ini diawali dengan persiapan meliputi alat dan bahan yang akan digunakan,
khususnya adalah menyiapkan batok kelapa yang sudah tua. Pertama-tama batok kelapa
dibersihkan dari berbagai kotoran seperti tanah dan serabutnya,setelah itu batok kelapa
dibakar secara tradisional. Batok kelapa yang telah dibakar hingga menjadi arang kemudian
digerus dengan menggunakan mortar sampai menjadi halus (tidak diperlukan penyaringan).
Sebanyak 2 g arang bubuk yang telah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam 100 ml
larutan asam H2SO4 dan HNO3 dengan masing-masing berbanding 3:1. Setelah tercampur
secara sempurna, larutan asam dan bubuk arang tempurung tersebut dimasukkan ke dalam
reaktor hidrotermal untuk dilakukan reaksi pada suhu 120 OC selama 120 menit. Setelah itu
di dinginkan sampai pada suhu ruang. Arang batok kelapa yang berubah menjadi bubur arang
(prekursor Grafen, pG) diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam gelas kaca
berukuran 50 ml yang bersuhu 0 oC. Sambil diaduk di atas hotplate menggunakan magnetik
stirrer pG ditambahkan larutan NaOH 3M tetes demi tetes sampai mencapai pH 7. Larutan
pG yang dalam kondisi netral, dituang ke dalam cawan petri dan selanjutnya dikeringkan di
atas hotplate pada suhu 80 oC sampai kering sempurna. Bubuk yang telah dihasilkan dari
proses pengeringan tersebut sebagian langsung dilakukan uji SEM, dan FTIR. Sedangkan
sebagian bubuk yang lain dilarutkan ke dalam pelarut organik diChloromethane dan
selanjutnya dilakukan pengujian sifat optik, absorbansi, fluoresens dan uji HR-TEM. (Arjo et
al,2021)
2.6.Tembaga
Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom 63,546, titik lebur
1083 °C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom 1,173 A° dan jari-jari ion Cu2+ 0,96 A°. Tembaga
adalah logam transisi (golongan I B) yang berwarna kemerahan, mudah regang dan mudah
ditempa.
Ada dua deret senyawa tembaga yaitu tembaga (I) dan tembaga (II). Senyawa-
senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I) oksida Cu2O yang merah, daan
mengandung ion tembaga (I), Cu+ . Senyawa-senyawa tersebut tidak berwarna. Kebanyakan
garam tembaga (I) tidak larut dalam air dan perilakuknya mirip senyawa perak (I). Tembaga
(I) mudah dioksidasi menjadi tembaga (II) yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida ,
CuO yang berwarna hitam. Garamgaram tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam
bentuk hidrat , padat maupun dalam larutan air. Warna ini benar-benar khas hanya untuk ion
tetraakuokuprat (II) saja.(Angin,2022)
2.7.Amonia
Amonia adalah senyawa nitrogen dan hidrogen yang mempunyai aroma yang
menyenagat dan aromanya sangat khas. Pembentukan molekul amonia terjadi dari ion
nitrogen bermuatan negatif dan tiga ion hidrogen bermuatan positif, itulah sebabnya mengapa
secara kimia direpresentasikan sebagai NH3.
(Asfihan,2022). Amonia (NH3) merupakan salah satu zat pereduksi yang bereaksi
dengan air secara reversibel menghasilkan ion amonium (NH4 +) dan ion hidroksida (OH-)
menurut persamaan reaksi berikut :
NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH-
Sifat racun amonia terhadap manusia jika jumlah yang masuk tubuh melebihi jumlah
yang dapat didetoksifikasi oleh tubuh. Pada dosis lebih dari 100 mg/kg setiap hari (33,7 mg
ion amonium per kg berat badan per hari) dapat mempengaruhi metabolisme dengan
mengubah kesetimbangan asam-basa dalam tubuh, mengganggu toleransi terhadap glukosa
dan mengurangi kepekaan jaringan terhadap insulin (Fawel et al., 1996). Sebagian besar
produksi amonia dipergunakan oleh industri pupuk. Amonia diubah menjadi pupuk padat
(urea, amonium nitrat, amonium pospat dan amonium sulfat), hanya sebagian kecil yang
dipergunakan dalam industri kimia yang lain. Setiap atom nitrogen yang diproduksi dalam
industri senyawa kimia secara langsung maupun tidak langsung berasal dari amonia.
2.8.Difraksi Sinar- X (XRD)
Profil XRD juga dapat memberikan data kualitatif dan semi kuantitatif pada padatan
atau sampel. Difraksi sinar X ini digunakan untuk beberapa hal, diantaranya:Pengukuran
jarak rata-rata antara lapisan atau baris atom,Penentuan kristal tunggal,Penentuan struktur
kristal dari material yang tidak diketahui dan Mengukur bentuk, ukuran, dan tegangan dalam
dari kristal kecil.(Adminpedia,2018).
Prinsip dari alat XRD (X-ray diffraction) adalah sinar X yang dihasilkan dari suatu
logam tertentu memiliki panjang gelombang tertentu, sehingga dengan memfariasi besar
sudut pantulan sehingga terjadi pantulan elastis yang dapat dideteksi. Maka menurut Hukum
Bragg jarak antar bidang atom dapat
dihitung dengan data difraksi yang dihasilkan pada besar sudut-sudut tertentu.

