Sidik Jari Dalam Al-Quran Kajian Tafsir Ilmi
Sidik Jari Dalam Al-Quran Kajian Tafsir Ilmi
Abstract
History Artichel This study aims to reveal the meaning of fingerprints in the Koran,
and to relate it to scientific studies. This research is motivated by
Received: the existence of a verse that discusses human fingers which
23 September 2022 indicate a scientific discovery, namely fingerprints. Therefore, to
reveal these indications, an in-depth study is needed to find out the
Reviced: content and meanings of the finger verse, as well as to reveal the
27 September 2022 interpretations of scholarly commentators such as Zaghlul al-
Najjar and Tantawi Jauhari. And relate it to scientific studies. The
Accepted: method that the author uses is a descriptive method in the form of
20 November 2022
library research. The results of this study indicate that the word
Published: banânah has a very strong relationship with science, where the
30 November 2022 meaning of the word banânah is the tip of each finger and it is
also explained in science that at each fingertip there is a certain
pattern in the form of lines. This line reveals various kinds of
E-ISSN: secrets that describe the greatness of Allah towards what he created.
2797-7668 Keyword: al-Bananah, Fingerprints, Scientific Interpretation
P-ISSN:
2807-405X
Abstrak
DOI:
https://doi.org/10.55062/2021/IJPI Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan makna sidik jari
dalam al-Quran, serta mengaitkannya dengan kajian ilmiah.
Publisher: Penelitian ini dilatarbelakangi karena adanya ayat yang
Institut Agama Islam membahas mengenai jari jemari manusia yang mengindikasikan
Sumatera Barat Pariaman
pada penemuan ilmiah yaitu sidik jari. Maka dari itu untuk
mengungkap indikasi ini diperlukan kajian secara mendalam guna
mengetahui kandungan dan makna-makna dari ayat jari-jemari
tersebut, serta mengungkapkan penafsiran para mufasir ilmi
seperti Zaghlul al-Najjar dan Tantawi Jauhari. Serta mengait-
kannya dengan kajian ilmiah. Metode yang penulis gunakan
adalah metode deskriptif berupa library research. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa kata banânah ini memiliki hubungan yang
sangat kuat dengan sains, yang mana makna dari kata banânah
ini adalah ujung dari setiap jari dan dijelaskan pula dalam ilmu
sains bahwa pada setiap ujung jari memiliki suatu pola tertentu
yang berbentuk garis-garis. Garis inilah yang mengungkapkan
berbagai macam rahasia yang menggambarkan kebesaran Allah
terhadap apa yang ia ciptakan.
Ikhtisar: Jurnal Pengetahuan Islam
Alfadilah, Nini Arianti & Faizin
dengan yang lain. Manusia diciptakan Allah dari tanah liat dan diberikan potensi berupa akal,
panca indra, dan nurani sehingga hal ini membedakannya dengan binatang.(Masyhuri &
Huda, 2022) Salah satu panca indera manusia yang unik yaitu sidik jari di anggota tubuhnya.
Jika mengkaji isi kandungan al-Qur‟an maka akan semakin banyak terungkap kebenaran
yang ada didalamnya. Al-Qur‟an memang tidak menjelaskan secara rinci tentang fakta-fakta
ilmiah atau fenomena alam, tetapi didalamnya disebutkan tanda-tanda agar manusia bisa
meneliti lebih dalam lagi. Tidak ada satupun orang yang memiliki pola sidik jari yang sama
meskipun ia kembar dan memiliki pola DNA yang mirip.(Al-Qur‟an, 2016) Tentunya jika
mengkaji sidik jari dari sisi al-Qur‟an dan tafsirnya maka akan semakin banyak terungkap
rahasia yang ada didalamnya.
