02 Studi Lalu Lintas Bundaran Renon
02 Studi Lalu Lintas Bundaran Renon
2017
STUDI LALU LINTAS BUNDARAN RENON
Oleh :
Ir. A.A.Ngr.Agung Jaya Wikrama, MT
NIP. 19620709 199211 1 001
2017
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 2
1.4 Batasan Penelitian .................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 3
2.1 Bundaran ............................................................................................................... 3
2.1.1 Definisi Tipe Bundaran Standar .................................................................. 4
2.1.2 Pemilihan Tipe Bundaran ........................................................................... 5
2.1.3 Perencanaan Bundaran ................................................................................. 5
2.2 Prosedur Analisis Kinerja Bundaran ...................................................................... 6
2.2.1 Data Masukan .............................................................................................. 6
2.2.2 Perhitungan Kapasitas .................................................................................. 7
2.2.3 Ukuran Kinerja Persimpangan ..................................................................... 9
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 13
3.1 Kerangka Penelitian ............................................................................................. 13
3.2 Studi Pendahuluan dan Tinjauan Pustaka ............................................................ 13
3.3 Identifikasi Masalah dan Tujuan Penelitian ......................................................... 14
3.4 Pengumpulan Data ............................................................................................... 14
3.4.1 Data Primer ................................................................................................ 14
3.4.2 Data Sekunder ............................................................................................ 17
3.5 Analisis Kinerja Bundaran ................................................................................... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 18
4.1 Denah Bundaran ................................................................................................... 18
4.2 Fluktuasi Arus Lalu Lintas ................................................................................... 19
4.3 Kapasitas Bundaran .............................................................................................. 21
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 23
5.1 Simpulan .............................................................................................................. 23
5.2 Saran ..................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 24
LAMPIRAN A PETA LOKASI ............................................................................. 25
ii
LAMPIRAN B FORMULIR SURVEI ................................................................... 26
LAMPIRAN C FOTO DOKUMENTASI .............................................................. 31
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rentang Variasi Data Empiris Untuk Variabel Masukan ........................... 3
Tabel 2.2 Definisi tipe bundaran ................................................................................. 4
Tabel 2.3 Tipe Bundaran Paling Ekonomis ................................................................ 5
Tabel 2.4 Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang ............................................................ 7
Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (Fcs) ...................................................... 8
Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping..................................................... 9
Tabel B.1 Formulir RWEAV-I ................................................................................. 26
Tabel B.2 Formulir RWEAV-II ................................................................................ 27
v
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
didapat adalah:
1. Bagaimanakah geometrik jalan pada Bundaran Renon pada saat ini.
2. Bagaimanakah fluktuasi arus lalu lintas pada setiap pendekat dan pada
bundaran pada saat ini.
3. Berapakah kapasitas bundaran pada saat ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bundaran
Bagian jalinan dikendalikan dengan aturan lalu lintas Indonesia yaitu
memberi jalan pada yang kiri. Bagian jalinan dibagi dua tipe utama yaitu bagian
jalinan tunggal dan bagian jalinan bundaran. Bundaran dianggap sebagai jalinan
yang berurutan. Bundaran paling efektif jika digunakan antara jalan dengan
ukuran dan tingkat arus yang sama. Karena itu bundaran sangat sesuai untuk
bundaran antara jalan dua-lajur atau empat-lajur. Untuk bundaran antara jalan
yang lebih besar, penutupan daerah jalinan mudah terjadi dan keselamatan
bundaran menurun (Departemen PU, 1997).