Difraksi sinar-X terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh atom dalam
sebuah kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut memberikan
interferensi yang konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X untuk mempelajari kisi
kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg.(Farosyid,2018).
Hukum Bragg menyatakan bahwa perbedaan lintasan berkas difrasi sinar-X harus
merupakan kelipatan panjang gelombang, secara matematis dirumuskan:
nλ = dsinθ
dengan n bilangan bulat 1, 2, 3 ...... adalah panjang gelombang sinar-X adalah jarak
antar bidang, dan θ adalah sudut difraksi. Keadaan ini membentuk pola interferensi yang
saling menguatkan untuk sudut-sudut yang memenuhi hukum Brag.(Jamaluddin,2010).
2.9.Spektroskopi Fluoresensi Sinar-X (XRF)
XRF digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan konsentrasi yang ada pada
padatan, bubuk ataupun sampel cair dengan mengukur intensitas karakteristik emisi dengan
metode berdasarkan pada deteksi radiasi sinar X yang diemisikan dari sampel yang sedang
dianalisis (John et al., 2001).
Prinsip kerja spektroskopi XRF yaitu pada sinar X akan mengeluarkan elektron yang
terdapat pada kulit bagian paling dalam (contoh kulit K) pada suatu atom menyebabkan
kekosongan elektron pada bagian ini. Sehingga elektron pada kulit yang lebih luar ( kulit L,
M, N) akan mengisi kekosongan elektron pada kulit bagian dalam, disertai pelepasan energi
foton atau memancarkan sinar X dari sampel yang akan dikirim ke detektor, yang
didinginkan baik secara elektrik atau dengan cairan nitrogen. Sinyal dari detektor akan
diproses dan dikirim ke komputer kemudian akan ditampilkan dalam bentuk spektrum
(Girard, 2010).

