Anda di halaman 1dari 11

Enda Maulidya

A1011221309

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis

Pada ketentuan Undang- Undang Dasar Negara Republik indonesia


1945 Pasal 32 (ayat 1) berbunyi “Negara memajukan kebudayaan
nasional Indonesia di tengah peradaba dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-
nilai budayanya”. Berarti kebudayaan negara hadir dalam kaitannya
dengan pembangunan kebudayaan daerah sebagai bagian dari
kekayaan nasional Indonesia.

Pasal 32 UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,


telah dikeluarkan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Pemajuan Kebudayaan. Dalam undang-undang tersebut ditegaskan
mengenai kebudayaan nasional Indonesia dan hakikat pemajuan
kebudayaan.”Kebudayaan Nasional Indonesia adalah keseluruhan
proses dan basil interaksi antar Kebudayaan yang hidup dan
berkembang di Indonesia” (Pasal 1 nomor 2). Menurut pasal 1 nomor
3 pemajuan kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan
budaya dan kontribusi budaya indonesia ditengah peradaban dunia
melalui perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan
kebudyaaan.

Menurut koentjaraningrat (1980) kata “kebudayaan” berasal dari


kata sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari “buhdi” yang
berarti budi atau akal. dengan demikian “kebudayaan” dapat
diartikan hal hal yang bersangkutan dengan akal. Sedangkan kata
“budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budi daya” yang
berarti “daya dari budi” sehingga dibedakan antara “budaya” yang
berarti ”daya” berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Sejarah
peradaban (kebudayaan). Upaya penulisan sejarah untuk
mengungkap masa lalu kebudayaan kita dilandasi pada fakta- fakta
yang menggambarkan interaksi antara manusia dengan berbagai
dinamika. Menurut E.B. Tylor dalam bukunya yang berjudul primitive
culture” bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang
didapat manusia sebagai angota masyarakat.

Pada sisi yang agak berbeda, Koentjaningrat mendefinisikan


kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil
kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya
dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat‖. dalam historiografi tradisional Nusantara, kita mengenal
beberapa istilah seperti babad, serat, sajarah, carita, wawacan,
hikayat, tutur, tambo, silsilah, cerita-cerita manurung, dongen, mitos,
maupun himpunan pengalaman yang diriwayatkan secara lisan yang
di dalamnya memuat (baik simbolis maupun tidak) fakta-fakta
sejarah kebudayaan Nusantara di masa lampau. Dalam konteks ini
penulisan sejarah tidak harus dibingkai dalam romantisasi tertentu
ataupun dibebani oleh suatu misi dari suatu rezim kekuasaan
tertentu.

Benda cagar budaya merupakan aset kekayaan budaya bangsa yang


penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu
pengetahuan, serta kebudayaan itu sendiri, sehingga perlu
dilestarikan (dilindungi, dikembangkan, hingga dimanfaatkan) dan
menjadi subjek dalam pembangunan kebudayaan nasional untuk
membangkitkan dan memupuk kesadaran terhadap pentingnya jati
diri bangsa dan kepentingan nasional yang lain.

1. Unsur-unsur Budaya Atau Kebudayaan


Berapa sarjana telah menjelaskan unsur-unsur pokok kebudayaan
misalnya seperti Bronislaw Malinowski, menyebut unsur-unsur
kebudayaan antara

lain:

a. Sistem normal yang memungkinkan kerja sama antara para


anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.

b. Organisasi ekonomi.

c. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat


bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama.

d. Organisasi kekuatan.

Sedangkan pendapat yang dikemukakan oleh Melville J. Herskovits


bahwa unsur pokok kebudayaan terbagia menjadi empat bagian
yaitu: Alat-alat teknologi, Sistem ekonomi, keluarga, dan kekuasaan
politik.