Untuk bagian jalinan bundaran, metode dan prosedur yang diuraikan
dalam (Departemen PU, 1997) mempunyai dasar empiris. Alasan dalam hal aturan
memberi jalan, disiplin lajur, dan antri tidak mungkin digunakannya model yang
besar pada pengambilan celah. Nilai variasi untuk variabel data empiris yang
menganggap bahwa medan datar adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Rentang Variasi Data Empiris Untuk Variabel Masukan
Variabel Bundaran
Min Rata- Maks
rata
Lebar pendekat (W1) (m) 8 9,7 11
Lebar jalinan (Ww) (m) 8 11,6 20
Panjang jalinan (Lw) (m) 50 84 121
Rasio lebar/panjang (Ww/Lw) 0,07 0,14 0,20
Rasio jalinan (Pw) 0,69 0,80 0,95
(Departemen PU, 1997)
3
Keterangan:
Ww = lebar jalinan (m)
Lw = panjang jalinan (m)
W1 = lebar pendekat (m)
W2 = lebar pendekat (m)
Dalam pembahasan mengenai bundaran, beberapa hal yang perlu dketahui adalah:
2.1.1 Definisi Tipe Bundaran Standar
Adapun jenis-jenis bundaran menurut (Departemen PU, 1997) ditunjukan
pada Gambar 2.2 dan Tabel 2.2 memperlihatkan definisi tipe bundaran.
4
a. Untuk tipe bundaran R10-11 artinya jari-jari bundaran adalah 10 m,
jumlah lajur masuk satu, lebar lajur masuk 3,5 m panjang jalinan 23 m
dan lebar jalinannya adalah 7 m.
b. Untuk tipe bundaran R10-22 artinya jari-jari bundaran adalah 10 m,
jumlah lajur masuk dua, lebar lajur masuk 7 m, panjang jalinan 27 m
dan lebar jalinannya adalah 9 m.
c. Untuk tipe bundaran R14-22 artinya jari-jari bundaran adalah 14 m,
jumlah lajur masuk dua, lebar lajur masuk 7 m, panjang jalinan 31 m
dan lebar jalinannya adalah 9 m.
d. Untuk tipe bundaran R20-22 artinya jari-jari bundaran adalah 20 m,
jumlah lajur masuk dua, lebar lajur masuk 7 m, panjang jalinan 43 m
dan lebar jalinannya adalah 9 m.
2.1.2 Pemilihan Tipe Bundaran
Pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia pemakai dipermudah untuk
memilih tipe bundaran berdasarkan volume arus lalu lintas yang dihubungkan
dengan kondisi ukuran kota (juta), rasio arus lalu lintas pada pendekat mayor
dengan pendekatan minor (QMA/QMB) , presentase belok kiri dengan belok
kanan. Tujuanya adalah untuk memilih tipe bundaran yang paling ekonomis,
dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Tipe Bundaran Paling Ekonomis
Kondisi Ambang arus lalu lintas
5
2. Bundaran dengan hanya satu tempat masuk adalah lebih aman daripada
bundaran berlajur banyak.
3. Bundaran harus direncanakan untuk memberikan kecepatan terendah
pada lintasan di pendekat, sehingga memaksa kendaraan menyelesaikan
perlambatanya sebelum masuk bundaran.
4. Radius pulau bundaran ditentukan oleh kendaraan rencana yang dipilih
untuk membelok didalam jalur lalu lintas dan jumlah lajur masuk yang
diperlukan. Radius yang lebih kecil biasanya mengurangi kecepatan
pada bagian luar yang menguntungkan bagi keselamatan pejalan kaki
yang menyebrang. Radius yang lebih kecil juga memaksa kendaraan
masuk memperlambat kendaraannya sebelum masuk daerah konflik,
yang mungkin menyebabkan tabrakan dari belakang dibandingkan
dengan bundaran yang lebih besar. Radius lebih besar dari 30-40 m
sebaiknya dihindari.
5. Bundaran dengan satu lajur sirkulasi (direncanakan semi trailer)
sebaiknya dengan radius minimum 10 m, untuk dua lajur siklus radius
minimum 14m.
6. Daerah masuk masing-masing jalinan harus lebih kecil dari lebar bagian
jalan.