Sejarah mengungkapkan bahwa pada akhir abad ke-19 baru ditemukan fakta yang
mengatakan sidik jari tidak dapat berubah dan bisa dijadikan sebagai media untuk
mengidentifikasi seseorang. Jauh sebelum itu, biasanya sidik jari hanya tampak seperti
gerutan-gerutan yang tidak memiliki arti.(Al-Qur‟an, 2016) Senada dengan hal tersebut
dalam jurnal yang ditulis Hulami al-Amin tentang proses penciptaan manusia secara umum
disana dijelaskan bahwa pada proses pembentukan tulang dan daging terbentuknya sidik jari
secara penuh saat janin berusia janin 17-24 minggu dan janin berukuran 15-23 cm dengan
berat mencapai 250-820 g.(Al-Amin, 2019)
Padahal al-Qur‟an telah menjelaskan betapa pentingnya sidik jari, bahkan ayat
tersebut diturunkan saat manusia belum memiliki teknologi dan ilmu pengetahuan untuk
mengungkap makna dari pola garis yang ada pada setiap ujung jari manusia. Hal inilah yang
menjadi pembuktian bahwa al-Qur‟an adalah kalam Allah. Kata banaanah terdapat pada
surat al-Qiyamah ayat 3-4:
“Apakah manusia mengira bahwa kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang
belulangnya?bahkan kami mampu menyusun kembali jari-jemarinya dengan sempurna”
Turunya surat tersebut guna menjawab kebimbangan orang kafir yang mengira bahwa
Allah tidak mampu untuk menghidupkan kembali manusia. Padahal pada hakikatnya Allah
mampu untuk mengumpulkan bagian tubuh manusia yang telah berserakan, bahkan bagian
terkecil yang telah bercampur tanah sekalipun. Intinya ayat ini menegaskan bahwa adanya
hari berbangkit setelah kematian.(Al-Qur‟an, 2016) Penyebutan kata “jari jemari” secara
khusus tentunya sangat menggugah keingintahuan, apalagi kata jari jemari ini hanya terdapat
dalam dua ayat saja. Pertama, terdapat dalam surat al-Anfal ayat 12 yang menceritakan
tentang strategi perang, ketika ada musuh maka potonglah ujung jarinya. Kedua, yang
terdapat dalam surat al-Qiyamah ayat 4. Namun dalam penelitian ini penulis fokus untuk
mengkaji makna bananah yang terdapat dalam surat al-Qiyamah. Maka dalam penelitian ini
penulis akan menjelaskan sidik jari dalam al-Quran dan berusaha menyingkap makna dan
hikmah yang terdapat di dalamnya. Serta mengkorelasikan dengan penemuan sains terkini.
Selanjutnya penulis akan mengungkap makna sidik jari dengan menggunakan tafsir Zaghlul
al-Najjar dan Tantawi Jauhari karena keduanya sangat representatif dalam menjelaskan ayat-
ayat sains.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi pustaka dan termasuk jenis penelitian kualitatif. Data-
data yang digunakan diperoleh dari kajian perpustakaan, yakni bahan-bahan tertulis yang
sudah dibukukan dan dipublikasikan dalam bentuk buku, jurnal, disertasi, tesis dan situs web
yang mendukung. Data-data tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer adalah kitab Tafsir Ayat Kauniyah fi al-Qur‟an al-Karim dan
Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Quran al-Karim.Sedangkan sumber sekundernya adalah buku
yang berhubungan dengan sains dan ilmu pengetahuan lainnya yang terkait dengan
pembahasan sidik jari, serta riset dalam bentuk tesis, disertasi dan jurnal.
ujung jari manusia, baik itu ujung jari tangan maupun kaki. Sidik jari ditentukan berdasarkan
genetik. Sidik jari tersebut tidak akan pernah berubah dan tidak akan pernah ada kesamaan
antar manusia. Sidik jari sebenarnya sudah terbentuk saat janin berada dalam kandungan
.(Furqonita, 2007) Sidik jari dipengaruhi oleh DNA seseorang yang bersifat turunan dari
orang tuanya dan mulai terbentuk kisaran minggu ke tiga belas sampai minggu ke sembilan
belas.(H.Misbach, 2010)
Hal yang menarik dari sidik jari ini adalah bahwasanya pembentukan sidik jari ini
terjadi ketika pembentukan struktur otak pada janin. Pembentukan seluruh organ manusia
