Anda di halaman 1dari 12

Tugas Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Tugas Tutorial 2

Oleh
NURUL AFIFA
NIM (858867496)
PRODI PGSD
Pembahasan Soal 1

Istilah identitas nasional (national identity) berasal dari kata identitas dan nasional.
Identitas (identity) secara harfiah berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada
seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain (ICCE, 2005:23). Sedangkan
kata nasional (national) merupakan identitas yang melekat pada kelompok- kelompok yang lebih
besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, bahasa maupun
non fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Istilah identitas nasional atau identitas bangsa
melahirkan tindakan kelompok (collective action) yang diberi atribut nasional yang diwujudkan
dalam bentuk-bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional
(ICCE, 2005:25). Menurut Kaelan (2007), identitas nasional pada hakikatnya adalah manisfestasi
nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa (nation)
dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa
lain dalam kehidupannya.

Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu negara dan
tercermin di dalam identitas nasional, bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan
normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus menerus
berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya.
Implikasinya adalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam
masyarakat. Artinya, bahwa identitas nasional merupakan konsep yang terus menerus
direkonstruksi atau dekonstruksi tergantung dari jalannya sejarah.

Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan
pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-
sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Demikian pula
hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.
Berdasarkan hakikat pengertian “identitas nasional” sebagaimana dijelaskan maka identitas
nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau yang lebih
popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.
Secara lebih rinci beberapa bentuk identitas nasional Indonesia, adalah sebagai berikut:

a) Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa persatuan. Bahasa


Indonesia berawal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa
pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28
Oktober 1928. Bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan
bahasa nasional sekaligus sebagai identitas nasional Indonesia.
b) Sang Merah Putih sebagai bendera negara. Warna merah berarti berani dan putih
berarti suci. Lambang merah putih sudah dikenal pada masa kerajaan di Indonesia
yang kemudian diangkat sebagai bendera negara. Bendera merah putih dikibarkan
pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada
peristiwa Sumpah Pemuda.
c) Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya
pertama kali dinyanyikan pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda
II.
d) Burung Garuda yang merupakan burung khas Indonesia dijadikan sebagai
lambang negara.
e) Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara yang berarti berbeda-beda
tetapi satu jua. Menunjukkan kenyataan bahwa bangsa kita heterogen, namun
tetap berkeinginan untuk menjadi satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
f) Pancasila sebagai dasar falsafat negara yang berisi lima dasar yang dijadikan
sebagai dasar filsafat dan ideologi negara Indonesia. Pancasila merupakan
identitas nasional yang berkedudukan sebagai dasar negara dan pandangan hidup
(ideologi) bangsa.
g) UUD 1945 sebagai konstitusi (hukum dasar) negara. UUD 1945 merupakan
hukum dasar tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan
peraturan perundangan dan dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan
bernegara.
h) Bentuk negara adalah Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
Bentuk negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik.
Sistem politik yang digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat
ini identitas negara kesatuan disepakati untuk tidak dilakukan perubahan.
i) Konsepsi wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungan yang serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.
j) Kebudayaan sebagai puncak-puncak dari kebudayaan daerah. Kebudayaan
daerah diterima sebagai kebudayaan nasional. Berbagai kebudayaan dari
kelompok-kelompok bangsa di Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi, dapat
dinikmati dan diterima oleh masyarakat luas sebagai kebudayaan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Indonesian Center for Civic Education (ICCE) UIN Syarif Hidayatullah. 2005. Pendidikan
Kewarganegaraan (Civiv Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani. Jakarta: Prenada Media.

Kaelan. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta. Paradigma

PEMBAHASAN SOAL 2

Prof. Notonagoro untuk mencari asal mula Pancasila menggunakan teori causalitas
(sebab akibat). Berdasarkan teori causalitas tersebut, causa materialis Pancasila berasal dari adat
kebiasaan, kebudayaan dan agama yang ada di Indonesia (Notonagoro, 1975: 32). Dengan
demikian, tidak dapat diragukan bahwa dasar negara yang kita miliki digali dari nilai yang
terdapat dalam masyarakat. Nilai tersebut tersebar pada masyarakat, digunakan untuk mengatur
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, tidak, diragukan lagi bahwa Pancasila sebenarnya
merupakan budaya dan pembudayaan bangsa Indonesia yang perlu dipahami secara ilmiah oleh
bangsa Indonesia.

