Maka dalam masyarakat kita, kata Adat it mencakup norma susila kesopanan dan
sesuatu yang memiliki sanksi didalamnya.
Bahwa orang Aceh dan orang Indonesia lainnya dapat hidup secara teratur dan mereka mematuhi suatu pedoman dalam segala sendi kehidupan mereka, sehingga ada aturan atau norma yang dimana norma ini tidak ada bukunya atau tidak dikodifikasi. Perbuatan ini diulang-ulang karena dianggap baik, benar, adil, dan sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Pandangan Para Sarjana/Doktrin: a. Ter Haar: Hukum Adat itu adalah semua aturan yang menjelma di dalam masyarakat. Dia berangkat dari Teori Keputusan/Beschlissingleer, Ter Haar adalah orang barat yang memiliki kepercayaan akan budaya hukum tertulis, legisme dan asas legalitas. Contoh: Di Jawa, upacara pernikahan injak telur hanyalah sebuah ritual, jika tidak diikuti pun, masyarakat akan meyakini perkawinan itu adalah sah. Hukuman atau keputusan itu hanya bersifat formalitas saja, tapa inipun, Adat sudah memiliki sanksi hukum. * * Soeroyo Wignyodipuro menyebutkan hukum adat adalah suatu kompleks norma-norma yang bersumber pada perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi peraturan-peraturan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebagaian besar tidak tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati ole rakyat karena mempunyai akibat hukum (sanksi). Intention of Universal Application, yaitu putusan-putusan kepala adat mempunyai jangka waktu panjang dan harus dianggap berlaku juga dikemudian hari terhadap suatu peristiwa yang sama. Setelah hasil penelitian komisi dikumpulkan pada tanggal 11 Februari 1814, dibuat peraturan yaitu Regulation for The More Effectual Administration of Justice in The Provincial Court of Java, yang mengatur tentang: * i. Residen menjabat sekaligus sebagai Kepala Hakim ii.