2.10 Scanning Electron Microscopy (SEM)


Prasetyo (2011) mengemukakan Scanning Electron Microscope (SEM) adalah sebuah
mikroskop elektron yang didesain untuk mengamati permukaan objek solid secara langsung.
SEM memiliki perbesaran 10 – 3.000.000 kali, depth of field 4 – 0.4 mm dan resolusi sebesar
1 – 10 nm. Kombinasi dari perbesaran yang tinggi, depth of field yang besar, resolusi yang
baik, kemampuan untuk mengetahui komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM
banyak digunakan untuk keperluan penelitian dan industry. (Farikhin,2016)
2.11 Konduktometer
Konduktometer memiliki kegunaan untuk mengukur daya hantar listrik suatu larutan
akibat gerakan partikel dan mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air
dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan. Prinsip kerja dari konduktometer
adalah bagian sel konduktor atau yang di celupkan dalam larutan akan menerima rangsang
dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan
dilanjutkan pada outputnya berupa angka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar adalah perubahan suhu dan konsentrasi
jika suatu partikel berada di lingkungan yang suhunya semakin meningkat maka secara tidak
langsung partikel tersebut mendapat tambahan energi dari luar sehingga membuat energi
kinetik dari partikel semakin tinggi atau gerakan molekul semakin cepat ( Anam, 2010)
Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar
listrik mempunyai satuan ohm-1 . Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai
dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaan
elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (l).
G = l/R = k (A / l)
dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1 cm -1.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Peralatan yang digunakan untuk melakukan reaksi dan analisis
produk terdiri dari alat gelas seperti, Gelas Erlenmeyer, Gelas Beaker, Gelas Ukur, Corong
Kaca, Timbangan Analitik, Termometer, Pengaduk Magnet, Ice Waterbath, Ultrasonifikasi,
Sentrifugator, Oven, Kertas Saring Whatman dan alat lainnya seperti seperangkat alat XRD,
seperangkat alat XRD, seperangkat alat SEM, dan seperangkat alat uji Konduktometer.

3.2 Sumber Data, Alat, dan Bahan


Bahan dasar dari penelitian adalah grafit komersil. Bahan kimia yang digunakan
adalah Kalium Permanganat, Natrium Nitrat, Asam Sulfat Pekat, Hidrogen Peroksida, Asam
Sulfat, Amonia, Mangan (II) Sulfat, Tembaga (II) Sulfat, Etanol dan Aquadest yang
semuanya adalah bahan berkualitas p.a.

3.3. Metode Pemerolehan Data

3.3.1. Sintesis Grafena Oksida

Sintesis grafena oksida dilakukan dengan metode Hummer dengan menggunakan


bubuk grafit komersil sebanyak 5 gram yang dimasukan ke dalam gelas erlenmeyer,
kemudian ditambahkan 5 gram NaNO 3 dan 375 mL H2SO4(l) 96% dan diaduk selama 5 jam.
Proses pencampuran dilakukan didalam ice waterbath untuk menjaga temperatur di bawah
25oC kemudian ditambahkan secara bertahap 25 gram KMnO 4 dan diaduk selama 5 hari pada
suhu 35oC. Setelah diaduk, ditambahkan 500 mL H 2SO4 5% dan 25 mL H2O2 30% ke dalam
larutan tersebut dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya larutan disentrifugasi pada kecepatan
3000 RPM (Rotor Per Minute) selama 100 menit untuk memisahkan filtrat dan endapan.
Setelah itu ditambahkan aquades 120 mL ke dalam larutan yang bertujuan untuk
menghilangkan zat pengoksidasi. Larutan tersebut lalu dipindahkan ke dalam gelas kimia dan
selanjutnya ditambahkan 500 mL aquadest kemudian diultrasonikasi pada gelombang 50/60
Hz selama selama 5 jam, lalu dibiarkan dingin dan dihasilkan larutan grafena oksida.

3.3.2. Sintesis Grafena


Pada tahap sintesis grafena, larutan grafena oksida yang telah dihasilkan ditambahkan
50 mL reduktor Amonia (NH3) 10 M selanjutnya diaduk selama 48 jam. Larutan tersebut
disaring dan dikeringkan pada suhu 80ºC selama 24 jam dan telah dihasilkan grafena yang
selanjutnya dikarakterisasi dengan XRD, XRF, SEM dan Uji Konduktivitas.

3.3.3. Pembuatan Material sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer


Proses pembuatan elektroda pada sel baterai primer dilakukan pada grafena dan
berbagai variasi perbandingan yaitu 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada grafit/grafena, mangan/grafit,
mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena.
3.3.3.1. Pembuatan Grafit/Grafena sebagai Elektroda pada Sel
Baterai Primer
Pada variasi perbandingan 0,1:0,1 yaitu dengan menimbang 0,1 gram grafit dan 0,1
gram grafena, kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL etanol dan diaduk
selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan grafit dan larutan grafena dan diaduk
kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan. Pada variasi
perbandingan 0,3:0,7 yaitu dengan menimbang 0,3 gram grafit dan 0,7 gram grafena,
kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL etanol dan diaduk selama 1 jam.
Selanjutnya mencampurkan larutan grafit dan larutan grafena dan diaduk kembali selama 2
jam. Larutan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan. Hasil grafit/grafena pada variasi
perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:07 kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM dan XRF.