1. Adat-Istiadat
Sebelum melihat sejauh mana implementasi adat-istiadat dalam Pancasila, dan bagaimana
bentuk konkretnya dalam sila-sila Pancasila terlebih dahulu diuraikan karakteristik adat-
istiadat tersebut. Pada pokoknya adat-istiadat merupakan urusan kelompok; tidak ada
adat-istiadat orang seorang. Seseorang mengikuti adat-istiadat bersama dengan orang
lain; adat-istiadat sekaligus merupakan urusan masyarakat. Masyarakat ini kadang-
kadang mempunyai pembatasan yang agak cermat, misalnya, sebuah suku atau satu
persekutuan pedesaan yang masih tertutup di dalam masyarakat yang bersifat sangat
agraris. Sebuah persekutuan merupakan objek maupun subjek adatistiadat tidak ada
pemisah di antara kedua hal ini, bahkan keduanya tepat bersamaan. Artinya, persekutuan
tunduk kepada adat-istiadat, namun juga merupakan pendukungnya serta
mempertahankannya (de Vos, 1987: 42).

Dengan diambilnya adat-istiadat sebagai unsur sila Pancasila, memang sangat


tepat, sebab para pemimpin kita yang merumuskan sila-sila Pancasila mengharap negara
yang berdasarkan Pancasila merupakan negara kekeluargaan, bukan negara yang bersifat
orang perorangan. Pancasila bukanlah sebuah ideologi yang ditanamkan dari atas,
melainkan merupakan manifestasi moralitas publik. Artinya, dimensi otoritas dan tradisi
seharusnya melenturkan diri sefleksibel mungkin, sehingga publik pun berpartisipasi
dalam diskursus tentang nilai-nilai dasar Pancasila itu (Lanur, 1995: 11). Karakteristik
lain dari adat-istiadat. Orang tidak lagi mempertanyakan tentang asal-usul serta apa yang
hendak dicapai oleh adat-istiadat, melainkan orang mematuhi secara diam-diam dan
tanpa mempersoalkannya.

2. Kebudayaan
Causa materialis kedua Pancasila adalah budaya atau kebudayaan bangsa. Dari segi
etimologisnya; kata "Kebudayaan" berasal dari kata Sanskerta budhayah, ialah bentuk
jamak dari budhi yang berarti "budi" atau "akal". Demikian, kebudayaan itu dapat
diartikan "hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal" (Koentjaraningrat, 1974: 19).
Mengikuti arti etimologis kebudayaan, ternyata kebudayaan sangat luas aspeknya.
Kebudayaan merupakan hasil dari akal budi, dengan demikian keseluruhan hasil akal
manusia, seperti ilmu, teknologi, ekonomi dan lain-lain termasuk kebudayaan. Seiring
dengan itu, JWM Bakker dalam mencari definisi kebudayaan menyatakan sekurang-
kurangnya terdapat tujuh kategori arti kebudayaan, masing-masing sebagai berikut.
a. Ahli sosiologi mengerti kebudayaan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak,
kesenian, ilmu, dan lain-lain) yang dimiliki manusia sebagai subjek
masyarakat.
b. Ahli Sejarah menekankan pertumbuhan kebudayaan dan mendefinisikan
sebagai warisan sosial atau tradisi.
c. Ahli Filsafat menekankan aspek normatif, kaidah kebudayaan dan
terutama pembinaan nilai dan realisasi cita-cita.
d. Antropologi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, kelakuan.
e. Psikologi mendekati kebudayaan dari segi penyesuaian (adjustment)
manusia kepada alam sekelilingnya, kepada syarat hidup (Bakker, 1984:
27-28).