Beberapa unsur budaya lainnya adalah :

a. Kebudayaan Material (Kebendaan), adalah wujud kebudayaan yang


berupa benda-benda konkret sebagai hasil karya manusia, seperti
rumah, mobil, candi, jam, benda benda hasil teknologi dan
sebagainya.

b. Kebudayaan nonmaterial (rohaniah) ialah wujud kebudayaan yang


tidak berupa benda-benda konkret, yang merupakan hasil cipta dan
rasa manusia, seperti:

1) Hasil cipta manusia, seperti filsafat serta ilmu pengetahuan, baik


yang berwujud teori murni maupun yang telah disusun untuk
diamalkan dalam kehidupan masyarakat (pure sciences dan applied
sciences).

2) Hasil rasa manusia, berwujud nilai-nilai dan macammacam norma


kemasyarakatan yang perlu

diciptakan untuk mengatur masalah-masalah sosial dalam arti luas,


mencakup agama (religi, bukan wahyu), ideologi, kebatinan, dan
semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia sebagai
anggota masyarakat.

2. Ciri-ciri Budaya atau Kebudayaan

Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia mempunyai ciri atau sifat

yang sama. Dimana sifat-sifat budaya itu akan memiliki ciri yang sama bagi

semua kebudayaan manusia tanpa membedakan faktor ras, lingkungan alam,

atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya

dimanapun.

Ada beberapa macam ciri-ciri budaya atau kebudayaan,

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Budaya bukan bawaan tapi dipelajari.

b. Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, dari kelompok ke kelompok

dan dari generasi ke generasi.

c. Budaya berdasarkan simbol. Budaya bersifat dinamis,suatu sistem yang

terus berubah sepanjang waktu.

d. Budaya bersifat selektif, merepresentasikan pola-pola perilaku pengalaman

manusia yang jumlahnya terbatas.

e. Berbagai unsur budaya saling berkaitan.

f. Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik atau standar

untuk menilai budaya lain)

3. Fungsi Kebudayaan
Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti

bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau

akan berbehubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.

Kebudayaan berfungsi sebagai:

1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok.

2. Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya.

3. Pembimbing kehidupan manusia.

4. Pembeda antar manusia dan binatang.

4. Adat Istiadat

Adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun-temurun dari

generasi satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya

dengang pola perilaku masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto (1981:70). Menjelaskan adat istiadat merupakan

suatu sistem pandangan hidup yang kekal, segar serta aktual oleh karena

didasarkan pada:

1. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada alam yang nyata dan juga pada

nilai positif, teladan baik serta keadaan yang berkembang.

2. Kebersamaan dalam arti, seseorang untuk kepentingan bersama dan

kepentingan bersama untuk seseorang.

3. Kemakmuran yang merata.

4. Pertimbangan pertentangan yakni pertentangan dihadapi secara nyata

dengan mufakat berdasarkan alur dan kepatutan.

5. Meletakan sesuatu pada tempatnya dan menempuh jalan tengah.

6. Menyesuaikan diri dengan kenyataan.

7. Segala sesuatunya berguna menurut tempat, waktu dan keadaan.


B. Kajian Terhadap Asas-Asas Yang Terkait Dengan penyusunan Norma

Pengertian dan Peranan Asas Hukum

Oeripan Notohamidjoyo (1975) pengertian asas-asas hukum fundamental

beragam tergantung pengertian yang dianut oleh penulis yang bersangkutan2

Paul Scholten, mengartikan asas-asas hukum itu “tendensi-tendensi yang

disyaratkan kepada hukum oleh paham kesusilaan kita”. Dipahami asas-asas

hukum itu sebagai pikiran-pikiran dasar

yang terdapat di dalam dan di belakang sistem hukum, masing-masing

dirumuskan dalam aturan

-aturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim, yang berkenaan

dengannya ketentuan-

ketentuan dan keputuan-keputusan individual dapat dipandang sebagai

penjabarannya

G.W. Paton, mendifinisikan secara singkat: “a principle is the broad reason,

which lies at the

base of rule of law”8 (asas adalah suatu pikiran yang dirumuskan secara luas

yang menjadi dasar

bagi aturan/kaidah hukum). Dengan demikian asas bersifat abstrak,

sedangkan aturan/kaidah

hukum sifatnya kongkrit mengenai perilaku atau tindakan hukum tertentu.

