Anda di halaman 1dari 3

PENYULUHAN KESEHATAN: “STUNTING DAN CARA PENCEGAHAN” DI DESA

WIROBITING KECAMATAN PRAMBON KABUPATEN SIDOARJO

I. PENDAHULUAN
Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Anak masa balita merupakan kelompok yang
rentan mengalami kurang gizi, seperti stunting (WHO, 2010). Stunting dapat menyebabkan
gangguan sosial dan emosional, serta penurunan perkembangan kognitif saat usia dewasa. Selain
itu, anakanak stunting lebih rentan mengalami kematian (Manggala et al., 2018). Anak-anak
demikian pun mengalami ketidakseimbangan perkembangan motorik dan fungsifungsi tubuh.
Keterlambatan kognitif dapat terjadi pada anak severe stunting di dua tahun pertama
kehidupannya dan pada jangka panjang mempengaruhi mutu sumber daya (Brinkman et al.
2010). Stunting pada anak balita sering dihubungkan dengan latar belakang aspek gizi,
kesehatan, sanitasi, dan lingkungan. Aridiyah, (2015) menegaskan beberapa penyebab stunting,
yakni kemiskinan, faktor sosial dan budaya, meningkatnya paparan penyakit infeksi, kerawanan
pangan, dan kurangnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Selain itu, status gizi ibu hamil juga memengaruhi keadaan kesehatan dan perkembangan
janin. Gangguan pertumbuhan dalam kandungan dapat menyebabkan berat lahir rendah (WHO,
2014). Bahkan, asupan ASI Eksklusif pada balita juga berhubungan dengan stunting. Hasil
penelitian di Ethiopia Selatan menunjukkan bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
selama 6 bulan memiliki risiko tinggi mengalami stunting (Fikadu, et al., 2014). Program
Indonesia Sehat merupakan salah satu program prioritas pembangunan Kesehatan selama tahun
2015 – 2019 yang diwujudkan melalui paradigma sehat, meningkatkan pelayanan kesehatan, dan
jaminan kesehatan nasional (Kemenkes, 2017). Salah satu program pembangunan kesehatan ini
difokuskan pada penurunan prevalensi balita pendek (stunting). Prevalensi tersebut ditargetkan
menurun menjadi 28 % pada anak balita (di bawah 2 tahun) (RPJMN, 2015 – 2019). Upaya
mewujudkan paradigma sehat ini dilakukan melalui pendekatan keluarga dan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
II. Analisis situasi
Desa Wirobiting merupakan salah satu wilayah pemerintahan yang berada di Kecamatan
Prambon, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Sebagian besar penduduk Desa
Wirobiting bersuku Jawa dan mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah petani. Desa
Wirobiting termasuk wilayah kerja Puskesmas Prambon, memiliki satu pos kesehatan, dan
terdapat 4 posyandu, yakni posyandu Bowiro, Wirobiting, Gisik, dan Kawak. Anak usia 12-60
bulan di Desa Wirobiting mencapai 103 orang. Wirobiting ditetapkan sebagai salah satu Desa
dengan cakupan anak stunting cukup tinggi di Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan anlisis situasi,
ditemukan beberapa faktor yang memengaruhi tingginya angka kejadian stunting di Desa
Wirobiting adalah kurangnya akses terhadap air bersih, sanitasi yang buruk, letak geografis desa
yang menyebabkan kurangnya akses transportasi ke tempat pelayanan kesehatan, serta
rendahnya pengetahuan ibu terkait pencegahan stunting pada seribu hari pertama kelahiran.

III. SOLUSI DAN METODE PELAKSANAAN


Saya dibantu dengan ibu PKK Desa Wirobiting melakukan penyuluhan kesehatan dengan
tema: “Stunting dan Cara Pencegahan” di Desa Wirobiting Kecamatan Prambon, Kabupaten
Sidoarjo. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2023. Kegiatan ini diawali dengan
mengidentifikasi ibu-ibu hamil usia 25-40 tahun dan anak usia 1-5 tahun melalui pengukuran
tinggi badan sehingga dapat diketahui anak memiliki tinggi badan yang normal sesuai usianya
atau mengalami stunting. Selain itu, penimbangan berat badan untuk menentukan status gizi
anak. Setelah proses pengkajian pada anak usia 1-5 tahun, tim melakukan kajian terhadap ibu
dengan anak stunting mengenai pengetahuan mereka tentang stunting dan penanganannya.
Setelah melakukan kajian dan mengidentifikasi anak-anak yang mengalami stunting serta
status gizi anak, tim PKK mengkaji tingkat pengetahuan ibu mengenai stunting. Hasil pengkajian
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu (50 % ibu tidak memahami stunting). Ibu-ibu yang
terlibat dalam kegiatan ini berjumlah 50 orang bersama anakanak mereka yang mengalami
stunting. Kemudian Tim PKK melakukan penyuluhan tentang stunting dan cara pencegahannya.
Selama proses kegiatan, para ibu terlihat aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dan
mengajukan beberapa pertanyaan mengenai stunting dan cara pencegahannya. Tim PKK juga
membagikan leaflet mengenai stunting dan cara pencegahannya kepada ibu-ibu untuk
meningkatkan pengetahuannya. Kegiatan penyuluhan berlangsung selama 60 menit
IV. Absensi Kehadiran Peserta Penyuluhan Stunting
Hari Minggu 30 April 2023 sampai 4 Mei 2023
Nama Usia Alamat TTD
Indah 40 tahun Gisik Hadir
Sumini 37 tahun Sobowiro Hadir
Rubiah 28 tahun Wirobiting Hadir
Jemani 30 tahun Sepat Hadir
Siti 26 tahun Bowiro kidul Hadir
Supini 37 tahun Kampong tengah Hadir
ida 25 tahun bowiro Hadir

Anda mungkin juga menyukai