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan. Pertama, kebudayaan merupakan


hasil olahan akal manusia tentang alam ini. Dalam arti ini, maka setiap produk akal manusia
disebut kebudayaan seperti ilmu, teknologi, ekonomi, seni, dan lain-lainnya. Kedua,
pengertian kebudayaan dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu, tergantung dari segi mana
kebudayaan tersebut dilihat. Dengan demikian, pengertian tersebut belum dapat memberikan
gambaran kepada kita tentang kebudayaan daerah yang diangkat menjadi sila-sila Pancasila.
Untuk itu perlu dilihat aspek lain dari kebudayaan, yang merupakan unsur kebudayaan.
Mengutip pendapat B. Malinowski, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur universal,
yaitu: (1) Bahasa, (2) Sistem teknologi, (3) Sistem mata pencaharian, (4) Organisasi sosial,
(5) Sistem pengetahuan, (6) Religi, (7). Kesenian

3. Agama
Causa materialis ketiga Pancasila adalah berbagai agama yang ada di Indonesia. Sudah
sejak dahulu kala dikatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, bangsa yang
mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Pada waktu meyampaikan pidato lahirnya
Pancasila, Bung Karno mengusulkan prinsip Ketuhanan. Bangsa Indonesia dengan
memiliki prinsip tersebut, dikatakan. Prinsip Ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia ber-
Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri.
Yang Kristen menyembah menurut Tuhan petunjuk Isa Al Masih, yang Islam bertuhan
menurut petunjuk Nabi Muhammad S.A.W., orang Budha menjalankan ibadatnya
menurut kitab-kitab yang ada padanya (Soekarno, tanpa tahun: 27)

DAFTAR PUSTAKA

Alex Lanur, (Ed).,1995. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka; Problem dan Tantangannya,
Kanisius. Yogyakarta.

Bakker, J.W.M.. 1984. Filsafat Kebudayaan; Sebuah Pengantar. Kanisius. Yogyakarta.

de Vos, H., 1987. Pengantar Etika. Terjemahan Soejono Soemargono. Tiara Wacana.
Yogyakarta.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan,.PT Gramedia. Jakarta.

Notonagoro. 1975. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Pantjuran Tudjuh. Jakarta.

Soekarno. tanpa tahun. Lahirnja Pantjasila. Departemen RI. Jakarta.

PEMBAHASAN SOAL 3

Internalisasi adalah suatu keadaan dimana ada proses yang memasukkan sebuah ajaran,
nilai atau sikap yang diterima diluar, dibawa masuk dan tergabung di dalam pemikiran
seseorang, dan juga menjadi sikap pandang hidup seseorang di dalam bernegara. Hubungan
Internalisasi dengan Pancasila yaitu sama-sama berusaha untuk menyadarkan, mengubah pola
pikir yang sempit, dan kadang tidak bernalar. Untuk lebih menghormati, menghargai, bahkan
menerima perbedaan mulai dari ras, suku, dan agama yang bermacam-macam di Indonesia. Dan
juga tidak saling semena-mena terhadap sesamanya. Dan untuk menjadi pondasi negara agar
seseorang tidak mudah terprovokasi suatu hal yang belum tentu benar. Untuk mengajarkan
bagaimana mengemukakan pendapat yang baik, yaitu dengan mengetahui akar permasalahan
yang ada.