7. Pulau lalu lintas tengah pada bundaran sebaiknya ditanami dengan
pohon atau objek lain yang tidak berbahaya terhadap tabrakan yang
membuat bundaran mudah dilihat oleh kendaraan yang datang pada
radius kecil mungkin dapat dilewati.
8. Lajur terdekat dengan kereb sebaiknya lebih lebar dari biasanya untuk
memberikan ruang bagi kendaraan tak bermotor dan memudahkan
kendaraan belok kiri lewat tanpa menjalani didalam bundaran.
9. Pulau lalu lintas sebaiknya dipasang dimasing-masing lengan untuk
mengarahkan kendaraan yang masuk sehingga sudut menjalin antara
kendaraan yang masuk sehingga sudut menjalin antara kendaraan
menjadi kecil.
2.2 Prosedur Analisis Kinerja Bundaran
Prosedur perhitungan yang digunakan adalah Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (Departemen PU, 1997). Urutan perhitungan analisis kinerja bundaran
yang digunakan adalah :
1. Data masukan
2. Perhitungan kapasitas
3. Derajat kejenuhan
Formulir-formulir yang digunakan untuk mengetahui kinerja bundaran
adalah sebagai berikut :
1. Formulir RWEAV-I, mengenai geometrik dan arus lalu lintas
(Lampiran B).
2. Formulir RWEAV-II, analisis mengenai parameter geometrik bagian
jalinan, kapasitas dan prilaku lalu lintas (Lampiran B).
2.2.1 Data Masukan
Masukkan data yang dimaksud adalah hasil survei dilapangan yang
berupa :
1. Kondisi Geometrik
6
Sketsa geometrik lokasi digambarkan ke dalam formulir RWEAV-I. sketsa
sebaiknya memberikan ringkasan yang baik dari bagian jalinan dengan
informasi tentang lebar pendekat, lebar jalinan, panjang jalinan dan lebar
masuk rata-rata dapat dilihat pada Gambar 2.3. Untuk orientasi sketsa juga
sebaiknya memuat simbul penunjuk arah. kondisi geometrik bundaran yang
perlu diperhitungkan dalam analisis adalah :
a. Wx = Lebar masuk atau lebar jalur lalu lintas dari pendekat (diukur
pada bagian tersempit) yang digunakan oleh lalu lintas yang
bergerak. X menyatakan nama pendekat.
b. We = Lebar masuk rata-rata atau lebar rata-rata pendekat ke bagian
jalinan.
c. Ww = Lebar jalinan atau lebar efektif bagian jalinan (pada bagian
yang tersempit).
d. Lw = Panjang jalinan atau panjang jalinan efektif untuk bagian
jalinan.
7
2.2.2 Perhitungan Kapasitas
Hal-hal yang diperlukan dalam perhitungan kapasitas jalan pada
bundaran dengan bundaran adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas Dasar (Co)
Rumus umum untuk menghitung kapasitas dasar adalah :
Co = 135xWw1,3x (1+We/Ww)1,5x (1-Pw/3)0.5x (1+Ww/Lw)-1,8 ........ (2.1)
Dimana
Ww = Lebar jalinan (m)
We = Lebar masuk (m)
Lw = Panjang jalinan (m)
Pw = Weaving = Arus menjalin (Qw)/ Arus total (Qt)
Lebar Rata-rata Pendekat :
We = (W1+W2)/2 .............................................................................. (2.2)
Dimana
W1 = Lebar pendekat masuk ke 1 (m)
W2 = Lebar pendekat masuk ke 2 (m)
8
Ukuran Kota Penduduk (Juta Jiwa) FCS
Sedang >0,5-1 0 , 94
Besar >1-3 1
9
a. Tundaan Lalu Lintas (DT) sebagai akibat dari interaksi lalu lintas
dengan gerakan yang lain dalam jalinan.