saat ia dalam kandungan tergantung pada bagaimana kondisi pertama kali pembentukan
otaknya. Jadi pembentukan pola sidik jari akan erat kaitannya dengan perkembangan sel saraf
otak manusia. Seorang peneliti menemukan korelasi yang sangat kuat antara pola garis yang
terdapat pada ujung jari dengan hormon sistem pertumbuhan saraf.(H.Misbach, 2010)
Awal mula penggunaan sidik jari ini ketik terdapat cap tangan dalam gua pra-sejarah,
hal ini membuktikan bahwa telah ada keinginan manusia untuk mengkaji garis-garis yang
terdapat pada ujung jari sejak dahulu. Begitu juga dengan ditemukannya arkeologis yang
berupa gambar atau pahatan yang berbentuk tangan manusia yang terbuat dari gading, kayu
dan batu. Sejarah telah mencatat bahwa pada tahun 3000 SM kaisar China telah menyegel
suatu dokumen menggunakan cap jempolnya. Informasi mengenai cara pembacaan telapak
tangan ini telah ditemukan dalam Vedic, Injil dan tulisan di awal masa Semitic. Akan tetapi
hal ini dilarang oleh pihak gereja Katolik karena dianggap sebagai praktek pemujaan
setan.(Abdillah, 2010)
Namun hal itu tidak menyurutkan minat para ahli untuk mengkaji mengenai ilmu
sidik jari ini. Pada abad ke-19 Dr. Carl Carus mencocokan telapak tangan seseorang dengan
kepribadiannya dan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan ilmu tentang sidik jari
ini telah diterima oleh masyarakat luas. Dengan begitu banyaknya buku-buku yang
membahas mengenai sidik jari. Berbagai lembaga telah banyak menggunakan ilmu sidik jari
ini dalam berbagai urusan, seperti kemiliteran, kepolisian, perusahaan dan lain sebagainya.
Ilmu sidik jari ini memiliki dasar ilmu pengetahuan yang kuat karena telah terbukti dan
digunakan sejak 300 tahun yang lalu.(Abdillah, 2010) Pola dasar sidik jari manusia terbagi
menjadi empat macam pola yaitu whorl, arch, loop, triradius dan ada pula kombinasi dari
keempat pola tersebut.
Whorl (Lingkaran)
Pola Whorl merupakan pola pokok dari sidik jari yang paling sedikit terbentuk dari
dua buah delta, dengan satu atau lebih garis melengkung atau melingkar dihadapan kedua
delta. Whorl bisa berbentuk seperti spiral, bulis-yey, atau double loop. Whorl adalah titik-titik
menonjol dan kontras, serta bisa dilihat dengan mudah.
Loop ( Sangkutan)
Dimana pola sidik jari yang berbentuk satu garis atau lebih datang dari satu lukisan,
melengkung menyentuh suatu baris bayangan yang ditarik antara delta dan core dan berhenti
atau cenderung kembali ke sisi semula. Bentuk loop ini terbagi atas dua pola yaitu radial loop
dan common loop. Common loop bergerak ke arah ibu jari sementara radial loop bergerak
mengarah ujung pemukulnya ke sisi tengah. Radial loop ( Loop memusat) adalah sebuah
cetakan yang menukik yang berangkat dari dua sisi ibu jari. Radial loop menunjukan
kemampuan untuk menciptakan sebuah gaya atau sistem yang benar-benar baru. Orang yang
memiliki pola ini memiliki pola ingatan visual yang tajam, mampu mengingat tidak hanya
gambar saja tetapi juga tindakan dan emosi. Common loop ( loop umum) adalah tipe paling
umum dari pola sidik jari adalah common loop. Pola ini mengungkapkan kemampuan untuk
menggunakan berbagai ide dari berbagai sumber dan mencampurkannya dengan gaya yang
unik. Tipe ini memiliki keinginan untuk memimpin orang lain akan tetapi bukan berarti orang
dengan tipe common loop memiliki kemampuan untuk memimpin.
Triradius
Triradius juga disebut dengan “delta” yang dapat digunakan untuk
menunjukan dengan tepat pusat dari setiap gunung. Gunung-gunung itu kemudian
bisa dilihat sebagai terpusat, kecenderungan, atau berpindah.
“Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan
sempurna.”
Kata yang kedua yaitu banan yang disebutkan pada surah al Anfal:12 yang
menceritakan tentang strategi perang.