3.3.3.2. Pembuatan Mangan/Grafit sebagai Elektroda pada Sel


Baterai Primer
Pada variasi perbandingan 0,1:0,1 yaitu dengan menimbang 0,1 gram MnSO 4 dan 0,1
gram grafit, kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL etanol dan diaduk
selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan mangan dan larutan grafit dan diaduk
kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan. Pada variasi
perbandingan 0,3:0,7 yaitu dengan menimbang 0,3 gram MnSO 4 dan 0,7 gram grafit,
kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL etanol dan diaduk selama 1 jam.
Selanjutnya mencampurkan larutan mangan dan larutan grafit dan diaduk kembali selama 2
jam. Larutan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan. Hasil mangan/grafit pada variasi
perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:07 kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM dan XRF.

3.3.3.3. Pembuatan Mangan/Grafena sebagai Elektroda pada Sel


Baterai Primer
Pada variasi perbandingan 0,1:0,1 yaitu dengan menimbang 0,1 gram MnSO 4 dan 0,1
gram grafena, kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL etanol dan diaduk
selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan mangan dan larutan grafena dan diaduk
kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan. Pada variasi
perbandingan 0,3:0,7 yaitu dengan menimbang 0,3 gram MnSO 4 dan 0,7 gram grafena,
kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL etanol dan diaduk selama 1 jam.
Selanjutnya mencampurkan larutan mangan dan larutan grafena dan diaduk kembali selama 2
jam. Larutan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan. Hasil mangan/grafena pada
variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:07 kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM dan
XRF.

3.3.3.4. Pembuatan Tembaga/Grafit sebagai Elektroda pada Sel


Baterai Primer
Pada variasi perbandingan 0,1:0,1 yaitu dengan menimbang 0,1 gram CuSO 4 dan 0,1
gram grafit, kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL etanol dan diaduk
selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan tembaga dan larutan grafit dan diaduk
kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan. Pada variasi
perbandingan 0,3:0,7 yaitu dengan menimbang 0,3 gram CuSO 4 dan 0,7 gram grafit,
kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL etanol dan diaduk selama 1 jam.
Selanjutnya mencampurkan larutan tembaga dan larutan grafit dan diaduk kembali selama 2
jam. Larutan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan. Hasil tembaga/grafit pada variasi
perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:07 kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM dan XRF.

3.3.3.5. Pembuatan Tembaga/Grafena sebagai Elektroda pada Sel


Baterai Primer
Pada variasi perbandingan 0,1:0,1 yaitu dengan menimbang 0,1 gram CuSO 4 dan 0,1
gram grafena, kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL etanol dan diaduk
selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan tembaga dan larutan grafena dan diaduk
kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan. Pada variasi
perbandingan 0,3:0,7 yaitu dengan menimbang 0,3 gram CuSO 4 dan 0,7 gram grafena,
kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL etanol dan diaduk selama 1 jam.
Selanjutnya mencampurkan larutan tembaga dan larutan grafena dan diaduk kembali selama
2 jam. Larutan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan. Hasil tembaga/grafena pada
variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:07 kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM dan
XRF.

3.3.4. Pengujian Konduktivitas


Pada tahap akhir melakukan pengujian konduktivitas dengan menggunakan
konduktometer pada grafena, katoda baterai komersil, dan berbagai variasi sampel dengan
perbandingan yaitu 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada grafit/grafena, mangan/grafit, mangan/grafena,
tembaga/grafit dan tembaga/grafena.