Asas-asas hukum berfungsi untuk menafsirkan aturanaturan hukum dan juga

memberikan pedoman bagi suatu perilaku. Asas hukum pun menjelaskan dan

menjustifikasi normanorma hukum, dimana di dalamnya terkandung nilai-nilai

ideologi tertib hukum. Beberapa asas-asas yang harus diperhatikan dalam

pembentukan peraturan Perundangan-Undangan yang baik adalah

sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12


tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan- Undangan.

Penyusunan Peraturan Perundangan-Undangan yang baik harus memenuhi

beberapa kriteria diantaranya perencanaan penyusunan peraturan

perundangan-undangan (Legal planing) dan

teknik penyusunan (Legal drafting). Dengan berlakunya Undang- Undang

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan-

Undangan maka proses pembentukan peraturan

Perundangan-undangan di Indonesia, harus berpedoman pada peraturan

tersebut agar dapat menghasilkan peraturan yang efektif dan efisien. Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundangan-Undangan beserta lampirannya adalah

landasan yuridis dalam membentuk Peraturan Perundangundangan baik

ditingkat pusat maupun daerah, sekaligus mengatur secara lengkap dan

terpadu baik mengenai sistem, asas, jenis dan materi muatan Peraturan

Perundangan-Undangan, persiapan, pembahasan dan pengesahan,

pengundangan dan penyebarluasan, maupun partisipasi masyarakat.

Menurut ketentuan Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014

tentang Administrasi Pemerintahan, AUPB terdiri dari 8 (delapan) asas sebagai

berikut:

1. Asas Kepastian Hukum

2. Asas Kemanfaatan

3. Asas Ketidakberpihakan

4. Asas Kecermatan

5. Asas Tidak Menyalahgunakan Kewenangan

6. Asas Keterbukaan

7. Asas Kepentingan umum


8. Asas Pelayanan yang baik

C. Kajian Praktek Empiris

Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di

antara garis 2o08 LU serta 3005 LS serta di antara 108o0 BT dan 114o10 BT

pada peta bumi. Berdasarkan letak geografis yang spesifik ini maka, daerah

Kalimantan Barat tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis lintang 0o)

tepatnya di atas Kota Pontianak. Karena pengaruh letak ini pula, maka Kalbar

adalah salah satu daerah tropik dengan suhu udara cukup tinggi serta diiringi

kelembaban yang tinggi.

Batas-batas wilayah selengkapnya bagi daerah propinsi Kalbar adalah :

Utara : Sarawak (Malaysia)

Selatan : Laut Jawa & Kalteng

Timur : Kalimantan Timur

Barat : Laut Natuna dan Selat Karimata

Provinsi Kalimantan Barat memiliki 12 kabupaten serta 2 kota dengan ibukota-

nya Kota Pontianak. Berikut daftar kabupaten dan/atau kota

1 Kabupaten Bengkayang

2 Kabupaten Kapuas Hulu

3 Kabupaten Kayong Utara

4 Kabupaten Ketapang

5 Kabupaten Kubu Raya

6 Kabupaten Landak

7 Kabupaten Melawi
8 Kabupaten Mempawah

9 Kabupaten Sambas

10 Kabupaten Sanggau

11 Kabupaten Sekadau

12 Kabupaten Sintang

13 Kota Pontianak

14 Kota Singkawang

Kota Pontianak adalah ibu kota yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan

dan perekonomian dari provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini didirikan

pertama kali sebagai pelabuhan perdagangan di Pulau Kalimantan, menempati

area seluas 118,31 km² di delta Sungai Kapuas yang menjadi titik temu dengan

anak sungai utamanya, Sungai Landak. Perlintasan dua sungai tersebut

diabadikan menjadi lambang Kota Pontianak. Selain karena sungainya,

Pontianak juga dikenal luas sebagai Kota Khatulistiwa karena letaknya yang

berada di garis ekuator/khatulistiwa. Adapun pusat kota berada kurang dari 3

km selatan khatulistiwa.

