Anda di halaman 1dari 31

KISAH HIDUP DAN PEMIKIRAN TOKOH - TOKOH HADIS SAINS

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah: Hadis Sains
Dosen Pengampu: Munirah, S.Th.I., M.Hum.

Disusun Oleh:

Dwi Rara Rahmawati


2113130110
Linda Rofikoh
2113130109
Nor Shaleha
2113130106

PROGRAM STUDI ILMU AL - QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan inayah dan hidayah-Nya kepada seluruh makhluk-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kisah Hidup Dan
Pemikiran Tokoh-Tokoh Hadis Sains”. Sholawat serta salam ditunjukkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke jalan yang
di ridhai Allah dengan cara memberikan suri tauladan dengan memeragakan
akhlak dan moral yang tinggi kepada umatnya menuju kehidupan yang lebih baik,
di dunia dan di akhirat.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan
dan belum sempurna, oleh karenanya penulis meminta maaf apabila terdapat
kesalahan pada makalah ini dan menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini..

Wassalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palangkaraya, Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3

A. Zaghlul al – Najjar ............................................................................... 3

B. Abdul Syukur Al - Azizi .................................................................... 12

C. Sayyed Hossein Nasr ......................................................................... 19

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 25

A. Kesimpulan ........................................................................................ 25

B. Saran.................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sains yang diartikan ilmu pengetahuan menjadi bagian penting dalam
Islam. Suatu keilmuan yang kita cari harus mampu menjadi jembatan untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Keseluruhan ilmu tanpa terkotak-
kotakan oleh umum dan agama akan semakin meneguhkan keimanan
seseorang yang memikirkannya. Allah menurunkan wahyu al-Qur'an sebagai
petunjuk atau pedoman hidup bagi manusia yang Allah ciptakan dengan
segala kesempurnaannya yang meliputi akal untuk berpikir. Agama yang
dibawa oleh Rasulullah SAW bahkan secara epistemologi menekankan
adanya kewajiban untuk menuntut ilmu dalam rangka mengenali keberadaan
Allah. Bahkan, kajian tentang hubungan Islam dan sains telah menjadi topik
hangat dalam berbagai penelitian. 1 Sains tanpa agama bagaikan lampu terang
yang dipegang pencuri yang membantu pencuri lain untuk mencuri barang
berharga di tengah malam. Atau bahkan sains tanpa agama adalah pedang
tajam ditangan pemabuk yang kejam. 2
Dalam konteks pembicaraan ini, kita kembali teringat kepada sikap
Islam dan penghargaannya terhadap ilmu pengetahuan, Sejak awal
kemunculannya. Adalah suatu kenyataan penting bahwa al-Qur'an mengajak
manusia untuk memperdalam sains. Dengan memperdalam sains akan ada
banyak hal yang memperkuat akan keimanan seseorang sehingga ia menjadi
benar-benar yakin atas apa yang diimaninya. Integrasi antara agama dan sains
bukan sekadar dengan menyampaikan ilmu dan agama semata-mata.3 Sebagai
contoh seorang ilmuan yang melakukan penelitian tentang mata, setelah
mengetahui betapa kompleksnya sistem mata, menemukan bahwa mata tidak

1
Muhammad Taqiyuddin, “Hubungan Islam dan Sains: Tawaran Syed Muhammad Naquib Al-
Attas”, Islamadina: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 22, No. 1, Maret 2021, h. 83.
2
Restiana Mustika Sari, Yudi Setiadi, “Keselarasan Islam dan Sains”, h. 8.
3
Megat Mohd Hazwan Yahya, Khairul Zaman Zainal Abidin, Bushrah Basiron, “Hubungan Sains
dan Agama”, Prosiding Seminar Tamadun Islam, 2018, h. 31.

1
akan pernah dapat terbentuk melalui proses kebetulan yang berangsur-angsur.
Pengujian lebih lanjut akan membuat dia menyadari bahwa setiap detail
dalam struktur mata adalah suatu ciptaan ajaib. Dia melihat mata terdiri dari
lusinan komponen yang bekerja bersama dalam keselarasan sehingga
meningkatkan kekagumann melihat mata terdiri dari lusinan komponen yang
bekerja bersama dalam keselarasan sehingga meningkatkan kekagumannya
kepada Allah yang menciptakannya.
Oleh karena hal tersebut, maka kami dari penulis tertarik untuk
membahas mengenai tokoh-tokoh Islam yang bergerak pada bidang Sains dan
keterkaitannya antara sains dan Agama. Tokoh-tokoh pada bidang sains yang
kami kaji pada tulisan ini meliputi Zaghlul Al-Najjar, Abdul Syakur Al-Azizi,
dan Sayyeid Hossein Nasr.

B. Rumusan Masalah
1. Seperti Apakah Perjalanan Hidup Tokoh-Tokoh Sains (Zaghlul Al-Najjar,
Abdul Syakur Al-Azizi, Sayyeid Hossein Nasr) ?
2. Bagaimanakah Pemikiran Para Tokoh Mengenai Hadis Sains?
3. Bagaimanakah Hubungan Antara Sains Dengan Islam Perspektif Para
Tokoh?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Seperti Apakah Perjalanan Hidup Tokoh-Tokoh Sains
(Zaghlul Al-Najjar, Abdul Syakur Al-Azizi, Sayyeid Hossein Nasr).
2. Untuk mengetahui Bagaimanakah Pemikiran Para Tokoh Mengenai Hadis
Sains.
3. Untuk memahami Bagaimanakah Hubungan Antara Sains Dengan Islam
Perspektif Para Tokoh.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Zaghlul al – Najjar
1. Biografi Zaghlul al-Najjar
Prof. Dr. Zaghlul an-Najjar memiliki nama lengkap Zaghlul Raghib
Muhammad an-Najjar. Beliau adalah pakar Geologi kelahiran Thanta,
Mesir, 17 November 1933. Beliau berasal dari keluarga muslim yang taat,
kakeknya menjadi imam tetap di Masjid kampungnya. Ayahnya adalah
penghafal al-Qur‟an. Beliau sendiri telah menghatamkan hafalan al-
Qur‟annya sebelum genap usia 10 tahun. Pada usia itulah Zaghlul ikut
ayahmya hijrah ke Cairo dan masuk sekolah dasar di ibu kota Negara para
nabi itu. Setelah dewasa, ia belajar di Fakultas Sains Jurusan Geologi,
Cairo University dan lulus pada 1955 dengan yudisium Summa Cum
Laude, ia meraih “Baraka Award” untuk kategori bidang geologi. Ia
kemudian meraih gelar Ph.D bidang geologi dari Walles University of
England pada 1963. Pada 1972, ia dikukuhkan sebagai guru besar geologi.
Kemudian pada tahun 2000-2001, Zaghlul dipilih sebagai Rektor
Markfield Institute of Higher Education England dan sejak tahun 2001
menjadi ketua Komisi Kemukjizatan Sains al-Qur‟an dan Sunnah di
Supreme Council of Islamic Affairs Mesir. Dengan kepiawaiannya di
bidang tafsir al-Qur‟an berbasis sains, ia rutin menulis artikel tetap rubric
“Min Asrar al-Qur‟an” (Rahasia al-Qur‟an) setiap Senin di Harian Al-
Ahram Mesir yang bertiras 3 juta eksemplar setiap harinya. Hingga kini,
telah dimuat lebih dari 250 artikelnya tentang kemukjizatan sains dan al-
Qur‟an.4

2. Karya-karya Zaghlul an-Najjar


a. Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fīl Qur‟ānil Karīm
b. I‟jazul „Ilmy fīs Sunnah Nabawiyyah

4
Zaghlul an-Najjar, (Terj, Yodi Indrayadi dkk,) Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadits Nabi (Jakarta:
Zaman, 2013), h. 9-10.