3.3.4.1. Pengujian Konduktivitas pada Katoda Baterai Komersil


Sebanyak 0,1 gram katoda pada baterai komersil dimasukkan 50 mL etanol dan
diaduk selama 2 jam. Hasil larutan grafena lalu diuji konduktivitasnya dengan menggunakan
konduktometer.

3.3.4.2. Pengujian Konduktivitas pada Grafit


Sebanyak 0,1 gram grafit dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama 2 jam. Hasil
larutan grafena lalu diuji konduktivitasnya dengan menggunakan konduktometer.
3.3.4.3. Pengujian Konduktivitas pada Grafena
Sebanyak 0,1 gram grafena dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama 2 jam. Hasil
larutan grafena lalu diuji konduktivitasnya dengan menggunakan konduktometer.

3.3.4.4. Pengujian Konduktivitas pada Grafit/Grafena


Sebanyak 0,1 gram grafit/grafena perbandingan 0,1:0,1 dimasukkan 50 mL etanol dan
diaduk selama 2 jam. Dengan cara yang sama sebanyak 0,1 gram grafit/grafena perbandingan
0,3:0,7 dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama 2 jam. Hasil larutan grafit/grafena pada
variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 lalu diuji konduktivitasnya dengan menggunakan
konduktometer.

3.3.4.5. Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafit


Sebanyak 0,1 gram mangan/grafit perbandingan 0,1:0,1 dimasukkan 50 mL etanol dan
diaduk selama 2 jam. Dengan cara yang sama sebanyak 0,1 gram mangan/grafit perbandingan
0,3:0,7 dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama 2 jam. Hasil larutan mangan/grafit pada
variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 lalu diuji konduktivitasnya dengan menggunakan
konduktometer.

3.3.4.6. Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafena


Sebanyak 0,1 gram mangan/grafena perbandingan 0,1:0,1 dimasukkan 50 mL etanol
dan diaduk selama 2 jam. Dengan cara yang sama sebanyak 0,1 gram mangan/grafena
perbandingan 0,3:0,7 dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama 2 jam. Hasil larutan
mangan/grafena pada variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 lalu diuji konduktivitasnya
dengan menggunakan konduktometer.

3.3.4.7. Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafit


Sebanyak 0,1 gram tembaga/grafit perbandingan 0,1:0,1 dimasukkan 50 mL etanol
dan diaduk selama 2 jam. Dengan cara yang sama sebanyak 0,1 gram tembaga/grafit
perbandingan 0,3:0,7 dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama 2 jam. Hasil larutan
tembaga/grafit pada variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 lalu diuji konduktivitasnya
dengan menggunakan konduktometer.
3.3.4.8. Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafena
Sebanyak 0,1 gram tembaga/grafena perbandingan 0,1:0,1 dimasukkan 50 mL etanol
dan diaduk selama 2 jam. Dengan cara yang sama sebanyak 0,1 gram tembaga/grafena
perbandingan 0,3:0,7 dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama 2 jam. Hasil larutan
tembaga/grafena pada variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 lalu diuji konduktivitasnya
dengan menggunakan konduktometer.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Parameter yang Diamati

3.4.1 Analisis Struktur dengan XRD


Analisis difraksi sinar X (XRD) dilakukan untuk menentukan struktur padatan
beberapa sampel yaitu grafena dan grafit dianalisis menggunakan alat difraktometer sinar-X
Shimadzu XRD-6100. Radiasi Cu-Kα yang digunakan (1.54060 Å) untuk mengamati sampel
dari 5o hingga 70o dengan kurva perubahan intensitas terhadap 2ɵ (degree), kecepatan scan 2o
min-1, tegangan 40 kV, dan arus 30 mA. Sedangkan untuk menentukan struktur grafit/grafena,
mangan/grafit, mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena dianalisis dengan
menggunakan alat difraktometer sinar-X Rigaku Smartlab 3 kW. Radiasi Cu-Kα yang
digunakan (1.540598 Å) untuk mengamati sampel dari 5o hingga 70o dengan kurva perubahan
intensitas terhadap 2ɵ (degree), kecepatan scan 2o min-1, tegangan 44 kV, dan arus 40 mA.

