Anda di halaman 1dari 2

Budaya Hukum

Nama : Donny Setyo Dwi Atmojo


NIM : 202302026230
Tugas : Penjelasan Budaya Hukum

Budaya Hukum terdiri dari dua suku kata, yaitu kata Budaya dan kata Hukum, dalam
mempelajari ilmu hukum, kita harus mengetahui budaya atau culture yang ada di negara kita,
sehingga dalam penerapan asas kepastian hukum dalam penegakan hukum dapat tercapai. Oleh
karena itu untuk mengetahui Budaya Hukum, maka akan kita kupas satu persatu dilihat dari segi
Bahasa.

Berikut adalah beberapa pengertian dari Budaya itu sendiri:

Menurut Havighurst dan Neugarten dalam bukunya Society and education mengatakan
bahwa kebudayaan dapat didefinisikan sebagai cara bertingkah laku manusia, meliputi etika,
bahasa, kebiasaan makan, kepercayaan agama dan moral, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang
merupakan hasil karya manusia seperti bermacam-macam benda termasuk didalamnya alat-
alat/benda-benda hasil teknologi. Selanjutnya juga dikemukakan bahwa kebudayaan merupakan
pola way of life suatu masyarakat. Tingkat martabat manusia sebagai makhluk budaya ditentukan
oleh tingkat perkembangan kebudayaannya, yaitu tingkat kemampuan manusia terhadap diri dan
dari ikatan instingnya, dan penguasaan manusia terhadap alam sekitar dengan alat pengetahuan
yang dimilikinya.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya atau culture dapat diartikan sebagai
pikiran, akal budi, hasil. Sedangkan membudayakan berarti mengajarkan supaya mempunyai
budaya, mendidik supaya berbudaya, membiasakan sesuatu yang baik sehingga berbudaya. 2

Dalam bahasa Sansekerta kata kebudayaan berasal dari kata budh yang berarti akal, yang
kemudian menjadi kata budhi atau bhudaya sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil
pemikiran atau akal manusia. Pendapat lain mengatakan bahwa budaya berasal dari kata budi dan
daya. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya adalah
perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani. Sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari
akal dan ikhtiar manusia. 3

1 Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Suatu Analisis tentang Pelbagai Problem Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm.110
2 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 130-

131.
3 Supartono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 30-31.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Budaya merupakan suatu cara hidup
manusia yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari yang berasal dari akal pikiran
manusia itu sendiri yang meliputi etika, bahasa, kebiasaan, kepercayaan, sikap dan nilai-nilai yang
terjadi di lingkungannya yang diwariskan secara turun temurun.

Sedangkan pengertian dari Hukum itu sendiri antara lain sebagai berikut :

Menurut Utrecht, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan


larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan oleh karena itu harus ditaati
oleh masyarakat itu.4

Hans Kelsen mengartikan hukum adalah tata aturan (rule) sebagai suatu system aturan-
aturan (rules) tentang perilaku manusia. Dengan demikian hukum tidak menumpuk pada satu
aturan tunggal (rule) tetapi seperangkat aturan (rules) yang memiliki satu kesatuan sehingga dapat
dipahami sebagai suatu sistem, konsekuensinya adalah tidak mungkin memahami hukum jika
hanya memperhatikan satu aturan saja. 5

Dari beberapa pengertian tentang hukum diatas, dapat disimpulkan bahwa Hukum
merupakan seperangkat aturan yang bersifat mengikat yang dibuat untuk ditaati oleh manusia
untuk mencapai tujuan hidup bersama, oleh karenanya dalam penerapannya terdapat konsekuensi
yang apabila melanggar, dikenakan sanksi

Diatas telah dibahas tentang pengertian Budaya dan pengertian Hukum itu sendiri sehingga
dari kedua pemahaman tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa Budaya Hukum adalah suatu
bentuk tradisi yang hidup di lingkungan masyarakat secara turun temurun, yang menunjukkan
bahwa hukum digunakan sebagai alat untuk mengatur kehidupan masyarakat, salah satu contoh
budaya hukum yang sering kita temui dalam kehidupan adalah meng”antre”, kita ketahui bersama
bahwa tindakan mengantre ini tidak diatur secara spesifik dalam aturan tertulis di Indonesia,
namun apabila kita melihat dengan seksama, sekalipun tanpa adanya aturan tertulis yang mengikat,
mengantre kerap kita temui di berbagai tempat, dan apabila ada salah satu orang yang tidak mau
mengantre dan kemudian menyerobot masuk ke dalam antrean, maka dia akan menerima sanksi
dari masyarakat yang telah lebih dahulu mengantre, baik berupa tegoran, cemoohan maupun
sampai kepada perlakuan penggunaan fisik dengan tujuan untuk mendisiplinkan orang yang
menyerobot tersebut.

4Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Adtya Bakti, 2005), hal.38.
5Jimly Asshidiqie dan Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, (Jakarta: Sekjen dan Kepaniteraan MK-RI,
2006), hal.13.

Anda mungkin juga menyukai