3
c. Nazhārat fī „Azmati at-Ta‟līm al-Muashir wa Hululihal Islāmiyah
d. Haqā'iq `Ilmiyah fil Qur'ānil Karim: Namāzij min Ishāratil Qur'āniyah
ilā` Ulumil Ard
e. Qadiyyatul I‟jaz „Ilmi li al-Qur‟īnil Karīm wa Dawībitut Ta‟amul
Ma‟aha
f. Min Ayātil-`Ijaz `Ilmi al-Hayawan fīl Qur'ānil Karīm
g. Min Ayātil-`Ijaz `Ilmi al-Sama' fīl Qur'ānil Karīm5

3. Pemahaman Zaghlul al – Najjar Terhadap Sains Beserta Contohnya


Zaghlul al-Najjar yang berpendapat bahwa terdapat 1000 ayat
secara sharih (jelas) dan ratusan ayat lainnya yang tidak langsung terkait
dengan fenomena alam semesta, tidak mungkin akan dapat difahami secara
sempurna hanya dengan menggunakan pendekatan kebahasaan atau bahasa
Arab saja, namun diperlukan adanya fakta-fakta ilmiah agar sampai pada
pemahaman isyarat dalam al-Qur‟an tersebut. Zaghlul al-Najjar mencoba
menafsirkan ayat al-Qur‟an khususnya ayat-ayat kauniyah yang yang
meliputi aspek penciptaan alam semesta (astronomi, astrologi, geologi dan
fenomena alam), kesehatan dan penciptaan makhluk (embriologi,
arkeologi, fisiologi) dengan metode analisis data-data saintifik yang ada.
Beliau menjelaskan bahwa al-Qur‟an pun memerintahkan manusia untuk
melihat dan berfikir tentang dirinya sendiri dan juga alam semesta.6
Penafsiran Q.S. At-Tur ayat 6 dalam kitab Tafsir Al-āyātul
Kauniyyah fīl Qur‟ānil Karīm:
ُ ْ ْ ْ
)6 :25/‫ ( الطور‬٦ ِۙ‫َوال َبح ِر ال َم ْسج ْو ِر‬

5
Ishak Sulaiman et.all, Metodologi Penulisan Zaghlul Al-Najjar Dalam Menganalisis Teks Hadith
Nabawi Melalui Data-Data Saintifik, (Malaysia: Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya
Kuala Lumpur, 2001), hal. 280.
6
Intan Pratiwi Mustikasari, "Urgensi Penafsiran Saintifik Al-Qur‟an: Tinjauan atas Pemikiran
Zaghlul Raghib Muhammad al-Najjar", Studia Quranika: Jurnal Studi Qur'an, Vol. 6 No. 1, Juli
2016, h. 37, 40.

4
Terjemah Kemenag 2019
6. dan demi lautan yang dipanaskan (di dalamnya ada api). (At-Tur/52:6)

a) Makna Qasam yang ada di dalam surat At-Tur menunjukkan sesuatu


yang menakjubkan dan pentingnya sesuatu yang dipakai untuk
bersumpah. Sesungguhnya itu menunjukkan kekuasaan Allah yang
tidak terbatas.
b) Isyarat yang menunjukkan kepada tingginya derajat panas api di dasar
lautan dan samudra, yang sampai pada derajat mendidih, karena adanya
aktivitas gunung berapi yang berada di air laut dan samudra. 7
Selanjutnya, Zaghlul menjelaskan terlebih dahulu dari segi bahasa
terkait baḥr al-masjur, Zaghlul menjelaskan bahwa kata al-masjūr sebagai
kata sifat yang berasal dari kata kerja (sajara) dan (as-sajara), ketika
dikatakan sajara at-tannūr maksudnya adalah menyalakan tumpu hingga
panas atau mendidih, dan (as-sujūr) adalah apa saja yang membakar dari
macam-macam tumpu. Zaghlul juga menjelaskan bahwa kata sajara dalam
arti lain adalah penuh. Sehingga makna wal baḥril masjur adalah laut yang
penuh dengan air atau menahannya dari daratan. Sehingga wal baḥril
masjur dapat diartikan dengan dua makna, yaitu demi laut yang menyala
atau laut yang di dalam tanahnya ada api dan demi laut yang penuh dengan
air.8
Sebagaimana bidang kepakaran utama Zaghlul yang meliputi
penemuan saintifik melalui dimensi alam semesta, Zaghlul menjelaskan
dua makna baḥril masjur masing-masing dalam pandangan ilmu
pengetahuan modern yang telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah di dalam
abad dua puluh.
a. Wal baḥril Masjur dengan Makna Laut yang Penuh dengan Air.
Zaghlul menjelaskan baḥril masjur dengan makna laut yang
penuh dengan air dan menahannya dari daratan dalam pandangan ilmu
7
Zaghlul an-Najjar, Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fil Qur‟ānil Karīm, (al-Qahirah: Maktabah as-
Syarqiyyah ad-Dauliyyah, 2007), Jil. 3. h. 460.
8
Ibid, h. 216.

5
pengetahuan. Zaghlul mengatakan bawa bumi merupakan planet dalam
tatanan tata surya yang paling banyak mengandung air. Volume air di
bumi diperkirakan mencapai 1.360-1.385 juta Km³. Jumlah yang
sedemikian banyaknya itu kemudian didistribusikan ke seluruh lapisan
bumi dengan ketentuan yang akurat melalui siklus air.
Zaghlul dalam ayat ini menjelaskan pula bagaimana proses
sirkulasi air di bumi. Ketika air menguap dari permukaan laut dan
samudra, uapan air tersebut akan naik ke lapisan zona dingin. Pada zona
ini mengandung sekitar dua pertiga (66%) atau sekitar 5000 juta ton air
hasil dari uapan air bumi dan kemudian menjadi awan dan akan
diturunkan melalui hujan, salju. Kemudian air akan menyatu dalam
beberapa saluran air dan mengalir menuju tempat yang luas sehingga
membentuk laut dan samudra, dan selanjutnya akan mengalami
pengulangan proses penguapan permukaan laut dan samudra. Dalam
menjelaskan siklus air, Zaghlul menjelaskan pula adanya keseimbangan
antara uap air yang berasal dari laut samudra dan uap air yang berasal
dari daratan. Kadar air yang turun ke daratan lebih tinggi atau lebih
banyak daripada yang menguap dari daratan. Sedangkan kadar air yang
turun ke lautan dan samudra lebih rendah dibanding air yang menguap
dari permukaannya (samudra). Hal ini pula menurut Zaghlul adalah
sebuah fenomena luar biasa yang Allah telah menciptakannya sesuai
dengan keseimbangan dan keteraturannya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Zaghlul dari siklus
penguapan air dari bumi dan lapisan atmosfir bumi mencapai total
380.000 km3 setiap tahunnya. Yang terdiri dari rata-rata uap air yang
berasal permukaan laut samudra mencapai sekitar 320.000 km3,
sementara uap air yang berasal dari permukaan daratan hanya mencapai
60.000 km3. Kemudian kadar air yang turun ke daratan lebih tinggi atau
lebih banyak daripada yang menguap dari permukaannya (96.000 km3:
60.000 km3). Sedangkan kadar air yang turun ke lautan dan samudra
lebih rendah dibanding yang menguap dari permukaannya (284.000