Untuk DS ≤ 0 , 6
DT = 2+2,68982 X DS – (1-DS) x 2 ....................................... (2.6)
Untuk DS > 0,6
DT = (1/(0,59186 – 0,52525 x DS) – (1-DS) x 2)) .................. (2.7)
b. Tundaan Geometrik (GD) sebagai akibat dari perlambatan dan
percepatan lalu lintas, dihitung dengan rumus :
DT = (1-DS) x 4+DS x 4 .......................................................... (2.8)
10
Dimana :
DTR = Tundaan lalu lintas bundaran (det/smp )
DG = Tundaan geometrik pada bagian jalinan (det/smp)
2. Peluang antrian bagian jalinan (OP%)
Peluang antrian dihitung dari hubungan empiris antara peluang antrian
dan derajat kejenuhan seperti terlihat pada Gambar 2.6 .Variabel masukan
Derajat Kejenuhan didapat dari Formulir RWEAV-II.
11
Gambar 2.7 Kecepatan Arus Bebas
,5
=
12
LW = Panjang jalinan (m)
V = Kecepatan tempuh (m/s)
MKJI direncanakan untuk memperkirakan kapasitas dan perilaku lalu-
lintas untuk kondisi tertentu berkaitan dengan rencana geometrik jalan, lalu-
lintas dan lingkungan. Cara yang paling cepat untuk menilai hasil adalah
dengan melihat derajat kejenuhan (DS) untuk kondisi yang diamati, dan
membandingkannya dengan pertumbuhan lalu-lintas tahunan dan "umur"
fungsional yang diinginkan dari bagian jalinan tersebut. Jika nilai DS yang
diperoleh terlalu tinggi (>0,75), pengguna manual mungkin ingin merubah
asumsi yang berkaitan dengan lebar masuk dan sebagainya, dan membuat
perhitungan yang baru.
BAB III
METODE PENELITIAN
Studi Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis:
1. Denah
2. Fluktuasi Arus lalu Lintas
3. Kapasitas (C) 13
14
Peta Jaringan Jalan di Peta Google Maps dan data jumlah penduduk di Badan
Pusat Statistik.
15
Gambar 3.2 Survei Geometrik pada Bundaran Renon
2. Survei Volume Lalu Lintas
Survey volume lalu lintas adalah pengukuran jumlah kendaraan yang
melewati suatu lokasi dalam satuan waktu pada setiap periode yang dipilih.
Jumlah surveyor sebanyak 11 orang dan ditempatkan pada empat pos dimana
pada pendekat A terdapat 3 surveyor, pendekat B terdapat 3 surveyor,
pendekat C terdapat 3 surveyor dan pendekat D terdapat 2 surveyor. Tujuan
dari survai volume lalu lintas adalah :
1. Untuk ukuran kuantitatif arus lalu lintas di dalam menentukan kinerja
suatu bundaran.
2. Untuk mengetahui kecenderungan pola dan arah pergerakan lalu lintas.
3. Sebagai dasar desain perkerasan, desain geometrik dan perhitungan
kapasitas jalan berdasarkan klaifikasi kendaraan.
4. Sebagai dasar perencanaan pembagian arah berdasarkan distribusi
volume lali lintas.
5. Untuk mendesain simpag, sinyal lalu lintas dan kanalisasi.
16
Gambar 3.3 Survei Volume pada Bundaran Renon
Dalam melakukan survai volume lalu lintas, guna mendapatkan data
yang dapat mewakili kondisi yang ada, maka dalam menentukan waktu survei
harus dihindari kondisi-kondisi berikut yaitu :
1. Kondisi khusus seperti liburan, adanya pertunjukan, pemogokan
karyawan angkutan umum, adanya pawai kendaraan dalam rangka
suatu acara tertentu dan lain-lain yang melewati lokasi survai.
2. Cuaca yang tidak normal seperti adanya hujan yang sangat lebat, banjir
dan lain-lain.