3.4.3. Analisis Unsur dengan XRF


Pada proses pengamatan menggunakan XRF dilakukan untuk mengidentifikasi unsur-
unsur dan menentukan konsentrasi yang ada pada padatan atau bubuk pada beberapa sampel
yaitu grafena, grafit/grafena, mangan/grafit, mangan/grafena, tembaga/grafit dan
tembaga/grafena. Analisis XRF menggunakan alat Riaku ZSX Primus III.

3.4.3 Analisis Morfologi dengan SEM


Pengamatan menggunakan SEM bertujuan untuk mengamati morfologi permukaan
dan bentuk partikel dari sampel grafena, grafit/grafena, mangan/grafit, mangan/grafena,
tembaga/grafit, dan tembaga/grafena dari berbagai variasi. Instrumen yang digunakan adalah
mesin SEM tipe EM 30 COXEM dengan tegangan sebesar 20.000 kV. Hasil pemotretan
dapat disesuaikan dengan perbesaran yang diinginkan.

3.4.4. Analisis Konduktivitas


Analisis konduktivitas yang dilakukan dengan menggunakan alat AC780-
Conductivity Meter i SOLV pada suhu kamar dan dengan volume masing-masing sampel
sebanyak 50 mL pada pengujian beberapa sampel yaitu katoda baterai komersil, grafit dan
grafena serta variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada grafit/grafena, mangan/grafit,
mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena.

3.5 Bagan Penelitian


3.5.1 Sintesis Grafena Oksida

3.5.2 Sintesis Grafena


3.5.3 Pembuatan Grafit/Grafena dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1 sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer

3.5.4 Pembuatan Grafit/Grafena dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7 sebagai


Elektroda pada Sel Baterai Primer
3.5.5 Pembuatan Mangan/Grafit dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1 sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer

3.5.6 Pembuatan Mangan/Grafit dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7 sebagai


Elektroda pada Sel Baterai Primer
3.5.7 Pembuatan Mangan/Grafena dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1 sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer

3.5.8 Pembuatan Mangan/Grafena dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7 sebagai


Elektroda pada Sel Baterai Primer
3.5.9 Pembuatan Tembaga/Grafit dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1 sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer

3.5.10 Pembuatan Tembaga/Grafit dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7 sebagai


Elektroda pada Sel Baterai Primer
3.5.11 Pembuatan Tembaga/Grafena dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1 sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer

3.5.12 Pembuatan Tembaga/Grafena dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7 sebagai


Elektroda pada Sel Baterai Primer
3.5.13 Pengujian Konduktivitas pada Katoda Baterai Komersil

3.5.14 Pengujian Konduktivitas pada Grafit

3.5.15 Pengujian Konduktivitas pada Grafena


3.5.16 Pengujian Konduktivitas pada Grafit/Grafena dengan Variasi Perbandingan
0,1:0,1

3.5.17 Pengujian Konduktivitas pada Grafit/Grafena dengan Variasi Perbandingan


0,3:0,7

3.5.18 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafit dengan Variasi Perbandingan


0,1:0,1
3.5.19 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafit dengan Variasi Perbandingan
0,3:0,7

3.5.20 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafena dengan Variasi Perbandingan


0,1:0,1

3.5.21 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafena dengan Variasi Perbandingan


0,3:0,7
3.5.22 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafit dengan Variasi Perbandingan
0,1:0,1

3.5.23 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafit dengan Variasi Perbandingan


0,3:0,7

3.5.24 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafena dengan Variasi Perbandingan


0,1:0,1
3.5.25 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafena dengan Variasi Perbandingan
0,3:0,7

DAFTAR PUSTAKA
Romadhoni, I. F., Prahara, A. (2022). Pengenalan Rumah Adat Indonesia Menggunakan
Teknologi Markerless Augmented Reality. Jurnal Sarjana Teknik Informatika. 10(2). 66-75.

Anda mungkin juga menyukai