6
km3 : 320.000 km3). Selisih kedua angka ini diperkirakan mencapai
36.000 km3, yang perbandingannya sama dengan selisih antara volume
air hujan yang turun di daratan dengan air yang menguap dari samudra,
begitu juga volume air hujan yang turun ke laut sama dengan air yang
menguap dari daratan pertahunnya. 9 Sehingga, dengan adanya siklus
itu, Allah membuatnya seimbang untuk kehidupan makhluknya.
Allah telah menetapkan jumlah air yang tersimpan di Bumi dan
membaginya dengan sangat teliti dan bijaksana antara lingkungan satu
dengan yang lainya, lingkungan yang berbeda sesuai dengan habitat
kehidupan di setiap lingkungan. Semua ini dengan kadar dan ukuran
yang cukup untuk memenuhi kehidupan di bumi. Jika kadar air yang
sudah ditentukan ini berlebihan, maka bumi akan banjir dan
pemukaannya akan tergenang secara total. Sebaliknya, jika kadar air
kurang maka tidak akan mampu memenuhi kebutuhan makhluk hidup
di Bumi.
Para ilmuwan telah memperhitungkan bahwa jumlah es yang
berada di atas 2 kutub bumi, dan salju-salju yang menutupi puncak-
puncak gunung yang tinggi. Hanya memerlukan peningkatan suhu
sekitar 4-5 C, pada suhu udara dari tingkat rata-rata suhu normal di
musim panas untuk melelehkan semua. Jika ini terjadi, tingkat
permukaan air laut dan samudra akan naik lebih dari 100 m dari tingkat
permukaan normalnya. Kondisi tersebut selanjutnya akan mampu
menenggelamkan sebagian daratan yang dihuni oleh manusia pada saat
ini dan di sepanjang sekitar pantai dari lautan dan samudra. 10
Dengan demikian, penafsiran Zaghlul tentang sumpah Allah
dengan al-baḥr al-masjur adalah memiliki keutamaan dan tujuan yang
laur biasa. Sesungguhnya laut yang penuh dengan air adalah untuk
menjaga bumi, untuk kehidupan manusia. Begitu juga, air yang di
tashan dalam bentuk es yang membeku di atas kutub dan di atas puncak

9
Ibid, h. 462.
10
Ibid, h. 463.

7
gunung. satu tanda kekuasaan Allah yang ada di bumi yang bertujuan
untuk kebaikan dan memakmurkan bumi.
b. Wal Bahril Masjur dengan Makna Laut yang di dalam Tanahnya Ada
Api.
Menurut Zaghlul, para ilmuwan pada abad 20 ini telah
menemukan adanya sebuah fakta bahwa pecahan atau retakan bumi
pada jaringan litosfir akibat adanya pembelahan dua lempeng. Retakan-
retakan atau celah ini saling bersambung satu dengan lainnya, dengan
bentuk sambungan yang menjadikannya seolah-olah satu retakan yang
mengelilingi seluruh dasar bumi. Sehingga para ilmuwan
menyerupakannya dengan sambungan yang terdapat pada bola tenis.
Luas retakan ini panjangnya mencapai puluhan ribu kilometer,
lebih banyak berada di dasar lautan daripada di dasar daratan.
Kedalaman rekahan pada lempeng samudra bisa mencapai lebih dari 65
dan 70 km di bawah dasar laut, dan antara 100 dan 150 km dari
permukaan bumi. Aktivitas lempeng bumi yang terjadi pada zona ini
terletak di mantel bumi, yaitu zona oleh para ahli dinamakan “zona
bumi yang lemah” atau “astenosfir”. Pada zona ini lempeng-lempeng
perlahan saling bertabrakan, saling menjauh, atau saling bergeser.
Ketika kedua lempeng samudra bergeser saling menjauh akan
membentuk sebuah lubang dalam yang disebut Pemekaran Lantai
Samudra. Adanya pergeseran lempeng tektonik ini, dalam waktu lama
akan menjadikan semacam rangkaian gunung yang saling berdekatan
satu dengan lainnya. 11
Lempengan bumi pada jaringan litosfir secara terus-menerus
bergerak saling menjauh akan memperluas rekahan dasar laut dan
samudra, selanjutnya akan membentuk jarak antara 2 baris yang
menjadi tempat keluarnya jutaan ton batu magma yang suhu melebihi

11
Ibid, h. 464.

8
1000 C. Semburan magma akan terdorong ke sebelah kanan dan kiri,
dengan mengeluarkan batuan basal dari dalam tanah.12
Zaghlul menjelaskan bahwa saat ini telah ditemukan lebih dari
64.000 km Punggung tengah samudra/rantai gugusan gunung api di
bawah laut. Punggung tengah samudra terbentuk dari aliran lelehan
magma dan aktivitas gunung berapi yang terletak di sekitar retakan atau
celah laut. Retakan-retakan ini ditemukan sepanjang puluhan ribu meter
di seluruh arah dengan kedalaman 65-70 km untuk menyambung antara
dasar samudra, lautan, dan lapisan astenosfir yang bersifat plastis
seperti cairan yang sangat panas.
Retakan pada litosfir di semua dasar laut dan samudra, dan
sejumlah dasar laut lainnya seperti Laut Merah, di temukan juga di
daratan. Akan tetapi di tingkat lebih rendah dari pada yang terjadi di
dasar laut dan samudra. Aktivitas dari sejumlah rekahan dasar laut
(lembah lahan tanah) dan laut yang panjang seperti kedalaman Afrika
Timur dan Laut Merah, yang bekerja untuk memecahkan tumpukan
benua dengan memperluas secara bertahap memanjang seperti Laut
merah ke lautlaut terbesar. Kemudian ke dalam laut memisahkan antara
tumpukan benua, yang terhubung dari bentuk satu benua, dan di
keliling benua yang tenggelam benua raksasa dari sejumlah puncak
gunung yang menjulang tinggi Seperti Gunung Arafat di timur Turki
(5100 meter di atas permukaan laut, dan puncak gunung berapi (Etna)
di utara-timur Sisilia (3300 meter), dan puncak gunung berai
(Vesuvius) di Nepal, Italia (1300 meter), Gunung Kilimanajro di
Tanzania Afrika (5.900 meter), Gunung Kenya di Kenya Afrika (5100
meter).13
Ilmuwan bumi dan laut telah membuktikan dengan fakta yang
nyata bahwa lautan di bumi termasuk lautan samudra utara dan selatan,
dan dasar sejumlah lautan seperti Laut Merah yang dasar lautnya