3. Adanya perbaikan jalan didekat lokasi yang akan disurvai.
Data volume lalu lintas pada penelitian ini dilakukan dengan cara
manual count, yaitu perhitungan lalu lintas dengan cara manual yang
sederhana dengan menghitung jumlah kendaraan dari tiap pendekat
berdasarkan jenis dan arah pergerakan. Perhitungan kapasitas pada Manual
Kapasitas Jalan Indonesia 1997 menggunakan volume lalu lintas dari tiga
jenis kendaraan yaitu kendaraan ringan (Light Vehicle/LV), kendaraan berat
(Heavy Vehicle/HV), dan sepeda motor (Motor Cycle/MC). Peralatan yang
digunakan yaitu alat hitung manual, alat ukur waktu dengan menggunakan
stop watch, alat tulis dan blanko survai.
Waktu yang digunakan dalam survai volume lalu lintas adalah hari
kerja yaitu selasa, rabu atau kamis karena pada studi awal dapat diketahui
secara visual bahwa pada hari ini volume kendaraan yang melewati bundaran
ini lebih banyak dari hari-hari yang lain. Periode waktu survai dilaksanakan
selama 2 (dua) jam, yaitu :
17
1. Waktu survei sore hari antara jam 16.00-18.00 wita. Waktu ini diambil
sebagai waktu survei sore karena sebagian besar aktivitas dilakukan
pada kisaran jam tersebut, misalnya saat pulang kekantor, pulang
sekolah dan lain-lain.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan survai volume lalu lintas
antara lain:
1. Surveyor 1, surveyor 2 dan surveyor 3 di posisikan pada pendekat A.
Surveyor 4, surveyor 5 dan surveyor 6 di posisikan pada pendekat B.
Surveyor 7 surveyor 8 dan surveyor 9 diposisikan pada pendekat C
dan surveyor 10 dan surveyor 11 di posisikan pada pendekat D.
2. Masing-masing tenaga survai mencatat satu jenis pergerakan dengan
tiga jenis kendaraan beserta kendaraan tidak bermotor. Namun untuk
pendekat yang padat, satu jenis pererakan dapat di survai oleh 3 orang
dimana 2 orang akan mencatat jumlah sepeda motor saja dan yang lagi
satu akan mencatat kendaraan ringan, kendaraan berat dan kendaraan
tidak bermotor.
3. Pencatatan volume lalu lintas untuk hasil survei dari masing-masing
arah dilakukan dengan interval 15 menit selama periode survei.
4. Hasil dari survei volume lalu lintas terdapat pada (Lampiran B).
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk mendukung data
primer, dimana data sekunder tersebut dari instansi terkait yang berhubungan
dengan perlengkapan survei. Data sekunder untuk penelitian ini merupakan data
jumlah penduduk dan peta lokasi. Jumlah penduduk suatu kota mempengaruhi
kinerja ruas jalan.
