4. Salah satu hal yang disajikan dalam biografi adalah…..(latar belakang sejarah,
petualangannya ketika di hutan, kisah sukses tokoh)
6. Sebutkanlah 2 kata ganti orang ketiga tunggal dalam kutipan teks biografi di atas?
Buya Hamka
3. Tokoh dalam biografi digambarkan sebagai orang yang ….. (memiliki karakter
unggul, mampu menjadi penolong, memiliki kekayaan melimpah)
4. Dari isi biografi, kamu dapat mengambil pelajaran tentang ….. (keteladanan tokoh,
ciri fisik tokoh, hobi sang tokoh)
R. A. Kartini
Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 di Kota Jepara, Jawa Tengah. Dia
merupakan seorang anak bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat
yang berlaku. Setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar, ia tidak
diperbolehkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi oleh
orangtuanya. Ia pun dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan dengan lelaki
pilihan orangtuanya. Kartini kecil yang mengetahui hal itu pun sangat sedih dan
kecewa. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia kerap mengumpulkan buku-buku
pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya untuk dibaca di taman rumahnya.
Akhirnya, membaca menjadi kegemaran Kartini hingga remaja. Semua buku hingga
surat kabar pun dibaca olehnya. Jika ada kesulitan dalam memahami isi buku-buku
ataupun surat kabar yang dibaca, ia selalu menanyakannya kepada sang ayah. Di
tengah kesibukannya, ia juga tak pernah berhenti membaca dan menulis surat
kepada teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Salah satunya, ia juga
menulis surat pada Mr. J. H. Abendanon dan memohon agar diberikan beasiswa
untuk belajar di negeri Belanda. Ketenaran Kartini tidak membuatnya menjadi
sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa pun. Ia pun tidak pernah
membedakan antara orang miskin dan kaya. Pada usia 25 tahun, tepatnya tanggal
17 September 1904, Kartini meninggal dunia. Kartini dimakamkan di Desa Bulu,
Kecamatan Bulu, Rembang. Berkat kegigihan Kartini. didirikan Sekolah Wanita oleh
Yayasan Kartini di Semarang pada tahun 1912. Pada era Kartini, akhir abad ke-19
sampai awal abad ke-20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan
dalam berbagai aspek. Kartini tidak hanya menjadi seorang tokoh emansipasi wanita
yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia, namun ia juga seorang tokoh
nasional. Dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut, Kartini telah berjuang
untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah dalam lingkup nasional. Dengan
keberanian dan pengorbanan tulus, Kartini mampu menggugah kaumnya dari
belenggu diskriminasi. Bagi kaum wanita sendiri, kini karena upaya Kartini kaum
wanita di negeri ini telah menikmati persamaan hak tersebut.