12
Ibid, h. 465.
13
Ibid, h. 466.

9
mengeluarkan kobaran magma secara cepat dengan jumlah jutaan ton
dari dalam bumi hingga mencapai skala kelemahan tanah melalui
retakan yang membelah lapisan litosfir.
Magma yang berada di lempeng samudra berbentuk leleran-
leleran basal yang sangat panas dan semburan-semburan magma yang
keluar dari lembahlembah yang membelah lapisan atmosfir. Fakta yang
mengejutkan adalah bahwa air laut atau samudra yang begitu banyak
tetap tidak mampu memadamkan bara api magma, dan magma sangat
panas tidak mampu memanaskan dan menguapkan air laut dan samudra
sepenuhnya. Fenomena tersebut dikarenakan suhu dasar laut yang
sangat dingin, sehingga magma hanya memanaskan air yang ada
disekitarnya. Sehingga tampaklah keseimbangan dua hal yang
berlawanan antara api dan air. Fenomena api di bawah laut adalah
fenomena paling mengagumkan para ilmuwan pada saat ini. Fakta ini
baru diketahui oleh ilmu pengetahuan pada dekade akhir tahun 60-an
dan 70-an. Akan tetapi al-Qur‟an telah lebih dahulu menyatakan fakta
yang menjadi bukti kesucian dan kebenaran sumber kitab suci al-
Qur‟an dan hadits nabi yang mulia dengan isyarat tentang hakikat bumi
yang lampau ini baru dapat diketahui hakikatnya oleh manusia
belakangan ini. dan ini tidak mungkin diketahui oleh akal untuk
menggambarkan kecuali selain izin allah yang Maha Pencipta.14

4. Kritik Ulama Terhadap Zaghlul al-Najjar


Menurut Tantawi seorang cendekiawan muslim asal Mesir yang
15
lahir pada tahun 1870 M dan wafat pada tahun 1940 M dalam karyanya
al-Jawahir fi Tafsir al-Qur‟an, ia menafsirkan al-Bahr al-Masjar dengan
laut yang dinyalakan dan dijaga di tempat yang penuh dengan kobaran api
sebagaimana pendapat Ibn Abbas. Berdasarkan prediksi laut ini akan
menyingkap dimasa mendatang. Bahkan juga banyak hadits yang
14
Ibid, h. 467.
15
Tanthawi Jauhari, al-Jawâhir fi Tafsir al-Qur‟an (Mesir: Mu‟sasab Mustafa alBabi al-Habibi,
1929) Jil. 23, h. 2.

10
menunjukkan akan hal itu. Akan tetapi, umat terdahulu tidak
mengetahuinya.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa laut ini adalah perut bumi
yang terlihat jelas dan diketahui keterungkapannya bahwa bumi
seluruhnya seperti semangka dan kulit bumi seperti kulit semangka.
Sesungguhnya nisbat kulit semangkat pada perut bumi seperti nisbat kulit
bumi pada api yang terdapat dalam perutnya, yang artinya sekarang
manusia berada di atas bara api. Maka dari itu sahabat mengumpamakan
bumi itu seperti kompor yang di bawahnya ada api dan ada gas. Selain itu,
juga ada keterangan yang tidak memperbolehkan ketika seseorang
melewati di atas laut menghidupkan bara api atau percikan api, karena
dikhawatirkan akan menimbulkan adanya reaksi berupa api. Terbukti pada
zaman sekarang ini adalah adanya bencana alam, kenaikan lava dan lahar,
gempa bumi yang terjadi di Jepang 1925. Banyak peristiwa yang sudah
diungkap dalam al-Qur‟an dan baru ditemukan pada zaman modern ini. 16
Ada juga yang menganalogikan seperti semangka yang mana di
luar itu kulitnya dan di dalam itu bola api yang besar. Dengan itu lapisan
laut menutupi bara api yang ada di dalam bumi dengan tanah. Jadi,
pembentukan bumi sudah diatur oleh Allah sedemikian rupa dengan
adanya keseimbangan air dan api, sehingga menjadi tenang dan tidak
terlalu panas. Ini merupakan sedikit gambaran yang ditawarkan Tanthawi
Jauhari dalam kitab tafsirnya.17
Jadi dalam kitab tafsir ini telah diriwayatkan bahwa Allah SWT
menjadikan lautan-Nya menjadi api pada hari kiamat dan akan bertambah
kepanasannya di neraka jahanam. Perbandingan hadis yang telah
disebutkan di atas dan hadis terdahulu adalah di bawah laut ada api yang
berasal dari perut bumi dan dikandung oleh laut, sehingga peredaran api
dalam laut meluas. Oleh karena itu, sampai sekarang api berada dalam
perut bumi. Laut-laut pada hari kiamat akan menjadi api. Tandanya cukup

16
Ibid, h. 214.
17
Ibid, h. 216.

11
jelas, karena sesungguhnya laut yang dinyalakan adalah pengibaratan dari
perut bumi, apabila telah datang ajal maka bumi dan air laut akan tumpah,
maka tidak ada lagi keindahan laut yang ada hanyalah api di setiap mata
memandang. 18
Apabila air dituangkan di atas api maka api itu akan padam,
walaupun air tersebut hanya sedikit. Karena sesungguhnya oksigen yang
berada dalam air dapat memadamkan api karena tertimpa oleh air. Hal ini
merupakan fenomena ilmu pengetahuan dan mukjizat dalam al-Qur‟an.

B. Abdul Syukur Al - Azizi


Pada bukunya yang berjudul Islam itu ilmiah, Abdul Syukur Al-Azizi
menjelaskan bab mengenai keistimewaan agama Islam, beliau mengatakan
bahwa “Agama Islam dengan kitab sucinya, al-Qur'an, diturunkan kepada
Rasulullah Saw., agar dijadikan sebagai tuntunan hidup manusia hingga akhir
zaman. Sebagai agama yang diharapkan menjadi pedoman hidup, Islam telah
sempurna dan mencakup segala hal yang dibutuhkan oleh manusia. Segala
hal telah diatur, baik yang terkait dengan urusan dunia maupun akhirat.
Selain al-Qur'an, sabda Rasulullah Saw. juga menjadi sumber utama
pedoman hidup kaum muslimin. Kaum muslimin menjadikan keduanya
sebagai sumber rujukan dalam menghadapi permasalahan hidup. Dan sebagai
agama yang paripurna, Islam mengatur semua hal; dari yang terkecil, seperti
ketika akan masuk ke kamar mandi harus berdoa dan mendahulukan kaki kiri,
hingga permasalahan yang berkaitan dengan negara dan pemerintahan.
Akan tetapi, banyak orang, terutama kalangan para orientalis dan
kaum materialis dari dunia barat, menganggap Islam merupakan agama yang
tidak rasional, tidak ilmiah, bahkan cenderung mistis. Khususnya dalam
ibadah murni seperti wudhu, shalat, puasa, zakat, ataupun haji dan umrah.
Mereka menuding bahwa semua itu sekadar ritual kosong yang manfaatnya
tak sanggup dijelaskan secara logis, apalagi dibuktikan secara ilmiah.

18
Ibid, h. 217.

12
Hingga berabad-abad lamanya, anggapan dan tudingan tersebut
melekat pada citra agama Islam. Akan tetapi, dengan perkembangan sains dan
teknologi yang semakin pesat, tudingan miring yang dilontarkan oleh kaum
materialis dan orientalis tersebut dengan sendirinya terbantahkan. Apalagi,
fakta-fakta ilmiah mengenai keistimewaan Islam justru banyak diungkapkan
oleh para ilmuwan dari dunia barat sendiri. Beberapa penelitian membuktikan
bahwa syariat Islam sangat ilmiah. Teks-teks suci al-Qur'an dan sunnah
Rasulullah Saw. sama sekali tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan
modern.”19
1. Karya-karya Abdul Syukur Al-Azizi
a) Sejarah Terlengkap Peradaban Islam (2017)
b) Buku Lengkap Fiqh Wanita: Manual Ibadah dan Muamalah Harian
Muslimah Shalihah (2015)
c) Wahai Rasulullah, Jangan Usir Kami (2017)
d) Kugapai Sakinah Bersamamu: Meneladani Romantisme Rumah Tangga
Nabi dan Aisyah (2017)
e) Hati Bahagia, Rezeki Tak Terhingga (2015)
f) Islam Itu Ilmiah (2018)