Intoleransi adalah kurangnya sikap menghormati terhadap orang lain. Yang dimana
seseorang tidak mau menerima masukan, atau hal yang berbeda dari keadaan yang biasanya.
Contoh kasus “Siswa Tolak Ketua OSIS yang Beda Agama, di Salatiga dan Singkawang.”
Dimana kejadian tersebut memperlihatkan bahwa kurangnya rasa toleransi. Seperti OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah) dimana setiap kata memiliki arti tersendiri. Organisasi, yaitu
kelompok kerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama. Siswa, adalah peserta
didik mulai dari dasar, menengah, dan atas. Intra, yaitu terletak di dalam dan di antara. Sehingga
yang bersangkutan di suatu organisasi adalah siswa yang ada di lingkungan sekolah tersebut.
Sekolah, adalah tempat pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan dalam hal belajar mengajar.
OSIS berada di tingkat sekolah di Indonesia yang mulai ada di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Osis diurus dan nantinya dikelola oleh murid-
murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Biasanya organisasi ini tetap di memiliki
pembimbing dari guru yang dipilih pihak sekolah. Contohnya, seperti yang dialami oleh siswa
yang mencalonkan diri menjadi ketua OSIS di sebuah sekolah di kota Salatiga dan Singkawang.
Yang berawal dari anak tersebut yang mencalonkan diri menjadi ketua OSIS, namun agama yang
dianut siswa itu berbeda dengan tempat sekolah yang dia pilih untuk menimba ilmu. Isu masalah
tersebut berasal dari pelaksanaan pilkada DKI Jakarta yang berdampak ke ranah dunia
pendidikan. Seperti ada siswa yang menolak dipimpin oleh ketua OSIS yang berbeda agama. Hal
ini menjadi gambaran intoleransi yang terjadi sampai ke remaja. Sebuah diskusi dalam
peringatan hari Pendidikan Nasional yang diadakan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di
Jakarta beberapa waktu lalu. Beberapa orang tua mengatakan kondisi politik hampir serupa
dengan kejadian pada tahun 1998. Siswa yang mencalonkan diri menjadi ketua OSIS dianggap
korban 1998. Politik tersebut secara tidak langsung mengganggu kegiatan belajar mengajar dan
pemikiran pelajar. Dari hal ini bahwa kurangnya pengamalan nilai Pancasila dalam sila ke-2,
dimana bunyinya “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”. Tidak seharusnya ketua OSIS itu
harus beragama sama dengan mayoritas yang ada di sekolahnya, setidaknya bisa di pimpin oleh
siswa yang berbeda agama. Dan perlunya pelajar mengerti dan tak memberi intoleransi ini terjadi
di sekolah. Pertama arti dari nilai itu sendiri adalah bahwa sesuatu itu indah, berharga,
bermanfaat. Dan nilai-nilai Pancasila ini adalah nilai yang luhur.

1. Seperti dalam sila ke-1 Ketuhanan Yang Maha Esa, terkandung nilai yang religius :
a. Bangsa yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengembangkan sikap hormat dan menghormati antara pemeluk agama.
c. Menjalin kerukunan sesama umat agama.
2. Sila ke-2 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab :
a. Mengembangkan sikap saling toleransi dan tidak semena-mena.
b. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
c. Tidak mekmasakan kehendak.
d. Berani membela keadilan dan kebenaran.
3. Sila ke-3 Persatuan Indonesia :
a. Memiliki rasa cinta tanah air.
b. Rela berkorban demi kepentingan negara.
c. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
4. Sila ke-4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan :
a. Bahwa kedaulatan negara ada di tangan rakyat.
b. Musyawarah untuk mufakat.
5. Sila ke-5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
a. Bahwa ada keadilan dalam kehidupan sosial.
b. Adil untuk seluruh rakyat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-dan-karakteristik-filsafat.html
http://www.google.com/amp/m.tribunnews.com/amp/nasional/2017/05/02/intoleransi-disekolah-
siswa-tolak-osis-beda-agama

PEMBAHASAN SOAL 4

Pancasila merupakan kepribadian bangsa indonesia karena pancasila merupakan ciri yang
khas kepada bangsa indonesia dan tidak dapat dipisahkan dari bangsa indonesia dengan
mempunyai lima sila dengan pengalaman masing-masing. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa
indonesia, yakni suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila didalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka., berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan
pergaulan dunia yang merdeka, tertib dan damai.

Pengertian Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia dapat dijelaskan lebih lanjut
melalui penjelasan tentang hubungan antara bangsa Indonesia dengan Pancasila. Taufiq Effendi
menjelaskan bahwa Pancasila dan kepribadian bangsa tidak dapat dipisahkan dan terpisahkan.
Pancasila merupakan dasar filsafat negara dan bangsa Indonesia, serta sumber segala sumber
hukum, sedangkan kepribadian bangsa adalah implementasinya sehari-hari sebagai perilaku
setiap manusia Indonesia. Pertama, implementasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang agamis (religius).