“Ingatlah ketika Tuhan mu mewahyukan kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku bersama
kamu, maka teguhkan (pendirian) orang orang yang telah beriman". Kelak akan aku berikan
rasa ketakutan dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah di atas leher mereka dan
pukullah tiap-tiap ujung jari mereka”
Berdasarkan dua surah di atas, maka penelitian ini hanya membahas surah al-
Qiyamah:3-4 yang berkaitan dengan penyusunan kembali jari-jemari manusia. Sebelum
masuk pada penafsiran mufasir mengenai surah al-Qiyamah:3-4 ini, maka akan dijelaskan
asbab al-Nuzul dari ayat ini. Surah al-Qiyamah ayat 3-4 ini diturunkan guna menjawab
kebimbangan orang kafir yang mengira bahwa Allah tidak mampu untuk menghidupkan
kembali manusia. Diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua orang yaitu
Adi bin Rabiah dan Akhnas bin Syuraiq yang meminta Rasul untuk menceritakan hari kiamat
dan kapan terjadinya hari kiamat tersebut. Setelah Nabi menceritakan mengenai hari kiamat
mereka tidak mempercayai Nabi dan mengingkari bahwa Allah tidak dapat menyatukan
kembali tulang belulang manusia setelah kematian. Disebabkan kejadian tersebut Rasulullah
berdoa agar terlindung dari kedua orang tersebut.(Al-Razi, n.d.) Dalam kitab Tafsir al-
Mishbah dijelaskan bahwa surah al-Qiyamah ini diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah.
Surat ini dikenal dengan nama surah al-Qiyamah karena pada ayat pertamanya berceritakan
tentang sumpah yang berhubungan dengan hari kiamat. Tujuan surah ini adalah untuk
mengagungkan Nabi Muhammad yang telah menyampaikan suatu peringatan. Dari segi
waktu turunya surah al-Qiyamah merupakan surat ke 31, ia turun sesudah surat al-Qari‟ah
dan sebelum surah al-Humazah.(Shihab, 2002)
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai apa yang dibahas pada surah al-Qiyamah
ini, khususnya pada ayat 3-4, maka akan dijelaskan bagaimana para mufasir seperti al-
Zaghlul al-Najjar dan Tantawi Jauhari dalam menafsirkan surah al-Qiyamah ayat 3-4.
10 tahun. Zaghlul adalah seorang ulama muslim modern dan ia merupakan penulis buku yang
bertemakan sains al-Qur‟an. Selain itu Zaghlul merupakan guru besar ilmu geologi di
sejumlah universitas di Timur Tengah dan beberapa negara lainnya.
Petunjuk Allah mengenai sidik jari dan penyusunan jari jemari yang telah berserakan
dan hancur lebur di dalam tanah secara sempurna pada hari berbangkit merupakan suatu hal
yang luar biasa. Hal ini merupakan suatu bukti mengenai kekuasaan Allah sebagai pencipta
yang menghidupkan kembali manusia seperti semula, dari yang tiada menjadi ada. Dalam
kitabnya Zaghlul menjelaskan bahwa surat al-Qiyamah ayat 3-4 ini merupakan respon bagi
para pengingkar hari kebangkitan. (Al-Najjar, 2010)
Kata ًٰ َ بَلdalam ayat bertujuan untuk menafikkan perkataan orang yang mengingkari
hari berbangkit pada ayat berikutnya dan sekaligus sebagai pembatalannya, yaitu sebagai
pembuktian ayat berikutnya. Artinya disini bahwa Allah berkuasa untuk mengembalikan
tulang belulang manusia yang telah hancur di dalam tanah, bahkan jika Allah menginginkan
maka kuasa Allah bisa melebihi itu, Allah dapat mengembalikan sidik jari yang merupakan
karakteristik bagi setiap manusia, yang bisa membedakan antara seseorang dengan orang lain.
Sidik jari ini merupakan karakteristik manusia yang sudah terbentuk saat di dalam perut
ibunya ketika berusia tiga bulan.(Al-Najjar, 2010)
Sedangkan kata َ ٰقَد ِِرينmenunjukan akan kekuasaan Allah yang mampu
menyempurnakan jari jemari dan sidik jari manusia bahkan Allah mampu untuk
membangkitkan tubuh manusia yang telah hancur lebur di dalam tanah dan Allah mampu
membangkitkan itu semua lengkap dengan sidik jarinya seperti ia hidup di dunia dahulu.
Bahkan Allah mampu untuk mengembalikan seperti rambut, daging, kulit, bahkan bisa
mengembalikan ruh agar manusia dapat hidup kembali.(Al-Najjar, 2010)
Allah menyebutkan jari jemari secara khusus di dalam Q.S al-Qiyamah ayat 4 ini
dikarenakan jari jemari merupakan karakter tubuh manusia yang paling signifikan dan
merupakan fase terakhir dalam pembentukan janin.