2. Pemikiran Abdul Syukur Al-Azizi mengenai Islam dan Sains


a) Tauhid sebagai sumber ilmiah
Tauhid mengandung akidah yang sangat fundamental bagi umat
Islam. Pikiran yang berlandaskan ketauhidan akan menumbuhkan cita-
cita dan aktivitas-aktivitas yang positif. Namun, ketauhidan yang
sekadar diketahui tanpa diyakini niscaya hanya akan meng hasilkan
keahlian.
Pada dasarnya, kesadaran beragama orang Islam merupakan
kesadaran terhadap keesaan Allah Swt. Semangat ilmiah tidak ber
tentangan dengan kesadaran religius; karena semangat ilmiah
merupakan bagian yang padu dengan keesaan-Nya. Menyadari keesaan

19
Abdul Syukur Al-Azizi, ISLAM ITU ILMIAH, (Yogyakarta: Laksana, 2018), h. 9-11.

13
Tuhan berarti meyakini bahwa Dia adalah satu dalam esensi, asma, dan
sifat-Nya.
Sebagai sebuah sumber pengetahuan, Islam mengajarkan bahwa
segala sesuatu di alam semesta saling berkaitan dan terikat dengan
hukum-hukum kosmis yang mengaturnya. Kosmos terdiri atas berbagai
tingkat, bukan hanya tingkatan fisik. Beragam tingkatan di jagat raya
berada dalam kekuasaan Allah Swt.

Allah SWT. berfirman:

َ ُ َّ َ ْ ‫َ ْ َ َ ْ َ ٰ َ ٌ َّ ه ُ َ َ َ َ َ َ ُ ْ ٰ َ ه‬
‫مما َص ِفف ْون‬ ْ ‫اّٰلل َر ا ِ ال َر‬
‫ر‬ ِ ‫لو كان ِفي ِهمآ ا ِلهة ِالا اّٰلل لفسدتاۚ فسبحن‬
ِ ِ

)55 :52/‫ ( الانبياۤء‬٢٢

Terjemah Kemenag 2019

22. Seandainya pada keduanya (langit dan bumi) ada tuhan-tuhan


selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah, Tuhan
pemilik ʻArasy, dari apa yang mereka sifatkan. (Al-Anbiya'/21:22)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa kesatuan kosmis merupakan


bukti keesaan Allah Swt. Perkara ketauhidan semacam inilah yang
memantik kesadaran dan semangat ilmiah para ilmuwan dan sarjana
muslim. 20

b) Keselarasan ajaran Islam dengan Sains


Islam menganjurkan umatnya agar terus berproses menggali
potensi-potensi alam dan lingkungan menjadi sentra peradaban yang
gemilang. Karena itu, dalam konteks ini, tidak ada pertentangan antara
sains dan ajaran Islam. Islam dan sains berjalan seimbang untuk
menciptakan khazanah keilmuan dan peradaban manusia yang lebih
baik.

20
Ibid, h. 19-20.

14
Islam senantiasa mendorong umatnya supaya mengembangkan
sains dan teknologi. Islam sangat mendukung umatnya melakukan
penelitian dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk menyangkut
urusan sains dan teknologi. Bagi Islam, sains dan teknologi termasuk
ayat-ayat Allah SWT. yang mengandung hikmah dan merupakan
anugerah bagi manusia untuk diolah dan dimanfaatkan dengan demi
kemaslahatan.
Keselarasan Islam dengan ilmu pengetahuan merupakan bukti
bahwa Islam merupakan agama yang benar dan cocok dijadikan sebagai
pedoman hidup manusia. Bahkan, al-Qur'an dan hadis menjadi sumber
ilmu pengetahuan sekaligus inspirasi dalam mengungkap fenomena-
fenomena alam yang belum terpecahkan. 21

3. Pemikiran Abdul Syukur Al-Azizi pada hadis-hadis Sains


a. Hadis tentang tujuh lapisan bumi
1) Nash tentang tujuh lapisan bumi
Said bin Zaid bin Amru bin Nufail Ra, menuturkan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"Barang siapa mengambil sejengkal tanah dengan zhalim, maka
Allah akan mengalungkannya pada hari kiamat setebal tujuh lapis
bumi." (HR. Muslim)
Bila dilihat dari redaksi hadis, maka terdapat dua hal penting
yang disampaikan hadis tersebut. Pertama, hadis itu secara umum
melarang segala bentuk kezhaliman, dan lebih spesifiknya ialah
tindakan menyerobot tanah milik orang lain. Kedua, banyak juga
yang menyorot hadis itu dan kemudian menghubungkan dengan
keadaan lapisan bumi yang menyatakan adanya tujuh lapisan yang
dimiliki bumi. 22

21
Ibid, h. 35.
22
Abdul Syukur Al-Azizi, HADITS-HADITS SAINS, (Yogyakarta: Laksana, 2018), h. 37-38.

15
2) Fakta ilmiah tentang tujuh lapisan bumi
Setelah para ilmuwan menemukan bahwa bumi berbentuk
bulat telur, maka mereka menduga bahwa inti bola bumi mempunyai
nucleus dan cangkangnya adalah kerak bumi yang sangat tipis jika
dibandingkan dengan ukuran bumi. Di antara dua lapisan ini,
terdapat lapisan ketiga yang biasa disebut dengan “mantel”. Akan
tetapi, teori bahwa bumi terdiri atas tiga lapisan (inti bumi, mantel
bumi, dan kerak bumi), tidak bertahan lama karena munculnya
temuan-temuan terbaru dalam sistem geologi yang memberi bukti
lain.
Pengukuran dan percobaan terbaru yang dilakukan oleh para
ahli geologi tersebut menunjukkan bahwa artikel yang berisi nucleus
dari bumi itu berada di bawah tekanan yang sangat tinggi, hingga
mencapai 3.000.000 kali tekanan terhadap permukaan bumi atau tiga
juta kali lebih dari permukaan bumi.
Akhirnya, para ilmuwan kemudian mengklasifikasikan bumi
menjadi tujuh lapisan. Dari tujuh lapis bumi tersebut, terdapat kulit
yang tipis, kemudian dikelilingi oleh empat lapisan yang bertingkat
seperti jaring. Lalu, terbentuklah semuanya menjadi tujuh lapis
bumi. Tujuh lapisan ini, memiliki perbedaan yang sangat jauh antara
masing-masing tingkatan, baik dari segi susunan, ketebalan, suhu
yang terdapat di sana, maupun satuan (zat) yang ada. Oleh sebab itu,
tidak mungkin dikatakan bahwa globe (bola bumi) hanya
mempunyai satu tingkat, seperti yang dipercayai oleh orang-orang
pada zaman dahulu.
Adapun ketujuh lapisan bumi tersebut adalah Centroshperes
(inti bumi), lapisan luar inti bumi, lapisan terbawah pita bumi (pita
bawah), lapisan tengah pita bumi (pita tengah), lapisan teratas pita