Data Sekunder yang digunakan untuk penelitian ini adalah data Peta
Jaringan Bundaran. Data sekunder diperoleh dengan mencari Peta Jaringan Jalan
di Peta Google Maps dan Data penduduk Kota Denpasar di dapat dari Badan
Pusat Statistik Kota Denpasar
3.5 Analisis Kinerja Bundaran
Analisis kinerja bundaran pada saat ini dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus ada di BAB II agar mendapatkan hasil akhir yang berupa
fluktuasi arus lalu lintas, dan nilai kapasitas bundaran tersebut. Parameter
bundaran yang diteliti dalam tugas ini, yaitu fluktuasi arus lalu lintas dan
kapasitas. Apabila pada bundaran tersebut mengalami permasalahan, sebaiknya
menerapkan alternatif apa yang harus dilakukan untuk mengevaluasi kinerja dari
bundaran tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
Dari hasil survei yang dilakukan, maka data geometrik Bundaran Renon
terlihat pada Tabel B.3 sebagaimana terlampir pada Lampiran B (halaman 29) dan
Gambar 4.1 adalah sebagai berikut:
19
Hasil data yang dicatat dalam survei volume lalu lintas, didapatkan fluktuasi
arus lalu lintas pada Bundaran Renon dilihat pada Gambar 4.2 sampai dengan
Gambar 4.6 adalah sebagai berikut:
20
Berdasarkan gambar fluktuasi arus lalu lintas pada pendekat B, volume
lalu lintas tertinggi terdapat pada interval pukul. 16.15-16.30. Satuan yang
digunakan adalah smp, dimana pada masing-masing jenis kendaraan tersebut
dikalikan dengan faktor ekivalensi mobil penumpang (emp). Ekivalensi Mobil
penumpang untuk MC = 0,5, LV = 1 dan HV = 1,3. Adapun presentase dari
klasifikasi kendaraan tersebut yang melewati Bundaran Renon pada pendekat B,
yaitu sepeda motor (MC) sebanyak 67.78%, kendaraan ringan (LV) sebanyak
31.80% dan kendaraan berat (HV) 0.42%.
21
digunakan adalah smp, dimana pada masing-masing jenis kendaraan tersebut
dikalikan dengan faktor ekivalensi mobil penumpang (emp). Ekivalensi Mobil
penumpang untuk MC = 0,5, LV = 1 dan HV = 1,3. Adapun presentase dari
klasifikasi kendaraan tersebut yang melewati Bundaran Renon pada pendekat D,
yaitu sepeda motor (MC) sebanyak 91.28%, kendaraan ringan (LV) sebanyak
8.35% dan kendaraan berat (HV) 0.37%.
22
Perhitungan diatas merupakan kapasitas pada bagian jalinan A-B, untuk
bagian jalinan lainnya menggunakan rumus yang sama. Untuk lebih lengkapnya
terlampir di formulir RWEAV-II pada Lampiran B (halaman 27). Dari analisis
volume lalu lintas Bundaran Renon didapatkan kapasitas sebenarnya pada
masing-masing bagian jalinan adalah sebagai berikut:
a. = 5401 smp/jam
b. = 9429 smp/jam
c. = 7508 smp/jam
d. = 8929 smp/jam
23
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
a. = 5401 smp/jam
b. = 9429 smp/jam
c. = 7508 smp/jam
d. = 8929 smp/jam
5.2 Saran
Adapun ukuran kinerja yang belum disajikan dalam laporan ini dapat
dilanjutkan pada penelitian selanjutnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Gambar A.1 Peta Pulau Bali
26
Tabel B.1 Formulir RWEAV-I
BAGIAN JALINAN BUNDARAN Tanggal