Menurut Zaghlul kata ي َ نُّ َس ِىmerupakan indikasi ilmiah yang terdapat dalam ayat 4.
Kata ini bermakna bahwa penyempurnaan sesuatu yang telah tercipta secara sangat sempurna
dan penciptaan terakhir setiap manusia dengan menyelesaikan jarinya, maksudnya sidik jari
secara umum dan jari jemari secara khusus yang terdapat pada telapak tangan, kaki dan dahi
manusia. Bahkan tidak ada kesamaan antara setiap individu manusia walaupun ia kembar
identik sekalipun, bahkan antara jari jemari manusia pun tidak ada kesamaannya baik itu jari
tangan maupun jari kaki.(Al-Najjar, 2010)
Dalam kitab Tafsir Ayat Kauniyah fi al-Quran al-Karim, Zaghlul menjelaskan kata
banan merupakan bentuk tunggal dari banânah yang berarti ujung-ujung jari, yang mana
penelitian membuktikan bahwa setiap jari jemari manusia memiliki sidik jari yang berbeda
dan tidak ada satupun sidik jari seseorang yang sama dengan sidik jari orang lain. Zaghlul
menjelaskan bahwa sidik jari adalah garis yang dipisahkan dengan liku-liku pada kulit jari
kaki dan tangan, garis inilah yang membawa pori-pori keringat dan ini yang dinamakan
dengan sidik jari. Kulit tersusun atas lima lapisan, dimana lapisan yang paling rendah adalah
yang melekat pada kulit yang dapat memperbaharui sidik jari apabila ada gangguan dari
luar.(Al-Najjar, 2010)
Menurut penelitian embriologi bahwasanya pada akhir bulan ketiga ketika kehamilan
telah terdapat gari yang ada pada jari manusia Dimana pada saat itu sudah terbentuk tulang
rangka yang sudah ditutupi daging. Sidik jari ini merupakan kekhususan yang diberikan
Allah kepada manusia dan tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Sidik jari ini bersifat
konsisten dan tidak dapat berubah. Terbukti secara ilmiah bahwa sidik jari ini bersifat
individu dan tidak bisa diwarisi dan tidak pula bisa dipengaruhi oleh faktor keturunan. Dari
sini dapat dilihat bahwa pentingnya sidik jari ini sebagai pengenal identitas dan dapat
digunakan sebagai pengenal karakter pribadi seperti jenis kelamin, usia, kondisi kesehatan,
ukuran tubuh dan lain sebagainya. Sidik jari ini akan meninggalkan jejak ketika menyentuh
suatu benda, maka dari itu sidik jari ini bisa dijadikan pelacak untuk sejumlah perkara
kriminal untuk mengetahui seluk beluk peristiwa tersebut.(Al-Najjar, 2010)
Dari sini nampak kekuasaan Allah terhadap penciptaannya, Ia memberikan suatu
keunikan yang berupa sidik jari kepada manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.
Begitu juga Allah menjadikan sidik jari ini sebagai tanda khusus bagi setiap orang yang bisa
membedakannya dengan orang lain yang tidak ada kaitannya dengan faktor keturunan dan
akan melekat pada diri seseorang sepanjang hidupnya.(Al-Najjar, 2010)
Ayat al-Qur‟an yang menjadi topik pembahasan ini menegaskan pengembalian sidik
jari saat manusia dibangkitkan kembali sebagai penegasan atas kemutlakan kekuasaan Allah
yang menciptakan dan membangkitkan kembali, dan ayat ini menunjukan penciptaan jari
jemari dengan sidik jarinya dan tentang urgensinya dalam kehidupan. Mengenai urgensi
sidik jari ini baru diketahui ketika penjajah Inggris melacak pelaku kriminal pada awal abad
ke-20, kemudian sidik jari ini menjadi alat diagnosa terpenting bagi seluruh dunia. Akan
tetapi al-Qur‟an jauh mendahului ilmu pengetahuan manusia, yaitu lebih dari 13 abad yang
lalu, dengan indikasi tentang penciptaan jari jemari manusia dan setelah mati akan
dikumpulkan kembali pada hari berbangkit. Hal ini membuktikan al-Quran nyata dari Allah
dan bukan rekayasa manusia.(Al-Najjar, 2010)
Berdasarkan penjelasan Zaghlul al-Najjar dapat disimpulkan bahwa kata banan
merupakan bentuk tunggal dari banânah yang berarti ujung-ujung jari, yang mana penelitian
membuktikan bahwa setiap jari jemari manusia mempunyai sidik jari yang berbeda dan tidak
ada satupun sidik jari seseorang yang sama dengan sidik jari orang lain. Menurut Zaghlul
ayat al-Qur‟an yang menjadi topik pembahasan ini menegaskan pengembalian sidik jari saat
manusia dibangkitkan kembali sebagai penegasan atas kemutlakan kekuasaan Allah yang
menciptakan dan membangkitkan kembali, dan ayat ini menunjukan penciptaan jari jemari
dengan sidik jarinya dan tentang urgensinya dalam kehidupan. Sidik jari merupakan alat
diagnosa terakurat untuk menentukan identitas seseorang. Dalam menjelaskan kata banânah
ini, Zaghlul lebih memfokuskan penjelasan tentang sidik jari yang terdapat pada ujung jari.