16
bumi (pita atas), lapisan bawah kerak bumi, dan lapisan atas kerak
bumi. 23
b. Hadis tentang bintang sebagai pengaman langit
1) Nash tentang keberadaan bintang
Setelah berakhirnya era kemajuan peradaban-peradaban
kuno, datanglah Islam yang sangat memberi perhatian serius
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Keseriusan Islam ini bisa
kita lihat dari sabda Rasulullah Saw. berikut:
"Sesungguhnya, hamba yang terpilih adalah orang orang yang
meneliti, mengamati matahari, rembulan, bintang, dan awan
(mengintai masuknya waktu) untuk mengingat Allah (karena untuk
berdzikir kepada-Nya)." (HR. Baihaqi).
Selain hadis tersebut, Rasulullah Saw. juga menyatakan hal
yang menarik tentang keberadaan bintang. Dalam sebuah hadis,
dikisahkan bahwa sahabat Abu Musa (Abdullah bin Qais bin Sulaim
bin Hadhdhar) dan sahabat lainnya, shalat Maghrib bersama
Rasulullah Saw. Kemudian, mereka duduk-duduk di luar masjid
menunggu datangnya waktu shalat Isya' untuk shalat lagi bersama
Rasulullah Saw.. Rasulullah Saw. keluar menemui mereka dan
berkata, “Kalian di sini?” Para sahabat menjawab, “Wahai
Rasulullah, kami shalat Maghrib bersamamu. Kami tetap duduk-
duduk (di masjid) ini agar kami bisa shalat Isya' bersamamu juga”.
“Bagus kalian (benar kalian)!” jawab Rasulullah Saw.
Kemudian, Rasulullah Saw. menengadahkan kepala ke langit
dan bersabda, “Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit. Jika
bintang mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang
mengancamnya. Dan, aku adalah pengaman bagi sahabatku. Jika
aku mati, maka datanglah kepada para sahabat sesuatu yang
mengancam mereka. Sahabatku adalah pengaman umatku. Jika
mereka mati, maka datanglah kepada umatku sesuatu yang

23
Ibid, h. 42-46.

17
mengancam mereka.” (HR. Muslim, hadis senada juga bisa
ditemukan pada Musnad Imam Ahmad dalam bab hadits Abu Musa
al-Asy'ari).
Dari redaksi hadis tersebut, setidaknya ada tiga pelajaran
penting, yaitu keberadaan Rasulullah Saw. sebagai penenteram bagi
sahabat, keberadaan sahabat sebagai pengayom umat Islam, dan
keberadaan bintang bintang sebagai pengaman bagi langit. Apabila
beliau sudah wafat, maka yang dijanjikan itu akan terjadi pada
mereka. Namun, Rasulullah Saw. tidak menyebutkan sesuatu yang
akan terjadi itu, namun dalam syarah ini dikatakan bahwa yang
dijanjikan di sini ialah adanya perpecahan dan fitnah. 24
2) Fakta ilmiah tentang bintang sebagai pengaman langit
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya.
Bintang menghabiskan 90% usianya dalam rentang fase bintang
biasa yang mirip dengan matahari sebelum kemudian meledak, atau
meredup dan lenyap (padam). Dua fase terakhir (meredup dan
lenyap), sebenarnya berakhir dengan ledakan. Selain itu, bintang
merupakan oven raksasa penampung atom semesta yang memproses
rangkaian nuklir, yang disebut dengan proses fusi nuklir yang
menghasilkan segala unsur yang dibutuhkan oleh bumi dan langit
dunia.
Selain adanya daya gravitasi yang mengikat bintang bintang
langit dunia satu sama lain secara kuat, juga terdapat sejumlah daya
lain yang mengikat suatu materi yang ada di dalam bumi, yang ada
di dalam setiap benda angkasa, dan di lembaran langit dunia (hingga
tidak terjatuh dan berbenturan antara satu sama lain). Di antara daya
pengikat yang kita kenal adalah daya nuklir kuat, daya nuklir lemah,
dan daya listrik/magnetik (elektromagnetik). Daya-daya inilah yang
mengikat dan mencengkeram materi dan energi yang ada di dalam
bagian semesta yang dapat diketahui.

24
Ibid, h. 26-28.

18
Karena begitu besarnya massa bintang-bintang, maka dengan
daya tariknya, bintang-bintang pun mampu menguasai seluruh
planet, planetoid, satelit, komet, dan segala bentuk materi yang
berada dalam orbit bintang bintang tersebut. Sementara itu, bintang-
bintang sendiri saling mengikat satu sama lain dengan daya gravitasi
dan terhimpun dalam satu unit-unit kosmik yang lebih besar, serta
terkait satu sama lain, juga dengan daya gravitasi. Sehingga, jika
ikatan-ikatan daya ini terlepas, maka bintang-bintang akan
berjatuhan, dan berjatuhan pula alam semesta atau saling bertabrakan
dan hancur dengan berjatuhannya bintang-bintang tersebut.
Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulan bahwa keberadaan
bintang-bintang berfungsi sebagai stabilisator langit. Bintang
memiliki posisi penting dalam menstabilkan tata surya. Selama
bintang-bintang masih ada di alam semesta, maka akan stabil pula
jagat raya ini. Sebaliknya, apabila bintang-bintang tersebut rusak
atau hilang, maka alam semesta pun akan tertimpa sebagaimana
yang telah dijanjikan dalam hadits nabi tersebut. 25

C. Sayyed Hossein Nasr


1. Biografi Sayyed Hossein Nasr
Sayyed Hossein Nasr lahir pada tanggal 17 April 1933 di kota
Teheran Republik Islam Iran. Ayahnya bernama Sayyed Waliullah Nasr
berprofesi sebagai ulama, dokter dan pendidik. Seyyed Hossein Nasr
mengecap pendidikan dasar di kota kelahirannya Teheran. Kemudian
beliau dikirim ke kota Qum oleh ayahnya untuk belajar pada sejumlah
Ulama besar termasuk Muhammad Thabathaba‟i untuk mendalami
berbagai bidang ilmu seperti filsafat, ilmu Kalam, Tasawuf, menghafal
Al-Qur‟an dan syair-syair klasik.
Usia 13 tahun Nasr dikirim ke Barat untuk mengikuti pendidikan
tingkat atas, dan kemudian melanjutkan studinya di Amerika di

25
Ibid, h. 30, 32-33.

19
Universitas Massachusetts Institute of Technology (MIT) disana berhasil
mendapatkan diploma B.S. (Bachelor of Science) dan M.A. (Master of
Art) dalam bidang, di bawah bimbingan seorang filosof Betrand Russel.
Lalu Seyyed Hossein Nasr melanjutkan Universitas Harvard menekuni
History of Science and Philosophy, diperguruan tinggi ini Nasr berhasil
memperoleh gelar Ph.D (Doctor of Philosophy) pada tahun 1958. 26
Sayyed Hossein Nasr adalah salah seorang pemikir Islam yang
menguasai berbagai disiplin ilmu, seperti filsafat, tasawuf dan sains.
Beliau sangat berjasa mengembangkan gagasan-gagasan filosofisnya yang
selalu merujuk pada wahyu, sehingga interpretasi-interpretasi pemikiran
pada masa kejayaan Islam antara dimensi-dimensi spiritual dengan
dimensi-dimensi rasional diintegrasikannya dengan begitu kuat. Dalam
pergumulan intelektualnya, Sayyed Hossein Nasr dikenal sebagai karitikus
yang amat keras dan berani, khususnya terhadap Barat, terutama
berkenaan dengan krisis peradaban modern.
Hossein Nasr adalah pemikir kontemporer yang paling berani
mengemukakan gagasannya, baik di kalangannya (Islam) sendiri maupun
di Barat. Namun karena logikanya yang jelas beliau jarang mendapat
tantangan ketidaksetujuan. Beliau juga mampu dengan bahasa dan logika
yang sederhana tetapi jelas, memadukan dimensi spiritual dengan dimensi
rasional. Sehingga dianggap lebih layak dikembangkan untuk membangun
kesadaran bersama tentang perlunya rasa aman dan damai. Pemikiran
Nasr sebagai seorang intelektual Iran, dipengaruhi oleh paling tidak tiga
faktor. Pertama kondisi keluarganya yang agamis sekaligus akademis.
Ayahnya selain sebagai seorang ulama juga sebagai seorang pendidik dan
dokter. Hal ini tentu sangat berpengaruh bagi pembinaan, selain bagi
semangat keilmuannya, juga bagi pandangan-pandangan keagamaannya
yang cukup luas. Kedua masyarakat Iran, yang Syi‟ah pada umumnya
sangat kuat memperpegangi tradisi-tradisi ulamanya khususnya pada