Berdasarkan data Agregat Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2020, jumlah penduduk Provinsi

Kalimantan Barat Tahun 2019 semester II berjumlah sekitar 5.440.030jiwa,

dimana 2.800.189 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 2.639.841 jiwa adalah

perempuan. Dengan luas wilayah 147.307 Km2, maka kepadatan penduduk

Kalimantan Barat tahun 2019 adalah 37 jiwa perkilometer persegi.

Daerah Kalimantan Barat dihuni oleh penduduk asli Dayak dan aneka ragam

suku bangsa. Suku bangsa dominan besar yaitu Dayak, Melayu dan Tionghoa,

yang melebihi 90% penduduk Kalimantan Barat. Selain itu terdapat juga suku-

suku bangsa lain antara lain Bugis, Jawa, Madura, Minangkabau, Sunda,

Batak dan lain-lain yang jumlahnya dibawah 10%.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kalimantan Barat secara umum


adalah Bahasa Indonesia. Selain itu terdapat pula bahasa-bahasa daerah yang

juga banyak dipakai seperti Bahasa Melayu, beragam jenis Bahasa Dayak.

Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan

oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/hakka.

Bahasa Melayu di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa jenis, antara lain

Bahasa Melayu Pontianak, Bahasa Melayu Sanggau dan Bahasa Melayu

Sambas. Bahasa Melayu Pontianak sendiri memiliki logat yang hampir mirip

dengan bahasa Melayu Malaysia dan Melayu Riau.

D. Kajian Terhadap Dampak Implikasi Penerapan Terhadap Masyarakat

dan Dampaknya Terhadap Beban Keuangan Daerah

Pembentukan Peraturan Daerah tentang Pemajuan Kebudayaan merupakan

sarana untuk:

1. Pelaksanaan ketentuan Pasal 18B Undang Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 mengatur bahwa (1) Negara mengakui dan menghormati

satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat

istimewa yang diatur dengan undang-undang. (2) Negara mengakui dan

menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur

dalam undang-undang.

2. Melaksanakan Pasal 28l ayat (3) Undang Undang Dasar Negara

Republik Indonesia mengatur bahwa Identitas budaya dan hak masyarakat

tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.

3. Melaksanakan Pasal 32 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945 yang mengatur

(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban

dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan

mengembangkan nilai-nilai budayanya.


(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan

budaya nasional.

4. Melaksanakan Pasal 6 Undang Undang 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia mengatur hal sebagai berikut:

a. Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan

dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum,

masyarakat dan Pemerintah.

b. Identitas budaya masyarakat atas kebudayaan lokal yang dimilikinya

dilindungi selaras dengn perkembangan zaman.

5. Melaksanakan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan

Kebudayaan. Sampai di sini perlu dikemukakan bahwa pembentukan Peraturan

Daerah tentang Pemajuan Kebudayaan antara lain dimaksudkan untuk:

a. Menjabarkan lebih lanjut substansi yang terkandung dalam Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan kedalam bentuk

pengaturan kebudayaan dalam peraturan daerah agar dapat dijadikan acuan

dalam mewujudkan pelestarian kebudayaan.

c. Mengatur pemajuan kebudayaan Kalimantan Barat yang belum diatur agar

terlindungi, berkembang, terbina, dan termanfaatkan dengan baik untuk

kesejahteraan masyarakat, baik material maupun spiritual.

Pembentukan Peraturan Daerah tentang Pemajuan Kebudayaan akan

membawa implikasi pada aspek keuangan daerah, sehingga sangat diperlukan

adanya pengaturan sebagai dasar dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan

yang berhubungan dengan pemajuan kebudayaan. Oleh karena

Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Tegal tentang Pemajuan

Kebudayaan membawa implikasi pada aspek keuangan daerah, sehingga sangat

diperlukan adanya pengaturan dalam bentuk Peraturan Daerah.

Anda mungkin juga menyukai