dan secara alamiah tidak bisa berubah selama hidupnya. Hal ini dikarenakan sidik jari
merupakan pencerminan dari bagian DNA dalam kromosom yang membawa karakter
spesifik dari organisme, maka dari itu sidik jari ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kejahatan.(Rumiati, 2003)
Bahkan menurut Zaghlul tidak ada kesamaan antara setiap individu manusia
walaupun ia kembar identik sekalipun, bahkan antara jari jemari manusia pun tidak ada
kesamaannya baik itu jari tangan maupun jari kaki. Ini juga dijelaskan dalam teori ilmiah
yang mengatakan bahwa tidak ada satupun sidik jari manusia yang sama di dunia ini
meskipun ia kembar identik sekalipun dan dalam penemuan sains dikatakan jika ada 5 juta
sidik jari di dunia ini kemungkinan adanya sidik jari yang hampir sama akan terjadi setelah
300 tahun kemudian. Sidik jari manusia dapat berubah karena faktor eksternal yang
mempengaruhinya, seperti terjadi kecelakaan, luka bakar, dan lainnya sehingga pola sidik jari
ini tidak dapat terbentuk kembali.(Soetarmono, 1897)
Sebagaimana yang dijelaskan Zaghlul bahwa sidik jari ini terbentuk saat janin berusia
3 bulan. Menurut penelitian embriologi bahwasanya pada akhir bulan ketiga ketika kehamilan
telah terdapat gari yang ada pada jari manusia. Dimana pada saat itu sudah terbentuk tulang
rangka yang sudah ditutupi daging, yang mana sidik jari ini bersifat konsisten dan tidak dapat
berubah. Hal ini berkaitan erat dengan penemuan ilmiah yang mengatakan bahwa pada
minggu ke tiga belas dan empat belas telah terbentuk sidik jari manusia.(Chastanti, 2020)
Dalam penelitian lain dikatakan bahwa pada minggu ke sepuluh sampai minggu ke tujuh
belas terbentuk salur primer, sedangkan pada minggu ke delapan belas sampai minggu ke dua
puluh lima terbentuk salur sekunder. Salur inilah yang akan membantu tangan untuk untuk
memegang benda-benda disekitarnya karena terdapat peningkatan gesekan dan memperbaiki
sentuhan.(Purbasari & Sumadji, 2017)
Zaghlul menjelaskan bahwa sidik jari adalah garis yang dipisahkan dengan liku-liku
pada kulit jari kaki dan tangan, garis inilah yang membawa pori-pori keringat dan ini yang
dinamakan dengan sidik jari. Kulit tersusun atas lima lapisan, dimana lapisan yang paling
rendah adalah yang melekat pada kulit yang dapat memperbaharui sidik jari apabila ada
gangguan dari luar.(Al-Najjar, 2010) Secara ilmiah Sidik jari adalah gerutan-gerutan halus
yang terbentuk dari lapisan kulit manusia dan akan membentuk suatu pola tertentu, gerutan
ini tampak jelas di ujung jari, telapak tangan dan kaki. Karena sidik ini adalah lapisan kulit
maka sebenarnya seluruh permukaan kulit pada tubuh manusia memiliki pola sidik jari, akan
tetapi pada bagian tangan dan kaki tampak lebih jelas karena sifat kelenturan kulit pada
tangan dan kaki ini lebih tebal namun memiliki kepekaan yang lebih tinggi, hal ini
disebabkan pada bagian telapak tangan manusia terdapat banyak saraf pembuluh darah,
kalangan kedokteran menginformasikan bahwa ada 30 simpul saraf kebagian seluruh tubuh
kita ini ada pada tangan. Sidik jari ini berbeda dengan garis tangan yang terbentuk akibat