26
Nadhif Muhammad Mumtaz, “Hakikat Pemikiran Sayyed Hossein Nasr”, Vol. 4 No. 2, (Juli-
Desember, 2014), h. 170.

20
mullah, apalagi imam, yang dianggap dan dipercaya memiliki kemampuan
khusus dalam bidang keagamaan, sehingga menjadi contoh dan teladan.
Tradisi ini, bagaimanapun memiliki pengaruh yang besar bagi
memperkokoh tradisi keislaman Nasr yang tentunya sangat berharga bagi
konsistensinya dalam menerima pemikiran-pemikiran guru besar di Barat.
Ketiga adalah pemikiran-pemikiran filsafat yang diterimanya dari berbagai
tokoh yang membimbinganya seperti Titus Gurchhardt, F. Schuon dan
sebagainya. 27

2. Karya – Karya Sayyed Hossein Nasr


Sayyed Hossein Nasr adalah seorang pemikir yang produktif
menuliskan pikiran-pikirannya. Hal ini dapat dilihat dari karya tulisannya
yang begitu banyak, diantaranya:
1) Al Ruhaniyat alIjtima‟iyah fi Al Islam
2) Science and Civilization in Islam.
3) Traditional Islam in Modern World
4) Man and Nature; The Spiritual Crisis of Modern Man
5) Islam and the Plight at Modern Man
6) Knowledge and the Secred
7) Three Muslim Soges
8) Philosophy and Spirituality
9) Inquest at the Eternal Sophia
10) Islamic Life and Thought
11) Sufe Essays
12) The Need for Secred Science
13) The History at Islamic Philosophy
14) The Meaning and Role at Philosophy in Islam
15) The Cosmos and the Natural Order and Realitas at Islam
16) Secred art in Parsian Culture

27
Jaipuri Harahap, “Sayyed Hossein tentang Filsafat Perennial dan Human Spiritualitas”, Vol. 08
No. 02 (Juli-Desember 2017), h. 178-179.

21
17) Islamic Art and Spiritually28

3. Pemikiran Sayyed Hossein Nasr


Nasr bisa dikata tergolong sebagai pemikir yang sangat tajam
dalam mengkritisi pemikiran sains barat modern, beliau mengkritik sains
modern sebab; pertama, pandangan sekuler tentang alam semesta yang
melihat tidak ada jejak Tuhan di dalam keteraturan alam. Alam sudah
dianggap sebagai suatu entitas yang berdiri sendiri. Kedua, alam
digambarkan secara mekanistik seperti mesin yang bisa ditentukan dan
diprediksi secara mutlak, yang memunculkan masyarakat industri modern
dan kapitalisme. Ketiga, rasinalisme dan empirisme. Keempat, warisan
dualisme Descartes yang mengandaikan pemisahan antara subjek yang
mengetahui dan yang diketahui. Kelima, eksploitasi alam sebagai sumber
kekuatan dan dominasi. 29
Menurut Nasr, desakralisasi ilmu pengetahuan di Barat bermula
pada masa renaissance (kelahiran kembali), ketika rasio mulai dipisahkan
dari iman. Pemisahan tersebut terus terjadi sehingga yang sakral pun
akhirnya menjadi sekular. Agama yang justru didekati dengan pendekatan
sekular sehingga sekularisasi pun pada akhirnya terjadi dalam studi agama.
Visi yang menyatukan ilmu pengetahuan dan iman, agama dan sains, dan
teologi dengan semua segi kepedulian intelektual telah hilang dalam ilmu
pengetahuan barat modern.
Nasr mengajukan Sains Sakral (Sacred Science) sebagai jalan
keluar dari sekularisasi ilmu pengetahuan. Menurutnya, iman tidak
terpisah dari ilmu dan intelek tidak terpisah dari iman (credo ut intelligam
et intelligo ut credam). Fungsi ilmu adalah sebagai jalan utama menuju

28
Siti Latifah, “Tradisi Islam Di Tengah Modernitas: Filsafat Perenial (Telaah Atas Pemikiran
Sayyed Hossein Nasr)”, Vol. V No. 01 (Juli-Desember 2019), h. 1082.
29
S. H. Nasr, Keseimbangan alam dalam perspektif Scienta Sacra Sayyed Hosein Nasr,
madrasahdigital.co, 28 September 2022.

22
Yang Sakral. “Aql artinya mengikat kepada Yang Primordial.” Sama
halnya dengan religio dalam bahasa Latin yang artinya mengikat.30
Ada dua sumber scientia sacra, yaitu sumber wahyu dan inteleksi
atau intuisi intelektual yang menyelimuti iluminasi (cahaya) hati dan
pikiran manusia, sehingga dimungkinkan hadirnya pengetahuan yang
bersifat langsung,dapat dirasakan dan dialami, atau dalam tradisi Islam
disebut dengan al-ilmu al- hudluri (ilmu yang hadir) . Scentia sacra akan
diperoleh ketika tiap manusia adalah seorang Nabi dan ketika intelek
berfungsi dalam diri manusia secara natural, maka ia akan melihat segala
sesuatu in divinis dan memiliki pengetahuan langsung tentang karakter
suci sepanjang masa. Pusat pengetahuan adalah hati. Hati ibarat matahari,
sedangkan pikiran ibarat bulan. Bulan memancarkan sinarnya dari
pantulansinar matahari31.
Ketika pengetahuan manusia modern berpijak pada pemahaman
bahwa ilmu pengetahuan sebatas realitas empirik, Nasr memandang
pengetahuan dalam keseluruhan dan perpaduan realitas eksternal hingga
pada yang paling internal. Maka Nasr mengajukan pemaknaan tauhid
lailahailla Allah (tiada Tuhan selain Allah) sebagai konsep dasar Islam
yang didalamnya terkandung makna bawa sesungguhnya tiada realitas atau
wujud selain daripada wujud Tuhan. Maka Scientia sacra sesungguhnya
berbicara persoalan pengetahuan tentang realitas (ma‟rifah) sekaligus
pembimbing manusia pada yang sakral melalui realisasi kebenaran
(tahaqquq), proses penyatuan penahu tentang yang diketahui (ittihad „aqil
bi al-ma‟qul) yang membuat gerak subtansial (harakat jauhariyah).
Sehingga „mengetahui‟ bermakna mengada. Dengan kata lain pengetahuan
manusia menyatu dengan manusia itu sendiri, mewujud.
Scientia Sacra sebuah gagasan unik ala Syed Hossein Nasr yang
secara konseptual masih terikat dengan wahyu ilahi. Dari alasan itulah,

30
Adnin Armas, “Mengenal Sains Sakral Ala Sayyed Hossein Nasr”, Nuun.id, 31Agustus 2018,
28 September 2022.
31
S. H. Nasr, Pengetahuan dan Kesucian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar), madrasahdigital.co, 28
September 2022.