Formulir RWEAV-I Kota
-Geometrik
Propinsi
-Arus lalu lintas
Jalan A-C:
Jalan B-D:
Soal :
Periode :
Geometrik bagian jalan Denah arus lalu lintas
ARUS LALU LINTAS
1 Komposisi LV% 79 HV% 3 MC% 18 Faktor-smp 0.92 Faktor-k
Tipe kendaraan Kendaraan ringan Kendaraan ringan Sepeda motor MC Total kend. Bagian Jalinan Kend. Tak
pce LV HV Bermotor MV bermotor (UM)
kend/jam (17)
emp=1.0 emp=1.3 emp=0.5 AB BC CD DA
pendekat/gerakan kend/j smp/j kend/j smp/j kend/j (5) smp/j kend/j smp/j Arus Arus Arus Arus Arus Arus Arus Arus
(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) menjalin total (10) menjalin total (12) menjalin total (14) menjalin total
(9) (11) (13) (15) (16)
1 A- LT 1644 889.5 0
2 -ST 2511 1490 1490 1490 1490 0
3 -RT 1212 646 646 646 646 646 0
4 TOTAL 5367 3025.5 3025.5 0
5 B- LT 1422 857.1 3
6 -ST 1094 695.6 695.6 695.6 695.6 0
7 -RT 1070 585.9 585.9 585.9 585.9 585.9 2
8 TOTAL 3586 2138.6 2138.6 5
9 C-LT 483 250.5 1
10 -ST 3136 1892.3 1892.3 1892.3 1892.3 4
11 -RT 1170 764 764 764 764 764 0
12 TOTAL 4789 2906.8 2906.8 5
13 D-LT 140 78 2
14 -ST 565 290.8 290.8 290.8 290.8 0
15 -RT 646 337.8 337.8 337.8 337.8 337.8 0
16 TOTAL 1351 706.6 706.6 2
17 TOTAL 15093 8777.5 3190.8 4418.1 3109.3 4612.4 3997.9 4834.3 3106.8 3948.8 12
18 Rasio menjalin 0.72 0.67 0.83 0.79
Rasio UM/MV 0.0013
27
Tabel B.2 Formulir RWEAV-II
BAGIAN JALINAN Tanggal:
BUNDARAN Kota:
Formulir RWEAV-II Jalan A-C:
-Analisa
Jalan B-D:
1. Parameter geometrik bagian jalinan
Bagian jalinan Lebar masuk Lebar masuk Lebar Jalinan We/Ww Panajang Ww/Lw
(1) rata-rata Ww (m) (5) (6) Jalinan Lw (8)
Pendekat Pendekat We (m) (m)(7)
(m) 1 (2) (m) (2) (4)
1 AB 11.4 7.1 9.25 13.16 0.70 20.3 0.65
2 BC 6 8.9 7.45 20.7 0.3 15.8 1.31
3 CD 6.7 8.9 7.8 23.2 0.22 10.7 2.16
4 AD 6 17.5 11.75 18 0.65 18.37 0.97
2. Kapasitas
Bagian Faktor Ww Faktor Faktor Pw Faktor Kapasitas Faktor penyusaian Kapasitas
jalinan Gbr.C-2:1 We/Ww Gbr.C-2:3 Ww/Lw Gbr. Dasar Co sebenarnya C
Ukuran Lingk.
(20) (21) Gbr.C-2:2 (23) C-2:4 smp/jam (25) smp/jam
kota Fcs Jalan Frsu
(22) (24) (28)
Tab.C-3:1 Tab. C-4:1
(26) (27)
1 AB 3849 2216 1.73 0.41 6049 0.94 0.95 5401
2 BC 6935 1482 4.67 0.22 9559 0.94 0.95 9429
3 CD 8043 1347 5.97 0.13 8408 0.94 0.95 7508
4 AD 5783 2119 2.72 0.30 9999 0.94 0.95 8929
28
Tabel B.3 Data Geometrik Bundaran
Kaki Kode Jumlah Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Panjang Jari-Jari Jarak Jarak Lebar Lebar Panjang
Bundaran Lajur Pada W W Trotoar Median Pulau Pulau (m) Bundaran Bundaran antar Marka Marka Marka
Pendekat masuk keluar (m) (m) (m) (m) Ke Pulau pulau Tepi (cm) Zebra Zebra
(m) (m) (m) (m) Cross (cm) Cross (m)
Jl. Raya A 6 11.4 9.8 1.5 4.57 16.80 24.6 15.38 7.1 13.16 12 30 1.5
Puputan
Jl. Hayam B 2 3.3 3.8 1.3 - 16.85 23.48 - 8.9 20.70 12 30 1.4
Wuruk
Jl. Hang C 2 4.7 3.8 1.3 - 20.3 34.4 - 8.9 - 12 30 1.4
Tuah
Jl. Tukad D 2 2.4 2.2 1.2 - - - - - - 12 - -
Penet
29
Gambar C.1 Survei Volume Lalu Lintas
31
Gambar C.3 Survei Volume Lalu Lintas
32