pergerakan atau lipatan. Ternyata sidik jari di setiap jari masing-masing tangan manusia juga
berbeda.(Adrian, 2018)
Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa sidik jari merupakan kulit yang menebal
dan menipis membentuk satu “punggungan” pada telapak jari yang nantinya akan
membentuk suatu pola dan pada saat berganti kulit akan terbentuk lagi pola yang sama, sidik
jari seseorang tidak akan hilang meskipun ia telah meninggal dan membusuk.(Mugiarti,
2019) Sidik jari adalah rangkaian garis yang membentuk pola tertentu dan terletak di ujung
bagian dalam jari, sidik jari ini terbentuk di bawah lapisan kulit yang disebut dengan dermal
papillae, jika jari manusia menyentuh suatu benda maka akan meninggalkan jejak pola sidik
jari pada benda yang disentuh. Sidik jari ini tidak akan hilang selagi masih ada lapisan
papille.(Lee, 2007) Namun sidik jari ini bisa mengalami kerusakan yang disebabkan oleh
faktor luar seperti luka bakar yang parah.(Mugiarti, 2019)
Menurut Zaghlul sidik jari ini sangat penting dan bisa digunakan sebagai pengenal
identitas dan dapat digunakan sebagai pengenal karakter pribadi seperti jenis kelamin, usia,
kondisi kesehatan, ukuran tubuh dan lain sebagainya. Sidik jari ini akan meninggalkan jejak
ketika menyentuh suatu benda, maka dari itu sidik jari ini bisa dijadikan pelacak untuk
sejumlah perkara kriminal untuk mengetahui seluk beluk peristiwa tersebut.(Al-Najjar, 2010)
Berdasarkan tafsiran yang disampaikan Zaghlul ini maka ada kaitanya dengan
penemuan ilmiah yang mengatakan bahwa sidik jari ini merupakan alat identifikasi yang
paling baik karena terbukti ke akuratnya. Sidik jari ini tidak hanya dipakai untuk absensi
pegawai saja, namun sidik jari ini bisa digunakan untuk analisis di bidang kedokteran yaitu
proses visum, untuk memberikan keterang demi keperluan peradilan, untuk mendeteksi
masalah pidana, pembunuhan, korban tenggelam, terbakar dan lain sebagainya. Jadi pola
sidik jari telah lama digunakan kepolisian, sistem keamanan untuk kartu ATM, KTP dan
kartu elektronik lainnya sebagai salah satu alat identifikasi seseorang yang bersifat unik.
(Mugiarti, 2019) Dan merujuk pada sejarah bahwasanya kaisar-kaisar Cina menggunakan
sidik jari khususnya ibu jari sebagai pengesahan dokumen. Cina melakukan hal ini sejak
beribu-ribu tahun yang lalu dan sekarang sidik jari ini sudah digunakan oleh seluruh dunia
untuk mendeteksi berbagai hal baik dari segi kesehatan, tindakan kriminal dan lain
sebagainya.(Nazruddin, 2008)
Mengenai urgensi sidik jari ini menurut Zaghlul baru diketahui pada awal abad ke-20,
ketika itu penjajah inggris dan india melacak pelaku kriminal melalui sidik jari, yang
kemudian sidik jari ini dijadikan alat identifikasi terpenting bagi seluruh dunia. Jika dilihat
dari sejarah, bahwasanya negara yang pertama menjadikan sidik jari ini sebagai alat
identifikasi adalah China. Pada tahun 1788 keunikan sidik jari baru terungkap di Eropa.
Menurut lambourne kasus pembunuhan pertama yang diselesaikan dengan sidik jari adalah
kasus pembunuhan Rojas.(Sujana, Putra, Putra, & Bayupati, n.d.)