Bangsa yang agamis mempercayai adanya Tuhan dan beriman, sehingga pasti dapat
membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram. Bangsa Indonesia
akan selalu mengimplementasikan niali-nilai religius di dalam setiap bidang-bidang
kehidupannya (Effendi, 2008: 48). Kedua, implementasi sila Kemanusiaan yang adil dan
beradab, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang menghormati hak azasi manusia. Bangsa
Indonesia akan selalu menghormati hak azasi orang dan bangsa lain serta memperhatikan
kepentingan orang lain. Bangsa Indonesia akan selalu berlaku adil, yaitu perilakunya selalu
toleran, sopan santun, dan saling tolong menolong (Effendi, 2008). Ketiga, implementai sila
Persatuan Indonesia, bahwa setiap warga negara Indonesia menghormati bangsa dan negara
dengan mendahulukan semangat untuk bersatu dan menjauhkan egoisme kedaerahan. Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang cinta tanah air, yaitu selalu bertingkah laku dan berbuat demi
keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia (Effendi, 2008). Keempat, implementasi sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang demokratis. Bangsa Indonesia memahami
pentingnya kebebasan menyampaikan pendapat, tetapi tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain. Demokrasi bermakna kebebasan tetapi ada batas tanggung jawabnya, yaitu tidak
mengganggu kebebasan orang lain. Setiap warga negara siap untuk menerima pendapat yang
disetujui oleh orang banyak dengan cara musyawarah (Effendi, 2008). Kelima, implementasi sila
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
menghormati kebersamaan. Kebersamaan artinya memperhatikan kehendak bersama, tujuan
bersama yang didasarkan kepada persepsi yang sama untuk saling mengisi dan membantu. Sifat
gotong royong ditumbuhkan untuk saling membantu ke arah keadilan dengan mengesampingkan
kepentingan sendiri. Keadilan diutamakan dalam hal pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar,
yaitu pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan perlindungan yang dirasakan sebagai
tanggungjawab bersama (Effendi, 2008).

Cerminan Kepribadian Bangsa di Setiap Sila-Sila Pancasila

1. Sila Pertama

Perilaku bangsa Indonesia yang taat menjalankan ajaran agama dan menghargai perbedaan
agama merupakan salah satu bentuk cerminan Pancasila sebagai kepribadian bangsa sila
pertama.Selain meningkatkan keimanan dan ketakwaan, menghargai dan menghormati agama
lain juga menjadi bentuk kepribadian luhur pada sila pertama.

2. Sila Kedua

Kepribadian Bangsa Indonesia yang dipenuhi dengan sikap memperlakukan individu lain sesuai
harkat martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa mencermintan jati diri bangsa di sila
kedua.Karakter ini juga dibuktikan dengan sikap tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap
orang lain, dan menyayangi sesama manusia.

3. Sila Ketiga

Sikap menempatkan persatuan, kesatuan, dan kepentingan bangsa sebagai kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi merupakan cerminan kepribadian bangsa pada sila ketiga.Karakter ini
juga dapat dicerminkan dengan rasa cinta kepada tanah air dan sikap rela berkorban.

4. Sila Keempat

Kepribadian bangsa Indonesia yang mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam


pengambilan keputusan bersama adalah cerminan kepribadian bangsa sila keempat.Tak hanya
musyawarah mufakat saja, tetapi juga mempertanggungjawabkan keputusan yang diambil.

5. Sila Kelima
Sikap adil terhadap sesama merupakan ceriman kepribadian bangsa Indonesia pada sila kelima,
Adjarian.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. LP3ES. Jakarta.

https://adjar.grid.id/read/543417497/pancasila-sebagai-kepribadian-bangsa-materi-ppkn-kelas-
viii?page=all

Anda mungkin juga menyukai