23
maka tujuan akhir dari segala pengetahuan sesungguhnya ialah
pengagungan kepada Tuhan sebagai sumber pengetahuan. 32
Salah satu pendukung Nasr, yakni Annemarie Schimmel sepakat
dengan gagasan Nasr tentang sifat sebuah agama, bahwa Islam tidak hanya
terdiri dari al-Qur‟an dan hadis tapi melampaui itu, seperti pohon perkasa,
pertumbuhannya mengikuti setiap pengalaman hidup manusia, seni,
filsafat, sains, dan lain-lain. Sifat agama tersebut berakar dari filsafat
perennial yang menganggap ada kebijaksanaan abadi yang bersifat
primordial dan universal serta menjadi titik temu bagi agama besar. 33

32
Arnas, Loc. Cit.
33
Afrizal Qosim, “Syeid Hossein Nasr, orang tersingkir dan arus balik filsafat Islam”, tsafaqah.id,
1 Februari 2021, 28 September 2022.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari tulisan di atas dapat kita ambil kesimpulan mengenai pemikiran
para tokoh sains Islam. Zaghlul al-Najjar berpendapat bahwa terdapat 1000
ayat secara sharih (jelas) dan ratusan ayat lainnya yang tidak langsung terkait
dengan fenomena alam semesta, tidak mungkin akan dapat difahami secara
sempurna hanya dengan menggunakan pendekatan kebahasaan atau bahasa
Arab saja, namun diperlukan adanya fakta-fakta ilmiah agar sampai pada
pemahaman isyarat dalam al-Qur‟an tersebut. Beliau menjelaskan bahwa al-
Qur‟an pun memerintahkan manusia untuk melihat dan berfikir tentang
dirinya sendiri dan juga alam semesta.
Abdul Syukur Al-Azizi berpendapat bahwa Islam senantiasa
mendorong umatnya supaya mengembangkan sains dan teknologi. Islam
sangat mendukung umatnya melakukan penelitian dan bereksperimen dalam
hal apapun, termasuk menyangkut urusan sains dan teknologi. Keselarasan
Islam dengan ilmu pengetahuan merupakan bukti bahwa Islam merupakan
agama yang benar dan cocok dijadikan sebagai pedoman hidup manusia.
Bahkan, al-Qur'an dan hadits menjadi sumber ilmu pengetahuan sekaligus
inspirasi dalam mengungkap fenomena-fenomena alam yang belum
terpecahkan.
Sayyed Hossein Nasr beliau adalah seorang pemikir islam yang
menguasai berbagai displin ilmu seperti filsafat , tasawuf ,dan sains. Nasr
adalah ulama yang mencoba memperbaiki krisis dunia modern di Barat. Nasr
mengajukan Sains Sakral (Sacred Science) sebagai jalan keluar dari
sekularisasi ilmu pengetahuan. Menurutnya, iman tidak terpisah dari ilmu dan
intelek tidak terpisah dari iman (credo ut intelligam et intelligo ut credam).
Fungsi ilmu adalah sebagai jalan utama menuju Yang Sakral.
Baik itu Sains dengan Islam ataupun sebaliknya Islam dengan Sains,
memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Islam bisa mendukung segala

25
kegiatan ilmiah yang berasal dari al-Qur‟an maupun Hadis, sebaliknya sains
sendiri bisa memperbaiki religius demi kesejahteraan umat manusia. Sains
bisa menjadi bukti akan kebenaran al-Qur‟an dan Hadis dengan penelitian-
penelitian yang dilakukan.

B. Saran
Besar harapan penulis kepada kita semua sebagai umat muslim
sekaligus seorang mahasiswa/i, agar kelak kita bisa menjadi The Next
Generation of Scientist, dengan harapan bisa memajukan peradaban, dan juga
lebih menggali akan kebenaran dan rahasia - rahasia yang dimiliki oleh al-
Qur‟an. Sains membawa revolusi lahiriyah (material), Islam membawa
revolusi batiniyah (spiritual). Sains memperindah akal dan pikiran, Islam
memperindah jiwa dan perasaan. Semoga Allah selalu melancarkan kita
dalam menuntut dan mengkaji ilmu.

26
DAFTAR PUSTAKA

Al-Azizi, Abdul Syukur. (2018). HADITS-HADITS SAINS. Yogyakarta: Laksana.

Al-Azizi, Abdul Syukur. (2018). ISLAM ITU ILMIAH. Yogyakarta: Laksana.

An-Najjar, Zaghlul. (2007). Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fil Qur’ānil Karīm. al-
Qahirah: Maktabah as-Syarqiyyah ad-Dauliyyah.

An-Najjar, Zaghlul. (2013). (Terj, Yodi Indrayadi dkk). Buku Induk Mukjizat
Ilmiah Hadits Nabi. Jakarta: Zaman.

Armas, Adnin. “Mengenal Sains Sakral Ala Sayyed Hossein Nasr”. Nuun.id. 31
Agustus 2018. 28 September 2022.

Harahap, Jaipuri. “Sayyed Hossein tentang Filsafat Perennial dan Human


Spiritualitas”. Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2017).

Jauhari Tanthawi. (1929). al-Jawâhir fi Tafsir al-Qur’an. Mesir: Mu‟sasab


Mustafa alBabi al-Habibi.

Latifah Siti. “Tradisi Islam Di Tengah Modernitas: Filsafat Perenial (Telaah Atas
Pemikiran Sayyed Hossein Nasr)”, Vol. V No. 01 (Juli-Desember 2019).

Mumtaz, Nadhif Muhammad. “Hakikat Pemikiran Sayyed Hossein Nasr”. Vol. 4


No. 2 (Juli-Desember, 2014).

Mustikasari, Intan Pratiwi. "Urgensi Penafsiran Saintifik Al-Qur‟an: Tinjauan atas


Pemikiran Zaghlul Raghib Muhammad al-Najjar". Studia Quranika:
Jurnal Studi Qur'an. Vol. 6, No. 1. Juli 2016.

Nasr, S. H. Keseimbangan alam dalam perspektif Scienta Sacra Sayyed Hosein


Nasr. madrasahdigital.co. 28 September 2022.

Nasr, S. H. Pengetahuan dan Kesucian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar).


madrasahdigital.co. 28 September 2022.

Qosim, Afrizal. “Syeid Hossein Nasr, orang tersingkir dan arus balik filsafat
Islam”. tsafaqah.id. 1 Februari 2021. 28 September 2022.

27
Sari, Restiana Mustika dan Yudi Setiadi. “Keselarasan Islam dan Sains”.

Sulaiman, Ishak et.all. (2001). Metodologi Penulisan Zaghlul Al-Najjar Dalam


Menganalisis Teks Hadith Nabawi Melalui Data-Data Saintifik.
Malaysia: Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya Kuala Lumpur.

Taqiyuddin, Muhammad. “Hubungan Islam dan Sains: Tawaran Syed Muhammad


Naquib Al-Attas”. Islamadina: Jurnal Pemikiran Islam. Vol. 22, No. 1.
Maret 2021.

Yahya, Megat Mohd Hazwan, Khairul Zaman Zainal Abidin, dan Bushrah
Basiron. “Hubungan Sains dan Agama”. Prosiding Seminar Tamadun
Islam. 2018.

28

Anda mungkin juga menyukai