Dari uraian di atas maka nampak bahwa sidik jari ini merupakan perantara Allah untuk
menunjukkan betapa menakjubkan penciptaan-Nya.Semakin kita mengkaji lebih mendalam
al-Qur‟an maka akan tampak rahasia ayat-ayat al-Qur‟an terlepas dari makna literalnya. Dari
hal ini pantas rasanya al-Qur‟an dijadikan sebagai kitab petunjuk bagi semua umat manusia.
Secara tekstual al-Qur‟an menjelaskan Allah kuasa atas menyusun kembali jari jemarinya
dengan sempurna setelah hancur dan telah berserakan dalam tanah. Jika ayat ini hanya
dipahami secara tekstual dan luarnya saja, maka yang didapatkan hanyalah bagian umumnya
saja, hanya sekedar tau jari memiliki ruas-ruas yang setiap jari memiliki tiga ruas kecuali ibu
jari dua ruas dan dapat digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan halus seperti menulis menjahit
dan semisalnya.Berbeda ketika memahami ayat secara kontekstual antara al-Qur‟an dan sains
tentang jari jemari ini, maka akan ditemukan suatu titik persamaan dan memang hasilnya al-
Qur‟an berbicara tentang sidik jari yang setiap manusia di Dunia ini tidak ada yang sama
sidik jarinya. Jika dilihat dari sudut pandang penafsiran, al-Qur‟an hanya memberi kata kunci
yang tidak begitu mendetail agar manusia melakukan penelitian terhadap kata kunci ini. Di
dalam al-Qur‟an tidak pernah dijelaskan tentang apa yang dimaksud dengan sidik jari,
bagaimana sidik jari itu berbeda-beda meskipun pada kembar identik dan tidak dapat berubah
pada setiap orang sekalipun. Oleh karenanya dapat digunakan untuk identifikasi dalam kasus
kejahatan, dan di salah satu rumah sakit telah menggunakan sidik jari ini untuk
menanggulangi adanya kekeliruan pada bayi yang dilahirkan, sebagai keamanan dan
semisalnya. Al-Qur‟an hanya menjelaskan bahwa kelak jari-jari manusia akan disusun
dengan sempurna, Allah hanya memberi isyarat betapa luar biasa jari-jari manusia sehingga
Allah mengkhususkan dalam penyebutannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, F. (2010). Menyingkap Rahasia Sidik Jari (Vol. 7). Surakarta: Ziyad.
Al-Najjar, Z. (2010). Selekta dari Tafsir Ayat-ayat Kosmos dalam al-Qur‟an. Jakarta:
Shorouk International Bookshop.
Al-Razi, I. F. (n.d.). Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, , jilid 5, 544-604 H, hal. 19.
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Chastanti, I. (2020). Variasi Dermatologi Mahasiswa dari Perkawinan Berbeda Suku di FKIP
Universitas Labuhanbatu. Jurnal Eksata, 5(2), 87–88.
Ichwan, M. N. (2004). Tafsir Ilmy Memahami al Qur‟an Melalui Pendekatan Sains Modern.
Jogja: Menara Kudus.
Juwhari, T. (n.d.). Al-Jawahir fī Tafsir al-Quran al-Karim. Mesir: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Mugiarti, S. (2019). Penyimpanan Sidik Jari (Vol. 10). Jakarta: VC Penerbit Qiara Medi.
Purbasari, K., & Sumadji, A. R. (2017). Variasi pola sidik jari mahasiswa berbagai suku
bangsa di kota madiun. Jurnal Florea, 4(2).
Saputra, E., Taraki, S., & Gustianda, N. (2022). The Effect of Mamakiah Tradition toward
Students ‟ Education in Padang Pariaman Traditional Islamic Boarding School, 4, 1–11.
Sujana, I. G., Putra, E., Putra, I. K. G. D., & Bayupati, I. P. A. (n.d.). PENGENALAN
KEPRIBADIAN SESEORANG BERDASARKAN SIDIK JARI DENGAN METODE
FUZZY LEARNING VECTOR QUANTIZATION DAN FUZZY
BACKPROPAGATION.
Wati, M. (2015). POLA KHAS YANG DITEMUKAN PADA SIDIK JARI DAN TELAPAK
TANGAN PADA ANAK-ANAK TUNA NETRA DI KOTA PADANG.
BioCONCETTA, 1(2), 59–66.